Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas pembekalan PKKD
Dosen Pembimbing : Yunita Galih Yudanari, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disususn Oleh :
Khotimatul Khusniah
(011191078)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Anatomi Dan Fisiologi
1. Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang kavum abdominalis di
belakang peritonium pada kedua sisi uretra lumbalis 3, melekat lamgsung pada
dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada 2
buah, kiri dan kanan. Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya
ginjal laki-laki lebih Panjang dari ginjal wanita.

Fungsi ginjal :
a) Memegang perana penting dalam pengeluran zat-zat toksis atau racun
b) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh
e) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin,
dan amoniak
Filtrasi glomerulus
Kapiler glomerulus secara relative bersifat impermeable terhadap protein
plasma yang lebih besar dan permeable terhadap air dan larutan yang lebih
kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen.

Filtrasi kapsula bowman


Darah didorong kedalam ruangan yang lebih kecil, sehingga darah mendorong
air dan partikel kecil yang terlarut dalam plasma masuk ke kapiler bowman.
Terdapat 3 faktor dalam proses filtrasi yaitu :
a) Tekanan osmotik
Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membrane semi
permeable sebagai usaha untuk menembus membrane semipermeable
kedalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat
melewati membrane semipermeable.
b) Tekanan hidrastatik
Sekitar 15 mmhg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan
berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan
tekanan osmotik 1-3 mmhg yang berlawanan dengan osmotik darah.
c) Perbedaan tekanan osmotik plasma dengan cairan dalam kapsula bowman
mencerminkan perbedaan konsentrasi protein, perbedaan ini meninbulkan
pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.

Ureter
a) Terdiri dari 2 pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vu) panjangnya kurang lebih 25-30 cm dengan penampang
kurang lebih 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga pelvis.
b) Dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltic setiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk kedalam kandung kemih.
c) Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus sentterikus inferior,
pleksus spermatikus dan pleksus pelvis.
Vesika urinaria
a) Dapat mengembangkan dan mengempis seperti balon karet,
terletak dibelakang simpisis pubis didalam rongga punggul. Bentuk
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis nedius.
b) Bagian vesika urinaria
 Fundus , menghadap kea rah belakang dan bawah
 Korpus, antara vertex dan fundus
 Verteks, bagian yang mancung kearah muka dan
berhubungan dengan liganetium vesika umbilikalis
c) Lapisan otot vesika urinaria
Otot polos yang berkaitan disebut m.destrutos vesike uretra
d) Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
e) Uretra pria panjangnya kurang lebih 20 cm terdiri dari uretra
prostatia, membranosadan kavernosa
f) Uretra pria panjang nya kurang lebih 20 cm sedangkan uretra
wanita jauh lbih pendek daripada uretra pria.

2. Gastrointestinal
Sistem pencernaan dengan peneerimaan dan mempersiapkannya untuk
diasimilasi tubuh. Terdapat mukut yang memuat gigi untuk mengunyah makanan
dan lidah yang membantu untuk cita rasa dan menekan.
Krlrnjar dimulut yaitu kelenjar ludah (saliva) dengan saluran yang masuk kedalam
mulut kelenjar ludah prus atau pancreas dan hati (hepar). Selama proses
pencernaan, makanan dihancurkan menjadi za-zat sederhana yang dapat diserap
dan digunakan sel jaringan tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari tabung otot berongga yang berawal dari mulut dan
memanjang sampai ke anus. Meliputi faring esophagus, lambung, usus halus, dan
usus besar, rectum.

3. Kulit
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh serta bersambung dengan
selaput lendir yang melapisi rongga dan lubang masuk. Kulit yang didalamnya
terdapat ujung saraf peraba mempunyai banyak fungsi, yaitu mengatur suhu dan
mengendalikan hilangnya air dari tubuh dan mempunyai sedikit kemampuan
eksretori dan absorbs. Kulit terbagi menjadi 3 lapisan yaitu epidermis, dermis, dan
hypodermis atau subkutan.
Fungsi kulit :

a) Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara dengan
keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
Pigmen mekanin melindungi dari efek sinar UV yang berbahaya.
b) Fungsi absorbsi
Kulit tudak bisa menyerap air tetapi bisa menyerap material larut lipid seperti
vitamin A, D, E dan K, obat-obat tertentu, oksigen dan karbon dioksida.
c) Fungsi ekskresi
Dengan perantara 2 kelenjar yaitu minyak dan kelenjar sabesa. Kelenjar
sabesa adalah yang menempel pada folikel rambut dan melepas lipid yang
dikenal sebagai sabum menuju lumen.
d) Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik didermis dan subkutis.
e) Fungsi pengaturan suhu
Kukit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh melalui 2 cara yaitu
pengeluaran cairan dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler.
f) Fungsi pembentukan vitamin D
Dibantu oleh sinar ultraviolet Ketika sintesis vitamin D
4. Paru-paru
Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam
jaringn atau pernapasan dalam dan di dalam paru-paru atau pernapasan lauar.

Saluran pernapasan terdiri dari sistem saluran pernapasan atas terdiri dari rongga
hidung, faring, laring, eoiglotis, sedangkan saluran pernapasan bawah terdiri dari
trakea, bronkus, rongga toraks, paru-paru, alveolus, pleura.

B. Definisi
Cairan dan elektrolit merupakan komponenyang sangat berpengaruh bagi
tubuh. Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh. Dalam pemenuhannya diatur oleh sistem atau organ di
dalam tubuh seperti ginjal, kulit, paru-paru, dan gasrointesinal, sedangkan dalam
pengaturan keseimbangan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus, sistem hormonal,
yaitu ADH dan aldosterone (Hidayat,AA. 2012).
Cairan dalam elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
dapat mengubah kondisi tubuh. Cairan tubuh adalah air brserta unsur-unsurnya yang
diperlukan untuk Kesehatan dan pertumbuhan sel (Evelyn, 2006).
Air menempati posisi yang besar dalam tubuh dimana terbagi menjadi dua :
1. Cairan intraseluler (CIS)
Cairan yang terdapat di dalam sel tubuh dan Menyusun sekitar 70% total
cairan tubuh (TWB), CIS merupakan tempat terjadinya aktivitas sel kimia.
2. Cairan ekstraseluler (CES)
Cairan yang terdapat diluar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan
tubuh. CES meliputi cairan intravaskuler, cairan intrersititial terdapat dalam
ruang antar sel plasma darah dan cairan serebrospinal. Limfa serta cairan
rongga serosa serta sendiri dan cairan transeluler.

C. Faktor Resiko Dan Faktor Yang Mempengaruhi


 Faktor resiko ketidakseimbangan elektrolit sebagai berikut :
1. Defisiensi volume cairan dan regulasi endokrin
2. Diare
3. Kelebihan volume cairan
4. Disfungsi ginjal
5. Muntah
6. Efek samping obat dan prosedur
7. Gangguan mekanisme regulasi
8. Ketidakseimbangan cairan

 Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu :


1. Usia
Memepengaruhi distribusi cairan tubuh dan elektrolit. Perubahan cairan dan
elektrolit terjadi secara normal seiring dengan perunahan dan perkembangan
seseorang, namun jika disertai dengan suatu penyakit, klien mungkin tidak mampu
untuk beradaptasi secara adekuat terhadap perubahan.
2. Ukuran tubuh
Ukuran dan kompoisis berpengaruh pada jumlah total air dalam tubuh. Lemak
tidak mengandung air, karena itu klien yang gemuk (obese) memiliki proporsi air
tubuh yang lebih sedkit,
3. Temperature lingkungan
Tubuh berespon terhadap temperature lingkungan yang berlebihan, dalam bentuk
perubahan cairan tubuh meningkat vasodilatasi perifer, yang memungkinkan lebih
banyak darah memasuki permukaan tubuh yang sudah menjadi dingin.
Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan tubuh yang menyebabkan
kehilangan ion-ion natrium dan kolorida. Tubuh juga meningkatkan curah jantung
dan frekuensi denyut nadi. Akhirnya, terjadilah peningkatan sekresi aldoteron,
menyebabkan rekresi natrium dan ekresi kalium yang dilakukan oleh ginjal.
4. Gaya hidup
Gaya hidup dapat memepengaruhi secara tidak langsung pada keseimbangan
cairan. elektrolit, dan asam basa. Kebiasaan yang dapat mempengaruhi
keseimbangan cairan meliputi diet, setres, dan olahraga.
a. Diet
Asupan diet cairan, garam, kalium, magnesium dan karbohidrat yang
penting, lemak serta protein membantu tubuh mempertahankan status
cairan, elektrolit, asam basa. Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, tubuh
berupaya untuk mempertahankan cadangan protein dengan memecah
cadangan glikogen dan lemak.
b. Setres
Seres meningkatkan kadar aldosteron dan glukokertiroid menyebabkan
retensi natrium dan garam. Selain itu, peningkatan setres ADH akan
menurunkan Haluan urine. Efek respon setres adalah meningkatkan
volume cairan. Akhirnya, cairan jantung, tekanan darah dan perfusi ke
organ utama meningkat.
c. Olahraga
Olahraga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat mata melalui
keringat.

D. Masalah Yang Muncul


1. Hiponatermia
Penyakit ginjal infusions adrenal kehilangan melalui gastrointestinal pengeluran
diuretic.
2. Hipokalamiagastrointestinal
Pengguna diuretik yang dapat membuang kalium diare muntah atau kehilangan
cairan lain melalui saluran.
3. Hypernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
4. Hyperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik kerusakan, seluler yang parah seperti akibat
luka bakar dan trauma.
5. Hyperkalemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat hypoalbuminemia,
hopoporatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastic,
pancreatitits.
6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi yang sama.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Penurunan tekanan darah khususnya bila berdiri hipotensi ortostatik
2. Peningkatan frekuensi jantung
3. Turgor kulit buruk
4. Lidah kering dan kasar
5. Mata cekung
6. Venus leher kempa
7. Peningkatan suhu dan penurunan berat badan akut
8. Penurunan berat badan akut
9. Penurunan air mata pada bayi dan anak
10. Pemeriksaan darah (darah perifer lengkap gas darah dan elektrolit)
11. Pemeriksaan feses (makrokopis dan mikrokopis PH dan kadar gula jika diduga
ada intolrensi glukosa)
12. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui hal-hal ginjal
13. Pemeriksaan elektrolit

F. Penatalaksaan Medis
1. Pemberian terapi intravena
Pemberian terapi intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi
cairan ekstra sel secara langsung. Tujuan terapi intravena yaitu
a. Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi
cairan per oral secara adekuat
b. Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit
Jenis cairan intravena yang biasa digunakan yaitu :
1. Larutan nutrient : berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya
dextrose dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrose in water (DSW),
amigen dan aminovel.
2. Larutan elektrolit : antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik
maupun hypertonik. Yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik)
NaCL 0,9%
3. Cairan asam basa contohnya sodium lactate dan sodium bikarbonat
4. Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah tau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan
osmotic darah.

2. Pemberian cairan dan elektrolit per oral


Penambahan intake cairan dapat diberikan per oral pada pasien tertentu, misalnya
pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium 1. Penambahan intake cairan
biasanya diatas 3000 cc per hari. Pemberian elektrolit per oral biasanya melalui
makanan atau minuman.
G. Konsep Map Asuhan Keperawatan

Nursing Diagnosis : Hipervolemia Nursing Diagnosis : Hipovolemia


(D.0022) (D.0023)
1. Gangguan mekanisme regulasi 1. Kehilangan cairan aktif
2. Kelebihan asupan cairan 2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Gangguan aliran balik vena 3. Peningkatan permeabilitas kapiler

Manajemen Hipervolemia (I.03114)


1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia Manajemen Hipovolemia (I.03116)
2. Identifikasi penyebab hipervolemia 1. Periksa tanda dan gejala Hipovolemia
3. Monitor intake dan output cairan 2. Monitor intake dan output cairan
4. Timbang berat badan setiap hari pada 3. Hitung kebutuhan cairan
waktu yang sama 4. Berikan posisi modified trendelenburg
5. Batasi asupan cairan dan garam 5. Berikan asupan cairan oral

Primary Healthy Problem :


Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Priority Assesments :
Integumen, Kardiovaskuler, Neurologi dan
Gastrointestinal

Nursing Diagnosis : Nursing Diagnosis :


Risiko Ketidakseimbangan Cairan Risiko ketidakseimbangan elektrolit
(D.0036) (D.0037)
1. Peradangan pankreas 1. Gangguan mekanisme regulasi
2. Penyakit ginjal dan kelenjar 2. Diare
3. Obstruksi intestinal 3. Disfungsi ginjal

Manajemen Cairan (I.03098) Manajemen Elektrolit (I.03102)


1. Monitor status hidrasi 1. Identifikasi tanda dan gejala
2. Monitor berat badan harian ketidakseimbangan kadar elektrolit
3. Catat intake-output dan hitung 2. Identifikasi kehilangan elektrolit
balans cairan 24 jam melalui cairan
4. Berikan asupan cairan, sesuai 3. Monitor kadar elektrolit
kebutuhan 4. Berikan cairan, jika perlu
5. Berikan cairan intravena 5. Pasang akses intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2011. Anatomi fisiolog:kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan &


kebidanan. Edisi 4, Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Kepe rawatan. Jakarta:EGC

https://www.scribd.com/document/330594231/Cairan-Dan-Elektrolit-Dalam-Tubuh-Manusia

Anda mungkin juga menyukai