Anda di halaman 1dari 8

Review Jurnal

Anggota :
Apriliani (191560411002)
Fatmawati Matcik (191560411008)

Komplementer Dismenorhea

Epidemiologi Dismenorhea

Dismenore menyebabkan ketidak-nyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari.


Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di sekolah ataupun di tempat
kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas. 40-70% wanita pada masa
reproduksi mengalami nyeri haid, dan sebesar 10 persen mengalaminya hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. 1
Berdasarkan penelitian pada tahun 2017 di Universitas Gondar, Euthopia
didapatkan bahwa lebih dari 63% wanita yang mengalami dismenore menarik diri
dari lingkungan sosialnya dan mengalami penurunan akademik. Lebih dari 40,9%
mengurangijam aktivitasnya selama periode menstruasinya, 31,1% mengaku absen
dari sekolah dan memiliki konsentrasi yang rendah. 42,7% dari responden merasakan
penurunan nafsu makan serta peningkatan lama jam tidur. 1

Intervensi

Depkes 2013 di Indonesia angka kejadian dismenore terdiri dari 54,89%


dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Seluruh remaja pubertas angka
kejadian dismenore berkisar antara 45% -75%. Dimana ketidak hadiran di sekolah
berkisar antara 13% -51 % serta 5% -14% ketidak hadiran tersebut disebabkan beratnya
gejala yang terjadi. Sehingga dismenore merupakan penyebab utama absensi pada
remaja putri (Departemen Kesehatan, 2013).
Angka kejadian nyeri menstruasi di Sumbar 2013 mencapai 57,3%. Dari
mereka yang mengeluh nyeri 9% berat, 39 % sedang dan 52 % ringan. Kejadian ini
menyebabkan 12 % remaja sering tidak masuk sekolah. Angka kejadian nyeri
menstruasi di Lima Puluh Kota mencapai 51,8 %. Dari mereka yang mengeluh nyeri, 11%
berat, 41% sedang dan 48% ringan. Kejadian ini menyebabkan 10 remaja sering tidak masuk
sekolah (Sumbar, 2013).
Dampak dari dismenore tersebut yaitu terganggunya aktifitas sehari-hari,
akademis, sosial dan olahraga (Antao dkk, 2005). Pada aktifitas akademis di Thailand,
remaja dengan dismenore berat lebih banyak mendapat nilai rendah (6,5%),
menurunkan konsentrasi (87,1%) dan absensi belajar (80%) (Tangchai, 2004). Data
diatas mengambarkan bahwa dismenore mengakibatkan remaja kesulitan dalam melakukan
kegiatan apapun serta menurunkan konsentrasi dan prestasi. Akibat lanjutnya yaitu
menurunnya kualitas hidup pada individu masing-masing. 2
Terdapat beberapa cara untuk meredakan gejala-gejala dismenore yaitu dengan
cara farmakologi dan nonfarmakologi. Secara farmakologi nyeri dapat ditangani dengan
pemberian obat analgetik yang dapat menghilangkan nyeri dengan efektif seperti asam
mefenamat, ibuprofen, parasetamol dan lain-lain. Namun, penggunaan obat tersebut
meningkatkan risiko gangguan saluran cerna dan efek samping lain. Sehingga terapi
non farmakologi banyak dianjurkan karena lebih aman dan cukup efektif meredakan nyeri
secara fisiologis.
Pada review jurnal ini, kami akan membendingkan terapi non-farmakologis yang
paling baik dalam penanganan dismenore, meliputi terapi Kompres Hangat, konsumsi Kunyit
Asam dan Akupresur.

Perbandingan Jurnal

Topik 1. Kompres Hangat dan Kompres Dingin


Jurnal 1 :
Kompres hangat secara umum menimbulkan efek panas yang menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi darah, dan oksigenisasi jaringan
sehingga dapat mencegah kekakuan otot, menghilangkan rasa nyeri, menenagkan, dan
relaksasi. Efek kimia, adanya ion-ion terutama khlor, magnesium, hidrogen karbonat,
dan sulfat, menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi
darah. Efek tersebut mirip dengan gelembung CO 2 bebas yang terkumpul pada
permukaan kulit. Sehingga, kompres hangat juga bisa mengurangi rasa nyeri pada saat
haid(Hamidin, 2013).
Pemberian kompres panas pada perempuan dengan dismenore dapat menimbulkan
efek bagi rahim yakni, melunakkan ketegangan otot dinding rahim akibat kontraksi disritmik
tadi dan melebarkan pembuluh darah yang menyempit atau vasodilatasi pembuluh
darahsehingga oksigen akan mudah bersirkulasi. Dengan demikian, darah menstruasi
akan mudah keluar di ikuti penurunan kadar konsentrasi prostaglandin, sehingga nyeri
haid akan berkurang. Pengompresan cukup dilakukan 15 –20 menit atau kurang lebih 3
hingga 4 kali pengompresan. 3

Jurnal 2 : Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dinginsebagai Terapi


Non-Farmakologis Dismenore pada Remaja
Kompres hangat dan dingin sama-sama merupakan terapi non farmakologisyang
efektif, mudah, dan murah. Namun, menurut penelitian sebelumnya (2014) didapatkan
hasil bahwa terdapat perbedaan efektifitas penggunaan kompres hangat dan kompres
dingin terhadap penurunan dismenore pada remaja putri. Rata-rata perubahan
intensitas nyeri pada kelompok kompres hangat adalah sebesar 16,56 sedangkan
pada kelompok kompres dingin sebesar 34,44, dapat disimpulkan bahwa perubahan
rata-rata intensitas nyeri pada kelompok kompres dingin lebih efektif untuk
menurunkan dismenorea dibanding pada kelompok kompres hangat. 1

Pada kompres dingin, pengalihan persepsi nyeri menjadi rasa dingin yang lebih
dominan adalah salah satu tipe transendensi yang telah tercapai sehingga
responden merasa lebih nyaman. Sedangkan pada kompres hangat tidak mempunyai
efek yang sama dengan kompres dingin. Kompres hangat hanya meredakan nyeri dengan
menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin
yang menimbulkan nyeri lokal. Kompres hangat juga tidak mempunyai efek anestesi lokal
yang dapat mengurangi nyeri lokal. Kompres dingin juga dipercaya dapat mengurangi
ketegangan otot (lebih lama dibandingkan dengan kompres hangat). Oleh karena itu
berdasarkan atas teori dan fakta yang ada, dapat disimpulkan bahwa kompres dingin lebih
efektif dalam menurunkan persepsi nyeri dan meningkatkan kenyamanan daripada
kompres hangat. 1

Topik 2 : Kunyit Asam


Jurnal 1 : Pengaruh Pemberian Minuman Kunyit Asam terhadap penurunan Dismenore
Primer pada Mahasiswi tingkat II Prodi S1 Keperawatan stikes Mercubakti Jaya Padang
Menurut analisa peneliti, terdapatnya perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah
diberikan minuman kunyit asam pada responden, dapat dilihat pada nilai p value 0,006. Hasil
analisa peneliti, didapatkan peningkatan skala nyeri sebelum diberikan minuman kunyit
asam. Usia responden yang didaptkan 9 orang berusia 20 tahun dan 1 orang berusia 19 tahun.
Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dismenore primer terjadi pada rentang usia
15-25 tahun. Usia tersebut berada pada fase awal masa reproduksi dengan status belum
menikah dan tidak mempunyai pengalaman melahirkan. Kejadian dismenore primer sangat
dipengaruhi oleh usia wanita, rasa sakit yang dirasakan beberapa hari sebelum
menstruasi dan saat menstruasi biasanya karena meningkatnya sekresi hormon
prostaglandin. Semakin tua umur seseorang semakin sering ia mengalami menstruasi dan
semakin lebar leher rahim maka sekresi hormon prostaglandin akan berkurang. Selain itu
dismenore primer nantinya akan hilang dengan makin menurunnya fungsi saraf rahim
akibat penuaan. Setelah diberikan minuman kunyit asam selama tujuh hariterdapat
penurunan skala nyeri, hal ini dikarenakan kandungan minuman kunyit asam yaitu
kurkumin yang berfungsi sebagai anti inflamsi dan anthocyanin sebagai pencegah
penyumbatan darah, memperlancar peredaran darah serta anti inflamasi yang dapat
menghambat reaksi cyclooxygenase. Dengan demikian terdapat pengaruh pemberian
minuman kunyit asam terhadap penurunan dismenore pada mahasisiwi tingkat II Prodi S1
Keperawatan STIKes MERCUBAKTI JAYA, Padang. 2
Jurnal 2 : Pengaruh Minum Kunyit Asamterhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dismenorea
Pada Siswi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Klaten.

Curcuminedan anthocyaninakan bekerja dalam menghambat reaksi


cyclooxygenase (COX) sehingga menghambat atau mengurangi terjadinya inflamasi
sehingga akan mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi uterus. 4
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anindita (2010), yang menunjukkan
terdapat pengaruh kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit asam terhadap keluhan
dismenorea primer pada remaja putri di Kotamadya Surakarta. Pengaruh kebiasaan tersebut
terhadap keluhan dismenorea primer adalah dalam hal mengurangi keluhan dismenorea
primer pada remaja putri dan menunjukkan adanya hubungan positif antar variabel yang
ditunjukkan oleh hasil penghitungan Odds Ratio. 4
Hasil penelitian ini sebelum minum kunyit asam menunjukkan bahwa responden
yang mengalami nyeri disemnorea termasuk kategori nyeri ringan dan sedang
serta yang kategori nyeri hebat tidak ditemukan. Tingkat nyeri dismenorea responden
sebagian besar termasuk kategori nyeri ringan 33 (75%) responden. Setelah
minum kunyit asam dapat diketahui beberapa responden ada yang mengalami penurunan
nyeri dismenorea dan ada yang tidak mengalami nyeri sejumlah 17 (38,6%) responden. 4

Topik 3 : Akupresur

Jurnal :
Akupresur dapat digunakan untukmenurunkan nyeri dismenorea seperti
dalampenelitian yang dilakukan oleh Zafari, et al (2011) danJothirajan (2016) serta Aghamiri,
et al (2006).Mohamed (2015) juga menyatakan akupresur denganmenggunakan femi-band
pada titik SP6 secaraefektif dapat menurunkan nyeri dismenorrea. Hsiehet al. (2006) dalam
penelitiannya menyimpulkanbahwa akupresur dapat menurunkan nyeri kronispunggung
bagian bawah. Hsieh et al. (2010) dalampenelitian lainnya juga menyatakan 1 bulan
terapiakupresur lebih efektif dalam menurunkan sakit kepalakronis jika dibandingkan dengan
terapi 1 bulanrelaksasi otot. Tse & Au (2010) juga menjelaskanbahwa akupresur dapat
menurunkan nyeri lutut kronisdan tingkat depresi serta meningkatkan mobilitas danaktivitas
sehari-hari. 5

Akupresurpada titik akupunktur akan memberikan efek lokalyaitu penurunan rasa


nyeri pada daerah sekitar titikpenekanan. Energi akupresur pada titik akupunkturakan
mengalir melalui aliran meridian menuju targetorgan. Stimulasi maupun sedasi target organ
akanmemberikan efek perubahan biokimia, fisiologis, danpersepsi/rasa. Perubahan biokimia
dapat berupapeningkatan kadar endorfin, perubahan fisiologisdapat berupa aktivitas aliran
darah dan oksigen,sedangkan perubahan persepsi/ rasa dapat berupapenurunan tingkat nyeri
(Adikara 2015).

Outcome (Kesimpulan)
DAFTAR PUSTAKA
1. Maimunah, S., Dewi, R., Sari, P. & Prabowo, A. Y. Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat dan
Kompres Dingin sebagai Terapi Non-Farmakologis Dismenore pada Remaja.

2. Hamdayani, N. D., Stikes, M. K. & Padang, M. PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN


KUNYIT ASAM TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PRIMER PADA
MAHASISWI TINGKAT II PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES MERCUBAKTIJAYA
PADANG. XII Jilid II 80, (2018).
3. Kesehatan Metro Sai Wawai, J. et al. Pengurangan Nyeri Dismenore Primer pada Remaja
Putri dengan Kompres Hangat Reduction of Primary Dismenore Pain in Adolescent Girls
with Warm Compress. 10, 97–102 (2017).
4. Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu, K. PENGARUH MINUM KUNYIT
ASAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI DISMENOREA PADA SISWI DI
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JATINOM KLATEN Agus Winarso.
5. Kurniyawan, E. H. NARRATIVE REVIEW: TERAPI KOMPLEMENTER ALTERNATIF
AKUPRESUR DALAM MENURUNKAN TINGKAT NYERI (COMPLEMENTARY AND
ALTERNATIVE MEDICINE ACUPRESSURE IN REDUCING PAIN INTENSITY: A
NARRATIVE REVIEW). NurseLine Journal 1, (2016).

Anda mungkin juga menyukai