PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Widyastuti dkk (2009), kesehatan reproduksi
merupakan masalah penting di kalangan remaja, karena remaja
merupakan generasi penerus bangsa. Menurut WHO (2015),
remaja adalah rentang usia 10 hingga 19 tahun. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa
yang ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat (Indriyani,
2014).
Pada usia remaja terjadi masa pubertas, pada remaja wanita
ditandai dengan terjadinya mestruasi. Menstruasi dimulai antara
usia 12-15 tahun dan berlangsung hingga usia 45-50 tahun.
Keluhan-keluhan yang sering muncul ketika menstruasi adalah
mudah tersinggung, gelisah, insomnia, konsentrasi terganggu,
pembesaran payudara dan gangguan lainnya yang berkaitan
dengan masa menstruasi salah satunya berupa dismenorea
(Manuaba, 2009).
Menurut Fatmawati (2016), angka kejadian dismenorea di
dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% wanita disetiap
negara mengalami dismenorea. Angka kejadian dismenorea di
Amerika Serikat 30-50% terjadi pada wanita usia reproduksi. 10-
15% diantaranya mengalami kehilangan kesempatan kerja,
sekolah, dan kehidupan keluarga. Menurut Proverawati (2009),
angka kejadian dismenorea di Indonesia cukup tinggi tercatat
1
2
A. Kajian Pustaka
1. Remaja
a. Definisi Remaja
Menurut WHO (2015), remaja adalah rentang usia 10
hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-18 tahun. Remaja adalah masa peralihan dari masa
anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh pertumbuhan fisik
yang cepat (Indriyani, 2014).
Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan fisik,
mental, dan sosial-ekonomi. Secara fisik terjadi perubahan
karakteristik jenis kelamin menuju kematangan seksual dan
reproduksi. Secara ekonomis masa ini merupakan masa transisi
dari ketergantungan sosial-ekonomi secara total kearah
ketergantungan yang relatif lebih rendah (Imron, 2012),
Pada usia remaja terjadi masa pubertas, pada remaja
wanita ditandai dengan terjadinya mestruasi. Menstruasi dimulai
antara usia 12-15 tahun dan berlangsung hingga usia 45-50
tahun. Keluhan-keluhan yang sering muncul ketika menstruasi
adalah mudah tersinggung, gelisah, insomnia, konsentrasi
terganggu, pembesaran payudara dan gangguan lainnya yang
berkaitan dengan masa menstruasi salah satunya berupa
dismenorea (Manuaba, 2009).
8
9
2. Menstruasi
a. Definisi Menstruasi
Menurut Lowdermilk (2013), menstruasi adalah pendarahan
uterus secara periodik yang terjadi sekitar 14 hari setelah terjadi
ovulasi. Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus. Hal ini terjadi karena
tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga
mengakibatkan lapisan endometrium yang sudah menebal dan
siap untuk dibuahi menjadi luruh (Sinaga, 2017).
b. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi rata-rata terjadi selama 28 hari, namun
adanya variasi merupakan hal yang umum terjadi. Rata-rata
durasi terjadinya menstruasi yaitu 5 hari, pada saat menstruasi
rata-rata kehilangan darah sebanyak 50ml. Usia, status fisik dan
emosional, serta lingkungan mempengaruhi siklus menstruasi
(Lowdermilk, 2013).
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya,
sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara
tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi
berikutnya (Sinaga, 2017).
1) Siklus Endomentrium
a) Fase Menstruasi
Pada fase menstruasi, endometrium terlepas
daridinding uterus disertai pendarahan. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada
awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, dan
LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
13
3. Dismenorea
a. Definisi Dismenorea
Dismenorea yaitu, nyeri selama atau sesaat sebelum
menstruasi. Banyak remaja yang mengalami dismenorea pada
tiga tahun pertama setelah menarche. Sebanyak 75% wanita
melaporkan berbagai derajat ketidak nyamanan dismenorea dan
sebanyak 15% melaporkan dismenorea berat. 10% dari wanita
yang mengalami dismenorea merasakan nyeri yang cukup berat
sehingga mengganggu aktivitas mereka selama 1-3 hari dalam
sebulan (Lowdermilk, 2013).
Dismenorea yaitu, rasa sakit saat haid yang terjadi setelah
ovulasi tanpa sebab. Dismenorea disebabkan oleh perubahan
hormon pada siklus reproduktif, kontraksi didalam lapisan uterus
karena prostaglandin dan penyempitan pembuluh darah
menyebabkan ketidak nyamanan ketika lapisan yang menebal
siap untuk dikelupas (Digiulio, 2014).
b. Klasifikasi Dismenorea
Dismenorea diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dismenorea
primer dan dismenorea sekunder.
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer merupakan kondisi yang berhubungan
dengan siklus ovulasi. Dismenorea primer terjadi karena
pelepasan prostaglandin selama menstruasi. Pelepasan
prostglandin yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan
frekuensi kontraksi uterus, menyebabkan iskemia dan
menyebabkan vasospasme dari arteriol uterus, dan kram perut
bagian bawah.
Respon sistemik meliputi nyeri pinggang, kelemahan,
berkeringat, gejala gastrointestinal berupa anoreksia, mual,
18
Gambar 2.1
Visual Analog Scale (VAS)
24
No pain mild pain moderate pain severe pain very severe pain wost possible pain
Gambar 2.3
Numeric Rating Scale
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
4) Wong Baker Pain Rating Scale
Skala ini terdiri dari 6 gambar wajah kartun yang bertingkat dari
wajah yang tersenyum untuk menggambarkan “tidak ada nyeri” hingga
wajah yang berlinang air mata untuk menggambarkan “nyeri paling
buruk”. Kelebihan dari skala wajah ini yaitu pasien dapat menunjukkan
sendiri rasa nyeri yang dialaminya sesuai dengan gambar yang telah
ada dan usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana
(Potter, 2005 dalam Rakhma, 2012).
Gambar 2.4
Wong Baker Pain Rating Scale
26
4. Kunyit Asam
a. Kunyit
Kunyit (Curcuma longa Limn) tergolong kelompok tanaman
jahe-jahean dengan warna kuning yang khas. Kunyit mengandung
minyak atsiri 3-5%, damar, curcumin, pati, tanin, lemak, protein,
kalsium, fosfor, zat besi dan vitamin C. Kunyit sering digunakan
untuk campuran jamu tradisional yang bertujuan untuk
menghaluskan kulit dan memperlancar haid (Pangkalan Ide,
2011).
Kunyit memiliki khasiat sebagai jamu dan obat tradisional
untuk berbagai jenis penyakit. Karena senyawa yang terkandung
dalam kunyit berperan sebagai anti inflamasi, antioksidan,
antitumor, antikanker, antimikroba, antipikun, dan antiracun,
sehingga kunyit sering digunakan untuk ramuan tradisional
berbagai jenis penyakit oleh masyarakat diberbagai negara (Warta
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 2013).
b. Asam Jawa
Asam jawa (Tamarindus indica) merupakan suatu jenis
tanaman dengan ketinggian hingga 15-25m, bercabang banyak,
dan berkayu keras. Kulit batang berwarna coklat keabuan, kasar,
dan sering pecah dengan alur vertical. Daun asam jawa menyirip
genap dengan panjang 5-13cm yang terletak bersilang. Bunga
asam jawa tersusun dalam tandan renggang pada ketiak daun
atau diujung ranting dengan panjang mencapai 16cm. buahnya
berbentuk polong menggelembung dengan bentuk hamper
silindris, bengkok atau lurus dan berbiji hingga 10 biji. Kulit
27
B. Kerangka Teori
30
Nyeri pinggang
Bagan 2.1
Bagan Kerangka Teori
Keterangan :
: Yang diteliti
31
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep
lainnya, atau antara variabel satu dengan lainnya dari masalah
yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2014).
Variabel Independent Variabel Dependent
Bagan 2.2
Bagan Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari
pertanyaan penelitian (Notoatmodjo, 2014).
Ha : Ada efektivitas minuman kunyit asam terhadap nyeri
dismenorea pada siswi SMP Negeri 01 Babakan
Cirebon Tahun 2018.