Anda di halaman 1dari 10

Kehamilan menimbulkan suatu perubahan fisiologis pada seluruh sistem organ ibu

hamil. Sebagian besar perubahan yang terjadi pada tubuh ibu bersifat sementara dan

disebabkan oleh kerja hormonal. Kerja hormonal menimbulkan perubahan pada uterus,

vagina, payudara, saluran kemih, saluran cerna, saluran napas, rangka dan persendian,

metabolisme tubuh, kardiovaskular, dan kulit. Salah satu perubahan kulit terlihat pada

permukaan kulit yang menjadi sangat meregang. Selain itu, peningkatan sekresi hormon

pada korteks adrenal menyebabkan serabut kolagen kulit mengalami rupture yang disebut
(1)
.
striae gravidarum

Striae gravidarum yang dikenal juga dengan sebutan Stretch marks merupakan salah

satu ketidaknyamanan dalam kehamilan. Stretch mark yaitu perubahan anatomi fisiologi

pada kehamilan yang bisa terjadi di daerah perut, payudara dan juga paha. Sering kali

juga tanda stretch mark ini dijumpai di daerah aerola ataupun vagina yang akan
(2)
mengalami hiperpigmentasi

Etiologi striae gravidarum hingga saat ini masih belum diketahui. Beberapa teori

mengaitkan striae gravidarum dengan pengaruh hormonal, perubahan berat badan ibu,
(1)
.
peregangan dan peningkatan lingkar abdomen dan faktor genetic Faktor resiko striae

gravidarum adalah usia yang terlalu muda, berat badan sebelum kehamilan tinggi, indeks

massa tubuh, berat badan kehamilan lebih tinggi, kulit Fitzpatrick tipe I dan IV, serta
(3)
kurangnya aktivitas Cara pencegahannya secara pasti belum ditemukan, selain hanya

dengan ditemukan kemungkinan olahraga, nutrisi dan cairan yang adekuat di dalam tubuh

dapat mencegah kejadian striae gravidarum.

Striae gravidarum paling banyak terjadi pada kehamilan pertama dan 43%
(1)
muncul setelah usia gestasi 24 minggu Pada minggu ke-18 sampai 32 terjadi

overdistance dinding abdomen dan striae gravidarum sangat berhubungan dengan

hormon relaksin. Sekresi relaksin tersebut akan ditingkatkan oleh human chorionic
gonadotropin. Sekresi hormon ini akan menurun setelah minggu ke- 24 sehingga risiko
(1)
munculnya striae gravidarum menjadi lebih tinggi

Striae gravidarum merupakan masalah yang cukup serius karena prevalensinya


(4)
mencapai 50% hingga 90%, bahkan di India angka kejadiannya sekitar 77%

menjadikan ini sebagai salah satu komplikasi kulit yang paling banyak terjadi karena
(5)
secara fisiologis respon hormon menyebabkan pecahnya serat kolagen Gejala awal

dimulai sebagai garis eritematosa atau lesi violaceous, dengan bertambahnya waktu tanda

ini menjadi pucat, atrofi, dan longgar karena elastisitas kulit berkurang. Secara umum

tidak mempengaruhi fungsi tubuh namun sangat mengganggu karena bekas luka dapat
(5)
menyebabkan gatal, rasa panas dan kering

Striae gravidarum tidak menimbulkan risiko kesehatan fisik secara langsung tetapi

berkaitan dengan kualitas kehidupan ibu hamil. Dampak penting yang dapat ditimbulkan

adalah penurunan kepercayaan diri. Striae gravidarum menimbulkan sensasi gatal, panas,

dan kering serta tekanan emosional yang permanen, tetapi hal ini sering dianggap hanya
(1)
sebagai gangguan kosmetik sehingga diabaikan secara klinis

Adanya rasa ketidakpuasan terhadap perubahan tubuh selama kehamilan, sering ibu

merasa cemas dan depresi menghadapi perubahan tersebut. Gold Field menyatakan hasil

penelitiannya bahwa seorang wanita yang merasa tidak puas dengan tubuhnya

menunjukkan adanya gejala depresi yang lebih berat, seperti anhedonia dan harga diri

negatif. Penelitian serupa Markland (2011) juga mengatakan, bahwa investasi

disfungsional citra tubuh (body image) dapat merusak kesejahteraan pada psikologis

wanita. Penelitian Hapisah (2012) menunjukkan, bahwa prevalensi ibu hamil dengan

gangguan depresi akibat body image sebanyak 7%-25%. Hal ini terjadi dalam tahapan

kehamilan trimester I (7,4%), trimester II (12,3%) dan pada trimester III (12,0%).
Prevalensi depresi pada ibu hamil lebih tinggi terjadi pada usia kehamilan 32 minggu
(7)
13,5%

World Health Organization (WHO) menyebutkan, antara 10-15% ibu menjalani masa

perinatal (saat hamil hingga setahun setelah melahirkan mengalami depresi.

Kekhawatiran dan kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan

membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin.
(8)
Kondisi psikologis ibu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Salah satu

kecemasan ibu hamil adalah kekhawatiran terhadap kondisi kulit yang mengalami striae

gravidarum. Rasa tidak percaya diri dengan guratan-guratan di kulit yang 4 tidak elok,

ditambah ketidaknyamanan akibat rasa gatal dan panas dapat semakin memperburuk
(9)
psikologis ibu

Menurut WHO (World Healt Organization) jumlah ibu hamil pada tahun 2018

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 5% atau sekitar 300.990

dengan angka kejadian yang mengalami Strech Mark sebanyak 66% atau 198.800 pada

masa kehamilan (WHO, 2019). Menurut Depkes (2015) kejadian stretch mark di

Indonesia masih cukup banyak. Kejadian stretch mark di Indonesia terjadi sebanyak 95%,

dengan tingkatan bervariasi karena masih minimnya edukasi kesehatan bagi wanita yang

sedang hamil sehingga kurang tepat dalam melakukan penanganan striae gravidarum.
(6)
Sampai sekarang belum ada program pemerintah untuk mengatasi striae gravidarum

Klinik Lily Srikandi Medika Kabupaten Kudus memiliki jumlah ibu hamil yang tinggi

dari periode 2019 yaitu sebanyak 998 orang ibu hamil, periode 2020 yaitu sebanyak 1.112

orang ibu hamil, periode 2021 sebanyak 1.125 orang ibu hamil, dan data terbaru dari

bulan Januari- November 2022 sebanyak 875 orang ibu hamil.

Hasil wawancara dengan bidan di Klinik Lily Srikandi Medika Kabupaten Kudus,

didapatkan jika bidan sering menemukan ibu hamil dengan keluhan striae gravidarum
pada ibu hamil yang memeriksakan diri di Klinik Lily Srikandi Medika Kabupaten

Kudus, dan bidan mengatakan jika selama ini belum ada intervensi langsung yang

diberikan untuk menangani keluhan tersebut. Studi pendahuluan yang dilakukan dengan

10 ibu hamil yang memiliki striae gravidarum, 1 diantaranya mengatakan jika bisa

menerima kejadian striae gravidarum pada dirinya karena berpendapat perubahan

tersebut adalah hal yang pasti dialami oleh ibu hamil, selama yang terpenting janinnya

sehat tidak jadi masalah. 9 dari 10 ibu hamil primigravida yang diwawancara oleh peneliti

mengatakan sangat tidak nyaman dengan striae gravidarum yang dialami. Rata-rata ibu

mengeluh tidak tahan karena rasa gatal yang menganggu dan kurang percaya diri dengan

penampilan kulitnya yang tidak lagi mulus seperti sebelum hamil, ini adalah akibat

adanya striae gravidarum yang membuat kulitnya tampak tidak indah, terlebih bila dilihat

suami.

Striae gravidarum tidak menimbulkan risiko kesehatan fisik secara langsung tetapi

berkaitan dengan kualitas kehidupan ibu hamil. Dampak penting yang dapat ditimbulkan

adalah penurunan kepercayaan diri. Striae gravidarum menimbulkan sensasi gatal, panas,

dan kering serta tekanan emosional yang permanen. Akan tetapi, hal ini sering dianggap
(1)
hanya sebagai gangguan kosmetik sehingga diabaikan secara klinis

Faktor utama penyebab striae gravidarum secara pasti belum diketahui, namun

beberapa penelitian telah memberikan bukti tentang penyebabnya. Sebuah studi yang

dilakukan oleh Ersoy et al dalam Journal of Chinese Medical Association, pada 211

wanita hamil di bulan Agustus 2013 s/d Oktober 2013 menunjukkan bahwa 80%

dipengaruhi oleh faktor genetik, kelahiran bayi laki-laki, tingkat pendidikan rendah, usia

muda, indeks massa tubuh pra-hamil dan post-hamil yang tinggi, lingkar perut yang

besar, rasio yang sangat besar dari ukuran lingkar perut, dan peningkatan berat badan.

Bukti terbaru menunjukkan faktor ekstensibilitas, elastisitas dan ruptur dermis


berhubungan erat dengan kadar air sel dermis dan epidermis, maka untuk mengatasinya

dibutuhkan krim yang dapat meningkatkan hidrasi dan elastisitas kulit sehingga kulit
(10)
menjadi lembab dan dapat memberikan efek yang lebih signifikan

Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan selama kehamilan karena perubahan

yang terjadi seperti munculnya striae gravidarum adalah dengan cara mengurangi

keparahan terjadinya striae gravidarum. Penanganan striae gravidarum biasanya dengan


(1)
menggunakan emolien, antipruritik dan terapi laser untuk hasil yang instan . Striae

gravidarum dapat dicegah atau dikurangi dengan terapi herbal pengolesan yang

mengandung hydroxiprolisilane C, vitamin E, minyak (Wollina and Goldman, 2017)

minyak zaitun (Amelia, 2016 dalam jurnal Widia, 2020), kunyit (Eline Charla Sabatina

Bingan, 2018) (Syahroni Damaik, 2021), dan daun centella asiatica (Mariana Isir, 2021)

(Indria Nuraini dan Asti Rahayu 2021).

Pentingnya krim berbahan dasar herbal yang efektif dan aman sangat dibutuhkan

karena penggunaan krim tretinoin topical saat ini, memang memberikan bukti yang

signifikan namun keamanannya masih menjadi kontroversi. Sebuah studi literatur

melaporkan adanya kejadian lahir cacat terkait dengan penggunaannya karena dapat

mempengaruhi embrio retinoid. Studi meta analisis yang melibatkan 654 wanita hamil

yang terpapar retinoid topikal, dan 1.375 wanita grup kontrol yang tidak terpapar,

memberikan hasil yang bertolak belakang, melaporkan tidak ada kejadian cacat bawaan,

aborsi spontan, berat badan lahir rendah dan prematuritas pada kelompok terpapar,

sehingga penggunaan retinoid topikalselama kehamilan diperbolehkan. Rekomendasi

terbaru, sebaiknya penggunaan krim tretinoin topical tidak digunakan pada ibu hamil dan
(11)
ibu menyusui

Terapi herbal merupakan salah satu metode pengobatan komplementer dan alternatif,

lebih disukai karena komplikasinya lebih sedikit dan biaya lebih murah dibandingkan
dengan prosedur invasif seperti terapi laser dan bedah kosmetik. Striae gravidarum dapat

dicegah atau dikurangi dengan terapi herbal pengolesan yang mengandung

hydroxiprolisilane C, vitamin E, minyak (Wollina and Goldman, 2017) minyak zaitun

(Amelia, 2016 dalam jurnal Widia, 2020), kunyit (Eline Charla Sabatina Bingan, 2018)

(Syahroni Damaik, 2021), dan daun centella asiatica (Mariana Isir, 2021) (Indria Nuraini

dan Asti Rahayu 2021)

Kunyit (Curcuma Domestica) merupakan tanaman rempah tropis yang banyak

digunakan pada pengobatan herbal di Asia sejak ratusan tahun yang lalu. Menurut

Wikipedia kunyit mengandung senyawa berkhasiat obat yang disebut kurkuminoid, terdiri

dari kurkumin dan desmetoksikumin. Kunyit yang cukup tinggi kandungan Vitamin C,

oleh karena itu tumbuhan ini sering sekali dimanfaatkan untuk mengobati berbagai

penyakit. Selain itu kunyit mengandung bahan antiseptik yang cocok untuk mencegah
(12)
peradangan pada luka, dapat mengobati gatal, dan mencerahkan warna kulit

Hampir semua kandungan Kunyit dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.

Manfaat kandungan Vitamin C yang terdapat dalam Kunyit dapat membantu peningkatan

proliferasi sel endotelial, stimulasi sintesis Kolagen Tipe IV, degradasi oksidasi LDL,

menghambat Aterosklerosis, dan stress intraselular dengan memelihara Kadar Α-

Tocopherol pada Eritrosit dan Neuron, serta melindungi Hepatosit dari stress oksidatif

akibat paparan Alkohol Alil. Kandungan Kunyit tersebut yang dapat diberikan sebagai
(13)
terapi pada bagian jaringan dermal yang rusak

Penelitian yang dilakukan oleh Thomas pada tahun 2020 menyatakan bahwa

pemberian terapi dengan memberikan salah satu garam asam yang terdiri dari garam asam

L-Pirolidon Carboxylic Acid, Asam Klorida, Asam Askorbat (Vitamin C), Asam

Glukonat, dan Asam Sulfat dapat merangsang migrasi dan proliferasi sel, serta

merangsang sintesis Endogen maupun deposisi Elastin dalam jaringan sehingga efektif
dalam merangsang potensi regeneratif dari komponen matriks ekstra seluler dari kulit

untuk mencegah terjadinya Striae pada jaringan kulit

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syahroni Damanik pada tahun 2021 dengan

judul Pemberian Salep Kunyit Dapat Mengurangi Striae gravidarum Pada Ibu Nifas

menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian salep kunyit dalam pengurangan striae

gravidarum.

Penelitian tentang aktivitas anti peradangan oleh kunyit telah dipublikasikan.

Aktivitas farmakologi kurkumin sebagai zat anti peradangan telah diuji oleh Srimal dan

Dhawan, dalam studi tersebut senyawa kurkumin efektif pada model peradangan akut dan

kronis. Ekstrak kunyit terlihat memiliki sifat antioksidan. Ekstrak kunyit menggambarkan

aktivitas antioksi dan turmerin, protein yang hadir dalam rimpang kunyit. Ekstrak kunyit
(17)
juga memiliki efek anti-inflamasi dengan sifat yang mirip dengan hidrokortison

Bukti ilmiah menunjukkan tumbuhan daun pegagan atau centella asiatica yang

termasuk dalam keluarga apiaceae merupakan tumbuhan hijau liar yang tumbuh subur di

lahan basah dengan bau aromatik, berasal dari India dan Asia Tenggara, dapat digunakan

sebagai bahan obat, salad dan minuman sehat, bukan saja di Indonesia namun di Vietnam,

Thailand, Cina, India dan Bangladesh telah menjadikan tumbuhan ini untuk pengobatan

uretritis, penyembuhan luka, revitalisasi saraf dan sel-sel otak, bisul, kusta, penyakit kulit,

asma, sakit tubuh, bronkitis, kaki gajah, eksim, gelisah, katarak, masalah mata serta diare
(14)
pada anak-anak

Manfaat lainnya yaitu dapat digunakan untuk mengatasi striae gravidarum, hal ini

didasarkan pada sebuah studi literature revieuw yang dilakukan oleh Fahranik et al tahun

2017, menunjukkan dari beberapa metode yang digunakan krim ekstrak centella asiatica

(cream trofolastin) secara signifikan jauh lebih baik, jika digunakan 2 x sehari (pagi dan

sore) setelah mandi mulai usia kehamilan 12 minggu sampai menjelang persalinan karena
dapat meningkat produksi kolagen dan mengelastiskan serat kulit, dibandingkan
(15)
penggunaan asam hialuronat, terapi tusuk jarum dan pijat harian

Daun pegagan mengandung senyawa aktif diantaranya triterpenoid saponin meliputi

asiaticoside, centelloside, madecassoside dan Asiatic acid. Kandungan asiaticoside

merupakan senyawa mayor sekitar 84% dalam ekstrak air, memiliki fungsi untuk

menginduksi sintesis kolagen tipe I dalam fibroblast dengan fosforilasi Smad 2 dan Smad

3, juga mengikat Smad 3 dan Smad 4 sehingga dapat gunakan untuk menyembuhkan

striae. Bahan unggul ektrak daun pegagan diharapkan dapat berfungsi untuk

melembabkan kulit sekaligus menginduksi kolagen sehingga kulit menjadi elastis


(16)
sehingga dapat mencegah dan mengobati striae gravidarum

Tiga golongan senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun centella asiatica

(triterpenoid, steroid, dan saponin) dapat membantu menginduksi sintesis kolagen tipe I

dalam fibroblast, menghambat penghancuran dermis dan merangsang pembentukan

kolagen serta melancarkan sirkulasi darah sehingga kulit akan elastis. Terjadinya

pembesaran uterus saat hamil menyebabkan kulit akan meregang sehingga pada saat ini di

butuhkan keelastisan kulit yang baik agar kulit tidak terjadi keretakan. Hasil uji gel

ekstrak daun pegagan dengan formulasi 10% secara signifikan mampu membantu

mengatasi dan menyamarkan striae untuk itu dapat menjadi rekomendasi baru di dunia

kebidanan (Adyani 2020).

Triterpenoid yang terkandung dalam pegagan merupakan komponen yang

bertanggung jawab membantu penyembuhan luka (Bonte et al., 1994; Wichtl, 2004).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa triterpenoid memperkuat jaringan kulit,

memberikan efek antioksidan pada luka dan meningkatkan suplai darah ke area luka.

Berdasarkan penemuan tersebut, pegagan telah banyak diaplikasikan secara topikal ke


kulit untuk luka bakar ringan, psoriasis, mencegah bekas luka setelah operasi, dan

mencegah atau mengurangi stretch mark (Ehrlich, 2010).

Bylka, dkk (2013), daun pegagan memiliki kandungan triterpen yang mampu

meningkatkan metabolism lisin, prolin dan asam amino yang berfungsi sebagai

pembentuk kolagen. Senyawa yang terkandung dalam pegagan mampu meningkatkan

sintesis tropokolagen dan mukopolisakarida, sehingga pegagan mampu mengembalikan

elastisitas dan kekencangan kulit (Indria & Rahayu, 2021)

Hasil penelitian diatas setara dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Indria dimana penelitian tersebut membuat lotion ektrak Centella asiatica untuk

membantu memudarkan sterch mark pada ibu nifas dan hasil penelitian yang dilakukan

dengan metode eksperimen membuktikan bahwa terdapat perbedaan keadaan Stretch

Mark sebelum dan sesudah diberikan lotion ektrak Centella asiatica(Indria & Rahayu,

2021). Daun pegagan mengandung Sodium Lauril Sulfat (SLS), yang berfungsi untuk

membersihkan kotoran dan kandungan Gliseril bermanfaat untuk melembabkan(Sari &

Diana, 2019). Stretch Mark dapat diatasi dengan meningkatkan jumlah kolagen dan

elastin pada kulit, dengan pemberian terapi topikal pada Stretch Mark yang bermanfaat

untuk memperbaiki pigmentasi pada kulit serta tekstur dari Stretch Mark (Ud-Din et al.,

2016)

Penelitian Eline pada tahun 2016, menyatakan jika pemberian selep kunyit 12%

kepada ibu hamil trimester II dapat mengurangi garis striae gravidarum, tetapi tidak

dapat mengurangi warna striae gravidarum dan Penelitian yang dilakukan Indira 2021,

menyatakan lotion ektrak pegagan (Centella Asiatica) efektif mengurang kulit pigmentasi

dan garis-garis pada stretch marks, meningkatkan kelembapan kulit, dan menghalukan

tektur kulit, sehingga peneliti ingin melakukan kombinasi kunyit dan daun centella

asiatica terhadap stretch marks.


Berdasarkan beberapa evidence based kebidanan melalui penelitian-penelitian yang

dilakukan maka pemberian kunyit dan daun centella asiatica dapat menjadi pilihan

terhadap Stretch marks pada ibu hamil. Namun, belum ada penelitian yang

mengaplikasikan dalam bentuk sediaana gel kombinasi kunyit dan daun centella asiatica,

sehingga perlu untuk meningkatkan efektivitas pengobatan anti-inflamasi itu sendiri

terhadap stretch mark pada ibu hamil, maka peneliti ingin modifikasi membuat suatu

inovasi baru yaitu membuat gel kombinasi kunyit dan daun centella asiatica terhadap

stretch mark. Gel memiliki potensi lebih baik sebagai sarana untuk mengelola obat topical

dibandingkan dengan metode bubuk dan seleb, karena tekturnya yang tidak lengket,

memerlukan energi yang tidak besar untuk formulasi, stabil dan mempunyai estetika yang
(19)
bagus

Menurut Resa Handayani (2018) mengatakan bahwa sistem pengirman obat secara

topical (melalui kulit) merupakan salah satu konsep yang menjanjikan karena kulit mudah

untuk diakses, keuntungan sediaan gel yaitu kemampuan penyebarannya pada kulit baik,

tidak meninggalkan lapisan minyak pada kulit dan memberikan efek dingin ketika di

aplikasikan pada permukaan kulit.

Berdasarkan uraian latar belakang dan dalam rangka mengendalikan permasalahan

tersebut, maka, peneliti tertarik melakukan penelitian “Pengaruh Pemakaian Gel

Kombinasi Kunyit Dan Daun Centella asiatica Terhadap Strerch Marks Pada Ibu Hamil

Primigravida di Klinik Lily Srikandi Medika Kabupaten Kudus” diharapkan ibu hamil

nyaman menggunakan gel kombinasi kunyit dan centella asiatica terhadap stretch mark.

ALASAN KOMBINASI

Anda mungkin juga menyukai