Anda di halaman 1dari 18

“Makalah Infeksi Sistem Saraf”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Mediekal Bedah 3

Dosen Pengampu : Faridah Aini, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.KMB.

Disusun oleh :

1. ANDHKA RIFQI (011191005)


2. SHERLY SESARIA PERMATA (011191043)
3. ANISA APPRILIA (011191064)
4. AHMAD RIYO AKBAR (011191077)
5. KHOTIMATUL KHUSNIAH (011191078)
6. MAULANA WAHYU AJI (011191120)

PROGAM STUDI S1 – KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020 / 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME atas rahmat yang telah diberikam kepada kami,
sehingga kemi dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonanNya
tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Rasa syukur
tak henti-hentinya kami ucapkan atas kebaikan dan berkat yang diberikan Tuhan kepada kami
penulis.
Kami juga tak lupa mengucap syukur kepada Tuhan atas limpahan karunia berupa
nikmat kesehatan, baik berupa kesehatan fisik maupun mental. Sehingga kami penyusun
mampu menyelesaikan dan menyusun makalah ini dengan baik dan benar guna pemenuhan
nilai tugas mata kuliah Keperawatan Mediekal Bedah.
Kami penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi evaluasi serta perbaikan demi
kesempurnaan makalah kami. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu kami yang
telah membimbing dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Terimkasih.

Ungaran, Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. KONSEP PENYAKIT.................................................................................................................6
1. Definisi Meningitis...................................................................................................................6
2. Etiologi Meningitis...................................................................................................................6
3. Patofisiologi Meningitis...........................................................................................................7
4. Manifestasi klinik Meningitis..................................................................................................8
5. Penatalaksanaan (medis & keperawatan) Meningitis...........................................................9
6. Komplikasi Meningitis.........................................................................................................10
7. Pathway Meningitis...............................................................................................................11
B. Asuhan Keperawatan................................................................................................................11
1. Pengkajian..............................................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................13
3. Perencanaan Keperawatan...................................................................................................13
4. Evaluasi Hasil.........................................................................................................................16
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................17
B. SARAN......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf manusia terbagi atas sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat.
Yang dimaksud dengan sistem saraf tepi (peripheral nervous system) adalah semua
serabut saraf yang berada di luar otak atau sumsum belakang. Yang dimaksud dengan
sistem saraf pusat (central nervous system) adalah bagian yang mengatur kerja saraf
tepi yang terdapat di otak (brain), batang otak (brain stem) dan sumsum belakang
(spinal cord). Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

a. Pia meter: yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah
untuk struktur-struktur ini.
b. Arachnoid: Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
c. Dura meter: Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat.
Infeksi sistem saraf pusat (SSP) disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk
bakteri, virus, jamur, dan parasit. Infeksi adalah hasil dari penyebaran hematogen dari
infeksi primer, pembenihan dari parameningeal, reaktivasi dari situs laten, trauma,
atau cacat bawaan dalam SSP. Teknik diagnosis yang baru memungkinkan diagnosa
lebih cepat dan pasti, sehingga mengurangi jumlah diagnosa "meningitis aseptik"
yang tidak diketahui dan meningkatkan target terapi. Beberapa bakteri resisten
terhadap antibiotik sehingga menimbulkan masalah baru dalam penatalaksanaan
meningitis. Makalah ini akan menerangkan tentang etiologi, patofisiologi, dan terapi
infeksi sistem saraf pusat yang akan lebih difokuskan pada meningitis bakteri. 

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi Meningitis ?
2. Apa etiologi dari Meningitis ?
3. Apa patofisiologi Meningitis ?
4. Apa manifestasi klinik dari Meningitis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan (medis dan keperawatan) dari Meningitis ?
6. Bagaimana komplikasi dari Meningitis ?
7. Bagaimana pathway dari Meningitis ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi Meningitis
2. Untuk mengetahui etiologi dari Meningitis
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Meningitis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Meningitis
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan (medis & keperawatan) dari Meningitis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Meningitis
7. Untuk mengetahui pathway dari Meningitis
8. Untuk memenuhi tugas KM III

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Meningitis
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut
meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan
plamater (leptomeningens) disebut meningitis.Peradang pada bagian duramater
disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur
atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang
melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada
meningen otak dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan
komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau
osteomielitis.

2. Etiologi Meningitis
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus),
Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi
predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal,
dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.

a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides,
dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan
dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang
lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri

6
fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam
cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat
menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian
akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan
hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat
menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial.
Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel
meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur
aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.

b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini
terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles,
mumps, herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya
terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan
otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang
dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara
cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter yang
menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan neurologi.
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia
dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria
meningitidis dan diplococcus pneumonia.

3. Patofisiologi Meningitis
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam
piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam
ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian
dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa
cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada
CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon

7
peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri
menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat
menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat
menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh
terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat
meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater,
araknoid dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang
mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak
dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari
meningintis. Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada
blood brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur
pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila
adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan
ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan
spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk,
2013)

4. Manifestasi klinik Meningitis


Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya :
a. Demam, merupakan gejala awal
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
dengan koma.

Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis


meliputi:
a. Sakit kepala

8
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia
i. Kaku kuduk
j. Ptechialrash
k. Kejang (fokal, umum)
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguan pendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
q. Fotophobia

5. Penatalaksanaan (medis & keperawatan) Meningitis


Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:

1) Penatalaksanaan umum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/ bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

2) Pemberian antibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.

Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)


a. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar

9
b. glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
c. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
d. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
e. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
f. MRI, CT-scan/ angiorafi

6. Komplikasi Meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul pada anak
dengan meningitis antara lain.

a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul
karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen
dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung
maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan
produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih
kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang
menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di
intracranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
e. Epilepsi.
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis
yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak
sebagai tempat menyimpan memori.

10
7. Pathway Meningitis

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Muttaqin,
2008).

Identitas
a. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
b. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan
klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.

11
Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit
kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara
PQRST.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah
kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, anemia sel
sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada
keluhan batuk produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti
tuberkulosa yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberkulosa.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam
keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat memacu
terjadinya meningitis.

Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya
bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa

2) Tanda- Tanda Vital


a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau
meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK ( N = 90-
140 mmHg).
b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih
meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).

12
d. Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih
dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).

2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hambatan
aliran darah ke otak.
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peumpukan
secret pada saluran nafas
c) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja otot
pernafasan
3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Edema serebra
kepewatan diharapkan
perfusi jaringan 1. Monitor adanya
tingkat resiko
otak berhubungan ketidakefektifan perfusi kebingungan perubahan
jaringan otak berkurang
dengan hambatan pikiran, keluha pusing,
dengan
aliran darah ke otak Perfusi jaringan serebral pingsan
Indikator:
2. Monitor setatus
1. Tidak ada deviasi dari
kisaran normal tekanan neurologi dengan ketat dan
intrakranial
bandingan dengan nilai
2. Tidak ada sakit kepala
3. Tidak ada keadaan normal
pingsan 3. Monitor TTV
4. Tidak ada refleks saraf 4. Monitor TIK dan CPP
terganggu. 5. Monitor setatus
pernafasan: frekuensi,
irama kedalaman
pernafasan PaO2,
PCO2,pH,
bikarbonat

13
6. Catat perubahan pasien
dalam merespon terhadap
stimulus
7. Berikan anti kejang,
sesuai
kebutuhan
8. Hindari fleksi leher
9. Latihan roam pasif
10. Monitor intake dan out
put
Monitor tekanan
intrakranial
2. (TIK)
1. Monitor tekanan darah
ke otak
2. Monitor pasien TIK dan
reaksi perawatan serta
neurologis serta rangsangan
lingkungan
3. Pertahankan setrilitas
sistem pemantauan
4. Periksa pasien ada tidak
3. adanya gejala kaku kuduk
5. Berikan antibiotic
6. Letakkan kepala dan
posisi pasien dalam posis
netral, hindari fleksi
pinggang yang berlebihan
7. Berikan ruang perawatan
agar menimalkan elifasi
TIK
8. Monitor CO2 dan
pertahankan palemeter yang
di tentukan
14
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan
bersihan jalan nafas keperawatan di harapkan Airway suction
berhubungan dengan ketidaefektifan bersihan 1. Pastikan kebutuhan oral
peumpukan jalan tracheal suctioning
secret pada saluran nafas 2. Auskultasi suara nafas
nafas Kriteria hasil sebelum dan sesudah
1.Mendemonstrasikan batuk suctioning
efektif dan suara nafas yang 3. Informasikan pada klien
bersih, tidak ada sianosis dan
dan dyspnea (mampu keluarga tentang suctioning
mengeluarkan sputum, 4. Minta klien nafas dalam
mampu bernafas dengan sebelum suctioning
mudah, tidak ada pursed dilakukan
lips) 5. Berikan O2 dengan
2.Menunjukkan jalan nafas menggunakan nasal untuk
yang paten (klien tidak memfasilitasi suction
merasa tercekik, irama nasotrakeal
nafas, frekuensi pernafasan 6. Gunakan alat yang steril
dalam rentang normal, tidak setiap melakukan tindakan
ada suara nafas abnormal 7. Anjurkan pasien untuk
istirahat dan nafas dalam
setelah kateter di keluarkan
dari nastrokeal
8. Monitor status oksigenasi
pasien

Ketidakefektifan pola
Setelah dilakukan tindakan
nafas berhubungan
keperawatan di harapkan
dengan peningkatan Airway management
ketidakefektifan pola nafas
kerja otot pernafasan 1. Buka jalan nafas dengan
Kriteria hasil :
menggunakan teknik chin
1. Mendemonstrasikan lift atau jaw thrust bila
batuk efektif dan suara nafas perlu
yang bersih, tidak ada 2. Posisikan apsien untuk
sianosis dan dyspnea memaksimalkan ventilasi
(mampu mengeluarkan 3. Identifikasi pasien
sputum, mampu bernafas perlunya
dengan mudah, tidak ada pemasangan alat jalan nafas
pursed lips buatan
2. Menunjukkan jalan nafas 4. Pasang mayo bila perlu
yang paten (klien tidak 5. Lakukan fisioterapi dada
merasa tercekik, irama jika perlu
nafas, frekuensi pernafasan 6. Keluarkan secret dengan

15
dalam rentang normal, tidak batuk atau suction
ada suara nafas abnormal) 7. Auskulatsi suara nafas
tanda – tanda vital dalam catat
batas normal adanya suara nafas
tambahan
8. Lakukan suction pada
mayo
9. Berikan bronkodilator
bila
perlu
10. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasi dan
status
O2
13. Oxygen therapy
14. Bersihkan mulut,
hidung
dan secret trakea
15. Pertahankan jalan nafas
yang paten

4. Evaluasi Hasil
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk
menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang diberikan. Pada teori
maupun kasus dalam membuat evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan kriteria
hasil yang ingin dicapai.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Meningitis merupakan peradangan atau inflamasi pada selaput otak (meninges)
termasuk drumeter, arachnoid dan piameter yang melapisi otak dan medulla spinalis.
Meningitis terjadi karena berbagai penyebab pada umumnya karena infeksi berbagai macam
mikroorganisme, dimana penyebab infeksi terbanyak adalah virus dan bakteri serta jamur.
Gejalanya mayoritas serupa. Keluhan pertama biasanya kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku, kesadaran menurun, demam tinggi, pilek,
mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya pederita merasa Lelah, leher terasa pegel dan
kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Meningitis akibat virus
biasanya dapat sembuh sendirinya, sementar meningitis karena bakteri dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi, morbiditas yang lam akibat gejala sisa neurologis atau bahkan
menyebabkan kematian. Diagnosis yang segera dan manajemen terapi yang sesuai dapat
menghentikan perjalanan penyakit dan mencegah timbulnya komplikasi. Prognosis
meningitis tergantung pada umur penderita , jenis kuman penyebab. Berat ringan infeksi,
lama sakit sebelum mendapat pengobatan, kepekaan kuman terhadap antibiotic yang
diberikan, dan penanganan penyakit.

B. SARAN
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kami penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun, sehingga menjadi bahan evaluasi kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/sainsmedika/article/download/377/316

http://scholar.unand.ac.id/16772/2/Bab%20I%20Pendahuluan.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60883/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/147/117/

http://repository.unair.ac.id/98317/4/Infeksi%20Toksoplasmosis%20pada_compressed.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/113b583a781bcefda73ad2dc0ad996d8.p
df#page=84

18

Anda mungkin juga menyukai