Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIVITAS RELAKSASI AUTOGENIK

TERHADAP DYSMENORRHEA
Nurteti Putri Dewi1, Sri Utami2, Sofiana3
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: Nurtetiputridewi03@gmail.com

Abstract

Dysmenorrhea is an excessive pain during menstruation caused by uncoordinated uterine


contrauctions. There were some pain managements for dysmenorrhea, one of them was autogenic
relaxation. This study aims to determine the effectiveness autogenic relaxation against the intensity
of dysmenorrhea. The research design used in this study was “pre- experiment” with “one group
pretest-postest” only. The sample in this research were the VII grade students of Junior High
School 3 Pekanbaru, the total sample were 17 experiment respondendents who taken by using
accidental sampling techniques. The measuring instrument used was observation sheets. The
analysis were univariate and bivariate analysis by using Wilcoxon tests. The result showed
significant reduction of intensity dysmenorrhea on experimental group after the group has given the
relaktation autogenic with p value (0,000) < ά (0,05). It means autogenic relaxation was effective to
reduce the intensity of dysmenorrhea. The result of this study is expected to be an alternative to
handling the dysmenorrhea for young women.

Keyword: Autogenic relaxation, dysmenorrhea, menstruation

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan fase peralihan denganterjadinya ketidakseimbangan hormon di
antara masa kanak-kanak ke masa dewasa dalam tubuh.Hormon prostaglandin merupakan
(Mahfudli, 2009), ini merupakan segmen salah satu hormon yang sangat berpengaruh
perkembangan individu yang sangat penting, terhadap terjadinya dysmenorrhea, dimana
yaitu diawali dengan matangnya organ-organ peningkatan sekresi hormon prostaglandin dapat
fisik (seksual) sehingga mampu menyebabkan meningkatnya kontraksi
bereproduksi.Banyak perubahan khas yang uterus.Wanita yang mengalami dysmenorrhea
terjadi secara biologis baik pada remaja laki-laki memproduksi prostaglandin 10 kali lebih banyak
maupun remaja perempuan.Salah satu tanda dari wanita yang tidak dysmenorrhea (Mitayani,
keremajaan yang muncul secara biologis pada 2013; Sukarni, 2013; Anugroho & Wulandari,
perempuan yaitu mengalami menstruasi 2011).
(Mulyatiningsih dkk, 2011). Nyeri saat haid menyebabkan
Menstruasi merupakan perdarahan vagina ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-
secara berkala akibat terlepasnya lapisan hari.Keluhan ini berhubungan dengan
endometrium uterus.Menstruasi ini biasanya ketidakhadiran berulang di sekolah ataupun di
terjadi sekitar 14 hari sesudah ovulasi pada tempat kerja, sehingga dapat mengganggu
siklus 28 hari, dengan lama menstruasi berkisar produktivitas.40%-70% wanita pada masa
3-8 hari (Sukarni & Wahyu, 2013) dan rata-rata reproduksi mengalami nyeri haid dan sebesar
darah yang keluar bewarna merah gelap 10% mengalaminya hingga mengganggu
sebanyak 50-100 cc. Hal ini akan berlanjut aktivitas sehari-hari. Sekitar 70%-90% kasus
hingga tiba masa menopause, kecuali jika terjadi nyeri haid terjadi saat usia remaja dan remaja
kehamilan (Indriani, 2013). yang mengalami nyeri haid akan terpengaruh
Sebagian wanita yang mengalami aktivitas akademis, sosial dan olahraganya
menstruasi kerap mengalami gejala kram bagian (Puji, 2010).
perut bagian bawah atau dikenal dengan istilah Prevalensi dysmenorrhea di dunia sangat
dysmenorrhea. Kondisi ini berkaitan besar, yaitu rata-rata lebih dari 50%
97
perempuan setiap negara mengalaminya. Pada relaksasi autogenik merupakan teknik relaksasi
tahun 2012 prevalensi dysmenorrhea primer di yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-
Amerika Serikat pada wanita umur 12-17 kata atau kalimat pendek ataupun pikiran yang
tahun adalah 59,7% dengan derajat kesakitan bisa membuat pikiran tentram (Asmadi, 2008).
49% dysmenorrhea ringan, 37% Relaksasi autogenik merupakan suatu
dysmenorrhea sedang dan 12% dysmenorrhea relaksasi yang sangat banyak kelebihannya
berat yang mengakibatkan 23,6% dari dibandingkan dengan relaksasi lainnya yaitu
penderitanya tidak masuk sekolah. Pada tahun sebagai latihan relaksasi autogenik ini dapat
2011 angka kejadian dysmenorrhea primer melatih seseorang untuk melakukan sugesti
pada remaja wanita yang berusia 14-19 tahun diri, agar ia dapat mengubah sendiri kondisi
sekitar 54,89% (Shopia, Muda, Jemadi, 2013). kefaalan pada tubuhnya untuk mengendalikan
Dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor munculnya emosi yang bergelora. Jadi, dengan
yang Berhubungan Dengan Kejadian melakukan relaksasi autogenik, seseorang
Dysmenorrhea pada Siswi SMA Negeri 2 dapat mengubah sendiri kondisi kefaalannya,
Medan” didapatkan 110 orang yang serta dapat juga mengatur dan mengendalikan
mengalami dysmenorrhea sebanyak 79,1% pemunculan emosinya pada tingkatan yang
orang mengalami nyeri ringan, 8,2% orang dikehendaki (Gunarsa, 2008).
mengalami nyeri sedang, dan 12,7% nyeri Relaksasi autogenik dipercaya dapat
berat (Sirait, Hiswani, Jemadi, 2014). membantu individu untuk mengendalikan
Upaya yang dapat dilakukan untuk beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah,
mengatasi dysmenorrhea meliputi upaya frekuensi jantung dan aliran darah.Relaksasi
farmakologis maupun nonfarmakologis.Dalam autogenik dilakukan dengan membayangkan
penanganan dysmenorrhea secara diri sendiri berada dalam keadaan damai dan
farmakologis yang digunakan adalah tenang, berfokus pada pengaturan nafas dan
analgesik, terapi tersebut lebih efektif dalam detakan jantung. Respon relaksasi tersebut
mengurangi nyeri haid tetapi memiliki dampak akan merangsang peningkatan kerja saraf
yang buruk kebagian organ ke ginjal dan liver parasimpatis yang akan menghambat kerja dari
apabila dikonsumsi secara terus-menerus serta saraf simpatis. Tujuan teknik relaksasi
dapat menimbulkan ketergantungan. autogenik adalah membawa pikiran ke dalam
Walaupun demikian, namun cara lain yang kondisi mental yang optimal. Relaksasi
dapat dilakukan dalam mengatasi autogenik akan membantu tubuh untuk
dysmenorrhea yaitu dengan cara membawa perintah melalui autosugesti untuk
nonfarmakologis. Salah satu tindakan rileks sehingga dapat mengendalikan
nonfarmakologis yang dapat dilakukan adalah pernafasan, tekanan darah, denyut jantung
dengan cara relaksasi (Purwaningsih & serta suhu tubuh. Tubuh merasakan
Fatmawati, 2010; Anugroho & Wulandari, kehangatan, merupakan akibat dari arteri
2011) perifer yang mengalami vasodilatasi
Relaksasi merupakan intervensi mandiri sedangkan ketegangan otot tubuh yang
untuk menurunkan intensitas nyeri, menurun mengakibatkan munculnya sensasi
meningkatkan ventilasi paru dan ringan.Perubahan-perubahan yang terjadi
meningkatkan oksigenasi darah.Ada banyak selama maupun setelah relaksasi
jenis teknik relaksasi, yang salah satunya mempengaruhi kerja saraf otonom.Respon
adalah relaksasi autogenik, relaksasi ini mudah emosi dan efek menenangkan yang
untuk dilakukan dan tidak berisiko.Relaksasi ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah
autogenik secara umum sama dengan relaksasi fisiologi dominan simpatis menjadi dominan
lainnya, yaitu sama-sama membawa klien ke sistem parasimpatis (Oberg, 2009).
arah relaksasi. Perbedaan relaksasi autegenik Menurut Nurhayani (2015), dalam
dan guided imageri adalah Terapi guided penelitiannya tentang “Relaksasi Autogenik
imagery merupakan metode relaksasi untuk Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Ibu
mengkhayalkan atau mengimajinasikan Post Operasi Sectio Saecarea” dalam
tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa penelitiannya diperoleh hasil uji t menunjukan
yang menyenangkan (Afdila, 2016) Sedangkan 0,0001 > (ά = 0,05) artinya ada perbedaan

98
skala nyeri antara sebelum dan sesudah Januari 2018. Penelitian ini merupakan
dilakukan relaksasi autogenik dengan nilai penelitian kuantitatif dengan desain
mean=1,080 yaitu terjadi kecendrungan penelitianpre- experimen dengan rancangan
penurunan skala nyeri sesudah perlakuan penelitian one group pretest-postest. Populasi
dengan rata-rata penurunan skala nyerinya dari penelitian ini adalah seluruh siswi kelas
1,080. VII SMP Negeri 13 Pekanbaru.Pengambilan
Menurut Fitriana (2016), dalam sampel dengan menggunakan teknik
penelitiannya tentang “Perbandingan Terapi accidental sampling.dengan jumlah sampel 17
Relaksasi Autogenik dan Aroma Terapi responden.
Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Instrumen penelitian yang digunakan
(dysmenorrhea) pada siswi di MTS Samawa untuk melakukan pengumpulan data tentang
Sumbawa Besar” diperoleh p value = 0,00 > (ά nyeri pada penelitian ini dengan menggunakan
= 0,05) menerangkan bahwa terdapat pengaruh lembar observasi yang berisikan data
penggunaan terapi autogenik untuk penurunan demografi responden dan skala intensitas nyeri
tingkat nyeri haid. Numerik Rating Scale (NRS).Analisa data
Hasil studi pendahuluan yang peneliti menggunakan analisa univariat dan bivariat.
lakukan di SMPN 13 Pekanbaru pada tanggal 15 Analisis univariat dalam penelitian ini akan
Desember 2017 melalui wawancara didapatkan menampilkan distribusi frekuensi umur dan
10 dari 12 orang mengalami nyeri saat suku. Analisa bivariat digunakan untuk
menstruasi. Dimana rata-rata orang diantaranya mengetahui apakah ada hubungan yang
mengalami nyeri sedang (skala nyeri 4-6), 2 signifikan antara 2 variabel yaitu relaksasi
orang mengalami nyeri ringan (skala nyeri 3) autogenik terhadap dysmenorrhea dengan
dan 1 orang mengalami nyeri berat (skala nyeri menggunakan uji Wilcoxon.
7). Siswi tersebut mengatakan biasanya saat
dysmenorrhea mereka melakukan berbagai cara HASIL PENELITIAN
untuk mengatasinya seperti mengoleskan 1. Analisa Univariat
minyak kayu putih, meminum teh hangat, Distribusi berdasarkan karakteristik usia
menekan perut, beristirahat, bahkan ada yang dijelaskan pada tabel dibawah ini.
dibiarkan saja. Selain itu peneliti juga Tabel 3
mewawancarai salah seorang guru Bimbingan Distribusi Frekuensi Karakteristik
Konseling (BK) yang mengatakan bahwa Responden: Umur, suku
banyak siswi-siswi yang mengeluh sakit perut No Krateristik Frekuensi Persentas
atau kram perut saat mengalami menstruasi Responden e (%)
sehingga aktivitas belajar siswi tersebut menjadi 1. Umur
terganggu. 11Tahun 1 5,9
Berdasarkan latar belakang diatas maka 12 Tahun 5 29,4
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 13 Tahun 11 64,7
14 Tahun 0 0,0
tentang “Efektivitas Relaksasi Autogenik
Terhadap Dysmenorrhea”. Jumlah 17 100,0
Tujuan penelitian ini adalah untuk 2. Suku
mengetahui intensitas nyeri dysmenorrhea Responden
sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi Melayu 3 17,6
autogenik pada kelompok eksperimen. Minang 5 29,4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Jawa 4 23,5
Lain-lain 5 29,4
memberikan informasi dalam pengembangan
Total 17 100,0
ilmu pengetahuan tentang efektivitas relaksasi
Berdasarkan tabel 3 diketahui
autogenik terhadap dysmenorrhea serta sebagai
bahwa dari 17 responden yang diteliti,
masukan dan evaluasi terhadap penanganan
distribusi responden menurut umur yang
dysmenorrhea.
terbanyak adalah umur 13 tahun dengan
METODOLOGI PENELITIAN
jumlah 11 orang (64,7%) dan distribusi
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri
responden menurut suku yang terbanyak
13 Pekanbaru yang dilakukan pada bulan

99
adalah suku Minang dengan jumlah 5 sesudah relaksasi autogenik yaitu p value
orang (29,4%). 0,026 < α (0,05) sehingga dapat
disimpulkan data tidak berdistribusi
Tabel 4 normal.
Intensitas Dysmenorrhea Sebelum dan 1. Intensitas dysmenorrhea pada
Sesudah Diberikan Relaksasi Autogenik kelompok eksperimen sebelum dan
pada Kelompok Eksperimen sesudah diberikan relaksasi autogenik
Variabel Median SD Min Max Tabel 6
Intensitas Dysmenorrhea pada
Pretest 5,00 1,047 4 7 Kelompok Eksperimen Sebelum dan
Sesudah Diberikan Relaksasi
Posttest 4,00 0,862 2 5 Autogenik (N=17)
Variabel p value
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
nilai rata-rata intensitas dysmenorrhea Pretest Negative 17
sebelum diberikan intervensi relaksasi ranks 0,000
autogenik yaitu 5,00 dengan standar
deviasi 1,047 dan nilai rata-rata intensitas Posttest Positive 0
dysmenorrhea sesudah diberikan ranks
intervensi relaksasi autogenik yaitu 4,00. Ties 0
Rata-rata intensitas dysmenorrhea pada Hasil analisa statistik menggunakan uji
kelompok kontrol mengalami penurunan Wilcoxon karena uji t-dependent tidak
sebanyak 1 poin.Nilai pretest kelompok memenuhi syarat yaitu data tidak berdistribusi
eksperimen yaitu minimal 4 dan normal. Median sebelum diberikan tindakan
maksimum 7.Serta nilai posttest kelompok relaksasi autogenik yaitu sebesar 5,00, setelah
ekperimen yaitu minimum 2 dan diberikan tindakan relaksasi autogenik sebesar
4,00 yang artinya terjadi penurunan nilai
maksimum 5.
median sebesar 1 angka dan diperoleh p value
0,000 < α (0,05), maka dapat disimpulkan Ho
2. Analisa Bivariat ditolak berarti ada perbedaan yang bermakna,
Analisa bivariat pada penelitian ini rata-rata skor relaksasi autogenik sebelum dan
menggunakan one group dimana semua sesudah diberikan tindakan relaksasi
pasien mendapatkan perlakuan berupa autogenik terhadap dysmenorrhea.
tindakan relaksasi autogenik.Relaksasi
autogenik sebelum dan sesudah tindakan PEMBAHASAN
yang diberikan kepada responden dapat 1. Karakteristik Responden
dilihat pada tabel dibawah ini : a. Umur
Tabel 5 Berdasarkan penelitian yang
Uji Normalitas Data Dengan Uji Shapiro- dilakukan terhadap 17 orang remaja putri
wilk (N=17) di SMP Negri 13 Pekanbaru, didapatkan
Tabel 5 diatas dapat dilihat median
Variabel N SD Media Min p
sebelum tindakan relaksasi autogenik n - valu
adalah 5,00 dengan skor minimal 4 dan max e
skor maksimal 7 serta standar deviasi Pretest 17 1,09 5,00 4-7 0,02
1,096, dan median setelah 6 1
tindakanrelaksasi autogenik adalah 4,00
Posttest 17 0,86 4,00 2-5 0,02
dengan skor minimal 2 dan skor maksimal
2 6
5 serta standar deviasi 0,862 dengan p
value 0,021 dan 0,026 < α (0,05). Uji hasil bahwa sebagian besar usia remaja
normalitas pada penelitian ini putri berada pada usia 13 tahun dengan
menggunakan Shapiro-wilk dikarenakan jumlah 11 orang (64,7%). Hasil ini
responden kurang dari 50. Didapatkan menyatakan bahwa sebagian besar
hasil uji normalitas sebelum relaksasi responden berada dalam masa remaja
autogenik dengan p value 0,021 dan awal (early adolescence) yaitu usia 11-14
100
tahunHockenberry (2004). Sesuai dengan 1. Intensitas Dysmenorrhea
penelitian Santoso (2016) dimana Berdasarkan hasil penelitian yang
sebanyak 40 orang (74,07%) dilakukan pada siswi SMP Negeri 13
respondennya merupakan siswi yang Pekanbaru didapatkan bahwa nilai rata-
berumur 13 tahun. Karena responden rata intensitas dysmenorrhea sebelum
dalam penelitian Santoso responden diberikan relaksasi autogenik pada
terbanyak adalah berumur 13 tahun. kelompok eksperimen adalah 5,00 dan
Dysmenorrhea terjadi beberapa sesudah diberikan relaksasi autogenik
waktu setelah menarche sehingga siklus – 4,00. Rata-rata intensitas dysmenorrhea
siklus haid pada bulan-bulan pertama pada kelompok eksperimen mengalami
setelah menarche umumnya berjenis penurunan sebanyak 1 poin.Berdasarkan
anovolator yang disertai rasa nyeri, yang hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
diakibatkan oleh meningkatnya hormon terjadi penurunan rata-rata intensitas
prostaglandin sehingga mengakibatkan dysmenorrhea sesudah pemberian
kontraksi uterus yang berlebihan relaksasi autogenik (posttest) pada
(Wiknjosastro, 2007). Menstruasi pertama kelompok eksperimen.
pada umumnya dialami remaja pada usia Sesuai dengan penelitian Syahid
13-14, namun pada beberapa kasus dapat (2017) dengan p value 0,000 < ά (0,05)
terjadi pada usia ≤ 12 tahun (Anugroho, dimana didapatkan perbedaan skala nyeri
2011). yang signifikan sesudah dilakukan
relaksasi autogenik. Nilai rata-rata skala
b. Suku nyeri sesudah diberikan intervensi
Berdasarkan penelitian yang telah relaksasi autogenik pada kelompok
dilakukan di SMPN Negeri 13 Pekanbaru, eksperimen yaitu 4,23 sedangkan nilai
remaja putri berasal dari berbagai suku rata-rata skla nyeri pada kelompok
seperti Melayu, Minang dan Jawa. Suku kontrol tanpa diberikan intervensi
terbanyak yang didapatkan pada remaja relaksasi autogenik yaitu 5,17. Karena
putri terbanyak adalah suku Minang dalam penelitian ini sama-sama
dengan jumlah 5 orang (29,4%). Hal ini memberikan efek relaksasi autogenik yang
terjadi karena lokasi penelitian merupakan signifikan dalam menurunkan intensitas
daerah yang dominan masyarakatnya nyeri.
etnisMinangkabau yang merupakan Pada saat dysmenorrhea terjadi
masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar peningkatan produksi prostaglandin yang
37,96% dari total penduduk kota. Menurut dilepaskan ke dalam peredaran darah
Prasetyo (2010), keyakinan serta nilai- (Mitayani, 2013).Kadar prostaglandin 5-
nilai budaya dapat mempengaruhi cara 13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
individu dalam mengatasi nyeri. Individu wanita yang tidak mengalami
mempelajari apa yang diharapkan dan apa dysmenorrhea.Prostaglandin dilepas
yang diterima oleh kebudayaan mereka, dalam 2 hari pertama siklus
termasuk bagaimana bereaksi terhadap menstruasi.Pelepasan prostaglandin ini
nyeri. Hal ini sesuai dengan penelitian merangsang kontraksi berlebihan pada
Solehati dan Rustina (2015) bahwa faktor uterus sehingga menyebabkan nyeri. Sifat
kebudayaan atau suku berpengaruh rasa nyeri yaitu kejang berjangkit pada
terhadap intensitas nyeri dimana suku perut bagian bawah, bisa juga menyebar
berperan dalam toleransi nyeri yang ke daerah pinggang dan Paha (Alpers,
berdampak besar pada persepsi nyeri 2007; Sukarni & Icemi, 2013)
psikologis. Sehingga setiap orang 2. Efektivitas Relaksasi Autogeanik
mempunyai respon yang berbeda terhadap Terhadap Dysmenorrhea
nyeri yang dialaminya, sesuai dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
suku dan budaya dimana ia berasal, telah dilakukan di SMP Negeri 13
karena budaya akan mengajarkan orang Pekanbaru didapatkan ada perbedaan yang
tersebut dalam merespon nyeri. signifikan dari rata-rata intensitas

101
dysmenorrhea sebelum dan sesudah autogenik dengan nilai mean = 1,080 yaitu
diberikan relaksasi autogenik pada terjadi kecendrungan penurunan skala
kelompok eksperimen dengan p value = nyeri sesudah perlakuan dengan rata-rata
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan skala nyerinya 1,080.
relaksasi autogenik efektif dalam Pada penelitian ini dapat
penurunan intensitas dysmenorrhea. disimpulkan bahwa relaksasi autogenik
Nyeri pada saat menstruasi terjadi dapat menurunkan intensitas
karena adanya jumlah prostaglandin yang dysmenorrhea.Dengan demikian,
berlebihan pada pembuluh darah sehingga melakukan relaksasi autogenik terbukti
merangsang hiperaktivitas kontraksi efektif untuk menangani permasalahan
uterus.Peningkatan prostaglandin dysmenorhea pada remaja.
menyebabkan kontraksi myometrium
meningkat sehingga mengakibatkan aliran SIMPULAN
darah haid berkurang dan otot dinding Penelitian yang dilakukan pada 17 responden
uterus mengalami iskemik dan disintraksi dengan one group menunjukkan bahwa umur
endometrium dan dapat menyebabkan responden terbanyak adalah umur 13 tahun
rangsangan pada serabut saraf nyeri yang dengan jumlah 11 orang (64,7%) dan suku
terdapat pada uterus meningkat (Morgan terbanyak adalah suku Minang dengan jumlah
& Hamilon, 2009). 5 orang (29,4). Relaksasi autogenik sebelum
Relaksasi autogenik ini merupakan dan sesudah dilakukan pada siswi yang
salah satu teknik relaksasi atau latihan mengalami nyeri dysmenorrhea dimana hasil
fisik yang dapat menghasilkan hormon uji Wilcoxon menunjukkan signifikansi
endorphin.Hormon ini berfungsi sebagai dengan p value (0,000) < ά (0,05). Hasil
obat penenang alami yang di produksi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
oleh otak yang menimbulkan rasa nyaman tindakan relaksasi autogenik berpengaruh
dan untuk mengurangi rasa nyeri pada saat terhadap dysmenorrhea.
konstraksi. Relaksasi terbukti dapat
meningktakan jumlah kadar endorphin SARAN
empat sampai lima kali dalam darah. 1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Seseorang yang melakukan relaksasi maka Hasil penelitian ini diharapkan dapat
endorphin akan keluar dan ditangkap oleh dijadikan sebagai evidence based practive
reseptor di dalam hipotalamus dan sistem dalam upaya pengembangan ilmu
limbik yang berfungsi untuk mengatur pengetahuan khususnya dalam
emosi. Kadar endorphin beragam diantara meningkatkan manajemen nyeri secara non
individu, seperti halnya faktor-faktor farmakologis relaksasi autogenik bagi
seperti kecemasan yang mempengaruhi penderita dysmenorrhea.
kadar endorphin. Individu dengan kadar 2. Bagi Institusi Pendidikan
endorphin yang banyak akan lebih sedikit Intensitas pendidikan dharapkan dapat
merasakn nyeri (Harri, 2007). meningkatkan perkembangan ilmu
Hasil penelitian ini sesuai dengan pengetahuan dan menjadikan penelitian ini
penelitian Fitriana (2016) didapatkan p sebagai evidence based practice dalam
value < ά (0,00< 0,05), diperoleh hasil penanganan nyeri seperti dysmenorrhea.
bahwa relaksasi autogenik efektif dalam 3. Bagi Remaja yang Mengalami
menangani nyeri haid pada remaja karena DysmenorrheaMasyarakat khususnya
bermanfaat untuk melatih cara relaksasi remaja putri diharapkan dapat
saat nyeri haid, meningkatkan sirkulasi menggunakan alternative non farmakologi
dan mengontrol nyeri. yaitu relaksasi autogenik untuk menangani
Sesuai dengan penelitian hasil dysmenorrhea dan menghindari
penelitian Nurhayati (2015) dengan hasil penggunaan teknik farmakologi untuk
uji t menunjukan 0,0001 < (ά = 0,05) penanganan dysmenorrhea
artinya ada penurunan skala nyeri antara
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi .

102
4. Bagi penelitian selanjutnya Gunarsa & Singgih.(2008). Psikologi
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat Olahraga Prestasi. Jakarta: PT BPK
melakukan penelitian mengenai Gunung Mulia.
perbandingan efektifitas guided imagery Harry. (2007). Mekanisme endorphin dalam
dengan teknik relaksasi autogenik terhadap tubuh.Diperoleh 27 januari 2018 dari
penurunan nyeri dysmenorrhea, supaya http://klikharry./2007/02/1.doc+endorphin+
peneliti dapat mengetahui perlakuan apa dalam+tubuh.
yang lebih efektif untuk nyeri Indriani, D.(2013). Keperawatan Maternitas.
dysmenorrhea. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan
UCAPAN TERIMAKASIH maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Terima kasih peneliti ucapkan atas bantuan Mahfudli.,& Efendi, F. (2009). Keperawatan
dan bimbingan dari berbagai pihak dalam Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
penyelesaian penelitian ini. dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
1 Medika.
Nurteti Putri Dewi : Mahasiswa Fakultas Mulyatiningsih., Pancarianto, S., Yohanes, K.,
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Rohayati, M.(2011). Bimbingan pribadi-
2
Ns. Sri Utami, S.Kep., M.Biomed: Dosen sosial, belajar dan karier (Petunjuk praktis
Departemen Keperawatan Maternitas Fakultas diri sendiri untuk siswa SMP dan SMU).
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Jakarta: PT Grasindo.
3
Ns. Sofiana Nurchayati, M.Kep: Dosen Nurhayani, A. N. (2015). Relaksasi autogenik
Departemen Keperawatan Medikal Bedah terhadap penurunan skala nyeri pada ibu
Fakultas Keperawatan Universitas Riau, post operasi sectio saecarea. Diperoleh
Indonesia tanggal 25 September 2017 dari https:
//media.neliti.Com/media/
DAFTAR PUSTAKA publications/130503-ID-none.pdf.
Alpers, A. (2007). Buku ajar pediatric Oberg.E. (2009).Mind-body technigues to
Rudolpg (A. Samik Wahaab et, al., reduce hypertension’s cronic effect
Penerjemah). (Edisi ke-20). Jakarta: EGC. integrative medicine.Healt science journal,
Afdila, N. J., (2016). Pengaruh terapi guided issue 2.
imagery terhadap tingkat stres pada Prasetyo, N. S.(2010). Konsep dan
mahasiswa tingkat akhir dalam Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
menyelesaikan skripsi.Diperoleh tanggal 14 Ilmu.
Desember 2017 dari Purwatiningsih, W., & Fatmawati, S.
http://repository.unair.ac.id/50614/13/5061 (2010).Asuhan keperawatan maternitas.
4.pdf. Yogyakarta: Nuha Medika.
Anugroho, D., & Wulandari, A. (2011).Cara Puji . (2010) .Efektivitas senam dismenore
Jitu mengtasi nyeri haid. Yogyakarta: C. V Dalam mengurangi dismenore pada remaja
Andi Offset. putri di SMUN 5 Semarang. September, 23.
Asmadi.(2008). Teknik prosuderal 2017. http://eprints.undip.ac.id.
keperawatan konsep dan aplikasi Santoso, E, A, N. (2016).Efektivitas
kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba pemberian guided imagery terhadap nyeri
Medika. dysmenorrhea pada remaja di SMPN 03
Fitriana. (2016). Perbandingan terapi colomadu. Diperoleh tanggal 14 Desember
relaksasi autogenik dan aroma terapi 2017
terhadap penurunan tingkat nyeri haid darihttp://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/
(dysmenorrea) pada siswi di MTs N files/disk1/30/01-gdl-nuraenieki-1495-1-
SAMAWA sumbawa besar. Diperoleh skripsi-6.pdf
tanggal 25 September 2017 dari Syahid, K. N., (2017). Pengaruh relaksasi
http://id.stikes–mataram.ac.id/e- autogenik terhadap tingkat nyeri pada
journal/index.php/ JPRI/article/ view/28. penderita reumatoid artritis di kelurahan
lodoyong kecamatanambarawa. Diperoleh

103
tanggal 27 September 2017 dari http: Sophia, F., Muda, S., & Jemedi. (2013).
//perpusnwu. web.id /karyailmiah/ Faktor – faktor yang berhubungan dengan
documents/5397.pdf. dismenore pada siswi SMK negeri 10
Sirait, S, D., Hiswati & Jemedi. (2014). medan. Diperoleh tanggal 12 November
Faktor-faktor yang berhubungan dengan 2017 dari http://repository.
kejadian dismenore pada siswi SMA negeri Usu.ac.id/index.php./gkre/article/view/4060
2 medan. Diperoleh tanggal 12 November .
2017 dari http:// repository . usu . ac . id / Sukarni, I., & Wahyu, P. (2013).Buku ajar
bitstream / handle / 123456789 / 48919 / keperawatan maternitas..
Cover.pdf?sequence=7&isAllowed=y Wiknjosastro. H., Saifuddin. A.B.,
Solehati, T., & Y, Rustina.(2015). Benson Rachimhadhi, T. (2007).Ilmu kandungan
relaxation technique in reducing pain (Ed.2 cet.5). Jakarta: PT Bina Pustaka.
intensity in women after casarean
section.Diperoleh pada tanggal 20 Januari
2018 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/p
mc4493735/pdf/aapm-05-03-22236.pdf.

104

Anda mungkin juga menyukai