Anda di halaman 1dari 42

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kecemasan

2.1.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akan merasa tidak

nyaman atau takut, namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut

terjadi. Kecemasan tidak memiliki stimulus yang jelas yang dapat

diidentifikasi (Videbeck, 2012).

Cemas (ansietas) merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjektif

yang dialami sesorang dan berhubungan dengan perasaan yang tidak

pasti dan tidak berdaya (Kusumawati dan Hartono, 2012).

2.1.2 Etiologi Kecemasan

Secara umum, terdapat dua teori mengenai etiopatogenesis munculnya

kecemasan, yaitu teori psikologis dan teori biologis. Teori psikologis

terdiri atas tiga kelompok utama yaitu teori psikoanalitik, teori perilaku

dan teori eksistensial. Sedangkan teori biologis terdiri atas sistem saraf

otonom, dan neurotransmiter, studi pencitraan otak, dan teori genetik

(Sadock, 2015).

a. Teori Psikoanalitik

Kecemasan didefinisikan sebagai sinyal adanya bahaya pada

ketidaksabaran. Kecemasan dipandang sebagai akibat dari

konflik psikis antara keinginan tidak disadari yang bersifat

seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut dari

10
superego atau realitas eksternal. Sebagai respon terhadap sinyal

ini, ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah

pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul

ke kesadaran (Sadock, 2015) Individu yang mengalami gangguan

kecemasan menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola

tertentu dari mekanisme pertahanan (Videbeck, 2012).

b. Teori Prilaku

Menurut teori ini, kecemasan adalah respon yang dipelajari

terhadap stimulus lingkungan spesifik. Sebagai contoh, seorang

anak yang dibesarkan oleh ayah yang kasar, dapat menjadi cemas

ketika melihat ayahnya. Hal tersebut dapat berkembang, anak

tersebut kemungkinan tidak mempercayai semua laki - laki.

Sebagai kemungkinan penyebab lain, mereka belajar memiliki

respon internal kecemasan dengan meniru respon kecemasan

orangtua mereka (Sadock, 2015).

c. Teori Ekstensial

Teori ini digunakan pada gangguan cemas menyeluruh tanpa

adanya stimulus spesifik yang dapat diidentifikasi sebagai

penyebab perasaan cemas kronisnya. Konsep utama teori

eksistensial adalah individu merasa hidup tanpa tujuan.

Kecemasan adalah respon terhadap perasaan tersebut dan

maknanya (Sadock, 2015).

d. Sistem Saraf Otonom

Stimulasi sistem saraf otonom dapat menimbulkan gejala tertentu


seperti kardiovaskular (contoh: takikardi), muskular (contoh:

sakit kepala), gastrointestinal (contoh: diare), dan pernapasan

(contoh: takipneu). Sistem saraf otonom pada sejumlah pasien

gangguan cemas, terutama dengan gangguan cemas sangat berat

menunjukkan peningkatan tonus simpatik, adaptasi lambat

terhadap stimulus berulang, dan berespons berlebihan terhadap

stimulus sedang (Sadock, 2015)

e. Neurotransmiter

Berdasarkan penelitian pada hewan terkait perilaku dan terapi

obat, terdapat tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan

dengan kecemasan, yaitu asam gama-amino butirat (GABA),

serotonin dan norepinefrin (Sadock, 2015).

Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter

yang berfungsi sebagai anticemas alami dalam tubuh dengan

mengurangi eksitabilitas sel sehingga mengurangi frekuensi

bangkitan neuron (Videbeck, 2012). Peran GABA pada gangguan

cemas didukung oleh efektifitas benzodiazepin yang

meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABA tipe A

(GABAA) di dalam terapi beberapa gangguan cemas. Beberapa

peneliti berhipotesis bahwa sejumlah pasien dengan gangguan

cemas memiliki fungsi abnormal reseptor GABAA, walaupun

hubungan ini belum terlihat langsung (Sadock, 2015).

Benzodiazepin terikat pada reseptor yang sama seperti GABA

dan membantu reseptor pascasinaps untuk lebih reseptif terhadap


efek GABA. Hal tersebut mengurangi frekuensi bangkitan sel dan

mengurangi kecemasan (Videbeck, 2012). Serotonin (5-HT)

memiliki banyak subtipe. Serotonin subtipe 5- HT1Aberperan

pada terjadinya gangguan cemas, juga mempengaruhi agresi dan

mood (Videbeck, 2012). Peningkatan pergantian atau siklus

serotonin di korteks prefrontal, nukleus akumben, amigdala, dan

hipothalamus lateral menyebabkan tipe stres akut yang berbeda

(Sadock, 2015). Norepinefrin merupakan neurotransmiter yang

meningkatkan kecemasan. Norepinefrin yang berlebihan

dicurigai ada pada gangguan panik, gangguan ansietas umum dan

gangguan stres pascatrauma (Videbeck, 2012).

Teori mengenai peran norepinefrin pada gangguan kecemasan

adalah pasien yang mengalami kecemasan dapat memiliki sistem

regulasi noradrenergik yang buruk dengan ledakan aktifitas yang

sesekali terjadi. Sel dari sistem noradrenergik utamanya dibawa

ke locus cereleus (nukleus) di pons dan memproyeksikan akson

ke korteks cerebral, batang otak, dan tulang belakang (medulla

spinnalis) (Sadock, 2015).

f. Studi Pencitraan Otak

Suatu kisaran studi pencitraan otak, yang hampir selalu dilakukan

pada gangguan cemas spesifik, menghasilkan beberapa

kemungkinan petunjuk dalam memahami gangguan cemas. Studi

struktural, seperti CT dan MRI, yang dilakukan menunjukkan

peningkatan ukuran ventrikel otak. Hal tersebut pada suatu studi


dihubungkan dengan lama penggunaan benzodiazepin pada

pasien. Beberapa hasil penelitian menunjukkan pasien dengan

gangguan cemas memiliki keadaan patologis dari fungsi otak dan

hal ini dapat menjadi penyebab dari gejala gangguan cemas yang

dialami pasien (Sadock, 2015).

g. Teori Genetik

Studi genetik menghasilkan bukti bahwa sedikitnya beberapa

komponen genetik turut berperan dalam timbulnya gangguan

cemas. Hereditas dinilai menjadi salah satu faktor predisposisi

timbulnya gangguan cemas. Hampir separuh dari semua pasien

dengan gangguan panik setidaknya memiliki satu kerabat yang

juga mengalami gangguan tersebut. Gambaran untuk gangguan

cemas lainnya, walaupun tidak setinggi itu, juga menunjukkan

adanya frekuensi penyakit yang lebih tinggi pada kerabat derajat

pertama pasien yang mengalaminya daripada kerabat orang yang

tidak mengalami gangguan cemas (Sadock, 2015).

2.1.3 Tingkat Kecemasan Menurut (Sadock, 2015)

a. Kecemasan Ringan

Ansietas ringan merupakan perasaan bahwa ada sesuatu yang

berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensoris

meningkat dan dapat membantu memusatkan perhatian untuk

belajar menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak,merasakan

dan melindungi diri sendiri.


b. Kecemasan Sedang

Merupakan perasaan yang menganggu bahwa ada sesuatu yang

benar–benar berbeda yang menyebabkan agitasi atau 10gugup.

Hal ini memungkinkan individu untuk memusatkan perhatian

pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain.

c. Kecemasan Berat

Dapat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang

berbeda dan terdapat ancaman, sehingga individu lebih fokus

pada sesuatu yang rinci dan spesifik dan tidak berfikir tentang hal

yang lainnya.

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecemasan pada

ibu hamil, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

dibagi menjadi dua jenis, yaitu kepercayaan tentang persalinan dan

perasaan menjelang persalinan. Selain faktor internal, faktor eksternal

juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu informasi dari tenaga kesehatan dan

dukungan suami (Shodiqoh, 2014). Faktor Internal dari kecemasan ibu

hamil yaitu perasaan menjelang persalinan berkaitan dengan perasaan

takut atau tidak takut yang dialami oleh ibu menjelang persalinan

(Shodiqoh, 2014). Sedangkan faktor eksternal dari kecemasan pada ibu

hamil yaitu informasi dari tenaga kesehatan, karena bagi ibu hamil

informasi dari tenaga kesehatan yang diperoleh dapat mempengaruhi

tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan. kelengkapan informasi

yang diperoleh mengenai keadaan lebih laanjut mengenai kehamilannya,


termasuk adanya penyakit penyerta dalam kehamilan, membuat ibu

hamil lebih siap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi saat

persalinan dan ibu tidak terbebani dengan perasaan takut dan cemas.

Selain informasi dari tenaga kesehatan, dukungan suami juga merupakan

faktor eksternal yang penting bagi ibu hamil. Dukungan suami dapat

mengurangi kecemasan sehingga ibu hamil trimester ketiga dapat merasa

tenang dan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi persalinan

(Shodiqoh, 2014). Selain faktor internal dan faktor eksternal, terdapat

pula faktor biologis dan faktor psikis yang mempengaruhi kecemasan

pada ibu hamil. Faktor biologis meliputi kesehatan dan kekuatan selama

kehamilan serta kelancaran dalam melahirkan bayinya. Sedangkan,

faktor psikis seperti kesiapan mental ibu hamil selama kehamilan hingga

kelahiran dimana terdapat perasaan cemas, tegang, bahagia, dan berbagai

macam perasaan lain, serta masalah – masalah seperti keguguran,

penampilan dan kemampuan melahirkan (Maimunah, 2009). Secara

spesifik, faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil seperti

pengambilan keputusan, usia ibu hamil, kemampuan dan dukungan

keluarga, kesehatan dan pengalaman mendapat keguguran sebelumnya

(Maimumah, 2009).

2.1.5 Gejala Kecemasan

a. Ketakutan

Yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut ditinggal

sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian lalu

lintas, dan takutpada kerumunan orang banyak.


b. Gangguan Tidur

Yaitu sukar tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak

nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi

buruk, dan mimpi yang menakutkan.

c. Depresi

Yaitu perasaan berubah – ubah, sedih, hilangnya minat

d. Perasaan Cemas

Yaitu melihat kondisi emosi individu yang menunjukkan

perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan

mudah tersinggung.

e. Ketegangan (Tension)

Yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat dengan tenang,

mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan gelisah.

f. Gejala Somatik (otot)

Yaitu sakit dan nyeri di otot–otot, kaku, kedutan otot, gigi

gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.

g. Gejala Somatik (Sensorik)

Yaitu tinitus (telinga berdengung), penglihatan kabur, muka

merah atau pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk –tusuk.

h. Gejala Kardiovaskuler

Yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,

perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung

seperti menghilang/berhenti sekejap.


i. Gangguan Kecerdasan

Yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat buruk

j. Gejala Respiratori

Yaitu rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas, dan napas pendek/sesak.

k. Gejala Gastrointestinal

Yaitu sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri

sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa

penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek,

kehilangan berat badan, dan sulit buang air besar (konstipasi).

l. Gejala Urigenital

Sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, amenorrhoe,

menorrhagia, perasaan menjadi dingin (frigid), ejakulasi

praecocks, ereksi hilang, dan impotensi.

m. Gejala Otonom

Yaitu mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing dan

sakit kepala, dan bulu– bulu berdiri/merinding. Selain pengaruh

gejala diatas, kecemasan memengaruhi pikiran, persepsi, dan

pembelajaran. Kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan

dan distorsi persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti

peristiwa. Distorsi ini dapat menggangu proses pembelajaran

dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan

menggangu kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal

yang lain yaitu membuat asosiasi (Kaplan & Sadock, 2014).


2.1.6 Alat Ukur Kecemasan

Kecemasan ibu hamil diukur dengan PSRS (Pregnancy Stress

Rating Scale). Alat ukur ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat

kecemasan ibu hamil apakah ringan, sedang, atau berat. Skala PSRS ini

merupakan skala yang digunakan untuk mengukur berbagai masalah

yang menyebabkan ibu hamil mengalami stress atau cemas. Lima

kategori penekan psikologis diidentifikasi melalui analisis faktor sebagai

berikut :

a. Stres dalam mencari keamanan untuk ibu dan anak selama

kehamilan, persalinan dan pelayanan.

b. Stres dalam perawatan bayi dan perubahan dalam keluarga

c. Identifikasi stress sebagai peran ibu.

d. Stres dalam pencarian dukungan sosial.

e. Stress dari penampilan fisik dan fungsi yang berubah.

Dalam PSRS ini terdapat 4 skore penilaian kecemasan yaitu :

36 – 72 = kecemasan ringan

73 - 108 = kecemasan sedang

109 - 144 = kecemasan berat

> 144 = kecemasan berat sekali / panic (Kaplan & Sadock, 2014).

2.2 Konsep Dasar Kehamilan

2.2.1 Definisi Kehamilan Menurut (Mandang, 2016).

Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga

terjadi konsepsi dan fertilisasi sampai lahir janin lamanya lahir normal

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan Chronic dihitung hari pertama
haid terahir.

Proses kehamilan adalah bertemunya sel sperma pria dengan sel telur

matang dari wanita sehingga terjadi konsepsi dan fertisasi yang

membutuhkan energy yang banyak dan asupan gizi yang tepat akan

membantu tumbuh kembang janin yang masih berada di dalam

kandungan selama hamil norma 280 hari sampai janin lahir.

Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita

Dengan adanya proses kehamilan yang terjadi pada diri seorang wanita

akan menyebabkan beberapa perubahan ada tiga faktor yang

mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik faktor psikoogis dan faktor

social budaya dan ekonomi.

2.2.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan Menurut (Kuswanti,

2014)

a. Faktor fisik

Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan

dan status gizi ibu tersebut Status kesehatan dapat diketahui

dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan

kesehatan terdekat puskesmas rumah bersalin atau poliklinik

kebidanan.

1) Status kesehatan

Status kesehatan wanita hamil akan berpengaruh pada

kehamilan Kesehatan ibu seama hamil akan memengaruhi

kehamilannya dan dan memengaruh tumbuh kembang

zigot embrio dan janin termasuk kenormaan etak janin


a) Faktor usia

Segi negative kehamilan di usia tua

(1) Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari

35 tahun akan sangat menentukan proses

kelahirannya Ha ini turut memengaruhi

kondisi janin

(2) Pada proses pembuahan kualitas sel telur

perempuan pada usia ini telah menurun jika

dibandingkan dengan sel telur pada

perempuan dengan usia reproduksi sehat ( 25

30 tahun

(3) Jika pada proses pembuahan ibu mengalami

gangguan sehingga menyebabkan terjadinya

gangguan perkemihan dan perkembangan

buah kehamilan maka kemungkinan akan

menyebabkan terjadinya IUGR yang

berakibat berat bayi rendah BBLR

(4) Krontraksi uterus juga sangat dipengaruhi

oIeh kondisi fisik ibu jika ibu mengaIami

penurunan kondisi terebih pada primitua

hamiI pertama Iebih dari 40 tahun keadaan ini

harus benar benar di waspadai.

Segi positif hamiI di usia tua

(1) Kepuasan peran sebagai ibu


(2) Merasa Iebih siap

(3) Pengetahuan mengenai perawatan kehamiIan

dan bayi Iebih baik

(4) Rutin meakukan pemeriksaan ANC

(5) Mampu mengambiI keputusan

(6) Karir baik status ekonomi Iebih baik

(7) Perkembangan inteektua anak Iebih tinggi

(8) Periode menyusui Iebih Iama

(9) Toeransi pada keIahiran Iebih besar

b) Riwayat Kesehatan

Penyakit yang pernah diderita ibu dapat

memengaruhi kehamilannya Sebagai contoh

penyakit yang akan memengaruhi kehamilannya

adalah

(1) Hipertensi

(2) Penyakit jantung

(3) Diabetes miitus

(4) Anemia

(5) Penyakit menuar seksual

c) Kehamilan ganda

Pada kasus kehamian ganda ataun kehamian ebih

dari satu janin biasanya kondisi ibu lemah Ini

disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus

ditanggung baik dari pemenuhan nutrisi oksigen


dan lain lain Biasanya kelahiran ganda

mengindikasikan adanya beberapa penyulit dalam

proses persalinannya sehingga persalinan opratif

lebih dipertimbangkan Dengan demikian jika

dilihat dari segi biaya proses persainan dari

kehamilan ganda akan lebih tinggi dibandingkan

dengan kehamilan tunggal mengngatkan adanya

kemungkinan persalinan secara SC Seain itu

resiko adanya kematian dan cacar juga harus

dipertimbangkan Ketika bayi sudah lahir

kemungkinan ketegangan dalam merawat bayi

akan terjadikarena itu harus berkonsentrasi dua

kali lipat dari bayi tunggal namun adanya

keunikan akan membawakan kebahagian

tersendiri bagi keluarga.

d) Kehamian dengan HIV

Pada kehamilan pada ibu yang mengidap HIV

janin akan menjadi sangat rentan terhadap

penuaran selama proses kehamilannya Virus HIV

kemungkinan akan di transfer melalui plasenta ke

dalam tubuh janin.

2) Status Gizi

Perubahan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat mutak

dibutuhkan oleh ibu hamil agardapat memenuhi


kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk

menghadapi persainan dengan aman Selama proses

kehamilan bayi sangat membutuhkan zat zat penting yang

hanya dapat di penuhi dari ibu Penting bagi bidang untuk

memberikan informasi inikepada ibukarena terkadang

pasien terkadang kurang memperhatikan kuaitas makan

yang dikonsumsinya Pemenuhan gizi seimbang selama

hamil akan meningkatkan kondisi bayi dan ibu terutama

daam menghadapi masa nifas sebagai moda awa untuk

menyusui.

3) Gaya Hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup

dengan masyarakat sekarang teryanta ada beberapa gaya

hidup ain yang cukup merugikan kesehatan seorang

wanita hamil misalnya kebiasan begadang bepergian jaug

dengan bergendara motor dan lainnya Gaya hidup ini akan

mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya

karena kebutuhan istirahat mutak harus dipenuhi

a) Substansi abuse

Beberapa jenis obat obatan bisa menghambat

terjadinya kehamilan atau membahayakan bayi

daam kandungan Jika ibu minum obat secara

teratur misa untuk mengatasi epilepsy atau


diabetes mintaah nasehat dokter saat memutuskan

untuk hamil

b) Perokok Ibu hamil

yang merokok akan merugikan bagi bayinya dan

ibunya Bayi akan kekurangan oksigen dan racun

yang dihisap melalui rokok bisa ditransfer melalui

plasenta ke daam tubuh bayi Pada ibu hamil

dengan perokok berat kita harus waspadai akan

resiko keguguran keahiran premature BBLR

bahkan kematian janin

c) Hamil di luar nikah

Jika kehamilan tidak diharapkan secra otomatis

ibu akan sangat membenci kehamilannya

sehingga tidak ada keinginan untuk melakukan hal

yang positif yang akan meningkatkan kesehatan

bayinya Pada kasus ini kita waspada akan adanya

keguguran premature dan kematian.

b. Faktor Psikologis

1) Stresor Internal dan Eksternal

Stresor Internal

Stresor internal meliputi faktor faktor pemicu stress ibu

hamil yang berasal dari ibu hamil sendiri Adanya beban

psikoogis yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan

gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat


ketika bayi lahir Anak akan tumbuh seorang dengan

kepribadian tidak baik bergantung dengan kondisi stress

yang dilami ibunya seperti anak yang menjadi

temperamental autis atau orang yang terlalu rendah diri

Ini tentu saja tidak diharapkan

Stressor Eksternal

Stressor yang berasan dari luar bentuknya sangat

bervariasi misalnya masalah ekonomi konflik keluarga

pertengkaran dengan suami tekanan dari lingkungan

2) Dukungan Suami

Setiap tahap usia kehamilan ibu akan mengalami

perubahan baik bersifat fisik maupun psikoogis ibu harus

melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi

dimana sumber stress terbesar terjadi dalam rangka

melakukan adaptasi pada kondisi tertentu Dalam

menjaani proses itu ibu hamil sangat membutuhkan

dukungan yang intensif dari suami dengan cara

menunjukkan perhatian dan kasih sayang

3) Substance Abuse

Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil akan

sangat membekas dan sangat memengaruhi

kepribadiannya Ini perlu diperhatikan karena pada klien

yang mengalami riwayat ini tenaga kesehatan harus lebih

maksimal daam menempatkan diri sebagai teman atau


pendamping yang bisa dijadikan tempat bersadar bagi

klien daam masalah kesehatan Kien dengan riwayat ini

biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup

4) Partner Abuse

Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan

terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami

Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan

harus selalu diwaspadai oleh tenaga kesehatan jangan

sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu

dan bayinya.

2.2.3 Faktor lingkungan Sosial Budaya Dan Ekonomi

a. Kebiasaan dan Adat Astiadat

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan

ibu hamil Tenaga kesehatan harus bisa menyikapi hal ini dengan

bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan local” yang

sudah beralaku di daerahtersebut Penyampanyan mengenai

pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik meisalnya melalui

media massa pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang

menggunakan media yang efektif.

b. Fasilitas Kesehatan

Adanya fasilitas yang memadai akan sangat menguntungkan

kualitas pelayanan pada ibu hamil Deteksi dini terhadap

kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat sehingga langkah

antisipatif akan lebih cepat diambil Fasilitas kesehatan ini sangat


menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka

kesehatan ibu.

c. Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi

kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil Pada ibu hamil dengan

tingkat social ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan

kesejahteraan fisik dan psikoogis yang baik pula Status gizi pun

akan meningkat karena nutrisi yang di dapatkan berkualitas selain

itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya

persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari hari setelah bayinya

lahir Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mental

nya sebagai seorang ibu Sementara ibu hamil dengan kondisi ibu

hamil yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama

masalah pemenuhan kebutuhan primer (Kuswanti, 2014).

2.2.4 Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Menurut (Mandang dan Kuswanti, 2014)

a. Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk

ibu hamil Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat

ibu hamil sehingga akan menggangu pemenuhan kebutuhan

oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang

dikandung.

b. Nutrisi

Pada masa hamil ibu makan makanan yang mengandung nailai

gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal


Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori

perhari ibu hamil seharusnya mengonsumsi makanan yang

mengandung protein zat bezi dan minum cukup cairan (menu

seimbang).

1) Kalori

Di Indonesia kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil

adalah 2000 Kkal sedangkan untuk orang hamil dan

menyusui masing masing adaah 2300 dan 2800 Kka

Kalori digunakan untuk produksi energi Bila kurang

energi akan diambil dari pembakaran protein yang

mestinya dipakai untuk pertumbuhan.

2) Protein

Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah

kehamilan yaitu untuk pertumbuhan janin uterus plasenta

selain itu untuk ibu penting untuk pertumbuhan payudara

dan kenaikan sirkulasi ibu ( protein plasma hemoglobin

dan ainya) Bila wanita tidak hamil konsumsi protein yang

ideal adalah 09 gram/kgBB/hari selama kehamilan

dibutuhkan tambahan protein hingga 30 gram/hari.

3) Mineral

Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan

makan makanan sehari hari yaitu buah buahan sayur

sayuran dan susu Hanya besi yang tidak bisa terpenuhi

dengan makan sehari hari Kebutuhan akan besi pada


pertenghan kedua kehamilan kira kira 17 mg/hr Untuk

memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30

mg sebagai ferosus ferofumarat atau feroglukonat perhari

dan pada kehamilan kembar atau pada wanita yang sedikit

anemic dibutuhkan 60 100 mg/hari.

4) Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur

dan buah buahan tetapi dapat pua diberikan ekstra vitamin

pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada

bayi.

c. Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil Mandi dianjurkan

sedikit dua kai sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan banyak keringat menjaga kebersihan diri terutama

lipatan kulit (ketiak bawah buah dada daerah genetalia) dengan

caradibersihkan dengan air dan dikeringkan.

d. Pakaian

Meskipun pakaian bukan merupakan hal yang berakibat langsung

terhadap kesejahteraan ibu dan janin namun perlu kiranya tetap

dipertimbangkan beberapa aspek kenymanan dalam pemakayan

Pemakayan pakaian dan kelengkapannya yang kurang tepat akan

mengakibatkan beberapa ketidak nyamanan yang akan

mengganggu fisik dan psikologis ibu Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pemakaian ibu hamil adalah


1) Pakaian harus longgar bersih dan tidak ada ikatan yang

ketat pada daerah perut

2) Bahan pakaian usahkan bahan yang mudah menyerap

keringat

3) Memakai bra yang menyokong payudara

4) Memakai sepatu dengan hak yang rendah

5) Pakaian dalam yang selalu bersih.

e. Eliminasi (BAK/BAB)

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan

eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih

Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormone progesterone

yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos salah satunya

otot usus Selain itu desakan oeh pembesaran janin juga

menyebabkan bertambahnya konstipasi Tindakan pencegahan

yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan

tinggi serat banyak minum air putih terutama dalam kedaan

lambung kosong Minum air putih hangat dalam keadaan kosong

dapat merangsang gerak peristaltic usu Jika ibu sudah mengalami

dorongan maka segeralah tunggu buang air besar agar tidak

konstipasi.

f. Seksual

Hubungan sekseual selama kehamilan tidak diarang selama tidak

ada riwayat penyakit seperti:

1) Sering abortus dan kelahiran premature


2) Perdarahan pervagina

3) Koitus harus dilakukan dengan hati hati terutama pada

minggu terakhir kehamilan

4) Bila ketuban sudah pecah koitus dilarang karena dapat

menyebabkan infeksi janin intrauteri.

g. Mobilisasi Body Mikanik

Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan tubuh akan

mengadakan penyesuian fisik dengan bertambah ukuran janin

Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung

bertambah lordosis karena tumpuan tubuh bergeser lebih

belakang dibandingkan sikap tubuh ketika tidak hamil.

h. Exercise / Senam Hamil

Senam hamil dimulai pada umur kehamilan setelah 22 minggu

Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot

otot sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan

normal serta mengimbangi perubahan titik berat tubuh Senam

hamil ditujukan pada ibu hamil tanpa kelainan atau tanpa

penyakit kehamilan yaitu penyakit jantung ginjal dan penyulit

dalam kehamilan (hamil dengan perdarahan kelainan letak dan

kehamilan yang disertai dengan anemia).

i. Istirahat/tidur

Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil salah satunya

beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh


tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan oleh karena itu

istirahat dan tidur sangat penting bagi ibu hamil.

j. Immunisai

Immunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk

mecegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan

janin Jenis immunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid

(TT) yang dapar mencegah penyakit tetanus Immunisasi TT pada

ibu hamil harus terlebih dahulu ditentukan stutus kekebalan atau

imunitasnya Bumilyang tidak pernah mendapatkan imunisasi

mak statusnya TO jika telah mendapatkan dua dosis dngan

interval minimal empat minggu atau pada masa balitanya telah

memproleh imunisasi DPT sampai 3 kai maka statusnya adalah

T2 bila telah mendapatkan dosis TT yang ke 3 (interval minima

6 bulan dari dosis ke 2) maka statusnya T3 status T didapat bila

telah mendapatkan empat dosis (interval minimal 1 tahun dari

dosis ke 3) dan status T5 didapat bila 5 dosis telah didapat

(interval minimal 1 tahun dari TT ke empat).

k. Treveling

Meskipun dalam keadaan hamil ibu masih membutuhkan rekreasi

untuk menyegarkan pikiran dan perasaan misalnya dengan

mengunjungi objek wisata atau pergi keluar kota.

l. Persiapan laktasi

Persiapan menyusui padamasa kehamilan merupakan hal yang

penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap
untuk menyusui bayinya Untuk itu ibu hamil sebiaknya masuk

dalam kelas “bimbingan persiapam meyusui”(BPM).

m. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi

Meskipun hari perkiraan persalinan tidak ada salahnya jika ibu

dan keluarga mempersiapkan persalinan sejak jauh hari

sebelumnya Ini dimaksudkan agar jika terjadi sesuatu hal yang

tidak diinginkan atau persalinan maju dari hari perkiraan semua

perlengkapan yang dibutuhkan sudah siap beberapa hal yang

harus dipersiapkan untuk persalinan adalah sebgai berikut:

1) Biaya dan penentuan tempat serta penolong persalinan

2) Anggota keluarga yang dijadikan pengambilan keputusan

jika terjadi suatu komplikasi yang membutuhkan rujukan

3) Baju ibu dan bayi serta perlengkapan lainnya

4) Surat fasilitas kesehatan

5) Pembagian peran ketka ibu berada di RS.

n. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Pada setiap kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan pada

ibu bagaimana mengenal tanda bahaya anjurkan untuk datang ke

kinik dengan segera jika mengalami tanda tanda bahaya berikut:

1) Perdarahan pervagina

2) Sakit kepala yang hebat

3) Masalah penglihatan

4) Bengkak pada muka dan tangan

5) Nyeri abdomen yang hebat


6) Bayi kurang bergerak seperti biasa.

2.2.5 Perubahan Psikologis Trimester Ketiga

Pada trimester ketiga kehamilan, perubahan psikologis ibu hamil

semakin kompleks dan meningkat dibandingkan trimester sebelumnya

akibat kondisi kehamilan yang semakin membesar. Beberapa kondisi

psikologis yang terjadi, seperti perubahan emosional dan rasa tidak

nyaman, sehingga ibu hamil membutuhkan dukungan dari suami,

keluarga dan tenaga medis. Perubahan emosi tersebut akibat dari adanya

perasaan khawatir, rasa takut, bimbang dan ragu dengan kondisi

kehamilannya (Janiwarty dan Pieter, 2013).

2.3 Konsep Dasar Dukungan Suami

2.3.1 Dukungan Suami

Dukungan suami merupakan sumber dukungan yang berasal dari

lingkungan keluarga. Peran suami sangat dibutuhkan ibu hamil,

keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami akan menurunkan

tingkat kecemasan pada ibu hamil dan juga dapat mempererat hubungan

antara anak dengan ayah. Dukungan yang diperlukan ibu akan membuat

ketenangan dan kenyamanan serta mewujudkan kehamilan yang sehat

(Asrina, 2012).

Menurut Suryani (2014), selama ibu dalam masa kehamilan dibutuhkan

dukungan, perhatian, dan kerjasama suami dalam mengurus rumah

tangga. Sehingga ketenangan dan perlindungan yang diberikan suami

akan membantu istri menghindari hal yang mengancam fisik maupun

jiwanya.Suami adalah orang yang paling penting atau paling dibutuhkan


oleh seorang istri yang sedang hamil. Banyak bukti yang menunjukkan

bahwa wanita hamil yang diperhatikan oleh suami atau pasangannya

akan mengalami gejala emosi dan fisik lebih sedikit dibandingkan wanita

hamil yang tidak diperhatikan oleh suaminya. (Rukiah, 2014)

2.3.2 Bentuk Dukungan

Menurut Fithriany (2011) mendefinisikan dukungan sosial merupakan

bentuk hubungan sosial yang meliputi emotional, informational,

intrumental dan apprasial. Berikut uraian secara rinci dari keempat

bentuk dukungan sosial :

a. Dukungan Emotional merupakan motivasi yang diberikan suami

sebagai rasa empati cinta dan kepercayaan.

b. Dukungan Informational merupakan dukungan berupa informasi

sebagai jalan keluar atau cara memecahkan masalah seperti

nasehat atau arahan

c. Dukungan Instrumental merupakan sarana untuk menolong

seseorang dalam bentuk pemberian kesempatan dan peluang

waktu.

d. Dukugan Apprasial merupakan pemberian penghargaan atas

usaha yang dicapai serta meninggikan harga diri dan

kepercayaan.

e. Dukungan Spiritual merupakan dukungan yang diberikan secara

spiritual dengan cara dibacakan doa atau sholawatan agar lebih

tenang dan damai.


2.3.3 Dukungan Suami Terhadap Kehamilan

Menurut Aprillia (2011, dalam Adelina 2014) ada beberapa hal yang

harus dilakukan suami kepada ibu hamil :

a. Sebagai penyemangat

Suami harus bisa membantu istri dalam mengatasi rasa cemas dan

takut saat istri memikirkan tentang proses persalinan. Dengan

cara mengalihkan perhatian istri dengan mengajak berbelanja

keperluan untuk calon bayi. Hal ini akan membuat istri senang

dan rasa cemasnya berkurang.

b. Membantu meringankan berbagai keluhan

Suami membantu meringankan keluhan istri pada saat istri

mengalami atau mengeluh sakit, pegal – pegal dan ngilu ataupun

pada saat merasa tidak nyaman dengan cara memijat bagian tubuh

tersebut.

c. Memberi pujian

Pada saat masa kehamilan biasanya istri mengalami perubahan

bentuk fisik. Dalam hal ini suami harus memberikan pujian yang

baik kepada istri misalnya tetap memuji istrinya cantik dan

menarik.

d. Membantu mengatasi masalah susah tidur

Pada saat istri memasuki masa kehamilan trimester III, keluhan

yang sering dirasakan yaitu susah tidur karena perut semakin

membesar dan tidak nyaman untuk berbaring. Dalam hal ini

suami harus siap menemani istri pada saat susah tidur.


2.4 Konsep Dasar Ante Natal Care (ANC)

2.4.1 Pengertian ANC (Ante Natal Care)

ANC (Ante Natal Care) adalah usuhan yang diberikan untuk ibu

sebelum persalinan atau prenatal.

Pemeriksaan ANC merupakan pelayanan yang diterima oleh wanita

hamil selama kehamilan dan sangat penting dalam membantu

memastikan bahwa ibu dan janin sehat (Kuswanti, 2014) .

2.4.2 Tujuan ANC (Ante Natal Care)

ANC bertujuan untuk menjaga agar ibu sehat selama kehamilan,

memantau kemungkinan adanya resiko kehamilan, menurunkan

morbiditas dan mortalitas ibu dan janin perinatal, meningkatkan

kesehatan fisik dan mental ibu hamil (Soranita,2018) .

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan ANC (Ante Natal Care)

Menurut Niven, (2017) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan,

yaitu:

a. Faktor intrinsik merupakan faktor dari dalam yang

mempengaruhi kepatuhan yaitu adanya motivasi, keyakinan,

pendidikan, sikap maupun persepsi pasien terhadap keparahan

penyakit, keadaan fisik dan kemampuan.

b. Faktor ekstrinsik yaitu pengaruh dari luar berupa adanya

dukungan sosial, dukungan keluarga, dukungan dari profesional

kesehatan serta program program kesehatan yang sederhana.


Adapun menurut Rachmawati et al., (2017) faktor-faktor yang

mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan ANC terbagi menjadi

faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.

a. Faktor predisposisi merupakan faktor yang mendorong terjadinya

perubahan perilaku seseorang. Adapun faktor predisposisi ibu

hamil dalam melakukan kunjungan ANC terdiri dari faktor :

1) Usia

Usia mempengaruhi cara berpikir seseorang. Ibu hamil

pada usia produktif (20-35 tahun) dapat berpikir lebih

rasional dibandingkan Ibu yang lebih muda atau terlalu

tua. Sehingga Ibu dengan usia produktif motivasi untuk

memeriksakan kehamilannya lebih tinggi.

2) Tingkat Pendidikan

Pendidikan seseorang menentukan seberapa banyak

pengetahuan yang dimilikinya. Ibu hamil yang

berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih baik

tentang masalah kesehatan, yang akan mempengaruhi

sikap mereka terhadap kehamilan dan pemenuhan nutrisi

selama kehamilan

3) Pekerjaan

Ibu hamil yang bekerja dengan intensitas tinggi dan

intensif lebih mengutamakan pekerjaannya daripada

kesehatannya sendiri sehingga sulit untuk patuh dalam

melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu


rumah tangga yang mempunyai lebih banyak waktu luang

sehingga dapat mengatur kunjungan ANC secara

optimal.Ibu hamil yang bekerja dengan intensitas tinggi

dan intensif lebih mengutamakan pekerjaannya daripada

kesehatannya sendiri sehingga sulit untuk patuh dalam

melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu

rumah tangga yang mempunyai lebih banyak waktu luang

sehingga dapat mengatur kunjungan ANC secara optimal.

4) Paritas

Paritas adalah jumlah kelahiran hidup yang dialami

seorang wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi

tidak terlalu mengkhawatirkan kehamilannya lagi

sehingga mengurangi jumlah kunjungan, sedangkan ibu

yang baru pertama kali hamil menganggap ANC sebagai

hal baru, sehingga ibu lebih termotivasi untuk

melaksanakannya.

5) Jarak Kehamilan

Semakin tinggi risiko terjadinya komplikasi, semakin

tinggi motivasi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan.

Jarak kehamilan yang dekat dapat meningkatkan risiko

komplikasi pada ibu hamil, sehingga meningkatkan

frekuensi kunjungan antenatalnya.

6) Pengetahuan
Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu

tindakan, pengetahuan merupakan faktor penting yang

mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan

kunjungan ANC. Bagi ibu dengan tingkat pengetahuan

kesehatan kehamilan yang tinggi, kunjungan ANC tidak

hanya untuk memenuhi kewajiban, tetapi juga menjadi

sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.

7) Sikap Ibu Hamil

Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan

akan mempengaruhi kepatuhannya terhadap kunjungan

ANC. Sikap positif atau respon yang baik mencerminkan

kepedulian terhadap kesehatan diri dan janinnya sehingga

dapat meningkatkan angka kunjungan. Sedangkan, sikap

negatif bisa membuat ibu hamil kehilangan motivasi

untuk melakukan kunjungan.

b. Faktor pemungkin merupakan faktor yang memfasilitasi perilaku

atau tindakan seseorang. Adapun faktor pemungkin ibu hamil

dalam melakukan kunjungan ANC terdiri dari faktor :

1) Jarak

Tempat tinggal Semakin jauh jarak dan semakin sulit

akses fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil,

akan menurunkan motivasi ibu hamil untuk melakukan

kunjungan ANC. Jarak akan membuat ibu berpikir dua

kali, karena setiap kunjungan akan menyita banyak tenaga


dan waktu. Ibu hamil yang tidak memiliki transportasi dan

harus berjalan kaki menuju ke tempat pelayanan

kesehatan mayoritas memiliki angka kunjungan ANC

kurang dari 4 kali selama masa kehamilan.

2) Penghasilan keluarga

Ibu hamil dengan penghasilan keluarga yang rendah, lebih

mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga

sehingga mengabaikan hal-hal lain, termasuk kesehatan

kehamilan. Sehingga, semakin rendah pendapatan

keluarga, semakin rendah angka kunjungan ibu hamil ke

fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksakan

kehamilannya.

3) Sarana Media Informasi Yang Ada

Media informasi termasuk informasi tentang pentingnya

antenatal care bagi ibu hamil dapat meningkatkan

pengetahuan dan motivasi ibu dalam melakukan

kunjungan. Edukasi melalui media biasanya menjadi

salah satu cara yang digunakan pemerintah untuk

mengubah perilaku masyarakat dengan tingkat

pendidikan dan pengetahuan yang lebih rendah. Media

yang digunakan bisa berupa media cetak maupun media

elektronik.

c. Faktor penguat merupakan faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku kesehatan. Adapun faktor


penguat yang mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam

melakukan kunjungan ANC adalah :

1) Dukungan Suami

Sebagai calon ayah, sikap suami terhadap istrinya yang

sedang hamil sangat menentukan rasa sayangnya terhadap

kesehatan istri dan calon anaknya. Oleh karena itu sebagai

pasangan terdekat ibu hamil, dukungan suami yang baik

akan mempengaruhi dorongan ibu hamil untuk menjaga

kehamilannya, sehingga ibu termotivasi untuk melakukan

kunjungan ANC.

2) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga. Sebagai

lingkungan yang paling dekat dengan ibu hamil,

dukungan keluarga berperan penting dalam

mempengaruhi psikologi dan motivasi ibu dalam

melakukan perilaku kesehatan. Dengan dukungan yang

baik dari keluarga, ibu hamil akan lebih memperhatikan

kesehatan diri dan janinnya, yaitu dengan secara rutin

berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk

melakukan ANC. Dukungan keluarga dapat berupa

bantuan, perhatian, penghargaan, atau kepedulian

terhadap ibu hamil.


3) Sikap Serta Dukungan Dari Petugas Kesehatan

Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan

mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC ibu hamil.

Semakin baik sikap petugas kesehatan, semakin sering ibu

hamil memeriksakan kehamilannya ke fasilitas kesehatan.

Distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata di daerah

terpencil juga dapat mengurangi akses ibu hamil terhadap

layanan kesehatan.

2.4.4 Pemeriksaan Atau Standar Pelayanan ANC (Ante Natal Care)

Menurut Kemenkes RI, (2019) pelayanan ANC yang diberikan harus

memenuhi jenis pelayanan sebagai berikut.

a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan

atau kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya

gangguan pertumbuhan janin.

b. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan dan

preeclampsia

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah

(BBLR).

d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan

umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.

e. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil di

skrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada

ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini

f. Pemberian tablet tambah darah

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat

tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak

kontak pertama.

g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III

bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk

ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada

masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari


120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan

adanya gawat janin.

h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal

dan konseling, termasuk KB pasca persalinan).

i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin

darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan

darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).

j. Tatalaksana kasus sesuai indikasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan

antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap

kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai

dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan (Mandang et al.,

2016).

2.4.5 Kunjungan Pada ANC (Ante Natal Care)

Sesuai dengan kebijakan kebijakan departemen kesehatan, kunjungan

minimal selama hamil adalah 4 kali yaitu 1 kali trisemester I, 1 kali pada

trisemester II, dan 2 kali pada trisemester III. Namun sebaiknya

kunjungan tetrsebut rutin dilakukan setiap bulan agar dapat segera

terdeteksi jika ada penyulit atau kompikasi kehamilan (Kuswanti,2014).

2.4.6 Sikap Ibu Melakukan ANC (Ante Natal Care)

Dipengaruhi oleh karakteristik pribadi (kepribadian, motif, minat,

kebutuhan, pengalaman masa lalu dan harapan seseorang) dan situasi

(waktu, keadaan kerja dan keadaan sosial), sedangkan faktor lain yaitu

tenaga bidan kurang respon terhadap keluhan pasien terutama pada saat

pasien tidak bisa lagi ke sarana pelayanan, keterbatasan fasilitas yang


dimiliki polindes. Kondisi tersebut yang mempengaruhi persepsi ibu

negatif sehingga ibu tidak yakin untuk melakukan ANC. Selain itu,

anggapan ibu tentang kondisi kehamilan yang baik baik saja sehingga ibu

tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan

yang dapat berdampak pada meningkatnya angka kematian ibu hamil

karena kurangnya deteksi dini resiko tinggi (Saifudin, 2014).

2.4.7 Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Ibu Dalam Melakukan

Kunjungan ANC (Ante Natal Care)

Yaitu umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan (Lumongga, 2013).

2.4.8 Dampak Dari Ibu Hamil Yang Tidak Mengikuti ANC (Ante Natal Care)

Adalah meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu, tidak

terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan dan kelainan fisik yang

terjadi pada saat persalinan tidak dapat di deteksi secara dini (Depkes RI,

2008). Selain itu ibu hamil kurang mendapatkan informasi tentang

persiapan persalinan sehingga pada saat akan menghadapi persalinan

kecemasannya meningkat (Lumongga, 2013).

2.4.9 Indikator Pada ANC (Ante Natal Care)

Menurut Perminkes Republik Indonesia No 97 2014 Indikator ANC

(Ante Natal Care) Meiputi :

a. Kunjungan pertama (K1)

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang

mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan terpadu

sesuai standar
b. Kunjungan ke-4 (K4)

K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga

kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan

pelayanan terpadu sesuai standar. Kontak 4 kali dapat dilakukan

sebagai berikut: minimal satu kali pada trimester I (0-12 minggu),

minimal satu kali pada trimester kedua (>12-24 minggu), dan

minimal 2 kali pada trimester ke-3 (>24 minggu sampai dengan

kelahiran).

c. Penanganan komplikasi (PK) Penanganan komplikasi penyakit

menular, Penyakit tidak menular dan masalah gizi yang terjadi

pada ibu hamil


2.5 Kerangka Konseptual
Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
ibu Hamil:
Faktor Internal
1. kepercayaan tentang persalinan
dan
2. Perasaan menjelang persalinan.

Faktor Eksternal 1. Ibu hamil menjelang


1. informasi dari tenaga kesehatan persalinan mendapatkan
dan informasi dan pendidikan
2. dukungan suami kesehatan dari Nakes Kecemasan Ibu Hamil
2. Dukungan Suami
3. Riwayat ANC
3. Riwayat ANC
4. Usia 1. Dukungan Psikologis
5. Pendidikan
2. Dukungan Emosional
6. paritas dan 3. Dukungan
7. pekerjaan Penghargaan
4. Dukungan Informasi
5. Dukungan Spiritual

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual (Shodiqoh, 2014) , (Kuswanti, 2014).

Keterangan : Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat membuat

seseorang ibu hamil merasa cemas yang pertama dari dalam diri ibu hamil yaitu

kepercayaan tentang persalinan dan Perasaan ibu menjelang persalinan

sedangkan dari luar yaitu informasi dari tenaga kesehatan karena bagi ibu hamil

informasi dari tenaga kesehatan yang diperoleh dapat mempengaruhi tingkat

kecemasan dalam menghadapi persalinan, usia juga dapat mempengaruhi

tingkat kecemasan ibu hamil semakin dewasa ibu akan semakin banyak

pengalaman bagi ibu, kemudian Pendidikan pengetahuan yang dimiliki ibu

tentang hal hal terkait kehamilan bermanfaat sekali bagi ibu hamil dalam

menhindari adanya kecemasan juga paritas dan pekerjaan, faktor lainnya

seperti Dukungan suami yang meliputi adanya dukungan psikologis,


emosional, penghargaan, informasi, dan spiritual, adanya riwayat ANC

mengenai kepatuhan seorang ibu dalam melakukan pemeriksaan ANC semakin

teratur ibu hamil melakukan ANC sesuai indikator pemeriksaan maka akan

membuat tingkat kecemasan ibu berkuranng.

2.6 Hipotesis Peneletian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan di dalam perencanaan penelitian (Nursalam, 2013).

Ha : Terdapat hubungan antara dukungan suami dengan kecemasan ibu hamil

menjelang persalinan di Polindes Desa Lesong Daya Kecamatan Batu

Marmar.

Ha : Terdapat hubungan antara riwayat ANC dengan kecemasan ibu hamil

menjelang persalinan di Polindes Desa Lesong Daya Kecamatan Batu

Marmar.

Anda mungkin juga menyukai