Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
NIM. P1337424721003
A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 2019, muncul penyakit menular COVID-19 yang
disebabkan oleh jenis coronavirus dan ditetapkan sebagai pademi oleh World
Health Organization (WHO) pada 9 Maret 2020 (Susilo A et al., 2020) . Ibu
hamil termasuk ke dalam kelompok risiko dan rentan terkena COVID-19
mulai dari gejala ringan hingga berat yang perlu penatalaksanaan lebih kusus
karena dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin yang dikandung.
(Hidayani WR, 2020)
.
Pademi COVID-19 berpotensi signifikan menimbulkan rasa cemas, rasa
sulit, serta rasa takut yang nantinya memberikan dampak negative pada emosi
ibu hamuil dan dapat menyebabkan pengaruh negative pada Kesehatan pada
ibu dan bayi dalam kandungan (Mizrak Sahin B, 2021) . Pembatasan kegiatan
di luar rumah selama pademi COVID-19 mempengaruhi frekuensi aktivitas
fisik pada ibu hamil, dimana terdapat penelitian yang mendapatkan hasil
jumlah pasien ibu hamil yang mengaami stress dan tidak melakukan aktivitas
fisik selama pademi lebih banyak dibandingkan sebelum pademi.
(Gildner TE, 2020)
.
Pada kehamilan TM 3 banyak terjadi ketidaknyamanan, ketidaknyamanan
TM 3 terbagi menjadi dua yakni ketidaknyamanan secara fisiologis maupun
non fisiologi. Menurut (Sulistyawati, 2012) Perubahan non fisiologis pada
masa kehamilan Trimester III , yaitu rasa tidak nyaman timbul kembali,
merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik, merasa tidak menyenangkan
ketika bayi tidak lahir tepat waktu, takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya, khawatir bayi
akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan
perhatian dan kekhawatirannya, merasa sedih karena akan terpisah dari
bayinya, merasa kehilangan perhatian, perasaan mudah terluka (sensitif) &
Libido menurun. Sedangkan Menurut (Romauli, 2012) Ketidaknyamanan
secara fisiologis ibu hamil pada TM 3, antarlaian peningkatan frekuensi
berkemih, sakit punggung bagian bawah, hiperventilasi dan sesak nafas,
edema dependen, nyeri ulu hati, kram tungkai, konstipasi, kesemutan dan baal
pada jari dan insomnia.
Pada kehamilan TM 3 sejumlah ketakutan muncul, saat hamil wanita
cenderung merasa cemas terhadap kehidupan bayi maupun kehidupannya
sendiri. Perasaan takut dan cemas yang dialami ibu hamil, jika berlebihan,
maka dapat menyebabkan stress (Jenny, 2013) . Kecemasan meningkatkan
kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis.
Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM
dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih
sering terbangun. Gangguan psikis seperti kecemasan membuat ibu semakin
susah untuk tidur. Terutama ditrimester akhir cemas menghadapi persalinan
nantinya, dan apakah bayinya lahir normal atau cacat (Janiwarty, 2013).
Kualitas tidur adalah ukuran apakah tidur tergolong kriteria baik ataupun
buruk. Kualitas tidur menunjukkan kemampuan individu untuk tidur dan
menunjukkan apakah individu mendapatkan jumlah tidur yang optimal sesuai
dengan kebutuhan (Sulistiyani Cicik et al., 2012). Kualitas tidur yang baik
akan meningkatkan kesehatan baik secara fisiologis maupun secara psikologis.
Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kondisi fisik, kondisi psikis, kondisi lingkungan dan gaya hidup
(Wintoro et al., 2019)
.
Gangguan tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur pada wanita hamil
yang berdampak terhadap kondisi kesehatan ibu dan janin selama
kehamilan.Dampak buruk dari gangguan tidur bagi kesehatan dapat
mengakibatkan depresi, kurang konsentrasi dalam beraktivitas, gangguan
pembelajaran verbal, gangguan memori, menggangu artikulasi bicara,
gangguan penginderaan, kondisi emosi yang gampang meledak, stress,
gangguan motorik, peningkatan denyut jantung dan hipertensi. Ibu hamil yang
mengalami stress, depresi dan hipertensi dapat berakibat buruk bagi ibu hamil
dan juga janinnya. Karena bisa mengakibatkan premature dan Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), preeklamsi pada ibu hamil dan bisa
mengakibatkan terjadinya abortus pada bayi (Janiwarty, 2013).
Pada masa periode kehamilan perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil
mengakibatkan ketidaknyamanan selama proses kehamilan, salah satunya
yang sering dialami oleh ibu hamil pada trimester III adalah nyeri punggung
bagian bawah. Secara umum, nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil
dipengaruhi oleh perubahan postur tubuh, hal ini sejalan dengan bertambahnya
berat badan secara bertahap selama kehamilan, tubuh lebih condong kedepan
akibat dari peregangan otot abdomen yang lemah yang menyebabkan
ketidakseimbangan otot sekitar pelvis dan menimbulkan rasa nyeri pada
bagian bawah punggung. Pergerakan semakin sulit, ligamentum dan otot
tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat sehingga
kondisi ini menyebabkan ketegangan pada otot-otot pinggang, akibatnya
rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang
dihantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah diproses di pusat nyeri,
impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri yang
menimbulkan rasa nyeri pada punggung bahkan bisa menjalar sampai pingul
dan kesulitan berjalan terutama pada bagian darah punggung ibu hamil
(Bobak, 2012)(Setyoadi, 2011).
Pada umumnya ibu hamil TM 3 yang mengalami ketidaknyamanan
fisiologis maupun non fisiologis yaitu nyeri punggung bawah, kecemasan dan
gangguan kualitas tidur pada TM 3, merasa tidak nyaman dan ingin segera
melewati masa ini. Selama ini masyarakat memandang nyeri punggung
bawah, kecemasan dan gangguan kualitas tidur yang dialami oleh ibu hamil
TM 3 sebagai hal yang wajar, padahal apabila nyeri punggung bawah jika
tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kualitas hidup ibu hamil
menjadi buruk. Ibu hamil yang mengalami nyeri punggung bagian belakang
akan kesulitan dalam menjalankan aktivitas seperti berdiri setelah duduk,
berpindah dari tempat tidur, duduk terlalu lama, berdiri terlalu lama, membuka
baju dan melepaskan baju, maupun mengangkat dan memindahkan benda-
benda di sekitarnya. Sedangkan kecemasan dan gangguan tidur pada ibu hamil
jika tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan depresi, kurang
konsentrasi dalam beraktivitas, gangguan pembelajaran verbal, gangguan
memori, menggangu artikulasi bicara, gangguan penginderaan, kondisi emosi
yang gampang meledak, stress, gangguan motorik, peningkatan denyut
jantung dan hipertensi pada ibu hamil TM 3. Salahsatu terapi non
farmakologis untuk mengatasi tingkat kecemasan, kualitas tidur dan intensitas
nyeri punggung bagian bawah adalah rileksasi otot progresif.
Teknik relaksasi otot progresif yaitu relaksasi yang memusatkan perhatian
pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan relaks (Setyoadi, 2011) (Smeltzer, 2010) , teknik
relaksasi otot progresif adalah suatu latihan dan olah pernafasan yang
dilakukan untuk menghasilkan respon yang tidak hanya dapat memerangi
respon stress, namun juga dapat menurunkan kerja jantung dan dapat
menurunkan tekanan darah sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur.
Menurut (Soewondo Dr, 2016) yang pertama kali mengembangkan
metode relaksasi progresif untuk melawan rasa cemas, stres dan tegang.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa apabila seseorang mengalami
ketegangan dapat menyebabkan serabut-serabut otot kontraksi, mengecil dan
menciut. Ketegangan timbul bila seseorang cemas dan stres bisa hilang dengan
menghilangkan ketegangan. Ibu hamil banyak yang mengalami perasaan
ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi proses persalinan, kecemasan
dan perubahan fisik merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi
kualitas tidur sehingga ibu hamil akan sulit dalam memenuhi kebutuhan dan
kualitas tidur menjadi buruk (Sukarni, 2013).
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi komplementer yang
dapat diberikan perawat atau bidan dalam proses memberikan asuhan dapat
diberikan kepada klien yang mengalami gangguan tidur (insomnia), stress,
kecemasan, nyeri otot leher maupun punggung bagian atas dan bawah, dan
depresi sehingga dapat memberikan efek rileks untuk memperlancar aliran
darah, menurunkan ketegangan otot. Prinsip yang mendasari relaksasi otot
dalam pendekatan pikiran tubuh adalah apa saja yang membuat otot dan
pikiran kita menjadi rileks. Meregangkan dan mengendurkan setiap kumpulan
otot sekaligus akan menghasilkan relaksasi progresif terhadap seluruh tubuh,
sekaligus menenangkan pikiran dengan melakukan peregangan pada setiap
kelompok otot selama lima detik dan memusatkan perhatian. Hal ini diikuti
dengan bernapas dalam-dalam lalu melepaskan tegangan sehingga otot
menjadi benar-benar lemas (Setyoadi, 2011; Soewondo Dr, 2016).
Rasa nyaman yang dirasakan responden dikarenakan oleh produksi dari
hormon endorphin dalam darah yang meningkat, dimana akan menghambat
dari ujung-ujung saraf nyeri yang ada di uterus sehingga mencegah stimulus
nyeri untuk masuk ke medula spinalis hingga akhirnya sampai ke kortek
serebri dan menginterpretasikan kualitas nyeri (Soewondo Dr, 2016).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulya Astuti (2015) dengan
judul “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu
Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Pinang Kecamatan
Mandau Talawang Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah” disimpulkan
bahwa relaksasi otot progresif dapat memberikan efek tingkat kecemasan pada
ibu hamil trimester III. Penelitian menurut Puspa Kirana Dewi (2018) dengan
judul “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Nyeri
Punggung Bagian Bawah Ibu Hamil Trimester III” menunjukkan Ada
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan skala nyeri punggung
bagian bawah pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Cibeureum. Dan
Penelitian oleh Tirta Mulyana (2019) dengan judul “Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida” disimpulkan
berdasarkan respon dari responden pada kelompok eksperimen setelah
dilakukan relaksasi otot progresif mangatakan bahwa lebih mudah untuk
memulai tidur pada malam hari dan tidur responden lebih nyenyak
dibandingkan sebelum dilakukan relaksasi otot progresif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap skor kualitas
tidur ibu hamil primigravida setelah dilakukan relaksasi otot progresif pada
kelompok eksperimen.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mangambil penelitian
tentang “Adakah Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat
Kecemasan, Kualitas Tidur dan Intensitas Nyeri Punggung Bagian Bawah
(Low Back Pain) Pada Ibu Hamil TM 3”.
B. Perumusan Masalah
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Nyeri Punggung Bagian Bawah (Low Back Pain) Pada Ibu Hamil TM 3
2. Tujuan Khusus
nyeri punggung bagian bawah (low back pain) pada ibu hamil TM 3
E. Manfaat
Hasil penelitian dapat memberikan informasi ilmiah bagi para peneliti dan
kecemasan, kualitas tidur, dam intensitas low back pain pada ibu hamil
trimester 3. Serta, dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber data untuk
F. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1
Originalitas Penelitian
No Nama Judul Desain Penelitian Hasil Perbedaan
Penelitian
A. Tinjaun Teori
1. Kehamilan
A. Pengertian kehamilan TM 3
B. Perubahan fisiologis TM 3
C. Ketidaknyamanan TM 3
waktu
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada
kekhawatirannya.
b) Ketidaknyamanan fisiologis
Menurut (Romauli, 2012) Ketidaknyamanan ibu hamil pada
4) Edema Dependen
6) Kram tungkai
7) Konstipasi
9) Insomnia
2. Kecemasan
A. Definisi kecemasan
didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akan merasa tidak
a) Antisipasi
dengan lingkungan.
b) Cemas ringan
c) Cemas sedang
d) Cemas berat
e) Panik
rasa takut terhadap bahaya yang datang dari dari dalam dan luar ibu.
3. Kualitas Tidur
hamil cenderung cepat merasa lelah dan lesu. Selain itu juga, ibu
hamil harus menjaga kondisi janin agar tetap sehat sehingga tidak
jantung bekerja lebih keras saat kehamilan untuk menjaga agar aliran
darah ke janin tetap lancar, begitu pun dengan ginjal yang bekerja
biasanya. Selain tidur selama 8 jam pada malam hari, sebisa mungkin
ibu hamil juga tidur siang minimal 1 hingga maksimal 3 jam untuk
C. Alat ukur
kualitas tidur, untuk membedakan antara tidur yang baik dan buruk,
mengidentifikasi kualitas tidur yang baik dan buruk, dan lebih baik
A. Definisi
Metode VRS adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk
pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan
(Hjermstad et a, 2011)
.
C. Pengukuran nyeri
a) lntensitas nyeri
Misal; tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, hebat
b) Karakteristik nyeri
c) Skala nyeri
A. Definisi
B. Tujuan
metabolisme.
C. Kontraindikasi
Beberapa hal yang dapat menjadi kontraindikasi relaksasi otot
atau akut23. Latihan relaksasi otot progresif juga tidak dilakukan pada
klien.
sebanyak 2 kali.
lagi.
Gambar 2.5. Contoh Gerakan Kelima
sekali lagi
Sesi tiga: Merupakan sesi evaluasi kemampuan klien melakukan latihan relaksasi
progresif gerakan pertama hingga keempat belas yang meliputi dahi, mata, rahang,
mulut, leher, tangan, telapak tangan, lengan, bahu, punggung, dada, perut tungkai
dan kaki.
E. Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan, Kualitas Tidur, dan Low Back
Pain.
kehamilan Trimester III , yaitu rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa
dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik, merasa tidak menyenangkan ketika bayi
tidak lahir tepat waktu, takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada
hiperventilasi dan sesak nafas, edema dependen, nyeri ulu hati, kram tungkai,
sendiri. Perasaan takut dan cemas yang dialami ibu hamil, jika berlebihan, maka
(Jenny, 2013)
dapat menyebabkan stress .
sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur
tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur
lain dan lebih sering terbangun. Gangguan psikis seperti kecemasan membuat
ibu semakin susah untuk tidur. Terutama ditrimester akhir cemas menghadapi
Kualitas tidur adalah ukuran apakah tidur tergolong kriteria baik ataupun
Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
(Wintoro et al., 2019)
fisik, kondisi psikis, kondisi lingkungan dan gaya hidup .
buruk dari gangguan tidur bagi kesehatan dapat mengakibatkan depresi, kurang
dan hipertensi. Ibu hamil yang mengalami stress, depresi dan hipertensi dapat
berakibat buruk bagi ibu hamil dan juga janinnya, karena bisa mengakibatkan
premature dan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), preeklamsi pada ibu
(Janiwarty, 2013)
hamil dan bisa mengakibatkan terjadinya abortus pada bayi .
pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
adalah suatu latihan dan olah pernafasan yang dilakukan untuk menghasilkan
respon yang tidak hanya dapat memerangi respon stress, namun juga dapat
menurunkan kerja jantung dan dapat menurunkan tekanan darah sehingga dapat
relaksasi progresif untuk melawan rasa cemas, stres dan tegang. Hasil
menciut. Ketegangan timbul bila seseorang cemas dan stres bisa hilang dengan
perubahan fisik merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi kualitas
tidur sehingga ibu hamil akan sulit dalam memenuhi kebutuhan dan kualitas
(Sukarni, 2013)
tidur menjadi buruk .
Pada masa periode kehamilan perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil
sering dialami oleh ibu hamil pada trimester III adalah nyeri punggung bagian
bawah. Secara umum, nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil dipengaruhi
oleh perubahan postur tubuh, hal ini sejalan dengan bertambahnya berat badan
secara bertahap selama kehamilan, tubuh lebih condong kedepan akibat dari
otot sekitar pelvis dan menimbulkan rasa nyeri pada bagian bawah punggung.
Pergerakan semakin sulit, ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah
reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan ke pusat nyeri di
korteks otak. Setelah diproses di pusat nyeri, impuls dikembalikan ke perifer
dalam bentuk persepsi nyeri yang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bahkan bisa menjalar sampai pingul dan kesulitan berjalan terutama pada bagian
(Bobak, 2012)(Setyoadi, 2011)
darah punggung ibu hamil .
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat
diberikan perawat atau bidan dalam proses memberikan asuhan dapat diberikan
nyeri otot leher maupun punggung bagian atas dan bawah, dan depresi sehingga
ketegangan otot. Prinsip yang mendasari relaksasi otot dalam pendekatan pikiran
tubuh adalah apa saja yang membuat otot dan pikiran kita menjadi rileks.
selama lima detik dan memusatkan perhatian. Hal ini diikuti dengan bernapas
hormon endorphin dalam darah yang meningkat, dimana akan menghambat dari
ujung-ujung saraf nyeri yang ada di uterus sehingga mencegah stimulus nyeri
untuk masuk ke medula spinalis hingga akhirnya sampai ke kortek serebri dan
(Soewondo Dr, 2016)
menginterpretasikan kualitas nyeri .
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulya Astuti (2015) dengan judul
otot progresif dapat memberikan efek tingkat kecemasan pada ibu hamil
trimester III. Penelitian menurut Puspa Kirana Dewi (2018) dengan judul
Bagian Bawah Ibu Hamil Trimester III” menunjukkan Ada pengaruh relaksasi
otot progresif terhadap penurunan skala nyeri punggung bagian bawah pada ibu
hamil trimester III di Puskesmas Cibeureum. Dan Penelitian oleh Tirta Mulyana
mangatakan bahwa lebih mudah untuk memulai tidur pada malam hari dan tidur
terhadap skor kualitas tidur ibu hamil primigravida setelah dilakukan relaksasi
B. Kerangka Teori
Ketidaknyamanan Ibu Hamil TM 3
Non Fisiologis
Fisiologis
1. Ibu merasa dirinya jelek, aneh, dan
1. Peningkatan frekuensi berkemih
tidak menarik,
2. Hiperventilasi dan sesak nafas
2. Ibu merasa khawatir dan takut akan
3. Edema dependen
kesehatan dan keselamatan janin 4. Nyeri punggung bagian bawah
3. Ibu merasa waspada karena tidak sabar (Low Back Paint)
menunggu kelahiran bayinya 5. Gangguan tidur (Insomnia)
Tingkat Kecemasan
Membutuhkan penyesuaian Distensi abdomen kehamilan TM 3
tulang (realigment)
Kenaikkan hormone estrogen,
Progesteron
Kualitas tidur Tonus otot abdomen menurun
Penurunan keseimbangan
neurotransmiter
Membutuhkan penyesuaian tulang
(realigment)
Mengalami cemas Kenaikkan Ketegangan otot
A. Kerangka konsep
Variabel independent dalam kerangka konsep penelitian ini adalah relaksasi otot
progresif, sedangkan variabel dependent adalah kecemasan, kualitas tidur, dan nyeru
punggung bagian bawah ibu hamil TM 3. Variabel confounding adalah usia kehamilan
dan keadaan fisik. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Kecemasan
Variabel Confounding
Usia Kehamilan
Keadaan fisik
B. Hipotesis
dilakukan. Pada penelitian ini terdapat dua hipotesis yaitu hipotesis mayor dan hipotesis
minor.
1. Hipotesis mayor
Ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan, kualitas tidur dan
intensitas nyeri punggung bawah (low back pain) pada ibu hamil TM 3
2. Hipotesis minor
Ada Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Kecemasan, Kualitas Tidur
dan Intensitas Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Ibu Hamil TM 3
c) Menurunkan intensitas nyeri punggung bawah (low back pain) pada ibu hamil
TM 3
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan desain
pre-posttest one group design. Desain ini digunakan untuk mengetahui pengaruh relaksasi
otot progresif terhadap tingkat kecemasan, kualitas tidur dan intensitas nyeri punggung
O1 X O2
O3 O4
O5 O6
Keterangan:
progresif
O6 : Intensitas Nyeri Punggung Bawah ibu hamil setelah diberikan relaksasi otot
progresif
Rencana penelitian ini dilakukan intervensi satu kali sehari selama 4 hari dengan
waktu intervensi 30 menit dan pengukuran pada setiap sebelum dan sesudah
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi target
dalam penelitian ini adalah ibu hamil TM 3. Populasi terjangkau dalam penelitian ini,
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Perkiraan
n1= n2 =n3= 3 ( ( Zα + Zβ ) s
(x 1−x 2−x 3) ) 2
Keterangan:
tidur, cemas dan nyeri punggung bagian bawah di Wilayah kerja Puskesmas
simple random sampling. Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini
sebagai berikut.
A. Kriteria Inklusi
3) Ibu hamil yang mengalami kecamasan, nyeri punggung bagian bawah dan
B. Kriteria Ekslusi
4) 28-41: Kecemasan
berat
5) 42-56: Kecemasan
berat sekal
F. Instrumentasi penelitian
Instrument penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau
Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai
Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan
terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki
pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yaitu kuesioner untuk mengetahui kualitas
tidur seseorang dalam jangka waktu 1 bulan secara subyektif. PSQI ini terdiri dari
tidur secara subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur sehari-hari,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi aktivitas pada siang hari.
Jumlah skor dari ketujuh komponen ini menghasilkan satu skor global. Skor
global PSQI > 5 memberikan sensitivitas diagnostik 89,6% dan spesifitas 86,5%
Numeric Ratting Scale (NRS) adalah salah satu alat diagnostik yang digunakan
dokter untuk mengetahui kualitas nyeri yang dialami pasien. Pasien diminta untuk
Numeric Ratting Scale (NRS) dengan skor (1) None (Tidak ada nyeri); (2) Mild
(Nyeri ringan); (3) Moderate (Nyeri sedang); (4) Severe (Nyeri berat).
Instrument pengukuran skala nyeri Numeric Ratting Scale (NRS) telah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Nilai validitasnya skala nyeri Numeric
Ratting Scale (NRS) menunjukkan r=0,90. Sedangkan angka uji reliabilitasnya
lebij dari 0,95 dimana berdasarkan nilai konsentrasi interval rumus Alpha
4) Relaksasi Otot Progresif diberikan melalui video yang dibuat oleh peneliti. Video
dibuat peneliti berdasarkan standar operasional prosedur (SOP). Uji validitas dan
reabilitas menggunakan uji expert judgment yaitu validitas ini harus diuji oleh
G. Prosedur penelitian
1) Jenis Data
jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek yang diteliti.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang berisi
b) Data sekunder
langsung dari subyek yang diteliti. Sumber data sekunder pada penelitian
Cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Tahap persiapan
Semarang
b) Tahap pelaksana
Puskesmas
menggunakan WhatsApp.
menggunakan WhatsApp.
forms.
forms.
mendapatkan jawaban.
responden
(10) Pada hari terakhir dihitung nilai Mean atau rata-rata mengenai
c) Tahap evaluasi
1) Pengolahan data
berikut:
a) Editing
data dapat dipastikan yang data kualitas tidur, tingkat kecemasan dan
intensitas nyeri punggung bawah sebelum dan setelah pemberian relaksasi
otot progresif.
b) Scoring
c) Coding
Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Pada tahap ini, data yang telah disunting diberikan
dilakukan di lapangan.
d) Tabulanting
e) Cleaning
pemeriksaan kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau
pengkodean, scoring.
2) Analisa data
a) Analisa Univariat
perlakuan.
b) Analisa bivariat
(1) Jika data berdistribusi normal (p-value > 0,05) penelitian ini
(2) Jika data tidak berdistribusi normal (p-value < 0,05) sehingga
Wilcoxon.
I. Etika penelitian
subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyak penelitian menolak
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
2) Tanpa nama(Anonimity)
respondent pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian akan disajikan.
3) Kerahasiaan (Confidentiality)
J. Jadwal penelitian
1) Lokasi penelitian
2) Waktu penelitian
Azizah, & dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa (indomedia pustaka, Ed.).
Faktor, B., Berhubungan, Y., Kualitas, D., Pada, T., Fakultas, M., Masyarakat, K., Diponegoro,
U., Cicik, S., Mahasiswa, S., & Epidemiologi, P. (2012). Several Factors Related to Quality
of Sleep on The Students of The Faculty of Public Health University of Diponegoro in
Semarang (Vol. 1, Issue 2). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Gildner TE. (2020). Exercise Routine Change Is Associated with Prenatal Depression Scores
During The COVID-19 Pandemic Among Pregnant Women Across the United States.
Hidayani WR. (2020). Faktor Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan COVID 19. Literature
Review. J Untuk Masy Sehat JUKMAS, 4, 34–120.
Hjermstad et a. (2011). Studies Comparing Numerical Rating Scales, Vebal rating scales
and Visual Analogue Scales for Assessment of Pain Intensity in Adult; a systematic
literature review. Journal of Pain and Symptom Management, 41 (6), 1073-1094.
Janiwarty, B. dan P. H. Z. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan Terapannya
(Rapha Publishing, Ed.).
Jenny, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Erlangga, Ed.).
Mizrak Sahin B. (2021). The Experiences of Pregnant Women During The COVID-19 Pandemic
in Turkey.
Nanny, V. (2011). Asuhan kehamilan untuk kebidanan (Asuhan kehamilan untuk kebidanan, Ed.).
Romauli, S. (2012). BukuAjar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan (Nuha
Medika, Ed.).
Setyoadi, & K. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Pasien Psikogeriatrik (Salemba
Medika, Ed.).
Smeltzer, S. C. dan B. B. G. (2010). Keperawatan Medikal-Bedah (EGC, Ed.).
Soewondo Dr, A. M. L. (2016). Stres, Manajemen Stres, dan Relaksasi Progresif (PSP3, Ed.).
Sukarni, I. K. & W. P. (2013). Buku ajar keperawatan maternitas (Nuha Medika, Ed.).
Sulistyawati. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan (Salemba Medika, Ed.).
Susilo A, Rumende CM, & Pitoyo CW. (2020). Coronavirus Disease 2019. Injauan Literatur
Terkini. J Penyakit Dalam Indonesia, 7, 45–67.
Videbeck, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata Komalasari, penerjemah) (EGC, Ed.).
Wintoro, P. D., Rohmawati, W., & Sulistyowati, A. (2019). Hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur pada ibu hamil irimester III di Socokangsi Jatinom Klaten. Jurnal Riset
Kebidanan Indonesia, 3(1), 27–32. https://doi.org/10.32536/jrki.v3i1.51