Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan

merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa

terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang

dinamakan menarche (Marmi, 2013). Menurut Nugroho, Bertalina, dan Marlina

(2016) remaja yang sedang mengalami proses pematangan reproduksi dengan

usia menarche termuda adalah 9 tahun. Pada saat menstruasi, wanita kadang

mengalami nyeri. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan

hingga yang berat kondisi tersebut dinamakan nyeri haid, yaitu keadaan nyeri

yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri haid

(dysmenorrhoe) merupakan suatu fenomena simptomatis meliputi nyeri

abdomen, kram, sakit punggung (Kusmiran, 2012).

Penelitian epidemiologi kejadian nyeri haid di Amerika Serikat

diperkirakan sekitar 45-90%. Bedasarkan penelitian yang sama nyeri haid

berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari pada wanita, sehingga membuat

mereka meninggalkan pekerjaan atau aktivitas rutin lainnya selama beberapa jam

atau beberapa hari. Sekitar 13-51% wanita pernah absen setidaknya sekali akibat

nyeri haid dan sekitar 5-14% berulang kali absen. Studi epidemiologi pada

populasi remaja (berusia 12-17 tahun) di Amerika Serikat, prevalensi disminore

59,7%. Rincian rasa nyeri menstruasi yang mengeluh nyeri hebat 12%, nyeri

1
2

sedang 37% dan nyeri ringan 49%. Studi ini juga melaporkan bahwa disminore

menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah (Anugroho & Wulandari,

2011).

Sebanyak 90% remaja wanita di seluruh dunia mengalami masalah saat

menstruasi dan lebih dari 50% dari wanita menstruasi mengalami dismenore

primer dengan 10-20% dari mereka mengalami gejala yang cukup parah.

Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89%

dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Larasati & Alatas, 2016).

Berdasarkan penelitian Nurhidayati (2017) di Bireuen mendapatkan hasil

bahwa dari 62 remaja yang mengalami menstruasi, sebanyak 71% remaja

mengalami dismenorea ringan, 21% mengalami dismenorea sedang, dan 8%

mengalami dismenorea berat. Penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa dan

Maulina (2016) di Lhokseumawe juga mendapatkan hasil bahwa dari 72 remaja

yang mengalami menstruasi, sebanyak 82,4% mengalami dismenorea ringan,

6,8% mengalami dismenorea sedang, dan 2,7% mengalami dismenorea berat. Dari

hasil penelitian diatas dapat diartikan bahwa remaja yang mengalami menstruasi

selalu diiringi dengan dismenorea.

Dismenorea sangat berdampak pada remaja usia sekolah karena

menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Jika seorang siswi mengalami

dismenorea, aktivitas belajar mereka di sekolah terganggu dan tak jarang hal ini

membuat mereka tidak masuk sekolah. Selain itu kualitas hidup remaja menurun.

Seorang siswi yang mengalami dismenorea tidak dapat berkonsentrasi belajar dan

motivasi belajar akan menurun karena dismenorea yang dirasakan pada saat
3

proses belajar mengajar (Ningsih, 2011).

Dismenorea pada remaja harus dapat ditangani dengan tindakan yang tepat

untuk menghindari dampak negative yang akan timbul. Dismenorea dapat

dikurangi secara farmakologis dan nonfarmakologis. Secara nonfarmakologis

diantaranya istirahat yang cukup, mengonsumsi minuman hangat berkalsium

tinggi, relaksasi dalam atau yoga, melakukan aktivitas fisik seperti olah raga,

bersepeda dan senam aerobik, akupresure, mandi dengan air hangat, kompres

dengan kantong air panas (buli-buli)/hangat pada bagian yang terasa nyeri

(Kozier & Erb’s, 2009 & Bobak, 2005).

Mahua, Mudayatiningsih, dan Perwiraningtyas (2018) dalam penelitiannya

di Malang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan efektif dari

pemberian kompres hangat terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore pada

remaja putri di SMK Penerbangan Angkasa Singosari (p=0,001; Z= -3,317). Hasil

penelitian Dhlan dan Syahminan (2017) di Padang juga menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan bermakna tingkat nyeri dismenorea sebelum dan setelah

dilakukan kompres hangat dengan nilai p= 0,000.

Hasil penelitian Maidartati, Hayati, dan Hasanah (2018) di Bandung juga

menunjukkan bahwa terdapat efektivitas pemberian kompres hangat terhadap

penurunan nyeri haid pada remaja usia 13-15. Penelitian yang dilakukan oleh

Ishak, Monayo, dan Mursyidah (2015) di Gorontalo juga mendaptkan hasil

p=0,000 artinya ada pengaruh kompres air hangat untuk menurunkan dismenorea

primer di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo.

Kompres hangat dengan buli-buli panas menyebabkan konduksi, dimana


4

terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga terjadi pelebaran

pembulu darah dan penurunan ketegangan otot sehingga nyeri dismenorea yang

dirasakan akan berkurang atau hilang (Potter & Perry, 2006).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang lakukan di SMA N 1 Kota

Langsa Aceh. Hasil wawancara dengan 10 orang siswi putri, 8 siswi yang

mengatakan mengalami nyeri saat menstruasi dan 2 siswi yang mengatakan tidak

mengalami nyeri saat menstruasi. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “Keefektifan kompres air hangat pada remaja

dengan dismenorea di SMA N 1 Kota Langsa”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, ditetapkan rumusan masalah

sebagai berikut “Apakah kompres air hangat efektif pada remaja dengan

dismenorea di SMA N 1 Kota Langsa?“.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keefektifan kompres air hangat pada remaja dengan

dismenorea di SMA N 1 Kota Langsa“.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dismenorea sebelum diberikan kompres air hangat

pada remaja di SMA N 1 Kota Langsa.

2) Untuk mengetahui dismenorea sesudah diberikan kompres air hangat pada

remaja di SMA N 1 Kota Langsa.


5

3) Untuk mengetahui perbedaan dismenorea sebelum dan sesudah

pemberian kompres air hangat pada remaja di SMA N 1 Kota Langsa.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak

SMA N 1 Kota Langsa untuk menyediakan kompres air hangat di UKS

untuk menurunkan nyeri dismenorea pada remaja putri.

1.4.2 Bagi Ilmu Pendidikan Keperawatan Maternitas

Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam perkembangan Ilmu

Keperawatan Maternitas bagi masa depan dan penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi bagi rekan mahasiswa STIKes Cut Nyak

Dhien Langsa khususnya tentang bagaimana keefektifan kompres air hangat

pada remaja dengan dismenorea di SMA N 1 Kota Langsa.

1.4.4 Bagi Penulis

Untuk menambah pengalaman penelitian dan untuk mengetahui

keefektifan kompres air hangat pada remaja dengan dismenorea di SMA N 1

Kota Langsa, sekaligus untuk menambah wawasan serta sebagai penerapan

ilmu yang di dapat selama pendidikan, serta merupakan syarat dalam

menyelesaikan studi S1 Keperawatan di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.

Anda mungkin juga menyukai