http://wellness.journalpress.id/index.php/wellness/
Email: wellness.buletin@gmail.com
Wellness and Healthy Magazine, 1(2), Agustus 2019, – 216
Linda Puspita; Tuti Anjarwati
PENDAHULUAN
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh
(growth spurt). Timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-
perubahan psikologik serta kognitif. (Setiyaningrum, 2015). Masa remaja adalah masa transisi
yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni anatara usia
10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering
disebut masa pubertas (Widyastuti Yani, 2009).
Masalah-masalah yang sering dihadapi remaja khususnya remaja putri yaitu menstruasi.
Menstruasi adalah proses fisiologi normal yang terjadi setiap bulannya selama usia produktif
wanita (Sharma, dkk , 2016). Menstruasi merupakan peristiwa pendarahan secara priodik dan
siklik (bulanan) disertai pelepasan selaput lendir rahim (endometrium) melalui vagina pada
perempuan seksual dewasa. Menstruasi pertama kali yang dialami wanita disebut menarche,
yang pada umumnya terjadi pada usia 14 tahun. Menarche merupakan pertanda bahwa
berakhirnya masa pubertas pada kehidupan seorang perempuan (Anwar,dkk, 2011). Wanita
yang sudah mengalami menstruasi biasanya akan merasakan keluhan- keluhan yang
mengganggu. Salah satunya adalah dismenore atau nyeri haid (Larasati & Alatas, 2016;
Kristianingsih, 2016).
Disminore adalah rasa sakit atau nyeri hebat pada bagian bawah perut yang terjadi saat wanita
mengalami siklus menstruasi. Nyeri biasanya berlangsung sesaat sebelum haid, selama haid,
hingga berakhirnya siklus menstruasi. Nyeri yang terus menerus membuat penderitanya tidak
bisa beraktifitas (Ratnawati, 2018; Surmiasih, 2016). Dismenore diklasifikasikan menjadi dua
yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder (Simanjuntak, 2014;).
Dismenore primer adalah nyeri saat menstruasi tanpa adanya kelainan pada alat- alat genital,
nyeri akan dirasakan sebelum atau bersamaan dengan permulaan menstruasi dan berlangsung
untuk beberapa jam. Dismenore sekunder adalah nyeri saat menstruasi dengan adanya kelainan
pada alat-alat genital. Biasanya terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis,
salfingitis, adenomiosis uteri, dan lain-lain (Simanjuntak, 2014).
Prevalensi kejadian dismenore masih tinggi, dimana angka kejadian dismenore di dunia
mencapai 90% (Holder, 2014). Penelitian yang dilakukan di Amerika 2 Serikat menunjukkan
bahwa hampir 95% wanita mengalami dismenore (Calis, 2015). Di Indonesia angka kejadian
dismenorea sebesar 64,25 % (Ernawati, 2010) dan di ibu kota Jawa Timur yaitu Surabaya
didapatkan 1,07% -1,31% dari jumlah penderita dismenorea datang kebagian kebidanan
(Ernawati, 2010
Dampak dismenorea pada remaja putri meliputi rasa nyaman terganggu, aktifitas menurun,
pola tidur terganggu, selera makan terganggu, hubungan interpersonal terganggu, kesulitan
berkonsentrasi pada pekerjaan dan belajar. Nyeri juga memengaruhi status emosional terhadap
alam perasaan. Remaja yang mengalami dismenorea pada saat menstruasi membatasi aktivitas
harian mereka khususnya aktivitas belajar disekolah (Kozier, 2010). Menurut penelitian pada
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2015 yang mengalami
desminorea sebesar 62% (Ismalia Nada, 2017).
Penatalaksanaan dismenore dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan terapi farmakologis
dan terapi non farmakologis. Penanganan dismenore dengan farmakologis biasanya
menggunakan jenis obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi antara lain
analgesic (pereda nyeri) golongan Non Steroid Anti Inflamasi Drug (NSAID), misalnya
parasetamol atau asetamenofen (sumagesic,panadol,dll), ibuprofen (ribunal, ostarin, dll) dan
obat obatan pereda nyeri lainnya (Proverawaty & Misaroh, 2009).
Sedangkan manajemen non farmakologis lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan
efek samping seperti kompres hangat atau mandi air hangat, massase, latihan fisik (exercise),
tidur yang cukup, hipnoterapi, distraksi seperti mendengarkan musik serta relaksasi seperti
yoga dan nafas dalam. Adapun salah satu cara exercise/ latihan untuk menurunkan intensitas
nyeri haid adalah dengan melakukan latihan abdominal stretching (Ningsih, 2011).
Latihan abdominal stretchingadalah latihan peregangan dalam pemeliharaan dan
mengembangkan fleksibilitas atau kelenturan daerah perut untuk mengurangi intensitas nyeri
haid yang dilakukan pada saat dismenore untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan
fleksibilitas otot yang dilakukan selama 10 menit (Thermacare, 2010). Pemberian latihan
abdominal stretching exercise terbukti berpengaruh terhadap penurunan kadar hormon
prostaglandine dan intensitas nyeri pada desmenore primer (Wulandari, 2016).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan melakukan
wawancara pada remaja putri di SMK PELITA dengan jumlah 36 remaja putri yang
mempunyai riwayat nyeri haid dan didapatkan data bahwa penanganan yang telah dilakukan
untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri haid adalah dengan obat analgesik sebanyak 3
orang, dibiarkan saja sebanyak 31 orang, tidur sebanyak 2 orang, sedangkan untuk latihan fisik
terutama latihan abdominal stretching tidak pernah dilakukan. Berdasarkan uraian diatas,
peneliti tertarik untuk meneliti adakah “pengaruh latihan abdominal stretching terhadap
penurunan intensitas nyeri haid pada remaja putri di SMK PELITA Kecamatan Gedongtataan
Kabupaten Pesawaran Tahun 2018”.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Penelitian Pre
eksperimental dengan pendekatan one group pretest posttest design, dimana pada penelitian ini
sampel diobservasi terlebih dahulu sebelum (Pretest) diberi perlakuan kemudian setelah
(Postest) diberikan perlakuan dan sampel tersebut diobservasi kembali (Sugiyono, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Abdominal Stretching Terhadap Intensitas
Nyeri Haid Pada Remaja Putri di SMK Pelita Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2018.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre eksperimental dengan
pendekatan one group pretest posttest design, dimana pada penelitian ini sampel diobservasi
terlebih dahulu sebelum (Pretest) diberi perlakuan kemudian setelah (Postest) diberikan
perlakuan dan sampel tersebut diobservasi kembali (Sugiyono, 2011). Populasi adalah dari
keseluruhan objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh remaja kelas X di SMK Pelita Gedongtataan Kabupaten Pesawaran tahun 2018
sebanyak 131 remaja putri.
Berdasarkan tabel 1 hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon sebelum dilakukan abdominal
stretching dengan jumlah responden 34 yang mengalami nyeri haid ringan dengan nilai mean
2,62, standar deviation 0,697, dan P-value =0,000 dan sesudah dilakukan abdominal stretching
Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid pada Siswi SMK
Wellness and Healthy Magazine, 1(2), Agustus 2019, – 218
Linda Puspita; Tuti Anjarwati
dengan nilai mean 1,21, standar deviation 0,844, dan P=value 0,000 yang berarti ada pengaruh
Abdominal Stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri di SMK Pelita
Gedongtataan Tahun 2019.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu oleh (Frenita Sophi,dkk.2013) tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan dismenorea pada siswi SMK Negeri 10 Medan Pada tahun
2013. Dengan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,019
artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga dengan kejadian
dismenorea. Rasio prevalensikejadian dismenorea siswi yang jarang berolahraga dan yang
sering berolahraga adalah 1,215 (1,004 –1,473). Siswi yang jarang berolahraga memiliki
kemungkinan risiko 1,2 kali lebih besar mengalami dismenorea daripada siswi yang sering
berolahraga. salah satu olahraga yang dapat dilakukan untuk menurunkan intensitas nyeri haid
(dismenorea) adalah dengan melakukan abdominal stretching. Abdominal stretching, yang
dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan fleksibilitas otot dapat
meningkatkan kebugaran, mengoptimalkan daya tangkap, meningkatkan mental dan relaksasi
fisik, meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh, mengurangi ketegangan otot (kram),
mengurangi nyeri otot dan mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi. Penelitian ini
membuktikan bahwa dengan melakukan abdominal stretchingdapat menurunkan intensitas
nyeri dismenorea.
Peneliti menyimpulkan intensitas nyeri haid pada remaja putri di SMK Pelita Gedongtataan
Tahun 2019 setelah dilakukan latihan abdominal stretching terdapat penurunan intensitas nyeri
haid. Olahraga yang dapat dilakukan untuk menurunkan intensitas nyeri haid (dismenorea)
adalah dengan melakukan abdominal stretching. Abdominal stretching dilakukan untuk
meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan fleksibilitas otot dapat meningkatkan kebugaran,
mengoptimalkan daya tangkap, meningkatkan mental dan relaksasi fisik, meningkatkan
perkembangan kesadaran tubuh, mengurangi ketegangan otot (kram), mengurangi nyeri otot
dan mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat nyeri haid pada tabel 2.5 dapat diketahui bahwa tingkat
nyeri haid setelah diberi latihan Abdominal stretching adalah rata-rata skala nyeri 1,12 dimana
sebelum dilakukan latihan abdominal stretching rata-rata skala nyeri 2,62 jadi pada penelitian
ini terdapat pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja
putri di SMK Pelita Gedongtataan Tahnun 2019.
Abdominal Streching Exercise salah satu managemen non farmakologis yang aman dilakukan
dan telah banyak digunakan untuk mengurangi gejala dismenorea primer. Sekitar 20% wanita
melaporkan bahwa menggunakan exercise mampu mengurangi rasa nyeri (Woo &
McEneaney, 2010). Latihan atau exercise adalah salah satu manajemen non farmakologis
yang lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis (Anisa, 2015).
Latihan abdominal stretching itu sendiri tidak beda jauh dengan senam, yaitu dapat membantu
meningkatkan oksigenasi atau proses pertukaran oksigen dan karbohidrat didalam sel serta
menstimulasi aliran drainase sistem getah bening, sehingga dapat meningkatkan kelenturan otot
dengan cara mengembalikan otot-otot pada panjangnya yang alamiah dan dapat memelihara
fungsinya dengan baik serta memperbaiki elastisitas atau fleksibilitas jaringan tubuh serta
mengurangi kram pada otot (Syafna,dkk,2018). Abdominal stretching ecercise dilakukan 3 hari
sebelum menstruasi setiap pagi atau sore fengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 30
menit (Syaiful&Naftalin,2018).
Sejalan dengan penelitian (Syafna, dkk, 2018) berjudul Pengaruh Latihan Abdominal Stretching
Terhadap Intensitas Dismenore. Denis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Quasy Experiment dengan rancangan penelitian Non-Equivalent Control Group.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata intensitas
dismenore sebelum dan sesudah diberikan intervensi latihan abdominal stretching pada
kelompok eksperimen dengan p value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa latihan abdominal
Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid pada Siswi SMK
Wellness and Healthy Magazine, 1(2), Agustus 2019, – 220
Linda Puspita; Tuti Anjarwati
Keterbatasan penelitian
Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari penelitian ini. Hal ini disebabkan
karena adanya beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian diantaranya penelitian ini
dilaksanakan 3 hari sebelum menstruasi sehingga peneliti sulit mengajarkan abdominal
stretching secara langsung karena keterbatasan waktu, sehingga peneliti hanya mengajarkan 1
kali. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada saat menjelang Ujian Nasional dan
Pelaksanaan PKL sehingga sampel yang diambil hanya kelas
Saran
1. Bagi SMK Pelita
Diharapkan kepada pihak sekolah untuk mensosialisasikan informasi kesehatan kepada
remaja putri tentang kesehatan reproduksi khusunya nyeri haid dengan melakukan
penanganan nonfarmakologis yaitu Abdominal Stretching
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti Yati & Pratiwi Anggi (2016). Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.
Bandung: Alfabeta.
Aisyah Nur Esy (2015). Statistik Inferensi Parametruk.Malang: Universitas Negeri Malang
Benny DJ Tarigan (2013). Pengaruh Abdominal Stretching Exercise Terhadap Intensitas Nyeri
Menstruasi (Dismenore) Pada Remaja Putri di SMA Kartika Surabaya Tahun 2013.
Haryono Rudi (2016). Siap Menghadapi Menstruasi & Menopause. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Hidayah & Fatma (2017). Pengaruh Abdominal Stretching Exercise Terhadap Penurunan
Disminore Pada Siswi Remaja di Madrasahaliyah Hasyin Asy’ari Bangsi Kabupaten
Jepara
Kusmiran Eni (2013). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salwmba Medika.
Kumalasari Intan & Andhyantoro Iwan (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika.
Kristianingsih, A. (2016). Faktor Risiko Dismenore Primer pada Siswi Sekolah Menengah
Pertama (SMP X) Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Aisyah :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 19 - 27. doi:https://doi.org/10.30604/jika.v1i1.4
Mia Nur Fauziah (2015). Pengaruh Latihan Abdominal Stretching terhadap intensitas nyeri
haid (Disminore) pada remaja putri di SMK Al- Furqon Bantarkawung Kabupaten
Brebes.
Mubarokah, dkk (2017). Persepsi Remaja Terhadap Derajat Disminore Pada Pelajar Putri
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
Murtiningsih & Karlina (2015). Penurunan Nyeri Disminore Primer Melalui Kompres Hangat
Pada Remaja. Cimahi
Nisak, dkk (2018). Pengaruh Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid Pada
Remaja Putri. Jombang
Ratnawati Ana (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Setiawan Ari & Nugroho Taufan (2010). Kesehatan Wanita Gender & Permasalahannya.
Bantul: Nuha Medika.
Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Surmiasih, S. (2016). Aktivitas Fisik dengan Sindrom Premenstruasi Pada Siswa SMP. Jurnal
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2), Hal 71 - 78.
doi:https://doi.org/10.30604/jika.v1i2.24
Syafna, dkk (2018). Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Disminore.
Universitas Riau
Syaiful & Naftalin (2018). Abdominal Stretching Exercise Menurunkan Intensitas Disminore
Pada Remaja Putri. Mahasiswa PSIK FIK Universitas Gresik
Tim Penyusun (2018). Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Lampung: STIKes Aisyah Pringsewu
Lampung
Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid pada Siswi SMK
Wellness and Healthy Magazine, 1(2), Agustus 2019, – 222
Linda Puspita; Tuti Anjarwati
Yumnunisak (2018). Pengaruh Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid Pada
Remaja Putri di Smk Kesehatan Bakti Indonesia Medika Jombang