Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fertilisasi ovum dan spermatozoa
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang diklasifikasikan dalam 3
trimester, yaitu trimester I (konsepsi sampai usia kandungan 3 bulan),
trimester II (usia kandungan 2 sampai 6 bulan ), dan trimester III (usia
kandungan 7 sampai 9 bulan). Pada kehamilan trimester ke III sejumlah
ketakutan muncul, saat hamil wanita cenderung merasa cemas terhadap
kehidupan bayi maupun kehidupan dirinya sendiri. Perasaan takut dan
cemas yang dialami ibu hamil jika berlebihan, maka dapat
menyebabkan stress (Jenny, 2013). Kecemasan ibu hanil terdiri dari 3
(tiga) komponen, yaitu rasa takut melahirkan, takut melahirkan anak
cacat fisik atau mental, dan perhatian tentang penampilan seseorang
(Huizink, AC., et al. 2015). Selain kecemasan-kecemasan tersebut, ibu
hamil juga akan mengalami gangguan tidur yang akan berpengaruh
pada buruknya kualitas tidur ibu hamil akibat semakin meningkatnya
keluhan serta kecemasan yang dirasakan. Berdasarkan korelasi yang
didapatkan dari penelitian Wardani (2018) yaitu 0,449, maka dapat
diartikan bahwa tingkat kecemasan mempengaruhi kualitas tidur ibu
hamil. Semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami ibu hamil,
maka semakin baik kualitas tidurnya.
Kecemasan merupakan respon keadaan terhadap stres, bisa
merangsang tubuh untuk sulit rileks karena otot menjadi tegang dan
jantung berdetak lebih kencang (Townsend, 2015). Kecemasan dapat
seketika muncul karena masa-masa panjang saat menantikan kelahiran
dan bayang-bayang tentang hal yang membuat takut saat proses
persalinan meskipun belum terjadi. Menurut Stuart (2013), kecemasan
adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Semakin tua usia
kehamilan maka kecemasan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan
meningkat menjelang persalinan. Kecemasan pada ibu hamil dapat
timbul khususnya pada trimester III. Kecemasan yang dialami antara
2

lain karena jenis kelamin bayi yang belum pasti, normal atau tidak
normal bayi yang akan dilahirkan, nyeri yang dirasakan, dan
sebagainya. Menurut Rubin (2013), selama periode kehamilan hampir
sebagian besar ibu hamil sering mengalami kecemasan, yang
membedakannya hanyalah tingkat kecemasannya, hal ini tergantung
persiapan kehamilannya.
Keadaan pasien yang cemas juga akan mempengaruhi kebutuhan
istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur yang cukup sama pentingnya bagi
kesehatan, sama halnya dengan pemenuhan nutrisi yang baik dan
olahraga yang cukup (Ginting, 2016). Oleh karena itu, kecemasan ini
perlu mendapat perhatian dan intervensi keperawatan karena keadaan
emosional pasien akan berpengaruh kepada fungsi tubuh pasien
menjelang persalinan.
Menurut Potter and Perry (2010), tidur merupakan kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi oleh semua orang. Tidur yang normal
melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye
Movement (REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat atau
Non-Rapid Eye Movement (NREM). Selama NREM, seorang
mengalami empat tahapan selama siklus tidur. Tahap 1 dan 2
merupakan karakteristik dari tidur dangkal dan seseorang lebih mudah
terbangun. Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit untuk
dibangunkan.
Menurut Smeltzer dan Bare (2013), tidur memiliki peranan yang
sangat penting bagi kesehatan. Orang yang sakit sering kali memerlukan
tidur yang lebih banyak dibandingkan biasanya. Pemenuhan kebutuhan
tidur pada ibu hamil menjelang persalinan bertujuan sebagai persiapan
aspek fisik dan mental atau psikologis pasien yang akan menjalani
proses persalinan, hal tersebut karena kondisi fisik dan psikologis dapat
mempengaruhi tingkat risiko persalinan, mempercepat pemulihan, serta
menurunkan rasa sakit (Potter & Perry, 2010).
Menurut Javaheri (2008), kualitas tidur dapat dinilai dengan
melihat masa laten tidur, lama waktu tidur, efisiensi tidur, gangguan
tidur, penggunaan obat tidur, gangguan disiang hari, dan kualitas tidur
umum. Kualitas tidur yang buruk juga berpengaruh tergadap kondisi
3

tubuh ibu hamil yang akan menjalani proses persalinan. Selaras dengan
penelitian (Zhang, 2011), waktu tidur yang pendek atau kualitas tidur
yang buruk berkaitan dengan peningkatan hormon katekolamin, hal ini
memiliki pengaruh pada sistem kardiovaskuler sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan meningkatkan kerja jantung dan
gangguan perfusi jaringan, yang karena tanda-tanda tersebut biasanya
persalinan akan ditunda.
Gangguan psikologi kecemasan selama kehamilan berhubungan
dengan terjadinya indeks resistensi pada arteri uterin. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam
plasma darah, sehingga aliran darah ke uterus terganggu. Uterus sangat
sensitif terhadap noradrenalin dan dapat menimbulkan efek
vasokontriksi. Mekanisme yang mengakibatkan terhambatnya proses
pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin karena kurangnya
oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
Angka kejadian kecemasan pada ibu hamil di Indonesia
mencapai 373.000.000. Sebanyak 107.000.000 atau 28,7% diantaranya
kecemasan terjadi pada ibu hamil menjelang proses persalinan (Depkes
RI, 2008). Menurut hasil survey pada wanita hamil di Amerika, 82%
ibu hamil tidur tidak nyenyak selama kehamilan dibandingkan sebelum
hamil. Hal demikian juga ditemukan di Indonesia, penelitian yang
dilakukan di UPT Puskesmas Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya,
Depok, Jawa Barat, 93,6% ibu hamil trimester III memiliki kualitas
tidur yang buruk. Penelitian yang dilakukan pada ibu primigravida
22,5% mengalami cemas ringan, 30% mengalami cemas sedang, 27,5%
cemas berat, dan 20% mengalami cemas sangat berat (Sarifah, 2016).
Sedangkan penelitian yang dilakukan di Banyumas , Jawa Tengah
didapatkan hasil sebanyak 42,8% ibu hamil mengalami kecemasan
menjelang persalinan (Wibowo, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh William et al (2010),
menunjukkan bahwa ibu hamil yang tidur kurang dari 5 jam tiap malam
beresiko meningkatkan tekanan darah ibu dan berakibat pada
Hipertensi. Penelitian National Sleep Foundation 97,3% wanita hamil
4

trimeter III selalu terbangun dimalam hari, dengan rata-rata 3 sampai 11


kali setiap malam. Gangguan tidur selama kehamilan terjadi selama
trimester I sebesar 13-80% dan trimester III sebesar 66-90%, sedangkan
di Indonesia wanita hamil pada trimester III 97% yang mengalami
gangguan tidur.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan oleh peneliti yang
dilaksanakan di wilayah desa Banyonneng Dajah Kecamatan Gegger,
pada tanggal 2 Januari 2022 pada 10 responden ibu hamil yang usia
kandungannya trimester III dengan menggunakan lembar kuisioner dan
instrumen yang digunakan ialah Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS)
untuk mengukur tingkat kecemasan dan Kuesioner Kualitas Tidur
(KKT) untuk mengukur kualitas tidur ibu hamil. Didapatkan data bahwa
semua ibu hamil mengalami gangguan tidur selama kehamilan dan 8
dari 10 ibu hamil mengalami kecemasan menjelang persalinan. Semua
ibu hamil mengatakan ketika bangun tidur di pagi hari, badan tidak
terasa segar, badan terasa lelah, dan menilai kualitas tidurnya cukup
buruk. Semua ibu hamil mengatakan kesulitan memulai tidur dan tidur
malam terasa tidak nyenyak karena adanya kekhawatiran akan janin
yang sedang dikandung terutama adanya diagnosa hipertensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil
trimester III menjelang proses persalinan yaitu usia, paritas, pendidikan
dan dukungan suami atau keluarga. Seperti yang dijelaskan Susanti
(2008), bahwa usia <20 tahun dan ≥35 tahun akan memberikan dampak
terhadap perasaan takut dan cemas menjelang proses persalinan. Karena
apabila ibu hamil pada usia tersebut, kehamilannya termasuk dalam
kategori kehamilan beresiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lebih
lanjut akan berpotensi tinggi untuk melahirkan bayi cacat. Paritas dapat
mempengaruhi kecemasan, karena terkait dengan aspek psikologis.
Dampak buruk dari kecemasan ibu hamil memicu terjadinya
rangsangan kontraksi rahim. Akibat dari kondisi tersebut, dapat
meningkatkan tekanan darah sehingga mampu memicu terjadinya
preeklamsia dan keguguran (Maharani, 2008). Mendekati saat
melahirkan, ibu hamil akan sulit mengatur posisi tidur. Gangguan ini
dapat disebabkan karena semakin besar kehamilan sehingga diafragma
5

akan tertekan keatas dan akan menggangu pernafasan. Pernafasan yang


tidak baik pada ibu hamil akan berpengaruh pada berkurangnya pasokan
oksigen pada otak sehingga dapat mengurangi kualitas tidur (Emilia,
2010).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting
terbentuknya perilaku seseorang. Kecemasan pada ibu hamil dapat
disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilannya.
Kunjungan ANC yang dilakukan oleh ibu hamil dapat membantu ibu
memperoleh informasi terkait kehamilannya, sehingga ibu hamil dapat
mengendalikan rasa cemas yang muncul pada saat kehamilannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Penurunan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil Menjelang Persalinan di
Wilayah desa Banyonneng Dajah, Kecamatan Gegger”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan pada ibu
hamil trimester III ?
2. Apa yang harus ibu hamil lakukan untuk mendapatkan informasi
terkait kehamilannya untuk mengendalikan rasa cemas?
3. Apa dampak yang terjadi pada kesehatan ibu hamil jika waktu
tidurnya yang pendek atau kualitas tidurnya yang buruk?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu hamil dengan
penurunan kulitas tidur menjelang persalinan di wilayah desa
Banyonneng Dajah, Kecamatan Gegger.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan menjelang persalinan pada
ibu hamil trimester III di wilayah desa Banyonneng Dajah,
Kecamatan Gegger.
b. Mengetahui kualitas tidur pada ibu hamil trimester III
6

menjelang persalinan di wilayah desa Banyonneng Dajah,


Kecamatan Gegger.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, identifikasi masalah yang akan dibahas adalah mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan:
1. Bagaimana menerapkan konsep hubungan dukungan suami dan
riwayat ANC dengan kecemasa ibu hamil menjelang
persalinan?
2. Bagaimana penerapan tema hubungan dukungan suami dan
riwayat ANC dengan kecemasa ibu hamil menjelang
persalinan?
3. Bagaimana merancang hubungan dukungan suami dan riwayat
ANC dengan kecemasa ibu hamil menjelang persalinan?
4. Bagaimanakah standar hubungan dukungan suami dan riwayat
ANC dengan kecemasa ibu hamil menjelang persalinan?

C. Keaslian Penelitian
Penelitian Hubungan Dukungan Suami Dan Riwayat ANC Dengan
Tingkat Ibu Hamil Menjelang Persalinan di Polindes Desa lesong Daya
2021 yang hampir serupa dengan penelitian ini :
1. Yanti M. Missa, Ahmad Nur Khori, Shanti Rosmaharani (2018)
“Hubungan Kepatuhan Antenatal Care (ANC) Dengan
Kecemasan Ibu Hamil Trisemester Dalam Menghadapi
Persalinan Di Desa Sumber Mulyo Joko Roto Kabupaten
Jombang (2018) “Angka kecemasan pada ibu hamil trimester
III menunjukkan cukup tinggi itu disebabkan karena ibu hamil
kurang patuh dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
Dampak dari ibu hamil yang tidak mengikuti ANC adalah ibu
hamil kurang mendapatkan informasi tentang persiapan
persalinan sehingga pada saat akan menghadapi persalinan
kecemasannya meningkat. Penelitian ini bertujuan menganalisis
hubungan kepatuhan antenatale care (ANC) dengan
kecemasanibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan
7

di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber


Mulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Populasipenelitianiniadalahibu hamil primigravida trimester III
Bulan Mei – Juni di Wilayah Kerja BPM Yuni Widaryanti
sebanyak 33 0rang. Teknik sampling menggunakan total
sampling. Variable independen kepatuhan ANC, variable
dependen kecemasan ibu hamil trimester III. Instrument untuk
kepatuhan ANC menggunakan observasi sedangkan kecemasa n
ibu hamil trimester III menggunakan kuesioner. Uji statistic yang
dipakai Rank Spearman. Analisa data rank spearman dengan
nilai signifikan α = 0,05 diperoleh hasil perhitungan dengan nilai
 value 0,017, artinya adanya hubungan antara kepatuhan
antenatal care (ANC) dengan kecemasan ibu hamil trimester III
dalam menghadapi persalinan. Berdasarkan hasil penelitian
diharapkan ibu hamil lebih termotivasi dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan agar ibu dapat menjaga kondisi
kesehatan serta mampu mengatasi kecemasan ibu pada saat
menghadapi persalinan.
2. Laily Himawati (2018) “Hubungan Dukungan Suami Dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Menghadapi Persainan Di Kabupaten
Grobongan (2018 Jenis penelitian ini adalah observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah
semua ibu yang akan bersalin di RS Permata Bunda Purwodadi
dan RS Panti Rahayu Yakkum sebanyak 132 orang yang didapat
dari data rekam medis. Pengambilan sampel dengan teknik non
probability consecutive sampling berjumlah 64. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data
menggunakan Chi-square Hasil: Hasil analisis secara statistik
tidak ada hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan
ibu menghadapi persalinan seksio sesarea dan persalinan
pervaginam (CI 95%=0,59—5,18;p=0,312) Kesimpulan: tidak
ada hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu
menghadapi persalinan seksio sesarea dan persalinan pervaginam
8

3. Arlina Dhian Sulistyowati (2021) “Hubungan Dukungan Suami


Dengan Kepatuhan Pemeriksaan ANC Pada Ibu Hamil Di Masa
Pandemi Covid-19 2021. Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian ini adalah ibu hamil yang tinggal di Wilayah
Puskesmas Karanganom. Responden penelitian sebanyak 30
responden yang diperoleh dengan tehnik total sampling.
Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa
data bivariat menggunakan uji Kendall’s Tau. Hasil penelitian
menunjukkan 90,0% ibu hamil mendapatkan dukungan suami
sangat mendukung dan sebanyak 96,7% memiliki kepatuhan
ANC yang patuh. Hasil uji Kendall’s Tau menunjukkan ada
hubungan antara dukungan suami dengan kepatuhan ANC pada
ibu hamil (p=0,003; r=0,557). Kesimpulan ada hubungan yang
signifikan antara dukungan suami dengan kepatuhan ANC pada
ibu hamil di masa pandemi Covid-19
4. IRMA NURIANTI (2021) “Hubungan Dukungan Suami Dengan
Kecemasan Ibu Hami Daam Menghadapi Persainan 2021” Jenis
penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional. Didapatkan total ibu hamil selama bulan November
2019 sampai Januari 2020 sebanyak 90 orang. Hampir 80% ibu
hamil mengalami kecemasan dalam proses persalinan. Dari hasil
observasi dari beberapa ibu hamil, banyak suami dari ibu hamil
tersebut kurang memberikan perannya sebagai suami pada saat
proses persalinan istri. Populasi merupakan total ibu hamil di
Klinik Nining Pelawati dengan rata-rata sebanyak 90 orang.
5. Handayani (2019) “Hubungan Dukungan Suami Terhadap
Kepatuhan Ibu Meakukan Kunjungan Antenatal Care 2019”
Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional.
Tekhnik pengambilan sampel yaitu menggunakan cara
Purpossive Sampling sebanyak 100 responden. Hasil:
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa kepatuhan ibu
melakukan kunjungan antenatal care terhadap responden
dukungan suami cukup (44,0%), kepatuhan ibu melakukan
9

kunjungan antenatal care patuh (64,0%). Setelah dilakukan uji


chi-quare didapatkan nilai p value mayoritas berkisaran = 0,005
< p = 0,05 dan nilai r =0,249. Yang berarti terdapat hubungan
antara dukungan suami tehadap kepatuhan ibu melakukan
kunjungan antenatal care di poliklinik RSUD Koja Jakarta Utara.
Diskusi: Diharapkan Ibu hamil yang sudah patuh dan mendapat
dukungan pentingnya melakukan kunjungan ANC, selalu patuh
agar dapat mengurangi komplikasi pada saat melahirkan dan
juga mengurangi angka kematian ibu dan anak.

Anda mungkin juga menyukai