Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dismenorea adalah nyeri selama haid atau Nyeri yang ditimbulkan akibat
menstruasi yang dirasakan remaja diperut bawah atau di pinggang, bersifat
seperti mulas-mulas, ngilu, dan seperti ditusuk-tusuk, diare, bahkan hingga
pingsan yang terasa sebelum atau selama menstruasi. Klasifikasi dismenorea
berdasarkan jenisnya terdiri dari: dismenorea primer dan dismenorea
sekunder, Karakteristik dismenorea primer yaitu terjadi pada 6-12 bulan sejak
menstruasi pertama sedangkan Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja
setelah haid pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30
tahun.Perubahan paling awal yang terjadi pada remaja yaitu perkembangan
secara fisik atau biologis salah satunya remaja mulai menstruasi yang dialami
para remaja wanita dapat menimbulkan masalah, salah satunya adalanya nyeri
haid (dismenore). Pada saat menstruasi masalah yang dialami banyak wanita
adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Nyeri tersebut
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progestron dalam darah,
prostaglandin, termasuk faktor psikologis/stress. (Agus Martua Ibrahim, 2015)
Menarche dimulai pada usia 12-15 tahun. Berdasarkan hal tersebut maka
dismenore akan terjadi pada remaja berusia 16-18 tahun. Dismenore dapat
menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita khususnya
remaja. (Ambar Dwi Widyastuti, 2011)
Dismenore membuat wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan
memerlukan obat pereda sakit. Keadaan tersebut menyebabkan menurunya
kualitas hidup wanita, siswi yang mengalami dismenore primer tidak dapat
berkonsenterasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang
dirasakan. (Menurut Prawirohardjo, 2005)
Sebanyak 30-60% wanita yang mengalami dismenore primer sebanyak 7-
15% yang tidak ke sekolah atau berkerja. (Nathan 2005)
Dari 30-90% wanita yang mengalai dismenore sebanyak 10-20%
mengeluh nyeri berat dan tidak dapat beraktifitas. (Laszlo, et al., 2008)
2

Data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita
yang mengalami dismenorea, 10-15% diantaranya mengalami dismenorea
berat. Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan diberbagai
negara dengan hasil yang mencengangkan, dimana kejadian dismenore primer
disetiap negara dilaporkan lebih dari 50%3 . Angka kejadian nyeri menstruasi
(Dismenorea) di dunia sangat besar, Rata-rata lebih dari 50% perempuan di
setiap negara mengalami Dismenorea. (WHO, 2012)
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Indonesia yaitu sebesar 237.641.326 jiwa, dan 63,4 juta atau 27% diantaranya
adalah remaja umur 10-24 tahun. Berdasarkan data dari National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES), umur rata-rata menarche
(menstruasi pertama) pada anak remaja di Indonesia yaitu 12,5 tahun dengan
kisaran 9-14 tahun. Di Indonesia angka kejadian dismenorea tipe primer
adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya penderita dengan dismenorea
sekunder. ((NHANES, 2010)
Dismenorea terjadi pada remaja dengan prevalensi berkisar antara 43%
hingga 93%, dimana sekitar 74- 80% remaja mengalami dismenorea ringan,
sementara angka kejadian endometriosis pada remaja dengan nyeri panggul
diperkirakan 25-38%, sedangkan pada remaja yang tidak memberikan respon
positif terhadap penanganan untuk nyeri haid, endometriosis ditemukan pada
67% kasus. Kelainan terjadi pada 60-70% wanita di Indonesia dengan 15%
diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka menjadi terbatas akibat
dismenore. (Suliawati,2013)
Meskipun keluhan nyeri haid umum terjadi pada wanita, sebagian besar
wanita yang mengalami nyeri haid jarang pergi ke dokter, banyak cara untuk
menghilangkan/menurunkan nyeri haid, baik secara farmakologis maupun non
farmakologis. Salah solusi yang dilakukan remaja putri dalam mengatasi nyeri
haidnya adalah dengan mengkonsumsi jamu atau obat-obatan bebas tanpa
resep dokter. Telah diteliti bahwa sebesar 30-70% remaja wanita mengobati
nyeri haidnya dengan obat anti nyeri yang dijual bebas. Hal ini sangat
berisiko, karena efek samping dari obat-obatan tersebut bermacam-macam jika
digunakan secara bebas dan berulang tanpa pengawasan dokter. Penggunaan
3

jamu dan obat-obatan secara berkelanjutan atau berkepanjangan dapat


menimbulkan berebagi efek samping, yang salah satu contohnya yaitu
gangguan saluran cerna, kerusakan pada ginjal, dan gangguan kardiovaskuler.
(Kristina, 2010)
Mengingat berbagai efek saing dari penggunaan jamu dan obat-obatan,
maka diperlukan cara alternatif untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dan tidak
memiliki banyak efek samping. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah
dengan cara masas menggunakan tropikal oil selama nyeri haid tersebut,
Terapi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan herbal yaitu
jahe merah (Rubrum Rhizoma) yang memiliki salah satu efek farmakologis
dan minyak kelapa murni/virgin coconut oil (VCO), melalui penambahan
komponen rempah/jahe merah pada VCO dapat menenangkan rasa sakit,
dalam hal ini nyeri haid.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini menjadi penting untuk
dilakukan dengan judul “Efektivitas Pemberian “Tropical Oil” Dalam
Mengurangi Nyeri Haid Pada Remaja Putri Poltekkes Mataram Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan tersebut maka rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana efektivitas tropical oil terhadap nyeri
haid pada remaja putri?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pemberian tropical oil terhadap nyeri haid pada
remaja putri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi nyeri sebelum pemberian tropical oil
b. Mengidentifikasi nyeri sesudah pemberian tropical oil
c. Menganalisa efektifitas tropical oil terhadap nyeri haid pada remaja
putri.
4

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat aspek teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi remaja putri pada
umumnya agar dalam memberikan efektivitas pada pemberian tropical oil
untuk mengurangi nyeri haid pada remaja putri, perlu memperhatikan
faktor – faktor mempengaruhi nyeri haid, perubahan atau gejala nyeri haid
hingga cara mengatasi dan upaya pencegahan agar nyeri dapat dikurangi.
2. Manfaat aspek aplikatif
a. Mahasiswa
Dapat memberikan inspirasi pada peneliti untuk menciptakan
inovasi terbaru untuk mengembangkan ilmu pengetahuan melalui
penelitian.
b. Remaja putri
Dengan adanya tropical oil ini diharapkan dapat mengurangi nyeri
haid serta penggunaan obat – obatan sebagai upaya kuratif
meminimalkan nyeri haid.
c. Tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberikan alternative untuk mengurangi nyeri
haid melalui massage menggunakan topical oil pada remaja putri.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Menstruasi
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yg dinamis dalam
kehidupan seseorang,ditandai dengan kecepatan perkembangan
fisik,kognitif,sosial,dan emosional. Perubahan paling awal yang terjadi
pada remaja yaitu perkembangan secara fisik atau salah satunya remaja
mulai menstruasi.
Menstruasi adalah hal yang normal terjadi pada wanita. Hal
tersebut merupakan proses matangnya sistem reproduksi seorang wanita.
Sebagian besar wanita khususnya remaja seringkali mengalami keluhan
selama periode menstruasi seperti nyeri haid atau dismenore atau yang
disebut juga menstrual cramps.
Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang wanita
untuk mengandung anak atau masa repruduksi. Menstruasi biasanya
dimulai antara usia 10 dan 16 tahun,tergantung pada berbagai
faktor,termasuk kesehatan wanita,status nutrisi dan berat tubuh relatif
terhadap tinggi tubuh.Walaupun begitu,pada kenyataannya banyak wanita
yang mengalami masalah menstruasi, di antaranya nyeri haid/dismenore.
Angka kejadian nyeri mentruasi disunia sangat besar.Rata-rata lebih dari
50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Angka
presentasinya di Amerika sekitar 60% dan Swedia sekitar 75% sementara
di indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yg
tersiksa oleh nyeri selama menstruasi.Angka kejadian (prevalensi) nyeri
menstruasi berkisar 45-95% dikalangan wanita usia produktif
Nyeri haid merupakan salah satu keluhan genekologi yang paling
umum menyebabkan seseorang wanita pergi ke dokter dan meninggalakan
pekerjaan atau aktivitas rutin sehai-hari selama beberapa jam atau
beberapa hari.Bahkan jika otak menerima stimulus nyeri terjadi
penglepasan neurotransmitter inhibitor ( endorphin dan enkefalin )yang
6

bekerja untuk menghambat dan membantu menciptakan pembuuh nyeri


alami di dalam tubuh.

2. Disminore
a. Definisi
Dismenore adalah rasa sakit pada masa menstruasi yang cukup
parah hingga bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.Rasa sakit
dismenore bermavcam-macam, mulai dari mual,terbakar, atau
menusuk dan biasanya bersamaan dengan menorraga. Menurut WHO
(2012).
Dismenore adalah perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa
kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam
tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenorre
primer dan dismenorre sekunder.\
Dismenore (nyeri haid) merupakan gejala yang timbul menjelang
dan selama mentruasi ditandai dengan gejala kram pada abdomen
bagian bawah (Djuanda, Adhi.dkk, 2008).
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebebkan karena
adanya kejang otot uterus . (Price, 2002)
Dismenore berasal dari bahasa yunani, yaitu dysmenorrhea, terdiri
atas “dys” berarti sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran
sehingga dismenore dapat diartikan sebagai gangguan aliran darah
menstruasi (Madhubala & Jyoti, 2012). Dismenore didefinisikan
sebagai adanya kram yang menyakitkan yang berasal dari uterus yang
terjadi selama menstruasi dan merupakan satu penyebab paling umum
nyeri panggul dan gangguan menstruasi (Bernardi, et al., 2017). Rasa
sakit dimulai beberapa jam sebelum atau selama menstruasi dan
berlangsung selama 48 hingga 72 jam. Kram berasal dari kontraksi di
rahim. Kontraksi ini normal selama proses menstruasi dan biasanya
pertama dirasakan ketika perdarahan dimulai. (Purwati, 2018).
Sebuah studi oleh French di United States menunjukkan tingginya
prevalensi dari dismenore pada wanita remaja, sekitar 20-90%.
7

Sebanyak 15% dari wanita tersebut melaporkan level yang tinggi dari
dismenore menyebabkan mereka bolos sekolah. Di Indonesia insiden
dari dismenore adalah 64,25%, terdiri dari 54,89% dismenore primer
dan 9,36% dismenore sekunder (Ulya et al., 2017).
b. Etiologi
Etiologi dapat diklasifikasikan menurut macam dari disminore itu
sendiri.
1) Disminore Primer : Jumlah prostaglandin F2α yang berlebih pada
darah menstruasi, yang merangsang aktivitas uterus
2) Disminore sekunder : Timbul karena adanya masalah fisik, seperti
endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau
penyakit radang panggul.
(Price, 2002)
c. Gejala Klinis
Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore
adalah
1) Dimenore primer
1. Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
2. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
3. Sering terjadi pada nulipara
4. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
5. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari
pertama atau kedua haid
6. Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
7. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
8. Sering memberikan respon terhadap pengobatan
medikamentosa
9. Pemeriksaan pelvik normal
10. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala
2) Dismenore sekunder
a) Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
b) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
8

c) Tidak berhubngan dengan siklus paritas


d) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
e) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan
keluarnya darah
f) Berhubungan dengan kelainan pelvic
g) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
h) Seringkali memerlukan tindakan operatif
i) Terdapat kelainan pelvic
d. Patofisiologi
Saat fase luteal, korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi
pembuahan dan implantasi. Maka kadar estrogen dan progesterone di
sirkulasi akan menurun drastic. Penurunan kadar hormone tersebut
merangsang pengeluaran prostaglandin uterus. Prostaglandin adalah
suatu nyeawa yang berasal dari fosfolipid. Melalui enzim fosfolipase,
fosfolipid akan diubah menjadi as. Arakidonat. Asam ini akan disiklasi
menjadi prostaglandin endoperoksida siklik dalam bentuk PGG2
dengan bantuan enzim endoperoksida isomerase dan peroksidase.
Selanjutnya PGH2 diubah menjadi PGF2α dibentuk oleh enzim PGF2α
reduktase dan peroksidase. Prostaglandin yang dihasilkan tersebut
akan menginduksi terjadinya kontraksi uterus. Kontraksi uterus selama
menstruasi mulai dari tekanan basal < 10mmHg, sehingga
menghasilkan tekanan intrauterine yang lebih tinggi sapai sering
mencapi 150 – 180 mmHg dan juga bisa melebihi 400mmHg,
frekuensi lebih sering yaitu <4 – 5 setiap 10 menit dan tidak beritme
atau berkoordinasi karena kontraksi dari uterus yang berkepanjangan
menyebabkan aliran darah keuterus akan menurun, sehingga uterus
akan mengalami iskemia. Selama uterus iskemia maka akan terjadi
metabolisme anaerob, dimana hasilnya akan merangsang saraf nyeri
kecil tipe C yang akan memberikan kontribusi untuk terjadinya
dismenore. Nyeri tersebut dapat menyebar kearah pinggang dan paha
di karenakan, pada uterus dipersarafi oleh T12, L1, L2, L3, S2, S3 dan
S4 yang memberikan penyebaran nyeri ke pinggang dan paha (Rasjdid,
9

2008). Selain itu PGF2α dan PGE2 juga dapat menyebabkan timbulnya
keluhan seperti diare, mual, muntah, dll (Fritz & Speroff, 2010)
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi
kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering
muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus
tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin
dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian
(by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic
pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk:
endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip
endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan
peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton
Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam
patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini
dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :
1) Endometriosis
2) Pelvic inflammatory disease
3) Tumor dan kista ovarium
4) Oklusi atau stenosis servikal
5) Adenomyosis
6) Fibroids
7) Uterine polyps
8) Intrauterine adhesions
9) Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate
uterus)
10) Intrauterine contraceptive device
11) Transverse vaginal septum
12) Pelvic congestion syndrome
13) Allen-Masters syndrome
10

PATHWAY DISMINORE

Bila tidak terjadi kehamilan


Penyakit : endometritis,
inflamasi pelvis, adenomiosis,
Regresi korpus luteum kista ovarium, kelainan otak

Progesteron menurun
Disminore sekunder

Labilisasi membran lisosom


(mudah pecah) Nyeri haid

Enzim fosfolipase A2
MK: Nyeri MK: Intoleransi
meningkat
aktivitas

Hidrolisis senyawa fosfolipid

Terbentuk asam arakidonat


Meningkatkan sensitifitas dan
Prostaglandin menurunkan ambang rasa sakit pada
ujung saraf aferen nervus pelvicus
PGE 2 PGF 2A

PGE 2 dan PGF 2A dalam darah


MK :
meningkat
Intoleransi
aktivitas
Miometrium terangsang

Meningkatkan kontraksi dan MK: Nyeri


distrimia uterus

Disminore Nyeri MK:


Iskemia
primer haid Ansietas

Bagan 1. Pathway Disminore


11

e. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi menurut etiologinya, dismenore di bagi
menjadi dismenore primer dan sekunder.
a. Primer
Dismenorea ini terasa sangat nyeri tanpa patologis pelvis yang
dapat diidentifikasi. Dapat terjadi [ada waktu menarke ata segera
setelahnya. Dismenorea ditandai dengan oleh nyeri kram yang
dimulais sebelum atau segera setelah awitan aliran menstrual dan
berlanjut sampai beberapa 48 atau 72 jam. Jarang ada yang sampau 72
jam. ( Brunner & Suddarth, 2002)
Gejala utama adalah nyeri, nyeri dapat tajam, tumpul, siklik, atau
menetap. Gejala sistemik yang menyertai adalah berupa mual, diare,
sakit kepala, dan perubahan emosional (Price, 2002)
Faktor psikologis seperti ansietas dan ketegangan juga dapat
menunjang dismenorea. Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri
cenderung hilang, dan akan hilang sama sekali setelah melahirkan anak
(Brunner & Suddarth, 2002)
b. Sekunder
Dismenore sekunder terjadi bila terdapat gangguan patologis
pelvis, seperti endometriosis, tumor, atau penyakit inflammatory.
Biasanya mereka mengalami nyeri sebelum haid, disertai ovulasi dan
kadang kala pada saat melakukan hubungan seksual. (Brunner &
Suddarth, 2002)
Sedangkan berdasarkan klasifikasi menurut jenis nyerinya :
1) Nyeri Spasmodik
Nyeri ini terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa
haid atau segera setelah masa haid mulai. Biasanya perempuan
terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia
tidak dapat mengerjakan apapun. Ada diantara mereka yang pingsan,
mereka sangat mual, bahkan ada yang benar benar muntah. Kebanyak
dari mereka adalah wanita muda, walaupun dijumpai juga pada wanita
umur 40 th keatas. Disminore spasmodic dapat diobat atau paling tidak
12

dikurangi dengan lahirnya bayi pertama, walaupun banyak pula


perempuan yang tidak mengalami gejala seperti itu.
2) Nyeri Kongestif
Penderita disminore kongestif yang biasanya akan tahu sejak
berharihari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba mungkin
mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu,
pakaian dalam terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal
pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung,
kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, dan
muncul memar dipaha dan lengan atas. Semua itu merupakan symptom
pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang
dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan
nyeri jika sedang berlangsung. Bahkan sekian hari pertama masa haid
orang yang menderita dismonore kongesif akan merasa lebih baik.

Produksi prostaglandin uterus yang berlebihan, terutama PGF2α dan


PGF2, menghasilkan peningkatan tonus uteri dan kontraksi dengan
amplitudo tinggi (Bernardi et al., 2017). Peningkatan produksi dari
prostaglandin akan meningkatkan tonus uteri dan kontraksi sehingga
menimbulkan rasa sakit (Bavil et al., 2016).
Didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang
mengalami dismenore dengan 10-15% mengalami dismenore berat. Di
Indonesia lebih banyak perempuan yang mengalami dismenore tidak
dilaporkan atau berkunjung ke dokter. Dikatakan 90% perempuan
indonesia pernah mengalami dismenore.Dismenore dapat di kurangi
dengan tindakan farmakologi dan non-farmakolog. Pengobatan dengan
tindakan farmakologi di antaranya dengan minum obat anti nyeri,seperti
asetaminofen,asamefenamat,aspirin,pengobatan non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri dismenore di antaranya relaksasi,hipnoterapi,akupuntur
dan lain-lain.salahsatu cara yg efektif untuk mencegah nyeri dismenore ini
adalah dalam bentuk pijat tangan atau masase.
13

3. Jahe merah

Gambar 1. Jahe merah

Jahe merah termasuk tanaman herbal semusim dengan batang semu


hijau, tegak, tinggi 40-50 cm beralur dan membentuk rimpang. Rimpang
jahe merah mengandung 2-3% minyak atsiri yang terdiri dari zingiberin,
kemferia, limonene, borneol, sineol, zingiberal, linalool, geraniol, kavikol,
zingiberol, gingerol dan shogaol. Rimpang jahe merah juga mengandung
minyak damar yang terdiri dari zingeron, pati, damar, asam organik, asam
oksalat, asam malat, dan gingerin. Rimpang jahe merah merupakan anti
peradangan / anti inflamasi. Beberapa komponen kimia jahe merah seperti
gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi
seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik, antikarsinogenik, non-toksik
dan nonmutagenik meskipun pada konseentrasi tinggi. Pada Clinical
14

Studies on Ginger ada dua studi yang menerangkan bahwa jahe memiliki
efektivitas seperti metoclopramide untuk mengurangi mual pascaoperasi.
Jahe merah yang memiliki rasa panas dan pedas, terbukti berkhasiat dalam
pemulihan berbagai penyakit, yaitu untuk pencahar (pencahar), peluruh
masuk angin, antimabuk (antiemetik), sakit encok (rematik), sakit
pinggang (lumbago), pencernaan kurang baik 11 dispepsia, radang
tenggorokan atau bronkus it is, asma, sakit demam atau fivers, pelega
tenggorokan.

4. VCO (virgin coconut oil)

Gambar 2. VCO (Virgin Coconut Oil)

Virgin Coconut oil atau fish oil adalah minyak yang dihasilkan dari
buah kelapa segar titik yang mana dalam prosesnya memanfaatkan santan
kelapa yang telah diparut kemudian diproses lebih lanjut kerja in Coconut
oil atau fisik dapat dihasilkan tidak hanya menggunakan proses panas yang
tinggi, banyak alternatif lain yang dapat digunakan dalam pembuatan
minyak kelapa ini Virgin Coconut oil bermanfaat bagi kesehatan tubuh
Hal ini disebabkan Virgin Coconut oil mengandung banyak asam lemak
rantai menengah atau medium chain Fatty acid titik. Virgin Coconut oil
juga memiliki sejumlah sifat fisik yang menguntungkan titik diantaranya,
15

memiliki kestabilan secara kimia bisa disimpan dalam jangka panjang dan
tidak cepat serta tahan terhadap panas. Komponen utama dari Virgin
Coconut oil adalah asam lemak jenuh dan memiliki ikatan ganda dalam
jumlah kecil Virgin Coconut oil relatif tahan terhadap panas cahaya dan
oksigen. Kandungan paling besar dalam minyak kelapa adalah asam laurat.
Kandungan asam laurat yang merupakan asam lemak yang dominan
ternyata memiliki khasiat yang sama dengan air susu ibu jika dikonsumsi
dapat berubah menjadi monolaurin yang dapat berfungsi sebagai elemen
pencegah penyakit degeneratif dan penyakit yang disebabkan karena virus
dan bakteri.
Beberapa hasil penelitian dengan penambahan rempah rempah
( jahe, pala, kemangi) mengandung senyawa volatil dan flavor tinggi
dapat memperbaiki flavor Virgin Coconut oil dan dapat dijadikan obat
rematik, dan perangsang kulit, menenangkan rasa sakit. Kualitas Virgin
Coconut oil rempah yang dihasilkan sudah memenuhi syarat Virgin
Coconut oil yang dipersyaratkan oleh SNI 7387: 2008 dan APCC.
16

B. Kreangka Konsep

Input Proses Output Out Come

Tahapan 1. Dioleskan Universal Penurunan


Disminore 2. Di masase atau assesment pain nyeri haid
dipijat pada tool
1. Primary
daerah yang
dysmenorrhea
nyeri
2. Secondary
3. Pijat atau
dysmenorrhea
masase yang
dilakukan
dapat
meningkatkan
hormon
endorpin yang
mampu
membuat kita
lupa akan rasa
nyeri

Bagan 2. Kerangka Konsep

C. Hipotesis Penelitian
Tropical oil efektif mengurangi nyeri haid pada remaja putri
17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Mataram tahun 2020, dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Masih memungkinkan untuk diteliti oleh peneliti.
b. Lokasi penelitian mudah dijangkau dengan mempertimbangkan biaya
dan waktu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan proposal pada bulan
November sampai dengan Desember 2019 dan penelitian dilakukan pada
bulan Maret 2020.

B. Desain Penelitian
Menurut Nursalam (2015) rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari
suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan
bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan. Sedangkan menurut Setiadi
(2014) rancangan penelitian adalah rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian.
Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu ( Quasi
Experimen Design ) dengan jenis desain adalah posttest only whit control
group design. Bentuk rancangannya adalah sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2
O3 O4

Bagan 3. Desain penelitian


18

Keterangan:
X : Perlakuan atau intervensi pemberian tropical oil
O1 : Data sampel inklusi sebelum diberikan tropical oil
O2 : Data sampel inklusi setelah diberikan tropical oil
O3 : Data sampel eksklusi (tanpa perlakuan)
O4 : Data sampel eksklusi (tanpa perlakuan)

C. Kerangka Kerja

Populasi
Teknik pengambilan sampel
(purposive sampling)

Pemberian tropical Tanpa pemberian


oil tropicaloil

Sampel inklusi Sampel eksklusi

Post test

Pengumpulan data

Pengelompokan data

Pengolahan data

Analisis data

Penyajian hasil

Bagan 4. Kerangka Kerja


19

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau objek yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2014). Populasi penelitian ini adalah seluruh
mahasiswi tingkat III Prodi DIII dan DIV, tingkat IV Prodi DIV, dan Ners
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram sebanyak 173 orang
2. Sampel
a. Pengertian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2015).
sampel penelitian ini mahasiswa tingkat III Prodi DIII dan DIV,
tingkat IV Prodi DIV, dan Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Mataram berusia 19-21 tahun dan mengalami nyeri haid
saat menstruasi sebanyak 64 orang
b. Besar Sampel
Penentuan besar sampel diperoleh dengan mengguankan rumus
Slovin (Setiadi, 2014).
N
n=
( 1+ N ( e2 ) )
173
¿
( 1+173 ( 102 ) )
173
¿
( 2,73 )
¿ 63,4
¿ 64
Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sempel sebesar 64
orang.
Adapun kriteria sampel yang digunakan pada` penelitian ini yaitu :
a. Kriteria Inklusi
1) Subyek penelitian mahasiswi tingkat III Prodi DIII dan DIV,
tingkat IV Prodi DIV, dan Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Mataram yang mengalami nyeri haid
2) Tidak mengkonsumsi obat pereda nyeri
20

b. Kriteria Eksklusi
1) Subyek penelitian mahasiswi tingkat III Prodi DIII dan DIV,
tingkat IV Prodi DIV, dan Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Mataram yang mengalami nyeri haid
2) Mengkonsumsi obat pereda nyeri
c. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan
cara mengidentifikasi semua karakteristik populasi.

E. Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang
didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi
suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat konkret
dan secara langsung bisa diukur (Nursalam, 2014).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
penelitian tertentu atau sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam
nilai (Notoatmodjo, 2015).
1. Variabel independen (bebas)
Variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas
biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya
atau pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan,
variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan
yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien
(Nursalam, 2011). Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini
adalah pemberian tropical oil
2. Variabel dependen (terikat)
21

Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel


respon akan muncul akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Dengan
kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas
(Nursalam, 2011). Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini
adalah nyeri haid.

F. Data Yang Dikumpulkan


1. Data primer
a. Data tentang karakteristik responden yang meliputi nama, umur, dan
pendidikan.
b. Data tentang faktor yang mungkin mempengaruhi nyeri haid pada
responden
2. Data sekunder
Data tentang gambaran umum nyeri haid/disminore mahasiswi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

G. Cara Pengambilan Data


1. Data primer
a. Data  tentang  karakteristik responden (nama, umur, pendidikan)
dengan alat bantu checklist.
b. Data tentang faktor yang mungkin mempengaruhi nyeri haid pada
responden dengan alat bantu checklist.
2. Data sekunder
Data ini tentang gambaran umum nyeri haid mahasiswi di tempat
penelitian yaitu Poltekkes Kemenkes Mataram yang diperoleh melalui
Sekretaris Jurusan dan wawancara Mahasiswi.
22

H. Cara Pengolahan dan Analisis Data


1. Data Primer
a. Data karakteristik responden meliputi: Nama, umur, dan pendidikan,
diolah secara deskriptif.
1) Data umur dikategorikan menurt Depkes RI (2009):
1) Remaja Awal : umur 12-16 tahun
2) Remaja akhir : umur 17-25 tahun
3) Dewasa awal : umur 26-35 tahun
4) Dewasa akhir : 36-45 tahun
5) Lansia awal : 46-55 tahun
6) Lansia akhir : 56-65 tahun
7) Manula : > 65 tahun
2) Data pendidikan dikategorikan menjadi tiga menurut (Depdiknas,
2014) yaitu:
a) Pendidikan dasar yaitu SD/SMP/Sederajat
b) Pendidikan menengah yaitu SMA/Sederajat
c) Pendidikan tinggi yaitu Diploma/Akademi/Perguruan Tinggi
b. Data tentang faktor yang mungkin mempengaruhi nyeri haid pada
responden sesudah dilakukan wawancara atau pengisian checklist dan
2. Data sekunder
Data ini tentang gambaran umum nyeri haid mahasiswi di tempat
penelitian yaitu Poltekkes Kemenkes Mataram yang diperoleh melalui
Sekretaris Jurusan dan wawancara Mahasiswi
23

I. Devinisi Operasional Variabel


Definisi operasional mendefinisikan varibel secara operasional
berdasarkan yang diamati memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suau objek atau fenomena dengan
menggunakan parameter yang jelas.

Tabel 1. Definisi Operasional Efektivitas Pemberian Tropical Oil


Terhadap Nyeri Haid Remaja Putri
Variable Definisi Parameter Alat Ukur Hasil Ukur Skala
operasional
Variable Pemberian 1. Massage/ Modul/ - -
independen tropical oil Pijatan buku
: tropical adalah panduan
oil pemberian 2. Pemberian
minyak yang 1-3 tetes
dibuat dengan
fitrasi jahe 3. Pemberian

merah 2 x sehari

( Zingiber
Officinale
Rosc ) dan
minyak kelapa
( Virgin
Coconut Oil )
Variable Nyeri haid 1. Guarding Skala No Ordinal
dependent adalah nyeri (area yang nyeri Pain/tidak
: nyeri haid yang dirasakan sakit) dengan nyeri, nyeri
ketika Numeric ringan
menstruasi 2. Skala nyeri Rating (1-3)
Scale
24

(NRS) Moderate
pain/ nyeri
sedang
(4-6)

Worst
possible
pain/nyeri
berat
(7-10)
25

DAFTAR PUSTAKA

Agus Martua Ibrahim; Yunianta; Veronica Heppy Sri Hervina, 2015. Pengaruh
Suhu Dan Lama Waktu Ekstraksi Terhadap Sifat Kimia Dan Fisik Pada
Pembuatan Minuman Sari Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum)
Dengan Kombinasi Penambahan Madu Sebagai Pemanis. Malang:
Universitas Brawijaya.

Gati Dwi Sulistya Ningrum, 2016. Aktivitas Minyak Jahe Merah (Zingiber
Officinale Var Rubrum) Terhadap Nyeri Inflamasi Pada Mencit Balb-C
Dengan Induksi CFA (Completes Freunds Adjuvant) Jember: Universitas
Jember

Ambar Dwi Widyastuti 2011. Efektivitas Pemberian Ekstrak Jahe Merah Dalam
Mengurangi Nyeri Otot Pada Atlet Sepak Takraw Semarang Universitas
Diponegoro

FJ Mongs Haditomo SR 2002. Psikologi Perkembangan 2 Pengantar Dalam


Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.

Santoso 2008. Angka Kejadian Nyeri Haid Pada Remaja Indonesia Diperoleh
Dari Http://Www. Info-Sehat.Com/Inchi. Diakses Tanggal 10 Oktober 2018

Sharma, A., Taneja, Di Titik K Sharma, P., & Saha R. 2008. Problem Related

To Menstruation And Their Effect On Daily Routine Of Student Of A Medical


College In Delhi, India. Asia Pacific Journal Of Public Health 20.

Prawirohardjo, S. 2005 Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Keenam Titik


Jakarta Titik 2 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
26

Nathan, A. 2005. Primary Dysmenorrhea. Paractice Nurse, 30(6),49.


Sumodarsono, S. 1998 Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga
Jakarta.PT Gramedia

Supermi: Akbar Raden: Retno Mawar. 2016. Upaya Mengurangi Dismenore


Primer Dengan Ekstrak Jahe Asam Jawa Pada Masa Siswa Kebidanan
Stikes Aisyiyah Surakarta. Surakarta: Aisyiyah Surakarta.

Gumang Sari, Ni Made Gita. 2014, Pengaruh Massage. Counterpreasure


Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada Remaja Putri Di SMA
Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang, Terdapat Dalam Http://Perpus
Web.Id/Karya Ilmiah/Dokumen Ts /36 37. PDF Diakses Tanggal 25
Agustus 2018

Rahayu, Fitri 2010. Formasi Penyediaan Cweable Lozenges Yang Menganunhlg


Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Offcinale Rosc. Var. Rubrum). Skripsi Tesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pertanian, 2015, Virgin Coconut Oil (VCO) Rempah Yang Menyehatkan,


Https://Jabar. Litbang Pertanian Go.Id Tanggal 10 Oktober 2018

I Kadek Riyandi Pranadya Mardana; Dr. Cahaya Aryasa Em.,Sp. An. 2017.
Penilaian Nyeri. Bali: Universitas Udayana.

Verawati, Sri Nur, Widyawati, Rahayu, 2012. Merawat Dan Menjaga Kesehatan
Seksual Wanita, Grafindo Media Pratama Bandung

Haditomo. S. R: 2002 Psikologi Perkembangan: Penghantar Dalam Berbagai


Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Prawirohardjo. Esthetic 2005. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Keenam.


Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
27

Nonton, A: Ribu Lima. Primary Dysmenorrhea. Practice Nursing, 36 (6).49


Anorogo, DR Titik D Dan Wulandari, A. 2011 Cara Jitu Mengatasi Nyeri.
Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai