Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN STASE


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO)

Disusun Oleh :

1. Ardya Garini

2. Beti Indriana

3. Desi arianti

4. Elfia Yulianingsih

5. Melia Indrawati

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHU
1.1 Latar LUAN
Belakang

Dalam perjalanan hidupnya,wanita mengalami banyak proses


pertumbuhan dan perkembangan,sampai suatu saat pertumbuhan dan
perkembangan akan terhenti pada suatu tahapan sehingga banyak
perubahan yang terjadi pada fungsi tubuhwanita.Perubahan ini akan
terjadi seiring peningkatan usia sampai akhirnya wanita akan mencapai
titik yang dinamakan menopause dan di titik ini, kecemasan akan mulai
munculkarena merasa dirinya tidak indah lagi (Mulyani,2013).
Menopause dipersepsikan sebagai suatu kehilangan dan
menimbulkan perasaan tidak berharga. Wanita memiliki keyakinan dalam
diri bahwa sebagai wanita sudah merasa tidak sempurna dengan
berakhirnya proses menstruasi, dan merasa tidak subur lagi. Pandangan
budaya dan individual memengaruhi persepsi wanita berhubungan
dengan proses menopause dan gejala-gejala yang ditimbulkan dari
menopause (Kusmiran,2011). serta terdapat peningkatan hormon FSH
dan LH yang menyebabkan berbagai perubahan pada fisik dan psikis
(Manuaba, I. 2012).
Menurut data dari World Health Organization (WHO,2012) setiap
tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami
menopause. WHO juga mengatakan pada tahun 2011,sekitar 467 juta
wanita berusia 50 tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan
pasca menopause, dan 40% dari wanita pasca menopause tersebut tinggal
di Negara berkembang dengan usia rata-rata mengalami usia menopause
pada usia 51 tahun. Menurut WHO, di Asia pada tahun 2025 jumlah
wanita menopause akan melonjak hingga 107 juta jiwa. Sindroma
menopause di Eropa sampai saat ini mencapai 70-80%, Amerika 60%,
Malaysia 57%,China 18%,Jepang dan di Indonesia 10%. Perbedaan
persentase sindroma menopause disebabkan jumlah estrogen wanita
Eropa dan Amerika lebih banyak dibanding wanita Asia (Umobasuki,
2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robertson (2011) di
Menopause Clinic Australia dari 300 pasien usia premenopause terdapat
32,3% mengalami perubahan-perubahan pada masa menopause
(Christiani, 2012).
Menurut Zhou (2011) sindrom menopause berhubungan dengan
gangguan emosional bukan dengan penyakit fisik.Pengetahuan yang
cukup tentang menopause dapat membantu wanita premenopause
menyiapkan dirinya menjalani
masa menopause. Salah satu cara menyiapkan wanita menghadapi masa
menopause dengan mengubah kognitifnya melalui pendidikan
kesehatan.Pengetahuan yang baik tentang menopause juga dapat mencegah
terjadinya perubahan yang berat bagi ibu premenopause,karena ketika seorang ibu
premenopause mengetahui tentang menopause,apa saja perubahan nya
,dan bagaimana mengatasi nya,juga mampu mengurangi perubahan-perubahan
yang terjadi, misalnya dengan menjaga pola makan ,dan menjaga kesehatan sedini
mungkin misalnya dengan berolahraga (Baziad,2013) .
Fase menopause biasanya didahului dengan fase premenopause, dimana
pada fase premenopause ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola
menstruasi, terjadi perubahan psikologis/ kejiwaan, terjadi perubahan fisik.
Berlangsung selama 4-5 tahun terjadi pada usia antara 48-55 tahun. Menopause
merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena
penurunan produksi hormon estrogen yang di hasilkan ovarium (indung telur).
Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50
tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an
(Sarwono, 2012). Kebanyakan wanita mengalami perubahan ini antara usia 48 dan
52 tahun, beberapa yang lain berhenti haid pada akhir 30-an atau awal 40-an, dan
yang lain terus mengalami haid hingga pertengahan 50-an (BKKBN, 2013).
Menopause disebabkan karena pembentukan hormone estrogen dan
progesterone dari ovarium wanita berkurang, ovarium berhenti “melepaskan” sel
telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali.
Pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormone estrogen yang sangat penting
untuk mempertahankan fisiologi tubuh.Seorang wanita yang menopause tidak
mempunyai lagi sel telur yang dapat dibuahi, bahkan siklus anovulasi ini telah
berlangsung sejak fase pre menopause (Proverawati, 2010).
Berdasarkan tinjauan psikologis wanita pada masa menopause mengalami
gangguan fisik, seksual, sosial, dan gangguan psikologis, dan sosial. Perbedaan ini
dipengaruhi berat ringanya stress yang di alami wanita dalam menghadapi dan
mengatasi menopause sebagai akibat dari penilaiannya terhadap menopause.
Maka sangat perlu wanita yang mengalami menopause mencari informasi
mengenai segala sesuatu yang menyangkut menopause khususnya bagi wanita
yang belum mengalami menopause (Retnowati, 2011).
Senam lansia merupakan bagian dari latihan fisik yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi fisik lansia yang mempunyai
manfaat meningkatkan dan memelihara tonus otot, kekuatan otot, fleksibilitas
sendi, keseimbangan dan koordinasi gerak, menciptakan perasaan senang, fungsi
kognitif dan kesehatan jiwa serta pemberdayaan usia lanjut dan hubungan
kesetiakawanan sosial (Safaah, 2014).
Senam merupakan salah satu cara untuk membantu dalam menurunkan
tingkat stres. Senam dapat menurunkan gairah otonom melalui perubahan sirkulasi
neurotransmiter dan konsentrasi hormon yang dapat menyebabkan peningkatan
dalam kualitas hidup. Dengan melakukan senam terjadi peningkatan sirkulasi
hormon endofrin yang berpotensi dalam membantu masalah kekhawatiran ataupun
stres (Reed, et al. 2014). Saat melakukan senam, tubuh akan memproduksi
endofrin lebih banyak. Endofrin merupakan hormon yang bekerja di dalam otak
sebagai suatu hormon kebahagiaan. Endofrin yang diproduksi tubuh berfungsi
untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan ketenangan, dan kebahagiaan. Senam
yang dilakukan secara rutin dapat membantu dalam meningkatkan suasana hati
dan mengatasi stres (Emilia & Freitag, 2010)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh barbara dkk (2014) penelitian ini
bertujuan untuk melihat apakah latihan dengan intensitas ringan seperti olahraga
dan senam dapat meringankan gejala menopause seperti depresi atau stres. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa wanita yang mengalami menopause akan
mengalami gejala dari menopause yang tidak menyenangkan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik mereka salah satunya adalah depresi atau stres,
sehingga diperlukan suatu tindakan modifikasi gaya hidup untuk mengurangi
gejala tersebut salah satunya dengan melakukan latihan peregangan, olahraga
atupun senam.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan pada wanita yang mengalami ketidaknyamanan dalam menghadapi
masa perimenopause di Puskesmas Pringsewu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam
lansia terhadap ketidaknyamanan ibu dalam menghadapi masa
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui ketidaknyamanan ibu dalam menghadapi masa
perimenopause, sebelum melakukan senam lansia
2. Mengetahui ketidaknyamanan ibu dalam menghadapi masa
perimenopause setelah melakukan senam lansia
3. Menganalisis pengaruh senam lansia terhadap ketidaknyamanan yang
dihadapi ibu dalam masa perimenopause sebelum dan setelah dilakukan
intervensi
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Wanita Menopause/Masyarakat
Wanita menopause dapat menerapkan senam lansia sebagai latihan fisik
apabila jika sewaktu-waktu mengalami masalah stres.
1.3.2 Manfaat Bagi Profesi bidan
Hasil Asuhan kebidanan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
profesi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai
penggunaan senam lansia sebagai salah satu metode nonfarmakologis dalam
pengelolaan tingkat stres.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2011).Pengetahuan atau kognitif yang merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Pengetahuan
diperlukan sebagai doronganfisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun
dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa
pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2011).
B. Tingkatan Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo,2011) Pengetahuan yang dicakup didalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
1. Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Yang termasuk mengingat kembali tahap sesuatu yang spesifik dari
keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan.Jadi tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami ( comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil ( sebenarnya ).
4. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis ( synthesis )
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
6. Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberikan
pengetahuan, sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.Semakin
tinggi tingkat pendidikan.Maka semakin tinggi (Rahmat, 2012).
2. Umur
Semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan bertambah sehingga
akan meningkatkan pengetahuannya pada objek. (Notoatmodjo, 2011).
3. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan (Nursalam, 2012).
4. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
(Nursalam, 2012).Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.kedalam pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tingkat
tersebutdiatas (Notoatdmodjo, 2011)..
Pengukuran Perubahan yang terjadi pada Masa Menopause (MRS
Sihombing,2011)
Menurut Menopause Rating Scale (MRS) Pengukuran perubahan pada
masa menopause yaitu dengan memberikan jumlah soal 11 Pertanyaan :
1 : Perubahan yang dirasakan ringan 2 : Perubahan yang dirasakan berat
Penghitungan skor perubahan yang terjadi pada masa menopause: Ringan bila
total skor : 1-11 Berat : bila total skor antara 12-22
D. Pengertian Premenopause
Premenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki
proses penuaan (eging) yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen
ovarium yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Premenopause sering
menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun ke atas.Menurut Depkes RI
(2011) dan Levina (2012), Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang
masih dipengaruhi oleh hormone dari otak dan sel telur.
1. Tanda Dan Gejala Premenopause
a. Menstruasi menjadi tidak teratur.
b. Hot flush (rasa panas di daerah dada, leher, yang menyebar ke wajah
sampal kulit kepala)
c. Mengalami gangguan tidur, penurunan kesuburan, perubahan mood,
perubahan fungsi seksual, pengeroposan tulang, dan kadar LDL (Low
DensityLipoprotein) menjadi meningkat.
d. Rasa tegang pada kedua buah dada di luar masa haid dan
menurunnya libido tanpasebab yang jelas.
e. Tubuh sering merasa letih tanpa sebab yang jelas.
f. Mengeringnya liang sanggama yang berakibat rasa tidak
menyenangkan padahubungan intim dengan suami.
g. Lebih sering buang air kecil dibandingkan lima atau sepuluh tahun
sebelumnya. “
2. Penyebab Menopause
Penyebab Menopause adalah “matinya” ovarium.Sepanjang kehidupan
seksual seorang wanita kira kira 400 folikel primodial tubuh menjadi folikel
vesikuler dan berevulasi. Sementara beratus ratus dan ribuan ovum berdegenerasi.
Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primodial tetap
tertinggal untuk dirangsang oleh FSH dan LH, dan pembentukan estrogen oleh
ovarium berkurang bila jumlah folikel primodial mendekati nol. Bila pembentukan
estrogen turun sampai tingkat kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat
pembentukan FSH dan LH yang cukup untuk menyebabkan siklus ovulasi.
Akibatnya, FSH dan LH (terutama FSH) setelah itu dihasilkan dalam jumlah besar
dan tetap. Estrogen dihasilkan dalam jumlah subkritis 10 dalam waktu pendek
setelah menopause, tetapi setelah beberapa tahun, waktu sisa terakhir. Folikel
primodial menjadi atretis, pembentukan estrogen oleh ovarium turun sampai nol
(Guyton, 2012) .

3. Perubahan yang terjadi pada masa menopause :


Perubahan fisik : ketidakteraturan siklus haid, gejolak panas, kekeringan
vagina, perubahan kulit, keringat dimalam hari, sulit tidur, perubahan pada mulut,
kerapuhan tulang, penyakit mulai muncul. Perubahan yang terjadi Pada
psikologis: Ingatan menurun, kecemasan, mudah tersinggung, stress, depresi.
Terjadi pada usia 56-60 tahun.Tandatanda terjadinya menopause antara lain
Perdarahan, Rasa panas dan keringat malam, gangguan berkemih, gejala
emosional, perubahan fisik yang lain ( Baziad, 2011).
4. Periode Menopause
a. Peri menopause (klimakterium)
Merupakan masa perubahan antara pramenopause dan pascamenopause.Fase
iniditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada kebanyakan wanita siklus
haidnya >38 hari dan sisanya <18hari. Sebanyak 40% wanita mengalami siklus haid
yanganovulatorik.
b. Menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat.Hingga pada
suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup.Produksi estrogen berkurang
dan haid tidak terjadi lagi.Yang berakhir dengan terjadinya menopause. Setelah
memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>35
mIU/ml). Perubahan dan keluhan psikologi baik fisik makin menonjol terjadi pada
usia 56-60 tahun.
c. Pasca Menopause
Adalah setelah menopause sampai senium yang dimulai setelah 12 bulan
amenorea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi (>35mIU) dan kadar estradiol sangat
rendah (<30pg/ml). Rendahnya kadar estradiol mengakibatkan endometrium
menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin terjadi lagi (Baziad, 2012). Namun,
pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan kadar estradiol yang tinggi.
Hampir semua wanita pasca menopause umumnya telah mengalami berbagai
macam keluhan yang diakibatkan oleh rendahnya kadar estrogen.
d. Senium
Seorang wanita dikatakan senium bila telah memasuki usia
pascamenopause lanjut sampai usia >65 tahun. (Ali baziad,2012). Pada fase ini
wanita telah mencapai keseimbangan baru,sehingga tidak ada lagi gangguan
vegetativ maupun psikis.
5. Faktor - faktor yang mempengaruhi menopause
Menurut Baziad,2012.Saat masuknya seorang dalam fase menopause
sangat berbeda -beda.Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia
menopause. Faktor- faktornya yaitu :
a. Menarche (umur haid pertama kali)
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama mendapat
haid pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause. Semakin muda umur
sewaktumendapat haid pertama kali, semakin tua usia memasuki menopause.
b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan
Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah dan
bekerja, umur memasuki menopause lebih muda di banding dengan wanita sebaya
yang tidak bekerja dan menikah.
c. Jumlah anak
Meskipun kenyataan ini masih kontronersial, ada peneliti yang
menemukan, semakin sering melahirkan.makin tua baru memasuki usia
menopause. Kelihatanya kenyataan ini lebih terjadi pada golongan ekonomi
berkecukupan dibandingkan pada golongan masyarakat ekonomi kurang mampu.
d. Penggunaan Obat-obat Keluarga berencana (KB)
Karena obat-obat KB menekan fungsi hormone dari indung telur,
kelihatannya wanita yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki umur
menopause.
e. Merokok
Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Dari penelitian yang masih sedikit dilakukan, kelihatannya wanita yang
tinggal diketinggian lebih dari 2000-3000m dari permukaan laut lebih cepat 1-2
tahun memasuki usia menopause dibanding dengan wanita yang tinggal
diketinggian <1000m dari permukaan laut.
g. Sosial-ekonomi
Seperti juga usia pertama mendapat haid, menopause juga kelihatannya
dipengaruhi oleh faktor status sosial-ekonomi, disamping pendidikan dan
pekerjaan suami

6. Perubahan Tubuh atau dampak pada Saat Menopause


Perubahan – perubahan yang terjadi akibat berhentinya haid,sebagai berikut:
a. Uterus
Uterus mengecil selain disebabkan oleh menciutnya selaput lender rahim
(Atrofi endometrium ) juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan
bentuk jaringan ikatantar sel.
b. Tuba falopi
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut
,endosalping menipis, mendatar serta rambut getar dalam tuba (silia)
menghilang.
c. Ovarium (indung telur) Semakin tua jumlah folikel primodial tersebut
akan makin berkurang sehingga siklus haidmenjadi anovulasi
d. Serviks
Servik akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripea
servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek.(Ali,2013).
6. Patofisiologi Menopause
Pada wanita menopause hilangnya fungsi ovarium secara bertahap akan
menurunkan kemampuannya dalam menjawab rangsangan hormonhormon
hipofisis untuk menghasilkan hormon steroid. Saat dilahirkan wanita mempunyai
kurang lebih 750.000 folikel primordial. Dengan meningkatnya usia, jumlah
folikel tersebut akan semakin berkurang. Pada usia 40-44 tahun rata-rata jumlah
folikel primordial menurun sampai 8300 buah, yang disebabkan oleh adanya
proses ovulasi pada setiap siklus juga karena adanya apoptosis yaitu proses folikel
primordial yang mati dan terhenti pertumbuhannya. Proses tersebut terjadi terus-
menerus selama kehidupan seorang wanita, hingga pada usia sekitar 50 tahun
fungsi ovarium menjadi sangat menurun(Sugiono,2011).
Apabila jumlah folikel mencapai jumlah yang kritis, maka akan terjadi
gangguan sistem pengaturan,hormon yang terjadinya insufisiensi korpus luteum,
siklus haid anovulatorik dan pada akhirnya terjadi oligomenore.Perubahan-
perunahan dalam sistem vaskularisasi ovarium sebagai akibat proses penuaan dan
terjadinya sklerosis pada sistem pembuluh darah ovarium diperkirakan sebagai
penyebab gangguan vaskularisasi ovarium. Terjadinya proses penuaan dan
penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium tidak mampu menjawab
rangsangan hipofisis untuk menghasilkan hormon steroid(Sugiono,2012).
7. Perubahan Metabolisme Hormonal Pada Menopause
Pada wanita dengan siklus haid normal, estrogen terbesar adalah estradiol
yang berasal dari ovarium. Disamping estradiol terdapat pula estron yang berasal
dari konversi androstenedion di jaringan perifer. Selama siklus haid pada masa
reproduksi, kadar estradiol berkisar antara 40-80 pg/ml, pada pertengahan fase
folikuler berkisar antara 60- 100pg/ml, pada akhir fase folikuler berkisar antara
100-400 pg/ml dan pada fase luteal berkisar antara 100-200 pg/ml. Kadar rata-rata
estradiol selama siklus haid normal adalah 80 pg/ml sedangkan kadar estron
berkisar antara 40-400 pg/ml. Memasuki masa perimenopause aktivitas folikel
dalam ovarium mulai berkurang. Ketika ovarium tidak menghasilkan ovum dan
berhenti memproduksi estradiol, kelenjar hipofise berusaha merangsang ovarium
untuk menghasilkan estrogen, sehingga terjadi peningkatan produksi
FSH.Terdapat peningkatan 10-20 kali lipat pada kadar FSH dan 3 kali lipat pada
kadar LH, yang mencapai kadar maksimal 1-3 tahun setelah menopause.
Peningkatan kadar FSH dan LH saat ini dalam kehidupan adalah bukti dari
terjadinya kegagalan ovarium. Meskipun perubahan ini mulai terjadi 3 tahun
sebelum menopause, penurunan produksi estrogen oleh ovarium baru tampak
sekitar 6 bulan sebelum menopause. Pada pasca menopause kadar LH dan FSH
meningkat, FSH biasanya akan lebih tinggi dari LH sehingga rasio FSH/LH
menjadi lebih besar dari satu.Hal ini disebabkan oleh hilangnya mekanisme
umpan balik negatif dari steroid ovarium dan inhibin terhadap pelepasan
gonadotropin. Diagnosis menopause dapat ditegakkan bila kadar FSH lebih dari
30 mIU/ml. Kadar estradiol pada wanita pascamenopause lebih rendah
dibandingkan dengan wanita usia reproduksi pada setiap fase dari siklus haidnya(
Arian,2011).
Pada wanita pascsa menopause estradiol dan estron berasal dari konversi
androgen adrenal di hati, ginjal, otak, kelenjar adrenal, dan jaringan adipose.
Proses aromatisasi yang terjadi di perifer berhubungan dengan berat badan wanita.
Wanita yang gemuk mempunyai kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita kurus karena meningkatnya aromatisasi perifer. Kadar estradiol
sirkulasi setelah menopause adalah sekitar 10-20 pg / mL, yang sebagian besar
berasal dari konversi perifer dari estrone, yang pada gilirannya terutama berasal
dari konversi perifer dari androstenedione.Kadar estrone sirkulasi pada wanita
menopause lebih tinggi dari estradiol, sekitar 30-70 pg / mL. Rata-rata tingkat
produksi estrogen pada masa menopause adalah sekitar 45μg/24 jam, hampir
semua, namun tidak semua, karena estrogen berasal dari konversi perifer dari
androgen. Rasio androgen / estrogen berubah drastis setelah menopause karena
penurunan yang lebih tajam dalam estrogen, dan terjadinya hirsutisme ringan
adalah umum, yang mencerminkan pergeseran yang bermakna dalam rasio
hormon. Ovarium mengeluarkan terutama androstenedion dan
testosterone(Azwar,2012).
Pada masa menopause, kadar sirkulasi androstenedion adalah sekitar satu
setengah dari yang terlihat sebelum menopause. Sebagian besar androstenedion
menopause ini berasal dari kelenjar adrenal, hanya dengan sejumlah kecil yang
dikeluarkan dari ovarium, meskipun androstenedion adalah steroid utama yang
disekresi oleh ovarium pascamenopause. Dehydroepiandrosterone ( DHA ) dan
sulfat-nya (DHAS), yang berasal dari kelenjar adrenal, menurun tajam dengan
penuaan, dalamdekade setelah menopause kadar sirkulasi DHA dimana kadarnya
adalah menurun sampai 70 % dan kadar DHAS menurun sampai 74 %
dibandingkan kadar dalam kehidupan masa reproduksi.Produksi testosteron
menurun sekitar 25 % setelah menopause,tetapi ovarium pada masa pasca
menopause mensekresikan lebih lebih banyak testosterone dibandingkan dengan
ovarium pada masa premoenopause dimana hal ini setidaknya terjadi pada tahun-
tahun pertama periode pascamenopause.
Dengan hilangnya folikel dan estrogen, gonadotropin yang tinggi
mendorong jaringan di ovarium yang tersisa ke level peningkatan sekresi
testosteron. Supresi gonadotropin dengan pengobatan agonis atau antagonis
gonadotropin - releasinghormone (GnRH) pada wannita pascamenopause
menghasilkan penurunan yang signifikan dalam kadar testosteron yang
bersirkulasi,yang menunjukkan ovarium menopause tergantung gonadotropin.
Jumlah testosteron total yang dihasilkan setelah menopause, bagaimanapun,
menurun karena jumlah sumber utama, konversi perifer dari androstenedion,
berkurang. Kadar androstenedion sirkulasi pascamenopause awal menurun sekitar
62 % dari kehidupan dewasa muda. Penurunan kadar sirkulasi testosteron
menopause tidak besar, dari tidak ada perubahan pada banyak wanita hingga
sebanyak 15 % pada wanita lainnya(Prawirohardjo,2011).
Dengan bertambahnya usia menopause, penurunan dapat diukur dalam
kadar dehydroepiandrosterone sulfate ( DHAS ) dan dehydroepiandrosterone
(DHA) sirkulasi, sedangkan kadar androstenedion,testosteron,dan estrogen
sirkulasi pascamenopausetetap relatif konstan.Singkatnya,gejala yang sering
terlihat dan terkait dengan penurunan kompetensi folikel ovarium dan kemudian
hilangnya estrogen dalam masa klimakterik yaitu:
a.Gangguan dalam pola menstruasi, termasuk anovulasi dan penurunan fertilitas,
penurunan aliran atau hipermenorrhea, frekuensi menstruasi tidak teratur, dan
kemudian, akhirnya, amenore.
b.Ketidakstabilan vasomotor ( hot flushes dan berkeringat ). 3.Kondisi atrofik:
atrofi epitel vagina, pembentukan karunkel uretra, dispareunia dan pruritus karena
atrofi vulva, introitus, dan vagina, atrofi kulit umum, kesulitan berkemih seperti
urgensi dan uretritis abakterial dan sistitis.
4.Masalah kesehatan akibat kekurangan estrogen jangka panjang konsekuensi dari
osteoporosis dan penyakit kardiovaskular(Nurdin,2011).

8. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hormon FSH, LH dan estradiol tidak mutlak. Dari usia dan
keluhan yang muncul, diagnosis sudah dapat ditegakkan. Bila pasien tidak
mendapat haid dalam > 6 bulan, maka pada umumnya kadar FSH dan LH tinggi,
sedangkan kadar estradiol sudah rendah. Analisis hormonal baru dilakukan bila
keluhan yang muncul belum tentu akibat kekurangan estrogen. Pada usia pra dan
premenopause, hormon yang diperiksa adalah FSH, LH dan estradiol.Tidak jarang
pada keadaan seperti ini ditemukan FSH, LH dan estradiol tinggi, namun pasien
telah ada keluhan.Keluhan vasomotorik sering ditemukan pada keadaan estrogen
tinggi(Saryono,2011).

D. Keluhan Vasomotor
Gejala vasomotor mempengaruhi sampai 75% wanita premenopause.
Gejala dapat terjadi untuk 1 sampai 2 tahun setelah menopause pada sebagian
besar wanita, namun dapat terus sampai 10 tahun atau lebih wanita lainnya. Hot
flushes adalah alasan utama mengapa perempuan mencari perawatan saat
menopause dan permintaan akan pengobatan terapi hormonal. Hot flushes tidak
hanya mengganggu perempuan di tempat kerja dan mengganggu kegiatan sehari-
hari tetapi juga mengganggu tidur. Banyak wanita yang melaporkan kesulitan
berkonsentrasi dan terjadinya ketidakstabilan emosional selama masa transisi
menopause. Insiden penyakit tiroid meningkat seiring dengan pertmbahan usia
wanita, sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus dilakukan jika dijumpai gejala
vasomotor yang khas atau resisten terhadap terapi yang diberikan(Arian,2011).
Mekanisme fisiologis yang mendasari terjadinya hot flushes masih belum
sepenuhnya dipahami. Sebuah peristiwa sentral, mungkin dimulai di hipotalamus,
mendorong peningkatan suhu inti tubuh, tingkat metabolisme, dan suhu kulit. Hal
ini mengakibatkan reaksi ini dalam terjadinya vasodilatasi perifer dan berkeringat
pada beberapa wanita. Peristiwa sentral mungkin dipicu oleh noradrenergik,
serotoninergic, atau aktivasi dopaminergik.Meskipun lonjakan LH sering terjadi
pada saat hot flushes, itu bukan penyebab, karena gejala vasomotor juga terjadi
pada wanita dengan kelenjar hipofisis yang telah diangkat. Seperti apa peran dari
estrogen dalam terjadinya hal ini masih belum diketahui secara
pasti(Saryono,2011).
Gejala vasomotor adalah konsekuensi dari penurunan kadar hormone
estrogen. Hot flashes merupakan sensasi mendadak terhadap rasa
panas,berkeringat dan kemerahan yang lebih sering terjadi pada muka, leher dan
dada. ansietas juga sering menyertai hot flashes. Tanda-tanda obyektif dari
vasodilatasi cutaneous seperti flushing dan berkeringat diamati, yang diikuti oleh
penurunan suhu inti tubuh, yang menyebabkan beberapa wanita akan merasa
dingin setelah setelah terjadinya semburan panas(Arikunto,2011).
Hot flushes terkait dengan vasodilatasi dan peningkatan suhu kulit yang
menghasilkan keringat, penurunan resistensi kulit, dan peningkatan konduktansi
kulit. Data dari studi oleh Mashchak dkk menunjukkan bahwa hot flushes
disebabkan oleh perubahan mendadak dalam regulasi control suhu di hipotalamus
regulasi. Investigasi kemudian menunjukkan bahwa penarikan estrogen adalah
faktor pencetus untukterjadinya hot flushes pada wanita menopause. Gejala secara
lainnya meliputi palpitasi, gelisah, mudah marah, dan keringat malam. Hot flushes
dapat terjadi selama beberapa detik, dan dapat juga terjadi sampai beberapa
jam.Hot flushes dapat muncul sebelum periode menstruasi terakhir, dengan
hampir 60% wanita melaporkan keadian hot flushes sebelum terjadinya perubahan
siklus menstruasi. Pola dapat berubah dari waktu ke waktu, dengan beberapa
wanita mengalami pengurangan keluhan hot flushes seiring dengan waktu,
sementara yang lain terus mengalami ketidaknyamanan sampai bertahun-
tahun(Arikunto,2011).
Hot flushes juga mungkin dapat dipicu oleh menopause yang terjadi akibat
prosedur pembedahan dimana terjadi satu minggu pasca-operasi, dan biasanya
lebih sering dan parah di malam hari (sering membangkitkan seorang wanita dari
tidur) atau selama masa stres. Salah satu keluhan utama yang terkait dengan hot
flushes adalah insomnia, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita.
Keluhan Vasomotor pada masa Menopause telah dilaporkan terjadi. Perempuan
kulit hitam secara signifikan lebih cenderung memiliki gejolak panas
dibandingkan perempuan kulit putih(Saryono,2011).

E. Perubahan Secara Psikologi pada masa Menopause


Pandangan bahwa menopause memiliki efek yang merusak pada
kesehatan mental tidak didukung dalam literatur psikiatri, atau dalam survei
populasi umum. Konsep gangguan psikiatrik tertentu (melankolis involusional )
telah ditinggalkan. Memang, depresi kurang umum, dan tidak lebih umum, di
kalangan wanita paruh baya, dan menopause tidak dapat dihubungkan dengan
distress psikologis.Penelitian longitudinal pada wanita premenopause
menunjukkan bahwa histerektomi dengan atau tanpa ooforektomi tidak terkait
dengan dampak psikologis yang negatif diantara wanita paruh baya. Dan data
longitudinal dari dokumen Massachusetts Women's Health Study bahwa wanita
menopause tidak berhubungan dengan peningkatan risiko depresi. Meskipun
wanita lebih mungkin untuk mengalami depresi dibanding pria, perbedaan jenis
kelamin ini dimulai pada awal masa remaja, tidak pada masa
menopause(Sugiono,2012).
U.S. National Health Examination Follow-up Study mencakup penilaian
longitudinal dan cross-sectional dari sampel perwakilan wanita secara
nasional.Penelitian ini tidak menemukan bukti yang mengaitkan baik menopause
alami maupun bedah dengan distress psikologis. Memang, satu-satunya
perubahan longitudinal yaitu sedikit penurunan dalam prevalensi depresi dengan
penuaan wanita melalui transisi menopause. Hasil dalam penelitian ini adalah
sama pada pengguna dan non pengguna estrogen. Sebuah pandangan negatif dari
kesehatan mental pada saat menopause tidak dibenarkan, banyak masalah yang
dilaporkan pada menopause adalah karena kejadian dalam kehidupan. Jadi, ada
masalah yang dihadapi dalam pascamenopause awal yang sering terlihat, tetapi
hubungan kausal mereka dengan estrogen tidak memungkinkan. Masalah-
masalah ini termasuk kelelahan, gugup, sakit kepala, insomnia, depresi,
iritabilitas, nyeri sendi dan otot, pusing, dan jantung berdebar. Memang, pada
tahap ini kehidupan laki-laki dan wanita mengungkapkan banyak keluhan yang
tidak menunjukkan perbedaan gender yang dapat dijelaskan oleh penyebab
hormonal(Suyanto,2011).
Namun demikian, wanita setengah baya melaporkan keluhan yang lebih
sering daripada laki-laki, yang mungkin mencerminkan persepsi negatif umumnya
dan konotasi budaya dan masyarakat telah dikaitkan dengan menopause.
Kestabilan emosi selama masa perimenopause dapat terganggu oleh pola tidur
yang buruk. Hot flushes tidak memiliki dampak yang merugikan pada kualitas
tidur. Terapi estrogen meningkatkan kualitas tidur, mengurangi waktu onset tidur
dan meningkatkan waktu tidur rapideye movement ( REM )( Azwar,2011).
Mungkin flushing cukup untuk membangunkan wanita, tetapi tidak cukup untuk
mempengaruhi kualitas tidur, sehingga mengurangi kemampuan untuk menangani
masalah dan tekanan hari berikutnya. Peningkatan tidur dengan pengobatan
estrogen bahkan dapat didokumentasikan pada wanita menopause yang dilaporkan
asimptomatik. Dengan demikian, secara keseluruhan kualitas hidup yang
dilaporkan oleh wanita dapat meningkatkan tidur yang lebih baik dan pengentasan
hot flushing.(Saryono,2011)
Namun, masih belum pasti apakah pengobatan estrogen memiliki efek
tambahan antidepresan farmakologis langsung atau apakah respon mood benar-
benar merupakan manfaat tidak langsung dari redanya gejala fisik dan, akibatnya,
peningkatan kualitas tidur. Dengan memanfaatkan berbagai alat penilaian untuk
mengukur depresi, perbaikan dengan pengobatan estrogen telah dicatat pada
wanita dengan ooforektomi.Dalam penelitian kohort prospektif besar dari
komunitas pensiun Rancho Bernardo, tidak ada manfaat yang dapat dideteksi
dalam ukuran depresi pada pengguna estrogen pascamenopause saat ini
dibandingkan dengan wanita yang tidak diobati.Memang, wanita yang diterapi
memiliki skor gejala depresi yang lebih tinggi, yang mungkin mencerminkan bias
seleksi pengobatan wanita simptomatik dan depresi mencari terapi hormon.
Namun demikian, terapi estrogen dilaporkan memiliki dampak yang lebih kuat
pada kesejahteraan wanita yang melampaui hilangnya gejala seperti hot flushes(
Saryono,2011).

G. MENOPAUSE RATING SCALE(MRS)


Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup yang
dikembangkan pada awal tahun 90an untuk menilai tingkat keparahan keluhan
menopause sebagai respon terhadap kurangnya skala yang terstandarisasi untuk
mengukur keparahan gejala penuaan serta efeknya terhadap kalitas hidup.
Sebenarnya, versi MRS yang pertama seharusnya diisi oleh dokter yang menangani
kasus yang bersangkutan, namun beberapan kritik dari ahli metodologi akhirnya
memunculkan skala baru yang dapat dengan mudah diisi sendiri oleh wanita yang
bersangkutan, bukan oleh dokternya. Pembenaran penggunaan MRS dimulai
beberapa tahun yang lalu dengan tujuan untuk membentuk suatu alat untuk
mengukur gambaran kualitas hidup, yang secara mudah dapat diisi.
Tujuan pembuatan MRS adalah (1) untuk memungkinkan perbandingan
gejalapenuaan antara diantara kelompok wanita dengan kondisi yang berbeda, (2)
untuk membandingkan keparahan penyakit yang dialami dalam selang waktu
tertentu, dan (3) untuk mengukur perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah
diberikan pengobatan. Skala MRS telah dibakukan secara resmi berdasarkan
peraturan psikometrik dan diterbitkan pertama kali di Jerman. Sewaktu alat ini
sedang dibakukan, tiga dimensi yang terpisah ternyata teridentifikasi, yang
menjelaskan 59% variansi total yang dijumpai (analisis faktor): psikologis, somato
vegetatif, dan sub skala urogenital.
Skala MRS terdiri dari 11 item (gejala atau keluhan). Masing-masing gejala
yang terkandung didalam skala tersebut dapat diberikan nilai 0 (tidak ada keluhan)
sampai 4 (gejala berat) tergantung pada tingkat keluhan yang diperoleh setelah
wanita yang bersangkutan mengisi skala tersebut (dengan cara mencentang kotak
yang telah disediakan). Cara penilaian pada dasarnya sederhana, contohnya:
skornya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat keparahan
subjektivitas gejala yang diperoleh dari setiap item (skor 0 : tidak ada keluhan, skor
4: gejala yang sangat berat]).
Responden dengan sendirinya akan menunjukkan persepsinya sendiri dengan
mencentang 1 dari kemungkinan 5 kotak “keparahan” yang tersedia untuk setiap
item Hal ini terlihat pada kuesioner yang tersedia pada file tambahan yang
dilampirkan dalam penelitian ini. Skor komposit untuk setiap dimensi (sub-
skalanya) diperoleh setelah menambahkan skor pada setiap item dari masing-
masing dimensi.
Skor kompositnya (skor total) diperoleh setelah menjumlahkan semua skor
dimensi. Ketiga dimensi tersebut, pertanyaan yang tercantum didalamnya diuraikan
secara terperinci dan disimpulkan dalam satu file yang terlampir dalam penerbitan
ini. Saat ini, skala MRS diterima secara Internasional. Skala ini pertamaka kali
dialih bahasakan ke bahasa Inggris, yang diikuti dengan terjemahan ke dalam
bahasa yang lain. Rekomendasi metodologi Internasional yang terbaru juga
dimasukkan
Penilaian Menopause Rating Scale
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PREMENOPAUSE PADA NY. S USIA 46
TAHUN
DI PUSKESMAS PRINGSEWU
Hari tanggal : 10 Desember 2021
Tempat : Puskesmas
Pringsewu
Waktu : 08.00 s.d 10.00 WIB

A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. S
Umur : 46 Tahun Umur : 50 tahun
Agama : Islam Agama: Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan: SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pringombo

2. Keluhan utama
- Ibu mengatakan, sering merasakan panas pada tubuh, berkeringat, nyeri pada
sendi, gelisah, mudah tersinggung, sulit tidur pada malam hari, mudah lelah.
- Ibu mengatakan sudah tidak menstruasi sejak 3 bulan yang lalu, menstruasi
terakhir hanya1-2 hari
3. Riwayat perkawinan
a. Jumlah perkawinan : Satu
b. Usia perkawinan pertama: 23 tahun
c. Usia perkawinan sekarang: 23 tahun
4. Riwayat Haid
a. Usia menarche : 10 tahun
b. Siklus : 28-35 hari
c. Teratur/ tidak : teratur
d. Lamanya : 5 hari
e. Dysminorrhea : iya pernah
5. Riwayat Ginekologi
a. perdarahan Haid : Tidak Pernah
b. Riwayat perdarahan setelah Hub. Seksual : Tidak pernah
c. Riwayat nyeri saat berhubungan badan : tidak pernah
d. Riwayat ada massa, tumor pada payudara dan alat kandungan : Tidak ada
e. Lain-lain : Tidak ada
6. Riwayat obstetri
a. Jumlah anak : Tiga (3)
b. Riwayat keguguran : Tidak pernah
7. Riwayat keluarga berencana
a. Jenis alat kontrasepsi : KB suntik 3 bulan
b. Lama : 3 tahun
c. Masalah: Berat badan naik dan menstruasi tidak teratur
8. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit keturunan yang pernah diderita ibu :
o Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun yang
diturunkan dari keluarga
b. Riwayat penyakit keturunn yang pernah diderita keluarga
o Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menurun
9. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
- Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi dan Lauk Pauk
- Frekuensi : 3 kali sehari
- Porsi makan : Normal
- Jenis minuman yang dikonsumsi : Air putih, Teh atau kopi
- Frekuensi : kurang lebih 8 gelas air putih perhari, 1 gelas kopi/teh pada
pagi hari
- Pantangan : Tidak ada pantangan
b. Eliminasi
- BAB
Frekuensi : 1 kali sehari, atau 2 hari
sekali Konsistensi : Normal
Warna : Normal
- BAK
Frekuensi : kurang lebih 4 kali sehari
Konsistensi: Normal cair
Warna : Jernih kekuningan
c. Personal Hygiene
- Mandi
Frekuensi : 2 kali sehari
Keramas : 1 kali dua
hari
- Gosok gigi
Frekuensi : 2 kali sehari
- Ganti pakaian
Frekuensi : 2 kali sehari
d. Aktifitas
- Tidur/ Istirahat
a. Siang : ½ - 1 jam sehari
b. Malam : ± 8 jam sehari
c. Masalah : mengalami gangguan tidur 3 bulan terakhir
10. Data psikologi dan spiritual
a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya
- Ibu mengatakan cemas terhadap keadaannya sekarang, akrena ibu
merasakan ketidaknyamanan selama beberapa bulan terakhir, seperti
sering merasa panas, gangguan mood, gangguan tidur.
b. Ketaatan beribadah
- Ibu mengatakan tetap melakukan shalat 5 waktu
c. Pengetahuan ibu tentang penyakit yang diderita
- Ibu mengatakan tidak mengetahui
d. Hubungan sosial ibu dan keluarga
- Ibu mengatakan hubungannya dengan keluarga baik-baik saja dan tidak
memiliki masalah dalam keluarga.
e. Penentu dan pengambil keputusan dalam keluarga
- Penentu dan pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 130/90 Mmhg
- Pernapasan : 21 Kali/ Menit
O
- Suhu : 36,7 C
- Nadi : 85 Kali/ Menit
d. BB dan TB
- BB : 60 Kg
- TB : 153 Cm
2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan inpeksi dan
palpasi
a. Kepala :
- Normal, tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, rambut hitam ada
sedikit bagian rambut yang sudah memutih.
b. Muka :
- Simetris, normal, tidak odema, tidak ada benjolan/massa, ada sedikit
flek, dan tidak ada nyeri tekan
c. Mata :
- Simetris, Normal, tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
tanda-tanda infeksi
d. Telinga :
- Simetris, tidak ada nyeri saat disentuh, tidak ada tanda-tanda infeksi,
pendengaran ibu baik
e. Hidung :
- Simetris, tidak odema, tidak ada benjola/masa, tidak ada polip, dan tidak
ada pengeluaran cairan, tidak ada tanda-tanda infeksi
f. Mulut :
- Simetris, tidak odema, mukosa mulut normal, gigi dan lidah bersih,
tidak ada infeksi maupun sariawan
g. Leher :
- Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan kelenjar tyhroid,
maupun vena jugularis, normal, tidak nyeri tekan maupun nyeri saat
menelan, dan tidak ada massa/benjolan
h. Dada :
- Normal, simetris, tidak ada retraksi dinding dada ang berlebih saat
melakukan pernafasan, bunyi paru=\-paru dan jantung normal.
i. Mammae :
- Normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan/massa, tidak ada pengeluaran cairan, kulit payudara normal
j. Perut :
- Normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa/benjolan, bising usus
normal
k. Ekstremitas
- Kanan : Tidak bengkak, turgor kulit baik
- Kiri : Tidak bengkak, turgor kulit baik
- Reflek patella : Ada , Kanan+ Kiri +
- Varises : Tidak ada varises
l. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Pemeriksaan penunjang
(Laboratorium) Tanggal : 10 Desember
2021
HB : 11,6 gr/dl
GDS : 107 mg/dl

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa kebidanan : Ny. S usia 46 tahun dengan premenopause
2. Masalah : Ketidaknyamanan gejala premenopause
3. Kebutuhan
- Mengurangi ketidaknyaman pada gejalan premenopause
- KIE dan dukungan pada ibu dalam menghadapi premenopause
D. PLANNING OF ACTION
Tanggal : 10 Desember 2021
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan hasil anamnesa yang telah dilakukan : - TD
: 130/90 mmHg, Nadi : 85 x/m, Respirasi : 21 x/m Suhu : 36,7°C Ibu mengalami
premenopause
Rasional : agar ibu mengetahui keadaannya Evaluasi : ibu mengetahui hasil
pemeriksaan
2. Menjelaskan pada ibu, tentang premenopause yang dialami saat ini adalah periode
atau masa peralihan yang dialami wanita saat akan memasuki masa berakhirnya
menstruasi (menopause). Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu sekarang seperti
badan terasa panas, sering berkeringat, mudah tersinggung, suasana hati mudah
berubah-ubah, mudah lelah, gangguan tidur, dan tidak menstruasi yang dialami ibu
selama 3 bulan terakhir
Rasional : agar ibu mengetahui apa itu premenopause dan menopause yang sedang
dialaminya.
Evaluasi : ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan
3. Menganjurkan ibu untuk mengatasi keluhan dan lebih menjaga kebersihan diri yaitu
dengan cara :
a. Tingkatkan kebersihan mandi 2x sehari
b. Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun, tidak ketat, dan memiliki daya
serap
c. Cara cebok yang benar yaitu dari arah vagina kebelakang
d. Selalu keringkan vulva setelah BAB dan BAK
e. Mengganti celana dalam setiap kali basah
Rasional : agar ibu mengetahui cara mengatasi keluhan mudah berkeringat yang
dialaminya saat ini
Evaluasi : ibu mengerti dan ibu bersedia menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan
mengandung firoestrogen (hormon alami), seperti kacang-kacangan, kedelai dan
olahan (tempe, tahu, susuh kedelai). Namun tetap mengkonsumsi makanan yang
lain seperti sayuran, ikan, daging, telur, dan susu
Rasional : agar ibu mendaptakan nutrisi, dan hormon estrogen alami yang
didapatkan dari mengkonsumsi kacang-kacangan maupun nutrisi dari hewani dan
nabati.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia mengkonumsi makanan sesuai yang
dianjurkan oleh bidan
5. Menganjurkan ibu untuk banyak melakukan aktivitas fisik, olahraga ringan, seperti
berjalan-jalan ± 30 menit saat pagi, dan senam 1-2 kali dalam seminggu
Rasional : agar ibu mendapatkan relaksasi tubuh, memperlancar aliran darah
dalam tubuh, menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskuler, menjaga
persendian dan otot agar tetap kuat dan mencegah terjadinya osteoporosis.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia, melakukan saran yang diberikan bidan untuk
mengtasi ketidaknyamanan premenopause yang ia rasakan.
6. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup minimal 30 menit pada siang hari dan 8
jam pada malam hari, untuk mengatasi mudah lelah yang sering ibu rasakan dalam
bebrapa buulan terakhir
Rasional : agar ibu dapat beristirahat dengan cukup dan dapat mengatasi
ketidaknayaman yang ia rasakan saat ini
Evaluasi : ibu menerti dan bersedia istirahat yang cukup
7. Menganjurkan ibu melakukan relaksasi pada malam hari, dengan cara melakukan
peranapasan dalam, seperti menarik nafas dari hidung dan keluarkan lewat mulut
selama 3-5 kali siklus tarik nafas. Lalu dapat membaca buku, atau bersantai nonton
tv sebelum akan tidur
Rasional : agar ibu bisa mengatasi gangguan tidurnya pada malam
hari Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukan relaksasi
8. Memberikan dukungan semangat pada ibu, bahwa masa perimenopause hingga
menopause bukanlah akhir dari kehidupan seorang wanita, melainakan suatu
tingkatan hidup di mana masih diberikan umur panjang. Ibu harus tetap semangat
dalam menjalani aktivitas sehari-hari tanpa harus takut dalam menghadapi gejala
premenopause yang sedang dihadapi
Rasional : agar ibu tidak merasa cemas dalam menghadapi keadaanya saat ini.
Evaluasi : ibu mengerti dan merasa nyaman senang, dengan dukungan yang
diberikan padanya.
9. Melakukan follow up pada ibu
Rasional : agar ibu dapat mengulangi penejlasan yang telah diberikan bidan, serta
dapat mencegah terjadinya kesalahan komunikasi yang diberikan bidan pada ibu
tentang keadaanya saat ini
Evaluasi : ibu dapat melakukan follow up
10. Menganjurkan ibu untuk segera datang kepetugas kesehatan terdekat jika
mengalami keluhan yang semakin memburuk.
Rasional : agar dapat dilakukan penanganan dan tindakan yang lebih mendalam
dan menunjang pada ibu, serta melakukan kolaborasi dengan dokter
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia.
CATATAN S : - ibu mengatakan keluhannya terasa
PERKEMBANGAN berkurang setelah melakukan senam 3
kali dalam seminggu seperti yang
Tanggal : 16 disarankan oleh bidan.
Desember 2021 - Ibu mengatakan senang, keluhannya
yang ia rasakan terkait gejala
10.30 WIB perimenopausenya berkurang

O:
Tanda-tanda vital
- TD : 13/80 mmHg
- RR : 21 kali permenit
- Nadi : 85 kali permenit
- Suhu : 36,6 oC

A : Ny. S usia 46 tahun dengan


perimenopause

P:
1. Memberitahu pada ibu tentang
kondisinya saat ini, dari hasil
pemeriksaan dan anamnesa bahwa
ibu dalam keadaan baik.
Rasional : agar ibu mengetahui
kondisinya saat ini
Evaluasi : ibu sudah mengetahui
keadaannya dan ibu merasa senang
2. Meminta ibu mengisi lembar skala
menopause
Rasional : agar dapat mengetahui
apakah gejala yang ibu rasakan
berkurang setelah melakukan
olahraga ringan dan senam seminggu
3 kali yang dilakukan di puskesmas
Pringsewu
Evaluasi : ibu bersedia mengisi
lembar skala gejala menopause
3. Menganjurkan ibu untuk tetap
beritirahat dengan cukup meskipun
ketidaknyamanan yang ia rasakan
sudah berkurang
Rasional : agar ibu tetap beritirahat
dengan cukup
Evaluasi : ibu bersedia istirahat
dengan cukup
4. Menganjurkan ibu untuk tetap
melakukan olahraga ringan dan
senam bisa dilakukan di rumah,
Rasional : agar ibu tetap
melakukan
olahraga ringan dan senam untuk
mencegah kembalinya rasa tidak
nyaman yang mungkin akan terjadi
kembali
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia
tetap melakuakn olahraga ringan dan
senam di rumah
5. Melakukan follow up
Rasional : jika ada yang tidak ibu
pahami, bidan dapat menjelaskan
kembali sebelum ibu pulang
Evaluasi : ibu dapat melakukan
follow up
6. Menganjurkan ibu segera datang
kepetugas kesehatan terdekat jika
ibu mengalami keluhan atau
ketidaknyaman yg ia rasakan
kembali dan tidak teratasi.
Rasional : agar dapat dilakukan
penanganan yang lebih baik dan
segera dilakukan kolaborasi dengan
dokter
Evaluasi : ibu bersedia segera datang
kepetugas kesehatan jika merasakan
keluhan atau ketidaknyamanan yang
semakin memburuk.
BAB IV
PEMBAHASAN

Analisis temuan kasus dengan kajian teori dan jurnal penelitian :


Pada tanggal 10 Desember 2021, Ny. S datang ke Puskesmas Pringsewu diantar
oleh suaminya, untuk di periksa kesehatan nya, dengan keluhan seringmerasakan panas
pada tubuh, berkeringat, nyeri pada sendi, gelisah, mudah tersinggung, sulit tidur pada
malam hari, mudah lelah. Ibu mengatakan sudah tidak menstruasi sejak 3 bulan yang
lalu, menstruasi terakhir hanya1-2 hari.Hasil uraian kasus diatas dilakukan pengkajian
pada Ny. S dan pemeriksaan fisik, dilakukan konseling informasi dan edukasi pada Ny.
S tentang premenopause, memberikan edukasi terhadap pasien mengenai apa itu
menopause dan juga menopause fisiologis yang terjadi pada usia yang sudah normal
terjadi menopause
Dalam pengkajian teori pada bab 2, dapat di lihat bahwasanya pengetahuan
terhadap menopause dapat memperbaiki beberapa gejala sehingga membuat si pasien
dapat mengenali keadaan dan menyadari bahwa memang masa menopause memang
normal terjadi pada usia usia tertentu dimana penyebab menopause itu adalah mati nya
ovarium pada wanita sehingga menyebabkan beberapa gejala seperti Ingatan menurun,
kecemasan, mudah tersinggung, stress, depresi.Tanda tanda terjadinya menopause
antara lain Perdarahan, Rasa panas dan keringat malam, gangguan berkemih, gejala
emosional, perubahan fisik yang lain.
Wanita yang mengalami masa menopause, baik menopause dini,pre-
menopause dan post menopause,umumnya mengalami gejala puncak (klimakterium)
dan mempunyai masa transisi atau masa peralihan.Fase ini disebut dengan periode
klimakterium (climacterium tahun perubahan, pergantian tahun yang berbahaya).
Periode klimakterium ini disebut pula sebagai periode kritis yang ditandai dengan rasa
terbakar (hot flush), haid tidak teratur, jantung berdebar dan nyeri saat berkemih. Hal
ini disebabkan karena keluarnya hormon dari ovarium (indung telur) berkurang, masa
haid menjadi tidak teratur dan kemudian hilang sama sekali.
Perubahan-perubahan dalam system hormonal ini mempengaruhi segenap
konstitusi psikosomatis (rohani dan jasmani), sehingga berlangsung proses
kemunduran. Banyaknya perubahan dan kemunduran tersebut menimbulkan krisis
dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan . Pada umumnya, menopause ini
diawali dengan suatu proses “pengakhiran” maka munculah tanda –tanda . antara lain
1. Menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur
2. “Kotoran” haid yang keluar banyak sekali,ataupun sangat sedikit.
3. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau
pelebaran padapembuluh-pembuluh darah.
4. Merasa pusing disertai sakit kepala
5. Berkeringat tiada hentinya 6.Neuralgiaatau gangguan/sakit syaraf.
Semua keluhan ini disebut fenomena klimakteris, akibat dari timbulnya
modifikasi atau perubahan fungsi kelenjar-kelenjar selain terjadi perubahan-
perubahan fisik, pada tahap pre menopause terjadi pula pergeseran atau erosi dalam
kehidupan psikispribadi yang bersangkutan.
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Wanita menopause mengalami depresi karena merasa tertekan dimana kehilangan
seluruh perannya sebagai wanita, kehilangan kesempatan untuk memiliki anak,
kehilangan daya tarik dan mereka merasa belum siap menerima keadaan yang
dialaminya, bahkan tidak mengerti dengan perubahan pada dirinya. Gejala depresi
pada menopause meliputi gejala fisik dan psikis
2. Eduksi pada ibu premenopause di puskesmas kelumbayan barat, sudah cukup
sesuai dengan teori dan literatur yang di berikan dengan bahasa yang lebih di
kenal oleh masyarakat luas .
3. Bantuan suport orang orang terdekat seperti suami dan anak anak adalah salah
satu yang dapat membantu melewati masa masa peralihan dari premenopause ke
menopause sehingga faktor ini merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
pada berhasil nya ibu menghindari gejala yang tidak enak pada kasus menopause
4. Selain diberikan terapi non farmakologi, ibu diberikan Konseling edukasi tentang
menopause. Karena faktor edukasi juga berpengaruh pada ibu yang mengalami
premenopause.
5. Dalam penanganan menopause biasanya cukup sulit dikarenakan ibu mudah
marah karena stres yang terjadi, atau tidak nyaman dengan efek samping gejala
lain nya.
6. Dalam jurnal penelitian, makanan juga berpegaruh pada kasus menopause ini
sehingga di anjurkan mengkonsumsi makanan yang baik dalam artian gizi nya
seimbang.
B. SARAN
1. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan, dalam melakukan asuhan kebidanan
sebaiknya ditekanankan lagi dalam mengedukasi ibu yang terindikasi
premenopause terutama dalam penjelasan apa itu menopause dan juga gejala lain
yang mungkin nanti nya akan dirasakan
2. Adanya peran masyarakat sekitar yang membantu dan juga mengetahui terhadap
apa itu menopause sehingga dapat memaklumi kondisi si pasien .
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, Y dan Hadi, S., Pengaruh Menopause Terhadap Kecenderungan Depresi


Ibu-ibu PKK Desa Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu. Jurnal
Psikologi. 2011. Vol. 1. No. 12. Hal: 24-34.

Batan, I. S., Mewengkang, M., & Tendean, H. M. 2013. Pengetahuan Ibu tentang
Menopause di Poliklinik BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado.
Jurnal e-Biomedik, 1(1).

Baziad, A. Menopause dan Andropause. 2003. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Cetakan I, hal. 3

Borkolesa, E., Reynoldsa, N., David, R. T., Chantal, L., Stojanovska, L., Remco,
C.J, Polman. 2015. The Role Depressive Symptomatology in peri and post-
menopause.

Frank. C. 2014. Pharmacologic Treatment of Depression In The Elderly. Canadian


Family Physician. 60: 121-126.

Govender, T. 2012. Perbedaan Tingkat Stress dan Depresi Pada Pasien Wanita
Menopause dan Usia Reproduksi. Skripsi. Fakultas Kedokteran:
Universitas Negeri Sebelas Maret.

Guyton, A.C., John, E.H., 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC

Halbreich U. 2000. Gonadal hormones, reproductive age, and women with


depression. Arch Gen Psychiatry;57:1163-1164.

Hawari D., 2013. Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi. Jakarta: FKUI.

33
34

Hestiantoro, A., Natadisastra, R. Muharam., Sumapraja, Kanadi., Wikeko, Budi.,


Pratama, Gita., Situmorang, Hebert., Kemal, Achmad. 2012. Best Practices
On IMPERIAL. Cetakan I. Jakarta: Sagung Seto.

International Menopause Society. Promoting Education and Research on all Aspect


of Adult Women‟s Health.

Jalaluddin. 2008. Keefektifan Terapi Relaksasi dan Hipnoterapi Terhadap


Derajat Depresi dan Nyeri pada Pasien dengan Low Back Pain. Tesis.
Surakarta: Program Pendidikan Dokter Spesialis Bagian Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Janiwarty, B., Pieter HZ. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan: Suatu Teori
dan Terapannya. Rapha Publishing: Yogyakarta. pp. 333-340.

Kaplan, H.I., Sadock, Benjamin, J. 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu


Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Edisi Ketujuh. Binarupa
Aksara: Jakarta. Pp. 777-833

Kim, Y. H., & Lee, J. H. (2015). Menopause and Depression and Oral Health-
Related Quality of Life of Postmenopausal Women. International Journal of
Bio-Science and Bio-Technology, Vol. 7. No. 5, pp. 203-210.

Kurniawan, S. 2004. Kejadian Depresi Pada Wanita Usia 40 – 60 Tahun yang


Belum Menopause dan yang Sudah Menopause di RW 06 Desa Trangsan
Gatak Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Kedokteran: Universitas Negeri Sebelas
Maret.

Kusumawardhani, A., 2006. Depresi Perimenopause. Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Maramis, F. Willy., Maramis, A. Albert. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.


Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. Pp: 293
35

Mariyatul, CH., Irmansyah., Damping E. Charles., A. Nurmiati., Baziad, A.,


Ariawan Iwan. 2003. Hubungan Antara Kadar Hormon Estrogen Yang
Rendah Dengan Depresi Pada Wanita Yang Mengalami Masa
Perimenopause. Jurnal. Jakarta: Departemen Psikiatri FKUI/RSUPN-CM;
Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN-CM; Fakultas
Kesehatan Masyarakat FKUI.

Murray, C.J.L., Lopez., A.D., 1997. The Global Burden of Disease. Harvard
University: Boston, MA, USA.

Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,


Hal 127.

Puspitasari, N., 2008. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada Wanita
Perimenopause. The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 4, No. 1,
Hal 35-42.

Rahman, I., Åkesson, A., & Wolk, A. 2015. Relationship between age at
natural menopause and risk of heart failure. Menopause, 22(1), 12-16.

Rostiana, T., & Kurniati, N. M. T. 2009. Kecemasan pada Wanita yang Menghadapi
Menopause. Jurnal Psikologi Volume, 3(1), 76.

Sadock, J.B., Sadock, A. V., 2014. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Saputra, M., 2011. Depresi Pada Wanita Menopause dan Hubungannya dengan
Kualitas Hidup. Tesis. Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. M.
Djamil: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Sastroasmoro, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung


Seto. Edisi ke-4.
36

Schorge, J., 2008. Williams Gynecology. Dallas, Texas: The McGraw-Hill


Companies, Inc. pp. 495.

Sidharta, P., 2008. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat: Jakarta.
Cetakan keenam. Pp: 18.Ibid. hal: 147-148.

Soedirham, O., Sulistyowati, M., & Devy, S. R. 2008. Faktor-faktor yang


mempengaruhi perempuan dalam menghadapi menopause.Jurnal. Penelit.
Med. Eksakta, 7.

Sundberg, D.N., Winebarger, A. Allen., Taplin, R. Julian. 2007. Psikologi Klinis,


Perkembangan Teori, Praktik, dan Penelitian. Edisi Keempat. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta. Pp. 207-208

Young, E.A., Midgley A.R., Carlson N.E., et al. 2000. Alterationin the
hypothalamic pituitary ovarian axis in depressed women. Arch Gen
Psychiatry; 57:1157-1162.
LAMPIRAN
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com

Akses Publik NIH


Naskah Penulis
Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.
Diterbitkan dalam bentuk akhir yang diedit sebagai:

Na Mati haid. 2014 April ; 21(4): 330–338. doi:10.1097/GME.0b013e31829e4089.


sk
ah
Pe Khasiat Latihan untuk Gejala Menopause: Uji Coba Terkendali
nul
is Secara Acak
NI
H- Barbara Sternfeld, PhD1, Katherine A. Guthrie, PhD2, Kristine E. Ensrud, MD, MPH3,Andrea Z.
PA LaCroix, PhD2, Joseph C. Larson, MS2, Andrea L. Dunn, PhD4, Garnet L. Anderson, PhD2,
Rebecca A. Seguin, PhD5, Janet S. Carpenter, PhD, RN, FAAN6, Katherine M. Newton, PhD7,
Susan D. Reed, MD, MPH8, Ellen W. Freeman, PhD9, Lee S. Cohen, MD10,Hadine Joffe, MD,
MSc10, Melanie Roberts, MS11, dan Bette J. Caan, DrPH1
1Divisi Penelitian, Kaiser Permanente, Oakland, CA

2Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchison, Seattle, WA


3Sistem Perawatan Kesehatan Universitas Minnesota dan Minneapolis VA, Minneapolis, MN

4Klein Buendel, Inc. Denver, CO


Na
sk 5Divisi Ilmu Gizi, Cornell University, Ithaca, NY
ah 6Sekolah Keperawatan, Universitas Indiana, Indianapolis, IN
Pe
7Institut Penelitian Kesehatan Grup, Seattle, WA
nul
is 8Universitas Washington, Seattle, WA
NI 9Departemen Obstetri dan Ginekologi, University of Pennsylvania, Philadelphia, PA
H-
10Rumah Sakit Umum Massachusetts, Universitas Harvard, Boston, MA
PA

ALAMAT UNTUK KORESPONDENSI: Barbara Sternfeld, PhD, Divisi Penelitian, 2000 Broadway, Oakland, CA 94612,
510-891-3717 (telepon), 510-891-3836 (faks), Barbara.sternfeld@kp.org.
PENAFIAN:
Konten sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan resmi National Institutes of Health.

CT.gov: NCT01178892
Na KONTRIBUSI PENULIS:
sk Dr. Katherine Guthrie memiliki akses penuh ke semua data dalam penelitian ini dan bertanggung jawab atas integritas data dan keakuratan

ah analisis data. Semua penulis membuat kontribusi besar untuk penelitian dan naskah ini. Tidak ada kompensasi untuk persiapan naskah.

Pe Situs jaringan yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah: Seattle, WA (Group Health Research Institute: Principal Investigators
nul Katherine M. Newton, PhD and Susan D. Reed, MD, MPH); Indianapolis, IN (Universitas Indiana; Peneliti Utama: Janet S. Carpenter,
PhD, RN, FAAN, Lee Learman, MD, PhD,); dan Oakland, CA (Kaiser Permanente Division of Research; Peneliti Utama: Barbara
is Sternfeld, PhD dan Bette Caan, PhD). Pusat Koordinasi Data jaringan ini berbasis di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson;
NI Peneliti Utama: Andrea Z. LaCroix, PhD dan Garnet Anderson, PhD. Ketuanya adalah Kris E. Ensrud, MD, University of Minnesota.
H-
Peneliti lain dari Jaringan MsFlash yang berkontribusi pada penelitian ini termasuk Lee Cohen, MD dan Hadine Joffe, MD, MSc, Rumah Sakit
PA Umum Massachusetts; Ellen W. Freeman, PhD, Universitas Pennsylvania; dan Sheryl Sherman, PhD: Institut Nasional Penuaan/Institut
Kesehatan Nasional, Bethesda, MD.
PENGUNGKAPAN KEUANGAN:
Dr. Ensrud adalah konsultan pada Data Monitoring Committee untuk Merck, Sharp & Dohme. Dr. Dunn bekerja di Klein Buendel
Inc.. Dr. Newton telah menerima dukungan penelitian dari Integrated Diagnostics Inc. Dr. Freeman telah menerima dukungan
penelitian dari Forest Laboratories, Inc, dan Bionovo, Inc. Dr. Cohen telah menerima dukungan penelitian dari Astra-Zeneca
Pharmaceuticals, Bristol-Myers Squibb, Cephalon, Inc, GlaxoSmithKline, Ortho-McNeil Janssen, Sunovion Pharmaceuticals, Inc.
dan telah memberikan nasihat/konsultasi untuk: Noven Pharmaceuticals. Dr. Joffe telah menerima dukungan hibah dari Cephalon/
Teva, menjadi dewan penasehat untuk Noven, dan telah melakukan konsultasi untuk Sunovion. Ms Roberts telah menerima hibah
dan dukungan perjalanan dari Indiana University/Purdue University Indianapolis.
Sternfeld dkk. Halaman 2

11Institut Nasional untuk Kebugaran dan Olahraga, Indianapolis, IN

Abstrak
Na
OBJEKTIF-Untuk menentukan kemanjuran latihan olahraga untuk mengurangi vasomotor dan gejala
sk
menopause lainnya.
ah
Pe METODE-Wanita peri akhir dan pasca-menopause, tidak banyak bergerak dengan gejala vasomotor sering
nul (VMS) berpartisipasi dalam uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan di tiga lokasi: 106 untuk berolahraga

is dan 142 untuk aktivitas biasa. Intervensi latihan terdiri dari latihan aerobik individu berbasis fasilitas 3 kali/
minggu selama 12 minggu. Frekuensi dan gangguan VMS dicatat pada buku harian harian pada awal dan
NI
minggu ke-6 dan 12. Analisis niat untuk mengobati dibandingkan antara perbedaan kelompok dalam
H-
perubahan frekuensi dan gangguan VMS, gejala tidur (Insomnia Severity Index, Pittsburgh Sleep Quality Index)
PA dan suasana hati (Kesehatan Pasien Kuesioner-8 dan kuesioner Generalized Anxiety Disorder-7).

HASIL—Pada akhir minggu ke-12, perubahan frekuensi VMS pada kelompok latihan (perubahan rata-
rata 2.4/hari, 95% CI 3.0, 1.7) dan VMS mengganggu (perubahan rata-rata −0.5 pada skala 4 poin, 95% CI
0.6, 0.4) tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol (−2.6 VMS/hari, 95% CI 3.2, 2.0, p=0.43;
0.5 poin, 95% CI 0.6, 0.4, p=0,75). Kelompok olahraga melaporkan peningkatan yang lebih besar dalam
gejala insomnia (p=0,03), kualitas tidur subjektif (p=0,01), dan gejala depresi (p=0,04), tetapi
perbedaannya kecil dan tidak signifikan secara statistik ketika nilai p disesuaikan untuk beberapa
Na perbandingan. Hasil serupa ketika mempertimbangkan wanita yang patuh pengobatan saja.
sk
ah KESIMPULAN-Temuan ini memberikan bukti kuat bahwa 12 minggu latihan aerobik intensitas sedang tidak
Pe mengurangi VMS tetapi dapat mengakibatkan perbaikan kecil dalam kualitas tidur, insomnia dan depresi
nul pada wanita paruh baya, tidak banyak bergerak.
is
NI Kata kunci
H- aktivitas fisik; intervensi; semburan panas; kualitas tidur; gejala insomnia; suasana hati
PA
Meskipun aktivitas fisik secara teratur memberikan banyak manfaat kesehatan jangka pendek dan jangka
panjang, bukti yang mendukung kepercayaan populer bahwa olahraga bermanfaat untuk mengurangi gejala
vasomotor (VMS) (1) tetap samar (2). Studi intervensi tidak konsisten (3-7), dan sekitar setengah dari studi
observasional melaporkan tidak ada hubungan (8-12), sisanya umumnya menyarankan hubungan protektif
(13-15), dan beberapa laporanditingkatkan VMS dengan tingkat aktivitas yang lebih tinggi (16; 17). Bukti
kontradiktif ini, ditambah dengan banyak manfaat dan risiko minimal olahraga untuk wanita paruh baya,
menunjukkan kebutuhan yang jelas untuk uji coba terkontrol acak (RCT) yang dirancang dengan hati-hati untuk
menguji kemanjuran olahraga untuk VMS.
Na
sk
ah Menanggapi kebutuhan ini, Jaringan Penelitian MsFLASH (Menopause Strategies: Finding Lasting
Pe Answers for Gejala dan Kesehatan) melakukan RCT 12 minggu pelatihan latihan aerobik dengan wanita
nul yang sebelumnya tidak banyak bergerak. Dalam makalah ini, kami melaporkan hasil pengujian hipotesis
is bahwa kelompok olahraga akan mengalami penurunan frekuensi VMS yang jauh lebih besar dan

NI mengganggu daripada kelompok kontrol aktivitas biasa. Kami juga melaporkan hasil dari hipotesis
sekunder yang mengeksplorasi efek latihan olahraga pada gangguan tidur dan mood.
H-
PA

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 3

METODE
Ikhtisar Desain Studi
Na Rincian tentang Jaringan Penelitian MsFLASH dan desain penelitian dan protokol telah diterbitkan
sk sebelumnya (18; 19). Secara singkat, intervensi latihan, yang dilakukan di tiga dari lima Pusat Klinis
ah MsFLASH (Indianapolis, Oakland, dan Seattle), adalah satu kelompok dari percobaan faktorial 3-kali-2
Pe selama 12 minggu dengan wanita yang diacak dalam rasio 3:3:4 olahraga, yoga, atau aktivitas biasa, dan

nul kemudian diacak lebih lanjut dalam rasio 1:1 di setiap lengan dengan 1,8 g/hari minyak ikan omega 3
atau kapsul plasebo yang tampak identik. Desain faktorial memastikan bahwa semua pesertabisa percaya
is
bahwa mereka menerima beberapa intervensi dan karenanya memiliki harapan manfaat (20), dan
NI
mengurangi biaya untuk menguji beberapa intervensi berisiko rendah melalui kelompok kontrol
H-
bersama. Tidak ada perbandingan head-to-head antara yoga dan olahraga yang direncanakan, dan
PA interaksi antara intervensi perilaku dan omega-3 dihipotesiskan tidak mungkin. Laporan ini menjelaskan
hasil intervensi latihan dibandingkan dengan aktivitas biasa; hasil intervensi yoga dan omega-3
dilaporkan secara terpisah.

Setelah skrining telepon, buku harian VMS 2 minggu, dan kuesioner awal, wanita yang memenuhi syarat
menghadiri kunjungan awal yang mencakup pengambilan darah, tanda-tanda vital, tes treadmill latihan
bergradasi submaksimal, dan kuesioner kedua. Wanita kemudian menyelesaikan buku harian VMS satu minggu
dan memakai pedometer untuk menilai perilaku aktivitas sehari-hari sebelum kembali untuk kunjungan kedua
Na yang mencakup penentuan akhir kelayakan dan pengacakan. Pada minggu ke-2, peserta dihubungi oleh staf
sk studi yang buta terhadap tugas omega-3 untuk mendorong kepatuhan studi dan mengevaluasi toleransi
ah terhadap kapsul studi. Selama minggu 6 dan 12 pengobatan, peserta menyelesaikan buku harian VMS satu
Pe minggu lagi. Semua tindakan lain diulang selama minggu ke-12 atau pada kunjungan minggu ke-12 terakhir.

nul
is
Peserta diberi kompensasi $50,00 setelah setiap kunjungan klinik dengan kemungkinan total
NI $150,00. Penelitian ini disetujui oleh Institutional Review Boards dari situs klinis yang
H- berpartisipasi dan Pusat Koordinasi Data, dan semua peserta memberikan persetujuan tertulis.
PA
Pemilihan Sampel dan Pengacakan
Rekrutmen awal ke dalam penelitian terjadi terutama melalui surat massal kepada wanita yang memenuhi syarat
usia, menggunakan milis yang dibeli dan file pendaftaran rencana kesehatan. Kriteria inklusi termasuk berusia
40-62 tahun, pada akhir peri- atau pasca-menopause atau memiliki histerektomi dengan FSH> 20 mlU/mL dan
estradiol 50 pg/mL, dan dalam kesehatan umum yang baik. Kriteria kelayakan VMS adalah 14 VMS/minggu di
masing-masing tiga minggu berturut-turut, berdasarkan catatan harian, frekuensi VMS antara kunjungan 1 dan 2
tidak kurang dari 50% dari rata-rata mingguan dalam dua minggu sebelum kunjungan 1, dan VMS dinilai sebagai
parah atau mengganggu setidaknya 4 kali setiap minggu. Kriteria eksklusi meliputi: BMI>37; penggunaan
Na
hormon atau kontrasepsi hormonal dalam 2 bulan terakhir; penggunaan resep atau pengobatan bebas untuk
sk VMS dalam sebulan terakhir; kondisi medis yang tidak stabil; partisipasi saat ini dalam olahraga teratur atau
ah yoga; penggunaan suplemen omega-3 saat ini atau sering mengonsumsi ikan; kontraindikasi untuk latihan
Pe olahraga (misalnya, keterbatasan fisik), yoga, atau omega-3 (misalnya, alergi terhadap kedelai atau ikan;
nul penggunaan anti-koagulan saat ini); atau episode depresif berat dalam tiga bulan terakhir.
is
NI
H- Pengacakan dilakukan melalui database berbasis Web yang aman, dikelola oleh Pusat Koordinasi
Data MsFLASH, menggunakan algoritma pengacakan dinamis untuk mempertahankan
PA
komparabilitas antara kelompok studi sehubungan dengan situs klinis. Pengumpul data
dibutakan untuk tugas pengacakan.

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 4

Latihan Latihan
Intervensi latihan terdiri dari 12 minggu dari tiga sesi pelatihan pengkondisian kardiovaskular
individual per minggu yang dilakukan di fasilitas kebugaran lokal dan diawasi oleh pelatih
Na olahraga bersertifikat yang terlatih. Wanita memilih apakah akan berolahraga di treadmill, pelatih
sk elips, atau sepeda stasioner. Detak jantung target (THR), yang dipantau selama pelatihan dengan
ah monitor detak jantung (RS100™ Cardiac Monitors, Polar Electro, Inc., Lake Success, NY) adalah
Pe 50– 60% cadangan detak jantung (HRR) (21) untuk yang pertama bulan dan 60-70% HRR (sekitar
nul 125-145 bpm) untuk sisa intervensi. Pelatih mencatat THR, beban kerja, dan tenaga yang
is dirasakan (22) setiap 5-10 menit.
NI
Semua wanita memiliki tujuan pengeluaran energi progresif yang sama dengan berat badan: 4 kkal/kg di
H- minggu 1, 8 kkal/kg di minggu 2, 12 kkal/kg di minggu 3, dan 16 kkal/kg di minggu 4-12 ( sekitar 1.000-1.500
PA kkal/minggu untuk sebagian besar wanita). Durasi biasanya berkisar antara 40-60 menit/sesi, tergantung pada
beban kerja yang diperlukan untuk mencapai THR dan pengeluaran kalori, termasuk pemanasan dan
pendinginan singkat. Pengeluaran energi progresif dan tujuan THR didasarkan pada kebutuhan wanita yang
tidak banyak bergerak untuk beradaptasi secara bertahap untuk berolahraga selama periode 4 minggu dan
pada pedoman ACSM untuk pelatihan olahraga (21; 23).

Pelatihan terpusat, pengamatan pelatih mingguan, log pelatihan olahraga, kunjungan ke lokasi, dan
panggilan konferensi reguler digunakan untuk mempertahankan ketepatan intervensi di seluruh pelatih dan
lokasi klinis.
Na
sk Grup Kontrol Aktivitas Biasa
ah Kelompok kontrol diminta untuk tidak mengubah perilaku aktivitas fisik selama penelitian. Pada
Pe akhirnya, mereka diberi pilihan keanggotaan satu bulan di pusat kebugaran lokal atau lokakarya
nul yoga, bahan, dan peralatan gratis.
is
NI Pengukuran VMS
H- Hasil utama adalah frekuensi dan gangguan VMS berdasarkan catatan harian di mana peserta
PA memasukkan jumlah gejala malam hari saat bangun dan gejala siang hari sebelum tidur.
Gangguan VMS dinilai setiap hari pada skala 1-4 (tidak ada, sedikit, sedang, dan banyak).
Frekuensi dasar dihitung dari jumlah rata-rata VMS yang dilaporkan dalam periode 24 jam selama
14 hari berturut-turut sebelum kunjungan klinik pertama. Frekuensi VMS selama minggu 6 dan
12 didefinisikan sama, menggunakan buku harian 7 hari yang sesuai. Baseline, minggu 6, dan
minggu 12 mengganggu didefinisikan sebagai sarana peringkat harian.

Hasil Sekunder
Na Kualitas tidur yang dilaporkan sendiri dan gangguan tidur (Pittsburgh Sleep Quality Index - PSQI
sk (24), gejala insomnia (Insomnia Severity Index - ISI (25), gejala depresi (Kuesioner Kesehatan
ah Pasien
Pe - PHQ-8) (26) dan kecemasan (Kecemasan Umum) Kuesioner gangguan - GAD-7) (27) dinilai pada
nul awal dan minggu ke-12. PSQI menilai kualitas tidur secara keseluruhan dan gangguan tidur
is terlepas dari penyebab yang mendasarinya (insomnia dan kemungkinan gangguan tidur lainnya)
NI sementara ISI mengukur keparahan gejala insomnia saja.Skor yang lebih tinggi pada semua skala
H- menunjukkan gejala yang lebih besar.
PA
kovariat
Korelasi demografis dan perilaku potensial dari respons pengobatan termasuk usia yang dilaporkan sendiri,
ras, status merokok, asupan alkohol, status menopause, status kesehatan secara keseluruhan, pendidikan,
pekerjaan, dan status perkawinan. Indeks massa tubuh dihitung sebagai kg/m2, dari pengukuran tinggi dan
berat badan. Kebugaran didefinisikan sebagai waktu hingga 85% dari HRR pada penilaian

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 5

tes latihan treadmill dilakukan pada awal dan minggu 12. Perilaku aktivitas fisik di luar intervensi
didefinisikan sebagai langkah/menit yang dicatat pada pedometer (NL-1000, New Lifestyles, Lees
Summit, MO) yang dipakai selama satu minggu pada awal dan pada minggu 12 dan dirata-ratakan untuk
Na semua menit perekaman selama periode waktu yang relevan.
sk
ah Ketaatan
Pe Kepatuhan didefinisikan dalam tiga cara: kehadiran di 80% sesi pelatihan, pencapaian 80% tujuan
nul pengeluaran energi mingguan, dan pencapaian THR (±10 bpm) untuk 50% waktu latihan. Sesi
is pelatihan berbasis rumah yang didokumentasikan dihitung untuk wanita yang tidak dapat
NI menghadiri sesi berbasis fasilitas.

H-
Peristiwa Buruk
PA
Efek samping dinilai pada awal, selama sesi pelatihan, dan pada kunjungan studi 12 minggu terakhir
dengan daftar efek samping spesifik yang diharapkan dari olahraga yang mencakup nyeri punggung,
nyeri dan nyeri otot, jantung berdebar, pusing, dan pingsan. Efek samping yang baru muncul adalah
gejala atau efek samping yang dilaporkan pada minggu ke-12 yang tidak ada pada awal.

Analisis statistik
Sampel dari 112 peserta latihan dan 150 peserta aktivitas biasa direncanakan untuk memberikan
Na 90% kekuatan untuk mendeteksi perbedaan rata-rata 1,9 VMS/hari (pengurangan 0,49 standar
sk deviasi (SD) pada VMS/hari, berdasarkan ukuran efek yang diamati dalam data awal dari 97
ah peserta pertama yang terdaftar dalam uji coba escitalopram MsFLASH (28)). Perhitungan ini
Pe didasarkan pada uji-t dengan tingkat signifikansi 2 sisi 0,025 untuk menjelaskan dua hasil utama
nul (frekuensi VMS, gangguan VMS), dan memungkinkan 10% mangkir di kedua lengan dan 10%
is tambahan dalam latihan lengan untuk mengatasi potensi peningkatan variabilitas dalam hasil
karena kepatuhan yang berbeda terhadap intervensi.
NI
H- Analisis hasil mencakup semua wanita yang diacak untuk berolahraga atau aktivitas biasa yang
PA memberikan data tindak lanjut, terlepas dari kepatuhan terhadap intervensi studi, sesuai dengan prinsip
intention-to-treat. Analisis primer membandingkan frekuensi rata-rata atau gangguan VMS pada 6 dan 12
minggu untuk kelompok perlakuan dan kontrol menggunakan model regresi linier yang disesuaikan
dengan lokasi klinis, kunjungan (minggu 6 atau 12), pengacakan omega-3, dan ukuran hasil awal.Karena
frekuensi VMS miring ke kanan, nilai mentah nilai mentahnya adalah ditransformasikan melalui logaritma
natural untuk memenuhi asumsi model atau hasil yang terdistribusi normal. Kesalahan standar yang kuat
dihitung menggunakan persamaan estimasi umum untuk memperhitungkan korelasi antara pengukuran
berulang dari hasil dari setiap peserta. Analisis tambahan dilakukan untuk menilai sensitivitas hasil model
terhadap a) penyesuaian karakteristik dasar lainnya yang bervariasi antara kedua kelompok (usia, ras,
Na kebugaran dasar); atau b) pengecualian peserta yang tidak patuh berolahraga.
sk
ah
Pe Berdasarkan sebuah prioritas hipotesis, kemungkinan modifikasi efek pengobatan pada frekuensi VMS

nul berdasarkan usia, ras, dan nilai dasar frekuensi VMS, BMI, kebugaran, perilaku aktivitas, dan kesehatan secara
keseluruhan diperiksa dengan memasukkan istilah produk silang yang sesuai ke dalam model regresi linier
is
tanpa penyesuaian untuk beberapa pengujian.
NI
H- Analisis sekunder juga menerapkan regresi linier untuk memodelkan perubahan tidur dan suasana hati
PA sebagai fungsi dari tugas pengobatan, mengikuti pendekatan serupa yang digunakan dengan analisis primer.

Karakteristik dasar, durasi treadmill, dan langkah pedometer dari kelompok


latihan dibandingkan dengan kelompok aktivitas biasa dengan uji t untuk

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 6

variabel dan uji Chi square untuk variabel kategoris. Nilai p 2 sisi <0,025 dianggap
signifikan secara statistik untuk dua hasil utama. Untuk empat hasil yang diperiksa
dalam analisis sekunder, nilai-p kurang dari 0,0125 dianggap signifikan secara statistik.
Na Analisis dilakukan dengan menggunakan SAS Versi 9.2 (SAS Institute, Cary, NC).
sk
ah HASIL
Pe
Gambar 1 menunjukkan aliran akrual dengan 248 wanita yang diacak dalam rasio 3:4 seperti yang dirancang:
nul 106 untuk olahraga dan 142 untuk aktivitas biasa. Data hasil tersedia untuk 97% peserta di setiap kelompok.
is Wanita yang diacak untuk berolahraga lebih tua (p<0,001) dan sedikit kurang fit (p=0,09), tetapi sebaliknya
NI sebanding dalam hal status menopause, ras, pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, indeks massa
H- tubuh, status merokok, penggunaan alkohol, perilaku aktivitas, dan kesehatan secara keseluruhan yang
PA dilaporkan sendiri (Tabel 1).

Pada minggu ke-12, peningkatan rata-rata durasi treadmill adalah 1,66 menit pada kelompok latihan
dibandingkan dengan 0,05 menit pada kelompok aktivitas biasa (p<0,001). Perilaku aktivitas di luar
latihan olahraga menurun 1,5 langkah/menit pada kelompok olahraga dibandingkan dengan
peningkatan 0,22 langkah/menit pada kelompok aktivitas biasa (p=0,02). Kedua kelompok memiliki sedikit
perubahan dalam BMI (−0,12 kg/m2, 95% CI 0,26, 0,02 pada kelompok latihan vs.−0,09 kg/m2, 95% CI
0,24, 0,06 pada kelompok kontrol, p=0,73.

Na Efek pada Gejala Vasomotor


sk Kelompok olahraga melaporkan penurunan rata-rata 2,4 hot flashes/hari (95% CI 1,7, 3.0), tetapi
ah kelompok aktivitas biasa melaporkan penurunan yang sama (2,6, 95% CI 2.0, 3.2), dan perbedaan
Pe di antara mereka tidak signifikan. (p=0,43) (Tabel 2). Kelompok latihan juga melaporkan penurunan
nul gangguan VMS, tetapi perbedaan antar kelompok minimal dan tidak signifikan (p=0,75).
is Membatasi analisis pada wanita yang mengikuti intervensi, yang ditentukan dalam sesi pelatihan
(N=74, Tabel 2), pencapaian tujuan pengeluaran energi (N=66, data tidak ditampilkan), atau
NI
pencapaian target target detak jantung (N =75, data tidak ditampilkan), tidak mengubah hasil.
H-
PA
Pengaruh latihan pada frekuensi VMS bervariasi secara signifikan menurut ras (p untuk interaksi = 0,03, Tabel
3), dengan wanita kulit putih dalam kelompok latihan mengalami penurunan relatif terhadap aktivitas biasa,
dan Afrika Amerika tidak mengalami manfaat. Efek intervensi juga cenderung bervariasi menurut kebugaran
dasar (p untuk interaksi = 0,06), menunjukkan penurunan yang lebih besar dalam frekuensi VMS pada
kelompok latihan dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan tingkat kebugaran yang lebih tinggi. Tidak
ada bukti interaksi dengan karakteristik dasar lainnya.

Hasil tidur dan suasana hati


Na
Kelompok latihan melaporkan peningkatan yang lebih besar dalam gejala insomnia (ISI, p=0,025) dan
sk kualitas tidur subjektif (PSQI, p=0,007) antara awal dan minggu ke-12 dibandingkan kelompok kontrol
ah (Tabel 4). Namun, perbedaan kelompok kecil, dan hanya peningkatan kualitas tidur yang dirasakan,
Pe tetapi bukan gejala insomnia, yang signifikan pada tingkat <0,0125 yang menyumbang beberapa
nul perbandingan. Kelompok olahraga juga mengalami penurunan gejala depresi yang lebih besar (PHQ-8)
is dibandingkan dengan aktivitas biasa (p=0,028), tetapi perbedaan ini tidak memenuhi tingkat signifikansi
NI yang ditetapkan pada p<0,0125. Ada sedikit bukti bahwa perubahan kecemasan berbeda antar
H- kelompok. Membatasi analisis pada wanita yang patuh dengan salah satu dari tiga definisi tidak
PA mengubah temuan (data tidak ditampilkan).

Efek samping dan reaksi untuk belajar


Jumlah kejadian efek samping serupa untuk kedua kelompok (17% vs 18%). Tidak ada efek samping serius
yang terkait dengan penelitian yang terjadi pada kedua kelompok.

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 7

Di antara wanita yang ditugaskan untuk berolahraga, 56% puas dengan bantuan VMS yang mereka
alami, dan 60% berpikir olahraga membantu. Sembilan puluh lima persen ingin terus berolahraga.

Na
sk DISKUSI
ah
Studi ini memberikan bukti kuat bahwa 12 minggu latihan aerobik individu, berbasis fasilitas, intensitas
Pe
sedang tidak mengurangi frekuensi atau gangguan VMS lebih dari aktivitas biasa pada wanita yang
nul awalnya tidak banyak bergerak, dan menunjukkan bahwa kurangnya kepatuhan tidak menjelaskan
is temuan nol. Hasilnya menunjukkan kemungkinan, tetapi kecil, peningkatan kualitas tidur subjektif,
NI gejala insomnia, dan gejala depresi dengan pelatihan olahraga, meskipun perbandingan umumnya
H- tidak signifikan pada tingkat ap yang menyumbang beberapa perbandingan.
PA
Temuan nol berkaitan dengan VMS konsisten dengan banyak studi observasional. Studi-studi
tersebut, bagaimanapun, umumnya dibatasi oleh kekuatan statistik yang tidak memadai,
heterogenitas status menopause (12; 14; 15; 29), beberapa wanita dengan gejala yang sering dan
parah (14; 15; 30), beberapa wanita yang berpartisipasi dalam intensitas sedang dan teratur.
aktivitas (8; 17), kurangnya kontrol yang memadai atas perancu (16; 29), dan ketidakmampuan
untuk menetapkan temporalitas (31), yang menghambat penarikan kesimpulan yang kuat.
Percobaan acak sebelumnya juga tidak memberikan dasar bukti yang kuat atau konsisten terkait
Na dengan olahraga dan VMS. Sebuah tinjauan Cochrane baru-baru ini dari 3 percobaan (total 59
sk wanita yang berolahraga) melaporkan perbedaan rata-rata standar keseluruhan dalam frekuensi
ah VMS 0,14 (95% CI = 0,55, 0,26) untuk olahraga vs.
Pe Selain itu, temuan keseluruhan dari uji coba di Finlandia baru-baru ini juga gagal menunjukkan efek
nul apa pun dari 6 bulan pelatihan olahraga pada hot flashes atau keringat malam berdasarkan penilaian
is utama uji coba VMS, meskipun ada penurunan yang signifikan pada keringat malam berdasarkan
NI sekunder ukuran hasil (7; 33). Dengan tambahan percobaan ini, bukti bergerak lebih meyakinkan
menuju kesimpulan bahwa olahraga tidak meringankan VMS menopause pada wanita yang
H-
sebelumnya tidak banyak bergerak.
PA
Satu pertanyaan yang belum terjawab adalah apakah satu latihan memiliki efek akut yang
menguntungkan pada VMS. Penurunan yang dilaporkan dalam hot flashes yang diukur secara subyektif
dan obyektif setelah satu kali latihan (34) memberikan dukungan parsial untuk hipotesis ini. Juga tidak
terjawab apakah ada variabilitas antar individu dalam efek latihan akut atau kronis pada VMS yang
disebabkan oleh faktor fisiologis atau psikologis, seperti yang disarankan oleh Elavsky et al (35). Dalam
studi saat ini, interaksi yang signifikan antara ras dan kelompok perlakuan di mana olahraga mengurangi
frekuensi VMS pada wanita kulit putih tetapi tidak pada orang Afrika-Amerika mungkin karena perbedaan
ras dalam respons kardiovaskular, metabolisme, dan neuroendokrin terhadap olahraga (36-42).Juga,
Na modifikasi efek signifikan garis batas oleh kebugaran dasar di mana pelatihan olahraga tampaknya
sk memiliki efek positif pada frekuensi VMS pada mereka yang paling bugar mungkin disebabkan oleh
ah variabilitas genetik dalam respons terhadap olahraga. (43). Faktor lain yang dapat mengubah efek latihan
Pe pada VMS adalah self-efficacy dan kontrol gejala yang dirasakan (3; 35), yang tidak diperiksa di sini, tetapi
nul memerlukan penelitian lebih lanjut.
is
Percobaan saat ini menunjukkan bahwa olahraga mungkin memiliki manfaat potensial, meskipun
NI
kecil, pada kualitas tidur subjektif dan insomnia dan gejala depresi. Banyak penelitian
H-
observasional sebelumnya dan uji coba aktivitas fisik dan gejala menopause telah melaporkan
PA temuan serupa (5; 10; 14; 29; 44-46), dan konsisten dengan efek olahraga yang diamati pada
kelompok populasi lain (47-50). Menariknya, banyak mekanisme biologis yang diusulkan untuk efek
positif olahraga pada tidur dan kesehatan mental, termasuk peningkatan pelepasan
neurotransmiter, peningkatan aktivasi parasimpatis, gangguan dari rangsangan stres, penurunan
berat badan, dan peningkatan kebugaran (45; 51), juga telah telah diusulkan sebagai

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 8

mekanisme di mana olahraga dapat berdampak positif pada VMS. Karena percobaan MsFLASH mengamati
perbaikan kecil dalam tidur dan suasana hati dengan olahraga, tetapi tidak pada VMS, hasilnya menunjukkan
bahwa kurang tidur dan gejala depresi pada wanita paruh baya mungkin kurang merupakan konsekuensi dari
Na VMS dan lebih terkait usia, mandiri, meskipun sering bersama-sama. terjadi, gejala

sk
ah
Salah satu batasan percobaan MsFLASH adalah ketergantungan pada laporan diri VMS. Meskipun pengukuran
Pe
objektif VMS mungkin memberikan penilaian fisiologis yang lebih tepat, pengukuran yang tersedia saat ini
nul tidak direkomendasikan untuk uji klinis rawat jalan (52). Juga, percobaan saat ini hanya menguji satu dosis
is latihan; intensitas yang lebih tinggi atau frekuensi yang lebih besar atau resep yang lebih individual mungkin
NI memiliki efek yang berbeda.Fakta bahwa kelompok latihan menerima lebih banyak perhatian dari pelatih
H- daripada kelompok kontrol mungkin menjadi batasan lain dalam hal kesimpulan yang dapat ditarik dari
PA temuan perbaikan yang lebih besar dalam gejala depresi. Akhirnya, temuan ini mungkin hanya dapat
digeneralisasikan untuk wanita yang tidak banyak bergerak dengan VMS yang sering.

Kekuatan uji coba MsFLASH termasuk sampel yang besar dan bertenaga, desain faktorial yang
menyertakan omega-3 vs. plasebo untuk mengontrol harapan manfaat dengan menawarkan
semua peserta kemungkinan untuk percaya bahwa mereka menerima perawatan, dan
pemantauan dosis latihan yang cermat, dan tingkat kepatuhan yang tinggi. Kekuatan ini
memperkuat kredibilitas temuan.
Na
sk KESIMPULAN
ah Kesimpulannya, uji coba MsFLASH ini memberikan bukti kuat bahwa pelatihan latihan aerobik pada wanita yang
Pe sebelumnya tidak banyak bergerak tidak secara signifikan mengurangi VMS yang sering atau mengganggu.
nul Namun, latihan olahraga meningkatkan tingkat kebugaran, aman dan dapat ditoleransi dengan baik, dan
is mungkin sedikit meningkatkan kualitas tidur subjektif dan gejala insomnia dan depresi. Mengingat hasil positif
NI ini, bersama dengan manfaat kesehatan dari aktivitas fisik secara teratur, implikasi kesehatan masyarakat dari
H- uji coba ini jelas: wanita paruh baya tidak dapat mengharapkan olahraga untuk meredakan VMS, tetapi mungkin
PA mengharapkannya untuk meningkatkan perasaan mereka dan kesehatan mereka secara keseluruhan.

ucapan terima kasih


PENDANAAN/DUKUNGAN:

Studi ini didukung oleh kesepakatan kerjasama yang dikeluarkan oleh National Institute of Aging (NIA), bekerja
sama dengan Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Development (NICHD), National
Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM), dan Kantor Penelitian dan Kesehatan Wanita
Na (ORWH), dan hibah U01 AG032656, U01AG032659, U01AG032669, U01AG032682, U01AG032699, U01AG032700
dari NIA. Di situs Universitas Indiana, proyek ini didanai sebagian dengan dukungan dari Institut Ilmu Klinis dan
sk Terjemahan Indiana, sebagian didanai oleh hibah UL1 RR025761 dari Institut Kesehatan Nasional, Pusat Nasional
ah untuk Sumber Daya Penelitian, Penghargaan Ilmu Klinis dan Terjemahan.

Pe
nul Suplemen studi omega-3 (-3, n-3, atau asam lemak tak jenuh ganda) diproduksi sebagai EPA dan disumbangkan, dengan plasebo
is yang cocok, oleh Nordic Naturals, Watsonville, CA. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua staf studi dan
peserta atas kontribusi mereka untuk percobaan ini.
NI
H- PERAN SPONSOR:
PA
Staf NIH secara kritis meninjau protokol penelitian dan draft naskah sebelum penyerahan jurnal.

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 9

Referensi
1. Staf Klinik Mayo. Mati haid. Tersedia dihttp://www.mayoclinic.com/health/hot-fashes/
DS01143/DSECTION=risk-factors
Na
2. Sternfeld B, Dugan S. Aktivitas fisik dan kesehatan selama transisi menopause. Obstet Ginjal Klinik
sk
North Am. 2011 Sep; 38(3):537–66. [PubMed: 21961719]
ah
3. McAndrew LM, Napolitano MA, Albrecht A, Farrell NC, Marcus BH, Whiteley JA. Kapan, mengapa
Pe dan untuk siapa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan gejala menopause. Maturitas. 2009 20
nul Oktober; 64(2):119–25. [PubMed: 19781877]
is 4. Aiello EJ, Yasui Y, Tworoger SS, dkk. Pengaruh intervensi olahraga intensitas sedang selama
NI setahun pada terjadinya dan keparahan gejala menopause pada wanita pascamenopause. Mati
H- haid. Juli 2004; 11(4):382–8. [PubMed: 15243275]
PA 5. Wilbur J, Miller AM, McDevitt J, Wang E, Miller J. Status menopause, berjalan dengan intensitas sedang, dan
gejala pada wanita paruh baya. Teori Res Praktek Nurs. 2005; 19(2):163–80. [PubMed: 16025696]

6. Huang AJ, Subak LL, Wing R, dkk. Intervensi penurunan berat badan perilaku intensif dan hot
flushes pada wanita. Arch Intern Med. 2010 12 Juli; 170(13):1161–7. [PubMed: 20625026]
7. Luoto R, Moilanen J, Heinonen R, dkk. Pengaruh pelatihan aerobik pada hot flushes dan kualitas hidup-- uji
coba terkontrol secara acak. Ann Med. 2012 Sep; 44(6):616–26. [PubMed: 21639722]
8. Sternfeld B, Quesenberry CP Jr, Husson G. Aktivitas fisik kebiasaan dan gejala menopause: studi kasus-
kontrol. J Kesehatan Wanita. 1999 Januari; 8(1):115–23. [PubMed: 10094089]

Na 9. van Poppel MN, Brown WJ. "Ini hormon saya, dokter"--apakah aktivitas fisik membantu
gejala menopause? Mati haid. 2008 Januari; 15(1):78–85. [PubMed: 17554226]
sk
10. Daley AJ, Stokes-Lampard H, MacArthur C. 'Merasa panas, panas, panas': apakah ada peran olahraga dalam
ah
pengelolaan vasomotor dan gejala menopause lainnya? J Fam Plann Reprod Perawatan Kesehatan. Juli 2007;
Pe 33(3):143–5. [PubMed: 17609065]
nul 11. Emas EB, Colvin A, Avis N, dkk. Analisis longitudinal dari hubungan antara gejala vasomotor dan ras/
is etnis selama transisi menopause: studi tentang kesehatan wanita di seluruh negeri. Am J Kesehatan
NI Masyarakat. 2006 Juli; 96(7):1226–35. [PubMed: 16735636]
H- 12. Guthrie JR, Smith AMA, Dennerstein L, Morse C. Aktivitas fisik dan pengalaman
PA menopause. Maturitas. 1995; 20:71–80. [PubMed: 7715477]
13. Guthrie JR, Dennerstein L, Taffe JR, Lehert P, Burger HG. Hot flushes selama transisi
menopause: studi longitudinal pada wanita kelahiran Australia. Mati haid. 2005 Juli; 12(4):460–7.
[PubMed: 16037762]
14. Moilanen J, Aalto AM, Hemminki E, Aro AR, Raitanen J, Luoto R. Prevalensi gejala menopause dan
hubungannya dengan gaya hidup di antara wanita paruh baya Finlandia. Maturitas. 2010 Desember;
67(4):368–74. [PubMed: 20869181]
15. Elavsky S, McAuley E. Aktivitas fisik, gejala, harga diri, dan kepuasan hidup
selama menopause. Maturitas. 2005 November; 52(3–4):374–85. [PubMed:
16198515]
Na
16. Romani WA, Gallicchio L, Flaws JA. Hubungan antara aktivitas fisik dan keparahan, frekuensi,
sk dan durasi hot flash pada wanita paruh baya. Am J Hum Biol. 2009 Januari; 21(1):127–9.
ah [PubMed: 18942715]
Pe 17. Whitcomb BW, Whiteman MK, Langenberg P, Flaws JA, Romani WA. Aktivitas fisik dan risiko hot
nul flashes di kalangan wanita paruh baya. J Kesehatan Wanita (Larchmt). 2007 Januari; 16(1):124–
is 33. [PubMed: 17324103]
NI 18. Sternfeld B, LaCroix A, Caan BJ, dkk. Desain dan Metode Percobaan Perawatan Multi-Situs,
H- Multi-Perilaku untuk Gejala Menopause: Pengalaman MsFLASH. Uji Klinis Kontemporer.
2012 Di pers.
PA
19. Newton KM, Carpenter JS, Gurthrie KA, dkk. Metode untuk Desain Percobaan
Gejala Vasomotor: Jaringan MsFLASH. Mati haid. 2012 Di pers.
20. Bootzin, RR. Peran harapan dalam perubahan perilaku. Plasebo: Teori, Penelitian,
dan Mekanisme. New York: Guilford Press; 1985.
21. Sekolah Tinggi Kedokteran Olahraga Amerika. Pedoman ACSM untuk Pengujian dan Resep Latihan.
8. 2009.

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 10

22. Borg G, Hassman P, Lagerstrom M. Pengerahan tenaga yang dirasakan terkait dengan detak jantung dan
laktat darah selama latihan lengan dan kaki. Eur J Appl Physiol Menempati Physiol. 1987; 56:679–85. [PubMed:
3678222]

Na 23. Haskell WL, Lee IM, Pate RR, dkk. Aktivitas fisik dan kesehatan masyarakat: rekomendasi
sk terbaru untuk orang dewasa dari American College of Sports Medicine dan American Heart
Association. Latihan Olahraga Med Sci. 2007 Agustus; 39(8):1423–34. [PubMed: 17762377]
ah
24. DJ Buysse, Reynolds CF III, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ. Indeks Kualitas Tidur Pittsburgh:
Pe
instrumen baru untuk praktik dan penelitian psikiatri. Psikiatri Res. 1989 Mei; 28(2): 193–213.
nul [PubMed: 2748771]
is 25. Morin, CM. Insomnia: Penilaian dan Manajemen Psikologis. New York, New
NI York: Guilford Press; 1993.
H- 26. Kroenke K, Strine TW, Spitzer RL, Williams JB, Berry JT, Mokdad AH. PHQ-8 sebagai ukuran depresi
PA saat ini pada populasi umum. J Mempengaruhi Gangguan. 2009 April; 114(1–3):163–73. [PubMed:
18752852]
27. Spitzer RL, Kroenke K, Williams JB, Lowe B. Ukuran singkat untuk menilai gangguan
kecemasan umum: GAD-7. Arch Intern Med. 2006 22 Mei; 166(10)::1092–7. [PubMed:
16717171]
28. Freeman EW, Guthrie KA, Caan B, dkk. Khasiat escitalopram untuk hot flashes pada wanita menopause
yang sehat: uji coba terkontrol secara acak. JAMA. 2011 19 Januari; 305(3):267–74. [PubMed: 21245182]

29. Collins A, Landgren BM. Kesehatan reproduksi, penggunaan estrogen dan pengalaman gejala
pada wanita perimenopause: studi berbasis populasi. Maturitas. 1995; 20:101–11. [PubMed:
7715461]
Na
30. Daley A, MacArthur C, Stokes-Lampard H, McManus R, Wilson S, Mutrie N. Partisipasi latihan, indeks
sk
massa tubuh, dan kualitas hidup terkait kesehatan pada wanita usia menopause. Praktek Br J Gen.
ah Februari 2007; 57(535): 130–5. [PubMed: 17266830]
Pe 31. Armstrong, BK.; Putih, E.; Saracci, R. Prinsip Pengukuran Paparan dalam
nul Epidemiologi. Oxford: Pers Universitas Oxford; 1994.
is 32. Daley A, Stokes-Lampard H, MacArthur C. Latihan untuk gejala menopause vasomotor. Sistem
NI Basis Data Cochrane Rev. 2011; (5): CD006108. [PubMed: 21563149]
H- 33. Moilanen JM, Mikkola TS, Raitanen JA, dkk. Pengaruh pelatihan aerobik pada gejala
PA menopause - uji coba terkontrol secara acak. Mati haid. 2012 Juni; 19(6):691–6. [PubMed:
22334056]
34. Elavsky S, Gonzales JU, Proctor DN, Williams N, Henderson VW. Efek aktivitas fisik pada gejala
vasomotor: pemeriksaan menggunakan ukuran objektif dan subjektif. Mati haid. 2012
Oktober; 19(10)::1095-103. [PubMed: 22735162]
35. Elavsky S, Molenaar PC, Emas CH, Williams NI, Aronson KR. Aktivitas fisik harian dan hot
flashes menopause: menerapkan pendekatan baru dalam pribadi untuk menunjukkan
perbedaan individu. Maturitas. 2012 Maret; 71(3):287–93. [PubMed: 22226629]
36. Yanovski JA, Yanovski SZ, Boyle AJ, dkk. Aktivitas sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal selama
latihan pada wanita Afrika-Amerika dan Kaukasia. J Clin Endokrinol Metab. 2000 Agustus; 85(8):
Na 2660–3. [PubMed: 10946862]
sk 37. Feairheller DL, Diaz KM, Sturgeon KM, Williamson ST, Brown MD. Perbedaan Ras dalam Waktu-
ah Kursus Respons Stres Oksidatif untuk Latihan Akut. J Exerc Physiol Online. 2011 Februari 1;
Pe 14(1):49– 59. [PubMed: 21691463]
nul 38. Johnson JA, Burlew BS, Stiles RN. Perbedaan ras dalam respons yang dimediasi beta-
is adrenoseptor. J Cardiovasc Pharmacol. 1995 Januari; 25(1):90–6. [PubMed:
7723360]
NI
39. Reimann M, Hamer M, Schlaich M, dkk. Respons otonom terhadap stres pada orang Afrika Hitam
H-
versus Kaukasia: studi SABPA. Psikofisiologi. 2012 April; 49(4):454–61. [PubMed: 22176778]
PA
40. Walker AJ, Bassett DR Jr, Duey WJ, dkk. Respon katekolamin kardiovaskular dan plasma terhadap
olahraga pada orang kulit hitam dan putih. Hipertensi. 1992 Okt; 20(4):542–8. [PubMed: 1398889]
41. Winnick JJ, Gaillard T, Schuster DP. Latihan resistensi secara berbeda mempengaruhi penurunan berat badan dan
metabolisme glukosa pada pasien kulit putih dan Afrika-Amerika dengan diabetes mellitus tipe 2. Etn Dis. 2008;
18(2):152–6. [PubMed: 18507266]

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 11

42. Heffernan KS, Jae SY, Fernhall B. Perbedaan ras dalam kekakuan arteri setelah latihan pada pria muda.
Apakah J Hipertensi. 2007 Agustus; 20(8):840–5. [PubMed: 17679030]
43. Beras T, An P, Gagnon J, dkk. Heritabilitas respons SDM dan BP terhadap pelatihan olahraga dalam Studi
Na Keluarga HERITAGE. Latihan Olahraga Med Sci. 2002 Juni; 34(6)::972–9. [PubMed: 12048324]

sk 44. Mansikkamaki K, Raitanen J, Nygard CH, dkk. Kualitas tidur dan pelatihan aerobik di antara wanita
ah menopause - uji coba terkontrol secara acak. Maturitas. 2012 Agustus; 72(4):339–45. [PubMed: 22673453]

Pe
45. Elavsky S, McAuley E. Aktivitas fisik dan hasil kesehatan mental selama menopause: uji
nul coba terkontrol secara acak. Ann Perilaku Med. 2007 Apr; 33(2):132–42. [PubMed:
is 17447865]
NI 46. Kemmler W, Lauber D, Weineck J, Hensen J, Kalender W, Engelke K. Manfaat Latihan Intens 2
H- Tahun Terhadap Kepadatan Tulang, Kebugaran Jasmani, dan Lipid Darah Pada Wanita Osteopenik
PA Pascamenopause Dini: Hasil Erlangen Fitness Pencegahan Osteoporosis Studi (EFOPS). Arch
Intern Med. 2004 24 Mei; 164(10)::1084–91. [PubMed: 15159265]
47. Kline CE, Sui X, Hall MH, dkk. Efek dosis-respons dari latihan olahraga pada kualitas tidur
subjektif wanita pascamenopause: analisis eksplorasi dari uji coba terkontrol secara acak. BMJ
Membuka. 2012; 2(4)

48. Tworoger SS, Yasui Y, Vitiello MV, dkk. Efek dari latihan intensitas sedang selama setahun dan
intervensi peregangan pada kualitas tidur pada wanita pascamenopause. Tidur. 2003 1 November;
26(7):830– 6. [PubMed: 14655916]
49. King AC, Oman RF, Brassington GS, Bliwise DL, Haskell WL. Latihan intensitas sedang dan kualitas tidur yang
dinilai sendiri pada orang dewasa yang lebih tua. Sebuah uji coba terkontrol secara acak. JAMA. 1997 1 Januari;

Na 277(1):32–7. [PubMed: 8980207]

50. Dunn AL, Trivedi MH, Kampert JB, Clark CG, Chambliss HO. Perawatan olahraga untuk depresi:
sk
kemanjuran dan respons dosis. Am J Sebelumnya Med. 2005 Januari; 28(1):1–8. [PubMed: 15626549]
ah
51. Leith, LM. Dasar-dasar olahraga dan kesehatan mental. Morgantown, Virginia Barat: Teknologi
Pe Informasi Kebugaran, Inc; 1994.
nul 52. Tukang kayu JS, Newton KM, Sternfeld B, dkk. Evaluasi laboratorium dan rawat jalan dari monitor
is gejala vasomotor dari Strategi Menopause Menemukan Jawaban Abadi untuk Gejala dan jaringan
NI Kesehatan. Mati haid. 2012 Juni; 19(6):664–71. [PubMed: 22228321]
H-
PA

Na
sk
ah
Pe
nul
is
NI
H-
PA

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 12

Na
sk
ah
Pe
nul
is
NI
H-
PA

Na
sk
ah
Pe
nul
is
NI
H-
PA

Na
sk
ah Gambar 1.
Pe Rekrutmen, pendaftaran, dan kepatuhan dalam uji coba MsFLASH tentang olahraga, yoga,
nul dan suplementasi omega-3 untuk gejala menopause
is
NI
H-
PA

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 13

Tabel 1

Karakteristik demografis dan klinis dasar dengan lengan latihan


Na
Latihan (N =106)
sk Aktivitas Biasa (N = 142)

n % n %
ah
Pe Usia saat skrining (tahun), rata-rata (SD) 55.8 (3.6 ) 54.2 (3.5)

nul < 50 2 1.9 10 7.0

is 50 – 54 43 40.6 69 48.6

NI 55 – 59 40 37.7 51 35.9
H- 60+ 21 19.8 12 8.5
PA
Status menopause

Pascamenopause 90 84.9 116 81.7


Transisi terlambat 15 14.2 23 16.2
Transisi awal 1 0.9 3 2.1

Balapan

putih 70 66.0 90 63.4


Amerika Afrika 27 25.5 41 28.9
Na Lainnya 9 8.5 11 7.7
sk
ah Pendidikan

Pe Ijazah SMA/GED 6 5.7 8 5.6


nul Sekolah/pelatihan setelah SMA 41 38.7 40 28.2
is Lulusan Universitas 58 54.7 94 66.2
NI
H- Status Pekerjaan

PA Pensiun atau tidak ada pekerjaan 17 16.0 18 12,7


Waktu penuh 64 60.4 91 64.1
Paruh waktu 18 17.0 17 12.0
ibu rumah tangga 2 1.9 7 4.9
Lainnya 5 4.7 9 6.3

Status pernikahan

Tidak pernah menikah 9 8.5 14 9.9


Cerai 28 26.4 27 19.0
Na
sk Janda 2 1.9 3 2.1

ah Menikah/tinggal bersama pasangan 66 62.3 97 68.3

Pe 26.8 (3.9) 26.9 (4.6)


BMI (m/kg2), rata-rata (SD)
nul
<25 35 33.0 49 34.5
is
46 43.4 59 41.5
NI 25 – 29

H- 30 25 23.6 34 23.9

PA Merokok

Tidak pernah 70 66.0 89 62,7


Masa lalu 28 26.4 36 25.4

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Sternfeld dkk. halaman 14

Latihan (N =106) Aktivitas Biasa (N = 142)

n % n %

Na Saat ini 8 7.5 16 11.3

sk Penggunaan alkohol (minuman/minggu)

ah 0 41 38.7 51 35.9
Pe 1–<7 46 43.4 62 43.7
nul 7+ 19 17.9 27 19.0
is
NI Durasi tes treadmill (min), rata-rata (SD) 9,63 (2,94) 10,26 (2,90)

H- Aktivitas biasa (langkah/menit), rata-rata (SD) 8,41 (4,52) 7,91 (4,08)


PA
Kesehatan yang dilaporkan sendiri

Bagus sekali 16 15.1 24 16.9


Baik sekali 47 44.3 70 49.3
Bagus 40 37.7 40 28.2
Adil 2 1.9 8 5.6

Pusat klinis

Indianapolis 34 32.1 48 33.8


Na
Oakland 33 31.1 44 31.0
sk
39 36.8 50 35.2
ah Seattle

Pe
nul
is
NI
H-
PA

Na
sk
ah
Pe
nul
is
NI
H-
PA

Mati haid. naskah penulis; tersedia di PMC 2015 01 April.


Meja 2

Perubahan gejala vasomotor dengan latihan lengan


St
er
Olahraga Aktivitas Biasa Perbedaan nfe
Niat untuk Mengobati Analisis1 n Rata-rata (95% n Rata-rata (95% CI) Rata-rata (95% CI) nilai-p2 ld
CI)
dk
k.
Hot flashes / hari3 0,434

Dasar 106 7.3 (6.7, 7.9) 142 8.0 (7.3, 8.7) 0,7 (−1,6, 0,2)
Minggu 6 – baseline 102 2.0 (−2.6, 1.4) 133 2.0 (−2.5, 1.4) 0,1 (−0,9, 0,7)
Minggu 12 – baseline 101 2.4 (−3.0, 1.7) 135 2.6 (−3.2, 2.0) 0,2 (−0,6, 1,1)
Ma
ti
Mengganggu (1-4) 0,745
hai
d. Dasar 106 2.9 (2.8, 3.0) 142 3.0 (2.9, 3.1) 0,1 (−0,2, 0,0)
na
sk Minggu 6 – baseline 102 0,4 (−0,5, 0,3) 132 0,4 (−0,5, 0,3) 0,0 (−0,1, 0,1)
ah
Minggu 12 – baseline 100 0,5 (−0,6, 0,4) 133 0,5 (−0,6, 0,4) 0,0 (−0,1, 0,2)
pe
nul
is; Analisis Sensitivitas4 n Latihan Berarti (95% CI) n Rata-rata Aktivitas Biasa (95% CI) Selisih Rata-rata (95% CI) nilai-p2
ter
se
dia Hot flashes / hari3 0,708
di
P Dasar 106 7.3 (6.7, 7.9) 142 8.0 (7.3, 8.7) 0,7 (−1,6, 0,2)
M Minggu 6 – baseline 79 1.9 (−2.6, 1.2) 133 2.0 (−2.5, 1.4) 0,0 (−0,9, 0,9)
C
20 Minggu 12 – baseline 74 2.5 (−3.2, 1.7) 135 2.6 (−3.2, 2.0) 0,1 (−0,8, 1,1)
15
01 Mengganggu (1-4) 0,628
Ap
ril. Dasar 106 2.9 (2.8, 3.0) 142 3.0 (2.9, 3.1) 0,1 (−0,2, 0,0)
Minggu 6 – baseline 79 0,4 (−0,5, 0,3) 132 0,4 (−0,5, 0,3) 0,0 (−0,1, 0,2)

Minggu 12 – baseline 74 0,5 (−0,6, 0,4) 133 0,5 (−0,6, 0,4) 0,0 (−0,2, 0,2)

1
mencakup semua peserta dengan tindakan tindak lanjut, terlepas dari kepatuhan terhadap intervensi

2
nilai-p dari kontras yang membandingkan latihan vs. aktivitas biasa dalam pengukuran berulang Model hasil linier sebagai fungsi dari kelompok intervensi, pusat klinis, kunjungan (minggu 6 atau 12), intervensi omega-3
tugas, dan nilai hasil dasar. Nilai p <0,025 dianggap signifikan secara statistik ketika memperhitungkan 2 perbandingan hasil utama yang menarik.3

nilai frekuensi hot flash diubah log untuk pemodelan


4
hanya mencakup peserta dengan 80% total kehadiran sesi untuk interval waktu tertentu

hal
am
an
15
Tabel 3

Perubahan frekuensi gejala vasomotor dari awal hingga minggu ke-12 oleh kelompok latihan: analisis subkelompok berdasarkan karakteristik dasar yang dipilih
St
er
Olahraga Aktivitas Biasa nfe
ld
dk
Ciri n Perbedaan1 n Perbedaan1 % Mengubah2 (95% CI) p untuk interaksi3
k.
IMT (kg/m2) 0,375

< 25 33 2.27 49 3.10 3.5 (−20.5, 17.1)

25 - <30 43 2.67 53 2.40 7,5 (−24.0, 12.6)

30 25 1.96 33 2.19 1.2 (−21.6, 24.3)


Ma
ti
hai Durasi Treadmill GXT 0,056
d. 8,5 menit 37 2.07 36 2.95 7.6 (−12.0, 31.5)
na
sk 8.5 –11 menit 31 2.06 54 2.97 3.5 (−22.5, 20.1)
ah
pe > 11 menit 33 2.98 45 1.88 16.2 (−31.8, 3.0)
nul
is; Balapan 0,028
ter
se Amerika Afrika 27 2.38 38 3.64 18.4 (−7.2, 50.9)
dia putih 66 2.30 86 2.07 14.5 (−26.1, 1.0)
di
P
M Usia 0,939
C
< 55 41 3.07 74 2.42 10.1 (−24.8, 7.5)
20
15 55 60 1.88 61 2.83 0.1 (−14.2, 18.7)
01
Ap
0,338
ril. Kesehatan yang Dilaporkan Sendiri

Luar biasa / VG 60 2.37 90 2.46 9.2 (−21.6, 5.2)

Baik / Adil 40 2.39 45 2.89 2.9 (−16.3, 26.6)

Hot Flashes/hari 0.192

<9 71 1.40 87 1.73 4.6 (−19.0, 12.5)

9 30 4.63 48 4.19 13.6 (−29.4, 5.9)

Langkah Pedometer/mnt 0,379

<7 39 1.91 64 2.39 6.8 (−22,7, 12,5)

7 55 2.64 63 2.74 3.7 (−17.7, 12.8)

1 hal
Minggu 12 – perbedaan dasar am
an
16
2
persentase perubahan hot flashes dalam kelompok latihan relatif terhadap kelompok aktivitas biasa

3
interaksi p-nilai untuk variabel kontinu dihitung dari istilah interaksi antara variabel subkelompok kontinu yang diminati dan kelompok perlakuan dalam model
terpisah.
St
er
nfe
ld
dk
k.

Ma
ti
hai
d.
na
sk
ah
pe
nul
is;
ter
se
dia
di
P
M
C
20
15
01
Ap
ril.

hal
am
an
17
Tabel 4

Perubahan hasil sekunder (tidur dan suasana hati) dengan latihan lengan
St
er
Olahraga Aktivitas Biasa Perbedaan nfe
Niat untuk Mengobati Analisis1 n Rata-rata (95% n Rata-rata (95% CI) Rata-rata (95% CI) nilai-p2 ld
CI)
dk
k.
ISI Tidur 0,025
Dasar 104 11.5 (10.4, 12.7) 140 12.2 (11.4, 13.1) 0,7 (−2.1, 0.7)

Minggu 12 – baseline 80 4.0 (−5.1, 2.9) 130 3.1 (−3.9, 2.4) 0.9 (−2.2, 0.4)

Ma PSQI Tidur 0,007


ti Dasar 103 7.8 (7.1, 8.5) 139 8.4 (7.8, 8.9) 0,6 (−1,4, 0,2)
hai
d. Minggu 12 – baseline 79 2.4 (−3.1, 1.7) 131 1.6 (−2.1, 1.1) 0,8 (−1,6, 0,0)
na
sk Depresi (PHQ-8) 0,028
ah
pe Dasar 105 4.0 (3.2, 4.8) 140 4.1 (3.5, 4.6) 0.1 (−1.1, 0.9)
nul
is; Minggu 12 – baseline 78 0.9 (−1.6, 0.1) 133 0,1 (−0,5, 0,7) 1.0 (2.0, 0.0)
ter
se Kecemasan (GAD-7) 0,156
dia
di Dasar 106 3.4 (2.6, 4.2) 142 3.0 (2.5, 3.5) 0,4 (−0,5, 1,3)
P Minggu 12 – baseline 82 0,8 (−1,6, 0,1) 135 0,1 (−0,7, 0,4) 0,7 (−1,6, 0,2)
M
C 1
20 mencakup semua peserta dengan tindakan tindak lanjut, terlepas dari kepatuhan terhadap intervensi
15
01 2
p-nilai dari kontras membandingkan latihan vs aktivitas biasa dalam model linier hasil sebagai fungsi dari kelompok intervensi, pusat klinis, tugas intervensi omega-3, dan nilai hasil awal.
Ap
Nilai p <0,0125 dianggap signifikan secara statistik ketika memperhitungkan 4 perbandingan hasil sekunder yang menarik.3
ril.
nilai frekuensi hot flash diubah log untuk pemodelan

hal
am
an
18

Anda mungkin juga menyukai