Anda di halaman 1dari 12

Terdapat cara mengurangi stres pada ibu hamil

Upaya Pengelolaan Stres Pada Ibu Hamil

Miranda Helvira

( 2110323034 )

( 2000 )

Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu

Diny Amenike, M.Psi., Psikolog

Mafaza, S.Psi., M.Sc.

Nila Anggraeny, M. Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
Upaya Pengelolaan Stres Pada Ibu Hamil

Bedasarkan pendapat dari ( Manuaba et al., 2010) menyatakan bahwa kehamilan adalah

masa pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin yang dimulai saat konsepsi sampai

dengan persalinan. Banyaknya perubahan perubahan fisiologis saat kehamilan pada tubuh ibu

hamil sebagai suatu adapatasi maternal yakni dapat berupa perubahan fisik, fungsi organ,

perubahan sistem hormonal, metabolisme dan kondisi psikologis terkait stres prenatal.

Saat masa kehamilan ibu hamil rentan mengalami stres. Merasa stres merupakan hal yang

umum selama kehamilan sebab saat kehamilan adalah terjadi begitu banyak perubahan. Mulai

dari kehidupan keluarga ,bentuk tubuh, dan terjadinya perubahan emosi. Dalam menyambut

perubahan ini,berpeluang untuk menambah tekanan baru dalam hidupan seseorang.

Stres merupakan suatu situasi kompleks secara genetik ditentukan pola respon fisiologi

manusia terhadap situasi yang menantang. Jika pengabaian emosional terus terjadi dan adanya

respons stres konstan yang mencerminkan perbedaan dalam perilaku individu, serta perbedaan

dalam kekuatan fisik atau kondisi fisik secara umum.

Stres pada masa prenatal dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,yakni dapat berupa stres

fisik maupun stres psikososial. Stres prenatal kerap dialami oleh seluruh wanita hamil terutama

pada primigravida. Stres tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor,baik stres yang

bersumber dari luar (stresor eksternal) maupun stres yang bersumber dari dalam diri (stresor

internal) pada ibu hamil. Stres sendiri ialah suatu kondisi yang tidak nyaman (disforik) pada ibu

hamil yang didefinisikan sebagai ketidakseimbangan ibu hamil untuk merasa mampu atau

menolak dengan berbagai perubahan yang terjadi pada proses adaptasi kehamilannya (Woods et

al, 2010; Nurdin, 2014).


Pada studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics melaporkan bahwa

ibu yang mengalami stres dan tekanan emosional yang signifikan selama kehamilan lebih

cenderung memiliki bayi dengan perkembangan abnormal. Ini dapat terjadi di area utama otak

sebelum lahir.Beberapa efek stres ibu pada bayi jika stres tidak dikelola dengan baik: Stres

kronis merupakan penyumbang utama malformasi otak janin, terutama bila stres selama

kehamilan sangat parah. Gangguan ini juga dapat menimbulkan masalah perilaku dalam

melanjutkan tumbuh kembang bayi.Berat badan bayi yang rendah juga mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin.Bayi dengan berat lahir rendah lahir karena aliran darah

ke rahim berkurang.Bahkan pada tingkat yang lebih parah, hal ini dapat menyebabkan cacat pada

janin.Bayi prematur, atau ibu hamil yang sedang stres , mungkin juga mengalami masalah

plasenta Peningkatan produksi hormon (CRH) berperan dalam mengatur lama kehamilan dan

waktu yang dibutuhkan untuk memulai persalinan. Saat ibu hamil mengalami stres, kadar

hormon ini lebih tinggi dari seharusnya. sehingga melahirkan lebih awal. Kondisi ini disebut

prematuritas. Bayi kekurangan oksigen. Artinya, jika ibu stres atau terlalu banyak berpikir, suplai

oksigen ke janin akan berkurang. Hal ini karena kecemasan yang muncul saat ibu mengalami

stres merangsang tubuh memproduksi hormon stres epinefrin dan norepinefrin. Hormon ini

memengaruhi janin dan mengurangi pasokan oksigen ke rahim.

Indikator status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari angka kematian ibu (AKI) dan

angka kematian bayi ( AKB).Target Sustainable Development Goals (SDG’s) pada tahun 2030

yakni dapat mengurangi AKI hingga di bawah 70/100.000 kelahiran hidup (KH). Pada saat ini

Jumlah AKI di Jawa Tengah pada tahun 2017 berkisar 85,58/100.000 KH. Indikator status

kesehatan masyarakat dapat dilihat dari angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB).Bedasarkan Kemenkes RI (2015) hal ini merupakan suatu penurunan dibandingkan tahun

2016 yaitu 109,65/100.000 KH (21 %).

Data yang diperoleh oleh Aki pada periode Januari-Junii 2018 terdapat 122,4/100.000 KH yakni

preeklampsia berjumlah 54%, perdarahan berjumlah 31% , dan ileus berjumlah 15% . Dengan

preeklampsia sebagai penyebab tertinggi. Pada tahun 2014-2016 terjadi penurunan yang

signifikan pada preeklampia namun pada tahun 2017 terjadi peningkatan terhadap angka

preeklmapsia.

Belum diketahui pasti apa penyebab terjadinya komplikasi pada saat kehamilan yakni

preeklampsia. Menurut ( Khayati et al., 2018 ) preeklampsia pada ibu dapat menyebabkan

solusio placenta, odema paru, hemolisis, kelainan organ seperti hati dan ginjal,sedangkan pada

janin dapat mengakibatkan komplikasi intra uterine growth restriction (IUGR), oligohidramnion

dan resiko persalinan prematur.

Salah satu faktor resiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil dikarenakan tingkat stres

ibu pada saat kehamilan. Pada saat terjadinya stress tubuh akan mengaktifkan hipotalamus,

sehingga terjadi desakan pelepasan hormon adrenalin dan non adrenalin. Menurut ( Khayati et al.,

2018 ) Stres yang berkempanjangan dapat mengaktifkan hormon adrenalin dan kortisol pada

tubuh.

Menurut (Peoples, Thrower dan Danawi, 2014) stres pada ibu hamil dapat disebabkan

oleh riwayat persalinan sebelumnya. Pada penelitian menyatakan bahwa ibu memiliki tingkat

stres yang lebih tinggi,jika ibu hamil pernah mengalami trauma pada persalinan sebelumnya.

Menurut (Lilliecreutz et al., 2016) persalinan pretern adalah salah satu outcome yang disebabkan
oleh tingkat stres. Penelitian menyatakan bahwa persalinan preterm merupakan faktor resiko

yang disebabkan olej tingkat stres ibu pada saat kehamilan.

Pada setiap trimester pada ibu hamil dapat menyebabkan perubahan fisiologi.Perubahan

fisiologi ini akan terus berlangsung pada masa kehamilan yang dapat menimbulkan berbagai

pemikiran pada ibu hamil baik itu pikiran negatif maupun pemikiran positif. Selain berdampak

dalam perubahan fisiologis, kehamilan juga mengakibatkan terjadinya perubahan emosional.

Perubahan pada fisiologis dapat menyebabkan perubahan citra tubuh pada ibu hamil dan

menjadi salah satu faktor penting yang tentunya dapat memicu munculnya gejala perubahan

emosional. Menurut Grogan (2021) citra tubuh meliputi persepsi, perasaan, dan pemikiran

individu mengenai tubuh mereka yang biasanya dikonseptualisasikan sebagai penilaian terhadap

ukuran tubuh, kemudian di evaluasi terhadap kemenarikan tubuh, dan emosi yang berhubungan

dengan bentuk dan ukuran tubuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Rina Mengenai hubungan antara Emotion-Focused

Coping dan stres kehamilan, pada hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada hubungan negatif

antara emotion-focused coping dan stres kehamilan pada ibu hamil dapat diterima ( Rahmatika,

2014). Semakin tinggi tingkat emotionfocused coping yang digunakan oleh para wanita hamil

menunjukkan semakin rendah stres yang dialami, begitu pula sebaliknya.

Ketika ibu hamil terpapar stres tingkat tinggi yang menyebabkan insomnia, tekanan darah

ibu dapat meningkat, meningkatkan risiko awal kehamilan dan bahkan keguguran.Ibu yang sakit

dapat mengalami tekanan yang sangat tinggi saat melahirkan, terutama proses melahirkan yang

traumatis. , kurangnya dukungan selama kehamilan dan persalinan, misalnya terlalu muda untuk

siap menjadi seorang ibu ( fields, et al.,2007). Mungkin penyebabnya adalah perasaan. Insomnia
adalah gangguan tidur yang paling sering dilaporkan. Gangguan tidur ini dapat mengganggu

pekerjaan penderita, aktivitas sosial, dan kesehatan secara umum. Nurmiati Amir, psikiater

Rumah Sakit Ciputo Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan

insomnia diderita 10% dari total penduduk Indonesia, sekitar 28 juta orang. Dari total kejadian

insomnia, 10-15% merupakan gejala. Insomnia kronis Insomnia sementara (sementara) yang

disebabkan oleh stres situasional seperti masalah keluarga, pekerjaan atau sekolah, jet lag,

penyakit atau kehilangan orang yang dicintai.

Insomnia sementara akibat situasi stres dapat menyebabkan gangguan tidur kronis yang

dapat disebabkan oleh kekhawatiran, stres, dan kecemasan. Berdasarkan pengamatan peneliti,

jumlah ibu yang terkonfirmasi hamil di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayan Kota Manado

sebanyak 228 orang. Pengamatan peneliti terhadap 10 ibu hamil dan wawancara informal dengan

ibu didapatkan bahwa 8 ibu hamil mengalami stress dan insomnia, 1 ibu mengalami stress dan

tidak insomnia, dan 1 ibu mengalami stress dan insomnia, ternyata 10 ibu hamil tidak mengalami

stress. Dan tidak ada insomnia. Stres tingkat tinggi yang berkepanjangan dapat menyebabkan

masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Stres kehamilan

meningkatkan peluang Anda untuk melahirkan bayi prematur (lahir kurang dari 37 minggu

kehamilan) atau bayi kurus (kurang dari 5 pon, 8 ons). Bayi terlalu kecil berisiko lebih tinggi

mengalami masalah kesehatan.

Situasi stres pada wanita hamil berdampak buruk pada janin. Pada masa kehamilan,

terjadi perubahan emosional, fisik, dan sosial, dianggap sebagai masa akut dalam kehidupan

perempuan.Banyak wanita menghadapi stres, mungkin stres terbesar yang harus mereka hadapi.

Jika peristiwa stres lainnya seperti keuangan, perkawinan, masalah kelas sosial yang rendah

ditambahkan ke ini, mereka bisa mengintensifkan efeknya, yang menyebabkan hasil kehamilan
yang merugikan seperti berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, atau keguguran. Hal

tersebut juga dapat menyebabkan masalah perilaku, gangguan hiperaktif, dan defisit perhatian

selama masa kanak-kanak. Faktor ini, melalui dua mekanisme utama sistem neuro-endokrin dan

sistem imun atau vaskular, dan juga melalui perilaku kesehatan yang tidak tepat seperti merokok,

penyalahgunaan obat, dan gizi buruk, berperan dalam kejadian hasil kehamilan yang merugikan.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara stres dan kecemasan ibu

serta peningkatan tekanan darah arteri dan penurunan aliran darah ke rahim, yang dapat

mengganggu fungsi plasenta. Janin menunjukkan respons fisiologis saat terpapar Beberapa

masalah kesehatan yang disebabkan oleh stres ibu, seperti pre-eklamsia dan hipertensi terkait

kehamilan, berhubungan dengan peningkatan kadar hormon (Field et al, 2006).

Adanya peningkatan padatingkat stres, kecemasan danperasaan depresi pada

kehamilandapat mengubah parameter fisiologisyaitu peningkatan aktivitas regulasi hypothalamic

pituitary adrenal(HPA) axis. HPA adalah salah satusistem stres utama dalam tubuh manusia yang

mengatur pelepasan glukokortikoid yaitu kortisol. sedangkan sistem simpatik adrenal medullary

(SAM), regulator penting kedua pada reaktivitas stres manusia,yaitu melepaskan

katekolaminnorepinefrin (NE) dan epinefrin (E).Selama kehamilan, tingkat katekolamin telah

ditemukan meningkat pada wanita dengan stres kerja. Sedikit yang diketahui tentang

kemungkinan mekanisme mediasi, meskipun ada bukti bahwa tingkat kortisol ibu dan janin

sangatberhubungan,dan kortisol diketahui menyebabkan hambatan pertumbuhan dan mungkin

juga mempengaruhi perkembangan otak janin (Ganong, 2001).

Meskipun banyak penelitian tentang terapi relaksasi untuk mengurangi stres ibu telah

dipublikasikan, masih sedikit informasi tentang intervensi standar yang dapat digunakan untuk

menerapkan terapi ini dalam pengaturan perawatan klinis. Intervensi terapi relaksasi yang
disyaratkan oleh Standar meliputi tingkat stres, usia kehamilan, durasi relaksasi, frekuensi

relaksasi, dan karakteristik lain yang mengurangi kecemasan dan stres ibu.

Dalam sebuah studi oleh Urech et al. (2010) menemukan bahwa relaksasi selama

kehamilan (PMR dan GI) secara signifikan dapat mengurangi stres psikologis dan biologis pada

ibu hamil yang ditandai dengan penurunan tekanan darah, detak jantung, kadar kortisol, ACTH,

NE, dan E Did. Dalam sebuah studi oleh DiPietro et al. 2008) dan Urech et al. (2010)

mempresentasikan statistik kadar kortisol yang menguntungkan pada wanita hamil setelah terapi

relaksasi Studi ini menunjukkan bahwa penurunan kadar kortisol ditemukan signifikan secara

statistik sebagai indikator pengurangan stres ibu dengan menerapkan beberapa terapi relaksasi.

Salah satu upaya mengurangi stres pada ibu hamil yaitu KIH. Kelas Ibu Hamil adalah

kegiatan bagi ibu hamil yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan Mengenai kehamilan

hingga masa nifas, perawatan bayi baru lahir,dan Komplikasi yang dapat terjadi pada rentang

waktu tersebut. Pada KIH konvensional lebih berfokus pada penyampaian materi dengan

memberikan kemampuan koping dalam menghadapi periode tersebut (Mastnak, 2016).

Dengan penambahan terapi musik dan aromatherapy pada KIH diharapkan

meningkatkan koping dan menurunkan tingkat stres pada ibu hamil. Terapi musik merupakan

salah satu terapi yang digunakan untuk masalah psikologi seperti kecemasan dan stres. Terapi

musik ini dapat meningkatkan hormon endorphin sehingga ibu hamil merasa nyaman dan lebih

rileks (Chang, Lin dan Chang, 2017). Untuk dapat memaksimalkan manfaat terapi

musik.Dilakukan juga,penambahan aromatherapy sebagai alternatif terapi non farmakologi yang

bertujuan meningkatkan produksi hormon endorphin,enkephalin dan serotonin yang bertujuan

untuk menurunkan hormon kortisol dan mengontrol tekanan darah (Mirbastegan et al., 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan di Inggris dan Swedia, prevalensi stres selama

kehamilan dilaporkan masing-masing 33-37 dan 5-7 persen . Di sisi lain, koneksi tions dan

jejaring sosial mendukung orang tersebut pada saat stres, membuatnya merasa dihargai,

terkendali, dan sehat secara mental. Oleh karena itu, koneksi dan dukungan sosial selama

kehamilan memainkan peran yang sangat penting dalam kesehatan ibu dan bayi. Ada banyak

bukti yang menunjukkan peran positif dukungan sosial dalam kesehatan dan kualitas hidup

masyarakat, sementara isolasi sosial telah terbukti mengakibatkan penyakit . Banyak ahli percaya

bahwa kurangnya dukungan sosial, dengan memengaruhi kualitas hidup, dapat menyebabkan

masalah medis dan mental seperti dispnea, masalah pencernaan, dan depresi selama kehamilan

dan seterusnya.Namun, dukungan dari pasangan seksual dapat mengubah efek stres kronis pada

hasil neo natal .Faktor lain yang dapat mempengaruhi ibu hamil adalah status sosial ekonomi.

Faktor ini dapat mempengaruhi fungsi manusia secara keseluruhan seperti kesehatan mental dan

meningkatkan stres dan depresi. Meskipun upaya sebelumnya untuk meningkatkan dukungan

psikososial selama kehamilan dan seterusnya untuk wanita berisiko, stres selama kehamilan

sebagai masalah utama masih tetap ada (Lilliecreutz et al., 2016).

Dukungan psikologis yang dibutuhkan ibu hamil beserta dirinya, pasangannya, dan

lingkungan keluarganya, dapat membantu mengatasi kecemasan klien dan mencegah rasa takut

yang berlarut-larut bahwa stress dapat menyebabkan depresi dan mempengaruhi kesehatan.

kunjungan ANC. dari ibu dan janin.Wanita biasanya bereaksi lebih cepat terhadap kondisi apa

pun daripada pria. Begitu pula ibu hamil yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lebih

rentan terhadap stres. Ada beberapa cara untuk mengurangi tingkat stres selama kehamilan.

Secara khusus, ekologi fisik,emosional, mental, dan spiritual, seperti mendukung suami,
menghindari pekerjaan berisiko tinggi, melakukan yoga, berpartisipasi dalam senam hamil, dan

mengatasi stres, gunakan pendekatan yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Trisiani & Hikmawati (2016).Hubungan Kecemasan Ibu Hamil Terhadap Kejadian

Preeklampsia.JURNAL ILMIAH BIDAN, 1 (2).

Iskandar & Sofia (2019).Hubungan Stresor Psikososial Pada Kehamilan Dengan

Komplikasi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lapangan Aceh Utara. Jurnal Averrous, 5

(1).

Mediarti,et al., (2014). Pengaruh Yoga Antenatal Terhadap Pengurangan Keluhan Ibu

Hamil Trimester III. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 1 (1).

Shishehgar, et al., (2013). The Relationship of Social Support and Quality of Life with

the Level of Stress in Pregnant Women Using the PATH Model. Medical Journal.,15 (7).

Primawati, et al., (2018). Penurunan Tingkat Stres Ibu Hamil Dengan Terapi Musik Dan

Aromatherapy Pada Ibu Hamil. Jurnal Kebinan, 8 (1).

Maria & Pai, (2018). Stress Among Pregnant Women. Journal of Clinical and Diagnostic

Research, 12 (5).

Wungouw & Lolong, (2018). Hubungan Stress Dengan Kejadian Insomnia Pada Ibu

Hamil Di Puskesmas Bahu Kota Manado.Journal Keperawatan . 5 (1).

Solomons, et al., (2012). Environmental Contamination and Chronic Inflammation

Influence Human Growth Potential. .The Journal of Nutrition, 133 (1).


Hobel & Culhane, (2012). Role of Psychosocial and Nutritional Stress on Poor Pregnancy

Outcome.Journal of Nutrition,133 (5).

Anda mungkin juga menyukai