Anda di halaman 1dari 7

Laporan Dasar Ilmu Tanah

Disusun oleh:
Nama : Miranda Helvira
NIM : 205040200111150
Kelas :I

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan
dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan
pasir, debu dan liat.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah
basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi
rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:

 Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan
gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir (Sandy).
 Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir Berlempung (Loam
Sandy). 
 Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur,
maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir (Sandy Loam).
 Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk agak teguh, dan
dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung (Loam).
 Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan
dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berdebu
(Silty Loam).
 Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung
dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Debu (Silt).
 Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Lempung Berliat (Clay Loam).
 Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir (Sandy-Clay-Loam).
 Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta
dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Liat Berdebu (Sandy-silt loam).
 Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir (Sandy-
Clay).
 Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu (Silty-
Clay).
 Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan
mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat (Clay).
Tanah Alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari
horizon di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol
digambarkan adanya perubahan tekstur yang sangat pendek di kenal dalam taksonomi tanah
sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim. (Foth, 1998).

Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap dari horizon A dan
disimpan pada horizon B. Hasilnya adalah polipodeon dengan horizon-horizon yang mempunyai
tekstur yang berbeda. Macam pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan
digunakan untuk menggolongkan tanah sebagai lempung, lempung liat atau tanah liat.
(Poerwowidodo, 1991).

Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon bawah (horizon argilik)
dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah. Bila kejenuhan basa sangat tinggi maka makin ke bawah jumlahnya konstan,
sedang bila pada horizon Argilik kadarnya tidak tinggi maka jumlahnya harus bertambah makin
ke horizon bawah. Tanah ini tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik. Juga
termasuk pada tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang kejenuhan basanya kurang 35 % tetapi
pada horizon Argilik dipadatan lidah-lidah horizon albik dan kejenuhan basa bertambah makin
ke horizon bawah. (Hakim, 1986).

Perbedaan Tekstur Tanah


Kemampuan Fisik
 Liat : Dapat membentuk bola yang baik, rasa berat, melekat sekali.
 Debu : Membentuk bola yang teguh dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilat,
rasa licin sekali, agak melekat.
 Pasir : Tidak dapat membentuk bola gulungan, rasa kasar, tidak melekat, referansi air rendah,
drainase cepat jika pasir basah dominan, tergenang jika debu dominan.
Kemampuan Kimia
 Pasir : Mineral yang paling umum kuarsa (SO2), sedikit pengaruhnya terhadap sifat
kimia.
 Debu : Mineral kuarsa (SO2), Feldspar dan Mika dapat melepaskan Ca, Mg, dan K
akibat pelapukan.
 Liat : Mineral sekunder hasil pelapukan kimia mineral primer atau sintesis dan beberapa
hasil pelapukan mineral primer. 
Kemampuan Biologi
 Pasir : Ditentukan oleh komposisi bahan induk dan tingkat pelapukan.
 Debu : Ditentukan oleh komposisi mineral bahan induk dan tingkat pelapukan (mineral
primer)
 Liat : Karena ukurannya kecil antara <0,002 mm, maka liat ini ditentukan dari hasil
pelapukan batu yang berasal dari materi debu dengan perbandingan yang kecil,
Faktor yang Memengaruhi dan Dipengaruhi Oleh Tekstur Tanah 
Faktor – Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah yaitu :
1. Iklim
2. Bahan induk
3. Topografi
4. Waktu
5. Organisme
Faktor – Faktor yang dipengaruhi tekstur tanah yaitu :
1. Kemampuan tanah memegang dan menyimpan air
2. Aerasi, serta permeabilitas
3. Kapasitas tukar kation
4. Kesuburan tanah.
5. Infiltrasi
6. Laju pergerakan air (perkolasi)  

PENGERTIAN DAN
PENGARUH TEKSTUR TANAH TERHADAP FAKTOR ERODIBILITAS

Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, ditentukan berdasarkan perbandingan
butir-butir (fraksi) pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Fraksi pasir berukuran 2 mm – 50 µ (mikro)
lebih kasar dibanding debu (50 µ - 2µ) dan liat (lebih kecil dari 2 µ). Karena ukurannya yang kasar,
maka tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi pasir seperti tanah-tanah yang tergolong dalam sub-
ordo Psamment, akan melakukan air lebih cepat (kapasitas infiltrasi dan permeabiltas tinggi)
dibandingkan dengan tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi debu dan liat. Kapasitas infiltrasi dan
permeabilitas yang tinggi, serta ukuran butir yang relatif lebih besar menyebabkan tanah-tanah yang
didominasi oleh pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah. Tanah dengan
kandungan pasir halus (0,01 mm – 50 µ) tinggi juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukp tinggi, akan
tetapi jika terjadi aliran permukaan, maka butir – butir halusnya akan mudah terangkut.
Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tereosi, karena selain mempunyai ukuran
yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan (tanpa
adanya bantuan bahan perekat/pengikat), karena tidak mempunyai muatan. Berbeda dengan debu,
liat meskipun berukuran halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk
ikatan. Tanah-tanah bertekstur halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit untuk
dihancurkan. Walaupun demikian, bila kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu
menghancurkan ikatan antar partikelnya, maka akan timbul bahan sedimen tersuspensi yang mudah
untuk terangkut atau terbawa aliran permukaan.
Fraksi halus (dalam bentuk tersuspensi) juga dapat menyumbat pori-pori tanah di lapisan
permukaan. Akibatnya infiltrasi akan menurun sehingga aliran permukaan akan meningkat. Aka
tetapi, jikan tanah demikian mempunyai agregat yang mantap, yakni tidak mudah terdispersi, maka
penyerapan air ke dalam tanah masih cukup besar, sehingga aliran permukaan dan erosi menjadi
relatif tidak berbahaya (Arsyad, 2000). Salah satu contohnya ditunjukkan oleh tanah didaerah Tepus
dan Laksanha, Kecematan Sumberjaya, Lampung Barat; rata-rata kandungan fraksi halus pada
tanah Tepus dan Laksana > 70%, karena struktur tanahnya tergolong sangat mantap, maka erosi
yang terjadi < 2 t ha-1, dengan rata-rata aliran permukaan < 1,5% dari curah hujan efektif
(Dairah, 2004).
Pengaruh dan hubungan sifat-sifat bahan induk dengan sifat-sifat tanah terlihat jelas pada tanah-
tanah di daerah kering, atau pada tanah-tanah muda yang belum banyak berkembang. Di daerah
yang lebih basah atau pada tanah-tanah yang sudah berkembang lanjut, hubungan antara sifat
bahan induk dan sifat-sifat tanah menjadi kurang jelas. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pada
tanah-tanah yang sudah berkembang lanjut, pengaruh sifat-sifat bahan induk menjadi hilang
(Hardjowigeno, 1993). Selanjutnya disebutkan pengaruh bahn induk terhadap sifat-sifat tanah
diantaranya adalah :
 Tekstur bahan induk mempunyai pengaruh langsung terhadap tekstur tanah muda. Bahan
induk pasir menghasilkan tanah muda yang berpasir juga.
 Tekstur yang dipengaruhi mineral yang sukar lapuk seperti pasir kuarsa, tetap terlihat (atau
berpengaruh) pada tanah-tanah tua.
 Bahan induk dengan tekstur halus membentuk tanah dengan kandungan bahan organik
lebih tinggi daripada bahan induk yang bertekstur kasar. Pada bahan induk yang bertekstur
halus, air tersedia tinggi, tanaman dapat tumbuh baik, sehingga banyak tambahan bahan
organik.
 Kalau tekstur bahan induk terlalu halus, dengan kadar liat relatif tinggi, maka permeabilitas
tanah menjadi sangat lambat, yang berakibat pencucian dan pemindahan koloid tanah menjadi
terhambat, sehingga terbentuk tanah dengan solum yang tipis. Apabila bahan induk seperti ini
terdapat pada daerah berlereng, karena permeabilitas tanahnya lambat, maka limpasan/ aliran
permukaan akan meningkat, sehingga erosi cukup besar dan terbentuklah tanah bersolum
tipis.
 Bahan induk jenis mafik (yang banyak mengadung basa-basa) dapat menyebabkan
pembentukan mineral liat smektit/montmorillonit. Pada wilayah bercurah hujan rendah, smektit/
montmorillonit dapat juga terbentuk pada bahan induk felsik (dengan kandungan basa-basa
rendah). Kalau bahan induk felsik banyak mengadung mineral mika, dapat terbentuk mineral
ilit. Terbentuknya mineral liat lain, seperti kaolinit, lebih banyak dipengaruhi oleh besarnya
curah hujan.

Pada prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah : 1). Sifat-
sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air, dan
2). Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi, dan pengikisan
oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan. Sifat tanah tersebut mencakup tekstur, struktur,
bahan organik, kedalaman tanah, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah (Morgan,
1979;Arsyad, 2000).  Secara umum tanah dengan dengan kandungan tekstur (perbandingan
kandungan partikel penyusun tanah) debu tinggi, liat rendah, dan bahan organik rendah adalah yang
paling mudah tererosi (Wischmeier dan Mannering, 1969). 

----------------------------- 
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi Institut
Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.
Dariah A. 2004. Tingkat Erosi dan Kualitas Tanah pada Lahan Usahatani Berbasis Kopi di
Sumberjaya, Lampung Barat. Disertasi S3. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 
Hardjowigeno, S.  1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Pertama. Akademi
Pressindo, Jakarta. 
Wischmeier, W.H., and J.V. Mannering. 1969. Relation of soil properties to its erodibility. Soil
Sci. Am.Proc. 33: 131-137

Anda mungkin juga menyukai