Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut federasi obstetri ginekologi internasional, kehamilan didefenisikan sebagai fertilasi
atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dan dilanjutkan dengan nidasi/implementasi.
Bila dihitung dari saat fertilasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi 3
trimester. Trimester pertama berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke 13-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28-40). Pada umumnya
kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan bayi sehat cukup bulan melalui
jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui
sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan
antenatal/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Yang dilakukan
ibu hamil agar sehat antara lain, mengontrol kehamilan, mengonsumsi asam folat, istirahat
yang cukup, hindari bahaya radiasi, mengonsumsi makanan yang sehat dan berolahraga (I
Made, 2014).

Sebagian besar ibu hamil mengalami gangguan tidur yang bisa disebabkan oleh perubahan
fisiologis kehamilan yang bisa mengarah pada hal-hal yang bersifat patologis bagi wanita
hamil yang bisa menimbulkan berbagai keluhan gangguan tidur (Venkata & Venkateshiah
2009). Dari penelitian yang dilakukan oleh Putri (2018) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung menyatakan bahwa kondisi cepat lelah pada ibu hamil disebabkan oleh
keadaan tidur malam yang kurang nyenyak karena biasanya terbangun tengah malam untuk
berkemih. Biasanya pada trimester III juga terdapat kecemasan yang mulai muncul
menjelang persalinan terutama pada ibu primigravida. Ibu hamil yang mengalami insomnia
disebabkan oleh ketidaknyamanan karena uterus yang membesar, pergerakan janin terutama
jika janin sedang aktif bergerak (Husin,2014).
Perubahan fisik adalah perubahan yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya organ-organ
tubuh manusia. Perubahan tersebut meliputi, vagina, payudara, cairan tubuh, volume darah,
pernapasan, system urinarius, metabolism dan berat badan (Mellyna, 2001). Kondisi fisik dan
mental tertentu juga berpengaruh terhadap kejadian insomnia. Data yang di dapat dari
Canadian Community Health Survey (CCHS) melaporkan lebih daari 20% penderita asthma,
arthristik/rhematik, masalah pada punggung atau diabetes dilaporkan mengalami insomnia.
Menurut National Sleep Foundation (2007) dalam Razaei (2015), perempuan hamil yang
mengalami beberapa bentuk gangguan tidur mencapai 79%. Sebanyak 72% dari ibu hamil
akan mengalami frekuensi terbangun lebih sering pada malam hari.

WHO mendeklarasikan bahwa kematian ibu di negara berkembang mencapai hampir 20%
dikarenakan oleh pola makan dan kurang optimalnya waktu istirahat atau disebabkan oleh
keduanya yang saling berinteraksi (Sihotang dkk, 2016) Hampir semua wanita mengalami
gangguan tidur pada trimester III. Kebutuhan tidur tiap individu berbeda-beda termasuk
ketika hamil (Asmadi, 2008).

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur diperlukan
agar otak dan tubuh dapat memperbaiki dirinya sendiri, sehingga bila seseorang kurang tidur
akan segera tampak berbagai kelainan fisik maupun mental. Pada saat tidur kerja tubuh
melambat, sehingga membuat sel-sel penyembuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak
(Prasadja, 2009). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang dan masing-masing menyatakan
fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Tidur merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang, yang dapat dibangun kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton
1981: 679). Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiataan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar. Istirahat merupakan keadaan yang tenang relaks tanpa
tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan. Kehamilan, menyusui dan perubahan status
kesehatan seperti pembedahan juga meningkatkan kebutuhan istirahat. Akibat dari kurang
baiknya kualitas tidur bisa beresiko kehamilan dan saat melahirkan (Mindle dkk, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) secara global pravelensi insomnia merupakan
salah satu gangguan tidur pada ibu hamil diseluruh dunia adalah sebesar 41,8%. Pravelensi
insomnia pada ibu hamil di Asia diperkirakan sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%
dan Eropa 25,1%, di Indonesia penelitian yang sama dilakukan oleh Yoane Astria pada tahun
2010 dengan metode kuantitatif pada 158 responden ibu hamil, didapat sebanyak 75%
menalami penurunan kualitas tidur. Hasil penelitian Irma Dkk(2018) menunjukkan sejumlah
31 ibu hamil (96,9) mempunyai kualitas tidur buruk.

Husin (2014) menyampaikan bahwa dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh National
Sleep Foundation (2007) menyatakan bahwa lebih dari 79% wanita hamil mengalami
gangguan dalam tidurnya. Sering lelah dan gangguan tidur adalah salah satu keluhan yang
paling sering disampaikan oleh ibu hamil. Rata-rata 60% dari ibu hamil merasakan sering
lelah pada akhir semester dan lebih dari 75% mengeluhkan gangguan pola tidur. Hasil
penelitian Husin (2014) menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kualitas
tidur yang buruk (53%).

Nashori & Diana (2005) mendefenisiskan kualitas tidur adalah sebagai suatu keadaan dimana
tidur yang dijalani seseorang individu menghasilkan kebugaran dan kesegaran pada saat
terbangun. Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan Pittsbrugh Sleep Quality Index
(PSQI). Alat ini digunakan untuk menilai kualitas tidur yang terdiri dari 19 pertanyaan yang
terdiri dari 7 aspek parameter tidur, yaitu total jam tidur malam, waktu memulai tidur,
frekuensi terbangun, perasan segar saat bafun pagi, kedalaman tidur, kepuasaan tidur,
perasaan lelah atau mengantuk siang hari.

Sharma dan Franco (2013), megatakan bahwa 97% wanita hamil pada trisemester III
mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang sering dialami oleh ibu amil adalah
penurunn durasi tidur. Penurunan durasi tidur pada ibu Hamill dapat membuat kondisi ibu
hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja,
dan cenderung emosional.
Penelitian yang dilakukan di Kliik Bunda Bukittinggi pada wanita hamil trisemsetr ketiga
yang memeriksa kehamilan dan sepanjang tahun 2019 sebanyak 150 dan setiap bulannya
rata-rata 15 orang. 10 diantaranya mengatakan tidurnya terganggu karena factor posisi tidur
yang tidak nyaman, bayi yang mulai aktif dan juga sering buang air kecil dan sulit tidur
kembali.

Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya yaitu
perubahan hormon, stres, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang tidak nyaman,
sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi peregangan tulang-tulang
terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan (Huliana,
2007).

Terapi posisi atau pengobatan adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti
diagnosa. Terapi dapat menawarkan banyak perubahan, tetapi kontribusi terbesar mencakup
penerimaan; penerimaan terhadap diri sendiri dan terhadap keadaan, membantu pasien
mendapatkan sebagian besar kesempatan. Menurut beberapa literatur, tidur miring ke
samping kiri memberi manfaat optimal pada bayi anda untuk memperoleh aliran darah dan
nutrisi yang maksimal ke plasenta. Hal ini karena terdapat vena atau pembuluh darah balik
vena atau pemuluh darah balik besar (vena cava inferior) di bagian depan dari tulang
belakang yang menegembalikan darah dari tubuh bagian bawah ke jantung. Posisi ini dapat
membuat kerja ginjal membuang cairan dari tubuh ibu hamil bekerja cukup optimal sehingga
mengurangi pembengkakan pada kaki.

Tidur dengan posisi ini dapat anda lakukan dengan cara berbaring menyamping, dengan
menekuk lutut. Agar lebih nyaman, letakkan bantal diantara kaki, di bawah punggung, dan
dibawah perut dan Caranya, tinggikanlah bantal anda, kemudian tidurlah dengan cara
bersandar pada bantal tersebut. Jika ingin lutut terasa nyaman, anda bisa meletakkan
beberapa bantal dibawahnya

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh terapi posisional
terhadap kualitas tidur ibu hamil trisemester III di klinik bunda bukittinggi tahun 2020.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“ Apakah Ada Pengaruh Terapi Posisional Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trisemester
III Di Klinik Bunda Bukittinggi Tahun 2020? “
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Posisional Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trisemester III Di Klinik Bunda
Bukittinggi Tahun 2020.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik kehamilan ibu hamil di tahap trisemester III di klinik
bunda bukittinggi tahun 2020.
b. Mengetahui kualitas tidur pasien dengan kehamilan trisemester III sebelum
dilakukan pemberian terapi posisional di klink bunda tahun 2020.
c. Mengetahui kualitas tidur pasien dengan kehamilan trisemester III setelah
dilakukan pemebrian terapi posisional di klinik bunda tahun 2020.
d. Mengetahui pengaruh terapi posisional terhadap kualitas tidur ibu hamil
trisemester III di klinik bunda bukittinggi tahun 2020.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan sebagai pengembangan bagi penulis dalam memberikan
pengetahuan tentang pengaruh terapi posisional terhadap kualitas tidur ibu hamil
trisemester III di klinik bunda.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
sebagai referensi untuk menambah informasi dan bacaan tentang pengaruh terapi
posisional terhadap kualitas tidur ibu hamil. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan
sumber untuk peneliti lainnya.
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan untuk di aplikasikan bagi petugas atau instansi kesehatan terkait
dengan masalah penilitian ini, mengenai pengaruh terapi posisional terhadap kualitas
tidur ibu hamil trisemster III. Pasien dan keluarga diharapkan bisa melakukannya
dengan baik dan benar.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi acuan dan data bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian pengaruh terapi posisional terhadap kualitas tidur ibu hamil
trisemester III atau melanjutkan dengan variabel dan teori yang berbeda.
1.5 Ruang Lingkup Penelitiaan
Skripsi ini dilakukan untuk membahas pengaruh terapi posisional terhadap kualitas tidur ibu
hamil trisemester III Di klinik bunda bukittinggi yang sudah dilakukan pada tanggal.
Variabel independennya adalah terapi posisional dan variabel dependennya kualitas tidur
ibu hamil trisemester III. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil trisemester III yang
ada di klinik bunda. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang menggunakan
tehnik sampling dengan total sampling. Metode dalam penelitian ini adalah studi kuantitatif
dengan pendekatan Quasi Exsperiment one grup Pre-Postest Design. Dimana sebelum
dilakukan terapi posisional kualitas tidur pasien diukur dan setelah di lakukan terapi
posisional kualitas tidur paisen diukur kembali selama 2 kali intervensi. Alat ukur dalam
penelitian ini adalah peneliti menggunakan kuesioner PSQI (Pittsbrugh Sleep Quality Index)
yang diisi oleh peneliti sendiri dengan wawancara langsung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan

2.1.1 Defenisi Kehamilan

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi
sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah.
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patalogis,
tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam
melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali ada
indikasi.

Menurut federasi obstetri ginekologi internasional, kehamilan didefenisikan sebagai


fertilasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dan dilanjutkan dengan
nidasi/implementasi. Bila dihitung dari saat fertilasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi 3 trimester. Trimester pertama berlangsung selama 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke 28-40).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terdiri dari organ genetali interna yang terletak didalam rongga
panggul, dan organ genetala eksterna. Organ-organ wwanita ini berkembang dan matur
akibat rangsangan hormone estrogen dan progesteron. Seiring peningkatan usia atau bila
produksi homon ovarium menurun, struktur reproduksi ini akan mengalami atropi (ukuran
mengecil). Stuktur organ reproduksi ini slain didukung oleh persyarafan yang kompleks
dan luas juga didukung oleh suplai darah yang banyak.

1. Genetalia Eksterna Dan Interna


a. Genetalia Eksterna
1) Vulva
Bentuk vulva adalah lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang. Vulva
merupakan alat kelamin luar wanita yang terdiri atas:
a) Mons pubis/mons veneris.
b) Labia mayora (bibir-bibir besar).
c) Labio minora (bibir-bibir kecil).
d) Klitoris/kelentit.
e) Vstibulum atau serambi, dengan kelenjar-kelenjar yang bermuara di dalamnya.
f) Himen/selaput darah
2) Mons pubis/Mons veneris
Bagian ini menonjol yang meliputi bagian depan simfisis pubis dan terdiri jaringan
lemak. Pada orang dewasa bisanya ditutupi rambut, dan pada laki-laki rambut pubis
sering meluas ke atas sampai umbilicus. Mons pubis banyak mengandung kelenjer
sebasea (minyak). Krena adanya bantalan lemak bagian ini sangat berperan dalam
hubungan seksual dan dapat melindungi simpisis pubis saat koitus dari trauma.
3) Labia mayora (bibir-bibir besar)
Labia mayora kanan dan kiri bersatu disebelah belakang yang disebut komisura
posterior dan merupakan batas depan premium.
4) Labia minora
Labia minora merupakan lipatan kulit disebelah tengah labia mayora, dan selalu
basah Karen dilumasi oleh kelenjar-kelenjar di labia minora. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat lebia berwarna kemerahan dan memungkinkan labia
minora mengembang, bila ada stimulasi emosional atau stimulasi fisik.
5) Klitoris/kelentit
Klitoris merupakan suatu tunggul atau organ yang sedikit menonjol dan identik
sengan penis laki-laki. Organ ini mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan
erotik.
6) Vetibulum/Serambi
Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang membasahi vestibulum karena
mengeluarkan secret mucus selama rangsangan sksual.
7) Bulbus vestibule
Bulbus vestibuli merupakan kumpulan vena-vena yang terletk dibawah selaput
lendir vestibulum, dan terletk disebelah kanan dan kiri linea mediana.
8) Arteria
Arteri pudenda interna (cabang dari a.iliaka interna), yang bercabang pada arteri
hemoroidlis inferior (arteri rektalis inferior); arteri perinealis kemudian berakhir
sebagai areri labialis posterior.
9) Himen (Selaput Darah)
Bila telah melahrkan hymen hanya sisa-sisa saja sebagai karunkula mirtiformis
(karunkula himenalis).
10) Perineum
Perineum dibentuk oleh diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma
pelvis terdiri atas muskulus levator ani dan muskulus koksigeus dan fasia yang
menutupinya diafragma urogenitalis terletak disebelah luar diafragma pelvis, antara
tuberkulum iskhiadikum dan simfisi pubis.
11) Korpus perinei
Pada persalinan korpus perinei ini mudah robek, sehingga episiotomi dapat
dikerjakan pada waktu yang tepat dan cepat guna mencegah ruptur yang spontan.
12) Otot-Otot
Secara keseluruhan muskulus levator ani merupakan alat penyangga utama organ-
organ dalam pelvis. Kelemahan pada otot ini (kerena usis, sering melahirkan dll)
dapat menyebabkan uterus turun, yang disebut desensus uteri atau prolapsus uteri.
13) Muskulus bulbokavernosus
Tendo sentralis merupakan tempat beregio otot ini yang melekat pada korpus
kvernosus klitoridis.
14) Muskulu iskiokavernosus
Iskiokavernosus merupakan tempat beregio otot ini, yang insersinya berada pada
simfisis pubis. Sebagian ototnya juga mngelilingi utera membentuk muskulus
sfingter uretrae.
15) Muskulus transversus perinei superfisialis
Pada saat persalinan, vagina sangat teregang termasuk otot – otot. Bila regangannya
begitu hebat, vagina dan otot – otot tersebut dapat robek. Episotomi merupakan cara
terbaik untuk menghindari rupture perinei.
b. Genetalia Interna
1) Vagina/Liang Senggema
Vagina adalah suatu saluran berbentuk pipa atau tabung yang merupakan suatu
lorong yang melekung ke depan dan terdiri atass muskulo membranosa yang
menghubungkan antara vulva sampai uterus.
Fungsi vagina:
a) Saluran keluar uterus.
b) Alat senggama.
c) Jalan lahir.
2) Uterus
Uterus terdiri dari dua bagian utama, yaitu serviks dan korpus. Hubungan antara
cavum uteri dan canalis servikalis disebut ostium uteri internum, sedangkan muara
canalis sevikalis dalam vagina disebut ostium uteri eksternum.
3) Tuba uterina
Tuba ditutupi seluruhnya oleh peritoneum. Otot-otot pada tuba selalu kontraksi
secara rutin. Keepatan kontraksi paling tinggi pada saat ovulaasi dan paling rendah
pada saat hamil. Fimbria dapat mencapai ovarium melalui kontraksi otot polos yang
ada didalamnya bila ukurannya terlalu panjang. Selain itu hormon estrogen dan
progtaglandin diketahui juga mempengaruhi gerakan peristaltic. Selama berada
dalam tuba, sel-sel kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum.
4) Ovarium (indung telur)
Secara ontogenis ada tiga unsur yang membentuk jaringan ovarium, yaitu:
a) Epitel coelom (mesotelium) yang menjadi pelapis ovarium dalam sel-sel
folikuler (granulosa)
b) Sel-sel germinal (asal dari sel-sel endodermal primitive dari dinding yolk-sac
dekat pangkal allantois).
c) Sel-sel mesenkim lain menjadi sel-sel stroma dan sel stroma dan sel teka
(Siswosudarmo, 1990:10).
2.1.3 Perubahan Anatomi Dan Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil
1. Trisemeter 1
a. Sistem Reproduksi
1) Vagina dan Vulva
Akibat pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami perubahan pula.
Sampai minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiruan (lividae) tanda ini disebut tanda chatwick.
Warna portio pun tampak lividae.
Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan
dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat longgar, hipertropi
otot polos dan pemanjang vagina. Deskuamasi sel-sel vagina yang kaya glikogen
terjadi akibat stimulasi estrogen.sel-sel yang tanggal ini membentuk rabas vagina
yang kental dan berwarna keputihan yang disebut leukora. Leukora adalah rabas
mukoid berwarna agak keabuan dan berbau tidak enak.
2) Serviks Uteri
Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen
meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah
maka konsistensi serviks menjadi lunak yang disebut tanda Goodell. Selama
minggu-minggu awal kehamilan, peningkatan aliran darah uterus dan limfe
mengakibatkan oedema dan kogesi panggul. Akibatnya uterus, serviks dan itmus
secara progresif dan serviks menjadi kebiruan, perlunakan ithmus menyebabkan
antefleksi uterus berleibihan selama tiga bulan pertama kehamilan.
3) Uterus
Pembesaran uterus pada dasarnya disebabkan oleh adanya:
a) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
b) Hierplasi (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru) dan hipertropi
(pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada) dan
c) Perkembangan desidua
Setelah minggu ke-8 korpus uteri dan serviks melunak dan membesar secara
keseluruhan. Fundus menekan kandung kemih, menyebabkan wanita sering
mengalami urinary frequence (sering berkemih). Hipertropi ithmus pada triwulan
pertama membuat ithmus menjadi panjang dan elebih lunak yng disebut tanda
hegar.

4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatum, korpus
luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm, kemudian dia mengecil setelah
plasenta terbentuk.
5) Payudara/Mamae
Mamae akan memebesar dan tegang akibat hormone somatomamotropin, estrogen
dan progesterone, akan tatapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan
hipertropi system saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada
mamae. Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasien,
laktalbumun dan laktoglubin. Hipertropi kelenjar sebase (lemak) yang muncul di
areola primer dan disebut tuberkel Montgomery.
6) System endokrin
Berikut perubahan hormonal selama kehamilan (dari trimester I sampai III)
a) Estrogen
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir
kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
b) Progesteron
Progesterone menyebabkan tonus otot polos menurun dan juga diuresis.
Progesteron menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan sub kutan di
abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsih sebagai adangan energy
baik padda masa hamil maupun menyusui.
c) Human Choirionic Gonadotropin (HCG)
Human ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah pembuahan dan merupakan
dasar tes kehamilan. Fungsi utamanya adalah memepertahankan korpus
luteum.
d) Human Placental Lactogen (HPL)
Hormon ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2
gram/Haari. Bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil
naik.
e) Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan, karena
ditekan oleh estrogen dan progesterone plasenta.
f) Prolactin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaika sekresi estrogen.
g) Growth Hoemon (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan PHL.
h) TSH, ACTH, MSH
Hormon-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
i) Tiroksin
Kelenjaa tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat. Karena
thyroid globulin meniggi, sebagai akibat tingginya estrogen, dan juga
merupakan akibat hierplasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularisasi.
Tiroksin mengatur metabolisme.
j) Aldosteron, Renin dan Angiotensin
Menyebaban naiknya volume intravaskuler.
k) Insulin
Produksi insulin menigkat akibat estrogen, progesterone, dan HPL
l) Parathormon
Tidak dipegaruhi oleh kehamilan.
7) System kekebalan
Imunoglobulin G dan igG merupakan komponen utama dari immunoglobulin
janin di dalam uterus dan neonatal dini. igG merupakan satu-satunya
imunoglobiun yang dapat menembus plasenta sehingga immunitas pasif akan
diperoleh oleh bayi. Kekebalan ini dapat melindungi bayi dari infeksi selanjunya.
8) Traktus Urinarius/perkemiha
Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtrasion rate) dan aliran plasma ginjal
meningkat pada kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan
metabolisme dan sirkulasi darah tubuh ibu yang meningkat dan juga mengeksresi
produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah karena adanya hormon kehamilan,
peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan.
Peubahan fungsi ginjal diengaruhi oleh hormon maternal dan plasenta termasuk
Adenocorticotrofik Hormonal (ACTH), ADH (anti diuretic hormon aldostro,
aldostron, kortisol, HCS (Human Chorionic Somatotropin) dan hormone tiroid.
Protein urin secara normal dieksresikan 200-300 mg/hari, bila melebihi 300
mg/hari, maka harus diwaspadai terjadinya komplikasi.
9) Traktus Digestivus/Pencernaan
Perubahan rasa tidak enak diulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung
dan aliran balik asam lambung ke esophagus bagian bawah. Sering terjadi nausea
dan muntah karena pengaruh HCG, tonus otot-otot traktus digestivus menurun
sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Hipersaliva sering
terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa
wania ditemukn adanya (ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan
persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bias mengurangi rasa muak
dan munah. Kondisi lainnya adalah pica (mengidam) yang sering dikaitkan dena
anemia akibat defisiensi zat besi ataupu adanya suatu tradisi.
10) Sirkulasi Darah/Cardivaskuler
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengarui oleh adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesr dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula,
mamae dan alat lain yang memang berfungsih berlebihan dalam kehamilan. RBC
meningkat 18% tanpa supleme-supleme zat bessi dan terjadi peningkatan yang
lebih besar yaitu 30% jika ibu meminum suplemen zat besi. Karena volume
plasma meningkt rata-rata 50% sementara masa RBC meningkat hanya 18-30%,
maka terjadi penurunan hematocrit selama kehamilan norml sehingga disebut
anemia fisiologis.
Tekanan darah akan turun seama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunan dalam perifer vaskuler resistance yang disebabakan oleh pengar
peregangan otot halus oleh progesterone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10
mmHg dan diastolic pada 10-15 mmHg. Hipertropi (pembesaran) atau dilatasi
ringan jantung mungkn disebabkan oleh penigkatan volume darah dan curah
jantung karena diafragma terdoron keatas, Jantung terangkat kea ta dan berotasi
kedepan dan kekiri.
11) Musculoskeletal
Akibat peningkatan kadar horom estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari
jarigan ikat, kartilago, dan ligament juga mningkatkan jumlah ciran synovial.
Bersamaan dua keadaan tersebut meningkat fleksibilitas dan mobilits perendiaan.
Karena pearuh hormone etrogen dn progesterone, terjadi relaksasi dari ligamen-
ligamen dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan/otot
terutama otot-otot pada pelvic. Bersamaan engan membesarnya ukuran uterus
menyebabkan perubahan yng drastis pada kurva tuang belakang yang bias any
menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil.
12) Integumen/Kulit
Perubahan yang umum terjadi adalah peningkatan ketebalan kulit dan lemak sub
dermal, hiperpigmentasi pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas
vasomotor. Jaringan elastic mudah pecah, menyebabkan strie gravidarium, atau
tanda regangan. Pada kulit terdapa deposit pigmen dan hiperigmentasi alat-lat
tertentu, pigmentasi ini disebabkan pengruh Melnophore Stimulating Hormone
(MSH) yang meningkat. MSH ini dalah salah satu hormone yang dikeluarkan oleh
lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposi pigmen pada dahi, pipi,
hidung dikenal sebagai cloasma gravidarum.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam dikenala sebgi linea grisea. Linea nigra
adalah garis pigmentasi dari simfisis pubis smpai ke bagian atas fundus digaris
tenah tubuh. Kulit perut juga tampak seolah-olah retak, warnanya berubah agak
hiperemik dan kebiru-biruan disebut striae livide. Setal partus, striate ini berubah
menjadi putih disebut striae albicans.
13) Metabolisme
Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi. BMR meningkat hingga
15-20% yang umumnya terjadi pada triwulan terakhir. BMR mencerminkan
penigkatan kebutuhan oksigen di unit janin, plasenta, uterus serta peningkatan
kerja jantung ibu. Pada kehamilan tahap awal banyak wanita mengeluh merasa
lemah dan letih setelah melakukan aktivitas ringan. Perasaan ini sebagian dapat
disebabkan oleh peningkatan aktivitas metabolic.
a) Berat badan dan indeks masa tubuh
Pada bulan pertama kenaikan badan belum terlihat, tetapi baru tmpak dalam
bulan ketiga.
b) Darah dan pembekuan darah
Kehamilan menghsilkan perubahan dalam harga-harga normal berbagai hasil
pemeriksaan laboratorium. Perubahan ini terjadi karena: perubahan fungsi
endokrin aternal dan tumbuhnya placenta yang juga brfungsi sebagai alat
endokrin kebutuhan metabolism yang meningkt karena pertumuhan janin.
14) System pernafasan
Kebutuhan oksigen ibu meingkat sebagai respon terhadap percepatan laju
metabolic dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin
membutuhkan oksigen dan suatu cara untu membuang karbn dioksida.
Peningkatan volume tidal pernafasan yang berhuunga dengan frekuensi nafas
normal menyebabkan peningkatan volum nafas satu menit skitaran 26%.
Peningkatan volum napas satu menit disebut hiperventilsi kehamilan, yang
menyebabkan konsentrasi karbon dioksida dialveoli menurun.
15) System persyarafan
Perubahan fisiologik spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulya gejala
neurologis dan neuromuscular berikut.
a) Kompresi syaraf panggul atau statis vaskuler akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.
b) Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada syaraf
atau kompresi akar syaraf.
c) Edema yang melibatkan syaraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel
syndrome selama triemester akhir kehailan.
d) Akroestasia (rasa nyeri dan gatal ditangan) yang timbul akibat posisi bahu
yang membungkuk, dirasakan oleh beberapa wanita selama hamil. Keadaan
ini berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus brakialis.
e) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas dan tidak
pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubunkn dengan
gangguan pengihatan, seperti kesalahan refraksi, sinutis atau migren.
f) Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan (sinkop) sering
terjadi pada awal kehamilan. Ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural
atau hipoglikemi mungkin keadaan yang bertanggung jawab atas keadaan ini.
g) Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuscular, seperti
kram otot atau tetani.
2. Trisemester II
a. Sistem reproduksi
1) Vulva dan vagina
Peningkatan vaskularisasi vagina dan visera panggul lain menyebabkan
peningkatan sensitivitas yang menyolok. Peningkatan sensitivitas dapat
meningkatkan keinginan dan bangkitan seksual, khususnya trimester kedua
kehamilan. Peningkatan kongesti, ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan
uterus yang berat dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema
dan varises biasanya membaik selama periode pasca partum.
2) Serviks uteri
Konsistensi serviks menjadi lunak dan kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi
lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
3) Uterus
Pada saat uterus mulai memasuki rongga peritoneum.
a) 16 minggu: fundus uteri kira-kira terletak diantara ½ jarak pusat ke simphisis.
b) 20 minggu: fundus uteri kira-kira terletak di pinggir bawah pusat.
c) 24 minggu: fundus uteri berada tepat diinggir atas pusat.
Hipertropi ektensif (pembesaran) ligamentum teres uteri mempertahankan posisi
uterus. Segera setela bulan keempat kehamilan, kontraksi uteru dapat dirasakan
melalui dinding abdomen. Kontraksi ini disebut tanda Braxton hicks. Kontraksi
Braxton hicks adalah kontraksi tiak teratur yang tidak menimulkan nyeri, yang
timbul secara intermiten sepanjang setiap siklus menstruasi. Selain betambah
besar, uterus juga mengalami perkembangan desidua. Selain bertambah besar,
uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk dan posisi. Dinding-dinding otot
menjadi kuat dan elastis. Fundus pada serviks mudh fleksi yang disebut tanda Mc
Donald. Setelah minggu ke-8 korpus uteri dan serviks melunak dan membesar
secara keseluruhan. Fundus menekan kandung kemih, menyebabkan wanita sering
mengalam urinary frequency (sering berkemih).
4) Ovarium
Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan mengganti funsih
korpus leteum gravidatium.
5) Payudara/Mammae
Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari putting susu dapat keluar cairan
berwarnah putih agak jernih disebut coluatrum. Cloatrum ini berasal dari asinus
yangmuli bersekresi. Kadar hormone luteal dan plasenta pada masa hamil
meningkatkan proliferasi ductus teraba penyebaran nodul kasar.
b. System pencernaan
Perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam
rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran
pencernaan, usus besar, kearah atas dan lateral. Wasir (hemorrhoid) cukup sering
pada kehamilan sebagian besar akibat konstipasi dan naiknya tekaan vena-vena
dibawah uterus termasuk vena hemorrhoid. Panas perut (heart burn) terjadi karena
terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esophagus bagian bawah.
c. System respirasi
Karena adanya penurunn tekanan CO2 seorang wanita hamil seing mengeluh
sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernafas.
d. System kardiovaskuler
Pada usia kehilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses hemodilusi.
Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali pada tekanan
darah sebelum aterm. Perubahan auskultasi mengiringi prubahan dan posisi
jantung. Peningkatan volume darah dan curah jantung juga menimbulkan
perubahan hasil askultasi yang umum terjadi selama hamil. Selain mmurmur
ejeksi sistolik tingkat II dapat didengar didaerah pulmonal. Antara minggu ke-14
dan ke-20, denyut meningkat perlahan, mencapai 10-15 kali permenit, kemudian
menetap sampai aterm. Dapat timbul palpitasi.
e. System Traktus Urinarius
Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih
dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih
menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml, pada saat yang
sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin
berkemiih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
f. System muskulo skleta
Selama trismester kedua mobilitas persendian akan berkurang terutama pada
daerah siku dan pergelngan tangan meningkatnya retensi caairan pada jaringan
konektif/jaringan yang berhuungan disekitarnya.
g. System integument
Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, kadar MSH pun
meningkat.
h. System endokrin
Adanya peningkatan hormone estrogen dan progesterone serta terhambatnya FSH
dan LH.
i. Kenaikan berat badan
Kenaikan berat badan 0,4-0,5 kg perminggu selama sisa kehailan.
3. Trimester III
a. System resproduksi
1) Uterus
Pada trimester III itmus lebih nyata menjadi bgian korpus ueri dan
berkembang menjaadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua
karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebih lebar dan
tipis, tampak batas yang nyata atara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis
dinding uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR.
a) 28 minggu: fundus uteri terletak kira-kira tiga jari diatas pusat ata 1/3
jarak antara pusat ke prosesus xifoedius (25 cm).
b) 32 minggu: fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat dan
prosesus xifoedius (27 cm).
c) 36 minggu: fndus uteri kira-kira 1 jari dibawah prosesus xifoedius (30
cm).
d) 40 minggu: fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus
xifoedius (33 cm).
Setelah minggu ke-28 kontraksi brakon hicks semakin jelas, terutama pada
wanita yang langsing. Umumnya akan menghilang bila wanita tersebuut
melakukan latihan fisik atau berjalan.
b. System traktus urinius
Pada akhir khamilan kepala janin muai turun ke pintu atas panggul keluhan sering
kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mmlai tertekan kembali.
Selain itu uga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolism air menjadi lancer.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi dari
pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat kekanan akibat terdapata
kolon rektosigmoid di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuatpelvis dan ureter mapu menampung urine dala
volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
c. System respirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang membesar kea rah
diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan
kebanyakan wanata hamil mengalami derajat kesulitan bernafas.
d. Kenaikan berat badan
Terjadi kenaikan bberat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari mulai awal
kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg.
e. Sirkulasi darah
Peningkatan RBC menyebabkan penyaluran oksigen pada wanita dengan hamil
lanjut mengeluh sesak nafas dan pendek nafas. Hal ii ditemukan pada kehamilan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan bayi. Aliran darah meningkat dengan
cepat seiring pembesaran uterus. Walaupun aliran darah uterus meningkat duaa
puluh kali lipat, ukuran konseptus meningkat lebih cepat. Akibatnya lebih banyak
oksigen diambil dari darah uterus selama masa ehamilan lanjut (Genong, 1989).
Dengan menggunakan alat ultrasound atau stetoskop janin, pemberi pelayanan
kebidanan dapat mendengar:
1) Uterine soufflé atau murmur, suatu buni aliran darah ibu bergegas menuju
plasenta, yang sikron dengan nadi ibu.
2) Souffle funic yang sinkron dengan frekfensi bunyi jantung janin dan
disebabkan oleh darah janin yang mengalir melalui tal pusat dan
3) Frekuensi denyut jantung janin (DJJ)
Semua bunyi ini adalah tanda pasti kehamilan.
f. System Muskuloskeltal
Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring kedepan,
penurunan tonus otot perut dan eningkatan beban berat pada akhir kehamilan
membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi
wanita bergeser kedepan. Kurva lumbo sacrum normal harus semakin
melengkung dan didaerah serviksdorsal harus terbenuk kurvatura (fleksi anterior
kepala berlebihan) untuk mempertahankan keseimbangan. Wanita mudayang
cukup berotot dapat mentoleransi perubahan ini tanpa keluhan. Akan tetapi wanita
yang tua dapaat mengalami gangguan punggung atau nyeri punggung yang cukup
berat selama dan segera setelah kehamilan.
Otot dinding perut meregang dan akhirnya kehilangan sedikit tonus otot. Selama
trimester ketiga otot rektus abdominis dapat memish, menyebabkan isi perut
menonjol digaris tengan tubuh. Umbilicus menjadi lebih datar atau menonjol.
Setelah melahirkaan otot secra bertahap kembali, tetapi pemisahan otot (diatasis
recti abdominis) menetap. Hormone progesterone dan hormone relaxing
menyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada
satu minggu terakhir ehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada
panggul untk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan,
tulang pubik melunak menyerupai tulan sendi, sambungan sendi sacrococcingus
mengendur membuat tulang coccigis bergeser kearah belakang sendi panggul
yang tidak stabil, pada ibu hamil hal ini menyebabkan sakit pinggang.
Lordosis progresif merupakan gambaran yng karakterisik pada kehamilan normal.
Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus ang semakin membesar, lordosis
menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai bawah. Mobilitas sendi
sakroilaka, sakrokoksigeal dan sendi pubis bertambah besar dan menyebabkan
rasa tidak nyaman di baagian bawah punggung khususnya pada akhir kehamilan.
Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa dan lemah dialami oleh anggot badan
atas yang disebabkan lordosis yang besar dengan flksi anterior leher dan
merosotnya lingkar bahu yang akan menimnulkan traksi pada nervus ulnaris dan
medianus (Crisp dan de Francesco, 1964). Ligament rotundum mengalami
hipertropi dan mendapatkan tekanan dari uterus yang mengakibatan rasa nyeri
pada ligament tersebut.
2.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Sesuai Tahap Perkembanganya
1. Kebutuhan fisik ibu hamil
a. Oksigen
Untuk memenuhi kebutuhn oksigen maka ibu hamil perlu:
1) Latihan nafas melalui senam hamil
2) Tidur dengan bantal yang teralu tinggi
3) Makan tidak terlalu banyak
4) Kurangi atau hentikaan merokok
5) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau ganggua pernafasan seperti astma dan
lain-lain
b. Nutrisi dalam kehamilan
1) Kalori
Diindonesia kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah 2000 Kkal,
sedangkan untuk oraang hamil dan menyusui masing-masing adalah 2300 dan
2800 Kkal. Asupan makan ibu hamil pada triwulan 1 sering mengalami
penurunan karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul mual dan muntah.
Pada triwulan kedua nafsu makan biasanya sudah mulai meningkat, pada
trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat.
2) Protein
Protein sangat dibutuhan untuk perkembangan buah kehamilan yaitu untuk
prtumbuhan janin, uterus, plasnta, selain itu untuk ibu penting untuk pertumbuhan
payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (protein plasma, hemoglobin dll). Protein
yang dianjurkan adala protein hewani seperti daging, susu, telur, keju dan ikan
karena mereka engandung koposisi asam amino yang lengkap.
3) Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan sehari-
hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Pada umumnya dokter selalu
memberi suplemen mineral dan vitamin prenatal untuk mencegah kemungkian
terjdinya defisiensi.
4) Vitamin
Pemberian asam olat terbukti mencegah kecatatan pada bayi.
c. Personal hygiene
Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan keringat. Kebersihan mulut dan gigi, perlu mendapat perhatian karena
sering kali mudah teradi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekuranga kalsium.
d. Eliminasi (BAB/BAK)
Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi
lebih basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh sehingga
wanita hamil mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Wanita perlu memelajari
cara membersihkan alat kelamin yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang setiap
kali selesai berkemih atau buang air besar dan harus menggunakan tisu atau lap atau
handuk yang bersih setiap kali melakukannya.
Akibat pengaruh progesterone, oto-otot tractus digestivus tonusnya menurun,
akibatnya motilitas salura pencrnaa berkurang dan menyebabkan obstipasi.
e. Mobilisasi dan body kekanik
1) Duduk
Tempatkan tangan dilutut dan tari tubuh keposisi tegak atur dagu ibu dan tarik
bagian atas kepala seperti ketika ibu berdiri
2) Berdiri
Sikap berdiri yang benar dapat membantu sewaktu hamil disaat berat janin
semakin bertambah jangan berdiri utuk jangka waktu yang lama. Berdiri dengan
menegakkan bahu dan mengangkat pantat. Tegak lurus dari telinga sampai ke
tumit kaki.
3) Berjalan
Hindari sepatu bertumit runcing karena mudah menghilankan keseimbangan.
4) Tidur
Ibu boleh tidak tengkurap, kalau sudah terbiasa, namun tekulah sebelah kaki dan
pakailah guling, supaya ada ruang bagi bayi. Posisi miring juga menyenanagkan,
namun jangan lupa memakai guling untuk menopang berat Rahim anda.
Sebaiknya usia kehamilan 6 bulan, hindari tidur telentang, karena tekanan Rahim
pada pembuluh darah utama dapat menyebabkan pingsan. Tidur dengan kedua
tungkai kaki lebih tinggi dari badan dapat mengurangi rasa lelah.
5) Bangun dan berbaring
Untuk bangun dri tempat tidur, geser dulu tubuh ibu ke tepi tempat tidur,
kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan dengan kedua tangan, putar
tubuh lalu perlahan turunkan kaki ibu. Diamlah dulu dalam posisi duduk beberapa
saat sebelum berdiri.
6) Memungkuk dan mengangkat
Terlebih dahulu menekuk lutut dan unakan otot kak untuk tegak kembali. Hidari
membugkuk yang dapat membuat membuat punggung tegang.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnotik Kehamilan


1. Rontgenografi
Gambaran tulang-tulan janin tamak setelah minggu ke-12 sampai 14. Pemeriksaan ini
hanya boleh dikerjakan bila terdapat keraguan-keraguan dala diagnosis kehamila dan
atas indikasi yang mendesak sekali, sebab janin sangat peka terhadap sinar X.
sekarang pengunaan sinar X telah terdesak oleh ultrasonogrfi (USG).
2. Ultrasonografi
Pada minggu ke-6, sudah erlihat adanya gestasional sac atau kantong kehmilan. Pada
minggu 6-7: kutub janin; 7-8: denyut jantung; 8-9: gerakan janin; 9-10: plasenta; 11-
12: PBD (biparietal diameter). Adaa 2 GS (gastasional sac) pada minggu ke-6 sudah
dapat menentukan adanya kehamilan kembar.
3. Fatel electro cardio grafi (ECG)
Dapat direkam pada minggu ke-12.
4. Tes laboratorium
Tes yang paling popeler adalah test inhibisi koagulasi. Test ini bertujuan mendeteksi
adanya HCG dalam urin. Kepekaan test ini sangat bervarisi antara 500 sampai 1000
mU/ml urin. Dasar test ini adalah inhibisi (hambatan) koagulasi oleh anti HCG.
Prinsip: urin ditambah anti hcg, lalu ditambah HCG coated-latex. Bila terjadi kogluasi
dalamurin terdapat HCG, ssehingga hcg ini mengikat anti HCG coated latex tidak
terkoagulasi.tes ini yang lebih terkenal dengan PP-est, baru positif pada minggu ke-6
(50-60%).
2.2 Tidur

2.2.1 Defenisi Tidur

Tidur merupakan suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan merupakan suatu
kebutuhan dasar agi manusia, dimana pada saat istirahat dan tidurtubuh melakukan
pemulihan dan mengumpulkan stamina kembali dari aktivitas yang stelah dilakukan
selama terjaga sehingga dapat kembali ke kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2014).

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau
rangsangan yang cukup. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat
tanda-tanda aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan
proses fisiologis tubuh dan penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Asmadi,
2008).

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkanoleh
stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak
sadarkan diri yang relatife, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan
tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas
yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan
terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar, (Agustina, 2012: 67)

2.2.2 Fisiologi Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkn susunann saraf pusat, saraf perifer, endokrin,
kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskletal. Tiap kejadian tersebut dpat diidentifikasi atau
direkam dengan elektroensepalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukuran tonus
otot dengan menggunakan elektromeogrm (EMG) dan elektrooculogram (EOG) untuk
mengatur pergerkan mata.

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral
yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Retrikular aktifating sistem (RAS) dibagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel
khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan keadaan. RAS memberikan stimulus
fisiual, auditory, nyeri, dan sensiri raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri
(emosi, prosess pikir).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neorun-neuron dalam RAS melepaskan katekolmin,


misalnya norepineprin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotinin dari
sel-sel spesifik dipons dan batang otak tengah yaitu bulbarsinchronizing regional (BSR).
Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari
pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulsu cahaya, dan sistem limbiks
seperti emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matany dan berusah dalam posisi
rileks jika ruangan gelap dan tenang aktifitas RAS menurun, pda saat itu BSR
mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wortonah, 2006).

2.2.3 Jenis-jenis Tidur

1. Tidur REM

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradopsial. Hal tersebut berarti
tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya
bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-oto kendor, tekanan darah
bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak balik), sekresi lampung
meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan
pernafasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu tubu dan metabolisme meningkat.

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-
gejala sebagai berikut :

a. Cenderung hiperaktif
b. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil).
c. Nafsu makan bertambah
d. Bingung dan curiga
2. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tiur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak
lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur
NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekann darah turun, kecepatan
pernapasan turun, metbolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak. Keempat tahap terseut yaitu :
a. Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi di mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur,
pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot
menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke
kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada EEG terlihat
terjadi penurunan voltasi gelomang-gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap I
ini dapat dibangunkan dengan mudah.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai
dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-
lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG
timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombang ini disebut
dengan gelombang tidur. Tahap II ini berlangsung sekitar 10-15 menit.
c. Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
menyeluruh, kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Pada EEG memperlihatkan
perubahan gelombang beta menjadi 1-2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap
III ini sulit untuk dibangunkan.
d. Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur di mana seseorang berada dalam keadaan rileks,
jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai , dan sulit dibangunkan.
Pada EEG, tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2
siklus/detik. Denyut jantung dan pernafasan menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini
dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh.

Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap kelima
ini merupakan tidur REM di mana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V, hal
tersebut ditandai dengan kembalinya bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan
lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit, dapat
pula terjadi mimpi.

Apabila seseorang kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut:

a. Menarik diri, apatis, dan respons menurun.


b. Merasa tidak enak badan
c. Ekspresi wajah kuyu
d. Malas bicara
e. Kantuk yang berlebihan

2.2.4 Pola tidur normal berdasarkan tingkat perkembangan

Usia sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM, sisa waktu tidur
relatif konstan
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur REM
Dewasa muda Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
tahap I, 50% tidur tahap II, DAN 10-20% tidur tahap III-IV
Dewasa Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin mengalami
pertengahan insomnia dan sulit untuk dapat tidur
Dewasa tua Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin mengalami
insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari
Tabel 2.1 kebutuhan tidur pada setiap tahap perkembangan

Sumber : Asmadi (2008)

2.2.5 faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur


1. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan
tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat
dan tidur.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur.
3. Strees psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkat norepinefrin darah melalui
sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
4. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging dan ikan
tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan menganggu tidur.
5. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pda kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
6. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada
pula yang sebaliknya menganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan
menurunka tidur REM.
2.2.6 Gangguan-gangguan tidur dan penanganannya
1. Insomnia
Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur. Bahkan
seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut
mengalami insomnia (Japardi 2020). Insomnia merupakan ketidak mampuan untuk
mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas.
Ada tiga jenis insomnia yaitu insomnia inisial, insomnia intermiten, dan insomnia
terminal. Insomnia inisial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai
tidur. Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau
keadaan sering terjaga dari tidur. Sedangkan insomnia terminal adalah bangun secara
dini dan tidak dapat tidur lagi.
Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, meltih klien tehnik relaksasi dan tindakan
lainnya.
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup
adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, dan duduk
ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japri 2002)
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak
dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas,
tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan enuresis seperti gangguan pada
bledder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dapat diakukan untuk
mencegah enuresis antara lain ; hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum
tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang takterkendali
untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang
mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat dimana serangan tidur (kantuk)
tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan
genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Obat-obat
agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang
membuatorang tidak dapat tidur. Obat tersebut di antaranya jenis amfetamin.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau
lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat
dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung
dan di mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang
turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada
lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati
udara pernapasan.
2.2.7 Faktor yang mempengaruhi tidur
Menurut Asmadi (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidur seseorang,
diantaranya adalah :

1. Adanya penyakit
Seseorang yang mengalami sakit merupakan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian keadaan sakit menjadi pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit dalam.
2. Vasing
Pasien yang biasanya tidur pda lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh, maka akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menibulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap
REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan aktivitas saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a) Dierutik : menyebabkan insomnia
b) Kafein : meningkatkan saraf simpatis
c) Narkotika : mensupresi REM
2.2.8 Fungsi Tidur
Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakinkan bahwa tidur dapat
digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres
pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur,
sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum
terdapat dua efek fisiologis dari tidur : pertama, efek pada sisitem saraf yang diperkirakan
dapat memulijkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf,
dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam
organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan ( Aziz Alimul, 2006).
2.2.9 Kualitas Tidur
Nashori & Diana (2005) mendefenisiskan kualitas tidur adalah sebagai suatu keadaan
dimana tidur yang dijalani seseorang individu menghasilkan kebugaran dan kesegaran
pada saat terbangun.
Kualitas tidur mengandung arti kemampuan individu untuk dapat tetap tidur dan bangun
dengan jumlah tidur REM dan NREM yang sesuai (Arkha & Miftahul, 2019).
2.2.10 Pengukuran Kualitas Tidur
Pengukuran kualitas tidur dilakukan menggunakan The Sleep Quality Questionaires
(SQQ) yang telah diterjemhkan dalam versi bahasa indonesia yaitu Kuesioner Kualitas
Tidur (KKT) yang dimodivikasi dari the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buysse,
et all., 1998) dan St. Mary’s Hospital (SMH) sleep questionnaire (Ellis et al., 1981),
terdiri dari 7 aspek parameter tidur, yaitu total jam tidur malam, waktu memulai tidur,
frekuensi terbangun, perasan segar saat bafun pagi, kedalaman tidur, kepuasaan tidur,
perasaan lelah atau mengantuk siang hari. Konten validitas kousoner kualitas tidur telah
dianalisis 3 ahli Sleep And Medical, Psychological Nursing, Dan Gerontological Nursing
Dari Prince Of Songkla University, Thailand. Internal konsistensi Cronbach’s Alpha
Coffcienct kuesioner kualitas tidur adalah 0,89.
2.2.11 Kualitas Tidur Ibu Hamil
Pada trimester pertama, ibu hamil sering merasa jengkel lantaran kerap bangun di malam
hari hanya untuk buang air kecil. Tidur pun jadi sangat terganggu. Gejala sering buang air
kecil ini terjadi lantaran kandung kemih mendapat tekanan akibat membesarnya rahim.
Selain itu, dimasa ini, kebanyakan ibu hamil juga didera oleh rasa mual yang tak Cuma
muncul pada pagi hari, tapi bisa jadi sepanjang hari (kompas, 2013).
Sedangkan kehamilan trimester ke dua adalah saat energi memuncak dan kesehatan
menjadi optimal. Bila ibu hamil merasa lesuh ada kemungkinan mengalami anemia,
terutama bila letih di sertai dengan kulit pucat dan barang kali mengidam makanan yang
mengandung zat besi (Kelly, 1997).
Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya
yaitu perubahan hormon, stres, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang tidak
nyaman, sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi peregangan tulang-
tulang terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan
(Huliana, 2007).
Harma dan Franco (2013) mengtakan bahwa 97% wanita hamil pada trimester (III) ketiga
mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang sering dialami oleh ibu hamil adalah
penurunan durasi tidur. Penurunan durasi tidur pada ibu hamil dapat membuat kondisi ibu
hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, baan terasa pegal, tidak mood
bekerja, dan cinderung emosional. Hal ini dapat membuat beban kehamilan menjadi
semakin berat.
2.3 Terapi Posisional

2.3.1 Defenisis Terapi Posisional

Terapi posisi atau pengobatan adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti
diagnosa. Terapi dapat menawarkan banyak perubahan, tetapi kontribusi terbesar
mencakup penerimaan; penerimaan terhadap diri sendiri dan terhadap keadaan, membantu
pasien mendapatkan sebagian besar kesempatan .

2.3.2 Posisi Tidur Wanita Hamil


1. Posisi tengkurap
Biasanya pada kehamilan trimester pertama ada pembesaran payudara, sehingga lebih
sensitif dan kadang terasa sakit bila disentuh. Pada saat perut sudah membesar (awal
14 minggu), tidur dengan posisi tengkurap menjadi sangat tidak nyaman karena anda
harus menyokong paha dengan bantal agar dapat tidur tengkurp karena perut mulai
membesar.
2. Posisi telentang
Setelah kehamilan 16 minggu sebaiknya ibu hamil tidak tidur dengar posisi telentang.
Karena pada posisi telentang, ibu akan meletakkan seluruh beratrahim dan bayi ke
bagian belakang perut yang menekan vena cava inferior, saraf, dan usus.
Posisi telentang pada akhir kehamilan juga dapat meningkatkan resiko sakit pinggang,
wasir, gangguan pencernaan, gangguan pernafasan dan sirkulasi, sehingga bisa
menyebabkan pusing dan sakit kepala. Keadaan dimana terjadinya tekanan terhadap
vena inferior yaitu vena besar yang terdapat di abdomen (perut) dapat menyebabkan
pusing, sakit kepala ringan, dan agak susah bernapas. Keadaan ini disebut supine
hypotension yaitu penurunan tekanan darah yang terjadi karena berbaring terlentang.
Membuat sirkulasi darah mengalir lancar ke seluruh tubuh sehingga mengurangi
keluhan lainnya.
3. Posisi menyamping
Ketika perut membesar selama kehamilan. Dengan posisi tidur seperti ini, hati akan
terletak di bagian kanan perut, sehingga akan membuat janin terhindar dari tekanan
organ tersebut. Selain itu, tidur dengan menyamping ke kiri juga dapat mengoptimalkan
aliran darah ke plaseta dan janin (Tim Naviri, 2011)
Tidur posisi miring ke kanan juga baik. Anda dapat mengganti posisi miring ke kanan-
kiri untuk membuat anda tidur lebih nyaman. Jika anda terbangun malam dalam posisi
telentang. Jangan panik dan kuatir. Anda tidak melakukan sesuatu yang akan
mencelakai bayi anda. Kembali saja ke posisi miring. Pada kehamilan lanjut, ketika
perut sudah membesar, disertai kondisi kehamilan lain seperti kram, sering kencing,
kontraksi palsu, bayi yang menendang-nendang, atau rasa asam lambung yang
meningkat, ibu akan terbangun beberapa kali dimalam hari sehingga posisi tidur pasti
akan berubah beberapa kali.
4. Posisi bersandar
Tidur dengan bersandar dapat dijadikan pilihan apabila anda tidak mungkin tidur
dengan posisi menyamping.
1.3.3 Manfaat terapi posisi
Menurut beberapa literatur, tidur miring ke samping kiri memberi manfaat optimal pada
bayi anda untuk memperoleh aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke plasenta. Hal ini
karena terdapat vena atau pembuluh darah balik vena atau pemuluh darah balik besar (vena
cava inferior) di bagian depan dari tulang belakang yang menegembalikan darah dari tubuh
bagian bawah ke jantung. Posisi ini dapat membuat kerja ginjal membuang cairan dari
tubuh ibu hamil bekerja cukup optimal sehingga mengurangi pembengkakan pada kaki.
1.3.4 Posisi yang tidak dianjurkan

Seperti yang telah disebut diatas, posisi telentang akan menghambat aliran darah dari ibu
ke janin, dan ibu hamil pun dapat sulit bernapas. Pada waktu masa kehamilan mencapai
usia 16 minggu, ibu hamil tidak dianjurkan tidur terlentang, karena posisi tersebut
menjadikan seluruh beban rahim menekan bagian belakang, usus, dan pembuluh darah
balik (vena cava inferior). Selain itu, tidur dengan posisi telentang juga bisa meningkatkan
resiko sakit pinggang, wasir, dan gangguan pencernaan, serta mengganggu pernapasan.

Pada kasus kehamilan dan tekanan darah tinggi, tidur dengan posisi telentang sama sekali
tidak dianjurkan. Selain telentang, tidur dengan posisi tengkurap juga tidak dianjurkan.
Posisi ini berpotensi menimbulka sakit pada perut, pinggul, dan rasa pegal pada punggung.
Hal tersebut terjadi karena berat janin menekan jaringan-jaringan yang ada di dalam rahim,
berhubung dengan paha dan punggung.

1.3.5 Prosedur Terapi Posisi


1. Posisi menyamping
Tidur dengan posisi ini dapat anda lakukan dengan cara berbaring menyamping, dengan
menekuk lutut. Agar lebih nyaman, letakkan bantal diantara kaki, di bawah punggung,
dan dibawah perut.

Gambar 4.1 Posisi Tidur Menyamping


2. Posisi bersandar
Caranya, tinggikanlah bantal anda, kemudian tidurlah dengan cara bersandar pada
bantal tersebut. Jika ingin lutut terasa nyaman, anda bisa meletakkan beberapa bantal
dibawahnya.
Gambar 4.2 Posisi Bersandar

2.4 Kerangka Teori


Berdasarkan konsep-konsep yang telah dijelaskan diatas, penulis mencoba menyusun kerangka
teori penelitian, yaitu :

Masalah yang timbul selama


kehamilan : sembelit, nyeri
pinggang, sakit pinggang,
sulit tidur, dan sesak napas.

(Tim Naviri, 2011)

Gangguan Istirahat Tidur

Dampak pemberian terapi


posisional :
Pemberian terapi posisional
1. Memberikan kenyamanan
2. Airan darah dan nutrisi yang
maksimal ke plasenta
3. Mengoptimalkan kerja ginjal
4. Memenuhi kebutuhan tidur
Kualitas Tidur

Skema 2.2 Kerangka Teori (Tim Naviri, 2011)


BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap yang
lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Penulis menetapkan pemikiran yaitu Pengaruh
Terapi Posisional Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trisemester III Di Klinik Bunda
Bukittinggi Tahun 2020. Adapun variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah seperti
yang tertera di keragka konsep ini.

Berikut gambaran kerangka konsep penelitian :

Variabel Independen Variabel Dependen

Terapi Posisional Kualitas Tidur

Skema 3.1 : Kerangka Konsep


“Pengaruh Terapi Posisional Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trisemester III Di Klinik
Bunda Bukittinggi Tahun 2020”

3.2 Defenisi Operasional


Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang dapat diamati (diukur)
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam,
2008).
Menurut sugiyono (2012), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya.

3.1 Tabel Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Operasiona

Intervensi Suatu tindakan SOP Terapi Tindakan Nominal Dilakukan


Terapi terapi posisi pada Posisional langsung
Posisional ibu hamil, dimana
meletakkan bantal
di bagian samping
perut dan di antara
kedua tungkai atau
lutut.

Kualitas suatu keadaan dimana Kueisoner Wawancara Ordinal Mean


tidur tidur yang dijalani PSQI terpimpin
seseorang individu
menghasilkan
kebugarang yang
diukur dengan
menggunakan
kuisoner PSQI yang
berisi 7 area
Pengukuran yang
meliputi total jam
tidur malam, waktu
memulai tidur, frekuensi
terbangun, perasaan segar
saat bangun pagi, kedalam
tidur kepuasan tidur,
perasaan lelah atau
mengantuk siang hari

3.3 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan mengenai satu atau lebih populasi yang perlu dibuktikan
keabsahannya melalui prosedur pengujian hipotesis, pengujian hipotesis merupakan suatu
proses melakukan perbandingan antara nilai sampel (berasa dari data penilitian) dengan nilai
hipotsis pada data populasi (Sutopo & Slamet, 2017).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu adanya perbedaan
kualitas tidur pasien sebelum dan sesudah pemberian terapi posisional terhadap ibu hamil
trimester III di Klinik Bunda Bukittinngi Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai