PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia anataraa
masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi,
sehingga perlu dipersiapkan secara dini(Nugroho, Utama, 2014).
Dismenore merupakan kondisi dimana rasa yang sangat sakit di
bagian perut dimulai dari mulai perut bagian bawah yang terkadang sakitnya
bisa meluas sampai ke bagian pinggang, punggung bawah dan paha (Mulyani,
2012 dalam Februanti, 2017)
Menurut data dari World Health Organization (WHO) didapatkan
kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dismenorea
dengan 10-15 % mengalmai dismenorea berat. Angka kejadian nyeri
menstruasi didunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap
negara mengalami nyeri menstruasi. di Amerika sekitar 60% dan Swedia
sekitar 72%. Sementara di indonesia angka diperkirakan 55% perempuan usia
produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian
(prevalensi) Nyeri Menstruasi berkisar 45-95% dikalangan wanita usia
produktif.(Atikah dan Siti Maisaroh, 2018)
Beberapa penelitian tentang dismenorea di Kota Medan seperti
dilakukan Sirait (2014) bahwa proposi remaja putri berdasarkan siklus
menstruasi di SMA Negeri 2 Medan tahun 2014 yang paling banyak adalah
siklus menstruasi normal (25-32 hari) yaitu 103 orang (80,5%) dan yang
paling sedikit adalah siklus menstruasi tidak normal (kurang dari 25 atau lebih
dari 32 hari) yaitu 25 orang (19,5%). Pada tahun 2012, hasil penelitian Novia
menunjukan 84,4% remaja di SMA St Thomas 1 Medan mengalami
dismenore dengan intensitas nyeri ringan 46,7%, nyeri sedang 30,0%, dan
nyeri berat 23,3%.
1
Seorang tenaga kesehatan khusunya bidan yang memiliki kewenangan
mandiri serta telah terstandarisasi dalam ilmu kebidanan dibutuhkan untuk
mengajarkan kepada remaja putri intervensi yang tepat ketika dismenore,
sehingga dismenore tidak mengganggu aktivitas remaja putri. Sesuai dengan
keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor
369/MENKES/III/2007 tentang standart profesi bidan kompetensi ke
sembilan yaitu melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi. Dismenore merupakan gangguan pada sistem
reproduksi wanita, sehingga bidan memiliki kewenangan dalam memberikan
asuhan pada wanita yang menagalami dismenore (Kemenkes RI, 2015).
Selama ini remaja putri mengatasi masalah dismenore dengan
mengkonsumsi obat-obatan analgetik yang tidak baik untuk kesehatan jangka
panjang (Tabari, 2016).
Wortel adalah sayuran dengan warna orange dan memiliki buah pada
akar. Wortel bisa dimakan secara langsung atau diolah menjadi masakan.
Rasa wortel adalah manis, renyah, dan sedikit getir. Wortel menyediakan
sumber vitamin E sebesar 5,6%, dengan berat 100 gram. Selain itu wortel juga
memiliki kandungan serat alami.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh pemeberian jus wortel terhadap penurunan
tingkat dismenore pada mahasiswa D-IV kebidanan semester IV di Poltekkes
Medan Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan “ Adakah
pengaruh pemeberian jus wortel terhadap penurunan tingkat dismenore pada
mahasiswi DIV Kebidanan semester IV di Poltekkes Medan 2019”.
2
C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian jus wortel terhadap penurunan
tingkat dismenore pada mahasiswi DIV Kebidanan semester IV di Poltekkes
Medan 2019.
D. Manfaat Penelitian
D.1 Penyebab
Data atau informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan, memperluas wawasan dan pengalaman peneliti tentang
pengaruh pemberian jus wortel terhadap penurunan tingkat dismenore.
D.2 Manfaat Praktik
Manfaat praktik yang bisa diperoleh adalah menambah pengetahuan
dan wawasan menegenai pengaruh jus wortel, baik bagi peneliti, responden
maupun orang-orang membaca penelitian ini sehingga pengaruh jus wortel ini
dapat digunakan ataupun dimanfaatkan sebagai salah satu jenis terapi
nonfarmakologis dalam penanganan nyeri haid.
3
E. Keaslian Penelitian
Penelitian Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Penurunan
Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi DIV Kebidanan Medan Semester IV di
Poltekkes Medan Tahun 2018 yang hampir serupa dengan penelitian ini :
1. Ermiatun dan Anjarwati (2011) “Pengaruh Pemberian Jus Wortel
Terhadap Penurunan Derajat Nyeri Dismenore Pada Mahasiswa D-III
Kebidanan Di Stikes Aisyiyah Yogyakarta 2011”. Jenis penelitian Quasi
Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian The One Group
Pre Test-Post Test Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive Sampling. Analisa data dengan menggunakan uji
Wilcoxon Match Pairet Test. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa
semua responden mengalami penurunan derajat nyeri dismenorea
sehingga jus wortel dapat menurunkan 5,50% derajat nyeri dismenorea.
Persamaan dengan penelitian tersebut terletak pada variabel penelitian
yaitu pemberian jus wortel (variabel bebas), yang kedua penurunan
derajat nyeri dismenorea pada mahasiswa (variabel terikat), dan ketiga
(Variabel pengganggu) yaitu status gizi, olahraga, obat-obatan dan stres.
Perbedaan dengan penelita tersebut terletak pada, jenis penelitian, teknik
pengambilan sampel dan analisis data menggunakan Fisher Exact.
2. Noravita (2017) “Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Penurunan
Tingkat Dismenore Pada Mahasiswa DIV Bidan Pendidik Semester IV Di
Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Jenis penelitian ini menggunakan
metode quasi eksperiment dengan rancangan pretest-posttestwith control
group. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Analisa data dengan mengunakan Numeric Rating Scale (NRS) dan uji
statistik dengan Mann Whitney U Test. Hasil penelitian ini adalah
terdapat penurunan tingkat dismenore primer pada kelompok eksperimen
terjadi signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Persamaan dengan
penelitian tersebut terletak pada variabel penelitian yaitu pemberian jus
4
wortel (variabel bebas), yang kedua penurunan derajat nyeri dismenorea
pada mahasiswa (variabel terikat), dan ketiga (Variabel pengganggu)
yaitu status gizi, olahraga, obat-obatan dan stres. Perbedaan dengan
penelita tersebut terletak pada, jenis penelitian, teknik pengambilan
sampel dan analisis data menggunakan Fisher Exact.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
A.1 Menstruasi
A.1.1 Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan yang terjadi
pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila
terjadi kehamilan. Masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Masa
menstruasi biasa juga disebut dengan mens, menstruasi, atau datang bulan. Pada
saat menstruasi, daraah yang keluar sebenarnya merupakan darah akibat
peluruhan dinding rahim (endometrium). Darah menstruasi tersebut mengalir dari
rahim menuju leher rahim, untuk kemudian keluar melalui vagina. (Nur Najmi,
2018).
Proses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar 2 sampai 8 hari. Darah yang keluar
umumnya sebanyak 10 hingga 80 mL perhari. Adapun siklus menstruasinya yang
normal yakni rata-rata selama 21-35 hari. Namun, dalam beberapaa kasus,
terdapat keadaan proses menstruasi terjadi dengan rentang waktu cukup lama dan
keluarya darah dapat lebih dari 80 ml/hari. Keadaan ini dikenal dengan istilah
menoragia. Sementara, menstruasi yang berlangsung lebih dari 7 hari disebut
hipermenorea. (Nur Najmi, 2018).
Pada saat haid, pada sebagian perempuan ada yang mengalami berbagai
gangguan haid yang cukup berat. Misalnya ada sebagian yang mengalami kram
karena kontraksi otot halus pada rahim, sakit kepala, sakit perut, gelisa
berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa tersumbat, bahkan selalu ingin
menangis. Selain itu ada juga yang yang mengalami kemarahan tak berujung
pangkal, depresi, kondisi ingi mkaana berlebih, hingga nyeri haid yang luar biasa.
Semua kondisi gangguan haid tersebut haruslah ditangani dengan bijaksana agar
tidak mengganggu kesehatan secara keseluruhan ( Anurogo Wulandari, 2011).
6
A.1.2 Dismenorea
1) Pengertian Dismenorea
Dismenorea adalah keluhan yang sering dialami perrempuan pada
bagian perut bawah. Istilah dismenorea sendiri berasal dari kata
Yunani, dis yang berarti sulit, menyakitkan, atau tidak normal; meno
yang berarti bulan; dan rhea yang bererti aliran. Jika diartikan secara
keseluruhan, dismenorea adalah aliran bulanan yang menyakitkan atau
tidak normal.(Nur Najmi, 2018)
Nyeri haid merupakan penyakit yang sudah cukup lama dikenal.
Nyari yang dirasakan saat haid tidak hanya terjadi pada bagian perut
bawah saja. Beberapa remaja perempuan kerap merasakannya pada
punggung bagian bawah, pinggang, panggul, otot paha atas, hingga
betis.(Nur Najmi, 2018)
Rasa nyeri ini dapat disebabkan oleh kontraksi otot perut yang
terjadi secara terus-menerus saat mengeluarkan darah. Kontraksi yang
sangat sering ini kemudian menyebabkan otot menegang. Ketegangan
otot tidak hanya terjadi pada otot perut, tetapi juga otot-otot penunjang
otot perut yang terdapat dibagian punggung bawah, pinggang,
panggul, dan paha hingga betis. Para ahi membagi dismenorea
menjadi dua bagian, yaitu dismenorea primer da sekunder. (Nur
Najmi, 2018)
2) Faktor Risiko Dismenorea
Factor-faktor risiko berikut ini berhubungan dengan episode
dismenorea yang berat :
a) Haid pertama pada usia amat dini
b) Periode haid yang lama
c) Aliran darah yang hebat
d) Merokok
e) Riwayat keluarga yang positif terkena penyakit
7
f) Kegemukan
g) Mengkonsumsi alcohol
(nugoro dan Wulandar, 2011)
3) Jenis dismenorea
a) Pengertian Dismenorea Primer
Dismenore primer adalah nyeri menstruasi yag biasa dirasakan
oleh perempuan saat mengalami haid tanpa adanya kelainan pada
alat reproduksi. Raa nyeri ini biasanya terjadi 12 bulan atau lebih,
dimulai sejak haid yang pertama.Bahkan ada sebagian perempuan
yang selalu merasakan nyeri setiap menstruasi datang. (Nur
Najmi,2018).
(1) Pathogenesis Dismenore Primer
Dismenore primer adalah karena prostaglandin F2 alpha
(PGF2alpha), suatu timulant myometrium yang kuat dan
vasoconstrictor (penyempit pembuluh darah) yang ada di
endometrium sektori.Respons terhadap inhibitor (penghambat)
prostaglandin pada paien dengan dismenore mendukung
pernyataan bahwa dismenore diperantarai.Bayak bukti kuat
menghubungkan dismenore dengan kontraksi uterus yang
memanjang dan penurunan aliran darah ke myometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan
endometrium perempuan dengan dismeorea dan berhubungan baik
dengan derajat nyeri.Peningkatan endometrial prostaglandin
sebanyak tiga kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase
luteal dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid.
Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti
penuruna progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan
peningkatan tonus myometrium dan kontraksi uterus yang
berlebihan.
8
Leukotrine (suatu produk prngubahan metabolime asam
arakidonat, bertaggung jawab atas terjadinya contraction (
penyusutan atau pencuitan) otot polos (smooth mucle) proses
peradangan juga telah diterima ahli untuk mempertinggi
sensitivitas nyeri serabut di uterus. Jumah leukotriene yang
signifikat telah ditunjukan di endometrium perempaun penderita
dismenorea primer yang tidak merespon terapi antagonis
prostaglandin.
Hormone pituitary posterior, vasopressin terlibaht pada
hipersensitivita myometrium, mengurangi aliran darah uterus, dan
nyeri pada penderita dismenorea primer.Peranan vasopressin di
endometrium dapat berhubungan dengan sintei dan pelepan
prostaglandin.Hipotesis neonoral juga telah direkomendasikan
untuk pathogenesis dimenorea primer. Neuron nyeri tipe C di
stimulasi oleh metabolit anaerob yang diproduksi oleh ischemic
endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke membrane mukosa
kelenjar yang melapisi rahim). (Anugoro dan Wulandari, 2011).
(2) Ciri-Ciri Dismenore Primer:
Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi
pertama (menarche)
Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau diawal menstruasi.
Berlangsung beberapa jam, namun adakalanya beberapa hari
Datangnya nyeri: hilang-timbul, menusuk-nusuk. Pada
umumnya di perut bagian bawah, kadang menyebar ke
sekitarnya (pinggang, paha depan)
Adakalanya disertai mual, muntah, sakit kepala, diare.
(Atikah dan Siti, 2018).
9
(3) Faktor Penyebab
Faktor Kejiwaan
Pada remaja yang secara emosional tidak stabil (seperti mudah
marah dan cepat tersinggung), apalagi jika tidak mengetahui
serta tidak mendapatkan pengetahuan yang baik tentang proses
menstruasi, maka hal ini dapat menyebabkan timbulnya nyeri
menstruasi.
Faktor konstitusi
Faktor konstiitusi erat kaitannya dengan faktor kejiwaan yang
dapat pula menurunkkan ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri.
Adapun faktor konstitusi ini bentuknya seperti anemia atau
penyakit menahun yang dapat mempengaruhi timbulnya nyeri
saat menstruasi.
Faktor endokrin atau hormon
Faktor ini dikarenakan endometrium memproduksi hormon
prostaglandin F2 yang menyebabkan pergerakan otot-otot
polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke
dalam peredaran darah, maka akan menimbulkan nyeri saat
menstruasi.
Faktor alergi
Faktor ini merupakan teori yang dikemukakan setelah
dilakukan penelitian tentang adanya hubungan antara
dismenorea dan migrain atau asma. Melalui penelitian tersebut,
diiduga bahwa penyebab alergi ini ialah karena adanya toksin
haid.
b) dismenorea Sekunder
(1) Pengertian Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder biasanya ditemukan jika terdapat
penyakit atau kelainan pada alat reproduksi. Nyeri dapat terasa
10
sebelum, selama, dan sesudah haid. Penyebab terjadinya
dismenorea sekunder bisa diakibatkan oleh salpingitis kronis,
yaitu infeksi yang lama pada saluran penghubung rahim
(uterus) dengan kandung telur (ovarium). Kandisi ini paling
sering ditemukan pada wanita berusia 30-45 tahun. Untuk
penangananya perlu dilakukan konsultasi dokter serta
pengobatan dengan antibiotika dan antiradang.(Nur Najmi,
2018).
Dimenore sekunder, (disebut juga sebagai dismenore
ekstrinsik, acquired) adalah nyeri menstruasi yang terjadi
karena kelaianan ginekologi, misalnya endometrosis (sebagian
besar), fibroid, adenomyossiss, (Atikah dan Siti Maisaroh,
2018).
(2) Penyebab Dismenorea Sekunder
Endometriosis dan fibroids (myma). Diagnosis dan
penataan yang sekunder sesuai dengan penyebabnya. Obat
tertentu, yang disebut NSAIDs (non-steroidal anti-imflamation
drug), dapat memblokade tubuh untuk membuat prostaglandin.
(Atikah dan Siti Maisaroh, 2018).
A.2 Nyeri
11
dalam kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan. Nyeri biasa terjadi karena
adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di ujung-ujung syaraf
bebas yang disebut nosireseptor . ( Judha.M,2012 )
Pada Kehidupan nyeri dapat bersifat lamadan ada yang singkat . berdasarkan
lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi menjadi dua, yaitu nyeri kronis
dan nyeri akut,beda diantara keduanya adalah :
Nyeri Akut
Sebagian besar, diakibatkan oleh penyakit , radang , atau injuri jaringan .
Nyeri jenis ini biasanya datang tiba-tiba ,sebagai contoh ,setelah trauma atau
pembedahan dan mungkin menyertai kecemasan atau distress emosional.
Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera sudah terjadi. Nyeri
ini umumnya terjadi kurang dari 6 (enam) bulan . Penyebab nyeri yang paling
sering adalah tindakan diagnose dan pengobatan . Dalam beberapa kejadian
jarang menjadi kronis .
Nyeri Kronik
Nyeri kronik konstan dan intermitten yang menetapkan sepanjang suatu
periode waktu . Nyeri kronik menjadi lebih berat yang dipengaruhi oleh
lingkungan dan faktor kejiwaan . Niyeri kronis dapat berlangsung lebih lama
(lebih dari enam bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten terhadap
pengobatan . Nyeri ini dapat dan sering miengakibatkan masalah yang berat
bagi pasien . (Judha,M,2012)
12
2. Teori Endorphin
Teori ini mengatakan ,bahwa tubuh memproduksi zat kimia yang disebut
endorphin yang berperan untuk menolong tubuh dalam melawan rasa
nyeri secara alamiah . Edofrin mempengaruhi tranmisi implus nyeri
.Endofrin memiliki serupa dengan narkotik ,yaitu menghambat rasa nyeri.
Ketika endofrin terpisah dari DNA . Endofrin membuat kehidupan dalam
siatusi normal menjadi terasa tidak menyakitkan . Endofrin harus
diusahakan timbul pada situasi yang menyebabkan rasa nyeri (Sholehati
dan Eli,2015)
13
- Dahi berkedut
- Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
- Mengigit bibir
3) Pengerakan tubuh
- Kegelisahan
- Mondar-mandir
- Gerakan mengosok atau berirama
- Bergerak melindungi bagian tubuh
- Immobilisasi
- Otot Tegang
4) Interaksi Sosial
- Menghindari percakapan dan kontak sosial
- Berfokus aktifitas untuk mengurangi nyeri
- Diorentasi waktu
14
Tindakan lain yang juga sangat sederhana dan dapat mengurangi rasa nyeri
adalah menguranginya dengan kompres air hangat. Terapi ini dapat diberikan
kepada seseorang yang mengalami kolik renal. Untuk nyeri-nyeri kronik yang
sudah lama dan muncul secara terus-menerus dan hebat, dapat digunakan panas
dengan skala kecil dengan menerapkan terapi ditraksi/relaksasi dan ditambah
dengan nafas dalam. (Judha,M, 2012).
A.2.5 PengkajianTerhadapNyeri
Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara
lain :
a. Intensita nyeri
Membuat tingkatan nyeri pada skala verbal. Missal, tidak nyeri, sedikit
nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, sangat nyeri atau dengan membuat skala nyeri
yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan
menggunakan skala 0-10 yang bermakna 0 = tidak nyeri dan 10 = nyeri sangat
hebat.
b. Karakteristik nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri
,durasi nyeri (menit, jam, hari, atau bulan), irama/periodenya (terus menerus,
hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas) dan kualitas
(nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau bahkan
seperti di gencet).
Karakteristik nyeri dapat juga dilihat berdasarkan metode PQRST, P
Provocate, Q Qualitu, R Region, S Severe, T Time. Berikut ini keterangan
lengkapnya.
1. P : Provocate
Tenaga kesehatan harus mengkaji penyebab terjadinya nyeri pada
penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana
yang mengalami cedera termasuk menghubungkan antara nyeri yang
15
diderita dengan factor psikologinya, karena bias terjadinya nyeri hebat
karena dari factor psikologi bukan dari lukanya.
2. Q : Quality
Qualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kaliamat nyeri
seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial atau bahkan
seperti di gencet.
3. R : Region
Untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk
menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman. Untuk
melokalisasi lebih spesifik maka sebiknya tenaga kesehatan meminta
penderita untuk menunjukan daerah yang nyerinya minimal sampai kearah
nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sangat sulit dilakukan apabila nyeri
yang dirasakan bersifat menyebar atau difuse.
4. S : Severe
Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subjektif yang dirasakan
oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas
nyeri harus bias digambarkan menggunakan skala yang sifatnya kuantitas.
Gambar 2.1 Numeric Pain Intensity Skale
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T : Time
Tenaga kesehatan mengkaji tentang frekuensi, durasi dan rangkaian nyeri.
Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, beberapa lama
menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain. (Solehatidan Eli,
2016).
16
c. Faktor-faktor yang meredaka nyeri
Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adlah seperti gerakan
tertentu,istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya. Selain itu
adalah apa-apa yang dipercaya sifatnya psikologis pada penderita dapat
membantu mengalami nyeri.
d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
kaji aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat adanya nyeri seperti sulit
tidur, tida nafsu makan, sulit konsentrasi. Nyeri akut sering berkaitan dengan
ansietas dan nyeri kronis dengan depresi
e. Kekhawatiran individu tentang nyeri
Mengkaji kemungkinan dampak yang dapat diakibatkan oleh nyeri seperti
beba ekonomi, aktivitas harian, prognosis, pegaruh terhadap peran dan
perubahan citra diri.
f. Mengkaji respon fisiologis dan perilaku terhadap nyeri
Perubahan psikologis involunter dianggap sebagai indicator nyeri yang
lebih akurat. Respon involunter seperti meningkatnya frekuensi nadi dan
pernafasan, pucat dan berkeringat adalah indicator rangsangan saraf otonom
dan bukan nyeri. Respon perilaku tehadap nyeri dapat berupa menangis,
merintih, merrengut, tidak menggerakan bagian tubuh, mengepal atau menarik
diri. Respon lain dapat berupa mudah marah atau tersinggung. (Judha, M,
2012).
17
A.2.6 Skala atau Pengk\ukuran Nyeri
Ada beberapa skala atau pengukuran nyeri,, diantaranya adalah sebagi berikut:
1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Moderate Worst
Pain Pain Possible
Pain
Keterangan :
0 : Tidak nyeri ; 1-5 : Nyeri Sedang ; 6-10 : Nyeri Sangat Hebat
18
4. Skala Nyeri “Muka”
Gambar 2.5 Skala Nyeri Muka
SKOR
PENGUKURAN
0 1 2
1. Penjagaan (Guarding)
3. Meringis (Grimacing)
4. Mendesah (Sighing)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Most
Pain Pain
19
7. Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)
Gambar 2.7 Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Pain Mild Moderate Severe Worst pain
Imaginable
20
A.3 JUS WORTEL
Jus wortel memiliki kandungan yang sangat tinggi pada β-karoten, vitamin
A, vitamin B kompleks seperti asam folat, dan banyak mineral
termasuk kalsium, tembaga, magnesium, kalium, fosfor, dan zat besi. Satu pon (454
gram) wortel akan menghasilkan sekitar satu cangkir jus wortel (sekitar 150 gram),
yang isi airnya sedikit, karena jus wortel memiliki banyak ampas.
Kandungan tinggi dalam β-karoten dalam wortel dapat menyebabkan carotenoderma
dalam waktu sementara. Warna asli kulit dapat berubah menjadi warna oranye seperti
kulit wortel. Jika meminum lebih dari 3 cangkir jus wortel dalam waktu 24 jam,
selama jangka waktu lama mungkin dapat menyebabkan kondisi tersebut.
1 cangkir kaleng jus wortel (236 mili) berisi informasi gizi berikut menurut USDA.
Kalori : 94
Lemak : 0.35
Karbohidrat : 21.90
Serat :1.9
Protein : 2.24
Kolestrol : 0.00
21
masalah pencernaan, serta memberikan perlindungan terhadap resiko berbagai
jenis kanker.
Salah satu manfaat vitamin E adalah bisa membantu pengeblokan formasi
prostaglandin dan Vitamin E juga bisa membantu mengatasi efek peningkatan
produksi hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin adalah hormon yang
mempegaruhi terjadinya dismenorea. Menurut Barkley (2013), dimana dalam
penelitiannya vitamin B1 (Thiamine), B6 dan E mampu mengurangi nyeri
menstruasi . kandungan magnesium pada wortel dapat digunakan untuk kekuatan
tulang, mengaktifkan vitamin B, merilekskan otot dan syaraf, pembekuan darah
dan produksi energi.
Wortel juga mangandung analgetik alami yang berperan sebagai obat
analgetik (contoh ibuprofen) dan sebagai anti inflamasi (ilva, 2014). Mengonsumsi
vitamin E2-3 hari sebelum dan sesudah 2-3 hari setelah masa menstruasi dapat
mengurangi kram dan kecemasan pada pre menstrual syndrome (PMS).
Vitamin E dapat menurunkan tingkat nyeri dan dapat mengurangi banyaknya
darah haid yang keluar. Hal ini dilakukan dengan cara menyeimbangkan hormon
dalam tubuh. Sehingga siklus menstruasi dapat diatur (Axe, 2016).
Vitamin E yang bermanfaat untuk mengurangi dismenore dan membantu
mengatasi efek peningkatan produksi hormone prostaglandin. Semakin banyak
mengkonssumsi jus wortel maka tibgkat dismenore primer akan semakin menurun
(Hembling, 2007). Jus wortel memiliki pengaruh dalam penurunan tingkat
dismenore primer.
Wortel mengndung berbagi vitamin, mineral, antioksidan, dan senyawa
tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Beberapa
senyawa tumbuhan yang penting bagi kesehatan tubuh manusia yang dikandung
oleh wortel dintaranya seperti Beta Karoten, Alpha Karoten, Likopen, Lutein,
Polyacetylene dan Anthocyanin. Berikut beberapa kandungan gizi wortel pada 100
gramnya .
22
Jenis nutsi/ gizi Kandungan AKG%
Kalori 41 kal -
Karbohidrat 9,6g -
Air 88% -
Protein 0,9g -
Gula 4,7g -
Serat 2,8g -
Lemak 0,2g -
Vitamin A 835ug 93%
Vitamin C 5,9mg 7%
Vitamin D 0ug -
Vitamin E 0,66mg 4%
Vitamin K 13,2ug 11%
Vitamin B1 0,07mg 6%
Vitamin B2 0,06mg 4%
Vitamin B3 0,98mg 6%
Vitamin B5 0,27mg 5%
Vitamin B6 0,14mg 11%
Vitamin B9 (Folat) 19ug 5%
Vitamin B12 0ug -
Colin 8,8mg 2%
Kalsium 33mg 3%
Zat Besi 0,3mg 4%
Magnesium 12mg 3%
Fosfor 35mg 5%
Potassium (kalium) 320mg 7%
Sodium 68mg 5%
23
Seng (zinc) 0,24mg 2%
Tembaga (copper) 0,05mg 5%
Manganese 0,14mg 6%
Selenium 0,1ug 0%
24
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel independen Variabel dependen
Data Operasional
25
2. Wortel yang Wortel adalah Gelas Penurunan Rasio
mengandung sayuran dengan ukur tingkat
vitamin E warna orange dismenore
dan memiliki
buah pada akar.
Wortel bisa
dimakan scara
langsung atau
diolah menjadi
masakan. Rasa
wortel adalah
manis, renyah,
dan sedikit
getir. Wortel
menyediakan
sumber vitamin
E sebesar 5,6%,
dengan berat
100 gram.
Selain itu wortel
juga memiliki
26
kandungan serat
alami.
Hipotesa :
Ha 1: ada pengaruh pemberian jus wortel untuk penurunan tingkat dismenorea pada
mahasiswa semester IV di Poltekkes Medan pada tahun 2019.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang telah dilakukan ini adalah penelitian true eksperimen
yaitu dengan rancangan one group postest dan control. Peneliti menggunakan jenis
penelitian ini untuk mengetahui perbandingan dismenorea yang diberikan dan yang
tidak diberikan jus wortel pada kelompok yang sama. tetapi sudah dilakukan
observasi postest yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi
setelah adanya eksperimen (program). Sebagai observasi pertama diberikan kuesioner
pada kelompok eksperimen yaitu mahasiswi semester IV Poltekkes Kemenkes RI
Medan.
Bentuk rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Rancangan postest dan controling
27
Postest Perlakuan controling
01 X 02
Kelompok Eksperimen
28
kriteria insklusi dan bersedia sesuai tanggal haid dengan waktu yang ditetapkan yaitu
Januari-April dimana waktu yang terbatas.
29
dilakukan oleh peneliti. Data primer pada penelitian ini sudah diperoleh dengan
menggunakan lembar kuesioner yang diisi oleh kelompok eksperimen. Data primer
ini dijadikan sebagai pretest sedangkan posttest sudah digunakan lembar observasi
Numaric Rating Scale (NRS) yang diisi oleh peneliti pada sat dismenore.
30
diberikan jus wortel. Dimana lembar observasi terebut dari awal sudah dijelaskan
kepada responden dimana pada saat lembar (haid), maka akan menunjukan angka
mulai dari 1-10 dimana semakin tinggi angka yang ditunjuk, semakin besar pula
tingkat nyeri yang dirasakan. Setelah mereka menunjukan angka, maka dilihatlah
skala nyeri yang mereka rasakan dan menggolongkan kedalam tingkatan nyeri,
apakah ringan, sedang, atau berat.
31
Peneliti memasukan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
berbentuk kode (angka atau huruf) seperti ketika responden mengalami
perubahan menjadi tidak nyeri dengan kode 1, nyeri ringan dengan kode 2,
dan nyeri sedang kode 3, serta nyeri berat dengan kode 4 dimasukkan kedalam
program atau “software” SPSS 18 for window
d. Cleaning
Setelah penelitian memasukan jawaban-jawaban dari responden, maka
peneliti mengecek kembali untuk melihat adanya kesalahan atau ketidak
lengkapan data setelah semua data dari responden selesai dimasukkan.
Hasilnya, dalam penelitian ini tidak ditemukan kekeliruan pada data.
H. EtikaPenelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan peretujuan dari komite etik
Poltekkes Kemenkes Medan.
32