Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP SENAM HAMIL DAN PERSIAPAN USG

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANI DWI SISWANTI

NIM : 21010056

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PANGKAL PINANG

KELAS RPL

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas mengenai
senam hamil dan persiapan USG.

Dalam penyusunan makalah ini,saya mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak,untuk itu dalam kesempatan ini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembanga ilmu pengetahuan dan
semua pihak yang membacanya.

Sungailiat,25 Nove

Ani Dwi Siswanti


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...….2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………3

A. Latar belakang………………………………………………………………………..3
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………5
C. Tujuan………………………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….6

A. Konsep Senam Hamil………………………………………………………………..6


B. Persiapan USG……………………………………………………………………...12

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………...17

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………17
B. Saran………………………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan
bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir (Depkes, 2009).
Dan pada setiap materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi ibu hamil. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan senam
hamil. Senam hamil merupakan terapi latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil
untuk mempersiapkan dirinya baik fisik maupun mental dalam menghadapi
persalinan. Ibu hamil sangat membutuhkan tubuh yang sehat dan bugar.
Oleh karena itu, selain makan secara teratur, ibu hamil harus cukup istirahat
dan berolahraga sesuai dengan kebutuhannya, salah satu olahraga yang baik untuk ibu
hamil adalah senam hamil. Senam hamil sangat diperlukan oleh setiap ibu hamil,
karena senam hamil dapat membuat tubuh yang bugar dan sehat, dan dapat membuat
ibu hamil tetap mampu menjalankan aktivitas sehari–hari, sehingga stres akibat rasa
cemas menjelang persalinan akan dapat diminimalkan (Indiarti,M.T. 2008 : 80).
Namun banyak ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil. dikarenakan ragu-ragu
dan takut akan kehamilannya jika melakukansenam hamil. Padahal senam hamil
sangat penting dalam masa kehamilan, karena memperlancar proses persalinan.
Tingginya angka kematian ibu (AKI) menempatkan Indonesia pada urutan
teratas di Asean. Departemen Kesehatan menyebutkan angka kematian ibu di
Indonesia tahun 2012 mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung
kematian ibu yaitu 28% karena perdarahan, eklamsia 24%, komplikasi puerperium
8%, abortus 5%, partus eklamsia 24%, trauma obstetrik 3%, lain-lain 11%.
(Mengatasi Keluhan Hamil, 2008). Word Health Organization (WHO) tahun 2004
memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi
komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta mengancam jiwanya (DEPKES
RI,2004).
Latihan senam hamil yang dilakukan secara teratur baik ditempat latihan
maupun di rumah dalam waktu senggang dapat menuntun ibu hamil ke arah
persalinan yang fisiologis selama tidak ada keadaan patologis yang menyertai
kehamilan. Ibu hamil yang melakukan senam hamil secara teratur selama masa
kehamilannya dilaporkan dapat memberikan keuntungan pada saat persalinan yaitu
pada masa kala aktif (kala II) menjadi lebih pendek, mencegah terjadinya letak
sungsang dan mengurangi terjadinya kejadian sectio caesaria. (Harian Suara Merdeka,
2008). Jika tidak melakukan senam hamil dapat mengakibatkan perasaan tegang saat
kehamilan atau persalinan dapat timbul, system tubuh akan terhalang dan
mempengaruhi persediaan oksigen untuk otot-otot maupun organ tubuh dan bayi.
Perasaan tegang saat persalinan juga dapat membuat proses persalinan terhambat.
(Roseneil,2013:75). Pergerakan dan latihan senam kehamilan tidak saja
menguntungkan sang ibu, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan bayi
yang dikandungan. Pada saat bayi mulai dapat bernafas sendiri, maka oksigen yang
mengalir kepadanya melalui plasenta, yaitu dari aliran darah ibunya kedalam aliran
darah bayi yang dikandung. Senam kehamilan akan menambah jumlah oksigen dalam
darah diseluruh tubuh sang ibu dan karena itu aliran oksigen kepada bayi melalui
plasenta juga akan menjadi lebih lancar. Dikalangan wanita hamil yang melakukan
senam hamil juga lama persalinan kala II nya juga bermakna lebih singkat dari pada
yang tidak melakukan senam hamil. Secara statistik resiko relatifnya 0,125; artinya
resiko partus lama pada ibu yang melakukan senam hamil 0,125 kali dibandingkan
dengan ibu yang tidak melakukan senam hamil.(Supratmaja, 2005 :120).
Dengan melakukann latihan atau gerakan yang dilakukan dalam senam hamil
akan memiliki tujuan dan manfaat tertentu seperti yang dikemukakan oleh Mellyna
Huliana ,2004 menyatakan bahwa senam hamil mempunyai tujuan mempersiapkan
mental ibu hamil yaitu tercapainya ketenangan rohani dan terbentuknya kepercayaan
diri. Pada wanita hamil, selama pengawasan antenatal diperiksa tentang kehamilanya
dan diberikan nasehat-nasehat serta dibeberapa rumah sakit telah dilakukan senam
hamil. Sesungguhnya senam hamil bukanlah suatu hal yang aneh dan luar biasa
karena wanita-wanita di negara maju sangat menyukai senam dan latihan fisik, baik
saat hamil maupun diluar kehamilan, untuk menjaga kondisi fisik dan mentalnya. Di
Indonesia hal ini baru disadari oleh sekelompok masyarakat kota–kota besar yang
modern dan maju demikian pula halnya, dengan latihan senam hamil (Mochtar,
2010:56).
B. Rumusan Masalah
1. Konsep senam hamil
2. Persiapan usg
C. Tujuan
1. Bagaimana konsep senam hamil
2. Bagaimana persiapan melakukan USG
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Senam Hamil


1. Definisi
 Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi ibu
hamil. Oleh karena itu senam hamil memiliki prinsip gerakan khusus
yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Latihan pada senam hamil
dirancang khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil,
mengurangi keluhan yang timbul selama kehamilan serta
mempersiapkan fisik dan psikis ibu dalam menghadapi persalinan.
Tujuan dari program senam hamil adalah membantu ibu hamil agar
nyaman, aman dari sejak bayi dalam kandungan hingga lahir. Senam
hamil merupakan latihan relaksasi yang dilakukan oleh ibu yang
mengalami kehamilan sejak 23 minggu sampai dengan masa kelahiran
dan senam hamil ini merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan
selama kehamilan (prenatal care) (Manuaba. 2015).
 Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan
mempertahankan elastisitas dinding perut, ligamen-ligamen, otot-otot
da-sar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan (Yuliarti,
2014).
 Senam hamil adalah terapi latihan gerak yang diberikan kepada ibu
hamil untuk mem-persiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun
men-tal untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang cepat,
aman dan spontan (Huliana. 2015).
 Senam hamil menurut Viscera (1995) merupakan salah satu kegiatan
da-lam pelayanan selama kehamilan (prenatal care) yang akan
memberikan suatu hasil produk kehamilan atau outcome persalinan
yang lebih baik, dibandingkan pada ibu hamil yang tidak melakukan
senam hamil (Dewi dan Sunarsih. 2013).
2. Tujuan Senam Hamil
 Tujuan umum, yaitu: melalui senam hamil yang teratur dapat
dijaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam
proses mekanisme persalinan, mempertinggi kesehatan fisik
dan psikis serta ke-percayaan pada diri sendiri dan penolong
dalam menghadapi persalinan, dan membimbing wanita
menuju suatu persalinan yang fisiologis.
 Tujuan khusus, yaitu: memperkuat dan mempertahankan
elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul,
ligament dan jaringan yang berperan dalam mekanisme
persalinan, melonggarkan persendian yang berhubungan
dengan proses persalinan, membentuk sikap tubuh yang prima,
sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak
janin dan mengurangi sesak nafas, menguasai teknik pernafasan
dalam persalinan, dan dapat mengatur diri kepada ketenangan.
3. Manfaat Senam Hamil
 Barbara Hoisteni dalam Widianti (2013) menyebutkan manfaat senam
hamil sebagai berikut :
 Memperbaiki sirkulasi
 Meningkatkan keseimbangan otot-otot
 Mengurangi bengkak-bengkak
 Mengurangi risiko gangguan gastrointestinal, termasuk
sembelit
 Mengurangi kejang kaki
 Menguatkan otot perut
 Mempercepat penyembuhan
 Program senam hamil yang baik juga dapat memperbaiki postur tubuh
karena pengaruh rahim dan perut yang mengembang sehingga me-
nyebabkan daerah pelvis bergeser ke depan. Gerakan-gerakan senam
un-tuk mengencangkan otot-otot pantat, punggung, bahu, perut akan
menja-ga penampilan dan mengurangi kemungkinan terjadinya
berbagai gangguan akibat postur tubuh kurang sehat (Widianti, 2013).
4. Syarat Senam Hamil
 Menurut Anggraeni (2010), ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan oleh ibu hamil sebelum mengikuti senam hamil,yaitu:
 telah dil-akukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh
dokter atau bidan
 latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai lebih dari 23
minggu
 latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas
kemampuan fisik ibusebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit
atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur senam hamil.
 menurut Canadian Society for Exercise Physiology (CESP), prinsip
pelasksanaan senam hamil yang aman dikenal dengan istilah FITT,
yaitu:
 Frequency (F), senam hamil dilakukan 2-4 kali dalam
seminggu.
 Intensity (I), diukur dengan melihat denyut jantung ibu
disesuaikan dengan umur. Intensitas ini bisa juga diobservasi
melalui “Talk Test”. Jika ibu berbicara dengan nafas terengah-
engah, maka inten-sitas senam harus diturunkan.
 Time (T), durasi senam hamil dimulai dari 15 menit, kemudian
dinaikkan 2 menit perminggu hingga dipertahankan pada durasi
30 menit. Setiap kegiatan senam disertai dengan pemanasan
dan pendinginan masing- masing 5-10 menit.
 Type (T), pemilihan jenis gerakan harus berisiko minimal dan
tidak membahayakan.
5. Kontra indikasi senam kehamilan
 Menurut Widianti (2013) bila ibu hamil menderita salah satu kon-disi
yang ada di bawah ini, sebaiknya intensitas senam dikurangi, bahkan
ketika tim medis mungkin menyatakan bahwa senam hamil merupakan
hal yang terlalu riskan. Sehingga sebaiknya senam dihentikan dan
perawat medis dihubungi secepatnya. Adapun kondisi yang dimaksud
adalah yaitu
 Penyakit myocardial aktif
 Kelainan jantung
 Thromboplebitus (radang otot dan gumpalan darah beku).
 Pulmonary embolism (gumpalan darah pada paru-paru).
 Isoimunisasi akut (misalnya jika Rh-negatif ibu, antibodi akan
berkembang dan merusak Rh- positif pada sel darah bayi).
 Rentan terhadap kelahiran prematur.
 Perdarahan pada vagina/selaput membran pecah.
 Gangguan pada perkembangan rahim.
 Adanya tanda-tanda kelainan pada janin.
 Bengkak mendadak pada muka dan tangan, sakit kepala dan
pusing
6. Jenis Senam Hamil
Senam hamil ada beberapa jenis, masing-masing memiliki gerakan dan
manfaat yang berbeda. Jenis-jenis senam hamil antara lain :
 Yoga
Menurut Sindhu (2014), yoga berasal dari bahasa sansekerta yang
memiliki arti persatuan. Praktik yoga yang dilakukan oleh ibu hamil
tid-ak jauh berbeda dengan yoga yang dilakukan oleh orang dewasa.
Prena-tal yoga merupakan modifikasi dari yoga klasik yang telah
disesuaikan dengan kondisi fisik wanita hamil, pada ibu hamil
intensitasnya lebih perlahan dan lembut. Tujuan dari modifikasi khusus
ini adalah untuk menghindari ibu hamil dari cedera, serta untuk
kenyamanan untuk ibu hamil. Yoga bermanfaat bagi ibu hamil sebagai
media self help yang dapat mengurangi ketidaknyamanan selama
hamil, mempermudah per-salinan, dan mempersiapkan mental ibu
yang baru melahirkan dan saat membesarkan anak.
Yoga dapat dilakukan oleh ibu hamil dengan bantuan instruktur
selama 60-90 menit tiap sesi dan dilakukan 1-2 kali seminggu, di hari
lain dapat melakukan sendiri di rumah. Yoga dibagi dalam 2 bagian
be-sar, yaitu praktik pagi dan praktik petang. Praktik pagi terdiri atas :
pemusatan perhatian, praktik meningkatkan stamina dan praktik postur
yoga, sedangkan untuk praktik petang terdiri atas pemusatan perhatian
dan praktik relaksasi atau meditasi.
 Pilates
Menurut Muhtadi (2011), senam pilates dikembangkan seorang
berkebangsaan Jerman bernama Joseph Hubert Pilates (Joe Pilates) di
awal abad 20 seusai perang pertama.Tujuan awalnya adalah sebagai
teknik rehabilitasi dunia bagi para tentara yang kembali dari medan
perang untuk memperkuat tubuh dan menyembuhkan rasa sakit.
Metoda Pilates difokuskan pada meningkatkan fleksibilitas, kekuatan dan
kesiagaan tubuh dengan cara melatih pengendalian gerakan tubuh.
Pilates adalah penggabungan seni olah tubuh dari dunia Timur dan
dunia Barat, senam ini terlihat sepintas seperti yoga. Namun beberapa
gerakan dalam pilates juga menggunakan alat bantu. Selain itu, pilates
memiliki teknik pernapasan khusus yang dipraktekkan dalam setiap
gerakan. Teknik nafas yang digunakan tidak dengan perut atau dada,
melainkan dengan diafragma (Muhtadi, 2011). Gerakan Pilates bukan
gerakan aerobic atau cardio, melainkan gerakan peregangan atau
dikenal dengan istilah resistance exercise. Dua elemen kunci untuk
Pilates adalah kekuatan otot dan postur tubuh. Selama melakukan
gerakan harus senan-tiasa fokus pada kontraksi otot, pernafasan, dan
kualitas dari gerakan. Tujuannya adalah untuk terkoordinasinya antara
fikiran, tubuh, dan se-mangat yang disebut oleh Joseph Pilates dengan
"contrology" (Muhtadi, 2011).
 Hypnobirthing
Hypobirthing berasal dari kata hypno (hypnosis dan birthing (me-
lahirkan), sehingga hypnobirthing adalah proses melahirkan dengan
hyp-nosis, dimana ibu sepenuhnya sadar dan menikmati proses
persalinan.Metode ini berakar pada ilmu hypnosis dengna metode
pendekatan keji-waan yang memberi kesempatan kepada wanita untuk
berkonsentrasi, fokus dan rileks. Sehingga hypnobirthing mengacu
pada hypnoterapi, yakni latihan penanaman sugesti pada alam bawah
sada ibu untuk men-dukung menjalani proses persalinan (Batbual,
2010). Latihan relaksasi hypnobirthing bisa dilakukan kapan saja oleh
ibu hamil pada umumnya dilakukan saat memasuki trimester ketiga
kehamilan, tetapi akan lebih baik jika dilakukan di trimester pertama.
Hypnobirthing dilakukan juga bisa secara singkat, yaitu dua minggu
sebelum ibu melahirkan. Hyp-nobirthing dilakukan setiap malam
menjelang tidur, segera setelah bangun tidur di pagi hari maupun
waktu dimana ibu merasa nyaman (Batbual, 2010). Ketenangan ibu
menjadi kunci penting saat proses melahirkan. Metode relaksasi memb
melancarkan persalinan dan memini-malisir rasa sakit. Kondisi rileks
akan mendorong pengeluaran hormon endorphine yang membantu
menghilangkan rasa takut, tegang dan kep-anikan saat melahirkan
(Batbual, 2010)
 Tai Chi
Tai Chi adalah olah raga tradisional Cina dengan gerakan lambat,
pernafasan yang dalam, dan pemusatan pikiran dengan unsur meditasi
(Yeh, et al., 2009 dalam Hikmaharidha, 2011).
Sedangkan prinsip senam Tai Chi terdiri dari tiga bagian, yaitu :
 Pesenam harus dalam kondisi menghilangkan pikiran dan
bermeditasi selama berlangsungnya senam
 Pesenam harus mampu mengatur pernafasannya secara halus,
panjang dan dalam, serta berkesinambungan. Melakukan
ekspirasi dan inspirasi ke dalam dada secara teratur sesuai aba-
aba dari instruktur
 Gerakan senam Tai Chi harus benar, dan harus memenuhi
kaedah Yin dan Yang, dimana dalam kelembutan gerakan ter-
dapat tarikan otot yang kuat. (Taufik, 2015)
 Yophytta
Salah satu senam yang juga dilakukan oleh ibu hamil adalah Se-
nam Yophytta. Senam yophytta diciptakan oleh Putu Arsaningsih pada
tahun 2009. Senam hamil ini merupakan gabungan antara Yoga,
Pilates,Hypnoteraphy dan Tai Chi, sehingga apabila dilakukan secara
teratur akan membuat tubuh ibu hamil menjadi lebih sehat bugar dan
memper-mudah proses persalinan (Lestari 2014; Muhimah dan Safe
2010 dalam Umamah, 2011).
Perbedaan senam hamil lainnya dengan yophytta adalah senam
lainnya menekankan gerakan fisik sedangkan senam yophytta
menggabungkan latihan fisik, mental, dan spiritual ibu hamil. Hal
terse-but tentunya menjadi kelebihan dari senam yophytta. Senam
yophytta bisa mulai dilakukan pada usia kehamilan 5 bulan, dengan
durasi latihan 1-1,5 jam perhari. Senam yophytta dapat dirasakan
manfaatnya saat per-salinan apabila dilakukan minimal 2 kali dalam
seminggu atau 6 kali latihan dalam 3 minggu, dengan intensitas latihan
70 - 90%.
Manfaat fisik senam yophytta dapat memperkuat elastisitas otot
dasar panggul dan dinding perut yang tentu sangat berperan terhadap
ke-hamilan dan persalinan. Senam yophytta dilakukan untuk menarik
lebih banyak energi ke dalam tubuh ibu hamil melalui pernafasan, dan
akan disimpan dalam tubuh, sedangkan energi negatif di dalam tubuh
ibu ham-il dikeluarkan melalui udara yang dikeluarkan saat pernapasan
(Lestari, 2014; Susanti, 2014).
Menurut Putu Arsaningsih dalam Lestari (2014), tiga langkah da-
lam senam yophytta yaitu:
 Langkah pertama adalah afirmasi, yaitu menciptakan energi
positif lewat gerakan meditasi.
 Langkah kedua merupakan gerakan inti, merupakan gabungan
dari senam yoga, pilates, hypnotherapi, dan tai chi. Pilihan
gerakan dari keempat senam tersebut, mampu membentuk otot
tetap kuat, fit dan menjadi lentur saat proses persalinan.
 Langkah ketiga adalah relaksasi. Relaksasi berfokus kepada
tubuh dan posisi tidur ibu yang nyaman saat hamil. Sehingga
tidur lebih nyaman dan kualitas tidur ibu hamil tetap baik
B. Persiapan USG (Ultrasonography)
1. Pengertian
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang
tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar
monitor Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan
gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekitar
tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam
bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini
pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal
gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu
jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990
jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui
proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser.
Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer
sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser
yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga
dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat
ini.
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging
yang dikenal sampai saat ini Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang
digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel
(tissue) pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi
antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendeteksian hasil
interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra
(image), menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.
2. Tujuan persiapan USG
Tujuan USG adalah untuk membantu mendiagnosis perkembangan janin
pada setiap trimester. Hal itu sangat ditekankan oleh dr.Sp.OG. Dijelaskan
olehnya, pada kehamilan trimester pertama tujuan USG adalah meyakinkan
adanya kehamilan, menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran
bayi, menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan kelainan bawaan,
menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan
muda (misalnya kehamilan ektopik), menentukan lokasi janin apakah di dalam
atau di luar rahim, menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung
atau pergerakan janin, dan mendiagnosis adanya janin kembar.
Sedangkan di trimester kedua dan ketiga adalah untuk menilai jumlah air
ketuban, menentukan kondisi plasenta, menentukan ukuran janin, memeriksa
kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, menentukan letak janin apakah
sungsang atau terlilit tali pusat, serta untuk melihat kemungkinan adanya
tumor.
3. Persiapan alat dan bahan
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga
tetap baik. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan
oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan
USG sebaiknya diletakkan di dekat mesin USG, hal ini sangat penting untuk
mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang
terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu
pasang stabilisator tegangan listrik dan UPS.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua
peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah
rusak. Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci
dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat
diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG).
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan
bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua
rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk
mencegah mesin USG dari siraman air atau zat kimia lainnya.
Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung
jawab pemeliharaan alat tersebut.
4. Persiapan Pemeriksaan Lingkungan
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung
tangan, telah terbukti dapat mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV telah
menjadikan pencegahan infeksi kembali menjadi perhatian utama, termasuk
dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi silang dapat saja terjadi.
Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu pemeriksaan USG
transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina.
Resiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan.
Resiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya
punksi menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan
yang dipakai memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen
oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang.
Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan
kontak dengan mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang
dipakai minimal memerlukan sterilisasi tingkat tinggi (lebih baik bila
dilakukan sterilisasi).
Resiko penularan ringan ter adi pada pemeriksaan kontak langsung
dengan kulit intak, misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai
cukup dibersihkan dengan alkohol 70% (sudah dapat membunuh bakteri
vegetatif, virus mengandung lemak, fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci
dengan sabun dan air
5. Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh
informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya.
Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil
pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan berapa biaya
pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga
melalui penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist.
Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar
telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan
USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali
apakah ia seorang nova atau nyonya?, jelaskan dan perlihatkan tentang
pemakaian kondom yang baru pada setiap pemeriksaan (kondom penting
untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak
dua buah, hal ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat
yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk
menghindarkan kesalahan harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien
mengeluh "Kok sudah dikomputer masih juga tidak diketahui adanya cacat
bawaan janin atau ada kista indung telur?” USG hanyalah salah satu dari alat
bantu diagnostik didalam bidang kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan
pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan
cepat.
6. Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan
pemeriksaan USG, apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena
bersifat darurat gawat, misalnya pasien dengan kecurigaan kehamilan ektopik.
Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona, terutama bila akan melakukan
pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan
fisik yang ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan
terhadap tindak medik yang akan dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini
hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat
invasif misalnya kordosintesis atau amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan
persetujuan tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk
mencegah penularan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit
menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian
narkoba.
Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-
literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti
seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG
mutakhir. Kemampuan diagnostik seorang sonologist sangat ditentukan oleh
pengetahuan, pengalaman dan latihan yang dilakukannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Gambaran karakteristik pada ibu hamil yang memiliki rentang usia 24 hingga
35 tahun.
2. Tingkat kecemasan pada ibu hamil bervariasi mulai kecemasan ringan hingga
berat dengan penjabaran 2,4%tidak cemas, 57,1% kecemasan ringan, 16,7%
kecemasan sedang dan 23,8% kecemasan berat.
3. Terdapat hubungan negatif yang bermakna antarakeikutsertaan senam hamil
dengan tingkat kecemasan ibu primigravida, hal ini memiliki arti semakin
tinggi intensitas keikutsertaan senam hamil maka semakin rendah tingkat
kecemasan ibu primigravida dan berlaku sebaliknya.
4. Secara keseluruhan dapat disimpulkan secara umum bahwa olah tubuh dapat
membantu menekan atau memperbaiki suasana hati (mood) yang negatif
seperti cemas/khawatir dan secara khusus senam hamil merupakan salah satu
pelayanan prenatal care yang efektif untuk menekan kecemasan pada ibu
hamil.

B. Saran
Disarankan untuk meningkatkan penggalangan kegiatan yang bertujuan
menanamkan pemahaman pada ibu hamil mengenai pentingnya pengetahuan tentang
olahraga/olah tubuh saat kehamilan seperti senam hamil.
DAFTAR PUSTAKA

Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul Hidayat, 2006, Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI [internet]. Strategi akselerasi pencapaian target MDGs2015. Jakarta; 2010.
Diakses pada 29 Desember 2014.Diunduh dari http://www.target_mdgs.pdf.
Anggraeni P. Serba-serbi Senam Hamil. Yogyakarta: Penerbit Buku Intan Media; 2010

Anda mungkin juga menyukai