Anda di halaman 1dari 110

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dismenore merupakan gangguan yang terjadi pada saat haid yang dapat

mengganggu aktivitas remaja. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian

Putri (2017) mengatakan bahwa remaja putri yang mengalami dismenore

cenderung akan terganggu aktivitasnya, dan dampak yang dirasakan remaja

putri yaitu sulit untuk berkonsentrasi akibat nyeri yang dirasakan. Menurut

Susanti (2018) juga mengatakan hal yang sama, remaja putri akan merasa

mudah lelah, tidak ada semangat untuk melakukan aktivitas hariannya. Jadi

berdasarkan hasil jurnal dan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa dismenore yang dirasakan remaja putri dapat mengganggu

aktivitas mereka baik itu secara fisik maupun psikologis.

Prevelensi dismenore di Dunia sangat tinggi yaitu lebih dari 50%

wanita disetiap dunia mengalami dismenore. Di Inggris dilaporkan 45 -97%

wanita dengan keluhan dismenore yang prevalensinya hampir sama dengan

negara-negara di Eropa, prevalensi terendah dijumpai di negara Bulgaria

8,8% dan prevalensi tertinggi di negara Finlandia 94% (Latthe, 2006 dalam

Lestary, 2017). Data juga menunjukan sebanyak 75% remaja wanita di Mesir

mengalami dismenore diantaranya, 55,3% dismenore ringan, 30% dismenore

sedang dan 14,8% dismenore berat (Utami, 2013 dalam Nurwana, 2017).

Prevelensi dismenore di Swedia sangat tinggi angka kejadiannya yaitu

sebanyak 72% (Husain, 2013). Menurut WHO (2012) prevelensi dysmenore

di Amerika Serikat pada umur 12- 17 tahun sekitar 59,7% dengan tingkat

nyeri 49% dismenore ringan, 37% dismenore sedang, dan 12% dismenore

1
berat yang mengakibatkan 23,6% dari penderita dismenore ijin untuk tidak

masuk sekolah. Jadi dalam data dunia dan data internasional penderita

dismenore sangat tinggi dalam prevelensi.

Prevelensi di Asia juga cukup tinggi, yaitu taiwan prelevansi sebesar

75,2 % (Patel, 2006 dalam Elfira, 2017) . Hasil survei di India juga

menunujakan lebih dari 50% mengalami dismenore dari 2662 wanita di India,

berbeda dengan Malaysia prelevansi dismenore pada remaja sebanyak 62.3%

(Manurung, 2015). Pada tahun 2012 di Jepang angka kejadian dismenore

primer 46%, dan 27,3% dari penderita absen dari sekolah dan pekerjaannya

pada saat hari pertama menstruasi, dan hasil penelitian di China tahun 2010

menunjukkan sekitar 41,9% - 79,4% remaja wanita mengalami dismenore

primer 31,5% - 41,9 % terjadi pada usia 9 - 13 tahun dan 57,1% - 79,4% pada

usia 14 - 18 tahun (Utami, 2013 dalam Nurwana, 2017). Jadi dari hasil

prevelensi ditingkat Asia juga cukup tinggi dengan angka kejadian tertinggi

ada pada negara China dan terendah ada di negara Jepang.

Prevelensi di Indonesia sendiri, angka kejadian dismenore sebanyak

64,25% yang diantaranya terdiri dari 54,88% dismenore primer dan 9,36%

dismenore sekunder (Manurung, 2015). Di Jawa Barat tidak ada angka pasti

mengenai jumlah dismenore. Namun diperkirakan 30%–70% perempuan

mengalami masalah haid, termasuk di antaranya nyeri perut atau kram perut

dan sekitar 10%–15% di antaranya terpaksa kehilangan kesempatan kerja,

sekolah dan kehidupan keluarga (Baziad, 2008 dalam Sidabutara, 2015).

Sedangkan di Surabaya di dapatkan 1,07% sampai 1,31 % penderita datang

kebagian kebidanan (Puwarni,2010). Angka kejadian dismenore di Riau

pernah diteliti pada remaja putri rentang usia 15-16 tahun di Kecamatan
Bangko Kabupaten Rokan Hilir didapatkan prevalensi dismenore sebesar

95,7% (Putri, 2012 dalam Wulandari, 2018). Kejadian dismenore di

Kabupaten Demak yaitu 29,8%, sedangkan pada kecamatan Mranggen, lain-

lain sebanyak 1,4% (Dinkes,2009 dalam Nafiro, 2013). Menurut Lestary

(2016) prevelense dismenore di Manado pada tahun 2010 sebanyak 98,5%

dengan keluhan 10,1% mengalami mual muntah, 14,4% nyeri kepala, 33,7%

gangguan emosi dan 1% pingsan bahkan tidak masuk sekolah akibat nyeri

haid. Jadi di Indonesia penderita dismenore juga sangat tinggi.

Dalam penanganan dismenore upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu

terapi farmakologi dan non farmakologi. Menurut Depkes RI (2010) dalam

Azizah (2014), upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu 51,2% dengan terapi

obat, 24,7% dengan relaksasi dan 24,1% dengan distraksi atau pengalihan

nyeri. Penulis Syamsiah (2015) juga mengatakan bahwa manajemen nyeri

non farmakologikal merupakan upaya dalam mengatasi atau menghilangkan

nyeri antara lain relaksasi, distraksi, massage, guided imaginary dan lain

sebagainya. Menurut (Lowdermilk, 2013) Secara non farmakologis kompres

hangat dan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri dismenore dengan

metode yang berbeda. Menurut Dahlan, dkk (2016) menyatakan bahwa

kompres hangat cara yang efektif dalam penurunan dismenore. Jadi dalam

upaya-upaya untuk menurunkan nyeri haid dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi maupun non farmakologi.

Hasil penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya didapatkan beberapa

cara yang cukup efektif dalam menurunkan intensitas nyeri haid yaitu dengan

menggunakan Pilates Exercise. Penelitian dari (Elfira, 2017) dalam jurnal

penelitiannya menemukan bahwa inti dari Pilates Exercise lebih banyak


melatih otot-otot perut, punggung bagian bawah dan panggul dimana otot-

otot yang dilatih bukan hanya otot luar tetapi juga otot dalam. Ada juga

penelitian yang dilakukan (Amelia, 2015) menemukan bahwa Pilates

Exercise dapat meningkatkan kadar endorphin dalam darah dimana endoprin

yang keluar akan ditangkap hipotalamus yang berfungsi untuk mengatur

emosi yang berhubungan dengan penurunan rasa nyeri. Walaupun strategi ini

telah dilakukan, data menunjukan bahwa angka kejadian dismenore yang

menganggu aktivitas remaja putri masih cukup tinggi. Oleh karena itu

penelitian ini akan mencobakan efek dari Pilates Exercise pada remaja putri.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan intensi

dan keterampilan remaja putri dalam menggunakan Pilates Exercise.

Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 13 Politeknik Manado

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Diketahui dampak pelatihan pilates terhadap tingkat intensi

dan keterampilan remaja putri dalam melakukan pilates exercise

dalam mencegah dan mengatasi nyeri haid (Dismenore)

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui karakteristik remaja putri di SMP Negeri 13 Manado

2. Diketahui tingkat intensi remaja putri di SMP Negeri 13

Manado dalam menggunakan Pilates Exercise sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan Piltes Exercise untuk mencegah

dan mengatasi nyeri haid (Dismenore)

3. Diketahui keterampilan remaja putri di SMP Negeri 13 Manado

dalam melakukan Pilates Exercise sebelum dan sesudah


diberikan pelatihan Piltes Exercise untuk mencegah dan

mengatasi nyeri haid (Dismenore)

4. Dianalisanya perbedaan intensi dan keterampilan remaja putri

di SMP Negeri 13 Manado dalam menggunakan Piltes Exercise

sebelum dan sesudah diberikan pelatihan Piltes Exercise untuk

mencegah dan mengatasi nyeri haid

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Apakah ada perbedaan yang signifikan dari tingkat intensi remaja

putri di SMP Negeri 13 Mando dalam melakukan Pilates Exercise

sebelum dan setelah diberikan pelatihan Pilates Exercise untuk

mencegah dan mengatasi nyeri haid (Dismenore)

1.3.2 Apakah ada perbedaan yang signifikan dari keterampilan remaja

putri di SMP Negeri 13 Manado dalam melakukan Pilates Exercise

sebelum dan setelah diberikan pelatihan Pilates Exercise untuk

mencegah dan mengatasi nyeri haid (Dismenore)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang konsep teori dari variabel dependen yaitu intensi

dan keterampilan remaja putri dalam penanganan nyeri haid (dismenore) dimulai dari

penjelasan tentang nyeri haid pada remaja yang terdiri dari fisiologi menstruasi

normal, intensi dan keterampilan remaja, dan nyeri haid (dismenore). Dan untuk

variabel independen yaitu Pilates Exercise, yang menguraikan tentang sejarah

penemuan Pilates Exercise, pengertian Pilates Exercise, manfaat Pilates Exercise,

fisiologi Pilates Exercise, jenis-jenis Pilates Exercise, prinsip-prinsip dalam Pilates

Exercise, indikasi dan kontraindikasi Pilates Exercise serta gerakan-gerakan Pilates

Exercise. Dalam bab ini juga disertakan beberapa penelitian terkait dan kerangka

konsep teori keperawatan The Comfort Line oleh Kathrine Kolcaba.

2.1 Nyeri Haid Pada Remaja Putri

Nyeri haid (dismenore) dapat mempengaruhi aktivitas harian remaja putri

baik dalam segi fisik maupun psikologi. Agar dapat memahami proses

terjadinya nyeri haid pada remaja putri maka akan diuraikan atau dijelaskan

siklus haid yang normal.

2.1.1 Fisiologi Menstruasi

Menstruasi mempunyai siklus yang terjadi setiap bulan.

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar

14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan

endometrium uterus (Sarwono, 2011). Kondisi ini terjadi karena tidak

ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim
(endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi

luruh. Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus

menstruasi akan terjadi setiap bulannya (Prawirohardjo, 2011). Siklus

menstruasi merupakan daur menstruasi yang tiap bulannya dialami

wanita dihitung mulai dari hari pertama menstruasi atau datang bulan,

sampai hari pertama menstruasi di bulan berikutnya (Anurogo, 2009).

Menstruasi dikatakan normal bila didapati siklus mentruasi tidak

kurang dari 24 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, kira-kira 24 – 35 hari

dikatakan siklus menstruasi yang normal (Sarwono, 2011). Jadi siklus

menstruasi yang normal tidak kurang dari 24 hari dan tidak lebih dari

35 hari.

Penyebab nyeri menstruasi dan gangguan siklus bisa bermacam-

macam. Menurut Kusmiran (2011) bisa karena suatu proses penyakit

(misalnya radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan letak

uterus, selaput dara vagina tidak berlubang, dan stres atau kecemasan

yang berlebihan. Akan tetapi, penyebab yang tersering nyeri

menstruasi dan gangguan siklus 43 diduga karena terjadinya

ketidakseimbangan hormonal dan terdapat kelainan organ reproduksi

(Anurogo, 2009). Jadi penyebab nyeri saat menstruasi yaitu adanya

penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita,

kecemasan dan ketidak seimbangan hormonal.

Terdapat beberapa keluhan yang muncul pada masa

menstruasi. Keluhan yang muncul pada saat menstruasi adalah

Premenstrual Tensioni atau ketegangan pramenstruasi, Mestodini atau

nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi


(Prawirohardjo, 2011). Dismenore adalah nyeri menstruasi menjelang

atau selama menstruasi sampai penderita tidak dapat bekerja, nyeri

sering muncul bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, pingsan dan

mudah marah (Sarwono, 2011). Jadi premenstrual tension, mestodini

dan dismenore merupakan keluhan-keluhan yang muncul pada saat

menstruasi

2.1.2 Nyeri Haid (Dismenore)

Nyeri haid atau dikenal dengan Dismenore terjadi karena

ketidak seimbangan hormon progesteron. Menurut (Ernawati, 2010)

Dismenore adalah keluhan genikologis karena tidak seimbang antara

hormon progesterone dalam darah sehingga menimbulkan rasa nyeri

yang sering terjadi pada wanita. Disminore adalah rasa sakit yang

menyertai menstruasi yang dapat menimbulkan gangguan dalam

aktivitas sehari-hari yang dalam derajat nyeri bervariasi mencakup

ringan, sedang, serta berat (Werdiningsih, 2010). Dismenore

merupakan nyeri haid yang dirasakan pada perut bagian bawah dan

biasanya disertai dengan mual, pusing dan bahkan pingsan, sehingga

membuat penderita untuk beristirahat dan meninggalkan aktivitas

rutinnya selama beberapa jam atau beberapa hari (Anurogo &

Wulandari, 2011). Jadi dismenore merupakan nyeri haid yang

dirasakan karena ketidakseimbangan hormon dalam darah, yang

biasanya dirasakan pada perut bagian bawah yang dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari.

Dismenore memiliki klasifikasi dengan ciri khas nyeri yang

berbeda-beda. Klasifikasi dismenore berdasarkan ada tidaknya


kelainan menstruasi dapat dibagi menjadi dismenore primer yaitu

nyeri haid tanpa ada kelainan pada alat-alat genetalia yang terjadi pada

saat menstruasi pertama dan akan sembuh dengan sendirinya seiring

waktu berjalan atau setelah stabilnya hormon dalam tubuh (Kusmiran,

2011). Sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang

berhubungan dengan keadaan patologis pada organ genitalia, terjadi

pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore

(Mangkunegara, 2014). Jadi dismenore terbagi menjadi dismenore

primer dan dismenore sekunder.

Penyebab terjadinya dismenore belum diketahui sampai saat

ini (idiopatik). Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami

yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim atau disebut

prostaglandin yang merangsang otot-otot halus dinding rahim agar

berkontraksi, semakin tinggi kadar prostaglandin, maka kontraksi

akan makin kuat sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga semakin

kuat, sehingga pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin

sangat tinggi dan pada hari kedua dan selanjutnya lapisan dinding

rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun

sedangkan dismenorea sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan

atau gangguan pada sistem reproduksi seperti fibroid uterus, radang

panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik (Sinaga, Saribanon,

Suprihatin, Salamah & Murti, 2017). Jadi faktor kejiwaan, faktor

endokrin dan faktor prostaglandin merupkan faktor-faktor pemicu

terjadinya dismenore.
Dismenore memiliki tanda dan gejala berdasarkan pembagian

klinisnya. Tanda dan gejala dismenore yaitu nyeri pada perut yang

menjalar sampai ke punggung bagian bawah dan tungkai, kram perut,

nyeri mulai timbul sesaat sebelum dan atau selama menstruasi serta

mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam, sering disertai sakit kepala,

mual, sering berkemih dan kadang sampai terjadi muntah (El- Manan,

2011). Dismenore ada beberapa pembagian klinis yaitu ringan:

berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari –hari,

sedang: diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu

meninggalkan pekerjaanya, berat: perlu istirahat beberapa hari dan

dapat disertai, sakit kepala, sakit pinggang, diare, dan rasa tertekan

(Manuaba, 2010). Jadi dismenore dapat diketahui setiap tanda dan

gejalanya berdasarkan tingkatan nyeri menstruasi.

Nyeri menstruasi dapat diketahui dan dapat diukur. Pengukuran

nyeri dismenore dapat diukur dengan menggunakan skala intensitas

numerik (Numeric Rating Scale) dengan keterangan: semakin besar

nilai, maka semakin berat intensitas nyeri dimulai dengan skala 0:

tidak nyeri, skala 1–3: nyeri ringan, skala 4–7:nyeri sedang, skala 8–

10: nyeri berat (Afroh, Judha & Sudarti, 2012). Jadi skala numeric

dapat digunakan untuk mengukur tingkatan nyeri yang dirasakan

penderita dismenore.

Penatalaksanaan dismenore dapat dibagi menjadi

penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan

farmakologis dapat berupa obat anti inflamasi nonsteroid/ NSAID

yang merupakan terapi awal yang sering digunakan untuk dismenore


karena mempunyai efek analgetika yang secara langsung dapat

menghambat sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid

yang keluar, obat antiinflamasi nonsteroid / NSAID Bekerja dengan

cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan endometrium

sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi prostaglandin

serta kram uterus, pemakaian kontrasepsi hormonal dilaporkan juga

dapat mengurangi nyeri menstruasi serta pemberian Vitamin B1,

Magnesium, Vitamin E, dapat menunjukkan efek untuk mengurangi

nyeri menstruasi (Reeder, 2013).

Penanganan non farmakologis dapat dilakukan pengobatan

alternatif seperti, peningkatan masukan makanan (serat, kalsium,

sayur-sayuran,buah- buahan), mengurangi konsumsi seperti kafein,

garam dan gula yang berlebihan, berhenti merokok dan konsumsi

alkohol (Schorge,2008). Kompres air hangat (panas dapat membuat

pembuluh darah melebar sehingga aliran darah meningkat), penerapan

teknik relaksasi dan distraksi, olahraga dapat membuat sirkulasi dan

alairan darah pada otot rahim menjadi lancar sehingga mengurangi

nyeri pada saat menstruasi, Exercise (latihan fisik) merupakan terapi

nonfarmakologi yang lebih aman karena menggunakan proses

fisiologis yang dapat menghasilkan endorphin yang berfungsi sebagai

obat penenang alami (Smith, 2009). Jadi penatalaksanaan dismenore

yang paling aman yaitu dengan terapi non farmakologi karena proses

fisiologis yang dapat menghasilkan endorphin salah satunya dengan

melakukan exercise.
2.2 Intensi dam Keterampilan Remaja

Intensi remaja dapat berupa sikap remaja untuk melakukan suatu

perilaku. Menurut Oxford Dictionary of Psychology (dalam Christanti, 2008)

mendefinisikan intensi sebagai suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan

dengan sengaja dan bukan tanpa tujuan. Sedangkan menurut Sukirno dan

Sutarmanto (2007), intensi adalah kompetensi diri individu yang mengacu pada

keinginan untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Jika individu memiliki

intensi untuk melakukan suatu perilaku maka individu cenderung akan

melakukan perilaku tersebut, dan jika individu tidak memiliki intensi untuk

melakukan suatu perilaku maka individu cenderung tidak akan melakukan

perilaku tersebut.

Intensi untuk melakukan suatu perilaku dapat diukur. Melalui tiga

prediktor utama yang mempengaruhi intensi tersebut, yaitu attitude toward the

behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control (Ajzen, 2010).

Dalam pengukuran intensi untuk melakukan suatu perilaku perlu diperhatikan

empat elemen utama, yaitu target dari perilaku yang dituju (target), tindakan

(action), situasi saat perilaku ditampilkan (contex), dan waktu saat perilaku

ditampilkan (time) (Suryani, 2007).

Menurut Fishbein dan Ajzen (2010) intensi memiliki empat aspek yaitu

perilaku (behavior) yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan,

sasaran (target) yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku (spesifik dapat

digolongkan yaitu orang tertentu/objek (particular object), sekelompok

orang/sekelompok objek (a class of object) dan orang atau objek pada

umumnya (any object)), situasi (situation) yaitu situasi yang mendukung untuk

dilakukannya suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan


diwujudkan), waktu (time) yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu

tertentu, dalam satu periode atau jangka waktu yang tidak terbatas.

2.3 Pilates Exercise

Pilates exercise merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh

Joseph Hubert Pilates yang berasal dari Jerman pada abad ke-20, metode

pilates ini diperkenalkan pada tahun 1920an di Barat yang merupakan latihan

kebugaran tubuh dengan menggunakan pendekatan holistik untuk

kesejahteraan dan kebugaran tubuh, pilates mulai berkembang di Indonesia

sejak terjadinya penjajahan Belanda pada tahun sekitaran 1942 dikarenakan

ilmu pengetahuan dan teknologi maka senam juga mengalami perkembangan

dalam gerakan maupun tujuan dari senam itu sendiri (Touw, 2011). Pilates

Exercise mempunyai dua bentuk latihan, yaitu Mat Exercise yang merupakan

latihan pilates dasar yang dilakukan dilantai dengan menggunakan matras,

biasanya partisipan dalam posisi duduk, terlentang atau tengkurap,

menggunakan gaya gravitasi untuk menstabilisasi core, dan Appartus Exercise

didesain untuk menvariasikan pola gerakan dan postur tubuh (Paterson, 2009).

Pilates exercise merupakan latihan yang melatih otot- otot tubuh. Pilates

exercise merupakan suatu latihan kebugaran tubuh yang dapat memebntuk

sikap tubuh dan memperbaiki postur otot tubuh bagian tangah yang terfokus

pada perut dan panggul (Namuri, 2015). Pilates adalah teknik dinamis yang

bertujuan untuk kekuatan, peregangan dan fleksibilatas yang berkaitan dengan

perut sebagai pusat dari kekuatan yang selalu bekerja selama latihan pilates

(Oswal, 2017). Pilates Exercise adalah olahraga yang menekankan pada

peningkatan keseimbangan tubuh melalui kekuatan inti, fleksibilitas dan

kesadaran untuk mendukung efisiensi gerakan (Araujo & Macedo, 2012). Jadi
pilates exercise adalah latihan kebugaran tubuh yang melatih otot-otot tubuh

seperti otot panggul dan perut.

Mekanisme pilates exercise dapat menurunkan nyeri dismenore

primer, ketika melakukan Pilates exercise maka terjadilah penerimaan 13

implus saraf secara cepat, peningkatan kerja jantung, peningkatan metabolise

yang menimbulkan saraf simpatis terpacu. Setelah melakukan pilates exercise,

implus saraf perlahan – lahan melambat, kerja jantung menurun, penurunan

metabolisme, peningkatan elastisitas otot abdomen bawah dan memacu saraf

simpatis sehingga merangsang reseptor di hipotalamus dan di sistem limbik

yang ada diotak untuk memproduksi dan mengeluarkan hormon endorphin dan

memberikan efek rileksasi sehingga nyeri berkurang (Merithew, 2008).

Pilates exercise mempunyai prinsip-prinsip yang terdiri dari centering,

kontrol, arus, nafas, precision dan konsentrasi, yang merupakan faktor utama

dalam mentukan kualitas pilates exercise, saat melakukan latihan secara penuh

dengan presisi mungkin akan memberikan hasil yang signifikan dalam waktu

yang singkat dibandingkan dengan repetisi seperti banyak yang ditemukan

pada olahraga lain (Brignell, 2004 dalam Trisnowiyanto, 2016).

Manfaat penggunaan Pilates Exercise antara lain, untuk menurunkan

berat badan. Pilates exercise dapat meningkatkan kekuatan otot-otot perut dan

punggung, memperbaiki postur dan memperbaiki kondisi kardiovaskular,

meningkatkan fleksibilitas, mengatasi kondisi-kondisi seperti epilepsy,

obesitas, multiple sclerosis, diabetes mellitus, osteoporosis, osteoarthritis,

hipertensi, asma, nyeri leher dan nyeri punggung bawah dan mencegah

terjadinya trauma (Paterson, 2009). Pilates exercise diindikasikan untuk

membantu dalam penguatan core, membantu dalam mengurangi keluhan nyeri


backpain, meningkatkan keseimbangan dinamis serta dapat juga digunakan

untuk mengurangi berat badan, sedangkan kontraindikasi dari pilates exercise

dapat dikatakan hampir tidak ada, semua bisa melakukan senam ini tanpa

pengecualian untuk latihan ini yaitu orang yang memiliki gangguan pada sendi

tulang belakang (Namuri, 2015).

Gerakan Pilates Exercise (Ellsworth, 2009), Child pose dengan tujuan

untuk mengulur otot – otot punggung bawah, 1) Posisi awal berlutut diatas

matras, sendi panggul duduk diatas tumit, dada diturunkan diantara kedua

paha, 2) Kepala ditundukkan, lengan diluruskan sampai didepan kepala dan

diulur.

Gambar 2.1 Gerakan Child pose (Ellsworth, 2009)

Half curl, Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menguatkan core

muscle, meningkatkan daya tahan otot perut, 1) Posisi awal terlentang diatas

matras, lutut ditekuk dan lengan lurus disamping tubuh, kedua kaki dirapatkan

dan permukaan kaki rata pada lantai, 2) Membungkukkan punggung atas dan

bahu terangkat dari lantai dengan menggunakan otot perut atas, kedua lengan

sejajar dengan lantai dan punggung bawah tetap menyentuh lantai.


Gambar 2.2 Gerakan Half curl (Ellsworth, 2009)

Tiny step, tujuan dari gerakan ini adalah untuk mengembangkan

stabilitas otot perut, melindungi sendi panggul dan punggung bawah, target

utama dari gerakan ini adalah perut bawah, 1) Posisi awal terlentang dimatras,

lutut ditekuk dan kaki jinjit, kedua tangan berada disendi panggul untuk

merasakan gerakan tungkai, 2) Menghembuskan nafas, lalu lutut kanan

diangkat kearah dada sambil mengencangkan perut, 3) Dilanjutkan dengan

menarik nafas dan menahan posisi, lalu menghembuskan nafas lagi sambil

mengencangkan perut, kaki 16 diturunkan secara perlahan, lalu melakukan

gerakan yang sama pada tungkai kiri.

Gambar 2.3 Gerakan Tiny Step (Ellsworth, 2009)

The hundred, tujuan dari gerakan ini adalah untuk penguatan otot perut,

1) Posisi awal terlentang diatas matras, lutut ditekuk dengan permukaan kaki

menempel pada lantai dan rapatkan paha, 2) Tarik nafas, tangan dijulurkan
kearah depan dengan palmar tangan mengarah kebawah, lalu nafas

dihembuskan, lengan diangkat sehingga otot leher terulur dengan mengangkat

kepala, 3) Secara gentle dorong tangan keatas sambil menarik nafas dan

kebawah sambil menghembuskan nafas dengan gerakan kecil seperti menepuk

air, 4) Selanjutnya menarik nafas sambil mengerakan tangan, secara perlahan

menghembuskan nafas secara paksa dengan menggunakan otot perut.

Gambar 2.4 Gerakan The Hundred (Ellsworth, 2009)

Single leg circle Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mengulur otot

tungkai, menguatkan otot perut dalam, dan stabilitas pelvis dan otot perut, 1)

Posisi awal terlentang dimatras, kedua tungkai lurus, 2) Tarik nafas dan

menghembuskan nafas, tungkai kanan diangkat, buat lingkaran dengan lutut

searah jarum jam dengan posisi lutut ditekuk. 3) Dilanjutkan dengan menarik

nafas kembali, lalu menghembuskan nafas, tungkai kiri membentuk lingkaran

dengan arah berlawanan dengan yang sebelumnya.


Gambar 2.5 Gerakan Single Leg Cricle (Ellsworth, 2009)

Single leg stretch Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menstabilkan

core saat anggota gerak bawah digerakkan, dan menguatkan otot perut. 1)

Posisi awal tidur terlentang dimatras. 2) Tungkai kanan diangkat kearah dada,

tangan kanan menyentuh pergelangan kaki kanan dan tangan kiri menyentuh

lutut kanan sambil mengangkat kepala lalu tungkai kiri diluruskan dan diangkat

setinggi telinga dari matras.

Gambar 2.6 Gerakan Single leg stretch (Ellsworth, 2009)

2.4 Penelitian terkait

Penelitian yang dilakukan oleh (Putri, 2017) tentang Hubungan Antara

Nyeri Haid (Dismenore) Terhadap Aktivitas Belajar Pada Siswa Kelas XI

SMA Negeri 52 Jakarta, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan

antar nyeri haid (dismenore) terhadap aktivitas belajar yang dilakukan siswa
kelas XI SMA Negeri 52 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analitik dengan dengan desain cross sectional. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatar nyeri

(dismenore) dengan aktivitas belajar (0,000<0,05). Maka kesimpulan dari

penelitian yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri haid

(dismenore) dengan aktivitas belajar pada siswi Kelas XI SMA Negeri 52

Jakarta.

Penelitian menurut (Oswal et al, 2017) tentang Effect Of Pilates On Pain

And Quality Of Life In Females With Primary Dysmenorrhea, dengan tujuan

penelitian yaitu untuk melihat efek dari pilates terhadap nyeri dan kualitas

hidup wanita dengan dismenore primer. Metode penelitian yang dilakukan

adalah penelitian eksperimental dengan simple random sampling dan hasil

penelitian menunjukan bahwa ada perubahan yang signifikan dalam intensitas

nyeri pada kelompok eksperimen (pre: 7,15 dan post: 3,80), sedangkan tidak

ada perubahan signifikan terlihat pada kelompok kontrol (pre: 6,85 dan post:

6,70). Kesimpulan dari penelitiannya yaitu pilates dapat mengurangi nyeri dan

meningkatkan kulaitas hidup pada wanita dengan dismenore primer.

Penelitian menurut (Handayani, 2014) tentang Pengaruh Pilates

Terhadap Intensitas Nyeri Pada Primary Dysmenorrhea, dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh pilates terhadap intensitas nyeri pada primary

dysmenorrhea. Jenis metode penelitian yang digunakan adalah Quasi

Eksperimental, dengan desain penelitian Pre and Post Test With Control

Group Design, pengukuran nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS),

analisa data menggunakan uji Wilcoxon sedangkan uji beda pengaruh dua

kelompok menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian berdasarkan


pengujian statistik didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai p= 0.001

(p<0.05) yang berarti Ha diterima. Artinya ada pengaruh pilates terhadap

intensitas nyeri pada primary dysmenorrhea. Kesimpulannya yaitu latihan

pilates terbukti memberikan pengaruh terhadap intensitas nyeri pada primary

dysmenorrhea.

Penelitian menurut (Ulsafitri, 2016) tentang Pengaruh Exercise Pilates

Dengan Penurunan Nyeri Haid Primer Pada Mahasiswa DIII Kebidanan

Tingkat 1 STIKES Yarsi Sumbar Bukittinggi, dengan tujuan untuk mengetahui

suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan

tertentu. Metode penilian yang digunakan yaitu jenis penelitian eksperimen

dengan rancangan penelitian yang digunakan pre dan post test, dengan populasi

15 orang yang dalam penelitiannya sample yang diambil dengan metode total

sampling seluruh mahasiswa dengan Statistical Program For Science (SPSS).

Hasil dari penelitian yaitu dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan Exercise

Pilates rata-rata sebagian besar skala nyeri berat dari 5 responden, kemudian

menurun menjadi skala nyeri ringan sesudah dilakukan Piltes Exercise.

Kesimpulannya berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar

0,87 denga p-value sebesar 0,000, maka terlihat bahwa p-value 0,000<0,05 ini

menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan skala nyeri haid primer

sebelum dan sesudah dilakukan Pilates Exercise pada mahasiswi STIKES

Yarsi Bukittinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh (Elfira dkk, 2017) tentang Pengaruh

Pilates Exercise Terhadap Nyeri Primary Dysemenorrhea Pada Siswi Di

SMKN Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya, dengan tujuan untuk mengetahui

pengaruh Pilates Exercise terhadap perubahan nyeri primary


dysmenorrhea
pada siswi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan jenis

penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan rangkaian waktu (Time Series

Design. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa nyeri primary dysmenorrhea

sebelum diberikan pilates exercise ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 68

orang (68,0 %), dan nyeri primary dysmenorrhea setelah diberikan pilates

exercise ada pada kategori ringan yaitu sebanyak 66 orang (66,0%). Maka

kesimpulannya H0 ditolak artinya terdapat yang signifikan terhadap nyeri

primary dysmenorrhea siswi di SMKN Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya


Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terkait
DESAIN/ METODE/ POPULASI/ SAMPEL/ MANFAAT/
NO PENULIS TEMPAT TAHUN TUJUAN HASIL
UJI STATISTIK SAMPLING KETERBATASAN
1. Salsabila SMA 2017 Tujuan Penelitian ini Populasi penelitian Hasil penelitian Manfaat
Aifah Negeri 52 penelitian menggunakan ini adalah seluruh menunjukkan penelitian ini
Putri Jakarta untuk metode deskriptif siswi kelas XI SMA bahwa terdapat untuk mengatahui
mengetahui analitik dengan Negeri 52 Jakarta hubungan bagaimana
hubungan dengan desain berjumlah 171 siswi, yang signifikan dismenore dapat
antar nyeri cross sectional penentuan sampel antara nyeri haid mempengaruhi
haid dengan teknik (dismenore) aktivitas belajar
(dismenore) purposive sampling dengan aktivitas siswa
terhadap dan dihitung dengan belajar
aktivitas rumus slovin (0,000<0,05)
belajar yang diperoleh hasil 120
dilakukan orang. Analisis data
siswa kelas menggunakan uji
XI SMA korelasi rank
Negeri 52 spearman
Jakarta
2. Neha 2017 Tujuan Metode penelitian Sample penelitian ini Hasil penelitian Penelitian ini
Oswal, penelitian yang dilakukan adalah 40 orang menunjukan bahwa memiliki
Dr. yaitu untuk adalah penelitian dengan kriteria ada perubahan keterbatasan yaitu
Anuradh melihat efek eksperimental inklusi dalam yang sangat peneliti tidak
a Sutar dari pilates dengan simple kelopok usia 18- signifikan dalam mencantumpakn
and Dr. terhadap random sampling 25tahun dengan intensitas nyeri tempat penelitian
Snehal nyeri dan dismenore primer pada kelompok dan tidak
Ghodey kualitas eksperimen (pre: menyebutkan
hidup wanita 7,15 dan post: jumalah populasi

23
dengan 3,80), sedangkan
dismenore tidak ada
primer perubahan
signifikan terlihat
pada kelompok
kontrol (pre:6,85
dan post: 6,70)
3. Yellyta STIKES 2016 Tujuan untuk Metode penilian Populasi yang Hasil dari Jurnal ini
Ulsafitri Yaris mengetahui yang digunakan diambil 15 orang penelitian yaitu memiliki
Sumbar suatu gejala yaitu jenis yang dalam dapat diketahui kekurangan yaitu
Bukittingg atau penelitian penelitiannya sample bahwa sebelum tidak
i pengaruh eksperimen dengan yang diambil dengan dilakukan Exercise menampilkan cara
yang timbul rancangan metode total Pilates rata-rata pengambilan
sebagai penelitian yang sampling seluruh sebagian besar sampel yang
akibat dari digunakan pre dan mahasiswa dengan skala nyeri berat digunakan
adanya post test Statistical Program dari 5 responden,
perlakuan For Science (SPSS) kemudian menurun
tertentu menjadi skala nyeri
ringan sesudah
dilakukan Piltes
Exercise
4. Luci Kost putri 2014 Tujuan untuk Jenis penelitian ini Jumlah sampel 30 Hasil penelitian Kekurangan dari
Handaya Nur Arief, mengetahui adalah Quasi orang yang terdiri menunjukan bahwa jurnal penelitian
ni Makam pengaruh Eksperimental, dari 15 orang ada perubahan ini yaitu peneliti
Haji – pilates dengan desain kelompok perlakuan yang sangat tidak menjelaskan
Sukoharjo terhadap penelitian Pre and dan 15 orang signifikan dalam secar rinci
intensitas Post Test With kelompok kontrol. intensitas nyeri kelompok
nyeri pada Control Group. Pilates diberikan 3 pada kelompok eksperimen (pre:
primary Design Pengukuran kali dalam seminggu eksperimen (pre: 7,15 dan post:
dysmenorrhe nyeri menggunakan selama 4 minggu. 7,15 dan post: 3,80), sehingga
a di Kost Visual Analogue Teknik pengambilan 3,80), sedangkan pembaca tidak
putri Nur Scale (VAS). sampel tidak ada memahami apakah
Arief, Analisa data menggunakan perubahan yang
Makam Haji menggunakan uji Purposive Sampling signifikan terlihat dikasud intensitas
– Sukoharjo wilcoxon pada kelompok nyeri atau jumlah
sedangkan uji beda kontrol (pre: 6,85 responden yang
pengaruh dua dan post: 6,70). mengalami
kelompok dismenore.
menggunakan uji
mannwhitney.
5. Reze SMKN 2017 Tujuan untuk Metode penelitian Populasi yang Hasil penelitiannya Dalam jurnal ini
Elfira, Sukaresik mengetahui yang digunakan diambil adalah menunjukan bahwa tedapat
Siti Kabupaten pengaruh adalah eksperimen seluruh siswi kelas nyeri primary kekurangan yaitu
Saadah, Tasik Pilates dengan jenis X,XI,XII SMKN dysmenorrhea peneliti tidak
Sariestya malaya Exercise penelitian Quasi Sukaresik yang sebelum diberikan menampilkan
Rismawa terhadap Eksperimen dengan mengalami primary pilates exercise ada jumlah populasi
ti perubahan rancangan dysmenorrhea, pada kategori yang diambil
nyeri rangkaian waktu teknik pengambilan sedang yaitu sehingga tidak
primary (Time Series sampel sebanyak 68 orang jelas jumlah
dysmenorrhe Design menggunakan teknik (68,0 %), dan nyeri sample yang di
a pada siswi.
Purposive Sampling primary ambil darimana
yaitu sebanyak 100 dysmenorrhea
orang setelah diberikan
pilates exercise ada
pada kategori
ringan yaitu
sebanyak 66 orang
(66,0%)
2.5 Teori Keperawatan Katharine Kolcaba

Kathrine Kolcaba lahir dan mengikuti pendidikan di Cleveland,

Ohio. Tahun 1965. Ketika melanjutkan studinya, Kolcaba turut bekerja

sebagai kepala ruangan unit demensia. Pengalaman tersebut menjadi

dasar Kolcaba mengemukakan teori mengenai kenyamanan pasien.

Setelah 10 tahun, Kolcaba melanjutkan hasil studi doktoralnya untuk

mengembangkan dan menyelesaikan teorinya. Kolcaba kemudian

mempublikasikan analisis konsep mengenai kenyamanan dibantu oleh

suaminya yang seorang filosofis. Fokus studi Kolcaba mencakup

intervensi dan dokumentasi terkait kenyamanan berdasarkan praktik

berbasis bukti. Kolcaba membentuk sebuah perusahaan, yang dikenal

dengan The Comfort Line, yang berfokus sebagai agen pemberi bantuan

pelayanan kesehatan dengan mengimplementasikan teori kenyamanan

(Alligood, 2017).

Paradigma keperawatan The Comfort Line memiliki 4 asumsi

utama yaitu keperawatan, manusia, lingkungan dan kesehatan.

Keperawatan menurut Kolcaba (March & McCormac, 2009) adalah

salah satu pengkajian kebutuhan kenyamanan yang intensif, intervensi

yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan kenyaman, dan evaluasi

tingkat kenyamanan setelah implementasi diberikan kemudian

dibandingkan dengan tujuan hasil yang diinginkan, pengkajian dan

evaluasi dapat berupa intuisi atau subjektuf atau keduanya, pengkajian

diperoleh melalui skala tingkat verbal (klinis) atau kuesioner mengenai

tingkat kenyamanan (penelitian), yang menggunakan instrumen dari studi

Kolcaba.

27
Pasien menurut Kolcaba (Moorhead, 2008) sebagai penerima

asuhan yang mungkin dapat berupa individu, keluarga, institusi, atau

komunitas yang membutuhkan asuhan keperawatan, sedangkan perawat

dapat berperan sebagai penerima intervensi terkait kenyamanan di

lingkungan tempat bekerja ketika adanya inisiatif untuk meningkatkan

kondisi kerja dibawah tekanan, seperti untuk meningkatkan magnet

status. Lingkungan menurut Kolcaba (Tomey & Alligood, 2010)

merupakan segala aspek dimulai dari pasien, keluarga, atau institusi yang

dapat dimanipulasi oleh perawat, orang yang dicintai, atau institusi untuk

meningkatkan kenyamanan. Kesehatan menurut Kolcaba (Alligood,

2014) adalah status fungsi optimal seseorang pasien, keluarga, pemberi

asuhan kesehatan, atau komunitas dalam konteks individu atau kelompok.

Konsep utama The Comfort Line menguraikan tentang kebutuhan

perawatan kesehatan, intervensi keperawatan, variabel penghambat,

peningkatan kenyamanan, perilaku mencari kesehatan (perilaku internal,

kematian yang damai, perilaku eksternal), integritas institusional (praktik

terbaik dan kebijakan terbaik)

Kebutuhan perawatan kesehatan menurut Kolcaba merupakan

kebutuhan kenyamanan yang berkembang dari situasi stres dalam usaha

kesehatan yang tidak dapat dicapai dengan sistem dukungan penerima

secara umum (tradisional) termasuk didalamnya kebutuhan fisiologis,

psikospiritual, sosiokultural, atau lingkungan (March & McCormac,

2009).

Kolcaba mengemukakan intervensi untuk rasa nyaman adalah

tindakan keperawatan dan ditujukan untuk mencapai kebutuhan


kenyamanan penerima asuhan mencakup fisiologis, sosial, budaya,

ekonomi, psikologis, spiritual, lingkungan dan intervensi fisik (Alligood,

2014).

Variabel yang mengintervensi menurut Kolcaba adalah interaksi

yang mempengaruhi persepsi penerima mengenai kenyamanan

sepenuhnya yang mencakup usia, pengalaman sebelumnya, sikap, status

emosional, latar belakang budaya, sistem pendukung, prognosis,

ekonomi, edukasi dan keseluruhan elemen lainnya dari pengalaman

penerima. Rasa nyaman menurut Kolcaba merupakan status yang

diungkapkan atau dirasakan penerima terhadap intervensi kenyamanan

yang didapatkan (Moorhead, 2008).

Perilaku yang dimaksud dalam teori The Comfort Line yaitu

mencari bantuan dalam menjabarkan tujuan hasil yang ingin dicapai

tentang makna sehat, yakni sikap penerima berkonsulatasi mengenai

kesehatannya dengan perawat (March & McCormac, 2009).

Integritas institusional dalam teori The Comfort Line, mencakup

perusahaan, komunitas, sekolah, rumah sakit, regional, negara yang

memiliki kualitas yang lengkap, utuh, berkembang, etik dan tulus akan

memiliki integritas kelembagaan (Tomey & Alligood, 2010).

Praktik terbaik diartikan Kolacaba sebagai intervensi yang

diberikan petugas kesehatan sesuai dasar keilmuan dan praktik untuk

mendapatkan hasil yang terbaik untuk pasien yang dan keluarga (institusi)

(Satwiko, 2009).
Kebijakan terbaik institusi atau kebijakan regional dalam teori The

Comfort Line dimulai dari adanya protokol prosedur dan medis yang

mudah untuk diakses, diperoleh, dan diberikan (Sitzman & Eichelberger,

2011).

Gambar 2.7 Kerangka Teori Kathrine Kolcaba

Aplikasi teori Kathrine Kolcaba dalam penelitian ini yaitu tentang

The Comfort Line (kenyamanan) yang berkaitan dalam penelitian ini yaitu

nyeri haid (dismenore) yang dapat membuat remaja putri mersaa tidak

nyamana akibat nyeri yang dirasakan. Berdasarkan teori yang telah

diuraikan, jika diaplikasikan dalam penelitian ini yaitu tentang dismenore

pada remaja putri yang mengalami nyeri haid, intervensi yang diberikan

yaitu pilates exercise. Dengan variabel intervening yaitu intensi dan

keterampilan remaja putri dalam melakukan Pilates Exercise.

Dari intervensi yang diberikan akan berdampak pada health

seeking behaviors yang terbagi menjadi internal behaviors atau

perubahan perilaku yang ada dalam diri remaja putri yang tidak dapat

kelihatan yaitu intensi remaja putri terhadap Pilates Exercise. Adapun

berdampak pada eksternal behaviors atau perubahan dalam diri remaja


putri yang
dapat dilihat yaitu keterampilan remaja putri dalam melakukan Pilates

Exercise. Peneliti mengambil teori Kathrine Kolcaba sebagai pedoman

dalam penelitian karena remaja putri yang mengalami dismenore dapat

menghambat atau mempengaruhi aktivitas harian mereka. Dalam upaya

membantu menurunkan nyeri haid, perawat menyadari bahwa pemberian

intervensi pilates exercise bisa bermanfaat dalam penurunan intensitas

nyeri haid yang dapat meningkatkan rasa nyaman remaja putri.


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Dalam bab ini menjelaskan tentang kerangka konsep berdasarkan teori

keperawatan Kathrine Kolcaba yaitu The Comfort Line dan definisi operasional

penelitian.

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep teori keperawatan Kathrine Kolcaba tentang The

Comfort Line , maka dalam penelitian ini akan mengaplikasikan teori tersebut

dimana dalam konsep utama Kolcaba terdiri dari kebutuhan perawatan

kesehatan, intervensi keperawatan, variabel penghambat, peningkatan

kenyamanan, perilaku mencari kesehatan (perilaku internal, kematian yang

damai, perilaku eksternal), integritas institusional (praktik terbaik dan

kebijakan terbaik). Ada beberapa faktor yang diaplikasikan dalam penelitian ini

yaitu kebutuhan perawatan kesehatan yang berupa upaya dalam penanganan

dismenore, intervensi keperawatan yaitu dengan menggunakan pilates

exercise, serta variabel penghambat yaitu intensi dan keterampilan remaja

dalam melakukan latihan Pilates.

Dalam penelitian ini intensi dan keterampilan remaja putri terhadap

Pilates Exercise akan berdampak pada health seeking behaviors yang terbagi

menjadi internal behaviors atau perubahan perilaku yang ada dalam diri remaja

putri yang tidak dapat kelihatan yaitu intensi remaja putri terhadap Pilates

Exercise. Adapun berdampak pada eksternal behaviors atau perubahan dalam

diri remaja putri yang dapat dilihat yaitu keterampilan remaja putri dalam
melakukan Pilates Exercise. Dalam penelitian ini ada juga beberapa faktor

yang tidak diteliti yaitu peningkatan kenyamanan dan integritas institusional

(praktik terbaik dan kebijakan terbaik).

Best practice s

Health seeking behaviors Institutio nal integrity


Enhan ced comfor t
Health care Nursing Intervening
need interventi variabe
↓ ons ls
upaya ↓ ↓
penanganan pilates intensi &
dismenore exercise keterampila
n
Best policies

Internal behaviors
Peaceful death External behaviors

3.1 Gambar Kerangka Konsep

Keterangan: variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

3.2 Hipotesis

Ho1: Tidak ada perbedaan yang signifikan dari intensi remaja putri di SMP

Negeri 13 Manado dalam menggunakan Pilates Exercise sebelum dan

setelah diberikan pelatihan Pilates Exercise untuk mencegah dan

mengatasi nyeri haid (Dismenore)

Ha1: Ada perbedaan yang signifikan dari intensi remaja putri di SMP Negeri

13 Manado dalam menggunakan Pilates Exercise sebelum dan setelah

diberikan pelatihan Pilates Exercise untuk mencegah dan mengatasi

nyeri haid (Dismenore)

Ho2: Tidak ada perbedaan yang signifikan dari keterampilan remaja putri di

SMP Negeri 13 Manado dalam menggunakan Pilates Exercise sebelum


dan setelah diberikan pelatihan Pilates Exercise untuk mencegah dan

mengatasi nyeri haid (Dismenore)

Ha2: Ada perbedaan yang signifikan dari keterampilan remaja putri di SMP

Negeri 13 Manado dalam menggunakan Pilates Exercise sebelum dan

setelah diberikan pelatihan Pilates Exercise untuk mencegah dan

mengatasi nyeri haid (Dismenore)

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Perubah

Definisi operasional mengidentifikasi variabel-variabel yang akan

diukur dengan menjelaskan cara pengukuran, hasil ukur dan skala

pengukuran.
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Nama Definisi Definisi Hasil Ukur


No Skala Ukur Alat Ukur
Variabel Konseptual Operasional
1. Intensi Intensi sebagai Intensi dalam Skala Instrumen dalam penelitian ini Intensitas baik dan kurang,
suatu penelitian ini interval adalah kuesioner untuk jika masing-masing skore:
kecenderungan sebagai keinginan mengukur intensi siswa dalam (min: 13- max: 52)
perilaku yang siswi kelas VIII penggunaan pilates exercise
dilakukan SMP Negeri 13 yang berjumlah 12 pertanyaan
dengan sengaja Manado dalam yang diukur dengan
dan bukan tanpa melakukan
menggunakan skala likert yaitu
tujuan pilates exercise
dengan skore 4= Sangat Setuju,
(Christanti,
2008) 3= Setuju, 2= Tidak Setuju,
dan 1= Sangat Tidak Setuju.
2. Keteram Keterampilan Keterampilan Skala Dalam mengukur keterampilan Keterampilan baik dan
pilan (skill) dalam penelitian ini interval siswa, peneliti menggunakan kurang, jika masing-masing
merupakan merupakan lembar observasi yang berisi 6 skore
kemampuan kemampuan siswi gerakan senam pilates serta (min: 16- max: 32)
untuk kelas VIII SMP langkah-langkahnya dengan
mengoperasikan Negeri 13 Manado jawaban Ya, jika responden
peke
melakukan pilates melakukan gerakan tidak
rjaan secara
exercise sesuai langkah dan Tidak, jika
mudah dan
cermat responden melakukan gerakan
(Widiastuti, tidak sesuai langkah-langkah
2010) yang sudah tercantum dalam
lembar evaluasi.
3. Pilates Pilates exercise Pilates exercise Skala Dalam mengukur keterampilan Keterampilan baik dan
Exercise merupakan dalam penelitian ini interval siswa, peneliti menggunakan kurang, jika masing-masing

36
latihan yang merupakan lembar observasi yang berisi 6 skore
melatih otot- gerakan-gerakan gerakan senam pilates serta (min: 16 – max: 32)
otot tubuh. Piltes yaitu Half langkah-langkahnya dengan
Pilates exercise Curl, Tiny Step, jawaban Ya, jika responden
merupakan The Hundred, melakukan gerakan tidak
suatu latihan Single Leg Circle, sesuai langkah dan Tidak, jika
kebugaran tubuh dan Single Leg responden melakukan gerakan
yang dapat Stretch yang tidak sesuai langkah-langkah
memebntuk membantu melatih yang sudah tercantum dalam
sikap tubuh dan otot-oto perut dan lembar evaluasi.
memperbaiki panggul
postur otot
tubuh bagian
tangah yang
terfokus pada
perut dan
panggul
(Namuri, 2015).
BAB IV

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian termasuk desain

penelitian yang digunakan, populasi dan sample penelitian, tempat dan waktu

penelitian, etika penelitian, alat dan pengumpulan data dan analisis data

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen atau penelitian dengan

melakukan kegiatan percobaan. Metode eksperimen dalam penelitian

menggunakan metode quasi eksperimen semu (quasi experiment design)

dengan The Equivalent Time Series Samples Design yaitu dalam setiap urutan

waktu ganjil diberikan perlakuan dan diikuti dengan pengukuran dan dalam

setiap urutan waktu genap perlakuan dihentikan, diikuti dengan pengukuran.

O1 X1 O2 X2 O3

Keterangan:

O= ada perlakuan

X= observasi

Jadi diperlukan adanya percobaan, dalam design ini terdapat pretest,

sebelum diberikan intervensi maka hasil dari intervensi yang sudah diberikan

dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan

sebelum diberikan intervensi.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 13 Manado.

38
4.3 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2019,

jadwal penelitian terlampir.

4.4 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII SMP

Negeri 13 Manado yang berjumlah 55 siswi.

4.5 Sampel

Teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan Sampling

non probability dengan teknik convieniences sampling. Metode ini digunakan

karena terdapat kemudahan dalam pengambilan sample dan lokasi penelitian

yang terjangkau dapat memberikan kemudahan baik dari segi proses

penelitian dan administrasi. Jumlah sample pada penelitian ini berjumlah ≥15

yaitu 30 responden dengan menggunakan rumus Federec sperti dibawah ini.

(n-1)×(t-1)≥15 (n-1)×(1-1)≥15

(n-1)×(0)≥15

n-0≥15

n=15+0= 15

Keterangan:

n : besar sample tiap kelompok

t : banyaknya kelompok

Kriteria inklusi yaitu semua siswi kelas VIII dan yang tidak memiliki

keterbatasan gerak.
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur

intensi siswa dalam penggunaan pilates exercise yang berjumlah 13

pertanyaan, terdiri pertanyaan tentang Minat (4 pertanyaan), Attitude toward

the behavior (3 pertanyaan), Subjective norm (3 pertanyaan) dan Perceived

behavior control (3 pertanyaan) yang diukur dengan menggunakan skala likert

yaitu dengan skore 4= Sangat Setuju, 3= Setuju, 2= Tidak Setuju, dan 1=

Sangat Tidak Setuju, terkait kuesioner dalam penelitian ini dibuat sendiri dan

masih akan diuji valid. Dan didapatkan hasil uji valid dengan hasil reliability

α= 0,904 . Dalam mengukur keterampilan siswa, peneliti menggunakan

lembar observasi yang berisi 6 gerakan senam pilates serta langkah-

langkahnya dengan jawaban Ya, jika responden melakukan gerakan sesuai

langkah. Dan jawaban Tidak, jika responden melakukan gerakan tidak sesuai

langkah-langkah yang sudah tercantum dalam lembar evaluasi, cara mengisi

lembar observasi yaitu dengan check list.

4.7 Intervensi Pilates Exercise

Dalam intervensi pilates exercise hal pertama yang perlu diperhatikan

yaitu menyiapkan ruangan untuk dilakukan latihan pilates, alat dan bahan

berupa matras dan lembar observasi serta kuesioner, pakian olahraga yang

nyaman dan tidak membatasi pergerakan dan masing-masing siswi diberikan

buku saku Pilates Exercise. Senam pilates bisa dilakukan tanpa adanya

instruktur karena pada setiap gerakan yang ada pada senam pilates mudah

untuk dilakukan (Namuri, 2015). Penelitian ini dilakukan dengan bantuan

teman sejawat yang sudah berlatih Pilates Exercise. Kemudian pada hari

pertama, peneliti masuk setiap kelas VIII dan memilah siswi yang termasuk
dalam kriteria inklusi, kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur-

prosedur yang akan dilakukan sebentar serta membagikan kuesioner tentang

intensi remaja terhadap pilates exercise (pretest).

Pada hari kedua peneliti bersama dengan teman sejawat yang

membantu, mengajarkan langkah-langkah gerakan pilates exercise sampai

semua siswi memahami setiap gerakan yang sudah diajarkan, peneliti

memberikan kesempatan bagi siswi yang ingin bertanya dan meminta

beberapa volentir untuk mempraktekannya sesuai dengan langkah-langkah

yang sudah diajarkan dengan menilai lembar observasi (pretest). Peneliti

menentukan hari berikutnya untuk dilakukan observasi terkait dengan

gerakan-gerakan pilates exercise sesuai dengan langkah-langkah yang

diajarakan dan sesuai dengan lembar observasi.

Pada hari ketiga peneliti melakukan observasi peneliti bersama rekan

membagi 2 kelompok agar lebih mudah untuk dilakukan observasi

keterampilan siswi dalam melakukan pilates exercise, dalam setiap kelompok

peneliti juga membagi responden menjadi kelompok kecil untuk dilakukan

observasi. Pada hari keempat peneliti melakukan observasi untuk diukur

tingkat keterampilan mereka dengan cara yang sama seperti pada hari ketiga.

Setelah peneliti selesai mengobservasi keterampilan siswi (postest), peneliti

membagikan kembali kuesioner tentang intensi remaja (postest) untuk

membandingkan intensitas siswi dalam melakukan pilates exercise sebelum

dan setelah diberikan pelatihan.

4.8 Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data peneliti melewati 4 tahapan yaitu, perijinan,

pengambilan responden, pengumpulan data, dan melakukan pengolahan data.


Perijinan

Pemilihan populasi (N= 125) dan sampel (n= 30)

Penanda tanganan informed consent

Pretest (tanggal: 30 Juli 2019)

Intervention (tanggal: 2-3 Agustus 2019)

Post Test (tanggal: 4-5 Agustus 2019)

Pengolahan data dan analisis


4.1 Bagan Pengumpulan Data

Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data

adalah meminta perijinan dari fakultas dan kepala sekolah untuk mengambil

data ditempat penelitian untuk mengetahui populasi siswi kelas VIII di SMP

Negeri 13 Manado

Tahap kedua yang dilakukan peneliti setelah mendapat ijin dari

fakultas dan kepala sekolah, menghadap wali- wali kelas VIII untuk

menanyakan jumlah populasi siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Manado

Tahap selanjutnya yaitu proses pengumpulan data dilakukan pada

tanggal 30 Juli 2019 dengan cara memberikan kuesioner pada siswi kelas VIII

yang telah termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian meminta

persetujuan dari responden dengan memebrikan inform consent dan

menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Setelah mendapat persetujuan

dari siswi selanjutnya kuesioner tentang intensi (pretest) diberikan dan

didalamnya terdapat pertanyaan yang sudah disiapkan berdasarkan masalah


penelitian serta cara pengisian kuesioner dan masing-masing siswi diberikan

buku saku Pilates Exercise agar siswi mempelajari tentang Pilates Exercise .

Pada tanggal 2 Juli 2019 peneliti mengumpulkan responden untuk dilakukan

intervensi berupa Pilates Exercise kemudia dilakukan observasi terhadap

keterampilan siswi dalam melakukan setiap gerakan Pilates (pretest). Pada

tanggal 3 Agustus 2019 peneliti melakukan intervensi kembali untuk melatih

siswi dan membuat siswi menjadi terampil dalam melakuikan Pilates

Exercise. Pada tanggal 4-5 peneliti melakukan obsevasi setiap gerakan Pilates

(post test) dan peneliti juga membagikan lembar kuesioner intensi (post test).

Selesai melakukan pengumpulan data, tahap selanjutnya peneliti

melakukan pengolahan data dengan memeriksa kembali kuesioner yang sudah

diisi dan mendapatkan data yang sesuai kemudian data diolah menggunakan

proses pengolahan yaitu editing , coding, proccesing, dan cleaning kemudian

data dianalisa secara univariant dan bivariant.

Editing adalah tahap peneliti memeriksa daftar pertanyaan yang diisi

responden. Pemeriksaan yang dimaksud meliputi kelengkapan jawaban,

melihat terisinya jawaban seluruh siswi kelas VIII terhadap setiap pertanyaan

yang ada, kedua keterbatasan penulisan, tulisan yang kurang jelas agar dapat

diperbaiki sehingga peneliti dapat membaca dengan baik, ketiga melihat

jawaban yang berhubungan, jika terdapat jawaban yang kurang atau tidak

relevan dengan penelitian maka tidak dapat digunakan. Coding merupakan

pengkodean setiap lembar kuesioner dan observasi yang sudah diisi oleh siswi

kelas VIII dengan mengisi daftar kode dengan pemberian angka setiap

masing-masing jawaban. Skoring dilakukan setelah semua pertanyaan

diberikan kode selanjutnya masing-masing kemudian dijumlahkan dengan


menggunakan program kumputer. Proccesing merupakan langkah dalam

memproses data agar dapat dianalisa melalui perhitungan melalui program

komputer. Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data dari

seluruh siswi kelas VIII yang termasuk dalam kriteria inklusi yang sudah di

entry apakah terdapat kesalahan atau tidak.

4.9 Analisa Data

Data yang sudah diperoleh selanjutnya dianalisa menggunakan

analisis univariant dan bivariant. Analisa Univariat dilakukan untuk data

demografi dan menghitung frekuensi dan distribusi data. Analisis bivariant

juga dilakukan untuk melihat dampak paket pelatihan pilates terhadap intensi

dan keterampilan remaja putri dalam melakukan pilates exercise dengan

menggunakan uji t berpasangan atau uji alternatif yaitu uji Wilcoxon dengan

tingkat kepercayaan 95% (ci : 95 ; α ≤ 0.05) dengan menggunakan program

komputer.

4.10 Etika Penelitian

Menurut Swarjana (2015) banyak hal yang dipertimbangkan dalam

penelitian, bukan hanya metode, desain, dan aspek lainnya, tetapi peneliti

harus memperhatikan Etichal Principles (Etika Penelitian) yang secara mutlak

dipatuhi oleh peneliti di segala bidang, termasuk bidang keperawatan. Polit

and Beck (2003) dalam Swarjana (2015) menyatakan aspek etika dalam

penelitian yang harus diperhatikan, yaitu principle of beneficence (prinsip

kebaikan), principle of respect for human dignity (prinsip menghormati harkat

dan martabat manusia), principle of justice (prinsip keadilan), dan informed

consent. Selain etika keperawatan, penelitian ini juga menggunakan prinsip-

prinsip etika penelitian BHA (Baik, Hormat, Adil)


Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan baik yaitu bermanfaat

untuk remaja putri yakni para siswi kelas VIII, yang ikut berpartisipasi dan

tidak ada atau sangat sedikit dampak kesehatan dalam penelitian ini. Hormat

yang diartikan dalam penelitian ini yaitu seluruh Siswi kelas VIII dijaga

kerahasiaanya. Kerahasiaan Siswi kelas VIII menjadi tanggung jawab peneliti

dan menghormati setiap pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang diberikan

siswi. Sikap adil yang dimaksud dalam penelitian ini mengambil seluruh siswi

kelas VIII yang akan mendapatkan perlakuan yang sama dalam penelitian ini.

Dalam etika penelitian yang patut untuk diperhatikan adalah prinsip

kebaikan (principle of beneficence) dimana peneliti diharapkan mampu

memberikan manfaat kebaikan bagi kehidupan para siswi kelas VIII. Peneliti

mempertimbangkan kerugian, benar-benar menjamin semua informasi yang

dibutuhkan, dan peneliti mempertimbangkan resiko yang akan terjadi terhadap

siswi kelas VIII .

Prinsip Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Principle of

Respect for Human Dignity) yaitu para Siswi kelas VIII dapat memilki hak

secara volunter apakah ingin berpatisipasi dalam penelitian yang akan

dilakukan atau tidak, termasuk treatment. Para siswi berhak untuk bebas dari

paksaan dalam bentuk apapun dan tanggung jawab dari peneliti jika siswi

menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian dan peneliti menghormati

keputusan dari para siswi kelas VIII.

Prinsip Keadilan ( Principle of Justice) yaitu peneliti bersikap adil

kepada masing-masing siswi kelas VIII dan mendapat perlakukan sama

sebelum, selama, dan sesudah berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti wajib


menjaga kerahasiaan informasi atau data dari para Siswi kelas VIII, termasuk

menjaga privasi.

Hal yang dipastikan dalam informed consent berupa pemahaman para

siswi kelas VIII dalam membedakan penelitian dan treatment, serta para siswi

memahami data yang diberikan akan digunakan pada tujuan penelitian,

kemudian tujuan penelitian dijelaskan pada para Siswi. Seluruh siswi kelas

VIII mendapatkan penjelasan mengenai prosedur pengumpulan data, waktu

penelitian, penjelasan mengenai bagaimana mereka terpilih menjadi

partisipan, diberitahu resiko yang dapat muncul, manfaat dari penelitian,

menjelaskan bahwa jika terdapat uang tunjangan atau jasa yang perlu dibayar

maka sebaiknya dijelaskan dengan lengkap kepada para siswi.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang didapatkan di tempat

penelitian yang terdiri dari hasil univariate yang disajikan dalam bentuk tabel.

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 13 Manado dan

bertujuan untuk menganalisi pengaruh Pilates Exercise terhadap intensi dan

keterampilan remaja putri di SMP Negeri 13 Manado. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian quasi eksperimen semu tanpa grup kontrol

yaitu menggunakan rancangan penelitian The Equivalent Time Series Samples

Design. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswi kelas VIII baik yang

sedang haid maupun tidak sedang haid. Dan sampel yang memenuhi kriteria

inklusi adalah 31 orang. Hasil dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar

observasi untuk mengukur keterampilan siswi. Terdapat enam belas item dalam

lembar observasi yang dinilai sebelum dilakukan intervensi (pre test) dan

sesudah dilakukan intervensi (post test).

Setelah semua data terkumpul, peneliti kemudian melakukan

pemeriksaan data, pengelolahan, dan selanjutnya melakukan analisa data

melalui program komputer. Berdasarkan pengolahan dan analisa data, peneliti

kemudian menyajikan data secara deskriptif yaitu uji univariat dan uji bivariat

yaitu analisis antara variabel terkait dengan menggunakan uji t berpasangan

yang disajikan dalam bentuk tabel.


5.1 Distribusi Usia Responden

Tabel 5.1. Distribusi Usia Responden Siswi Kelas VIII di SMP

Negeri 13 Manado

Usia Jumlah (%)

12 13 43,3

13 12 40,0

14 5 16,7
Total 30 100

Sumber Data Primer 2019.

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan dari 30 responden sebagian besar

resonden berada pada kelompok (43,3%) usia 12 tahun sebanyak ,

(40,0%) 13 responden dan sebagian kecil responden berada pada

kelompok (16,7%) usia 14 tahun sebanyak 5 responden.

5.2 Gambaran Siswi Kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado yang Sedang

Haid

Tabel 5.2. Gambaran Siswi Kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado


yang Sedang Haid
Sedang Haid Jumlah (%)

Ya 2 93.3
Tidak 28 6.7
Total 30 100
Sumber Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.2 hasil pengolahan data untuk gambaran siswi di

SMP Negeri 13 Manado yang sedang haid, didapatkan siswi yang sedang

haid (93.3%) berjumlah 2 siswi dan tidak sedang haid (6.7%) berjumlah

28 siswi.
5.3 Gambaran Intensi Siswi Kelas VIII Di SMP Negeri 13 Manado Dalam

Melakukan Pelatihan Pilates Exercise

Tabel 5.3. Intensi Siswi Kelas VIII Di SMP Negeri 13 Manado

Dalam Melakukan Pelatihan Pilates Exercise

Pre Post
Intensi Siswi
f % %

Intensi tinggi 26 86,7 30 100,0

Intensi rendah 4 13,3

Sumber Data Primer 2019.

Berdasarkan tabel 5.3. menunjukan terjadi menunjukkan sebelum

dilakukan intervensi, (86,7%) 26 siswi memliki intensi yang tinggi dan

(13,3%) 4 siswi memiliki intensi rendah. Setelah diberikan intervensi

(100,0%) 30 siswi berada pada tingkatan intensi tinggi.

5.4 Gambaran Keterampilan Siswi Kelas VIII Di SMP Negeri 13

Manado Dalam Melakukan Pelatihan Pilates Exercise

Tabel 5.4. Keterampilan Siswi Kelas VIII Di SMP Negeri

13 Manado Dalam Melakukan Pelatihan Pilates Exercise

Pre Post
Keterampilan
Siswi F % F %

Terampil 2 6,7 30 100,0


Kurang Terampil 28 93,3
Sumber Data Primer 2019.

Berdasarkan tabel 5.4. menunjukkan sebelum dilakukan intervensi,

(93,3%) 28 siswi memliki keterampilan yang baik dan (6,7%) 2 siswi


memiliki keterampilan yang kurang. Setelah diberikan intervensi (100,0 %)

30 siswi memiliki keterampilan yang baik

5.5 Perbedaan Intensi Siswi Kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado Sebelum

dan Sesudah diberikan Pelatihan Pilates Exercise

Tabel 5.5 Perbedaan Intensi Remaja Putri di SMP Negeri 13 Manado

Sebelum dan Sesudah diberikan Pelatihan Pilates Exercise Sebanyak 3×

Intensi n Mean SD MD t p-value

Pre test 30 42,50 3,702


-5,633 -8,277 0,000
Post test 30 48,13 2,345

Sumber Data Primer 2019

Uji normalitas yang digunakan untuk sampel < 50 atau sampel kecil

adalah uji tes Normalitas Shapiro-Wilk. Untuk Intensi sebelum diberikan

pelatihan memperoleh nilai probabilitas (p) = 0,382 yang berarti nilai p>α

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal

dan untuk intensi sesudah diberikan pelatihan memperoleh nilai probabilitas

(p) = 0,75 yang berarti nilai p>α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

data penelitian berdistribusi normal . Uji statistik yang digunakan adalah uji t

berpasangan dengan batas kemaknaan α = 0,05 sehingga dikatakan data

berdistribusi normal jika ρ value ≥ 0,05 dan data tidak berdistribusi normal

jika ρ value ≤ 0,05.

Berdasarkan tabel 5.5 tentang pengaruh Pilates Exercise terhadap

intensi remaja putri di SMP Negeri 13 Manado diperoleh hasil bahwa secara

statistik yang dianalisis dengan menggunakan uji t berpasangan, terdapat

nilai MD -5,633. Intensi sebelum diberikan pelatihan memperoleh nilai


mean= 42.50, SD= 3.702, dan terdapat perbedaan intensi remaja putri

sesudah diberikan pelatihan yang memperoleh nilai mean= 48.13, SD=

2.345. Hasil tersebut membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara intensi remaja putri dalam menggunakan Pilates Exercise

sebelum dan sesudah diberikan pelatihan Pilates Exercise. Jika dilihat dari

hasil analisis uji t, membuktikan intensi remaja putri sebelum dan setelah

diberikan pelatihan, memperoleh nilai mean = -5.633, SD = 3.728, nilai t =-

8.277, dan memperoleh nilai α= 0,000 (α < 0,05) artinya hipotesis diterima,

sehingga ada perbedaan yang signifikan terhadap intensi remaja putri di

SMP Negeri 13 Manado dalam menggunakan Pilates Exercise sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan Pilates Exercise dalam mengatasi nyeri haid

(dismenore).

5.6 Perbedaan Keterampilan Siswi Kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado

Sebelum dan Sesudah diberikan Pelatihan Pilates Exercise

Tabel 5.6 Perbedaan Keterampilan Remaja Putri di SMP Negeri

13 Manado dalam Menggunakan Pilates Exercise Sebanyak 3×

Median (Min-
Keterampilan N Max) Z P

Pre test 30 20 (16 - 26)


-4,795 0,000
Post test 30 30 (28 - 32)
Sumber Data Primer 2019

Uji Shapiro-Wilk Keterampilan sebelum dilakukan pelatihan

memperoleh nilai probabilitas (p) = 0,095 yang berarti p >α 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal dan sesudah

diberikan pelatihan memperoleh nilai probabilitas (p)= 0,014 yang berarti


p<α0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak

berdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon.

Berdasarkan tabel 5.6. output uji Wilcoxon, terlihat pada median

ada perbedaan 10 poin sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Jumlah

minimal dan maksimum sebelum diberikan intervensi terdapat kesenjangan

yaitu 10 poin (16-26), sedangkan sesudah diberikan intervensi kesenjangan

semakin mengecil yaitu 4 poin (28-32). Diketahui Asymp.sig.(2tailed)

bernilai 0,000, karena nilai 0,000 lebih kecil dari 0,005, maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis diterima yang artinya ada perbedaan

keterampilan siswa sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari keterampilan remaja

putri di SMP Negeri 13 Manado dalam menggunakan Pilates Exercise

sebelum dan setelah diberikan pelatihan Pilates Exercise untuk mencegah

dan mengatasi nyeri haid (Dismenore)


BAB VI

PEMBAHASA

6.1 Gambaran Intensi Siswi Kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado dalam

Melakukan Pilates Exercise

Hasil menunjukan sebelum dilakukan intervensi, sebagian besar siswi

kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado memiliki intensi yang tinggi dan

sebagian kecil siswi memiliki intensi rendah. Setelah diberikan intervensi,

seluruh siswi kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado meningkat sehingga

tingkat intensi siswi berada pada tingkatan intensi tinggi. Hal ini dikarenakan

faktor-faktor yang memungkinan intensi siswi tinggi antara lain perilaku yang

dimiliki masing-masing siswi, situasi yang ada di sekitar siswi dan waktu

yang dimilki siswi dan peneliti cukup panjang sehingga peneliti mampu

menjelaskan secara detail isi dari data yang diberikan

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Meilinda pada tahun

(2013), dengan judul “Hubungan antara penerimaan diri dan konformitas

terhadap intensi merokok pada remaja di SMK 4 Samarinda” yang

mengatakan bahwa intensi merokok pada ramaja meningkat dikarenakan

faktor-faktor yang terkandung dalam intensi itu sendiri antara lain perilaku

yang dimilki masing-masing remaja, situasi disekitar lingkungan remaja,

penggunaan waktu belajar disekolah dan teman-teman sejawat.

6.2 Gambaran Keterampilan Siswi Kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado

dalam Melakukan Pelatihan Pilates Exercise

Hasil menunjukkan sebelum dilakukan intervensi pada siswi Kelas

VIII di SMP Negeri 13 Manado, sebagian besar siswi memiliki keterampilan


yang kurang baik dan 2 dari 30 siswi memiliki keterampilan yang baik dalam

melakukan pelatihan Pilates Exercise . Setelah diberikan intervensi pelatihan

Pilates Exercise seluruh siswi mengalami peningkatan dengan hasil data

menunjukan seluruh siswi kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado memilki

keterampilan yang baik. Hal ini di karenakan oleh beberapa faktor antara lain

minat siswi yang tinggi, siswi memperhatikan setiap gerakan yang diberikan,

konsentrasi serta daya ingat siswi yang tinggi.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Purwanto pada tahun

(2010) dengan judul “Hubungan daya ingat jangka pendek dan kecerdasan

dengan kecepatan menghafal di Yogyakarta” dengan hasil pertama, daya

ingat jangka pendek berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan

menghafal, semakin tinggi daya ingat jangka pendeknya maka akan semakin

cepat pula dalam menghafal. Kedua, kecerdasan tidak dapat dimasukkan

dalam analisis sebab antara kecerdasan dengan daya ingat jangka pendek

terjadi kolinearitas.

6.3 Perbedaan Intensi Siswi di SMP Negeri 13 Manado Sebelum dan

Sesudah diberikan Pelatihan Pilates Exercise

Hasil dari pengaruh Pilates Exercise terhadap intensi remaja putri di

SMP Negeri 13 Manado diperoleh hasil bahwa secara statistik yang dianalisis

dengan menggunakan uji t berpasangan, intensi sebelum diberikan pelatihan

dan sesudah diberikan pelatihan memperoleh nilai mean berbeda. Setelah

diberikan pelatihan hasil dari mean meningkat dan terdapat perbedaan intensi

remaja putri sesudah diberikan pelatihan. Hasil tersebut membuktikan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara intensi remaja putri dalam

menggunakan Pilates Exercise sebelum dan sesudah diberikan pelatihan


Pilates Exercise dikarenakan siswi sangat tertarik untuk mengetahui tindakan

apa saja yang dapat membuat nyeri haid berkurang.

Jika dilihat dari hasil analisis uji t, membuktikan intensi remaja putri

sebelum dan setelah diberikan pelatihan, memperoleh nilai t= -8.277, dan

memperoleh nilai < 0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan intensi remaja putri di SMP Negeri 13

Manado dalam menggunakan Pilates Exercise sebelum dan sesudah

diberikan pelatihan Pilates Exercise dalam mengatasi nyeri haid (dismenore).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Meilinda pada tahun

(2013), dengan judul “Hubungan antara penerimaan diri dan konformitas

terhadap intensi merokok pada remaja di SMK 4 Samarinda” yang

mengatakan bahwa sikap keinginintahuan remaja terhadap rokok sehingga

intensi mereka sangat tinggi untuk mencoba mencicipi rokok, bagaimana

rasanya jika rokok di konsumsi.

Menurut Fishbein dan Ajzen (2010) intensi memiliki empat aspek

yaitu perilaku yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan, sasaran

(target) yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku (spesifik dapat

digolongkan yaitu orang tertentu/objek), sekelompok orang/sekelompok

objek dan orang atau objek pada umumnya, situasi yaitu situasi yang

mendukung untuk dilakukannya suatu perilaku dan waktu.

Keterkaitan data dengan teori keperawatan dari Kolcaba yaitu dari

variabel intervensi yaitu intensi menuju pada peningkatan rasa nyaman

dengan cara mencari perilaku kesehatan yaitu dengan perilaku internal atau

perilaku yang dibuat yang tidak dapat dilihat yakni sesuatu yang ada dalam

diri siswi antara lain peningkatan intensi yang dimiliki siswi.


6.4 Perbedaan Keterampilan Siswi Kelas VII di SMP Negeri 13 Manado

Sebelum dan Sesudah diberikan Pelatihan Pilates Exercise

Hasil menunjukan bahwa ada perbedaan yang dignifikan keterampilan

siswi kelas VIII SMP Negeri 13 Manado sebelum dan sesudah diberikan

pelatihan. Sebelum diberikan pelatihan sebagian besar siswi dengan

keterampilan kurang, setelah diberikan pelatihan seluruh siswi ada pada

tingkatan trampil.. Karena nilai p < 0,005, maka dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima artinya ada perbedaan keterampilan siswa sebelum dan sesudah

diberikan pelatihan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan dari keterampilan remaja putri di SMP Negeri 13 Manado dalam

menggunakan Pilates Exercise sebelum dan setelah diberikan pelatihan

Pilates Exercise untuk mencegah dan mengatasi nyeri haid (Dismenore). Hal

ini disebabkan karena dalam proses simulasi gerakan, seluruh siswi terlihat

sangat konsentrasi dalam memperhatikan setiap gerakan yang diajarkan dan

kecepatan siswi dalam menghafal setiap gerakan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Purwanto pada tahun (2010)

dengan judul “Hubungan daya ingat jangka pendek dan kecerdasan dengan

kecepatan menghafal di Yogyakarta” dalam penelitian ini terlihat bahwa

konsentrasi yang dimiliki remaja sangat berpengaruh terhadap daya ingat

yang dimiliki remaja. Hasil pada daya ingat jangka pendek berpengaruh

secara signifikan terhadap kecepatan menghafal, semakin tinggi daya ingat

jangka pendeknya maka akan semakin cepat pula dalam menghafal.

Keterkaitan data dengan teori keperawatan dari Kolcaba yaitu dari

variabel intervensi yaitu intensi menuju pada peningkatan rasa nyaman

dengan cara mencari perilaku kesehatan yaitu dengan perilaku eksternal atau
perilaku yang dibuat dpat terlihat dan dapat dilakukan yakni peningkatan

keterampilan siswi yang ditunjukan pada saat dilakukan observasi setiap

gerkan yang sudah diajarkan.

Berdasarkan pembahasan diatas, didapatkan hasil adanya perbedaan yang

signifikan dari intensi dan keterampilan siswi kelas VIII di SMP Negeri 13 Manado

sebelum dan sesudah diberikan pelatihan Pilates Exercise, didasari oleh sebagian

besar responden yang memilki intensi tinggi terhadap pelatihan Pilates Exercise dan

terampil dalam melakukan setiap gerakan pelatihan Pilates Exercise.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan dalam penelitian yang

dilakukan, dimana peneliti hanya menggunakan kuesioner sehingga ada jawaban-

jawaban yang diberikan responden tidak menunjukan keadaan sesungguhnya yang

mungkin karena malu atau tidak ingin orang lain tahu tentang keadaan masing-

masing responden. Selama proses penelitian banyak siswi yang tidak tahu cara
BAB VII

PENUTUP

Bab ini, merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang berisi tentang

kesimpulan mengenai pengaruh perawatan modern dressing terhadap penyembuhan

ulkus diabetikum, dan saran yang membangun.

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 13 Manado

dengan judul penelitian “pengaruh Pilates Exercise terhadap intensi dan

keterampilan remaja putri dalam penanganan nyeri haid (disemenore) di SMP

Negeri 13 Manado”, dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan intervensi

intensi pelatihan Pilates Exercise siswi berada pada rata-rata tingkat intensi

tinggi karena keinginan siswi sangat tinggi untuk melakukakan pelatihan

Pilates Exercise dan keterampilan siswi sebelum di berikan intervensi berada

pada tingkat kurang terampil. Kemudian setelah diberikan intervensi yaitu

pelatihan Pilates Exercise, intensi siswi masih dalam tingkat intensitas tinggi

dan keterampilan siswi berada pada tingkat terampil, sehingga pelatihan

Pilates Exercise berpengaruh terhadap intensi dan keterampilan siswi dalam

penanganan nyeri haid (dismenore).

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu

keperawatan terutama menambah wawasan tentang

penanganan nyeri haid (dismenore)


 Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan peneliti

selanjutnya mampu meneliti apa saja yang ada diluar variabel

penelitian yang sudah terpapar diatas antara lain peneliti

selanjutnya meneliti peningkatan rasa nyaman dan integritas

institutional

7.2.2 Bagi Praktik Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan,

serta memperluas wawasan sebagai pelayan kesehatan, dalam

memberikan tindakan kepada pasien dengan nyeri haid (dismenore).


LAMPIRAN

Lampiran 1 Curriculum Vitate

CURRICULUM VITATE

A. Identitas

Nama Lengkap : Ririn S M Au Joeng

Tempat/Tanggal Lahir : Bitung, 4 September 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat :Manembo-nembo, Bitung

Fakultas/Program Studi : Keperawatan/Ilmu Keperawatan

Nama Orang Tua

Ayah : Khun Au Joeng

Ibu : Frensina Worotikan


Nama Saudara

Adik : Meylin Au Joeng

Ling-ling Au Joeng

Michael Au Joeng

Thenio Au Joeng

Email : ririnaujoeng.raj@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 2002-2009 : SD Negeri Sagerat


2. Tahun 2009-2012 : SMP Katolik Donbosco Bitung
3. Tahun 2012-2015 : SMA Katolik Donbosco Bitung
4. Tahun 2015-Sekarang : Universitas Katolik De La Salle Manado
B. Riwayat Organisasi :
1. Panitia Lasallian Caring Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La
Salle Manado 2017
2. Panitia Dies Natalis Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La
Salle Manado 2018

MOTTO: “Kesuksesan adalah buah dari usaha-usaha kecil yang

diulang hari demi hari”


Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PILATES EXERCISE

Topik : Pilates Exercise

Sasaran Penyuluhan : Siswi kelas VIII SMP Negeri 13

Manado Pemberi Materi : Ririn Au Joeng

Tempat : Lapangan Sekolah SMP Negeri 13 Manado

Jln. Buha, Kairagi Dua, Mapanget, Kota Manado.

Waktu :

Hari/Tanggal :

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan pembelajaran Pilates Exercise oleh instruktur,

siswa dapat melakukan Pilates Exercise secara mandiri

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti pembelajaran Pilates Exercise, diharapkan siswa

dapat:

a) Memahami tujuan dari Pilates Exercise

b) Menyebutkan gerakan-gerakan Pilates Exercise serta langkah-

langkah dari setiap gerakan Pilates Exercise

c) Mempraktekan secara mandiri setiap gerakan-gerakan dan

langkah-langkah Pilates Exercise

B. Metode Penyampaian

1. Ceramah
2. Diskusi (Tanya Jawab)

C. Media

1. Materi SAP

2. Buku Saku Senam Pilates

D. Materi

Terlampir

E. Pelaksanaan

KEGIATAN
No TAHAP WAKTU
PELATIH PESERTA

1. Pembukaan 5 Menit  Memberikan salam  Peserta menjawab


 Persepsi tentang salam
Senam Nyeri Haid  Peserta menjawab
(Pilates Exercise) dengan benar
2. Pelaksanaan 90 Menit  Menjelaskan isi materi  Peserta
tentang Pilates mendengarkan
Exercise dan dengan seksama
membagikan buku saku  Peserta
Pilates Exercise memperhatikan
 Menjelaskan setiap
gerakan dan langkah-
langka Pilates
Exercise
3. Evaluasi 90 Menit  Mengevaluasi dengan  Peserta mengisi
membagikan lembar kuesioner
kuesioner intensi siswi intensi siswi dalam
dalam melakukan melakukan Pilates
Pilates Exercise Exercise
 Mengobservasi setiap  Peserta mampu
gerakan beserta langkah- mempraktekan setiap
langkah Pilates Exercise gerakan dan langkah-
dan mengisi lembar langkah
observasi Pilates
Exercise

4. Penutupan 5 Menit  Menyimpulkan  Peserta


hasil kegiatan memperhatikan
 Membuat kontrak
dengan peserta untuk  Peserta setuju dengan
pertemuan selanjutnya kontrak yang dibahas
 Mengakhiri kegiatan
dengan mengucapkan  Peserta menjawab
salam salam

F. Pengesahan

Manado, Juni 2019

Sasaran Penyuluhan Pembimbing Materi Penyuluhan

Siswi kelas VIII SMP Negeri 2019

Mengetahui,

Pembimbing
G. Evaluasi

Metode evaluasi : Diskusi Tanya Jawab

1. Evaluasi Struktur :

a) SAP sudah siap satu hari sebelum dilaksanakan kegiatan

b) Alat dan tempat siap digunakan

c) Sudah di bentuk struktur organisasi atau pembagian peran

d) Penyuluh dan peserta siap melakukan kegiatan

2. Evaluasi proses

a) Alat dan tempat dapat di gunakan sesuai rencana

b) Peserta mau atau bersedia untuk mengikuti kegiatan yang telah

direncanakan

3. Evaluasi hasil

a) 80 % peserta dapat memahami pengertian dan tujuan

Pilates Exercise

b) 80 % peserta dapat menyebutkan gerakan-gerakan Pilates

Exercise

c) 80 % peserta dapat mempraktekan teknik Pilates Exercise

H. Lampiran Materi

PILATES EXERCISE

A. Pengertian

Pilates exercise merupakan suatu latihan kebugaran tubuh yang

dapat memebntuk sikap tubuh dan memperbaiki postur otot tubuh bagian

tangah yang terfokus pada perut dan panggul (Namuri, 2015). Pilates

exercise merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh Joseph

Hubert Pilates yang berasal dari Jerman (Paterson, 2009).


B. Tujuan

1. Meningkatkan kekuatan otot-otot perut dan punggung

2. Memperbaiki postur dan memperbaiki kondisi kardiovaskular

3. Meningkatkan fleksibilitas tubuh

4. Mengatasi kondisi-kondisi seperti epilepsy, obesitas, multiple

sclerosis, diabetes mellitus, osteoporosis, osteoarthritis,

hipertensi, asma, nyeri leher dan nyeri punggung bawah.

5. Menurunkan berat badan

6. Melenturkan otot rahim

7. Mengontrol nyeri saat haid (Paterson, 2009).

C. Ruang Lingkup

Indikasi dari Pilates Exercise dilakukan untuk remaja atau dewasa

dengan masalah nyeri saat haid. Kontra indikasi dapat dikatakan hampir

tidak ada, semua bisa melakukan senam ini tanpa pengecualian untuk

latihan ini yaitu orang yang memiliki gangguan pada sendi tulang

belakang, Tidak dalam nyeri haid yang hebat, tidak dalam keadaan

stamina menurun akibat flu, atau kurang tidur dan baru sembuh dari sakit

(Namuri, 2015).

D. Prosedur

1. Persiapan

a) Persiapan alat

 Matras/ alas lantai

 Baju Olahraga yang nyaman dalam melakukan

pergerakan

 Stopwacth/ jam
b) Persiapan Klien

 Beri penjelasan terhadap peserta Pilates Exercise

tentang apa yang akan dilakukan, tujuan dan

prosedurnya.

 Siapkan kondisi klien untuk menerima terapi.

2. Pelaksanaan

Gerakan Pilates Exercise dalam buku Ellsworth (2009)

a) Child pose

Tujuan untuk mengulur otot – otot punggung bawah

 Posisi awal berlutut diatas matras, sendi panggul

duduk diatas tumit, dada diturunkan diantara kedua

paha

 Kepala ditundukkan, lengan diluruskan sampai

didepan kepala dan diulur.

b) Half curl

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menguatkan

core muscle, meningkatkan daya tahan otot perut.

 Posisi awal terlentang diatas matras, lutut ditekuk

dan lengan lurus disamping tubuh, kedua kaki

dirapatkan dan permukaan kaki rata pada lantai


 Membungkukkan punggung atas dan bahu

terangkat dari lantai dengan menggunakan otot

perut atas, kedua lengan sejajar dengan lantai dan

punggung bawah tetap menyentuh lantai.

c) Tiny step

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

mengembangkan stabilitas otot perut, melindungi sendi

panggul dan punggung bawah, target utama dari gerakan

ini adalah perut bawah.

 Posisi awal terlentang dimatras, lutut ditekuk dan

kaki jinjit, kedua tangan berada disendi panggul

untuk merasakan gerakan tungkai

 Menghembuskan nafas, lalu lutut kanan diangkat

kearah dada sambil mengencangkan perut

 Dilanjutkan dengan menarik nafas dan menahan

posisi, lalu menghembuskan nafas lagi sambil

mengencangkan perut, kaki 16 diturunkan secara

perlahan, lalu melakukan gerakan yang sama pada

tungkai kiri.
d) The hundred

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk penguatan otot

perut.

 Posisi awal terlentang diatas matras, lutut ditekuk

dengan permukaan kaki menempel pada lantai dan

rapatkan paha

 Tarik nafas, tangan dijulurkan kearah depan

dengan palmar tangan mengarah kebawah, lalu

nafas dihembuskan, lengan diangkat sehingga otot

leher terulur dengan mengangkat kepala

 Secara gentle dorong tangan keatas sambil

menarik nafas dan kebawah sambil

menghembuskan nafas dengan gerakan kecil

seperti menepuk air

 Selanjutnya menarik nafas sambil mengerakan

tangan, secara perlahan menghembuskan nafas

secara paksa dengan menggunakan otot perut.


e) Single leg circle

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mengulur otot

tungkai, menguatkan otot perut dalam, dan stabilitas pelvis

dan otot perut.

 Posisi awal terlentang dimatras, kedua tungkai

lurus

 Tarik nafas dan menghembuskan nafas, tungkai

kanan diangkat, buat lingkaran dengan lutut

searah jarum jam dengan posisi lutut ditekuk

 Dilanjutkan dengan menarik nafas kembali, lalu

menghembuskan nafas, tungkai kiri membentuk

lingkaran dengan arah berlawanan dengan yang

sebelumnya.
f) Single leg stretch

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menstabilkan

core saat anggota gerak bawah digerakkan, dan

menguatkan otot perut

 Posisi awal tidur terlentang dimatras

 Tungkai kanan diangkat kearah dada, tangan

kanan menyentuh pergelangan kaki kanan dan

tangan kiri menyentuh lutut kanan sambil

mengangkat kepala lalu tungkai kiri diluruskan

dan diangkat setinggi telinga dari matras.


DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, D & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
Andi Yogyakarta.
Ellsworth, A. (2009). Pilates Anatomy : a Comprehensive Guide. California:
Thunder Bay Press.
Namuri, L. 2015. Lisa’s Movement. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia

Paterson, J. 2009. Teaching Pilates for Postural Faults, Illness &Injury: a


Practical Guide. Philadelphia: Butterworth Heinemann Elsevier.
Lampiran 3

FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATA


UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

ngaruh Pilates Exercise Terhadap Intensi Dan Keterampilan Remaja Putri Dalam Penanganan Nyeri Haid (Dismenore) Di S
Nomor Kontak Peneliti
Ririn Au Joeng 082191123544 15061153@unikadelasalle.ac.id

Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado

Pernyataan Persetujuan
Dengan Bertandatangan Di Bawah Ini, Anda Menyatakan Bahwa anda:
 Telah Membaca Dan Memahami Dokumen Informasi Mengenai Penelitian Ini.
 Telah Mendapat Penjelasan Mengenai Penelitian Yang Akan Dilakukan.
 Memahami Bahwa Jikaanda Memilikipertanyaan Tambahan, Anda
Dapat Menghubungi Peneliti.
 Memahami Bahwa Anda Bebas Untuk Mengundurkan Diri Dari Penelitian Ini
Setiap Saat, Tanpa Komentar Atau Penalti.
 Memahami Bahwa Penelitian Ini Akan Menggunakan Instrumen
Penelitian/Alat Ukur Penelitian Yang Disesuaikan Dengan Kebutuhan
Penelitian.
 Setuju Untuk Berpartisipasi Dan Bersedia Menjawab Semua Pertanyaan Dengan
Benar Tanpa Paksaan Dari Siapapun.

Nama

Tanda Tangan

Tanggal

Tolong Kembalikan Lembar Ini Kepada Peneliti


Lampiran 4

Identitas Responden

Petunjuk pengisisan: 1. Beri tanda centang pada kolom jawaban yang anda pillih

2. (“) centang salah satu

Nama (Initial) :

Alamat responden :

Usia :

Apakah saat ini anda sedang haid`: Ya Tidak

Bagaimana sikap anda dalam menangani nyeri haid ?


Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN INTENSI TERHADAP LATIHAN PILATES

Beri tanda centang (√) untuk jawaban anda. Untuk menjawab pertanyaan,
anda cukup memilih salah satu diantara lima pilihan yang disediakan.
Keterangan:
SS : Sangat setuju TS: Tidak setuju
S: Setuju STS: Sangat tidak setuju

Skala Pengukuran
No Minat
SS S TS STS
1. Saya termotivasi untuk melakukan latihan senam pilates
2. Saya akan melakukan senam pilates saat saya mengalami nyeri
haid
3. Senam pilates merupakan latihan yang aman untuk dilakukan
4. Saya selalu memperhatikan setiap gerakan senam pilates
Skala Pengukuran
No Attitude toward the behavior
SS S TS STS
1. Saya melakukan senam pilates untuk menurunkan nyeri pada
saat haid
2. Melakukan senam pilates merupakan hal yang baik untuk
dilakukan
3. Saya melakukan senam pilates dengan tidak menurunkan harkat
seorang wanita karena setiap gerakan dan pakaian yang
digunakan terkontrol
Subjective norm Skala Pengukuran
NO SS S TS STS
1. Melakukan senam pilates merupakan hal yang baik menurut
teman sekelas saya
2. Melakukan senam pilates merupakan hal yang baik juga
untuk dilakukan dalam lingkungan keluarga saya yang
mengalami
nyeri haid
3. Saya harap orang sekitar saya termotivasi untuk melakukan
senam pilates saat nyeri haid
Perceived behavior control Skala Pengukuran
NO SS S TS STS
1. Saya merasa yakin saya bisa melaukan latihan pilates secara
mandiri
2. Saya yakin saat saya melakukan senam pilates, nyeri haid akan
berkurang
3. Saya akan melakukan latihan pilates dirumah atau pada saat
saya haid atau sebelum saya haid
Lampiran 6

Lembar Observasi Latihan Pilates

Nama Siswa :

Kelas :

Langkah-langakah Pilates
No Gambar Gerakan Mandiri Dibantu
Exercise
Pilates Exercise
1. Child pose Child pos
1. Posisi awal berlutut diatas
matras, sendi panggul
duduk diatas tumit, dada
diturunkan diantara kedua
paha
2. Kepala ditundukkan,
lengan diluruskan sampai
didepan kepala dan diulur
2. Half curl Half curl
1. Posisi awal terlentang
diatas matras, lutut
ditekuk dan lengan lurus
disamping tubuh, kedua
kaki dirapatkan dan
permukaan kaki rata pada
lantai
2. Membungkukkan
punggung atas dan bahu
terangkat dari lantai
dengan menggunakan otot
perut atas, kedua lengan
sejajar dengan lantai dan
punggung bawah tetap
menyentuh lantai
3. Tin Tiny step
y 1. Posisi awal terlentang
step dimatras, lutut ditekuk
dan kaki jinjit, kedua
tangan berada disendi
panggul untuk merasakan
gerakan tungkai
2. Menghembuskan nafas,
lalu lutut kanan diangkat
kearah dada sambil
mengencangkan perut
3. Dilanjutkan dengan
menarik nafas dan
menahan posisi, lalu
menghembuskan nafas
lagi sambil
mengencangkan perut,
kaki 16 diturunkan secara
perlahan, lalu melakukan
gerakan yang sama pada
tungkai
4. The hundred The hundred
1. Posisi awal terlentang
diatas matras, lutut
ditekuk dengan
permukaan kaki
menempel pada lantai dan
rapatkan paha
2. Tarik nafas, tangan
dijulurkan kearah
depan
dengan palmar tangan
mengarah kebawah, lalu
nafas dihembuskan,
lengan diangkat sehingga
otot leher terulur dengan
mengangkat kepala
3. Secara gentle dorong
tangan keatas sambil
menarik nafas dan
kebawah sambil
menghembuskan nafas
dengan gerakan kecil
seperti menepuk air
4. Selanjutnya menarik
nafas sambil
mengerakan tangan,
secara perlahan
menghembuskan nafas
secara paksa dengan
menggunakan otot perut.
5. Single leg circle Single leg circle
1. Posisi awal terlentang
dimatras, kedua
tungkai lurus
2. Tarik nafas dan
menghembuskan nafas,
tungkai kanan
diangkat, buat
lingkaran dengan lutut
searah jarum jam
dengan posisi lutut
ditekuk
3. Dilanjutkan dengan
menarik nafas kembali,
lalu menghembuskan
nafas, tungkai kiri
membentuk lingkaran
dengan arah berlawanan
dengan yang sebelumnya.
6. Single leg stretch Single leg stretch
1. Posisi awal tidur
terlentang dimatras.
2. Tungkai kanan diangkat
kearah dada, tangan
kanan menyentuh
pergelangan kaki kanan
dan tangan kiri
menyentuh lutut kanan
sambil mengangkat
kepala lalu tungkai kiri
diluruskan dan diangkat
setinggi telinga dari
matras.

Skore:
Total:

Keterangan:

≥ 24 = Terampil

< 24 = Kurang`Terampil
Lampiran 7

82
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 15
Lampiran 17

Anda mungkin juga menyukai