Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hamil merupakan sesuatu yang di tunggu oleh pasangan suami istri, tentunya dengan ha
mil kita juga harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelahiran sang buah hati nantinya,
persiapan yang tidak kalah penting adalah kesiapan sang ibu dan kesehatan sang ibu, jika ibu
sehatlah akan melahirkan bayi yang sehat pula. Oleh karena itu, agar proses kehamilan dan
persalinan lancar maka bisa dilakukan dengan melakukan senam hamil (Pramitasari Roischa,
2009). Senam hamil merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan atau
prenatal care yang bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot sehingga dapat dimanfaatkan
secara optimal dalam persalinan normal. Bila dicermati lebih lanjut, sebenarnya dalam gerakan
senam hamil terkandung efek relaksasi yang dapat menstabilkan emosi ibu hamil. Melalui senam
hamil ibu hamil akan diajarkan cara mengurangi kecemasan dan mengurangi rasa takut dengan
cara relaksasi fisik dan mental, serta mendapatkan informasi yang mempersiapkan mereka untuk
mengalami apa yang akan terjadi selama persalinan dan kelahiran.
Angka kematian ibu baik di dunia maupun di Indonesia akibat komplikasi persalinan
masih cukup tinggi, menurut WHO tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat
persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di
negaranegara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang 1 merupakan
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran (Puspitasari, Arum,2013).
Menurut Depkes pada tahun 2010, penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait
kehamilan dan persalinan adalah perdarahan (28%). Sebab lain, yaitu eklampsi (24%), infeksi
(11%), partus lama (5%), dan abortus (5%) (Depkes,RI,2014). Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata
angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian
ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu (SDKI,2012).
Menurut data Derajat Kesehatan Propinsi Jawa Timur Angka Kematian Ibu akibat persalinan di
Ponorogo adalah 98.823 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa Timur,2012). Menurut data
Sasaran dan Cakupan Ibu Hamil sampai dengan bulan Desember 2014 di wilayah Jenangan yaitu:
data sasaran ibu hamil 533 dan untuk data K1 421 ibu hamil (79,01%), data K4 410 ibu hamil
(76,95%) (Dinkes Ponorogo,2014). Angka Kematian Ibu ini menunjukkan kemampuan dan
kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam
memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Tingginya AKI dan lambatnya penurunan
angka ini menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk
ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Dari data di atas penyebab
tingginya AKI adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang cara perawatan diri selama kehamilan
agar memperlancar proses persalinannya. Salah satu cara perawatan diri selama kehamilan adalah
senam hamil (Yuliarti, 2009). Sedangkan dari data ibu hamil primigravida di Wilayah Puskesmas
Jenangan pada bulan Desember 2014 yang berjumlah 30 orang telah dilakukan study
pendahuluan 6 dari 10 primigravida memiliki pengetahuan yang kurang tentang senam hamil.
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik atau mental
pada saat persalinan agar dapat berlangsung dengan cepat, aman dan spontan (Sarwono, 2006).
Senam hamil juga merupakan suatu program bagi ibu hamil sehat untuk menjaga kondisi fisik ibu
dengan menjaga otot- otot dan persendian. Misalnya di Amerika Serikat banyak sekali wanita
hamil yang sudah mengerti dan mau melakukan senam hamil, salah satu metode senam hamil
yang saat ini sedang ramai diperbincangkan adalah metode philates yang ditemukan Joseph
Philates (Brock, Katie, 2007).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
Bagaimanakah persepsi primigravida tentang senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan
kecil?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui persepsi primigravida tentang senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Jembatan Kecil.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Mengembangkan pengetahuan tentang persepsi primigravida tentang senam hamil dengan
latihan gerak untuk mempersiapkan fisik atau mental ibu hamil agar dalam persalinan
berlangsung dengan cepat, aman dan spontan (Sarwono, 2006).
2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman untuk
melakukan penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi
peneliti dalam memberikan pelayanan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Senam Hamil
Senam hamil adalah latihan fisik berupa beberapa gerakan tertentu yang dilakukan
khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil (Mandriwati, 2008). Senam hamil adalah terapi
latihan gerak yang diberikan kepada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik
maupun mental untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang cepat, aman dan spontan
(Huliana, 2001). Senam hamil adalah sebuah program berupa latihan fisik yang sangat penting
bagi calon ibu untuk mempersiapkan persalinannya (Indiarti, 2008). Dapat disimpulkan bahwa
senam hamil adalah latihan fisik ringan sesuai dengan indikasi kehamilan yang bertujuan untuk
relaksasi dan persiapan saat persalinan.

B. Tujuan Senam
Hamil Senam hamil sangat bermanfaat untuk dilakukan selama kehamilan. Berlatih senam hamil
pada masa kehamilan dapat membantu melatih pernafasan dan membuat ibu hamil merasa relaks
sehingga memudahkan adaptasi ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan (Ayodya, 2015).
Menurut Mochtar (2006) tujuan senam hamil dibagi menjadi tujuan secara umum dan khusus,
tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Tujuan umum senam hamil adalah melalui latihan senam hamil yang teratur dapat dijaga
kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam mekanisme persalinan, mempertinggi
kesehatan fisik serta kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi
persalinan dan membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis.
2. Tujuan khusus senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot
dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan yang berperan dalam mekanisme
persalinan, melenturkan persendian-persendian yang berhubungan dengan proses persalinan,
membentuk sikap tubuh yang prima sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan,
letak janin dan mengurangi sesak napas, menguasai teknik-teknik pernapasan dalam
persalinan dan dapat mengatur diri pada ketenangan. Menurut Mandriwati (2008) tujuan
senam hamil adalah:
1. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamenligamen,
otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan.
2. Membentuk sikap tubuh, sikap tubuh yang baik selama kehamilan dan persalinan dapat
mengatasi keluhan-keluhan umum pada wanita hamil, mengharapkan letak janin normal,
mengurangi sesak nafas akibat bertambah besarnya perut.
3. Menguasai teknik-teknik pernafasan yang mempunyai peranan penting dalam persalinan
dan selama hamil untuk mempercepat relaksasi tubuh yang diatasi dengan napas dalam,
selain itu juga untuk mengatasi rasa nyeri pada saat kontraksi.
4. Menguatkan otot -otot tungkai, mengingat tungkai akan menopang berat tubuh ibu yang
semakin lama makin berat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
5. Mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah balik (vena) secara segmental yang
tak jarang terjadi pada ibu hamil.
6. Memperpanjang nafas, karena seiring bertambah besarnya janin maka dia akan mendesak
isi perut ke arah dada. Hal ini akan membuat rongga dada lebih sempit dan nafas ibu
tidak bisa optimal. Dengan senam hamil maka ibu akan dapat berlatih agar nafasnya lebih
panjang dan tetap relaks.
7. Latihan pernafasan khusus yang disebut penting quick breathing terutama dilakukan
setiap saat perut terasa kencang.
8. Latihan mengejan, latihan ini khusus utuk menghadapi persalinan, agar mengejan secara
benar sehingga bayi dapat lancar keluar dan tidak tertahan di jalan lahir.
9. Mendukung ketenangan fisik
Menurut Mandriwati (2008) manfaat senam hamil adalah:
1. Mengatasi sembelit (konstipasi), kram dan nyeri punggung.
2. Memperbaiki sirkulasi darah
3. Membuat tubuh segar dan kuat dalam aktivitas sehari-hari.
4. Tidur lebih nyenyak.
5. Mengurangi risiko kelahiran prematur.
6. Mengurangi stress.
7. Membantu mengembalikan bentuk tubuh lebih cepat setelah melahirkan.
8. Tubuh lebih siap dan kuat di saat proses persalinan.
9. Bertemu dengan calon ibu lain bila ibu melakukan senam hamil.
C. Syarat Melakukan Senam
Hamil Menurut Mandriwati (2008) syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan senam hamil
adalah:
1. Kehamilan berjalan normal
2. Diutamakan pada kehamilan pertama atau kehamilan berikutnya yang mengalami kesulitan
persalinan.
3. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan.
4. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu.
5. Jangan membiarkan tubuh ibu kepanasan dalam jangka waktu panjang, istirahatlah sejenak.
6. Gunakan bra yang cukup baik untuk olah raga dan semacam decker yang bisa menyokong
kaki.
7. Minum cukup air 8. Perhatikan keseimbangan tubuh (kehamilan mengubah keseimbangan
tubuh Ibu)
8. Lakukan olahraga sesuai porsi dan jangan berlebihan. Jika terasa pusing, kram, lelah atau
terlalu panas, istirahat saja.

D. Persalinan
Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal
persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi sehat. Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). Persalinan adalah suatu proses yang dimulai
dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks,
kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Rohani,
2011). Persalinan normal adalah proses keluarnya janin, plasenta dan selaput ketuban dengan cara
alamiah melalui jalan lahir tanpa adanya penyulit saat persalinan maupun setelah bayi lahir.

E. Kesiapan Persalinan
Memasuki trimester ketiga ibu hamil seringkali merasakan ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan
akibat terjadinya perubahan fisik pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang muncul
pada masa kehamilan, sehingga bidan dapat memberikan asuhan kebidanan dengan melakukan
intervensi senam hamil selama kehamilan. Senam hamil dapat membantu mempersiapkan kondisi
fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinannya (Eli, 2015), selain kondisi fisik ibu yang
semakin membesar. Kondisi yang membuat ibu tidak nyaman adalah ketika pemikirannya
dihantui rasa cemas yang berlebihan dalam mempersiapkan persalinan. Khawatir yang berlebih
yang membuat ibu hamil semakin merasa tidak nyaman akan menghambat persalinan, seharusnya
ibu hamil memiliki persiapan fisik menjelang persalinan. Walaupun tidak dapat disembunyikan
lagi menunggu kehadiran buah hati memang merupakan kondisi yang mendebarkan. Dengan
melakukan persiapan persalinan maka akan membuat diri lebih dikelola dan dapat dipersiapkan
dengan baik menjelang persalinan.
Kesiapan menurut Slameto (2003) adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu
yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap
suatu situasi dan kondisi yang dihadapi. Menurut Dalyono (2005), kesiapan adalah kemampuan
yang cukup baik fisik, mental dan perlengkapan. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan
kesehatan yang baik. Kata siap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tahun 2001 berarti
sudah sedia dan persiapan sendiri memiliki arti perbuatan bersiap-siap atau mempersiapkan
tindakan untuk sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut persiapan persalinan adalah suatu
perbuatan bersiap-siap atau mempersiapkan segala sesuatu untuk proses persalinan. Hal ini dapat
tercapai dengan persiapan ibu dalam menghadapi persalinannya yang meliputi kesiapan fisik.
Persiapan persalinan menurut Bobak, Lowdermild, Jensen (2004) yaitu persiapan fisik. Selama
kehamilan akan ada perubahan secara fisik yang akan dialami oleh seorang ibu. Perubahan ini
dapat menyebabkan ketidaknyamanan, terutama pada trimester ketiga yang juga berpengaruh
pada persalinan (Alfie, 2016). Proses persalinan adalah proses yang banyak melelahkan, untuk itu
perlunya dilakukan persiapan fisik semenjak kehamilan memasuki bulan ke 8 kehamilan, hal ini
disebabkan persalinan bisa terjadi kapan saja. Persiapan fisik berkaitan dengan masalah kondisi
kesehatan ibu, dimana ibu perlu menyiapkan kondisi fisik dengan melakukan aktivitas fisik
sehari-hari seperti melakukan jalan santai di pagi hari, menyapu, mengepel, berolahraga
maksimal 30 menit serta untuk ibu hamil yang berpergian dengan alat transportasi secara mandiri
dianjurkan dengan jarak yang dekat. Persiapan fisik berupa kebersihan badan saat hamil dan
menjelang persalinan karena bermanfaat jika dengan mandi, membersihkan rambut, menggosok
gigi serta memperhatikan penggunaan pakaian dalam akan mengurangi kemungkinan adanya
kuman yang masuk selama hamil dan proses persalinan serta dapat membuat ibu merasa nyaman
dan mampu mengurangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan. Mengkonsumsi makanan bergizi
seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan minum yang cukup banyak minimal 8 gelas
setiap harinya, serta rutin mengkonsumsi suplemen ibu hamil dan mengkonsumsi susu ibu hamil.
Ibu hamil juga perlu menjaga pola istirahat dengan tidur dengan posisi miring kiri untuk
meningkatkan aliran darah dan nutrisi ke janin serta mengurangi aliran darah ke jantung ibu.
Tetap beristirahat yang cukup dengan tidur malam selama 7 sampai 8 jam setiap hari dan tidur
siang 1 sampai 2 jam setiap hari. Hal tersebut dimaksudkan bahwa dengan aktivitas fisik,
kebersihan diri, pola nutrisi dan pola istirahat yang baik, energi dan tenaga untuk menghadapi
persalinan nanti diharapkan cukup baik dan dapat membantu proses persalinan agar lancar dan
cepat, ibu juga tidak anemia dan mengalami lemas kehabisan energi, karena proses persalinan
bisa berbeda-beda waktunya pada setiap orang, ada yang lama, ada yang cepat, dan umumnya
melelahkan (Isnandi, 2009). Selain hal diatas ibu perlu memahami gambaran jelas dan sistemis
tentang jalannya persalinan, mengetahui teknik mengedan dan bernafas yang baik, harus menjaga
kebersihan badan dan kesesuaian pakaian. Persiapan fisik lain yang perlu diperhatikan adalah
dengan melakukan olah raga misalnya senam hamil, karena seorang perempuan memerlukan fisik
yang prima untuk melahirkan. Kondisi prima ini ada hubungannya juga dengan ada atau tidaknya
penyakit berat yang diidap oleh calon ibu. Jika ditemukan riwayat darah tinggi atau asma berat,
misalnya, berarti tidak bisa dilakukan persalinan normal. sehingga sejak awal kehamilan, sudah
harus direncanakan kelahiran dengan operasi (Iskandar, 2007).
Senam hamil ini hanya bisa dilakukan ketika kandungan berusia 22-36 minggu, namun
yang perlu diperhatikan, tidak semua kondisi ibu hamil dapat melakukan treatment ini, sehingga
disarankan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter pendamping kandungan. Ada dua
tipe kondisi wanita yang tidak bisa melakukan senam hamil, yaitu yang bersifat relatif (riwayat
kebidanan buruk, janin kembar, menderita diabetes, letak bayi sungsang). Sementara yang
bersifat mutlak tidak boleh dilakukan senam hamil adalah (menderita penyakit jantung,
hipertensi, risiko kelahiran prematur). Latihan senam ini harus dihentikan jika terjadi keluhan
nyeri di bagian dada, nyeri kepala, dan nyeri persendian, kontraksi rahim yang sering, keluar
cairan, denyut jantung meningkat > 140/menit, kesulitan untuk berjalan, dan mual, serta muntah
yang menetap. Senam hamil dibagi menjadi empat tahap berdasarkan usia kandungan. Tahap
pertama (usia kehamilan 22-25 minggu), tahap kedua (usia kehamilan 26-30 minggu), tahap
ketiga (31-35 minggu) dan tahap keempat (36-melahirkan) (Indarti, 2008). Persiapan fisik yang
lain adalah rutinitas dalam memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan. Setiap trimester masa
kehamilan memiliki proses tersendiri, karena itu penting bagi ibu hamil mengetahui pertanyaan
apa saja yang tepat diajukan setiap kali berkonsultasi ke dokter atau bidan berkaitan dengan
kondisi kehamilannya. Bagi ibu yang baru pertama kali hamil, umumnya baru bisa merasakan
gerakan janin di sekitar usia kehamilan 18 minggu. Bagi yang sudah pernah hamil, akan terasa
lebih awal, misalnya usia 16 minggu.
Gerakan janin pada awalnya hanya berupa getaran kecil. Ibu hamil trimester 1 dan 2
dianjurkan dapat memeriksakan kehamilannya setiap satu bulan sekali, dan untuk trimester 3
dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya 2 minggu sekali (Sjafriani, 2007). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesiapan dan sarana persalinan yaitu:
1. Pendidikan Menurut Notoatmodjo (dalam Nursalam dan Pariani, 2005) pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang akan pola hidup. Senam hamil dapat
memberikan efek yang optimal apabila dilakukan secara rutin yaitu satu minggu sekali
dengan bantuan instruktur dan dilakukan secara mandiri sekurangkurangnya tiga kali dalam
seminggu. Umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuan,
pemahaman dan kepedulian terhadap sesuatu hal akan cenderung meninggi. Begitu pula
sebaliknya, semakin berpendidikan maka tingkat pengetahuannya semakin tinggi dan
tentunya akan memiliki pengaruh terhadap kesiapan persalinannya.
2. Umur Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, selain itu individu pada usia
madya akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
3. Keadaan ekonomi Keadaan ekonomi tentunya akan sangat berperan dalam menyiapkan
sarana persalinan, termasuk didalamnya biaya persalinan dan biaya perlengkapan ibu maupun
bayi. Orang dengan status ekonomi tinggi tentunya dapat menyiapkan segala sesuatu yang
terbaik untuk kelahiran anaknya. Mereka dapat memilih segala sesuatu yang terbaik, baik itu
dari pemilihan tempat bersalin sampai pada perlengkapan persalinannya dan tentunya biaya
rujukan jika terjadi komplikasi sudah mereka miliki. Berbeda dengan mereka yang memiliki
sosial ekonomi rendah atau tidak mampu, mereka hanya dapat mempersiapkan sarana
persalinan semampu mereka atau bahkan jika mereka tidak mampu, mereka tidak akan
menyiapkan sama sekali (Santi, 2007).
4. Sosial budaya Faktor sosial budaya yang dimaksud adalah menyangkut kepercayaan
masyarakat tentang persiapan persalinan. Banyak mitos yang beredar dimasyarakat tentang
hal ini. Salah satunya dilarang menyiapkan perlengkapan bayi sebelum kehamilan mencapai
usia tujuh bulan, karena ditakutkan dapat terjadi sesuatu pada kehamilannya. Ketakutan ini
disebut dengan istilah pamali. Bila dipikirkan secara rasional hal ini bertujuan agar ibu tidak
terlalu lelah untuk mempersiapkan perlengkapan persalinannya karena sebelum usia
kehamilan tujuh bulan, kehamilan dianggap masih rawan untuk terjadi keguguran. Namun
jika kehamilan tersebut akan berlanjut dan calon ayah dan ibu belum juga mempersiapkan
perlengkapan bayinya, tentunya akan sangat merepotkan bila perlengkapan bayi baru
disiapkan apabila bayi tersebut telah lahir. Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan
fisik setiap ibu. Perencanaan kehamilan yang sehat harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik, maka akan berdampak positif pada kondisi
janin dan adaptasi fisik dari ibu menjadi lebih baik (Juli, 2016).

F. Hubungan Senam Hamil dengan Kesiapan Menghadapi Persalinan


Senam hamil berfungsi untuk memperkuat dan melenturkan otot-otot dinding perut dan
otot dasar panggul pada proses persalinan serta memberikan rasa relaks pada tubuh untuk
mengatasi rasa sakit akibat persalinan (Suwignyo, 2011). Latihan fisik selama kehamilan akan
menguntungkan baik secara fisik, mengingat perasaan takut dan cemas dalam menghadapi
persalinan dapat menimbulkan ketegangan jiwa dan fisik, yang dapat menyebabkan otot-otot dan
persendian menjadi kaku sehingga berjalan tidak wajar. Senam hamil bermanfaat untuk
mempertahankan dan mengoptimalkan keseimbangan fisik, menghilangkan keluhan yang terjadi
karena perubahan-perubahan akibat proses kehamilan, dan mempermudah proses persalinan.
Senam hamil hanya boleh dilakukan setelah umur kehamilan telah memasuki usia lebih dari 3
bulan atau trimester kedua, mengingat sebelum usia janin dalam kandungan menginjak trimester
kedua pelekatan janin dalam uterus belum terlalu kuat sehingga dapat menimbulkan abortus atau
kematian janin dalam kandungan (Abdullah, 2010).
Latihan senam hamil apabila dilakukan dengan baik dan teratur maka akan dapat
memberikan hasil yang optimal. Disamping mengikuti latihan secara terpimpin dengan bantuan
instruktur yang terlatih, senam hamil juga dapat dilakukan sendiri di rumah dengan mengikuti
pedoman yang ada serta memperhatikan kondisi dan syaratsyarat melakukan senam hamil di
rumah. Senam hamil tidak hanya sekedar dilakukan namun benar-benar mengikuti prosedur dan
waktu latihan yang telah dianjurkan (Widdowson, 2002).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Senam hamil adalah latihan fisik berupa beberapa gerakan tertentu yang dilakukan
khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil.
Hamil Senam hamil sangat bermanfaat untuk dilakukan selama kehamilan. Berlatih senam hamil
pada masa kehamilan dapat membantu melatih pernafasan dan membuat ibu hamil merasa relaks
sehingga memudahkan adaptasi ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai