PENDAHULUAN
Sebagian besar ibu hamil mengalami gangguan tidur yang bisa disebabkan oleh perubahan
fisiologis kehamilan yang bisa mengarah pada hal-hal yang bersifat patologis bagi wanita
hamil yang bisa menimbulkan berbagai keluhan gangguan tidur (Venkata & Venkateshiah
2009). Dari penelitian yang dilakukan oleh Putri (2018) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung menyatakan bahwa kondisi cepat lelah pada ibu hamil disebabkan oleh
keadaan tidur malam yang kurang nyenyak karena biasanya terbangun tengah malam untuk
berkemih. Biasanya pada trimester III juga terdapat kecemasan yang mulai muncul
menjelang persalinan terutama pada ibu primigravida. Ibu hamil yang mengalami insomnia
disebabkan oleh ketidaknyamanan karena uterus yang membesar, pergerakan janin terutama
jika janin sedang aktif bergerak (Husin,2014).
Perubahan fisik adalah perubahan yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya organ-organ
tubuh manusia. Perubahan tersebut meliputi, vagina, payudara, cairan tubuh, volume darah,
pernapasan, system urinarius, metabolism dan berat badan (Mellyna, 2001). Kondisi fisik dan
mental tertentu juga berpengaruh terhadap kejadian insomnia. Data yang di dapat dari
Canadian Community Health Survey (CCHS) melaporkan lebih daari 20% penderita asthma,
arthristik/rhematik, masalah pada punggung atau diabetes dilaporkan mengalami insomnia.
Menurut National Sleep Foundation (2007) dalam Razaei (2015), perempuan hamil yang
mengalami beberapa bentuk gangguan tidur mencapai 79%. Sebanyak 72% dari ibu hamil
akan mengalami frekuensi terbangun lebih sering pada malam hari.
WHO mendeklarasikan bahwa kematian ibu di negara berkembang mencapai hampir 20%
dikarenakan oleh pola makan dan kurang optimalnya waktu istirahat atau disebabkan oleh
keduanya yang saling berinteraksi (Sihotang dkk, 2016) Hampir semua wanita mengalami
gangguan tidur pada trimester III. Kebutuhan tidur tiap individu berbeda-beda termasuk
ketika hamil (Asmadi, 2008).
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur diperlukan
agar otak dan tubuh dapat memperbaiki dirinya sendiri, sehingga bila seseorang kurang tidur
akan segera tampak berbagai kelainan fisik maupun mental. Pada saat tidur kerja tubuh
melambat, sehingga membuat sel-sel penyembuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak
(Prasadja, 2009). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang dan masing-masing menyatakan
fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Tidur merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang, yang dapat dibangun kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton
1981: 679). Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiataan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar. Istirahat merupakan keadaan yang tenang relaks tanpa
tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan. Kehamilan, menyusui dan perubahan status
kesehatan seperti pembedahan juga meningkatkan kebutuhan istirahat. Akibat dari kurang
baiknya kualitas tidur bisa beresiko kehamilan dan saat melahirkan (Mindle dkk, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) secara global pravelensi insomnia merupakan
salah satu gangguan tidur pada ibu hamil diseluruh dunia adalah sebesar 41,8%. Pravelensi
insomnia pada ibu hamil di Asia diperkirakan sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%
dan Eropa 25,1%, di Indonesia penelitian yang sama dilakukan oleh Yoane Astria pada tahun
2010 dengan metode kuantitatif pada 158 responden ibu hamil, didapat sebanyak 75%
menalami penurunan kualitas tidur. Hasil penelitian Irma Dkk(2018) menunjukkan sejumlah
31 ibu hamil (96,9) mempunyai kualitas tidur buruk.
Husin (2014) menyampaikan bahwa dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh National
Sleep Foundation (2007) menyatakan bahwa lebih dari 79% wanita hamil mengalami
gangguan dalam tidurnya. Sering lelah dan gangguan tidur adalah salah satu keluhan yang
paling sering disampaikan oleh ibu hamil. Rata-rata 60% dari ibu hamil merasakan sering
lelah pada akhir semester dan lebih dari 75% mengeluhkan gangguan pola tidur. Hasil
penelitian Husin (2014) menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kualitas
tidur yang buruk (53%).
Nashori & Diana (2005) mendefenisiskan kualitas tidur adalah sebagai suatu keadaan dimana
tidur yang dijalani seseorang individu menghasilkan kebugaran dan kesegaran pada saat
terbangun. Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan Pittsbrugh Sleep Quality Index
(PSQI). Alat ini digunakan untuk menilai kualitas tidur yang terdiri dari 19 pertanyaan yang
terdiri dari 7 aspek parameter tidur, yaitu total jam tidur malam, waktu memulai tidur,
frekuensi terbangun, perasan segar saat bafun pagi, kedalaman tidur, kepuasaan tidur,
perasaan lelah atau mengantuk siang hari.
Sharma dan Franco (2013), megatakan bahwa 97% wanita hamil pada trisemester III
mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang sering dialami oleh ibu amil adalah
penurunn durasi tidur. Penurunan durasi tidur pada ibu Hamill dapat membuat kondisi ibu
hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja,
dan cenderung emosional.
Penelitian yang dilakukan di Kliik Bunda Bukittinggi pada wanita hamil trisemsetr ketiga
yang memeriksa kehamilan dan sepanjang tahun 2019 sebanyak 150 dan setiap bulannya
rata-rata 15 orang. 10 diantaranya mengatakan tidurnya terganggu karena factor posisi tidur
yang tidak nyaman, bayi yang mulai aktif dan juga sering buang air kecil dan sulit tidur
kembali.
Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya yaitu
perubahan hormon, stres, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang tidak nyaman,
sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi peregangan tulang-tulang
terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan (Huliana,
2007).
Terapi posisi atau pengobatan adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti
diagnosa. Terapi dapat menawarkan banyak perubahan, tetapi kontribusi terbesar mencakup
penerimaan; penerimaan terhadap diri sendiri dan terhadap keadaan, membantu pasien
mendapatkan sebagian besar kesempatan. Menurut beberapa literatur, tidur miring ke
samping kiri memberi manfaat optimal pada bayi anda untuk memperoleh aliran darah dan
nutrisi yang maksimal ke plasenta. Hal ini karena terdapat vena atau pembuluh darah balik
vena atau pemuluh darah balik besar (vena cava inferior) di bagian depan dari tulang
belakang yang menegembalikan darah dari tubuh bagian bawah ke jantung. Posisi ini dapat
membuat kerja ginjal membuang cairan dari tubuh ibu hamil bekerja cukup optimal sehingga
mengurangi pembengkakan pada kaki.
Tidur dengan posisi ini dapat anda lakukan dengan cara berbaring menyamping, dengan
menekuk lutut. Agar lebih nyaman, letakkan bantal diantara kaki, di bawah punggung, dan
dibawah perut dan Caranya, tinggikanlah bantal anda, kemudian tidurlah dengan cara
bersandar pada bantal tersebut. Jika ingin lutut terasa nyaman, anda bisa meletakkan
beberapa bantal dibawahnya
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh terapi posisional
terhadap kualitas tidur ibu hamil trisemester III di klinik bunda bukittinggi tahun 2020.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“ Apakah Ada Pengaruh Terapi Posisional Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trisemester
III Di Klinik Bunda Bukittinggi Tahun 2020? “
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Posisional Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trisemester III Di Klinik Bunda
Bukittinggi Tahun 2020.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik kehamilan ibu hamil di tahap trisemester III di klinik
bunda bukittinggi tahun 2020.
b. Mengetahui kualitas tidur pasien dengan kehamilan trisemester III sebelum
dilakukan pemberian terapi posisional di klink bunda tahun 2020.
c. Mengetahui kualitas tidur pasien dengan kehamilan trisemester III setelah
dilakukan pemebrian terapi posisional di klinik bunda tahun 2020.
d. Mengetahui pengaruh terapi posisional terhadap kualitas tidur ibu hamil
trisemester III di klinik bunda bukittinggi tahun 2020.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan sebagai pengembangan bagi penulis dalam memberikan
pengetahuan tentang pengaruh terapi posisional terhadap kualitas tidur ibu hamil
trisemester III di klinik bunda.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
sebagai referensi untuk menambah informasi dan bacaan tentang pengaruh terapi
posisional terhadap kualitas tidur ibu hamil. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan
sumber untuk peneliti lainnya.
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan untuk di aplikasikan bagi petugas atau instansi kesehatan terkait
dengan masalah penilitian ini, mengenai pengaruh terapi posisional terhadap kualitas
tidur ibu hamil trisemster III. Pasien dan keluarga diharapkan bisa melakukannya
dengan baik dan benar.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi acuan dan data bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian pengaruh terapi posisional terhadap kualitas tidur ibu hamil
trisemester III atau melanjutkan dengan variabel dan teori yang berbeda.
1.5 Ruang Lingkup Penelitiaan
Skripsi ini dilakukan untuk membahas pengaruh terapi posisional terhadap kualitas tidur ibu
hamil trisemester III Di klinik bunda bukittinggi yang sudah dilakukan pada tanggal.
Variabel independennya adalah terapi posisional dan variabel dependennya kualitas tidur
ibu hamil trisemester III. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil trisemester III yang
ada di klinik bunda. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang menggunakan
tehnik sampling dengan total sampling. Metode dalam penelitian ini adalah studi kuantitatif
dengan pendekatan Quasi Exsperiment one grup Pre-Postest Design. Dimana sebelum
dilakukan terapi posisional kualitas tidur pasien diukur dan setelah di lakukan terapi
posisional kualitas tidur paisen diukur kembali selama 2 kali intervensi. Alat ukur dalam
penelitian ini adalah peneliti menggunakan kuesioner PSQI (Pittsbrugh Sleep Quality Index)
yang diisi oleh peneliti sendiri dengan wawancara langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi
sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah.
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patalogis,
tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam
melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali ada
indikasi.
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ genetali interna yang terletak didalam rongga
panggul, dan organ genetala eksterna. Organ-organ wwanita ini berkembang dan matur
akibat rangsangan hormone estrogen dan progesteron. Seiring peningkatan usia atau bila
produksi homon ovarium menurun, struktur reproduksi ini akan mengalami atropi (ukuran
mengecil). Stuktur organ reproduksi ini slain didukung oleh persyarafan yang kompleks
dan luas juga didukung oleh suplai darah yang banyak.
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatum, korpus
luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm, kemudian dia mengecil setelah
plasenta terbentuk.
5) Payudara/Mamae
Mamae akan memebesar dan tegang akibat hormone somatomamotropin, estrogen
dan progesterone, akan tatapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan
hipertropi system saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada
mamae. Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasien,
laktalbumun dan laktoglubin. Hipertropi kelenjar sebase (lemak) yang muncul di
areola primer dan disebut tuberkel Montgomery.
6) System endokrin
Berikut perubahan hormonal selama kehamilan (dari trimester I sampai III)
a) Estrogen
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir
kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
b) Progesteron
Progesterone menyebabkan tonus otot polos menurun dan juga diuresis.
Progesteron menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan sub kutan di
abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsih sebagai adangan energy
baik padda masa hamil maupun menyusui.
c) Human Choirionic Gonadotropin (HCG)
Human ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah pembuahan dan merupakan
dasar tes kehamilan. Fungsi utamanya adalah memepertahankan korpus
luteum.
d) Human Placental Lactogen (HPL)
Hormon ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2
gram/Haari. Bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil
naik.
e) Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan, karena
ditekan oleh estrogen dan progesterone plasenta.
f) Prolactin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaika sekresi estrogen.
g) Growth Hoemon (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan PHL.
h) TSH, ACTH, MSH
Hormon-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
i) Tiroksin
Kelenjaa tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat. Karena
thyroid globulin meniggi, sebagai akibat tingginya estrogen, dan juga
merupakan akibat hierplasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularisasi.
Tiroksin mengatur metabolisme.
j) Aldosteron, Renin dan Angiotensin
Menyebaban naiknya volume intravaskuler.
k) Insulin
Produksi insulin menigkat akibat estrogen, progesterone, dan HPL
l) Parathormon
Tidak dipegaruhi oleh kehamilan.
7) System kekebalan
Imunoglobulin G dan igG merupakan komponen utama dari immunoglobulin
janin di dalam uterus dan neonatal dini. igG merupakan satu-satunya
imunoglobiun yang dapat menembus plasenta sehingga immunitas pasif akan
diperoleh oleh bayi. Kekebalan ini dapat melindungi bayi dari infeksi selanjunya.
8) Traktus Urinarius/perkemiha
Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtrasion rate) dan aliran plasma ginjal
meningkat pada kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan
metabolisme dan sirkulasi darah tubuh ibu yang meningkat dan juga mengeksresi
produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah karena adanya hormon kehamilan,
peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan.
Peubahan fungsi ginjal diengaruhi oleh hormon maternal dan plasenta termasuk
Adenocorticotrofik Hormonal (ACTH), ADH (anti diuretic hormon aldostro,
aldostron, kortisol, HCS (Human Chorionic Somatotropin) dan hormone tiroid.
Protein urin secara normal dieksresikan 200-300 mg/hari, bila melebihi 300
mg/hari, maka harus diwaspadai terjadinya komplikasi.
9) Traktus Digestivus/Pencernaan
Perubahan rasa tidak enak diulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung
dan aliran balik asam lambung ke esophagus bagian bawah. Sering terjadi nausea
dan muntah karena pengaruh HCG, tonus otot-otot traktus digestivus menurun
sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Hipersaliva sering
terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa
wania ditemukn adanya (ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan
persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bias mengurangi rasa muak
dan munah. Kondisi lainnya adalah pica (mengidam) yang sering dikaitkan dena
anemia akibat defisiensi zat besi ataupu adanya suatu tradisi.
10) Sirkulasi Darah/Cardivaskuler
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengarui oleh adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesr dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula,
mamae dan alat lain yang memang berfungsih berlebihan dalam kehamilan. RBC
meningkat 18% tanpa supleme-supleme zat bessi dan terjadi peningkatan yang
lebih besar yaitu 30% jika ibu meminum suplemen zat besi. Karena volume
plasma meningkt rata-rata 50% sementara masa RBC meningkat hanya 18-30%,
maka terjadi penurunan hematocrit selama kehamilan norml sehingga disebut
anemia fisiologis.
Tekanan darah akan turun seama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunan dalam perifer vaskuler resistance yang disebabakan oleh pengar
peregangan otot halus oleh progesterone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10
mmHg dan diastolic pada 10-15 mmHg. Hipertropi (pembesaran) atau dilatasi
ringan jantung mungkn disebabkan oleh penigkatan volume darah dan curah
jantung karena diafragma terdoron keatas, Jantung terangkat kea ta dan berotasi
kedepan dan kekiri.
11) Musculoskeletal
Akibat peningkatan kadar horom estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari
jarigan ikat, kartilago, dan ligament juga mningkatkan jumlah ciran synovial.
Bersamaan dua keadaan tersebut meningkat fleksibilitas dan mobilits perendiaan.
Karena pearuh hormone etrogen dn progesterone, terjadi relaksasi dari ligamen-
ligamen dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan/otot
terutama otot-otot pada pelvic. Bersamaan engan membesarnya ukuran uterus
menyebabkan perubahan yng drastis pada kurva tuang belakang yang bias any
menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil.
12) Integumen/Kulit
Perubahan yang umum terjadi adalah peningkatan ketebalan kulit dan lemak sub
dermal, hiperpigmentasi pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas
vasomotor. Jaringan elastic mudah pecah, menyebabkan strie gravidarium, atau
tanda regangan. Pada kulit terdapa deposit pigmen dan hiperigmentasi alat-lat
tertentu, pigmentasi ini disebabkan pengruh Melnophore Stimulating Hormone
(MSH) yang meningkat. MSH ini dalah salah satu hormone yang dikeluarkan oleh
lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposi pigmen pada dahi, pipi,
hidung dikenal sebagai cloasma gravidarum.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam dikenala sebgi linea grisea. Linea nigra
adalah garis pigmentasi dari simfisis pubis smpai ke bagian atas fundus digaris
tenah tubuh. Kulit perut juga tampak seolah-olah retak, warnanya berubah agak
hiperemik dan kebiru-biruan disebut striae livide. Setal partus, striate ini berubah
menjadi putih disebut striae albicans.
13) Metabolisme
Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi. BMR meningkat hingga
15-20% yang umumnya terjadi pada triwulan terakhir. BMR mencerminkan
penigkatan kebutuhan oksigen di unit janin, plasenta, uterus serta peningkatan
kerja jantung ibu. Pada kehamilan tahap awal banyak wanita mengeluh merasa
lemah dan letih setelah melakukan aktivitas ringan. Perasaan ini sebagian dapat
disebabkan oleh peningkatan aktivitas metabolic.
a) Berat badan dan indeks masa tubuh
Pada bulan pertama kenaikan badan belum terlihat, tetapi baru tmpak dalam
bulan ketiga.
b) Darah dan pembekuan darah
Kehamilan menghsilkan perubahan dalam harga-harga normal berbagai hasil
pemeriksaan laboratorium. Perubahan ini terjadi karena: perubahan fungsi
endokrin aternal dan tumbuhnya placenta yang juga brfungsi sebagai alat
endokrin kebutuhan metabolism yang meningkt karena pertumuhan janin.
14) System pernafasan
Kebutuhan oksigen ibu meingkat sebagai respon terhadap percepatan laju
metabolic dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin
membutuhkan oksigen dan suatu cara untu membuang karbn dioksida.
Peningkatan volume tidal pernafasan yang berhuunga dengan frekuensi nafas
normal menyebabkan peningkatan volum nafas satu menit skitaran 26%.
Peningkatan volum napas satu menit disebut hiperventilsi kehamilan, yang
menyebabkan konsentrasi karbon dioksida dialveoli menurun.
15) System persyarafan
Perubahan fisiologik spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulya gejala
neurologis dan neuromuscular berikut.
a) Kompresi syaraf panggul atau statis vaskuler akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.
b) Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada syaraf
atau kompresi akar syaraf.
c) Edema yang melibatkan syaraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel
syndrome selama triemester akhir kehailan.
d) Akroestasia (rasa nyeri dan gatal ditangan) yang timbul akibat posisi bahu
yang membungkuk, dirasakan oleh beberapa wanita selama hamil. Keadaan
ini berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus brakialis.
e) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas dan tidak
pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubunkn dengan
gangguan pengihatan, seperti kesalahan refraksi, sinutis atau migren.
f) Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan (sinkop) sering
terjadi pada awal kehamilan. Ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural
atau hipoglikemi mungkin keadaan yang bertanggung jawab atas keadaan ini.
g) Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuscular, seperti
kram otot atau tetani.
2. Trisemester II
a. Sistem reproduksi
1) Vulva dan vagina
Peningkatan vaskularisasi vagina dan visera panggul lain menyebabkan
peningkatan sensitivitas yang menyolok. Peningkatan sensitivitas dapat
meningkatkan keinginan dan bangkitan seksual, khususnya trimester kedua
kehamilan. Peningkatan kongesti, ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan
uterus yang berat dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema
dan varises biasanya membaik selama periode pasca partum.
2) Serviks uteri
Konsistensi serviks menjadi lunak dan kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi
lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
3) Uterus
Pada saat uterus mulai memasuki rongga peritoneum.
a) 16 minggu: fundus uteri kira-kira terletak diantara ½ jarak pusat ke simphisis.
b) 20 minggu: fundus uteri kira-kira terletak di pinggir bawah pusat.
c) 24 minggu: fundus uteri berada tepat diinggir atas pusat.
Hipertropi ektensif (pembesaran) ligamentum teres uteri mempertahankan posisi
uterus. Segera setela bulan keempat kehamilan, kontraksi uteru dapat dirasakan
melalui dinding abdomen. Kontraksi ini disebut tanda Braxton hicks. Kontraksi
Braxton hicks adalah kontraksi tiak teratur yang tidak menimulkan nyeri, yang
timbul secara intermiten sepanjang setiap siklus menstruasi. Selain betambah
besar, uterus juga mengalami perkembangan desidua. Selain bertambah besar,
uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk dan posisi. Dinding-dinding otot
menjadi kuat dan elastis. Fundus pada serviks mudh fleksi yang disebut tanda Mc
Donald. Setelah minggu ke-8 korpus uteri dan serviks melunak dan membesar
secara keseluruhan. Fundus menekan kandung kemih, menyebabkan wanita sering
mengalam urinary frequency (sering berkemih).
4) Ovarium
Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan mengganti funsih
korpus leteum gravidatium.
5) Payudara/Mammae
Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari putting susu dapat keluar cairan
berwarnah putih agak jernih disebut coluatrum. Cloatrum ini berasal dari asinus
yangmuli bersekresi. Kadar hormone luteal dan plasenta pada masa hamil
meningkatkan proliferasi ductus teraba penyebaran nodul kasar.
b. System pencernaan
Perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam
rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran
pencernaan, usus besar, kearah atas dan lateral. Wasir (hemorrhoid) cukup sering
pada kehamilan sebagian besar akibat konstipasi dan naiknya tekaan vena-vena
dibawah uterus termasuk vena hemorrhoid. Panas perut (heart burn) terjadi karena
terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esophagus bagian bawah.
c. System respirasi
Karena adanya penurunn tekanan CO2 seorang wanita hamil seing mengeluh
sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernafas.
d. System kardiovaskuler
Pada usia kehilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses hemodilusi.
Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali pada tekanan
darah sebelum aterm. Perubahan auskultasi mengiringi prubahan dan posisi
jantung. Peningkatan volume darah dan curah jantung juga menimbulkan
perubahan hasil askultasi yang umum terjadi selama hamil. Selain mmurmur
ejeksi sistolik tingkat II dapat didengar didaerah pulmonal. Antara minggu ke-14
dan ke-20, denyut meningkat perlahan, mencapai 10-15 kali permenit, kemudian
menetap sampai aterm. Dapat timbul palpitasi.
e. System Traktus Urinarius
Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih
dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih
menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml, pada saat yang
sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin
berkemiih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
f. System muskulo skleta
Selama trismester kedua mobilitas persendian akan berkurang terutama pada
daerah siku dan pergelngan tangan meningkatnya retensi caairan pada jaringan
konektif/jaringan yang berhuungan disekitarnya.
g. System integument
Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, kadar MSH pun
meningkat.
h. System endokrin
Adanya peningkatan hormone estrogen dan progesterone serta terhambatnya FSH
dan LH.
i. Kenaikan berat badan
Kenaikan berat badan 0,4-0,5 kg perminggu selama sisa kehailan.
3. Trimester III
a. System resproduksi
1) Uterus
Pada trimester III itmus lebih nyata menjadi bgian korpus ueri dan
berkembang menjaadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua
karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebih lebar dan
tipis, tampak batas yang nyata atara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis
dinding uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR.
a) 28 minggu: fundus uteri terletak kira-kira tiga jari diatas pusat ata 1/3
jarak antara pusat ke prosesus xifoedius (25 cm).
b) 32 minggu: fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat dan
prosesus xifoedius (27 cm).
c) 36 minggu: fndus uteri kira-kira 1 jari dibawah prosesus xifoedius (30
cm).
d) 40 minggu: fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus
xifoedius (33 cm).
Setelah minggu ke-28 kontraksi brakon hicks semakin jelas, terutama pada
wanita yang langsing. Umumnya akan menghilang bila wanita tersebuut
melakukan latihan fisik atau berjalan.
b. System traktus urinius
Pada akhir khamilan kepala janin muai turun ke pintu atas panggul keluhan sering
kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mmlai tertekan kembali.
Selain itu uga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolism air menjadi lancer.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi dari
pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat kekanan akibat terdapata
kolon rektosigmoid di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuatpelvis dan ureter mapu menampung urine dala
volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
c. System respirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang membesar kea rah
diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan
kebanyakan wanata hamil mengalami derajat kesulitan bernafas.
d. Kenaikan berat badan
Terjadi kenaikan bberat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari mulai awal
kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg.
e. Sirkulasi darah
Peningkatan RBC menyebabkan penyaluran oksigen pada wanita dengan hamil
lanjut mengeluh sesak nafas dan pendek nafas. Hal ii ditemukan pada kehamilan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan bayi. Aliran darah meningkat dengan
cepat seiring pembesaran uterus. Walaupun aliran darah uterus meningkat duaa
puluh kali lipat, ukuran konseptus meningkat lebih cepat. Akibatnya lebih banyak
oksigen diambil dari darah uterus selama masa ehamilan lanjut (Genong, 1989).
Dengan menggunakan alat ultrasound atau stetoskop janin, pemberi pelayanan
kebidanan dapat mendengar:
1) Uterine soufflé atau murmur, suatu buni aliran darah ibu bergegas menuju
plasenta, yang sikron dengan nadi ibu.
2) Souffle funic yang sinkron dengan frekfensi bunyi jantung janin dan
disebabkan oleh darah janin yang mengalir melalui tal pusat dan
3) Frekuensi denyut jantung janin (DJJ)
Semua bunyi ini adalah tanda pasti kehamilan.
f. System Muskuloskeltal
Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring kedepan,
penurunan tonus otot perut dan eningkatan beban berat pada akhir kehamilan
membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi
wanita bergeser kedepan. Kurva lumbo sacrum normal harus semakin
melengkung dan didaerah serviksdorsal harus terbenuk kurvatura (fleksi anterior
kepala berlebihan) untuk mempertahankan keseimbangan. Wanita mudayang
cukup berotot dapat mentoleransi perubahan ini tanpa keluhan. Akan tetapi wanita
yang tua dapaat mengalami gangguan punggung atau nyeri punggung yang cukup
berat selama dan segera setelah kehamilan.
Otot dinding perut meregang dan akhirnya kehilangan sedikit tonus otot. Selama
trimester ketiga otot rektus abdominis dapat memish, menyebabkan isi perut
menonjol digaris tengan tubuh. Umbilicus menjadi lebih datar atau menonjol.
Setelah melahirkaan otot secra bertahap kembali, tetapi pemisahan otot (diatasis
recti abdominis) menetap. Hormone progesterone dan hormone relaxing
menyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada
satu minggu terakhir ehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada
panggul untk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan,
tulang pubik melunak menyerupai tulan sendi, sambungan sendi sacrococcingus
mengendur membuat tulang coccigis bergeser kearah belakang sendi panggul
yang tidak stabil, pada ibu hamil hal ini menyebabkan sakit pinggang.
Lordosis progresif merupakan gambaran yng karakterisik pada kehamilan normal.
Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus ang semakin membesar, lordosis
menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai bawah. Mobilitas sendi
sakroilaka, sakrokoksigeal dan sendi pubis bertambah besar dan menyebabkan
rasa tidak nyaman di baagian bawah punggung khususnya pada akhir kehamilan.
Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa dan lemah dialami oleh anggot badan
atas yang disebabkan lordosis yang besar dengan flksi anterior leher dan
merosotnya lingkar bahu yang akan menimnulkan traksi pada nervus ulnaris dan
medianus (Crisp dan de Francesco, 1964). Ligament rotundum mengalami
hipertropi dan mendapatkan tekanan dari uterus yang mengakibatan rasa nyeri
pada ligament tersebut.
2.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Sesuai Tahap Perkembanganya
1. Kebutuhan fisik ibu hamil
a. Oksigen
Untuk memenuhi kebutuhn oksigen maka ibu hamil perlu:
1) Latihan nafas melalui senam hamil
2) Tidur dengan bantal yang teralu tinggi
3) Makan tidak terlalu banyak
4) Kurangi atau hentikaan merokok
5) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau ganggua pernafasan seperti astma dan
lain-lain
b. Nutrisi dalam kehamilan
1) Kalori
Diindonesia kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah 2000 Kkal,
sedangkan untuk oraang hamil dan menyusui masing-masing adalah 2300 dan
2800 Kkal. Asupan makan ibu hamil pada triwulan 1 sering mengalami
penurunan karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul mual dan muntah.
Pada triwulan kedua nafsu makan biasanya sudah mulai meningkat, pada
trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat.
2) Protein
Protein sangat dibutuhan untuk perkembangan buah kehamilan yaitu untuk
prtumbuhan janin, uterus, plasnta, selain itu untuk ibu penting untuk pertumbuhan
payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (protein plasma, hemoglobin dll). Protein
yang dianjurkan adala protein hewani seperti daging, susu, telur, keju dan ikan
karena mereka engandung koposisi asam amino yang lengkap.
3) Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan sehari-
hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Pada umumnya dokter selalu
memberi suplemen mineral dan vitamin prenatal untuk mencegah kemungkian
terjdinya defisiensi.
4) Vitamin
Pemberian asam olat terbukti mencegah kecatatan pada bayi.
c. Personal hygiene
Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan keringat. Kebersihan mulut dan gigi, perlu mendapat perhatian karena
sering kali mudah teradi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekuranga kalsium.
d. Eliminasi (BAB/BAK)
Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi
lebih basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh sehingga
wanita hamil mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Wanita perlu memelajari
cara membersihkan alat kelamin yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang setiap
kali selesai berkemih atau buang air besar dan harus menggunakan tisu atau lap atau
handuk yang bersih setiap kali melakukannya.
Akibat pengaruh progesterone, oto-otot tractus digestivus tonusnya menurun,
akibatnya motilitas salura pencrnaa berkurang dan menyebabkan obstipasi.
e. Mobilisasi dan body kekanik
1) Duduk
Tempatkan tangan dilutut dan tari tubuh keposisi tegak atur dagu ibu dan tarik
bagian atas kepala seperti ketika ibu berdiri
2) Berdiri
Sikap berdiri yang benar dapat membantu sewaktu hamil disaat berat janin
semakin bertambah jangan berdiri utuk jangka waktu yang lama. Berdiri dengan
menegakkan bahu dan mengangkat pantat. Tegak lurus dari telinga sampai ke
tumit kaki.
3) Berjalan
Hindari sepatu bertumit runcing karena mudah menghilankan keseimbangan.
4) Tidur
Ibu boleh tidak tengkurap, kalau sudah terbiasa, namun tekulah sebelah kaki dan
pakailah guling, supaya ada ruang bagi bayi. Posisi miring juga menyenanagkan,
namun jangan lupa memakai guling untuk menopang berat Rahim anda.
Sebaiknya usia kehamilan 6 bulan, hindari tidur telentang, karena tekanan Rahim
pada pembuluh darah utama dapat menyebabkan pingsan. Tidur dengan kedua
tungkai kaki lebih tinggi dari badan dapat mengurangi rasa lelah.
5) Bangun dan berbaring
Untuk bangun dri tempat tidur, geser dulu tubuh ibu ke tepi tempat tidur,
kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan dengan kedua tangan, putar
tubuh lalu perlahan turunkan kaki ibu. Diamlah dulu dalam posisi duduk beberapa
saat sebelum berdiri.
6) Memungkuk dan mengangkat
Terlebih dahulu menekuk lutut dan unakan otot kak untuk tegak kembali. Hidari
membugkuk yang dapat membuat membuat punggung tegang.
Tidur merupakan suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan merupakan suatu
kebutuhan dasar agi manusia, dimana pada saat istirahat dan tidurtubuh melakukan
pemulihan dan mengumpulkan stamina kembali dari aktivitas yang stelah dilakukan
selama terjaga sehingga dapat kembali ke kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2014).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau
rangsangan yang cukup. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat
tanda-tanda aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan
proses fisiologis tubuh dan penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Asmadi,
2008).
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkanoleh
stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak
sadarkan diri yang relatife, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan
tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas
yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan
terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar, (Agustina, 2012: 67)
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkn susunann saraf pusat, saraf perifer, endokrin,
kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskletal. Tiap kejadian tersebut dpat diidentifikasi atau
direkam dengan elektroensepalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukuran tonus
otot dengan menggunakan elektromeogrm (EMG) dan elektrooculogram (EOG) untuk
mengatur pergerkan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral
yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Retrikular aktifating sistem (RAS) dibagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel
khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan keadaan. RAS memberikan stimulus
fisiual, auditory, nyeri, dan sensiri raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri
(emosi, prosess pikir).
1. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradopsial. Hal tersebut berarti
tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya
bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-oto kendor, tekanan darah
bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak balik), sekresi lampung
meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan
pernafasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu tubu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-
gejala sebagai berikut :
a. Cenderung hiperaktif
b. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil).
c. Nafsu makan bertambah
d. Bingung dan curiga
2. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tiur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak
lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur
NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekann darah turun, kecepatan
pernapasan turun, metbolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak. Keempat tahap terseut yaitu :
a. Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi di mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur,
pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot
menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke
kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada EEG terlihat
terjadi penurunan voltasi gelomang-gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap I
ini dapat dibangunkan dengan mudah.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai
dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-
lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG
timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombang ini disebut
dengan gelombang tidur. Tahap II ini berlangsung sekitar 10-15 menit.
c. Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
menyeluruh, kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Pada EEG memperlihatkan
perubahan gelombang beta menjadi 1-2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap
III ini sulit untuk dibangunkan.
d. Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur di mana seseorang berada dalam keadaan rileks,
jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai , dan sulit dibangunkan.
Pada EEG, tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2
siklus/detik. Denyut jantung dan pernafasan menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini
dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap kelima
ini merupakan tidur REM di mana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V, hal
tersebut ditandai dengan kembalinya bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan
lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit, dapat
pula terjadi mimpi.
Apabila seseorang kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut:
Usia sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM, sisa waktu tidur
relatif konstan
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur REM
Dewasa muda Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
tahap I, 50% tidur tahap II, DAN 10-20% tidur tahap III-IV
Dewasa Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin mengalami
pertengahan insomnia dan sulit untuk dapat tidur
Dewasa tua Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin mengalami
insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari
Tabel 2.1 kebutuhan tidur pada setiap tahap perkembangan
1. Adanya penyakit
Seseorang yang mengalami sakit merupakan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian keadaan sakit menjadi pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit dalam.
2. Vasing
Pasien yang biasanya tidur pda lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh, maka akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menibulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap
REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan aktivitas saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a) Dierutik : menyebabkan insomnia
b) Kafein : meningkatkan saraf simpatis
c) Narkotika : mensupresi REM
2.2.8 Fungsi Tidur
Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakinkan bahwa tidur dapat
digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres
pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur,
sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum
terdapat dua efek fisiologis dari tidur : pertama, efek pada sisitem saraf yang diperkirakan
dapat memulijkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf,
dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam
organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan ( Aziz Alimul, 2006).
2.2.9 Kualitas Tidur
Nashori & Diana (2005) mendefenisiskan kualitas tidur adalah sebagai suatu keadaan
dimana tidur yang dijalani seseorang individu menghasilkan kebugaran dan kesegaran
pada saat terbangun.
Kualitas tidur mengandung arti kemampuan individu untuk dapat tetap tidur dan bangun
dengan jumlah tidur REM dan NREM yang sesuai (Arkha & Miftahul, 2019).
2.2.10 Pengukuran Kualitas Tidur
Pengukuran kualitas tidur dilakukan menggunakan The Sleep Quality Questionaires
(SQQ) yang telah diterjemhkan dalam versi bahasa indonesia yaitu Kuesioner Kualitas
Tidur (KKT) yang dimodivikasi dari the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buysse,
et all., 1998) dan St. Mary’s Hospital (SMH) sleep questionnaire (Ellis et al., 1981),
terdiri dari 7 aspek parameter tidur, yaitu total jam tidur malam, waktu memulai tidur,
frekuensi terbangun, perasan segar saat bafun pagi, kedalaman tidur, kepuasaan tidur,
perasaan lelah atau mengantuk siang hari. Konten validitas kousoner kualitas tidur telah
dianalisis 3 ahli Sleep And Medical, Psychological Nursing, Dan Gerontological Nursing
Dari Prince Of Songkla University, Thailand. Internal konsistensi Cronbach’s Alpha
Coffcienct kuesioner kualitas tidur adalah 0,89.
2.2.11 Kualitas Tidur Ibu Hamil
Pada trimester pertama, ibu hamil sering merasa jengkel lantaran kerap bangun di malam
hari hanya untuk buang air kecil. Tidur pun jadi sangat terganggu. Gejala sering buang air
kecil ini terjadi lantaran kandung kemih mendapat tekanan akibat membesarnya rahim.
Selain itu, dimasa ini, kebanyakan ibu hamil juga didera oleh rasa mual yang tak Cuma
muncul pada pagi hari, tapi bisa jadi sepanjang hari (kompas, 2013).
Sedangkan kehamilan trimester ke dua adalah saat energi memuncak dan kesehatan
menjadi optimal. Bila ibu hamil merasa lesuh ada kemungkinan mengalami anemia,
terutama bila letih di sertai dengan kulit pucat dan barang kali mengidam makanan yang
mengandung zat besi (Kelly, 1997).
Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya
yaitu perubahan hormon, stres, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang tidak
nyaman, sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi peregangan tulang-
tulang terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan
(Huliana, 2007).
Harma dan Franco (2013) mengtakan bahwa 97% wanita hamil pada trimester (III) ketiga
mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang sering dialami oleh ibu hamil adalah
penurunan durasi tidur. Penurunan durasi tidur pada ibu hamil dapat membuat kondisi ibu
hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, baan terasa pegal, tidak mood
bekerja, dan cinderung emosional. Hal ini dapat membuat beban kehamilan menjadi
semakin berat.
2.3 Terapi Posisional
Terapi posisi atau pengobatan adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti
diagnosa. Terapi dapat menawarkan banyak perubahan, tetapi kontribusi terbesar
mencakup penerimaan; penerimaan terhadap diri sendiri dan terhadap keadaan, membantu
pasien mendapatkan sebagian besar kesempatan .
Seperti yang telah disebut diatas, posisi telentang akan menghambat aliran darah dari ibu
ke janin, dan ibu hamil pun dapat sulit bernapas. Pada waktu masa kehamilan mencapai
usia 16 minggu, ibu hamil tidak dianjurkan tidur terlentang, karena posisi tersebut
menjadikan seluruh beban rahim menekan bagian belakang, usus, dan pembuluh darah
balik (vena cava inferior). Selain itu, tidur dengan posisi telentang juga bisa meningkatkan
resiko sakit pinggang, wasir, dan gangguan pencernaan, serta mengganggu pernapasan.
Pada kasus kehamilan dan tekanan darah tinggi, tidur dengan posisi telentang sama sekali
tidak dianjurkan. Selain telentang, tidur dengan posisi tengkurap juga tidak dianjurkan.
Posisi ini berpotensi menimbulka sakit pada perut, pinggul, dan rasa pegal pada punggung.
Hal tersebut terjadi karena berat janin menekan jaringan-jaringan yang ada di dalam rahim,
berhubung dengan paha dan punggung.
Kerangka konsep penelitian suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap yang
lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Penulis menetapkan pemikiran yaitu Pengaruh
Terapi Posisional Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trisemester III Di Klinik Bunda
Bukittinggi Tahun 2020. Adapun variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah seperti
yang tertera di keragka konsep ini.
Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Operasiona
3.3 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan mengenai satu atau lebih populasi yang perlu dibuktikan
keabsahannya melalui prosedur pengujian hipotesis, pengujian hipotesis merupakan suatu
proses melakukan perbandingan antara nilai sampel (berasa dari data penilitian) dengan nilai
hipotsis pada data populasi (Sutopo & Slamet, 2017).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu adanya perbedaan
kualitas tidur pasien sebelum dan sesudah pemberian terapi posisional terhadap ibu hamil
trimester III di Klinik Bunda Bukittinngi Tahun 2019.