Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan

PENGARUH RELAKSASI DENGAN AROMATERAPI TERHADAP PERUBAHAN


INTENSITAS DISMENOREA

Ita Rulyana Megawati, Muhidin, Sesaria Betty Mulyati


Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Email : itamegawati16@gmail.com

ABSTRAK

Dismenorea merupakan keluhan yang sering dialami perempuan pada saat


menstruasi. Pada saat menstruasi terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang
dapat menyebabkan nyeri saat haid (dismenorea). Aromaterapi merupakan salah
satu cara nonfarmakologi untuk meringankan intensitas dismenorea. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap
perubahan intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra-Eksperimen dengan menggunakan
pendekatan One Group Pra – Prost test design. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswi yang mengalami dismenorea sebanyak 17 responden yang diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Uji yang digunakan yaitu uji Paired t Test
dengan α = 0.05. Pada penelitian rata – rata intensitas dismenorea sebelum
pemberian intervensi 5.18 sedangkan sesudah pemberian intervensi 4.06. Hasil
analisis statistik di dapatkan ρ value = 0.000 < α = 0.05, ini menunjukan bahwa ada
pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan intensitas dismenorea
pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan. Dari hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap
perubahan intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan.
Saran bagi siswi diharapkan dapat melakukan teknik relaksasi dengan aromaterapi
yang merupakan salah satu cara nonfarmakologi untuk mengurangi intensitas
dismenorea, dan saran bagi SMPN 1 Bendo Magetan dapat memfasilitasi
aromaterapi dan ruang UKS yang nyaman untuk pelaksanaan relaksasi dengan
aromaterapi.

Kata Kunci : Dismenorea, Nyeri, Aromaterapi

Halaman | 31
Jurnal Keperawatan

PENDAHULUAN disebabkan oleh kelainan ginekologi atau


Masa remaja merupakan masa yang kandungan (Najmi, 2011).
ditandai dengan terjadinya perubahan- Ada segolongan perempuan yang dapat
perubahan secara psikis dan pertumbuhan mengatasi serta menyembuhkan dismenorea
fisik yang sangat pesat. Salah satu ciri yang dengan mengkonsumsi obat-obatan secara
menandakan pubertas pada perempuan yaitu berkala karena sifat obat-obatan tersebut
menstruasi. Dengan adanya menstruasi tidak sering kali hanya menghilangkan rasa nyeri
sedikit perempuan merasakan nyeri haid maka penderita haid akan mengalami
(dismenorea) (Najmi, 2011). Di Amerika ketergantungan obat dalam jangka panjang
angka prosentasenya sekitar 60% dan di (Anurogo & Wulandari, 2011). Salah satu cara
Swedia sekitar 72%. Walaupun pada nonfarmakologi menurunkan tingkat nyeri
umumnya tidak berbahaya namun dapat pada seseorang yang mengalami dismenorea
menggangu aktivitas sehari-hari (Proverawati atau nyeri haid yaitu dengan relaksasi
& Misaroh, 2009). (Solehati & Kosasih, 2015). Salah satunya
Di Indonesia juga banyak perempuan adalah relaksasi dengan aromaterapi.
yang mengalami dismenorea tetapi tidak Aromaterapi adalah metode yang
berkunjung atau berobat ke dokter. Rasa malu menggunakan minyak essensial untuk
ke dokter dan kecenderungan untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan
meremehkan penyakit sering membuat data spiritual. Efek lainnya adalah menurunkan
penderita penyakit tertentu di Indonesia tidak nyeri dan kecemasan. Minyak essensial atau
dapat dipastikan secara mutlak. Boleh minyak astiri yang bersifat menurunkan atau
dikatakan 90 persen perempuan Indonesia menghilangka nyeri salah satunya adalah
pernah mengalami dismenorea. Jumlah lavender (Solehati & Kosasih, 2015).
penderita yang ada di lapangan selalu lebih Lavender ini akan meningkatkan gelombang
banyak dari laporan yang bisa diklaim oleh alfa dalam otak dan gelombang inilah yang
Dinas Kesehatan dan Instansi terkait akan membuat tubuh menjadi rileks dan akan
(Anurogo & Wulandari, 2011). Sedangkan di mengurangi rasa nyeri yang di rasakan
Jawa Timur sendiri angka kejadian (Sharma, 2009).
dismenorea sebesar 64,25% (Nadliroh, 2013). Aromaterapi juga dapat menurunkan
Dismenorea merupakan keluhan yang tingkat nyeri pada seseorang yang mengalami
sering dialami perempuan rasa nyeri ini dapat dismenorea menghilangkan rasa sakit saat
disebabkan oleh kontraksi otot perut yang menstruasi,sebab aromaterapi juga dapat
terjadi secara terus menerus saat memberikan efek stimulasi, memberikan
mengeluarkan darah. Kontraksi yang sangat sensasi yang menenangkan diri, otak,
sering ini menyebabkan otot menegang. keseimbangan, stress yang dirasakan,
Ketegangan otot tidak hanya terjadi pada otot relaksasi pada pikiran dan fisik pada tubuh
perut, tetapi juga otot-otot penunjang otot sehingga efek inilah yang dapat menurunkan
perut yang terdapat di bagian punggung nyeri pada seseorang. Jika pikiran terasa
bawah, pinggang, panggul dan paha hingga tenang dan rileks maka akan tercipta suasana
betis. Hampir semua perempuan mengalami yang nyaman, dan nyeri haid pun dapat
rasa tidak nyaman selama dismenorea seperti berkurang (Najmi, 2011).
tidak enak di perut bagian bawah dan Studi pendahuluan yang dilakukan oleh
biasanya juga disertai mual, pusing bahkan peneliti di SMPN 1 Bendo Magetan terhadap
pingsan sehingga memaksa penderita untuk 15 orang siswi terdapat 2 siswi (13,3%) yang
istirahat dan meniggalkan pekerjaan atau mengatakan tidak mengalami dismenorea
aktivitas rutinnya sehari-hari selama beberapa pada saat menstruasi dan 13 siswi (86,67%)
jam atau bahkan beberapa hari. Para ahli sering mengalami dismenorea atau nyeri haid
membagi dismenorea menjadi dua yaitu pada saat menstruasi. Dari 13 siswi ini
dismenorea primer dan sekunder. mengatakan walaupun nyeri haid datang
Dismenorea primer merupakan nyeri haid tetapi tetap masuk sekolah, namun kurang
yang dirasakan tanpa adanya kelainan pada konsentrasi mengikuti pelajaran dan ada juga
alat reproduksi. Rasa nyeri dimulai sejak haid yang harus ijin tidak masuk sekolah atau
yang pertama, dan bahkan ada sebagian istirahat di UKS. Dalam penangananya ada 3
perempuan yang selalu merasakan nyeri siswi (23,07%) yang mengatasi dismenorea
setiap menstruasi. Sedangkan dismenorea dengan obat-obatan, 2 siswi (15,3%)
sekunder adalah nyeri saat haid yang mengatasi dismenorea dengan minum jamu
Halaman | 32
Jurnal Keperawatan

tetapi 8 siswi (61,53%) diantaranya dalam penelitian ini berjumlah 15 orang, di


membiarkan nyeri haid dengan anggapan dalam penelitian ini peneliti memprediksi 10%
nyeri haid nanti akan hilang dengan sampel yang tidak dapat mengikuti penelitian
sendirinya. Sehingga di dapat bahwa masih sampai selesai maka jumlah sampel yang
banyak siswi yang belum paham tentang digunakan dalam penelitian ini adalah 16
bagaimana cara penaganan dismenorea responden. Teknik sampling yang digunakan
terutama penanganan dengan cara relaksasi dalam penelitian ini adalah Non-Probability
aromaterapi. Tujuan dari penelitian ini adalah sampling yakni Purposive sampling. Kriteria
untuk mengetahui pengaruh relaksasi dengan inklusi pada penelitian ini adalah siswi yang
aromaterapi terhadap perubahan intensitas bersedia menjadi responden dan sedang
dismenorea pada siswa kelas 8 SMPN 1 mengalami dismenorea minimal dengan skala
Bendo Magetan. nyeri 4 – 10, sedangkan kriteria eksklusinya
adalah siswi yang saat itu hadir dan tidak
METODE PENELITIAN sampai selesai mengikuti terapi relaksasi
Jenis penelitian dalam penelitian ini dengan aromaterapi dan siswi yang
ialah kuantitaf dengan desain Pra-Eksperimen mengatasi nyeri haid dengan menggunakan
menggunakan pendekatan One Group Pra- analgesik. Variabel Independen pada
Prost test design. Populasi dalam penelitian penelitian ini adalah relaksasi dengan
ini adalah seluruh siswi kelas 8 SMPN 1 aromaterapi, sedangkan variabel dependent
Bendo Magetan yang berjumlah 51 siswi. dalam penelitian ini adalah perubahan
Pengambilan sampel dalam penelitian ini intensitas dismenorea. Uji analisa data yang
berdasarkan Gay dalam Sani (2016) jumlah digunakan adalah uji paired sample t test
sampel untuk penelitian eksperimen minimal dengan tingkat signifikasi α : 0,05.
15 orang, sehingga sampel yang digunakan

HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik responden penelitian
Variabel Mean Median Modus Min–Max CI-95%
Usia (tahun) 13.82 14.00 14 13–15 13.55-14.10
Hari haid 1.18 1.00 1 -1 – 3 0.80-1.55
Lama haid 6.59 7.00 7 4–8 6.07-7.10
Usia pertama haid (menarche) 11.94 12.00 12 11– 13 11.48-12.40
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata – rata usia responden kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan 13.82 tahun dengan mediannya 14, usia responden yang paling banyak adalah 14
tahun. Usia termuda responden 13 tahun dan tertua 15 tahun serta 95% diyakini bahwa rata
– rata usia responden adalah diantara 13.55 sampai dengan 14.10. Pada data hari haid,
dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata – rata responden mengalami hari haid ke 1.18
hari dengan mediannya 1, responden mengalami dismenorea terbanyak pada hari haid ke 1,
hari haid terendah responden hari ke -1 dan tertinggi hari ke 3 serta 95% diyakini bahwa rata
– rata hari haid responden diantara 0.80 sampai dengan 1.55. Untuk lama haid, dari hasil
penelitian didapatkan bahwa rata – rata lama haid responden 6.59 hari dengan mediannya
7, lama haid terbanyak responden 7 hari, lama haid responden tercepat 4 hari dan terlama 8
hari serta 95% diyakini bahwa rata – rata lama haid responden adalah diantara 6.07 sampai
dengan 7.10. Dari usia pertama haid (menarche), hasil penelitian didapatkan bahwa rata –
rata usia menarche 11.94 tahun dengan mediannya 12, usia menarche terbanyak
responden 12 tahun, Usia menarche terendah responden 11 tahun dan tertinggi 13 tahun
serta 95% diyakini bahwa rata – rata usia menarche responden adalah diantara 11.48
sampai dengan 12.40.

Halaman | 33
Jurnal Keperawatan

2. Intensitas dismenorea sebelum dilakukan relaksasi dengan aromaterapi pada siswi kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan
Tabel 2. Intensitas dismenorea sebelum dilakukan relaksasi dengan aromaterapi pada
siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
Variabel Mean Median Modus Min–Max CI-95%
Skala nyeri (pretest) 5.18 5.00 5 4-6 4.80-5.55
Hasil pengukuran tendensi sentral intensitas dismenorea di dapatkan nilairata – rata
adalah 5.18 (kategori nyeri sedang), dengan median 5.00, intensitas dismenorea paling
banyak adalah 5, nilai terendah 4 dan tertinggi adalah 6 serta 95% diyakini bahwa rata – rata
usia menarche responden adalah diantara 4.80 sampai dengan 5.55
3. Intensitas dismenorea setelah dilakukan relaksasi dengan aromaterapi pada siswi kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan
Tabel 3. Intensitas dismenorea setelah dilakukan relaksasi dengan aromaterapi pada siswi
kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
Variabel Mean Median Modus Min–Max CI-95%
Skala nyeri (pretest) 5.18 5.00 5 4-6 4.80-5.55
Hasil pengukuran tendensi sentral intensitas dismenorea di dapatkan nilai rata – rata
adalah 4.06 (kategori nyeri sedang), dengan median 4.00, intensitas dismenorea paling
banyak adalah 4, nilai terendah 3 dan tertinggi adalah 5 serta 95% diyakini bahwa rata – rata
usia menarche responden adalah diantara 3.72 sampai dengan 4.40
4. Pengaruh Teknik Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan Intensitas
Dismenorea pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
Sebelum dilakukannya analisis data dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk
melihat data berdistribusi normal atau tidak menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan
ketentuan nilai p value > α = 0.05. Pada penelitian sebelum intervensi ρ value = 0.268
sedangkan sesudah intervensi ρ value = 0.093. ini menunjukkan bahwa nilai kedua p value
> α = 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Hasil analisa dengan
menggunakan uji paired sample t test di sajikan sebagai berikut.
Tabel 4. Analisa Pengaruh Teknik Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan
Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
Variabel Mean CI-95% p-value
Sebelum terapi 5.18 4.80-5.55 0,000
Setelah terapi 4.06 3.72-4.40
Beda pengaruh sebelum dan sesudah terapi 1.118 0.947-1.288
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata – rata intensitas dismenorea sebelum
pemberian terapi adalah 5.18 dan tingkat kepercayaan 95% adalah 4.80-5.55, Sedangkan
nilai rata-rata intensitas dismenorea sesudah pemberian terapi adalah 4.06, dan 95% tingkat
kepercayaan berada pada rentang 3.72-4.40. Dengan menggunakan uji Paired Sampel t
Test maka hasilnya di dapatkan p = 0.000. Karena p = 0.000 < α = 0.05 maka H1 diterima
yang artinya ada pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan intensitas
dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan

PEMBAHASAN yang termasuk kedalam kategori nyeri


1. Intensitas Dismenorea Sebelum Pemberian sedang.
Relaksasi dengan Aromaterapi Pada penelitian ini rata – rata
Berdasarkan hasil penelitian responden berusia 14 tahun, intensitas
intensitas dismenorea sebelum pemberian dismenorea tertinggi dialami responden
relaksasi dengan aromaterapi dengan pada usia 13 tahun dengan skala nyeri 6
menggunakan skala nyeri NRS (Numeric (nyeri sedang) sedangkan intensitas
Rating Scale) pada siswi kelas 8 SMPN 1 dismenorea terendah dialami oleh
Bendo Magetan dapat diketahui pada tabel responden pada usia 14 tahun dengan
5.5 bahwa rata–rata intensitas dismenorea skala nyeri 4 (nyeri sedang). Selain usia
yang di alami responden adalah 5. 18 pada penelitian ini rata – rata responden
mengalamai dismenorea pada hari haid ke
Halaman | 34
Jurnal Keperawatan

1.18 dengan hari haid responden terendah yaitu nyeri yang bisa ditoleransi dengan
yaitu pada hari ke -1 (sebelum menstruasi) baik/tidak mengganggu aktivitas, nyeri
dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang) sedang (4 – 6) yaitu nyeri yang
sedangkan hari haid responden tertinggi mengganggu aktivitas fisik,nyeri berat (7 –
yaitu pada hari haid ke 2 dengan skala 9) yaitu pada saat nyeri tidak mampu
nyeri 6 dan 5 (nyeri sedang). melakukan aktivitas secara mandiri dan
Dismenorea ini terjadi dikarenakan yang terakhirnyeri sangat berat (10) yaitu
pada saat haid terjadi peningkatan nyeri sangat hebat dan tidak berkurang
produksi prostaglandin (oleh dinding rahim) dengan terapi/obat – obatan pereda nyeri
sehingga mengakibatkan peningkatan dan tidak dapat melakukan aktivitas.
kontraksi rahim (uterus) yang berlebihan Penelitian yang dilakukan oleh
(Proferawati & Misaroh, 2009). Selama Agustina (2016) membuktikan bahwa
menstruasi, sel-sel endometrium yang responden yang mengalami dismenorea
terkelupas melepaskan prostaglandin. pada hari haid pertama ada 10 orang
Prostaglandin merangsang otot uterus (50%), dan dismenorea pada hari haid
(rahim) dan mempengaruhi pembuluh kedua ada 10 orang (50%). Tingkat nyeri
darah yang menyebabkan iskemia uterus yang dirasakan berbeda pada hari pertama
(penurunan suplai darah ke rahim) melalui dan hari kedua. Pada hari pertama tingkat
kontraksi myometrium (otot dinding rahim) nyeri yang dirasakan responden rata-rata
dan vasoconstiction (penyempitan berada pada nyeri sedang berjumlah 8
pembuluh darah) (Anurogo & Wulandari, orang (40%). Sedangkan pada hari kedua
2011). rata-rata responden yang berjumlah 7
Nyeri adalah pengalaman sensor dan orang (35%) mengalami nyeri sedang.
emosional yang tidak menyenangkan dan Sehingga terdapat perbedaan tingkat nyeri
bersifat sangat subjektif, sebab perasaan yang dirasakan pada hari pertama dan hari
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal kedua. Selain itu menurut Srianti (2006)
skala atau tingaktannya. Dan hanya pada dalam Suliawati (2013) mengatakan pada
orang tersebutlah, yang dapat menjelaskan tingkat usia 12 tahun, beberapa responden
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami telah mengalami nyeri haid (dismenorea).
(Brunner & Sudarth, 2002). Sedangkan Dengan lama nyeri 1-2 hari. Sedangkan
menurut LeMone, Buke & Bauldoff (2016), padatingkat usia 16 tahun rata-rata
apapun yang dialami individu sebagai nyeri responden mengalami dismenorea
adalah nyeri yang benar terjadi, dan kapan selama1,08 hari. Hal disebabkan karena
pun individu mengatakan nyeri artinya adanya respon hipotalamus pituitary
benar adanya. ovarian, adanya respon folikel dalam
Menurut Kusmiran (2011) ovarium dan fungsi uterus yang mulai
dismenorea dimulai 24 jam sebelum normal. Pada tingkat usia 17 terjadi
maupun saat haid datang, berlangsung peningkatan yang signifikan, dimanalama
sampai 12 jam pertama dari masa haid. dismenorea yang dirasakan oleh
Setelah itu rasa nyeri tadi akan hilang. responden meningkat hingga 1,7 hari.
Mansjoer (2001) dalam Agustina (2016) Rata-rata pada usia ini seseorang telah
mengatakan peluruhan pada dinding rahim dikatakan matang secara hormonal. Pada
timbul pada hari pertama dan hari kedua usia 18 dan 19 tahun responden
sehingga beberapa wanita akan mengalami penurunan dismenorea yaitu
merasakan nyeri atau ketidaknyamanan dalam jangka waktu 1,6 hari.Pada
pada hari tersebut. Untuk menilai skala tingkatan usia yang lebih tinggi yaitu pada
nyeri sesorang dibutuhkan pengukuran usia 20, 21 dan 22 lama nyeri haid
skala nyeri antara lain dengan (dismenorea) yang dirasakan cukup
menggunakan skala nyeri NRS (Numeric fluktuatif, kurang lebih 1.6, 1.02, 1.04. Pada
Rating Scale). Solehati & Kosasih (2015) tingkat usia ini terjadi peningkatan lama
mengatakan skala ini dimulai dari angka 0- dismenorea dengan selisih yang tidak
10, yaitu angka 0 menunjukkan tidak ada begitu signifikan. Penelitian ini juga sejalan
nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri dengan penelitian yang dilakukan oleh
paling hebat. Untuk tujuan deskriptif Novia dan Puspitasari (2008) tentang
Wahyudi & Wahid (2016) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
nyeri sebagai berikut, nyeri ringan (1 – 3) dismenorea primer. Penelitian ini
Halaman | 35
Jurnal Keperawatan

menunjukkan bahwa dismenorea primer cara nonfarmakologi untuk mengatasi


lebih banyak ditemukan pada rentangusia dismenorea adalah aromaterapi. Menurut
15–25 tahun dengan persentase 87% Jaelani (2009) aromaterapi merupakan
padajumlah responden 100 orang. salah satu diantara metode pengobatan
Penelitian lainnya oleh Ortiz (2010) dalam kuno yang masih dapat bertahan hingga
Salbiah (2013) menunjukkan bahwa rata- kini. Metode penyembuhan ini sudah
rata usia responden yang mengalami berlangsung secara turun menurun.
dismenorea adalah 17–35 tahun. Sekalipun metode yang digunakan
Berdasarkan uraian diatas peneliti tergolong sederhana, namun cara terapi ini
berasumsi bahwa dismenorea merupakan memiliki beberapa keunggulan dan
hal biasa yang dialami oleh seorang kelebihan dibandingkan dengan
perempuan pada saat menstruasi, tidak penyembuhan lain.Adapun kelebihan dan
sedikit perempuan pada saat menstruasi keunggulan dari aromaterapi antara lain
mengalami dismenorea. Intensitas yang biaya yang dikeluarkan relatif murah, dapat
dirasakan seseorang berbeda – beda mulai menimbulkan rasa senang, serta
dari nyeri ringan hingga nyeri berat yang khasiatnya terbukti cukup manjur dan tidak
tidak terkontrol. Dalam penelitian ini usia kalah dengan metode terapi lainnya.
serta hari haid saat responden mengalami Walaupun begitu ada beberapa kendala
dismenorea mempengaruhi terjadinya yang dapat mengurangi efek dari
peningkatan intensitas dismenorea yang di aromaterapi sehingga terapi yang
rasakan. Sehingga tingkat nyeri yang digunakan tidak bisa maksimal. Menurut
diraskan responden dapat berbeda – beda. Wisudawati dkk (2014) yang menyatakan
2. Intensitas Dismenorea Sesudah Pemberian bahwa ketidakmampuan untuk fokus
Relaksasi dengan Aromaterapi menyebabkan ketegangan yang
Berdasarkan penelitian intensitas berkepanjangan yang membuat kadar
dismenorea dengan menggunakan lembar prostaglandin tetap tinggi.
pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Penelitian yang dilakukan oleh Argi
Rating Scale) hasil intensitas dismenorea Virgona Bangun dan Susi Nur‟aeni tentang
sesudah pemberian relaksasi dengan “Pengaruh Aromaterapi Lavender
aromaterapi yang di berikan selama 15 Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
menit pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Pasca Operasi Di Rumah Sakit Dustira
Magetan pada tabel 5.6 diketahui bahwa Cimahi” menunjukkan bahwa intensitas
rata – rata intensitas dismenorea adalah nyeri sesudah diberikan aromaterapi
4.06 yang termasuk kedalam kategori nyeri lavender 4,10, dengan intensitas nyeri
sedang dengan intensitas dismenorea terendah 1 dan tertinggi 10. Dari tingkat
terendah yaitu pada skala nyeri 3 (nyeri kepercayaan pasien disimpulkan bahwa
ringan) dan yang tertinggi pada skala nyeri 95% diyakini bahwa rata-rata intensitas
5 (nyeri sedang). Setelah pemberian nyeri antara 2,09 sampai 6,11 dengan
relaksasi dengan aromaterapi para jumlah responden sebanyak 10 orang, ini
responden mengatakan lebih rileks dan dikarenakan aromaterapi dipandang dari
tenang serta nyeri yang dirasakan dapat segi biaya dan manfaat, penggunaan
berkurang. Dilihat dari segi manfaat manajemen nonfarmakologi lebih ekonomis
aromaterapi ini juga cukup mudah dan tidak ada efek sampingnya jika
digunakan dan tidak menimbulkan efek dibandingkan dengan penggunaan
samping serta dapat dilakukan kapan saja. manajemen nyeri farmakologi. Selain itu
Dismenorea merupakan hal yang juga mengurangi ketergantungan pasien
wajar di alami oleh seseorang yang terhadap obat-obatan. Perawat
mengalami menstruasi. Walaupun mengajarkan keperawatan mandiri
dismenorea ini tidak berbahaya namun atauterapi komplementer kepada pasien
dapat memaksa penderita untuk istirahat atau keluarga pasien. Salah satu terapi
dan meniggalkan pekerjaan atau aktivitas komplementer adalah aromaterapi, dimana
rutinnya sehari-hari selama beberapa jam aromaterapi ini bermanfaat mengurangi
atau bahkan beberapa hari seperti juga ketegangan otot yang akan mengurangi
menyebabkan seseorang tidak bisa hadir tingkat nyeri.
dalam sekolah maupun bekerja Berdasarkan uraian diatas peneliti
(Proverawati & Misaroh, 2009). Salah satu berasumsi bahwa aromaterapi merupakan
Halaman | 36
Jurnal Keperawatan

salah satu cara nonfarmakologi yang dapat Reseptor dalam cilia berhubungan dengan
digunakan untuk meringankan intensitas tonjolan olfaktorius yang berada di ujung
dismenorea yang dirasakan oleh saluran penciuman. Ujung dari saluran
responden. Pada penelitian ini intensitas penciuman berhubungan dengan otak. Bau
dismenorea setelah pemberian terapi diubah oleh cilia menjadi impuls listrik yang
masih berada pada kategori nyeri sedang. diteruskan ke otak melalui olfaktorius.
Hal ini dikarenakan kurangnya sarana dan Semua impuls mencapai system limbik.
prasarana dalam pelaksanaan intervensi, Sistem limbic adalah bagian dari otak yang
misalnya pada saat pemberian intervensi dikaitkan dengan suasana hati, emosi,
tidak berada pada rungan yang tidak ber- memori, dan belajar seseorang. Semua
AC, selain itu kurangnya fokus dan bau yang mencapai system limbic
ketegangan responden juga dapat mempengaruhi kimia langsung pada
mengurangi efek dari relaksasi yang suasana hati seseorang. Misalnya, bau
diberikan. lavender meningkatkan gelombang alfa
3. Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi dalam otak dan gelombang inilah yang
Terhadap Perubahan Intesitas Dismenorea membantu kita untuk rileks hingga
pada Siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo menurunkan nyeri. Bau melati
Magetan meningkatkan gelombang beta dalam otak
Setelah dilakukan analisis data dan gelombang inilah yang dikaitkan
dengan menggunakan uji Paired sample t dengan meningkatkan kesadaran. Sistem
test dengan tingkat signifikasi α = 0.05 limbic juga merupakan tempat
diperoleh sig ρ value = 0.000. Hal ini penyimpanan bau yang diingat. Ukuran
menunjukkan bahwa ρ value = 0.000 < α = molekul dari aromaterapi sangat kecil dan
0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang semua dapat dengan mudah menembus
yang artinya ada pengaruh relaksasi kulit dan masuk kedalam aliran darah.
dengan aromaterapi terhadap perubahan Diperlukan waktu beberapa detik bahkan
intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 dua jam bagi minyak aromaterapi untuk
SMPN 1 Bendo Magetan. Selisih rata-rata memasuki kulit dan dalam waktu empat
tingkat dismenorea sebelum dan setelah jam racun keluar dari badan lewat urine,
diberikan relaksasi dengan aromaterapi keringat, dan pembuangan yang lain
adalah 1.18. (Sharma, 2009).
Sesuai dengan teori yang Penelitian yang sama dilakukan oleh
dikemukakan Najmi (2011) aromaterapi Trie Wahyu Agustina (2016) “Pengaruh
dapat menurunkan tingkat nyeri pada Pemberian Effleurage Massage
seseorang yang mengalami dismenorea, Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat
sebab aromaterapi dapat memberikan efek Dismenorea Pada Mahasiswi Keperawatan
stimulasi, memberikan sensasi yang Semester IV Di Universitas „Aisyiyah
menenangkan diri, otak, keseimbangan, Yogyakarta” di dalam penelitiannya terbukti
stress yang dirasakan, relaksasi pada terjadi penurunan tingkat nyeri setelah
pikiran dan fisik pada tubuh sehingga efek pemberian effleurage massage
inilah yang dapat menurunkan nyeri pada aromatherapy jasmine dengan nilai ρvalue
seseorang. Jika pikiran terasa tenang dan = 0.000 dengan jumlah responden
rileks maka akan tercipta suasana yang sebanyak 10 orang.
nyaman, dan nyeri haid pun dapat Berdasarkan uraian diatas peneliti
berkurang. Selain itu Ilmi (2012) dalam dapat berasumsi bahwa ada ada pengaruh
Agustina (2016) mengemukakan bahwa relaksasi dengan aromaterapi terhadap
aromaterapi merilekskan perut yang nyeri perubahan intensitas dismenorea pada
dan mempunyai efek menyejukkan, siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan.
meningkatkan keseimbangan, pikiran Aromaterapi ini memberikan efek
positif, kepekaan, ketenangan jiwa, menenangkan dan merilekskan tubuh
mengurangi depresi, rasa cemas, batuk, sehingga dapat menurunkan intensitas
rasa sakit saat haid, stress, dan kecewa. nyeri yang dirasakan oleh seseorang,
Hal ini dikarenakan aroma dari sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
aromaterapi memasuki hidung kita dan responden setelah pemberian terapi
berhubungan dengan cilia yaitu rambut- responden merasakan lebih tenang, rileks,
rambut halus di bagian dalam hidung. nyaman dan nyeri yang dirasakan mulai
Halaman | 37
Jurnal Keperawatan

berkurang setelah pemberian relaksasi mengembangkan penelitian di masa yang


dengan aromaterapi. Dengan demikian akan datang.
penanganan dengan cara nonfarmakologi
yang salah satunya adalah relaksasi DAFTAR PUSTAKA
dengan aromaterapi dapat digunakan
sebagai salah alternatif untuk mengatasi Agustina, T, W & Salmiyati, S. (2016).
intensitas dismenorea yang dirasakan Pengaruh Pemberian Effleurage
seorang perempuan. Massage Aromatherapy Jasmine
Terhadap Tingkat Dismenore Pada
KESIMPULAN Mahasiswi Keperawatan Semester IV di
Berdasarkan dari hasil pembahasan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
penelitian yang berjudul “Pengaruh Relaksasi Anurogo, D & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu
Dengan Aromaterpi Terhadap Perubahan Mengatasi Nyeri Haid. Andi. Yogyakarta.
Intensitas Dismenorea Pada Siswi Kelas 8 Bangun, A, F & Nur‟aeni, S. (2013). Pengaruh
SMPN 1 Bendo Magetan” di dapatkan Aromaterapi Lavender Terhadap
beberapa kesimpulan : Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca
1. Rata – rata hasil pengukuran intensitas Operasi Di Rumah Sakit Dustira Cimahi.
dismenorea sebelum dilakukannya terapi Program Studi Keperawatan Sekolah
realaksasi dengan aromaterapi berskala Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad
5.24 yang termasuk dalam kategori nyeri Yani Cimahi. Volume 8. No.2. Jurnal
sedang. Keperawatan Soedirman.
2. Rata – rata hasil pengukuran intensitas Brunner & Suddarth. (2002) Buku Ajar
dismenorea sesudah dilakukan terapi Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Vol.
relaksasi dengan aromaterapi beskala 4.06 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
yang termasuk kedalam kategori nyeri EGC.
sedang. Jaelani. ( 2009). Aroma Terapi. Ed. 1. Jakarta
3. Hasil analisis dengan menggunakan uji : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Paired sample t test diperoleh sig ρ value = Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi
0.000 < α = 0.05, maka Ho ditolak dan H1 Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
diterima yang artinya ada pengaruh Medika.
intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 LeMone, P. Burke, M, K & Bauldoff, G. (2016).
SMPN 1 Bendo Magetan. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol. 1. Edisi. 5. Jakarta : Penerbit Buku
SARAN Kesokteran EGC.
1. Bagi Responden, Penelitian ini disajikan Nadliroh, U. (2013). Kecemasan Remaja Putri
sebagai alternatif dalam menurunkan nyeri Dalam Menghadapi Nyeri Haid
saat haid, sehingga disarankan untuk (Dismenorhea) Pada Siswi Kelas VII Di
menggunakan terapi relaksasi dengan SMPN 1 Mojoanyar Kabupaten
aromaterapi yang dapat dilakukan secara Mojokerto. Vol 5 No. Politeknik
mandiri sebagai teknik untuk mengatasi Kesehatan Majapahit.
dismenorea guna mereduksi penggunaan Najmi, L, N. (2011). Buku Pintar Menstruasi.
analgesik. Yogyakarta : Wardi.
2. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Bhakti Proverawati A & Misaroh S. (2009). Menarche
Husada Mulia Madiun, Diharapkan hasil Menstruasi Penuh Makna. Yogjakarta :
penelitian ini dapat digunakan sebagai Nuha Medika.
referensi bagi mahasiswi tentang Salbiah. (2013). Penurunan Tingkat Nyeri
pengobatan nyeri menggunakan metode Saat Menstruasi Melalui Latihan
non farmakologi dalam menurunkan nyeri Abdominal Stretching. Jurnal Ilmu
haid. Keperawatan. Magister Keperawatan
3. Bagi Peneliti selanjutnya, Hasil peneliti ini Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
belum sempurna karena keterbatasan Sani, F. (2016). Metodologi Penelitian
peneliti, diharapkan peneliti lain mampu Farmasi Komunitas dan Eksperimental.
mengembangkan penelitian lain mengenai Ed. 1. Yogyakarta : CV Budi Utama.
kejadian dismenorea dari segi faktor dan
variabel yang berbeda agar dapat

Halaman | 38
Jurnal Keperawatan

Sharma, S. (2009). Buku Pegangan yang Wahyudi. S. A & Wahid, Abd. (2016). Buku
Mengungkapkan secara Ringkas Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta :
Rahasia Aroma Terapi. Tangerang : Mitra Wacana Media.
Karisma. Wisudawati, E, R. Djuria, S, A. Erita,
Solehati, T & Kosasih, E, C. (2015). Konsep Puspitasari. P. I. & Gunadi, A. (2014).
dan Aplikasi Relaksasi dalam Efektifitas Senam Dismenorea dengan
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT Teknik Relaksasi Terapi Murottal untuk
Refika Aditama. Mengurangi Dismenorea

Halaman | 39

Anda mungkin juga menyukai