Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visi pembangunan kesehatan Indonesia, seperti yang tercantum dalam

Undang-Undang Kesehatan RI No.36 Tahun 2009 yakni : “Meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”. Makna yang

terkandung dari pernyataan tersebut adalah bahwa setiap upaya pembangunan

harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat,

diantaranya adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit reproduksi

(Notoatmodjo, 2012).

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera baik fisik, mental

dan sosial secara utuh, yang tidak hanya bebas dari penyakit/ kecacatan, dalam

semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya

(Depkes RI, 2009). Dalam konferensi kependudukan di Kairo pada tahun 2009,

definisi kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi

aspek fisik, mental dan sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit atau gangguan

di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi maupun sistim

reproduksi tersebut (WHO, 2009 ).

1
2

Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak

kemasa dewasa (Hurlock, 2010).Periode transisi tersebut ditandai dengan

perubahan fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku remaja,

serta menimbulkan persoalan dan permasalahan remaja.Salah satu perubahan

yang dialami remaja adalah perubahan pada organ reproduksi yaitu terjadi

kematangan seksual yang meliputi tanda-tanda primer dan sekunder. Pada anak

perempuan akan terjadi kematangan seksual yang ditandai dengan perubahan

bertahap dari tanda-tanda kelamin sekunder yaitu pertumbuhan rambut pubis

serta datangnya menstruasi yang pertama kali atau menarche(Narendra, 2008).

Menstruasi adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus,

disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium yang merupakan bagian

dari proses regular yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk

kehamilan (Winkjosastro, 2007). Walaupun menstruasi datang setiap bulan pada

usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau

merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung, salah satu

ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore.

Dismenore adalah kram, nyeri dan ketidaknyamanan yang di hubungkan

dengan menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi,

pada beberapa wanita hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan

letih, sedangkan beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu

menghentikan aktifitas sehari-hari. Namun waspadalah bila nyeri haid terjadi

terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu lama karena kondisi itu
3

merupakan salah satu gejala endometriosis(penyakit kandungan yang

disebabkantimbulnya jaringan otot non-kanker sejenis tumor fibroid di luar

rahim).Dismenore dikelompokkan sebagai dimenorea primer saat tidak ada sebab

yang dapat dikenal dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang

menyebabkannya(Sastrowardoyo,2007).

Rata-rata siswi setingkat SMA berusia 15-19 tahun yang merupakan usia

remaja yang mempunyai kondisi kejiwaan labil sebagai salah satu faktor

penyebab dan faktor resiko terjadinya dismenorea khusunya dismenorea primer.

Stress psikis atau sosial yang dialami saat pembelajaran ataupun interaksi antar

teman juga sebagai salah satu faktor resiko terjadinya dismenorea primer

(Winkjosastro, 2010).

Angka kejadian nyeri menstruasi primerdi Indonesiamencapai54,89%

sedangkansisanyaadalahpenderitatipesekunder,yang menyebabkan mereka tidak

mampu melakukankegiatanapapundaniniakan menurunkan kualitas hidup pada

masing-masingindividu(Proverawati&Misaroh,2009).Dari hasil penelitian

Jusmita (2011) mahasiswa STIKes Bhakti Husada Bengkulu,

nyerimenstruasimenyebabkangangguanaktivitassehari-hari dan harus absen dari

sekolah 1-7 hari setiap bulannya pada 15% responden berusia 15–17 tahun.

Remaja yang mengalami nyeri menstruasi berat mendapat nilai yang rendah

(6.5%), menurunnya konsentrasi (87.1%) dan absen dari sekolah (80.6%)

(Tangchai, 2012).Namun yang berobat kepelayanan kesehatan sangatlah sedikit,

yaitu hanya 1% - 2% (Abidin, 2007).


4

Akibat yang dapat ditimbulkan dari Dismenoreyaitu terganggunya

aktifitas sehari – hari dan mengalami ketidaknyamanan fisik bahkan dapat

berlanjut menjadi infertilitas karena beberapa faktor yang menyertai misalnya

adanya endometriosis. Sehingga perlu diadakan penjelasan dan diskusi mengenai

cara hidup, pekerjaan makanan sehat, istirahat yang cukup dan lingkungan

penderita. Pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter perlu dilakukan untuk

mengantisipasi adanya kemungkinan yang kurang baik (Iqvita, 2010).

Upaya penanganandismenore saat menstruasi, terdapat beberapa

terapifarmakologi dengan menggunakan obat-obat anti sakit(analgetic).Obat-

obat penghambat pengeluaran hormon prostaglandin seperti aspirin,

endomethacin, asam mafenamat.Selain menggunakan terapi farmakologi,

penanganan dismenore dapat juga dilakukan dengan terapi non-farmakologi,

yaitu dengan teknik relaksasi,distraksi, bio umpan balik, teory gate control,

akupuntur, hipnotis, terapi sentuhan(Brunner & suddarth, 2008).

Distraksi merupakan salah satu teknik yang mencakup memfokuskan

perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri, dapat menjadi strategi yang

sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab

terhadap teknik kognitif efektif lainnya.Hal ini disebabkan distraksi diduga dapat

menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulus sistem kontrol desensen, yang

mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.Adapun

teknik distraksi yang paling efektif adalah salah satunya mendengarkan

musik(Brunner & suddarth, 2008).


5

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 24-27 November

2014, terdapat 123 remaja putri siswi kelas I-3 di SMA Muhammadiyah 1 kota

Bengkulu. Catatan yang didapat di ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) SMA

Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu pada bulan januari 2015 siswi yang datang ke

ruang UKS dengan keluhan nyeri haid ada 40 orang, diantaranya 25 orang siswi

pernah absensi dan izin pulang kerumah karena tidak mampu untuk mengikuti

pembelajran kelas dan 15 orang siswi lainnya hanya mengoleskan minyak kayu

putih dan balsam didaerah nyeri.

Saat 5 orang siswi di wawancarai, diantaranya menyatakan mengalami

kejadian nyerimenstruasi (dismenore).Diantaranya ada 3 siswi yang izin untuk

tidak mengikutipelajaran dan dirawat di UKS (Unit Kesehatan Siswa).

Sebaliknya ada 1 siswi yang tetap memaksakan diri untuk mengikuti proses

pelajaran, walaupunteramat sakit dan 1 siswi lagi hanya membiarkan nyeri

tersebut. Hasil wawancara langsung dengan salah satu guru juga menyatakan

bahwa siswinyabanyak yang tidak masuk ataupun izin pulang dikarenakan

dismenore, guru jugamenyatakan bahwa dismenore sangat mengganggu aktifitas

belajar dan mempengaruhi tingkat kehadiran presentase siswa.Upaya

penanganandismenore yang dilakukan oleh sebagian siswi diantaranya 2

siswihanya mengoleskan minyak kayu putih atau balsem padadaerah yang nyeri,

3 orang siswi berbaring di UKS, dan minum obat pengurang rasa sakit.Belum

ada siswi yang menggunakan teknik terapi non-farmakologi seperti distraksi, bio

umpan balik, teory gate control, akupuntur, hipnotis, terapi sentuhan.


6

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Pengaruh Pemberian Teknik Distraksi Terhadap Penurunan

Dismenore pada siswi SMA Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah didapat masih

banyaknya siswi yang mengalami nyeri haid (dismenore)yang terganggu

aktivitasnya dan belum ada siswi yang menggunakan teknik non-farmakologi

seperti distraksi di SMA Muhammadiyah 1 bengkulu.

C. Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat pengaruh distraksi terhadap penurunan dismenore pada

siswi SMA Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh distraksi terhadap penurunan dismenore pada

siswi SMA Muhammadiyah 1 kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinilairata-rata skala nyeri sebelum diberikan tindakan

distraksipada siswi SMA Muhammadiyah 1 kota Bengkulu.

b. Diketahui nilairata-rata skala nyeri sesudah diberikan tindakan

distraksipada siswi SMA Muhammadiyah 1 kota Bengkulu.

c. Diketahuipengaruhdistraksi terhadap penurunan dismenore pada siswi

SMA Muhammadiyah 1 kota Bengkulu.


7

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Prodi Keperawatan STIKes Bhakti Husada Bengkulu

Hasil penelitian ini mampu menambah kepustakaan/referensi, yang

dapat di manfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan

dan bimbingan yang berhubungan dengan kejadian dismenore.

b. Menjadi landasan untuk penelitian sejenis selanjutnya yang terkait

dengan dismenore.

c. Memberikan informasi tentang pengaruh distraksi terhadap penurunan

dismenore.

d. Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pembelajaran di bidang

kesehatan mahasiswa/I yang bersangkutan dapat memahami penurunan

dari dismenore tersebut.

e. Profesi kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan

meningkatkan pemberian asuhan kesehatan reproduksi wanita,

khususnya di lingkungan sekolah.


8

2. Manfaat Praktis

a. SMA Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu

Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan pelaksanaan program

kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya penanganan

siswi untuk menangani penurunan dismenore di SMA Muhammadiyah 1

Bengkulu.

F. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penelitian belum ada yang melakukan penelitian tentang

“Pengaruh distraksi terhadap penuruanan dismenora pada siswi SMA

Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu” tetapi sudah ada yang melakukan penelitian

dengan variable yang sama, tempat dan waktu dilakukan oleh: Jusmita (2011)

dengan judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenoredengan Tingkat

Kecemasan Saat Mengalami Dismenorea pada Remaja Putri Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) 01, 02, 03, 04, dan 05 Negeri Kota Bengkulu”.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dismenore

1. Definisi

Dismenore adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan selama

menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah.Gejala

ini disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin.Dismenore

merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-

hari (Wijayanti, 2009).

Proverawati & Misaroh (2009), dismenore adalah nyeri menstruasi

yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya

kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari. Istilah Dismenore

(dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau

nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow

(aliran).Jadi dismenore adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri

menstruasi.

Dismenore adalah nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan

suatu penyakit tumbul akibat kontraksi disritmik miomentrium yang

menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari ringan sampai berat pada

perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spamodik pada sisi medial paha.

(Nurmasitoh, 2008).

9
10

2. Klasifikasi

Ada dua tipe-tipe dari dismenoreprimer dan sekunder:

a. Dismenore primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang sangat dijumpai tanpa

kelainan pada alat-alat genetal yang nyata. Dismenore primer terjadi

beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,

oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah

menarche umumnya berjenis anovulatior atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada

beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah

kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi

dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa

nyeri dapat di jumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas,

dan sebagainya (Simanjuntak, 2007).

Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang

mendasarinya dan dismenore sekunder jika penyebabnya adalah

kelainan kandungan. Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan

lebih daro 50% wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami

nyeri pada saat menstruasi hebat. Biasanya dismenore primer timbul

pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama.

Nyeri pada dismenore primer juga diduga berasal dari kontraksi rahim

yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri yang dirasakan semkin hebat


11

ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati

serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit. Faktor

lainnya yang bisa memburuk dismenore adalah:

1) Rahim yang menhadap kebelakang (retrovesi)

2) Kurang berolah raga

3) Stres psikis atau stres sosial

Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan

menghilangnya dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya

kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilannya sebagaian saraf

pada akhir kehamilan.Perbedaan beratnya nyeri saat menstruasi

tergantung kepada kadar prostaglandin. Wanita yang mengalami

dismenore/nyeri menstruasi memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami

dismenore. Dismenore sangat mirip dengan nyeri yang dirasakan oleh

wanita hamil yang mendapatkan suntikan prostaglandin untuk

merangsang persalinan.Dismenore primer juga disebabkan faktor

perilaku dan psikologis. Meskipun faktor-faktor ini belum meyakinkan

di buktikan, mereka harus dipertimbangkan jika pengobatan mesis

gagal.

b. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder (DS) adalah nyeri saat menstruasi yang

disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umunya


12

terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Tipe nyeri dapat

pula menyerupai nyeri menstruasi dismenore primer, namun lama nyeri

dirasakan melebihi periode menstruasi dan dapat pula terjadi bukan pada

saat menstruasi.Pemberian terapianalgesic non-narkotik, obat

antiinflamasi nonsteroid dan pil kontrasepsi tidak memberikan banyak

manfaat. Nyeri haid yang disebabkan oeh patologi pelvis secara

anatomis atau mikroskopis dan terutama terjadi pada wanita berusia 30-

45 tahun. Pengertian yang lain menyebutkan definisi dismenore

sekunder sebagai nyeri yang muncul saat menstruasi namun disebabkan

oleh adanya penyakit lain. Penyakit lain yang sering menyebabkan

dismenore sekunder antara lain endometriosis, fibroid uterin,

adenomyosis uterin, dan inflamasi pelvis kronis (Simanjuntak, 2007).

Dismenore sekunder disebabkan oleh kondisi latrogenik dan

patalogis yang beraksi uterus, tuba falopi, ovarium, atau pelvis

peritoneum. Secara umum, nyeri datang ketika terjadi proses yang

mengubah tekanan didalam atau disekitar pelvis, perubahan atau

terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini

berkombinasi dengan fisiologi normal darimenstruasi sehingga

menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini terjadi pada saat

menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri. Penyebab dismenore

sekunder dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan, yaitu penyebab

intrauterin dan penyebab ekstrauterin(Smith, 2003).


13

Tanda dan gejala pada dismenore sekunder dan nyeri pelvis

dapat beragam dan banyak. Umunya gejala tersebut sesuai dengan

penyebabnya. Keluhan yang biasa muncul adalah gejala pada

gastrointestinal, kesulitan berkemih, dan masalah pada punggung.

Keluhan menstruasi berat disertai nyeri menandakan adanya perubahan

kondisi uterus seperti adenomyosis, myomas, atau polip. Penyebab dari

dismenore primer antara lain infeksi, adenomiosis, mioma uteri,

salpingitis kronis, stenosis servisis uteri, kista ovarium, polip uteri dan

lain-lain. Faktor-faktor risiko dismenore sekunder antara lain infeksi

pelvis, penyakit menular seksual, dan endometriosis. Terapi dismenore

sekunder berdasarkan penyakit dasarnya.Selain obat-obatan, terkadang

perlu dilakukan tindakan bedah.Bila anda mengalami nyeri saat

menstruasi, segera ketahui tipe nyeri anda. Karena, mungkin saja itu

adalah salah satu gejala awal terdapat kelainan ginekologik pada anda

(Smith, 2007).

3. PenyebabDismenore

a. Dismenore primer

Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menerangkan

penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas di

mengerti. Menurut Simanjuntak (2007),beberapa faktor memegang

peranan sebagai penyebab dismenore primer antara lain:


14

1) Faktor kejiwaan: pada gadis-gadis yang secara emosional tidak

stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang tidak

baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.

2) Faktor konstitusi: faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor

tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa

nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan

sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.

3) Faktor obstruksi kanalis servikalis: salah satun teori yang paling

tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis

kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam

hiperanteflekasi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis,

akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang

penting sebagai penyebab dismenore. Mioma submukosum

bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan

dismenorekarena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha

untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

4) Faktor endokrin: pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang

terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus

yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan

soal tonus dan kontraksilitas otot usus.


15

5) Faktor alergi: teori ini dikemukakan setelah memperhatikan

adanya asosiasi antara dismenore dengan migrane atau asma

bronkhiale. Smith menduga bahwa alergi ialah toksin haid.

Menurut Erfandi (2009), banyak faktor yang menyebabkan

bertambahnya nyeri saat Dismenoreantara lain makanan dan minuman

yang dikonsumsi. Salah satu faktor makanan yang menyebabkan

terjadinya nyeri saat haid yaitu Es krim dan makanan pedas.Terlalu

banyak makan es krim justru dapat memperburuk rasa nyeri pada

perut.es krim dapat meningkatkan nyeri atau kram menstruasi. Es krim

dan makanan lainnya mengandung asam lemak omega-6 yang disebut

asam arakidonat, yang dapat memperburuk inflamasi atau peradangan

dan meningkatkan pelepasan prostaglandin yang menyebabkan kram.

Mengkonsumsi susu dapat mencegah hal ini.karenakalsium dalam

produk susu sebenarnya dapat meringankan kram haid, tapi anda harus

mengkonsumsi dalam jumlah banyak untuk mendapatkan terapi.

b. Dismenore sekunder

Simanjuntak (2007), nyeri mulai pada saat haid dan

meningkatkan bersamaan dengan keluarnya darah haid. Dapat

disebabkan oleh antara lain:

1) Endometriosis

2) Fibroid

3) Adenomiosis
16

4) Peradangan tuba falopi

5) Perlengkapan abnormal antara organ didalam perut

6) Pemakain IUD

Seperti disebutkan suatu kanal leher rahim yang sempitnya tidak

biasa cenderung untuk meningkatkan kejang-kejjang menstruasi. Faktor

anatomi lain nya di perkirakan untuk kontribusipada kejang-kejang

menstruasi adalah suatu kemiringan yang memutar kembali dari

kandungan (retroverted uterus).

Telah lama diperkirakan bawha faktor-faktor psikologis juga

memainkan suatu peran.Contohnya, adalah diterima secara luas bahwa

stress emosi dapat meningkatkan ketidaknyamanan dari nyeri

menstruasi.

4. Gejala Dismenorea (nyeri menstruasi)

Menurut Simanjuntak (2007), gejala dismenore menyebabkan nyeri

pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar kepunggung bagian bawah dan

tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai

nyeri tumpul yang terus menerus ada.

Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,

mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan

menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,

sembelit, atau diare dan sering berkemih.


17

Gejala utama adalah nyeri dismenore terkonsentrasi di perut bagian

bawah, di daerah umbilikalis atau dareah suprapubik perut.hal ini sering

dirasakan di perut kanan atau kiri.Hal itu dapat memancarkan ke paha dan

punggung bawah. Gejala lain mungkin termasuk mual dan muntah, diare

atau sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap

suara, cahaya, bau, dan sentuhan, pingsan, dan kelelahan.

Oleh karena itu, hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di

perut bagian bawah sebelum dan selama haid dan seringkali rasa mual,

maka istilahdismenore hanya dipakai jika nyeri haid sedemikian hebatnya,

sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan

atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari.

Kejang-kejang dismenore dapat secara ilmiah ditunjukkan dengan

mengukur tekanan didalam kandungan dan angka dan frekuensi dari

kontraksi-kontraksi kandungan. Sewaktu suatu periode menstruasi normal,

wanita rata-rata mempunyai kontraksi-kontraksi dari suatu tekanan yang

rendah (50-80mmHg), yang berlangsung 15-30 detik pada suatu frekuensi

dari 1-4 kontraksi-kontraksi setiap 10 menit. Ketika seorang wanita

mempunyai kejang-kejang dismenore, kontraksi-kontraksinya adalah dari

suatu tekanan yang lebih tinggi (mereka mungkin melewati 400 mmHg),

berlangsung lebih lama 900 detik, dan seringkali terjadi kurang dari 15 detik

terpisah.
18

B. Nyeri

1. Definisi

Nyeri merupakan faktor untuk menghambat kemampuan dan

keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit (Potter & Perry, 2006).

Kusnadi (2013),mengatakan bahwa nyeri adalah persepsi sensori dari

rangsangan psikis atau fisik maupun lingkungan yang diinterpretasikan oleh

otak sehingga menimbulkan reaksi terhadap rangsangan tersebut.

Nyeri adalah bentuk suatu rasa sensorik ketidaknyamanan yang

bersifat subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang

dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan

(Andarmoyo,2013)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan aktual atau pootensial

(Smeltrzer,2005)

2. Mekanisme Nyeri

Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk

melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan

ditubuh.Mekanisme nyeri adalah sebagai berikut rangsangan diterima oleh

reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan kepusat nyeri

di korteks otak.Setelah diproses dipusat nyeri, impuls dikembalikan ke

perifer dalam bentuk persepsi nyeri(Saputra, 2012).


19

Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri berasal dari berbagai

faktor dan dikelompokkan 3 (tiga) bagian, yaitu:

a. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh

mekanik seperti tekanan, tusukan jarum, irisan pisaudan lain-lain.

b. Rangsangan Termal : Nyeri disebabkan karena pengaruh suhu, rata-

rata manusia akan merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45 0C,

dimana mulain pada suhu tersebut jaringan akan mengalami

kerusakan.

c. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan

membebaskan zat yang disebut mediator yang dapat berkaitan dengan

reseptor nyeri antara lain: bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin

dan prostaglandin. Bradikinin merupakan zat byang paling berperan

dalam meinmbulkan nteri karena kerusakan jaringan.

3. Klasifikasi Nyeri

Smeltzer (2005), nyeri dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) adalah

sebagai berikut:

a. Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan

dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwakerusakan

atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan

bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk

menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyei.

Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit


20

sistematik,nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya

penyembuhan, nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan

biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut

dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga

enam bulan.

b. Nyeri kronik adalah nyerti konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan

dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak

mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk

diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap

pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Mesti nyeri akut dapat

menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan

sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan

sendirinya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Potter & Perry (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri adalah

sebagai berikut:

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang

ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana


21

anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil

mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan

perawat yang menyebabkan nyeri. Nyeri bukan merupakan bagian dari

proses menuaan yang tidak dapat dihindari. Pada lansia yang

mengalami nyeri, perlu dilakukan pengkajian, diagnosis, dan

penatalaksanaan secara agresif.

b. Jenis Kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam berespon terhadap nyeri.Toleransi nyeri sejak lama telah

menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita.Akan

tetapi, toleransi nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan

merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan

jenis kelamin.

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara

individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan

dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi

bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

d. Makna Nyeri

Makna seseorang yang berkaitan dengan nyeri mempengaruhi

pengalamanan nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya
22

individu tersebut. Individu mempersepsikan nyeri dengan cara yang

berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu

kehilangan, hukuman, tantangan.

e. Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskasn perhatian pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri.Perhatian yang meningkat,

sedangkan, upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon

nyeri yang menurun.

f. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas.Sistem limbik dapat memproses

reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan

nyeri.

g. Keletihan

Keletihan meningkatkan perserpsi nyeri.Rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping.Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap

individu yang menderita penyakit dalam jangka lama.

h. Pengalaman Sebelumnya

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian

episode nyeri berat maka ansietas atau bahkan rasa takut dapat
23

muncul. Sebaliknya apabila individu mengalami nyeri dengan jenis

yanag sama berulang-ulang, akan lebih mudah bagi individu tersebut

untuk menginterprestasikan sensasi nyeri akibatnya, kliaen akan lebih

siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk

menghilangkan nyeri.

i. Gaya Koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian

maupun keseluruhan/total. Klien sering kali menenukan berbagai cara

untuk mengembankan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri.

Penting untuk memahami sumber-sumber koping klien selama ia

mengalami nyeri.

j. Dukungan Keluarga dan Sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respons nyeri ialah

kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien. Individu yang mengalami nyeri sering kali tergantung

pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,

bantuan, atau perlindungan.

5. Penilaian Respon Intensitas Nyeri

Andarmoyo (2013), intesietas nyeri merupakan gambaran tentang

seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intesitas nyeri

sangat subjektif dan individual serta kemungkinan nyeri dalam intesitas

yangsama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang


24

berbeda.Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin

adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu

sendiri.Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tigdak dapat memberikan

gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

Potter & Perry (2006), pengukuran intensitas nyeri dapat dilakukan

dengan menggunakan skala sebagai berikut:

a. Skala numerik

Skala penilaian numerik (numerical reating scales, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendiskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Hasil

pengukurannya adalah 0 termasuk kategori tidak ada nyeri, skor 1-3

termasuk pada skala nyeri ringan, skor 4-6 termasuk nyeri sedang, 7-

10 termasuk kategori nyeri berat. Skala paling efektif digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik.Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka

direkomendasikan patokan 10 cm.

Gambar 2.2

Numerik rating scales (NRS)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri ringanNyeri sedang Nyeri hebat

Nyeri
25

b. Skala deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pngukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (verbal descriptor

scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima

kata pendiskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis, pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut

dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia

rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling

menyakitkan.Alat VDS ini memungkinkan klien memilihkan sebuah

kategori untuk mendiskripsikan nyeri.

Gambar 2.3

Verbal Descriptor Scale (VDS)

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Paling

Ada nyeri Ringan Sedang Hebat Sangat Hebat Hebat

c. Skala analog visual

Smeltzer(2005), skala analog visual (Visual analog scale, VAS)

adalah suatu garis lurus atau horizontal sepanjang 10 cm, yang

mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal


26

pada setiap ujungnnya.Pasien diminta untuk menunjukkan titik pada

garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut.

Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada” dan “tidak nyeri”,

sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri yang

paling buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan

sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada

nyeri” diukur dan di tulis dalam centimeter.

Skala ini memberikan klien kebebesan penuh untuk

mengidenfikasikan pekarahan nyeri.VAS dapat merupakan

pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat

mengidenfikasikan setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa

memilih salah satu kata atau angka.

Gambar 2.4

Visual analog scale (VAS)

Tidak Nyeri

Nyeri Sangat

Hebat

\
27

6. Strategi penatalaksanaan nyeri farmakologi dan nonfarmakologi

kusnadi (2013), strategi penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi

adalah sebagai berikut:

1. Relaksasi

Relaksasi adalah teknik pelemasan otot sehingga akan

mengurangi tekanan pada otot dalam menurunkan atau meredakan

nyeri. Pertama, dengan menggepalkan jari ketika mengambil napas

dalam.Setelah menahan nafas beberapa waktu, klien menghembuskan

nafas sembari membiarkan tubuh melemas.Siklus ini diikuti oleh nafas

dalam dan perlahan, hyang mirip seperti menguap.

2. Distraksi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu

tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal diluar nyeri. Dengan

demikian, harapan pasien tidak berfokus pada nyeri lagi dan dapat

menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan

toleransi terhadap nyeri(Andarmoyo, 2013).

Andarmoyo (2013), jenis distraksi antara lain :

a. Distraksi visual atau penglihatan

Distraksi visual atau penglihatan adalah pengalihan

perhatian selain nyeri yang diarahkan kedalam tindakan-tindakan

visual atau pengamatan.Misalnya melihat pertandingan olah


28

raga, menonton televisi, membaca Koran, melihat pemandangan

atau gambar yang indah.

b. Distraksi audio atau pendengaran

Pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan

kedalam tindakan-tindakan melalui organ pendengaran.Misalnya,

mendengarkan musik yang disukai atau mendengarkan suara

kicauan burung serta gemercik air.Saat mendengarkan musik,

individu dianjurkan untuk memilih musik yang sesuai dan musik

tenang seperti musik klasik dan diminta untuk berkosentrasi pada

lirik dan irama lagu.

3. Bio umpan balik

Terdiri dari sebuah program latihan yang bertujuan untuk

membantu seseorang mengendalikan aspek tertentu sistem saraf

otonom.

4. Teory gate control

Serabut saraf kulit merupakan saraf berdiameter besar yang

menghantarkan impuls ke susunan saraf pusat.Apabila

terkenarangsangan misalnya pemijatan, maka diduga bahwa rasa nyeri

dapat dikendalikan dengan menutup pintu gerbang disubstansia

gelatinosa medulla spinals sehingga nyeri tidak sampai ke otak.


29

5. Akupuntur

Suatu teknik tusuk jarum yang menggunakan jarum-

jarumkecil, panjang untuk menusuk ke bagian-bagian tertentu dalam

tubuh untuk menghasilkan ketidakpekaan terhadap rasa nyeri.

6. Hipnotis

Reaksi seseorang akan yeri dapat diubah dengan signifikan

melalui hipnotis. Hipnotis berbasis pada sugesti, disosiasi, dan proses

memfokuskan perhatian.

7. Terapi sentuhan

Terpi sentuhan telah digunakan untuk beberapa gangguan sakit

kepala. Terapi ini merupakan turunan dari “meletakkan ” tangan.

Tubuh manusia dipercaya memili sumber energi yang mengekspesikan

pola yang menyimpang ketika sistem tubuh terganggu.

Andarmoyo (2013), strategi penatalaksanaan nyeri mencakup

pendekatan farmakologi.Salah satu pendekatan farmakologis yang biasa

digunakan adalah analgesic.Analgesic merupakan metode yang paling

umum untuk mengatasi nyeri walaupun analgesikdapat menghilangkan

nyeri dengan efektif. Ada 3 jenis analgesic antara lain:

a. Analgesik non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

NSAID non-narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan

nyeri sedang, seperti nyeri yang terkait dengan arthritis rheumatoid,

prosedur pengobatan gigi, dan prosedur bedah minor, episiatomi, dan


30

masalah punggung bagian bawah. Satu pengecualian yaitu ketorolak

(toradol), merupakan agens analgesic pertama yang dapat

dibandingkan dengan morfin (Potter & Perry, 2006).

b. Analgesic narkotik atau opiate

Analgesic narkotik atau opiate umumnya diresepkan dan

digunakan untuk nyeri sedang sampai berat, seperti pasca operasi dan

nyeri maligna. Analgesic ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk

menghasilkan kombinasi efek mengespresikan dan menstimulasi.

c. Obat tambahan (adjuvan)

Adjuvan seperti sadatif, anti cemas, dan relaksasi otot

meningkatkan kntrol nyeri atau menghilangkan gejala lainyang terkait

dengan nyeri seperti mual, dan muntah.Agen tersebut diberikan dalam

bentuk atau disertai dengan analgesik, sadatif seringkali diresepkan

untuk menderita nyeri kronik.Obat-obatan ini dapat menimbulkan rasa

kantuk dan kerusakan koordinasi, keputusan, dan kewaspadaan

mental.

C. Distraksi Pendengaran

1. Definisi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain

nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan

pengalihan perhatian pasien kehal-hal diluar nyeri. Dengan demikian,

diharapkan pasien tidak berfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
31

kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap

nyeri.

Distraksi pendengaran yaitu mendengarkan musik yang disukai,

suara burung, atau gemercik air.Klien dianjurkan untuk memilih musik yang

disukai dan musik yang tenang, seperti musik klasik. Klien diminta untuk

berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu .klien juga diperbolehkan untuk

menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti bergoyang,

mengetukkan jari tau kaki (Tamsuri, 2007).

Musik terbukti menunjukan efek yaitu menurunkan tekanan darah,

dan mengubah persepsi waktu.Perawat dapat menggunakan musik dengan

kreatif di berbagai situasi klinik, pasienumunya lebih menyukai melakukan

suatu kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau

mendengarkan musik.Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati

individu, merupakan pilihan yang paling baik (Potter & Perry, 2006).

Setyoadi (2011), terapi musik adalah teknik yang digunakan untuk

penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama

tertentu.

Terapi musik adalah suatu proses yang menggabungkan antara aspek

penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi, fisik/tubuh,

emosi, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan social seseorang(Natalina,

2013).
32

Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen

musik untuk meningkatkan, mempertahankan, serta mengembalikan

kesehatan mental, fisik, emosional, dan spiritual (Setyoadi, 2011).

2. Jenis Terapi Musik

Natalina(2013), Terapi musik terdiri dari dua jenis:

a. Aktif – kreatif

Terapi musik diterapkan dengan melibatkan klien secara langsung

untuk ikut aktif dalam sebuah sesi terapi melalui cara:

1) Menciptakan lagu (composing), klien diajak untuk menciptakan

lagu sederhana ataupun membuat lirik dan terapis yang akan

melengkapi secara harmoni.

2) Improvisasi, klien membuat musiksecara spontan dengan

menyanyi ataupun bermain musik pada saat itu juga atau membuat

improvisasi dari musik yang diberikan oleh terapis. Improvisasi

dapat juga sebagai ungkapan perasaan klien akan moodnya, situasi

yang dihadapi maupun perasaan terhadap seseorang.

b. Pasif – reseptif

Dalam sesi reseptif, klien akan mendapatkan terapi dengan

mendengarkan musik. Terapi ini menekankan pada physical, emotional

intellectual, aesthetic or spiritual dari musik itu sendiri sehingga klien

akan merasakan ketenangan atau relaksasi. Musik yang digunakan dapat


33

bermacam jenis dan style tergantung dengan kondisi yang dihadapi

klien.

3. Manfaat Terapi Musik

Terapi musik merupakan pengobatan secara holistik yang langsung

menuju pada symptom penyakit. Terapi ini akan berhasil jika ada kerja sama

antara klien dengan terapis. Menurut Natalina(2013), terapi musik memiliki

beberapa manfaat, diantaranya:

a. Musik pada bidang kesehatan

1) Menurunkan tekanan darah melalui ritmik musik yang stabil

memberi irama teratur pada sistem jantung manusia.

2) Menstimulasi kerja otak mendengarkan musik dengan harmoni

yang baik akan menstimulasi otak untuk melakukan proses analisa

terhadap lagu tersebut.

3) Meningkatkan imunitas tubuh suasana yang ditimbulkan oleh

musik akan mempengaruhi sistem kerja hormone manusia, jikakita

mendengar musik yang baik atau positif maka hormone yang

meningkatkan imunitas tubuh juga akan memproduksi.

4) Memberi keseimbangan pada detak jantung dan denyut nadi.

b. Musik meningkatkan kecerdasan

1) Daya ingat- menyanyi dengan menghafalkan lirik lagu, akan

melatih daya ingat


34

2) Konsentrasi- saat terlibat dalam bermusik(menyayi, bermain

instrumen) akan menyebabkan otak berkerja secara terfokus

3) Emosiomal- musik mampu memberikan pengharuh secara

emosional terhadap makhluk hidup

c. Musik meningkatkan kerja otot- mengaktifkan motorik kasar dan halus.

Musik untuk kegiatan gerak tubuh(menari, olahraga dll)

d. Musik meningkatkan produktifitas, kreatifitas, dan imajinasi

e. Musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormone beta-endorphine

ketika mendengar suara kita sendiri yang indah maka hormon

“kebahagian” (beta-endorphine) akan berproduksi

f. Musik membentuk sikap seseorang- meningkatkan mood. Karakteristik

makhluk hidup dapat terbentuk melalui musik, rangkaian nada yang

indah akan membangkitkan perasaan bahagia/semangat positif.

g. Musik mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi-

bermusik akan menciptakan sosialisasi karena dalam bermusik

dibutuhkan komunikasi.

h. Meningkatkan visualisasi melalui warna musik- musik mampu

membangkitkan imajinasi melalui rangkaian nada-nada harmonisasinya.


35

4. Teknik terapi musik

Setyoadi (2011), teknik dalam terapi musik adalah anatara lain :

a. Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan:

1) Mp3 jenis musik yang digunakan

2) Lingkungan yang tenang, nyaman, dan bersih

Persiapan klien :

1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan, serta meminta

persetujuan klien untuk mengikuti terapi musik

2) Posisikan tubuh klien secara nyaman dan rileks

b. Prosedur

1) Memberikan kesempata klien memilih jenis musik

2) Mengaktifkan Mp3 jenis musik dan mengatur volume suara sesuai

dengan selera klien

3) Mempersilakan klien mendengarkan musik selama 15 menit

4) Saat klien mendengarkan musik arahkan untuk fokus dan rileks

terhadap lagu yang didengar dan melepaskan semua beban yang ada

5) Setelah musik berhenti klien mempersilakan mengungkapkan

perasaan yang muncul saat musik tersebut diputar, serta perubahan

yang terjadi dalam dirirnya


36

D. Pengaruh Teknik Distraksi Terhadap Penurunan Dismenore

Distraksi merupakan perhatian dijauhkan dari sensai nyeri atau

rangsangan emosional negatif yang dikaitkan dengan episode nyeri.Penjelasan

teoritis yang utama adalah bahwa seseorang mampu untuk memfokuskan

perhatiannya pada jumlah fosi yang terbatas.Dengan memfokuskan perhatian

secara aktif pada tugas kognitif dianggap dapat membatasi kemampuan

seseorang untuk memperhatikan sensasi yang tidak menyenangkan.Agar efektif,

aktivitas distraksi memerlukan upaya kognitif yang cukup.Latihan distraksi

yang terlalu mudah secara cepat mudah menjadi otomatis atau melibatkan

respons monoton yang berulang cenderung tidak efektif (Reni, 2013).

Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa

aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input

sensori berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak

(nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan

dari luar juga dapat merangsang sekresi endofrin, sehingga stimulus nyeri yang

dirasakan oleh klien berkurang.Peredaan nyeri secara umum berlangsung

dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan

dan minat individu dalam stimulus.Oleh karena itu, stimulus pendengaran,

memungkinkan lebih efektif untuk menurunkan nyeri (Tamsuri, 2007).

Intervensi dapat dilakukan dengan pemberian modalitas yang bervariasi

yang memerlukan klien untuk terlibat dalam aktivitas mental yang

menyenangkan dan memerlukan fokus yang tinggi.Teknik yang umum sering


37

dilakukan termasuk mendengarkan musik favorit.Teknikdistraksiakan lebih

efektif jika melibatkaan klien dalam aktifitas. Sebagai contoh, mendengarkan

musik sambil mengetukkan jari mengikuti ritmeakan lebih efektif daripada

mendengarkan secara pasif saja. Strategi kognitif perlu untuk disesuaikan

dengan pilihan pribadi klien (Reni, 2013).

Setyoadi (2011), musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran

yang terogarnisasi, terdiri atas melodi, ritme, harmoni,warna(timbre), bentuk,

dan gaya. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan

ketidakmampuan yang dialami oleh seseorang.Ketika musik diaplikasikan

menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, memelihara

kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual dari setiap individu.Hal

ini dikarenakan musik memiliki beberapa kelebihan, seperti bersifat universal,

nyaman, menyenangkan, dan terstruktur sebagai contoh nafas, detak jantung

pulsasi semuanya berulang dan berirama. Intervensi menggunakan terapi musik

dapat mengubah ambang otak yang dalam keadaan stress menjadi lebih adaptif

secara fisiologis dan efektif.

Semua jenis musik dapat digunakan sebagai terapi seperti lagu-lagu

rileksasi, lagu popular, maupun klasik. Musik terbukti menunjukkan efek

menurunkan tekanan darah dan mengubah persepsi waktu. Perawat dapat

menggunakan musik dengan kreatif di berbagai situasi klinik, pasien umumnya

lebih suka menyukai melakukan suatu kegiatan memainkan alat musik,

menyanyikan lagu atau mendengarkan musik.Musik yang sejak awal sesuai


38

dengan suasana hati individu, merupakan pilihan yang paling baik (Potter &

Perry, 2006).

Hasil Penelitian Devynatalia Mathius(2012), tentang pengaruh terapi

musik instrument mozart terhadap penurunan nyeri dismenore pada siswi SMK

kesehatan Samarinda dapat disimpulkan bahwa terapi musik memiliki pengaruh

yang bermakna terhadap perubahan respon fisiologis dan respon prilaku pada

klien yang sedang mengalami nyeri dismenore.

E. Kerangka konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep

tentang pengaruh pemberian teknik distraksi terhadap penurunan dismenore pada

siswi SMA Muhammadiyah 1 kota Bengkulu pada penelitian ini adalah :

Variabel Independent Variabel Dependent


Teknik Distraksi Penurunan Dismenore

Bagan1. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Ada pengaruh antara teknik distraksi dengan penurunan dismenore pada siswi

SMA Muahammadiyah 1 kota Bengkulu tahun 2015.


39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah desain Quasi Eksperimen dengan

rancangan sebelum dan sesudah intervensi pada satu kelompok (one group pretest

and postest).

O1 X O2

Keterangan :

O1: Nyeri sebelum dilakukan distraksi

O2 : Nyeri sesudah dilakukan distraksi

X : Tindakan : distraksi

B. Kerangka Penelitian

Pola kerangka penelitiann ini dapat dilihat bahwa penelitian ini melalui pre

dan post intervensi

Pre test eksperimen Post test


Nyeri Distraksi Nyeri
sebelum sesudah
distraksi distraksi

39
40

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


Operasional

Terapi Terapi distraksi Mp3 Observasi


distraksi dengan
mengalihkan
pikiran dengan
mendengarkan
musik yang
disukai oleh
responden (Pop,
Klasik, dan
lain-lain)selama
15 menit

Dismenore Nyeri yang NRS Responden 0 = tidak Interv


disrasakan oleh (Numerica diminta nyeri al
siswi dengan l rating menunjukka 1-3 = nyeri
karakteristik scales) n tingkat ringan
nyeri abdomen nyeri pada 4-6 = nyeri
bagian bawah alat sedang
pengukur
nyeri/ NRS
D. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang UKS SMA Muhammadiyah 1 kota

Bengkulu. Penelitian ini dilakukan pada bulan 22 April-22 Mei 2015.

E. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya


41

(Sugiyono,2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA

Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu berjumlah 123 orang siswi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian polulasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013).

Untuk penelitian eksperimen yang sederhana , jumlah anggota sampel

adalah 10 sampai dengan 20 responden (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian

ini peneliti mengambil sampel yaitu 10 orang siswi yang menderita

dismenore.Sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang

dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007).

kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Siswi yang mengalami dismenore atau nyeri haid skala sedang.

b. Siswi yang bersedia menjadi responden.

kriteria eksklusi :

a. Siswi yang tidak mengalami dismenore.

b. Menolak menjadi responden.

F. Teknik Pengambilan Data

1. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder

yang diperoleh langsung dari UKS SMA Muhammadiyah 1 Bengkulu.

2. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan data primer

(jumlah siswi yang mengalamu dismenore) yang diperoleh langsung dari


42

responden. Instrument menggunakan lembar observasi sebelum dan

sesudah dilakukan distraksi. Langkah-langkah pengambilan data primer

dalam penelitian ini adalah :

a. Melakukan pengkajian karakteristik responden

b. Lingkungan yang nyaman, tenang, dan bersih.

c. Penelitian menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan dan

instrument pengkajian NRS.

d. Karakteristikresponden dikaji oleh peneliti.

e. Responden diminta menunjukkan nyerinya pada skala 0-10 yang ada

pada instrument pengkajian NRS untuk menilai skala nyeri pasien

sebelum diberikan terapi distraksi.

f. Responden memilih musik yang disukai dari mp3 atau memilih

daftar pilihan musik yang diberikan oleh peneliti.

g. Responden mulai mendengarkan musik arahkan untuk fokus dan

rileks terhadap lagu yang didengar.

h. Terapi dilakukan selama 15 menit.

i. Setelah dilakukan terapi distraksi pendengaran, peneliti

memperlihatkan kembali alat ukur nyeri/Numerical ratting

scales(NRS).

j. Responden diminta menunjukkan nyerinya pada skala 0-10 yang ada

pada instrument pengkajian NRS untuk menilai skala nyeri pasien

sesudah diberikan terapi distraksi pendengaran.


43

G. Pengelolahan Data

Pengelolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan computer,

melalui beberapa tahap antara lain:

1. Editing

Yaitu memeriksa data yang terkumpul tentang kelengkapan isisan, sehingga

bila ternyata ada yang belum lengkap bias diulang kesumber yang

bersangkutan.

2. Coding

Yaitu pemberian kode-kode tertentu pada masing-masing jawaban

menurut macamnya untuk memudahkan dalam tahap pengelolahan data

yaitu dengan memberikan kode angka.

3. Entering

Memasukkan data yang telah diedit dan dikoding menggunakan fasilitas

komputer dengan program komputer.

4. Tabulating

Yaitu pengelompokan data kedalam table yang dibuat sesuai dengan

maksud dan tujuan peneliti.

5. Cleaning

Pada tahap inio data yang telah dimasukkan kedalam tabel/komputer

sebelum dianalisis dilakukan pengecekan kembali, jika ditemukan

kesalahan pada entry data sehingga dapat diperbaiki dan dinilai.


44

H. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat yaitu analisis yang dilakukan tiap variabel-variabel dari

hasil penelitian.Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel yang diteliti, baik itu variabel

dependen maupun independen dengan menggunakan presentase

(Notoadmojdo, 2010).

2. Analisis Bivariat

Analisa data dalam penelitian ini menggunanakan analisis bivariat dengan

menggunakan uji paried t- Test. Uji ini digunakan untuk melihat pengaruh

teknik distraksi terhadap penurunana dismenore pada siswi SMA

Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

distraksi. Dinyatakan ada pengaruh jika p<0,05.


45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Jalannya Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Kota

Bengkulu.Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik

distraksi terhadap penurunan dismenore.Penelitian dilakukan dari tanggal 22

April 2015 sampai 22 Mei 2015. Langkah awal dilakukan adalah mengurus

surat izin penelitian di STIKes Bhakti Husada Bengkulu, Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu (KP2T) provinsi.

Untuk mengambil sampel dalam penetian ini digunakan teknik

purposive sampling, dengan kriteria insklusi yaitu siswi yang mengalami

dismenore yang sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data yang

dilakukan penelitian dengan menggunakan data primer (jumlah siswi yang

mengalami dismenore) yang diperoleh langsung dari responden dengan

metode wawancara secara singkat.Data primer dengan menggunakan lembar

observasi sebelum dan sesudah dilakukan distraksi.

Setelah didapat siswi yang sesuai kriteria, peneliti membuat

kesepakatan kepada responden mengenai waktu untuk mulai melakukan

penelitian yaitu saat responden mengalami dismenore.Langkah pertama,

setelah responden setuju untuk dilakukan distraksi pendengaran, peneliti


45
46

menanyakan tingkat nyeri yang dirasakan responden dengan menggunakan

format skala nyeri 0-10.Langkah kedua, peneliti memberikan posisi responden

senyaman mungkin.Lalu peneliti memberikan terapi distraksi pendengaran

yaitu musik yang disukai siswi selama 15 menit. Saat musik dimainkan,

dengarkan dengan seksama instrumennya, seolah-olah pemainnya sedang ada

di ruangan memainkan musik bias memilih duduk lurus di depan speaker, atau

bisajuga menggunakan headphone dan yang terpentingbiarkan musik

mengalir keseluruh tubuh. Bayangkan gelombang suara itu datang dari

speaker atau headphone dan mengalir keseluruh tubuh dan rasakan secara

fisik tapi juga fokuskan dalam jiwa. Fokuskan ditempat mana yang ingin

disembuhkan, dan suara mengalir ke sana.

Dengarkan, sembari membayangkan alunan musik itu mengalir

melewati seluruh tubuh dan melengkapikembali sel-sel, lapisan tipis tubuh

dan organ dalam.Setelah terapi diberikan peneliti menanyakan kembali tingkat

nyeri yang dirasakan responden dengan menggunakan format skala nyeri 0-

10. Jika nyeri yang dirasakan pasien belum ada penurunan, peneliti kembali

melakukan terapi distraksi dengan waktu yang sama.

Setelah diberikan teknik distraksi pendengaran, dilakukan dilakukan

pengkajian tingkat nyeri dismenore setelah diberikan perlakuan.Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan asisten penelitian untuk membantu

kegiatan penelitian.Data yang telah diperoleh dari penelitian kemudian


47

ditabulasi sesuai dengan keperluan peneliti dan data diolah melalui analisis

univariat dan analisis bivariat.

Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat dari variabel

independent dan variabel dependent, analisis bivariat bertujuan untuk meneliti

pengaruh teknik distraksi terhadap penurunan disminore.

2. Hasil pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberi Tindakan

Distraksi

a. Analisis Univariat

Tabel. 1
Rata-rata skala nyeri sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan
teknik distraksipada siswi SMA Muhammadiyah 1
Kota Bengkulu
Distraksi Rerata Nilai Standar Min Max
tengah Deviasi
Pretest 5,70 6 0,483 5 6
Posttest 2,60 3 0,516 2 3

Dapat dilihat padadata pre test terlihat rata-rata skala sebesar 5,70

berada pada kategori nyeri sedang. Sedangkan pada data post test terlihat

rata-rata skala sebesar 2,60 berada pada kategori nyeri ringan.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh teknik

distraksi terhadap penurunan dismenore pada siswi SMA Muhammadiyah

1 Kota Bengkulu, dengan menggunakan uji t- testsehingga dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel.2.
48

Pengaruh Teknik Distraksi Terhadap Penurunan Dismenore Pada


Siswi SMA Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu
Distraksi Rerata±s.d Perbedaan Nilai P
Rerata (IK
95%)
Pretest 5,70±0,483
3,100(2,474- 0,000
3,726)
Posttest 2,60±0,516

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa rata-rata pretest

adalah 5,70 dengan standar deviasi 0,483 sedangkan rata-rata posttest 2,60

dengan standar deviasi 0,516 hasil uji statistik dengan uji t sebelum dan

sesudah dilakukan distraksi.

B. Pembahasan

1. Tingkat Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Distraksi

pada Siswi SMA Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu

Skala terbanyak sebelum diberikan distraksi (pre test) menunjukkan

skala 6 dengan kategori nyeri sedang (70%) terdapat 7 responden dan skala 5

dengan kategori nyeri sedang (30%) terdapat 3 responden, sedangkan skala

terbanyak sesudah diberikan distraksi (post test) menunjukkan skala 3 (60%)

terdapat 6 responden dan skala 2 (40%) terdapat 4 responden. Dengan

demikian terlihat penurunan dismenore dari nyeri sedang menjadi nyeri

ringan. Hal ini hal ini dibuktikan dari ekspresi wajah pasien saat pasien

mendengarkan musik.Secara obyektif siswi dapat berkomunikasi dengan baik

dalam menyatakan rasa nyeri.


49

Dari hasil penelitian juga didapatkan penurunan skala nyeri yang

berbeda.Dari skala 6 turun menjadi skala 2, ada skala 5 turun menjadi skala

3.karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri

juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu

orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi

terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya

orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri

dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap

nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi

terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya pencegah nyeri sebelum nyeri

datang.

Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Potter & Perry

(2005), bahwa nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami

nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan

respon atau perasaan yang identik pada seorang individu.Klien bisa

mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah,

vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang

digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri.

Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit

mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak

mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu


50

tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien

mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

Penurunan skala nyeri yang berbeda-beda ini juga disebabkan oleh

makanan dan minuman yang tidak dianjurkan pada saat dismenore, seperti

terlalu seringmengkonsumsi makanan pedas dan minuman dingin karena

dapat menyebabkan bertambahnya nyeri saat mengalami dismenore. Hal ini

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Erfandi (2009), bahwa faktor lain

yang menyebabkan bertambahnya nyeri saat Dismenoreantara lain makanan

dan minuman yang dikonsumsi.

Salah satu faktor makanan yang menyebabkan terjadinya nyeri saat

haid yaitu Es krim dan makanan pedas.Terlalu banyak makan es krim justru

dapat memperburuk rasa nyeri pada perut.Es krim dapat meningkatkan nyeri

atau kram menstruasi.Es krim dan makanan lainnya mengandung asam lemak

omega-6 yang disebut asam arakidonat, yang dapat memperburuk inflamasi

atau peradangan dan meningkatkan pelepasan prostaglandin yang

menyebabkan kram. Mengkonsumsi susu dapat mencegah hal

ini.karenakalsium dalam produk susu sebenarnya dapat meringankan kram

haid, tapi anda harus mengkonsumsi dalam jumlah banyak untuk

mendapatkan terapi.
51

2. Rata-rata Skala Nyeri Sebelum (pre test) dan Sebelum (post test)

Diberikan Teknik Distraksi Pada Siswi SMA Muhammadiyah 1 Kota

Bengkulu

Pada data pre test terlihat rata-rata skala sebesar 5,70 berada pada

kategori nyeri sedang. Sedangkan pada data post test terlihat rata-rata skala

sebesar 2,60 berada pada kategori nyeri ringan. Pada pengukuran skala nyeri

sebelum tindakan distraksi didapatkan 10 responden (70%) siswi yang

dikatakan dalam kategori nyeri sedang dengan skala 6 yaitu siswi mengatakan

nyeri yang dirasakan siswi seperti tertusuk-tusuk. Siswi mengatakan pada saat

menstruasi mereka teramat sering mengkonsumsi minuman dingin dan

makanan pedas, Sehingga semakin mempengaruhi tingkat nyeri. Sehingga

nyeri yang dirasakan siswi saat menstruasi memaksa mereka untuk

beristirahat dan terganggu aktifitasnya sehari-hari seperti mengikuti proses

pelajaran. Sedangkan (30%) siswi yang dikatakan dalam kategori nyeri

sedang dengan skala 5 yaitu siswi mengatakan nyeri yang dirasakan pasien

seperti tertekan.Dilihat dari faktor pengalaman siswi sebelumnya yang dapat

menyebabkan bertambahnya nyeri.Siswi mengatakan jika saat menstruasi

mereka sangat menjaga pola makanan dan minuman yang dapat menyebabkan

nyeri seperti mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas dan minuman dingin.

Sehingga pada saat menstruasi, mereka akan lebih siap untuk melakukan

tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan bertambahnya nyeri dan siswi


52

tetap memaksakan diri untuk mengikuti proses pelajaran walaupun teramat

sakit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Potter

& Perry (2006), bahwa faktor-faktor yang menyebabkan nyeri adalah faktor

usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan,

pengalaman sebelumnya, gaya koping, dan dukungan keluarga dan sosial.

Pengukuran skala nyeri sesudah diberikan tindakan distraksi10

responden (60%) siswi yang dikatakan dalam kategori nyeri ringan dengan

skala 3 yaitu siswi mengatakan nyeri yang dirasakan siswi seperti mules dan

dapat dilihat dari respon siswi dalam menerapkan terapi musikSiswi tampak

tenang namun masih sedikit sulit dalam mengalihkan pikiran mereka terhadap

nyeri dengan musik yang mereka dengar. Sehingga siswi hanya monoton saja

saat mendengarkan musik tanpa ada hal yang melibatkan siswi dalam

aktifitas, seperti mengikuti irama lagu secara rileks.Sedangkan (40%) siswi

yang dikatakan dalam kategori nyeri ringan dengan skala 2 yaitu siswi

mengatakan nyeri yang dirasakan siswi seperti perihdan dapat dilihat dari

respon siswi dalam menerapkan musik.Siswi tampak lebih tenang dan siswi

dapat mengikuti irama lagu sambil mengetuk jari. Sehingga siswi mampu

mengalihkan nyeri mereka terhadap musik walaupun masih sedikit nyeri.

Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa

aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input

sensori berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak


53

(nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang

menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endofrin, sehingga

stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien berkurang.Peredaan nyeri secara

umum berlangsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas

sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulus.Oleh karena itu,

stimulus pendengaran, memungkinkan lebih efektif untuk menurunkan nyeri

(Tamsuri, 2007).

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Potter

& Perry(2006), musik terbukti menunjukan efek yaitu menurunkan tekanan

darah, dan mengubah persepsi waktu. Perawat dapat menggunakan musik

dengan kreatif di berbagai situasi klinik, pasienumunya lebih menyukai

melakukan suatu kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau

mendengarkan musik.Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati

individu, merupakan pilihan yang paling baik.

Pasien yang mengalami nyeri membutuhkan dukungan psikologis,

komunikasi dengan pasien akan bercerita tentang keadaan dan keinginannya.

Dengan mendengarkan musik yang disukainya, pasien merasa senang,

mendapat hiburan, nyaman dan diperhatikan. Dengan pasien ikut bernyanyi

akan membawa suasana hati kedalam isi dari lagu yang didengarkan atau

membawa pasien mengenang kepada suatu keadaan atau pengalaman yang

menyenangkan. Keadaan psikologis akan mempengaruhi keadaan fisiologis

sehingga perasaan senang dan nyaman akan mempengaruhi penurunan


54

persepsi nyeri yang dirasakan. Musik juga memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai dengan frekuensi,

tempo, dan volumenya.Makin lambat tempo musik, denyut jantung semakin

lambat dan tingkat stress menurun.Akhirnya pendengar pun terbawa dalam

suasana rileks, baik itu pada pikiran maupun pada tubuh sehingga rasa sakit

yang dirasakan siswi dapat berkurang dan mempengaruhi tingkat persepsi

nyeri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tamsuri

(2010), yang menjelaskan bahwa musik merupakan salah satu teknik distraksi

yang efektif, musik dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan

dengan mengalihkan perhatian seseorang dan nyeri. Musik terbukti

menunjukkan efek antara lain menurunkan frekuensi denyut jantung,

mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan

tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu. Stimulus sensori yang

menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin.Endorphin adalah

neuropeptide yang dihasilakn tubuh pada saat relaksi/tenang.Endorphin

dihasilkan diotak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat

berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan

rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk

mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi.


55

3. Pengaruh Teknik Distraksi Terhadap Penurunan Dismenore Pada Siswi

SMA Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil penelitian uji t-

testdidapatkan nilai p= 0,000 < α= 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh teknik distraksi terhadap penurunan dismenore pada siswi SMA

Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu. Dapat dilihat adanya penurunan intesitas

nyeri sebelum dilakukan distraksi dan sesudah dilakukan distraksi.

Hal ini membuktikan bahwa terapi musik bisa mempengaruhi

penurunan dismenore karena musik merupakan teknik yang dapat digunakan

untuk mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan bunyi atau irama.Hal ini

sesuai dengan pendapatSetyoadi (2011), terapi musik adalah teknik yang

digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi

atau irama tertentu.Elizabeth (2010), memberikan penjelasan bahwa perasaan

rileks akan dialami oleh wanita ketika merasakan alunan musik, hal ini

disebabkan karena irama dan vibrasi yang ditangkap oleh indera pendengaran

akan transmisikan ke otak yang diterjemahkan oleh korteks cerebri untuk

kemudian mempengaruhi ritme internal untuk berespon dengan cara

mengembangkan gerak otomatisnya mengikuti irama musik yang disukai

wanita.

Menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang otak yang dalam

keadaan stress menjadi lebih adapitifsecara fisiologis dan efektif. Musik tidak

membutuhkan otak untuk berfikir maupun mengiterprestasi, tidak pula


56

dibatasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental.Musik tidak memiliki

batasan-batasan sehingga begitu mudah diterima oleh pendengaran kemudian

diartikan oleh otak atau sistem limbik.Musik dapat pula beresonansi dan

bersifat naluriah sehingga dapat langsung masuk ke otak tanpa melalui jalur

kognitif.

Hal ini sesuai dengan pendapat Natalina (2013), terapi musik adalah

suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan musik itu

sendiri dengan kondisi dan situasi, fisik/tubuh, emosi, mental, spiritual,

kognitif dan kebutuhan sosial seseorang.


57

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh distraksi terhadap

penurunan dismenoredapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata skala nyeri sebelum diberikan tindakandistraksi sebesar 5,70.

2. Rata-rata skala nyeri sesudah diberikan tindakan distraksi sebesar 2,60.

3. Ada pengaruh distraksi nilai rata-rata skala nyeri yang menunjukkan

terjadinya penurunan dismenoreditunjukkan dengan hasil uji statistik nilai

p= 0,000.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan adapunsaran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Teoritis

Hasil penelitian ini hendaknya bermanfaat untuk memperluas

wawasan dan pengalaman belajar dalam meningkatkan kemampuan

dibidang penelitian khususnya tentang penanganan terhadap

dismenorediharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan tamabahan

pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain, serta sebagai inspirasi untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang penanganan masalah nyeri

57
58

dismenoredengan variabel penelitian yang berbeda, seperti teknik akupresur,

terapi panas dingin dengan metode, desain, seperti eksperimen murni

dengan analisis yang berbeda pula, seperti uji t-independent atau annova.

Hendaknya peneliti selanjutnya melakuakan penelitian dilakukan sendiri

tidak menggunakan pembantu peneliti, karena bisa menyebabkan perbedaan

persepsi antara pembantu dengan peneliti.

2. Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan khususnya pada

UKS untuk tidak selalu memberikan obat penahan nyeri pada siswi yang

mengalami disminore. Penelitian ini juga dapat menjadi alternatif

penanganan terhadap nyeri,teknik ini tidak memerlukan biaya yang mahal

dan mudah untuk di lakukan oleh setiap siswi SMA Muhammadiyah 1 Kota

Bengkulu sehingga dapat membantu mengurangi disminore agar tidak

menganggu konsentrasi belajar dan mengajar, UKS diharapkan

menyediakan radio tape sebagai alat mendengarkan musik untuk melakukan

teknik distraksi.

Pada distraksi pendengaran sebaiknya dipersiapkan tempat nyaman,

tenaga yang memang mendukung untuk keberhasilan dalam penanganan

disminore karna pada distraksidibutuhkan kosentrasi klien untuk

mendengarkan musik yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai