Anda di halaman 1dari 52

TUGAS INDIVIDU PROPOSAL PENGEMBANGAN TESIS

Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan, Kualitas


Tidur dan Intensitas Nyeri Punggung Bagian Bawah (Low Back Pain) Pada
Ibu Hamil TM 3.

Dosen Pengampu :

Dr. dr. Ari Suwondo, MPH

Disusun oleh :

Eva Zuli Oktavia

NIM. P1337424721003

Magister Terapan Kebidanan Kelas A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAN SUMBER DAYA MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
2022
BAB I

A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 2019, muncul penyakit menular COVID-19 yang
disebabkan oleh jenis coronavirus dan ditetapkan sebagai pademi oleh World
Health Organization (WHO) pada 9 Maret 2020 (Susilo A et al., 2020) . Ibu
hamil termasuk ke dalam kelompok risiko dan rentan terkena COVID-19
mulai dari gejala ringan hingga berat yang perlu penatalaksanaan lebih kusus
karena dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin yang dikandung.
(Hidayani WR, 2020)
.
Pademi COVID-19 berpotensi signifikan menimbulkan rasa cemas, rasa
sulit, serta rasa takut yang nantinya memberikan dampak negative pada emosi
ibu hamuil dan dapat menyebabkan pengaruh negative pada Kesehatan pada
ibu dan bayi dalam kandungan (Mizrak Sahin B, 2021) . Pembatasan kegiatan
di luar rumah selama pademi COVID-19 mempengaruhi frekuensi aktivitas
fisik pada ibu hamil, dimana terdapat penelitian yang mendapatkan hasil
jumlah pasien ibu hamil yang mengaami stress dan tidak melakukan aktivitas
fisik selama pademi lebih banyak dibandingkan sebelum pademi.
(Gildner TE, 2020)
.
Pada kehamilan TM 3 banyak terjadi ketidaknyamanan, ketidaknyamanan
TM 3 terbagi menjadi dua yakni ketidaknyamanan secara fisiologis maupun
non fisiologi. Menurut (Sulistyawati, 2012) Perubahan non fisiologis pada
masa kehamilan Trimester III , yaitu rasa tidak nyaman timbul kembali,
merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik, merasa tidak menyenangkan
ketika bayi tidak lahir tepat waktu, takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya, khawatir bayi
akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan
perhatian dan kekhawatirannya, merasa sedih karena akan terpisah dari
bayinya, merasa kehilangan perhatian, perasaan mudah terluka (sensitif) &
Libido menurun. Sedangkan Menurut (Romauli, 2012) Ketidaknyamanan
secara fisiologis ibu hamil pada TM 3, antarlaian peningkatan frekuensi
berkemih, sakit punggung bagian bawah, hiperventilasi dan sesak nafas,
edema dependen, nyeri ulu hati, kram tungkai, konstipasi, kesemutan dan baal
pada jari dan insomnia.
Pada kehamilan TM 3 sejumlah ketakutan muncul, saat hamil wanita
cenderung merasa cemas terhadap kehidupan bayi maupun kehidupannya
sendiri. Perasaan takut dan cemas yang dialami ibu hamil, jika berlebihan,
maka dapat menyebabkan stress (Jenny, 2013) . Kecemasan meningkatkan
kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis.
Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM
dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih
sering terbangun. Gangguan psikis seperti kecemasan membuat ibu semakin
susah untuk tidur. Terutama ditrimester akhir cemas menghadapi persalinan
nantinya, dan apakah bayinya lahir normal atau cacat (Janiwarty, 2013).
Kualitas tidur adalah ukuran apakah tidur tergolong kriteria baik ataupun
buruk. Kualitas tidur menunjukkan kemampuan individu untuk tidur dan
menunjukkan apakah individu mendapatkan jumlah tidur yang optimal sesuai
dengan kebutuhan (Sulistiyani Cicik et al., 2012). Kualitas tidur yang baik
akan meningkatkan kesehatan baik secara fisiologis maupun secara psikologis.
Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kondisi fisik, kondisi psikis, kondisi lingkungan dan gaya hidup
(Wintoro et al., 2019)
.
Gangguan tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur pada wanita hamil
yang berdampak terhadap kondisi kesehatan ibu dan janin selama
kehamilan.Dampak buruk dari gangguan tidur bagi kesehatan dapat
mengakibatkan depresi, kurang konsentrasi dalam beraktivitas, gangguan
pembelajaran verbal, gangguan memori, menggangu artikulasi bicara,
gangguan penginderaan, kondisi emosi yang gampang meledak, stress,
gangguan motorik, peningkatan denyut jantung dan hipertensi. Ibu hamil yang
mengalami stress, depresi dan hipertensi dapat berakibat buruk bagi ibu hamil
dan juga janinnya. Karena bisa mengakibatkan premature dan Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), preeklamsi pada ibu hamil dan bisa
mengakibatkan terjadinya abortus pada bayi (Janiwarty, 2013).
Pada masa periode kehamilan perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil
mengakibatkan ketidaknyamanan selama proses kehamilan, salah satunya
yang sering dialami oleh ibu hamil pada trimester III adalah nyeri punggung
bagian bawah. Secara umum, nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil
dipengaruhi oleh perubahan postur tubuh, hal ini sejalan dengan bertambahnya
berat badan secara bertahap selama kehamilan, tubuh lebih condong kedepan
akibat dari peregangan otot abdomen yang lemah yang menyebabkan
ketidakseimbangan otot sekitar pelvis dan menimbulkan rasa nyeri pada
bagian bawah punggung. Pergerakan semakin sulit, ligamentum dan otot
tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat sehingga
kondisi ini menyebabkan ketegangan pada otot-otot pinggang, akibatnya
rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang
dihantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah diproses di pusat nyeri,
impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri yang
menimbulkan rasa nyeri pada punggung bahkan bisa menjalar sampai pingul
dan kesulitan berjalan terutama pada bagian darah punggung ibu hamil
(Bobak, 2012)(Setyoadi, 2011).
Pada umumnya ibu hamil TM 3 yang mengalami ketidaknyamanan
fisiologis maupun non fisiologis yaitu nyeri punggung bawah, kecemasan dan
gangguan kualitas tidur pada TM 3, merasa tidak nyaman dan ingin segera
melewati masa ini. Selama ini masyarakat memandang nyeri punggung
bawah, kecemasan dan gangguan kualitas tidur yang dialami oleh ibu hamil
TM 3 sebagai hal yang wajar, padahal apabila nyeri punggung bawah jika
tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kualitas hidup ibu hamil
menjadi buruk. Ibu hamil yang mengalami nyeri punggung bagian belakang
akan kesulitan dalam menjalankan aktivitas seperti berdiri setelah duduk,
berpindah dari tempat tidur, duduk terlalu lama, berdiri terlalu lama, membuka
baju dan melepaskan baju, maupun mengangkat dan memindahkan benda-
benda di sekitarnya. Sedangkan kecemasan dan gangguan tidur pada ibu hamil
jika tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan depresi, kurang
konsentrasi dalam beraktivitas, gangguan pembelajaran verbal, gangguan
memori, menggangu artikulasi bicara, gangguan penginderaan, kondisi emosi
yang gampang meledak, stress, gangguan motorik, peningkatan denyut
jantung dan hipertensi pada ibu hamil TM 3. Salahsatu terapi non
farmakologis untuk mengatasi tingkat kecemasan, kualitas tidur dan intensitas
nyeri punggung bagian bawah adalah rileksasi otot progresif.
Teknik relaksasi otot progresif yaitu relaksasi yang memusatkan perhatian
pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan relaks (Setyoadi, 2011) (Smeltzer, 2010) , teknik
relaksasi otot progresif adalah suatu latihan dan olah pernafasan yang
dilakukan untuk menghasilkan respon yang tidak hanya dapat memerangi
respon stress, namun juga dapat menurunkan kerja jantung dan dapat
menurunkan tekanan darah sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur.
Menurut (Soewondo Dr, 2016) yang pertama kali mengembangkan
metode relaksasi progresif untuk melawan rasa cemas, stres dan tegang.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa apabila seseorang mengalami
ketegangan dapat menyebabkan serabut-serabut otot kontraksi, mengecil dan
menciut. Ketegangan timbul bila seseorang cemas dan stres bisa hilang dengan
menghilangkan ketegangan. Ibu hamil banyak yang mengalami perasaan
ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi proses persalinan, kecemasan
dan perubahan fisik merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi
kualitas tidur sehingga ibu hamil akan sulit dalam memenuhi kebutuhan dan
kualitas tidur menjadi buruk (Sukarni, 2013).
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi komplementer yang
dapat diberikan perawat atau bidan dalam proses memberikan asuhan dapat
diberikan kepada klien yang mengalami gangguan tidur (insomnia), stress,
kecemasan, nyeri otot leher maupun punggung bagian atas dan bawah, dan
depresi sehingga dapat memberikan efek rileks untuk memperlancar aliran
darah, menurunkan ketegangan otot. Prinsip yang mendasari relaksasi otot
dalam pendekatan pikiran tubuh adalah apa saja yang membuat otot dan
pikiran kita menjadi rileks. Meregangkan dan mengendurkan setiap kumpulan
otot sekaligus akan menghasilkan relaksasi progresif terhadap seluruh tubuh,
sekaligus menenangkan pikiran dengan melakukan peregangan pada setiap
kelompok otot selama lima detik dan memusatkan perhatian. Hal ini diikuti
dengan bernapas dalam-dalam lalu melepaskan tegangan sehingga otot
menjadi benar-benar lemas (Setyoadi, 2011; Soewondo Dr, 2016).
Rasa nyaman yang dirasakan responden dikarenakan oleh produksi dari
hormon endorphin dalam darah yang meningkat, dimana akan menghambat
dari ujung-ujung saraf nyeri yang ada di uterus sehingga mencegah stimulus
nyeri untuk masuk ke medula spinalis hingga akhirnya sampai ke kortek
serebri dan menginterpretasikan kualitas nyeri (Soewondo Dr, 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulya Astuti (2015) dengan
judul “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu
Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Pinang Kecamatan
Mandau Talawang Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah” disimpulkan
bahwa relaksasi otot progresif dapat memberikan efek tingkat kecemasan pada
ibu hamil trimester III. Penelitian menurut Puspa Kirana Dewi (2018) dengan
judul “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Nyeri
Punggung Bagian Bawah Ibu Hamil Trimester III” menunjukkan Ada
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan skala nyeri punggung
bagian bawah pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Cibeureum. Dan
Penelitian oleh Tirta Mulyana (2019) dengan judul “Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida” disimpulkan
berdasarkan respon dari responden pada kelompok eksperimen setelah
dilakukan relaksasi otot progresif mangatakan bahwa lebih mudah untuk
memulai tidur pada malam hari dan tidur responden lebih nyenyak
dibandingkan sebelum dilakukan relaksasi otot progresif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap skor kualitas
tidur ibu hamil primigravida setelah dilakukan relaksasi otot progresif pada
kelompok eksperimen.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mangambil penelitian
tentang “Adakah Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat
Kecemasan, Kualitas Tidur dan Intensitas Nyeri Punggung Bagian Bawah
(Low Back Pain) Pada Ibu Hamil TM 3”.
B. Perumusan Masalah

Pada kehamilan TM 3 banyak terjadi ketidaknyamanan, ketidaknyamanan


TM 3 terbagi menjadi dua yakni ketidaknyamanan secara fisiologis maupun
non fisiologi. Menurut (Sulistyawati, 2012) Perubahan non fisiologis pada
masa kehamilan Trimester III , yaitu rasa tidak nyaman timbul kembali,
merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik, merasa tidak menyenangkan
ketika bayi tidak lahir tepat waktu, takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya, khawatir bayi
akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan
perhatian dan kekhawatirannya, merasa sedih karena akan terpisah dari
bayinya, merasa kehilangan perhatian, perasaan mudah terluka (sensitif) &
Libido menurun. Sedangkan Menurut (Romauli, 2012) Ketidaknyamanan
secara fisiologis ibu hamil pada TM 3, antarlaian peningkatan frekuensi
berkemih, sakit punggung bagian bawah, hiperventilasi dan sesak nafas,
edema dependen, nyeri ulu hati, kram tungkai, konstipasi, kesemutan dan baal
pada jari dan insomnia.
Tingkat kecemasan pada ibu hamil TM 3 disebabkan karena adanya
kenaikkan hormone estrogen, progesterone dan penurunan keseimbangan
neurotransmitter sehingga mengalami cemas dan terjadi kenaikkan ketegangan
otot dan diberikan terapi non farmakologi berupa relaksasi otot progresif yang
nnatinya akan merangsangkan system safaf otonom dan sel saraf akan
mengeluarkan opiate peptides/ saripati kenikmatan epidhipen dan penitilamin
lalu akan menurunkan produksi kortisol dalam darag dan menormalkan
pengeluaran hormone (serotonim, dopamine, asetilokip, histamin, substansi P)
sehingga meningkatkan produksi endorphin dan memperlancar aliran darah
sehingga tubuh menjadi rileks dan terjadi penurunan ketegangan otot dan
kecemasan akan menurun.
Perubahan fisiologis dan non fisiologis pada ibu hamil TM 3
menyebabkan gangguan tidur (insomnia) dikarenakan ibu hamil TM 3
membutuhkan penyesuaian tulang (realignment) yang nantinya akan
mempengaruhi kualitas tidur, sehingga terjadi kenaikkan ketegangan otot dan
diberikan terapi non farmakologi berupa relaksasi otot progresif yang nnatinya
akan merangsangkan system safaf otonom dan sel saraf akan mengeluarkan
opiate peptides/ saripati kenikmatan epidhipen dan penitilamin lalu akan
menurunkan produksi kortisol dalam darag dan menormalkan pengeluaran
hormone (serotonim, dopamine, asetilokip, histamin, substansi P) sehingga
meningkatkan produksi endorphin dan memperlancar aliran darah sehingga
tubuh menjadi rileks dan terjadi penurunan ketegangan otot dan insomnia akan
menurun sehingga kualitas tidur akan meningkat.
Nyeri punggung bagian bawah ibu hamil dikarenakan terjadinya distensi
abdomen (pusat gravitasi bergeser kedepan terutama pada akhir kehamilan)
lalu menyebabkan tonus otot menurun sehingga membutuhkan penyesuaian
tulang (realignment) dan terjadi ketegangan nyeri punggung bagian bawah
(low back pain) dan diberikan terapi non farmakologi berupa relaksasi otot
progresif yang nnatinya akan merangsangkan system safaf otonom dan sel
saraf akan mengeluarkan opiate peptides/ saripati kenikmatan epidhipen dan
penitilamin lalu akan menurunkan produksi kortisol dalam darag dan
menormalkan pengeluaran hormone (serotonim, dopamine, asetilokip,
histamin, substansi P) sehingga meningkatkan produksi endorphin yang
nantinya akan menghambat dari ujung-ujung nyeri yang ada di uterus
sehingga mencegah stimulus nyeri akhirnya sampai ke kortek serebri dan
memperlancar aliran darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga tubuh
menjadi rileks dan low back pain menurun.
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya

dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Relaksasi Otot Progresif


Terhadap Tingkat Kecemasan, Kualitas Tidur dan Intensitas Nyeri Punggung

Bagian Bawah (Low Back Pain) Pada Ibu Hamil TM 3”.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan, Kualitas Tidur dan Intensitas

Nyeri Punggung Bagian Bawah (Low Back Pain) Pada Ibu Hamil TM 3

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pada ibu hamil TM 3 sebelum

dilakukan relaksasi otot progresif

b. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pada ibu hamil TM 3 setelah

dilakukan relaksasi otot progresif

c. Mendeskripsikan kualitas tidur pada ibu hamil TM 3 sebelum

dilakukan relaksasi otot progresif

d. Mendeskripsikan kualitas tidur pada ibu hamil TM 3 setelah

dilakukan relaksasi otot progresif

e. Mendeskripsikan intensitas nyeri punggung bawah (low back pain)

pada ibu hamil TM 3 sebelum dilakukan relaksasi otot progresif

f. Mendeskripsikan intensitas nyeri punggung bawah (low back pain)

pada ibu hamil TM 3 setelah dilakukan relaksasi otot progresif

g. Menganalisis pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat

kecemasan pada ibu hamil TM 3


h. Menganalisis pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur

pada ibu hamil TM 3

i. Menganalisis pengaruh relaksasi otot progresif terhadap intensitas

nyeri punggung bagian bawah (low back pain) pada ibu hamil TM 3

E. Manfaat

1. Bagi ibu hamil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dan pengetahuan bagi ibu hamil dalam mengurangi kecemasan,

nyeri punggung bagiab bawah, dan memperbaiki kualitas tidur trimester

3. Serta ibu hamil dapat memilih metode non farmakologi dengan

relaksasi otot progresif karena aman dalam mengatasi kecamsan, nyeri

punggung bagian bawah, dan kualitas tidur yang dirasakan.

2. Bagi Politeknik Kesehatan Semarang

Hasil penelitian dapat memberikan informasi ilmiah bagi para peneliti dan

dunia pendidikan, dan sebagai referensi dan bahan informasi bagi

Politeknik Kesehatan Semarang dalam upaya peningkatan pemberian

informasi tentang Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat

kecemasan, kualitas tidur, dam intensitas low back pain pada ibu hamil

trimester 3. Serta, dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber data untuk

penelitian berikutnya, serta pendorong bagi pihak yang berkepentingan

untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi peneliti selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian

selanjutnya dan dapat dijadikan perbandingan keaslian

F. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1
Originalitas Penelitian
No Nama Judul Desain Penelitian Hasil Perbedaan
Penelitian

1 Sri Mulya Pengaruh Menggunakan Hasil penelitian Variabel penelitian,


Astuti Relaksasi Otot penelitian quasi menunjukkan penelitian
(2015) Progresif eksperimen dengan relaksasi otot sebelumnya variabel
Terhadap dua kelompok, progresif dapat dependentnya hanya
Tingkat kelompok perlakuan memberikan 1 yaitu tingkat
Kecemasan Ibu dan kelompok efek tingkat kecemasan dalam
Hamil Trimester control, teknik kecemasan pada penelitian ini variabel
III di Wilayah sampling ibu hamil dependentnya ada 3
Kerja menggunakan trimester III yaitu kecemasan,
Puskesmas Sei purposive sampling, dengan nilai p- kualitas tidur,
Pinang dan analisa data value (0,001) < inensitas low back
Kecamatan dengan uji Wilcoxon α (0,05). pain.
Mandau Rank Test dan Mann
Talawang Whitney U-Test
Kabupaten
Kapuas
Kalimantan
Tengah

2. Puspa Pengaruh Menggunakan Hasil penelitian Variabel penelitian,


Kirana Relaksasi Otot penelitian ini adalah menunjukkan penelitian
Dewi Progresif metode quasi adanya Ada sebelumnya variabel
(2018) Terhadap experiment, dengan pengaruh dependentnya hanya
Penurunan desain one group relaksasi otot 1 yaitu nyeri
Nyeri Punggung pretest progresif punggung dalam
Bagian Bawah posttest, teknk terhadap penelitian ini variabel
Ibu Hamil sampling penurunan skala dependentnya ada 3
Trimester III menggunakan nyeri punggung yaitu kecemasan,
purposive sampling bagian bawah kualitas tidur,
dan analisa data pada ibu hamil inensitas low back
dengan uji Wilcoxon trimester III di pain
Puskesmas
Cibeureum
dengan nilai p-
value (0,000) <
α (0,05).

3. Tirta Relaksasi Otot Menggunakan Hasil penelitian Variabel penelitian,


Mulyana Progresif Desain penelitian menunjukkan penelitian
(2019) Terhadap exsperimen semu, berdasarkan sebelumnya variabel
Kualitas Tidur teknk sampling respon dari dependentnya hanya
Ibu Hamil menggunakan responden pada 1 yaitu kualitas tidur
Primigravida purposive sampling kelompok dalam penelitian ini
dan analisa data eksperimen variabel
dengan uji Mann setelah dependentnya ada 3
Whitney dilakukan yaitu kecemasan,
relaksasi otot kualitas tidur,
progresif inensitas low back
mangatakan pain
bahwa lebih
mudah untuk
memulai tidur
pada malam hari
dan tidur
responden lebih
nyenyak
dibandingkan
sebelum
dilakukan
relaksasi otot
progresif.
Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa terdapat
pengaruh yang
signifikan
terhadap skor
kualitas tidur
ibu hamil
primigravida
setelah
dilakukan
relaksasi otot
progresif pada
kelompok
eksperimen.den
gan nilai p-
value (0,000) <
α (0,05).
BAB II

A. Tinjaun Teori

1. Kehamilan

A. Pengertian kehamilan TM 3

Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40

mingu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada

kehadiran bayi, sehingga disebut juga sebagai periode


(Nanny, 2011)
penantian .

B. Perubahan fisiologis TM 3

Menurut (Nanny, 2011) Perubahan fisiologi pada masa kehamilan

Trimester III adalah:

a) Minggu ke-28/bulan ke-7

Fundus berada dipertengahan antara pusat dan sifoudeus.

Hemoroid mungkin terjadi. Pernapasan dada menggantikan

pernapasan perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi. Rasa

panas perut mungkin terasa.

b) Minggu ke-32/ bulan ke-8

Fundus mencapai prosesus sifoideus, payudara penuh, dan

nyeri tekan. Sering BAK mungkin kembali terjadi. Selain itu,

mungkin juga terjadi dispnea.

c) Minggu ke-38/ bulan ke-9


Penurunan bayi ke dalam pelvis/panggul ibu (lightening).

Plasenta setebal hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu

dan beratnya 0,5-0,6 kg. Sakit punggung dan sering BAK

meningkat. Braxton Hicks meningkat karena serviks dan

segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan.

C. Ketidaknyamanan TM 3

a) Ketidaknyamanan non fisiologis

Menurut (Sulistyawati, 2012) Perubahan non fisiologis pada

masa kehamilan Trimester III, yaitu:

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,

aneh, dan tidak menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat

waktu

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada

saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak

normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan

kekhawatirannya.

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

6) Merasa kehilangan perhatian

7) Perasaan mudah terluka (sensitif) & Libido menurun

b) Ketidaknyamanan fisiologis
Menurut (Romauli, 2012) Ketidaknyamanan ibu hamil pada

Trimester III, adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan Frekuensi berkemih

2) Sakit punggung Atas dan Bawah

3) Hiperventilasi dan sesak nafas

4) Edema Dependen

5) Nyeri ulu hati

6) Kram tungkai

7) Konstipasi

8) Kesemutan dan baal pada jari

9) Insomnia

2. Kecemasan

A. Definisi kecemasan

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akan merasa tidak

nyaman atau takut, namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut

terjadi. Kecemasan tidak memiliki stimulus yang jelas yang dapat


(Videbeck, 2012)
diidentifikasi . Cemas (ansietas) merupakan sebuah

emosi dan pengalaman subjektif yang dialami sesorang dan

berhubungan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak


(Kusumawati, 2012)
berdaya .

B. Rentan respon kecemasan


Adapun rentan respon dalam kecemasan sebagai berikut
(Azizah & dkk, 2016)
:

a) Antisipasi

Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu

dengan lingkungan.

b) Cemas ringan

Ketegangan ringan, penginderaan lebih tajam dan menyiapkan

diri untuk bertindak.

c) Cemas sedang

Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan persepsi

menyempit dan tidak mampu memusatkan pada factor/peristiwa

yang penting baginya.

d) Cemas berat

Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang

kecil, tidak memikirkan yang luas, tidak mampu membuat kaitan

dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

e) Panik

Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol, berfikir

tidak teratur, perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperatif

C. Alat ukur kecemasan

Pengukuran tingkat kecemasan dapat menggunakan berbagai skala

penelitian, salah satunya adalah Hamilton Rating Scale for Anxiety

(HARS). HARS digunakan untuk melihat tingkat keparahan terhadap


gangguan kecemasan, terdiri dari 14 item penelitian sesuai dengan
(Kaplan & Sadock, 2015)
gejala kecemasan yang ada .

D. Kecemasan pada kehamilan TM 3

Kecemasan pada trimester III karena akan menghadapi proses

persalinan yang merupakan faktualisasi sikap skeptis terhadap

kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasar pada

pemahaman.Persalinan bisa dikatakan sebagai ancaman nyata berupa

rasa takut terhadap bahaya yang datang dari dari dalam dan luar ibu.

Ketakutan yang berlebihan terhadap rasa sakit, kematian, dan

responsibilitas destruktif terhadap keluarga merupakan hal yang

selalu terjadi pada ibu setiap mengahadapi persalinan. Kecemasan ibu

semakin meningkat jika terjadi kegagalan fisiologis atau penurunan

kapasitas psikologis memanfaatkan kooping konstruktif dan pada

dasarnya, kecemasan terjadi karena ketidakmampuan ibu beradaptasi

pada kondisi aktual (kehamilan) dan potensial (menghadapi proses

persalinan) (Hidayat, 2014).

3. Kualitas Tidur

A. Kualitas tidur ibu hamil

Kualitas tidur adalah ukuran apakah tidur tergolong kriteria baik

ataupun buruk. Kualitas tidur menunjukkan kemampuan individu

untuk tidur dan menunjukkan apakah individu mendapatkan jumlah

tidur yang optimal sesuai dengan kebutuhan


(Sulistiyani Cicik et al., 2012).
Kualitas tidur yang baik akan meningkatkan kesehatan baik
secara fisiologis maupun secara psikologis. Kualitas tidur seseorang

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik, kondisi


(Wintoro et al., 2019)
psikis, kondisi lingkungan dan gaya hidup .

B. Kebutuhan tidur ibu hamil

Kondisi fisik yang dipengaruhi hormon kehamilan membuat ibu

hamil cenderung cepat merasa lelah dan lesu. Selain itu juga, ibu

hamil harus menjaga kondisi janin agar tetap sehat sehingga tidak

boleh terlalu capai saat beraktivitas. Organ dalam tubuh seperti

jantung bekerja lebih keras saat kehamilan untuk menjaga agar aliran

darah ke janin tetap lancar, begitu pun dengan ginjal yang bekerja

lebih keras untuk memproses sisa metabolisme dalam tubuh. Oleh

karena itu, kebutuhan tidur ibu hamillebih banyak dibanding

biasanya. Selain tidur selama 8 jam pada malam hari, sebisa mungkin

ibu hamil juga tidur siang minimal 1 hingga maksimal 3 jam untuk

mengembalikan stamina yang habis selama aktivitas siang hari.

C. Alat ukur

Buysee et all (1988) juga mengemukakan alat ukur terhadap

kualitas tidur, yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI

adalah instrumen yang efektif dalam mengukur kualitas dan pola


(Smyth, 2012)
tidur PSQI dikembangkan dengan beberapa tujuan

yaitu untuk memberikan ukuran yang valid, reliabel, dan standarisasi

kualitas tidur, untuk membedakan antara tidur yang baik dan buruk,

untuk memberikan penilaian singkat yang berguna secara klinis dari


berbagai gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas tidur. PSQI

dapat digunakan dalam penelitian klinis dan studi epidemiologi untuk

mengidentifikasi kualitas tidur yang baik dan buruk, dan lebih baik

dibandingkan dengan gold standard diagnosis klinik dan

laboratorium. Pengisian lembar PSQI membutuhkan waktu 5-10


(Smyth, 2012)
menit, dan penilaiannya membutuhkan waktu 5 menit .

4. Low Back Pain

A. Definisi

Nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil dipengaruhi oleh

perubahan postur tubuh, hal ini sejalan dengan bertambahnya berat

badan secara bertahap selama kehamilan, tubuh lebih condong

kedepan akibat dari peregangan otot abdomen yang lemah yang

menyebabkan ketidakseimbangan otot sekitar pelvis dan

menimbulkan rasa nyeri pada bagian bawah punggung. Pergerakan

semakin sulit, ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah

dan bawah mendapat tekanan berat sehingga kondisi ini

menyebabkan ketegangan pada otot-otot pinggang, akibatnya

rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls

yang dihantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah diproses di

pusat nyeri, impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi

nyeri yang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bahkan bisa

menjalar sampai pingul dan kesulitan berjalan terutama pada bagian


(Bobak, 2012)(Setyoadi, 2011).
darah punggung ibu hamil
B. Alat ukur

Metode VRS adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk

menggambarkan tingkat intensitas nyeri yang berbeda, rentang dari

“no pain” sampai “very severe”. Jenis ini mempunyai keterbatasan

didalam mengaplikasikannya. Beberapa keterbatasan VRS adalah

adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat

yang cocok untuk tingkat intensitas nyerinya dan ketidakmampuan

pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan
(Hjermstad et a, 2011)
.

C. Pengukuran nyeri

a) lntensitas nyeri

Minta individu untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal.

Misal; tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, hebat

atau sangat nyeri, atau dengan membuat skala nyeri yang

sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan

menggunakan skal 0-10 yang bermakna 0 = tidak nyeri 10 =

nyeri sangat hebat.

b) Karakteristik nyeri

Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi

nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan),

irama/periodenya (terus-menerus, hilang timbul, priode

bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri


seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau

bahkan seperti digencet).

c) Skala nyeri

(1) Skala Deskripsi nyeri sederhana

(2) Skala intensitas nyeri numeric

(3) Skala analog visual

(4) Skala nyeri muka

(5) Skala nyeri dengan observasi prilaku

5. Relaksasi Otot Progresif

A. Definisi

Teknik relaksasi otot progresif yaitu relaksasi yang memusatkan

perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang

tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik


(Setyoadi, 2011)
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks
(Smeltzer, 2010)
, teknik relaksasi otot progresif adalah suatu latihan

dan olah pernafasan yang dilakukan untuk menghasilkan respon yang

tidak hanya dapat memerangi respon stress, namun juga dapat

menurunkan kerja jantung dan dapat menurunkan tekanan darah

sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur.

Menurut (Soewondo Dr, 2016) yang pertama kali mengembangkan

metode relaksasi progresif untuk melawan rasa cemas, stres dan

tegang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa apabila

seseorang mengalami ketegangan dapat menyebabkan serabut-serabut


otot kontraksi, mengecil dan menciut. Ketegangan timbul bila

seseorang cemas dan stres bisa hilang dengan menghilangkan

ketegangan. Ibu hamil banyak yang mengalami perasaan ketakutan

dan kecemasan dalam menghadapi proses persalinan, kecemasan dan

perubahan fisik merupakan salah satu faktor yang paling

mempengaruhi kualitas tidur sehingga ibu hamil akan sulit dalam

memenuhi kebutuhan dan kualitas tidur menjadi buruk


(Sukarni, 2013)
.

B. Tujuan

Menurut (Setyoadi, 2011) teknik relaksasi otot progresif ini

mempunyai beberapa tujuan yakni:

a) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan

punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan

metabolisme.

b) Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.

c) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien

sadar dan memfokuskan perhatian saat rileks.

d) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.

e) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi ketegangan,

kecemasan, dan stres.

Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot,

fobia ringan, dan gagap ringan.

C. Kontraindikasi
Beberapa hal yang dapat menjadi kontraindikasi relaksasi otot

progresif antara lain: cedera akut atau ketidaknyamanan

muskuloskeletal, infeksi atau inflamasi, dan penyakit jantung berat

atau akut23. Latihan relaksasi otot progresif juga tidak dilakukan pada

sisi otot yang sakit. Melakukan latihan relaksasi otot progresif

terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain jika pasien

mengalami distress emosional selama melakukan relaksasi otot

progresif maka dianjurkan untuk menghentikan dan

mengkonsultasikannya kepada tenaga kesehatan. Selain itu

pemberian terapi pada klien harus memperhatikan tingkat kelelahan

klien.

D. Langkah-langkah Relaksasi Otot Progresif

Sesi-sesi dalam latihan relakasasi otot progresif yaitu:

1) Sesi satu: Mengidentifikasi ketegangan otot-otot tubuh tertentu

yang dirasakan. Identifikasi dilakukan bersama pasien untuk

mengetahui ketegangan pada otot-otot tubuh tertentu yang

dirasakan dan menjelaskan tujuan dari terapi, dimulai dari

persiapan membuat kontrak waktu pelaksanaan hingga terminasi.

2) Sesi dua: pelaksanaan tehnik relaksasi yang meliputi dahi, mata,

rahang, mulut, leher dimana masing-masing gerakan dilakukan

sebanyak 2 kali.

Pelaksanaan PMR yaitu:


a) Gerakan pertama ditujukan untuk otot dahi yang dilakukan

dengan cara mengerutkan dahi dan alis sekencang-kencangnya

hingga kulit terasa mengerut kemudian dilemaskan perlahan-lahan

hingga sepuluh detik kemudian lakukan satu kali lagi.

Gambar 2.1. Contoh Gerakan satu

b) Gerakan kedua merupakan gerakan yang ditujukan untuk

mengendurkan otot-otot mata yang diawali dengan memejamkan

sekuat-kuatnya hingga ketegangan otot-otot didaerah mata

dirasakan menegang, lemaskan perlahan-lahan hingga 10 detik

dan ulangi kembali sekali lagi.

Gambar 2.2. Contoh Gerakan kedua

c) Gerakan ketiga bertujuan untuk merelaksasikan ketegangan otot-

otot rahang dengan cara mengatupkan mulut sambil merapatkan

gigi sekuat-kuatnya sehingga klien merasakan ketegangan


disekitar otot–otot rahang, lemaskan perlahan-lahan sampai 10

detik dan ulangi sekali lagi.

Gambar 2.3. Contoh Gerakan Ketiga

d) Gerakan keempat dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar

mulut, Moncongkan bibir sekuat-kuatnya kedepan hingga terasa

ketegangan diotot-otot daerah bibir, lemaskan mulut dan bibir

perlahan-lahan selama 10 detik kemudian lakukan sekali lagi.

Gambar 2.4. Contoh Gerakan Keempat

e) Gerakan kelima ditujukan untuk otot-otot leher belakang. Klien

diminta untuk menekankan kepala kearah punggung sedemikian

rupa sehingga terasa tegang pada otot leher bagian belakang,

lemaskan leher perlahan-lahan selama 10 detik dan ulangi sekali

lagi.
Gambar 2.5. Contoh Gerakan Kelima

f) Gerakan keenam bertujuan melatih otot leher bagian depan.

Gerakan ini dilakukan dengan cara menekukkan atau turunkan

dagu hingga menyentuh dada hingga merasakan ketegangan otot

didaerah leher bagian depan, lemaskan perlahan-lahan hingga 10

detik lakukan kembali sekali lagi.

Gambar 2.6. Contoh Gerakan Keenam

g) Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot tangan yang

dilakukan dengan cara menggengam tangan kiri sambil membuat

suatu kepalan. Selanjutnya minta klien untuk mengepalkan

sekuat-kuatnya otot-otot tangan hingga merasakan ketegangan

otot-otot daerah tangan. Relaksasikan otot dengan cara membuka

perlahan-lahan kepalan tangan selama 10 detik, lakukan

sebanyak dua kali pada masing –masing tangan.


Gambar 2.7. Contoh Gerakan Ketujuh

h) Gerakan kedelapan adalah gerakan yang ditujuan untuk

melatih otot-otot tangan bagian belakang. Gerakan

dilakukan dengan cara menekuk kedua pergelangan

tangan ke belakang secara perlahan-lahan hingga terasa

ketegangan pada otot-otot tangan bagian belakang dan

lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-

langit, lemaskan perlahan-lahan hingga 10 detik dan

lakukan sekali lagi.

Gambar 2.8. Contoh Gerakan Delapan

i) Gerakan kesembilan adalah gerakan untuk melatih otot-

otot lengan atau biseps. Gerakan ini diawali dengan

menggengam kedua tangan hingga menjadi kepalan dan

membawa kepalan tersebut kepundak sehingga otot-otot


lengan bagian dalam menegang, lemaskan perlahan-

lahan selama 10 detik dan lakukan sekali lagi.

Gambar 2.9. Contoh Gerakan Kesembilan

j) Gerakan kesepuluh ditujukan untuk melatih otot-otot

bahu. Relaksasi ini dilakukan dengan mengendurkan

bagian otot-otot bahu dengan cara mengangkat kedua

bahu kearah telinga setinggi-tingginya, lemaskan atau

turunkan kedua bahu secara perlahan-lahan hingga 10

detik dan lakukan sekali lagi. Fokus perhatian gerakan

ini adalah kontras ketegangan yang terjadi dibahu

punggung atas dan leher.

Gambar 2.10. Contoh Gerakan Kesepuluh

k) Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot

punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara

mengangkat tubuh dari sandaran kursi, lalu busungkan


dada dan pertahankan selama 10 detik lalu lemaskan

perlahan-lahan, lakukan gerakan sekali lagi.

Gambar 2.11. Contoh Gerakan Ke Sebelas

l) Gerakan keduabelas ditujukan untuk melatih otot-otot

dada. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik nafas

dalam sedalam-dalamnya dan tahan beberapa saat sambil

merasakan ketegangan pada bagian dada dan daerah

perut. Hembuskan nafas perlahan-lahan melalui bibir,

lakukan gerakan ini sekali lagi.

Gambar 2.12. Contoh Gerakan Ke Duabelas

m) Gerakan ketigabelas ditujukan untuk melatih otot-otot

perut. Gerakan ini dilakukan dengan menarik perut

kearah dalam sekuat-kuatnya. Tahan selama 10 menit

hingga perut terasa kencang dan tegang, lemaskan

perlahan-lahan hingga 10 detik dan lakukan sekali lagi.


Gambar 2.13. Contoh Gerakan Ke Tigabelas

n) Gerakan keempat belas adalah gerakan yang ditujukan

untuk merelaksasikan otot-otot kaki. Gerakan ini

dilakukan dengan meluruskan kedua telapak kali selama

10 detik hingga terasa tegang pada daerah paha,

lemaskan kedua kaki secara perlahan hingga 10 detik,

lakukan sekali lagi. Kemudian gerakan selanjutnya

dengan cara menarik kedua telapak kaki kearah dalam

sekuat-kuatnya hingga klien merasaka ketegangan

dikedua betis selama 10 detik, lemaskan kedua kaki

secara perlahan-lahan hingga 10 detik, lakukan kembali

sekali lagi

Gambar 2.14. Contoh Gerakan Ke Empat belas

Sesi tiga: Merupakan sesi evaluasi kemampuan klien melakukan latihan relaksasi

progresif gerakan pertama hingga keempat belas yang meliputi dahi, mata, rahang,
mulut, leher, tangan, telapak tangan, lengan, bahu, punggung, dada, perut tungkai

dan kaki.
E. Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan, Kualitas Tidur, dan Low Back

Pain.

Pada kehamilan TM 3 banyak terjadi ketidaknyamanan, ketidaknyamanan TM

3 terbagi menjadi dua yakni ketidaknyamanan secara fisiologis maupun non


(Sulistyawati, 2012)
fisiologi. Menurut Perubahan non fisiologis pada masa

kehamilan Trimester III , yaitu rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa

dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik, merasa tidak menyenangkan ketika bayi

tidak lahir tepat waktu, takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada

saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya, khawatir bayi akan dilahirkan

dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan

kekhawatirannya, merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya, merasa

kehilangan perhatian, perasaan mudah terluka (sensitif) & Libido menurun.


(Romauli, 2012)
Sedangkan Menurut Ketidaknyamanan ibu hamil\] pada TM 3,

antarlaian peningkatan frekuensi berkemih, sakit punggung bagian bawah,

hiperventilasi dan sesak nafas, edema dependen, nyeri ulu hati, kram tungkai,

konstipasi, kesemutan dan baal pada jari dan insomnia.

Pada kehamilan TM 3 sejumlah ketakutan muncul, saat hamil wanita

cenderung merasa cemas terhadap kehidupan bayi maupun kehidupannya

sendiri. Perasaan takut dan cemas yang dialami ibu hamil, jika berlebihan, maka
(Jenny, 2013)
dapat menyebabkan stress .

Kecemasan meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi

sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur

tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur

lain dan lebih sering terbangun. Gangguan psikis seperti kecemasan membuat
ibu semakin susah untuk tidur. Terutama ditrimester akhir cemas menghadapi

persalinan nantinya, dan apakah bayinya lahir normal atau cacat


(Janiwarty, 2013)
.

Kualitas tidur adalah ukuran apakah tidur tergolong kriteria baik ataupun

buruk. Kualitas tidur menunjukkan kemampuan individu untuk tidur dan

menunjukkan apakah individu mendapatkan jumlah tidur yang optimal sesuai


(Sulistiyani Cicik et al., 2012).
dengan kebutuhan Kualitas tidur yang baik akan

meningkatkan kesehatan baik secara fisiologis maupun secara psikologis.

Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
(Wintoro et al., 2019)
fisik, kondisi psikis, kondisi lingkungan dan gaya hidup .

Gangguan tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur pada wanita hamil,yang

berdampak terhadap kondisi kesehatan ibu dan janin selama kehamilan.Dampak

buruk dari gangguan tidur bagi kesehatan dapat mengakibatkan depresi, kurang

konsentrasi dalam beraktivitas, gangguan pembelajaran verbal, gangguan

memori, menggangu artikulasi bicara, gangguan penginderaan, kondisi emosi

yang gampang meledak, stress, gangguan motorik, peningkatan denyut jantung

dan hipertensi. Ibu hamil yang mengalami stress, depresi dan hipertensi dapat

berakibat buruk bagi ibu hamil dan juga janinnya, karena bisa mengakibatkan

premature dan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), preeklamsi pada ibu
(Janiwarty, 2013)
hamil dan bisa mengakibatkan terjadinya abortus pada bayi .

Teknik relaksasi otot progresif yaitu relaksasi yang memusatkan perhatian

pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian

menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan


(Setyoadi, 2011) (Smeltzer, 2010)
perasaan relaks , teknik relaksasi otot progresif

adalah suatu latihan dan olah pernafasan yang dilakukan untuk menghasilkan
respon yang tidak hanya dapat memerangi respon stress, namun juga dapat

menurunkan kerja jantung dan dapat menurunkan tekanan darah sehingga dapat

meningkatkan kualitas tidur.

Menurut (Soewondo Dr, 2016) yang pertama kali mengembangkan metode

relaksasi progresif untuk melawan rasa cemas, stres dan tegang. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa apabila seseorang mengalami

ketegangan dapat menyebabkan serabut-serabut otot kontraksi, mengecil dan

menciut. Ketegangan timbul bila seseorang cemas dan stres bisa hilang dengan

menghilangkan ketegangan. Ibu hamil banyak yang mengalami perasaan

ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi proses persalinan, kecemasan dan

perubahan fisik merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi kualitas

tidur sehingga ibu hamil akan sulit dalam memenuhi kebutuhan dan kualitas
(Sukarni, 2013)
tidur menjadi buruk .

Pada masa periode kehamilan perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil

mengakibatkan ketidaknyamanan selama proses kehamilan, salah satunya yang

sering dialami oleh ibu hamil pada trimester III adalah nyeri punggung bagian

bawah. Secara umum, nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil dipengaruhi

oleh perubahan postur tubuh, hal ini sejalan dengan bertambahnya berat badan

secara bertahap selama kehamilan, tubuh lebih condong kedepan akibat dari

peregangan otot abdomen yang lemah yang menyebabkan ketidakseimbangan

otot sekitar pelvis dan menimbulkan rasa nyeri pada bagian bawah punggung.

Pergerakan semakin sulit, ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah

dan bawah mendapat tekanan berat sehingga kondisi ini menyebabkan

ketegangan pada otot-otot pinggang, akibatnya rangsangan diterima oleh

reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan ke pusat nyeri di
korteks otak. Setelah diproses di pusat nyeri, impuls dikembalikan ke perifer

dalam bentuk persepsi nyeri yang menimbulkan rasa nyeri pada punggung

bahkan bisa menjalar sampai pingul dan kesulitan berjalan terutama pada bagian
(Bobak, 2012)(Setyoadi, 2011)
darah punggung ibu hamil .

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat

diberikan perawat atau bidan dalam proses memberikan asuhan dapat diberikan

kepada klien yang mengalami gangguan tidur (insomnia), stress, kecemasan,

nyeri otot leher maupun punggung bagian atas dan bawah, dan depresi sehingga

dapat memberikan efek rileks untuk memperlancar aliran darah, menurunkan

ketegangan otot. Prinsip yang mendasari relaksasi otot dalam pendekatan pikiran

tubuh adalah apa saja yang membuat otot dan pikiran kita menjadi rileks.

Meregangkan dan mengendurkan setiap kumpulan otot sekaligus akan

menghasilkan relaksasi progresif terhadap seluruh tubuh, sekaligus

menenangkan pikiran dengan melakukan peregangan pada setiap kelompok otot

selama lima detik dan memusatkan perhatian. Hal ini diikuti dengan bernapas

dalam-dalam lalu melepaskan tegangan sehingga otot menjadi benar-benar lemas


(Setyoadi, 2011; Soewondo Dr, 2016)
.

Rasa nyaman yang dirasakan responden dikarenakan oleh produksi dari

hormon endorphin dalam darah yang meningkat, dimana akan menghambat dari

ujung-ujung saraf nyeri yang ada di uterus sehingga mencegah stimulus nyeri

untuk masuk ke medula spinalis hingga akhirnya sampai ke kortek serebri dan
(Soewondo Dr, 2016)
menginterpretasikan kualitas nyeri .

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulya Astuti (2015) dengan judul

“Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Pinang Kecamatan Mandau


Talawang Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah” disimpulkan bahwa relaksasi

otot progresif dapat memberikan efek tingkat kecemasan pada ibu hamil

trimester III. Penelitian menurut Puspa Kirana Dewi (2018) dengan judul

“Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Nyeri Punggung

Bagian Bawah Ibu Hamil Trimester III” menunjukkan Ada pengaruh relaksasi

otot progresif terhadap penurunan skala nyeri punggung bagian bawah pada ibu

hamil trimester III di Puskesmas Cibeureum. Dan Penelitian oleh Tirta Mulyana

(2019) dengan judul “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas

Tidur Ibu Hamil Primigravida” disimpulkan berdasarkan respon dari responden

pada kelompok eksperimen setelah dilakukan relaksasi otot progresif

mangatakan bahwa lebih mudah untuk memulai tidur pada malam hari dan tidur

responden lebih nyenyak dibandingkan sebelum dilakukan relaksasi otot

progresif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap skor kualitas tidur ibu hamil primigravida setelah dilakukan relaksasi

otot progresif pada kelompok eksperimen.

B. Kerangka Teori
Ketidaknyamanan Ibu Hamil TM 3

Non Fisiologis
Fisiologis
1. Ibu merasa dirinya jelek, aneh, dan
1. Peningkatan frekuensi berkemih
tidak menarik,
2. Hiperventilasi dan sesak nafas
2. Ibu merasa khawatir dan takut akan
3. Edema dependen
kesehatan dan keselamatan janin 4. Nyeri punggung bagian bawah
3. Ibu merasa waspada karena tidak sabar (Low Back Paint)
menunggu kelahiran bayinya 5. Gangguan tidur (Insomnia)

Tingkat Kecemasan
Membutuhkan penyesuaian Distensi abdomen kehamilan TM 3
tulang (realigment)
Kenaikkan hormone estrogen,
Progesteron
Kualitas tidur Tonus otot abdomen menurun

Penurunan keseimbangan
neurotransmiter
Membutuhkan penyesuaian tulang
(realigment)
Mengalami cemas Kenaikkan Ketegangan otot

Ketegangan nyeri punggung bagian


bawah (Low Back Pain)
Menurunkan ketegangan otot
Kecemasan dan
Tubuh menjadi rileks
insomnia menurun

Tubuh menjadi rileks


Memperlancar aliran darah
dan menurunkan ketegangan
otot
Low Back
Memperlancar aliran darah
Pain
Menurun Sampai ke kortek serebri

Meningkatkan produksi Endorphin


Mencegah stimulus nyeri untuk
masuk ke medula spinalis

Menurunkan produksi kortisol dalam darah dan menormalkan


pengeluaran hormon (serotonim, dopamine, asetilkolib,
histamindan dan substansi P) Akan menghambat dari ujung-ujung
nyeri yang ada di uterus

Sel saraf mengeluarkan opiate peptides atau saripati


kenikmatan, epidhipen dan penithylamin
(Sulistyawati, 2012) (Romauli, 2012) (Setyoadi, 2011) (Bobak, 2012)

(Jenny, 2013) (Janiwarty, 2013) (Smeltzer, 2010)


(Soewondo Dr, 2016)
Merangsang system saraf saraf otonom

Relaksasi Otot Progresif


BAB III

A. Kerangka konsep

Variabel independent dalam kerangka konsep penelitian ini adalah relaksasi otot

progresif, sedangkan variabel dependent adalah kecemasan, kualitas tidur, dan nyeru

punggung bagian bawah ibu hamil TM 3. Variabel confounding adalah usia kehamilan

dan keadaan fisik. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Dependent Variabel Independent

Kecemasan

Kualitas tidur Relaksasi Otot Progresif

Nyeri Punggung Bawah


(Low back pain)

Variabel Confounding

Usia Kehamilan
Keadaan fisik

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang

dilakukan. Pada penelitian ini terdapat dua hipotesis yaitu hipotesis mayor dan hipotesis

minor.

1. Hipotesis mayor

Ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan, kualitas tidur dan

intensitas nyeri punggung bawah (low back pain) pada ibu hamil TM 3
2. Hipotesis minor

Ada Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Kecemasan, Kualitas Tidur

dan Intensitas Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Ibu Hamil TM 3

a) Meningkatkan kualitas tidur pada ibu hamil TM 3

b) Menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil TM 3

c) Menurunkan intensitas nyeri punggung bawah (low back pain) pada ibu hamil

TM 3

C. Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan desain

penelitian true Experiment with randomized controlled dengan menggunakan rancangan

pre-posttest one group design. Desain ini digunakan untuk mengetahui pengaruh relaksasi

otot progresif terhadap tingkat kecemasan, kualitas tidur dan intensitas nyeri punggung

bawah (low back pain) pada ibu hamil TM 3.

Desain penelitian tersebut dapat dijelaskan melalui pola sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Postest

O1 X O2

O3 O4

O5 O6

Keterangan:

O1 : Tingkat kecemasan ibu hamil sebelum diberikan relaksasi otot progresif

X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan memberikan

relaksasi otot progresif

O2 : Tingkat kecemasan ibu hamil setelah diberikan relaksasi otot progresif

O3 : Kualitas Tidur ibu hamil sebelum diberikan relaksasi otot progresif

O4 : Kualitas Tidur ibu hamil setelah diberikan relaksasi otot progresif


O5 : Intensitas Nyeri Punggung Bawah ibu hamil sebelum diberikan relaksasi otot

progresif

O6 : Intensitas Nyeri Punggung Bawah ibu hamil setelah diberikan relaksasi otot

progresif

Rencana penelitian ini dilakukan intervensi satu kali sehari selama 4 hari dengan

waktu intervensi 30 menit dan pengukuran pada setiap sebelum dan sesudah

dilakukan teknik relaksasi otot progresif.

D. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi target

dalam penelitian ini adalah ibu hamil TM 3. Populasi terjangkau dalam penelitian ini,

yaitu ibu hamil TM 3 di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmudu, Puskesmas

Tlogosari Wetan dan Puskesmas Bangetayu.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Perkiraan

besar sampel minimal menggunakan rumus perhitungan sampel berikut, yaitu:

n1= n2 =n3= 3 ( ( Zα + Zβ ) s
(x 1−x 2−x 3) ) 2

Keterangan:

n1 : Besar sampel minimal pada kelompok perlakuan 1

n2 : Besar sampel minimal pada kelompok perlakuan 2

n3 : Besar sampel minimal pada kelompok perlakuan 3

Zα : Derajat kepercayaan 5% (1,96)

Zβ : Nilai power yang diinginkan devisiasi β 20% (0,84%)

S : Simpangan baku gabungan tiga kelompok

X1-X2-X3 : Selisih minimal mean yang diharapkan (pre-post)


Sampel penelitian ini adalah ibu hamil TM 3 yang mengalami penurunan kualitas

tidur, cemas dan nyeri punggung bagian bawah di Wilayah kerja Puskesmas

Kedungmudu, Puskesmas Tlogosari Wetan dan Puskesmas Bangetayu yang

memenuhi kriteria inklusi.

Penelitian ini menggunakan Teknik sampling probability sampling dengan jenis

simple random sampling. Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini

sebagai berikut.

A. Kriteria Inklusi

1) Ibu hamil primigavida yang berada di Wilayah kerja Puskesmas

Kedungmudu, Puskesmas Tlogosari Wetan dan Puskesmas Bangetayu

2) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden

3) Ibu hamil yang mengalami kecamasan, nyeri punggung bagian bawah dan

penurunan kualitas tidur

B. Kriteria Ekslusi

1) Ibu hamil TM 3 yang mengalami gangguan jantung

2) Ibu hamil TM 3 yang memiliki riwayat trauma atau patah tulang

E. Definisi operasional variabel penelitian dan skala pengukuran

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Pengukuran

Variabel Suatu prosedur yang Lembar SOP Ordinal


Independent terdiri dari 14 observasi
Pemberian langkah gerakan
Relaksasi otot untuk mendapatkan
progresif relaksasi pada otot
melalui 2 tahap,
yaitu dengan
memberikan
ketegangan pada
kelompok otot,
kemudian
melemaskan
kelompok otot
tersebut. Dilakukan
selama 4 hari. 1 kali
sehari selama 30
menit.

Variabel Tingkat kecemasan Lembar Skala tingkat kecemasan: Rasio


Dependent 1 yang dialami oleh kuesioner, 1) <14: tidak ada
Tingkat ibu hamil TM 3 Hamilton kecemasan
Kecemasan sebelum dan setelah Rating
diberikan perlakuan Scale for 2) 14-20: Kecemasan
Anxiety ringan
(HARS)
3) 21-27: Kecemasan
sedang

4) 28-41: Kecemasan
berat

5) 42-56: Kecemasan
berat sekal

Variabel Kualitas tidur yang Lembar Skala Kualitas Tidur Rasio


Dependent 2 dialami oleh ibu kuesioner
Kualitas Tidur hamil TM 3 sebelum Pittsburgh 1) Baik: jika
dan setelah Sleep skor total ≤5
diberikan perlakuan Quality 2) Buruk: jika skor
Index total >5
(PSQI)

Variabel Intensitas Nyeri Lembar Skala Intensitas Nyeri Rasio


Dependent 3 Punggung Bawah kuesioner Punggung Bawah
Intensitas Nyeri yang dialami oleh Numeric 1) 0: tidak nyeri
Punggung Bawah ibu hamil TM 3 Rating 2) 1-3: nyeri ringan
sebelum dan setelah Scale 3) 4-6: nyeri sedang
diberikan perlakuan 4) 7-10: nyeri berat

F. Instrumentasi penelitian

Instrument penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau

informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.

Instrument atau alat dalam penelitian ini adalah:

1) Lembar kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS)

Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya

symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS

terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.

Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai

dengan 4 (severe). (Terlampir)


Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh

Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan

terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki

validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan

pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa

pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil

yang valid dan reliable.

2) Lembar kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yaitu kuesioner untuk mengetahui kualitas

tidur seseorang dalam jangka waktu 1 bulan secara subyektif. PSQI ini terdiri dari

19 butir pertanyaan yang membentuk 7 komponen penilaian, meliputi: kualitas

tidur secara subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur sehari-hari,

gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi aktivitas pada siang hari.

Jumlah skor dari ketujuh komponen ini menghasilkan satu skor global. Skor

global PSQI > 5 memberikan sensitivitas diagnostik 89,6% dan spesifitas 86,5%

dalam membedakan tidur yang baik dan yang buruk. (Terlampir)

3) Lembar kuesioner Numeric Rating Scale

Numeric Ratting Scale (NRS) adalah salah satu alat diagnostik yang digunakan

dokter untuk mengetahui kualitas nyeri yang dialami pasien. Pasien diminta untuk

memilih angka di antara 0-10. Angka 0 menandakan tidak nyeri dan 10

menandakan nyeri yang sangat hebat. (Terlampir)

Numeric Ratting Scale (NRS) dengan skor (1) None (Tidak ada nyeri); (2) Mild

(Nyeri ringan); (3) Moderate (Nyeri sedang); (4) Severe (Nyeri berat).

Instrument pengukuran skala nyeri Numeric Ratting Scale (NRS) telah dilakukan

uji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Nilai validitasnya skala nyeri Numeric
Ratting Scale (NRS) menunjukkan r=0,90. Sedangkan angka uji reliabilitasnya

lebij dari 0,95 dimana berdasarkan nilai konsentrasi interval rumus Alpha

Cronbach berarti reliabel dan valid digunakan.

4) Relaksasi Otot Progresif diberikan melalui video yang dibuat oleh peneliti. Video

dibuat peneliti berdasarkan standar operasional prosedur (SOP). Uji validitas dan

reabilitas menggunakan uji expert judgment yaitu validitas ini harus diuji oleh

expert judgement atau penilai ahli sesuai dengan bidangnya

G. Prosedur penelitian

1) Jenis Data

jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek yang diteliti.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang berisi

pernyataan tentang kualitas tidur, tingkat kecemasan dan intensitas nyeri

punggung bagian bawah pada ibu hamil TM 3 sebelum dan sesudah

diberikan intervensi berupa relaksasi otot progresif.

b) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sumber informasinya tidak diperoleh

langsung dari subyek yang diteliti. Sumber data sekunder pada penelitian

ini diperoleh dari data di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmudu,

Puskesmas Tlogosari Wetan dan Puskesmas Bangetayu.


2) Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a) Tahap persiapan

(1) Meminta surat izin studi pendahuluan dan konsul ahli

(2) Peneliti melakukan studi pendahuluan dan konsul ahli

(3) Peneliti mengajukan ethical clearance ke Poltekkes Kemenkes

Semarang

(4) Peneliti mengajukan surat permohonan izin survey awal dan

pengambilan data kepada Poltekkes Kemenkes Semarang. Surat ini

ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas.

(5) Peneliti memberikan surat pengantar dari DKK Kota Semarang

untuk diberikan kepada Puskesmas.

b) Tahap pelaksana

(1) Mengambil data ibu hamil TM 3 yang mengalami kecemasan,

nyeri punggung bagian bawah dan penurunan kualitas tidur di

Puskesmas

(2) Melakukan perkenalan dengan responden secara online

menggunakan WhatsApp.

(3) Peneliti memperkenalkan diri kepada responden dan menjelaskan

tujuan serta manfaat penelitian kepada responden secara online

menggunakan WhatsApp.

(4) Peneliti menjelaskan mekanisme penelitian kepada responden

secara online menggunakan WhatsApp.


(5) Meminta persetujuan pada responden sehubung perlakuan yang

akan diberikan selama 4 hari secara online menggunakan google

forms.

(6) Setelah responden setuju untuk dijadikan dalam penelitian, maka

responden disarankan untuk mengisi lembar informed consent

untuk dijadikan sebagai sebagai responden bahwa akan dilakukan

pengambilan data untuk penelitian dengan menggunakan google

forms.

(7) Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan berupa kuesioner awal

mengenai kualitas tidur, tingkat kecemasan dan intensitas nyeri

punggung bawah, serta menjelaskan pertanyaan dengan bahasa

yang mudah dimengerti oleh responden, sehingga responden dapat

menjawab pertanyaan dari peneliti. Peneliti memasukkan

responden kedalam grup WhatsApp, kemudian peneliti akan

mengirimkan link google forms kepada responden untuk

mendapatkan jawaban.

(8) Setelah peneliti mengisi lembar kuesioner sesuai dengan jawaban

responden, pada hari pertama peneliti menyiapkan instrument

penelitian serta kebutuhan yang diperlukan dengan memberikan

video relaksasi otot progresif yang dibuat oleh peneliti sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) relaksasi otot

progresif kepada responden. Penelitian ini akan dilakukan

intervensi satu kali sehari selama 4 hari dengan waktu intervensi 30

menit dan pengukuran pada setiap sebelum dan sesudah dilakukan

teknik relaksasi otot progresif.


(9) Kemudian dilakukan observasi dengan metode online

menggunakan WhatsApp untuk mengetahui kualitas tidur, tingkat

kecemasan dan intensitas nyeri punggung bawah yang dialami oleh

responden

(10) Pada hari terakhir dihitung nilai Mean atau rata-rata mengenai

kualitas tidur, tingkat kecemasan dan intensitas nyeri punggung

bawah pada responden

c) Tahap evaluasi

(1) Setelah dilakukan penelitian selama 4 hari, dilakukan perhitungan

pengukuran kualitas tidur, tingkat kecemasan dan intensitas nyeri

punggung bawah pada ibu hamil pada hari ke-5

(2) Membagikan souvenir kenang-kenangan kepada responden

(3) Menyimpulkan lembar kuesioner yang sudah diisi oleh responden,

kemudian dilakukan pengoreksian kelengkapan

(4) Data yang telah dikoreksi kelengkapannya kemudian diolah

H. Teknik pengolahan dan analisis data

1) Pengolahan data

Cara pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan tahap-tahap seperti

berikut:

a) Editing

Kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

Peneliti memeriksa kembali dan menyunting semua data yang diperoleh

melalui SOP dan kuesioner sehingga kelengkapan dan kesinambungan

data dapat dipastikan yang data kualitas tidur, tingkat kecemasan dan
intensitas nyeri punggung bawah sebelum dan setelah pemberian relaksasi

otot progresif.

b) Scoring

Tujuan dari melakukan scoring adalah untuk mempermudah tabulasi dan

proses proses analis data dengan menggunakan aplikasi SPSS.

c) Coding

Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan. Pada tahap ini, data yang telah disunting diberikan

kode sesuai dengan variabel yang diteliti agar lebih mempermudah

pemeriksaan kembali jika terdapat kesalahan. Coding juga bertujuan untuk

mempermudah klasifikasi data sesuai dengan hasil observasi yang

dilakukan di lapangan.

d) Tabulanting

Tabulating adalah langkah memasukan data hasil penelitian ditabulasikan

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

e) Cleaning

Kegiatan ini merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara

pemeriksaan kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau

tidak. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan ulang terhadap data,

pengkodean, scoring.

2) Analisa data

a) Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitan. Penelitian ini

menggunakan analisis univariat yang disajikan dalam bentuk mean,


median dan standar deviasi nilai minimal dan nilai maksimal berdasarkan

variabelnya yakni variabel mual muntah sebelum dan setelah diberikan

perlakuan.

b) Analisa bivariat

Analisa bivariate adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Untuk mengetahui pengaruh

sebelum dan sesudah pemberian intervensi terhadap kualitas tidur, tingkat

kecemasan dan intensitas nyeri punggung bawah pada ibu hamil TM 3,

tahapan yang dilakukan terlebih dahulu yaitu uji normalitas menggunakan

Shapiro-wilk karena sampel < 50 orang.

Uji normalitas dalam penelitian ini ada dua yakni:

(1) Jika data berdistribusi normal (p-value > 0,05) penelitian ini

menggunakan uji paired T test.

(2) Jika data tidak berdistribusi normal (p-value < 0,05) sehingga

penelitian ini menggunakan uji non parametric statistic yaitu

Wilcoxon.

I. Etika penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan

memperhatikan masalah etika meliputi:

1) Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent) Setelah mendapat

persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat yang dilakukannya

penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada

subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyak penelitian menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2) Tanpa nama(Anonimity)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

respondent pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian akan disajikan.

Dalam penelitian ini nama responden ditampilkan dengan menggunakan nomor.

3) Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dalam memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jadwal penelitian

1) Lokasi penelitian

Penelitian ni dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmudu, Puskesmas

Tlogosari Wetan dan Puskesmas Bangetayu

2) Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2022


DAFTAR PUSAKA

Azizah, & dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa (indomedia pustaka, Ed.).

Bobak, L. J. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (EGC, Ed.).

Faktor, B., Berhubungan, Y., Kualitas, D., Pada, T., Fakultas, M., Masyarakat, K., Diponegoro,
U., Cicik, S., Mahasiswa, S., & Epidemiologi, P. (2012). Several Factors Related to Quality
of Sleep on The Students of The Faculty of Public Health University of Diponegoro in
Semarang (Vol. 1, Issue 2). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Gildner TE. (2020). Exercise Routine Change Is Associated with Prenatal Depression Scores
During The COVID-19 Pandemic Among Pregnant Women Across the United States.

Hidayani WR. (2020). Faktor Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan COVID 19. Literature
Review. J Untuk Masy Sehat JUKMAS, 4, 34–120.

Hjermstad et a. (2011). Studies Comparing Numerical Rating Scales, Vebal rating scales
and Visual Analogue Scales for Assessment of Pain Intensity in Adult; a systematic
literature review. Journal of Pain and Symptom Management, 41 (6), 1073-1094.

Janiwarty, B. dan P. H. Z. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan Terapannya
(Rapha Publishing, Ed.).

Jenny, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Erlangga, Ed.).

Kaplan & Sadock. (2015). Synopsis Of Psychiatry: Behavioral Scienes/Cinical/Psychiatri (Elevent


Edition, Ed.).

Kusumawati, F. H. Y. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (Salemba Medika, Ed.).

Mizrak Sahin B. (2021). The Experiences of Pregnant Women During The COVID-19 Pandemic
in Turkey.

Nanny, V. (2011). Asuhan kehamilan untuk kebidanan (Asuhan kehamilan untuk kebidanan, Ed.).

Romauli, S. (2012). BukuAjar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan (Nuha
Medika, Ed.).

Setyoadi, & K. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Pasien Psikogeriatrik (Salemba
Medika, Ed.).
Smeltzer, S. C. dan B. B. G. (2010). Keperawatan Medikal-Bedah (EGC, Ed.).

Smyth, C. (2012). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).


Http://Consultgerim.Org/Uploads/File/Trythis/Trythis61.Pdf.

Soewondo Dr, A. M. L. (2016). Stres, Manajemen Stres, dan Relaksasi Progresif (PSP3, Ed.).

Sukarni, I. K. & W. P. (2013). Buku ajar keperawatan maternitas (Nuha Medika, Ed.).

Sulistyawati. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan (Salemba Medika, Ed.).

Susilo A, Rumende CM, & Pitoyo CW. (2020). Coronavirus Disease 2019. Injauan Literatur
Terkini. J Penyakit Dalam Indonesia, 7, 45–67.

Videbeck, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata Komalasari, penerjemah) (EGC, Ed.).

Wintoro, P. D., Rohmawati, W., & Sulistyowati, A. (2019). Hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur pada ibu hamil irimester III di Socokangsi Jatinom Klaten. Jurnal Riset
Kebidanan Indonesia, 3(1), 27–32. https://doi.org/10.32536/jrki.v3i1.51

Anda mungkin juga menyukai