Anda di halaman 1dari 55

PENGARUH VIRGIN COCONUT OIL (VCO)TERHADAP

PERUBAHAN STRETCHMARK PADA IBU NIFAS DI KLINIK


BERSALIN SAYANG BUNDA
TAHUN 2024

Oleh :
Aprina Wulandari
PO71241230461

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan mengefektivitasi tubuh ibu secara keseluruhan dengan

menimbulkan perubahan fisiologis yang pada hakikatnya terjadi di seluruh

sistem organ. Sebagian besar perubahan pada tubuh ibu bersifat temporer

dan disebabkan oleh kerja hormonal. Kerja hormonal selanjutnya

berdampak pada uterus, vagina, payudara, traktus urinarius, traktus

alimentarius, traktus respiratorius, skeleton dan persendian, metabolisme,

kardiovaskuler, serta pada kulit. Adanya perubahan pada kulit, yaitu

nampak permukaan kulit yang sangat teregang serta peningkatan sekresi

hormon pada korteks adrenal akibat kehamilan mengakibatkan serabut

kolagen mengalami ruptur, ruptur inilah yang kemudian disebut

Stretchmark (Suhartono, 2018:91).

Prevalensi ibu hamil dengan Stretchmark secara umum berkisar 50-

90%. Stretchmark memberikan rasa gatal, panas, dan kering, serta

gangguan emosional, sehingga menjadikan masalah kepercayaan diri yang

serius (Sharon, 2019:6 ) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Uddin SS dan Asimas terhadap 80 sampel ibu hamil di Pakistan tahun

2018 didapatkan berbagai perubahan-perubahan kulit fisiologis selama

kehamilan, mayoritas adalah perubahan pigmentasi (70 %), linea nigra

(54,3%), dan Stretchmark (51, 9%). Etiologi Stretchmark belum diketahui,

predisposisinya antara lain hormonal, elastisitas kulit, serta peregangan

1
2

mekanik. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya metode efektif untuk

melindungi atau mengobati Stretchmark (Suhartono, 2018:91).

Stretchmark lebih umum berkembang pada wanita berkulit tidak

putih atau ras non white. Frekuensi striae gravidraum pada wanita berkulit

putih di Inggris sebanyak 53%. Frekuensi wanita ras Lebanon yang

mengalami perkembangan Stretchmark sebanyak 61%,5 wanita hamil

Thailand 98 yang mengalami perkembangan Stretchmark sebanyak 77,9%

dan di Indonesia sendiri sebanyak 88.2% ibu hamil mengalami

perkembangan Stretchmark (Sinta, 2018: 96-104).

Stretchmark yang timbul karena kehamilan masih banyak terjadi di

negara berkembang, salah satunya Indonesia yaitu mencapai angka 95%

dengan grade atau tingkatan yang bervariasi. Di Indonesia banyak terjadi

hal demikian karena masih minimnya edukasi kesehatan bagi wanita yang

sedang hamil sehingga mereka kurang tepat dalam melakukan penanganan

pada striae gravidarum. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia

tahun 2019, jumlah ibu hamil yang ada di provinsi Jambi pada tahun 2019

yaitu sebanyak 186.372 jiwa atau sebesar 4,8 % dan yang mengalami strie

gravidarum ada sebanyak 5.355 orang atau 59,8% (BKKBN, 2019:89).

Stretchmark dapat berdampak negative pada tingkat kepercayaan

diri ibu serta meningkatkan kekhawatiran dan menimbulkan masalah kulit

seperti mudah memar, merasa gatal di bagian perut, rasa gatal dan jika

digaruk akan menimbulkan luka, iritasi kulit, regenerasi kulit yang

terganggu, kulit kasar dan kering, kulit yang menipis, serta ibu akan

merasa tidak percaya diri dengan adanya stretchmark di bagian perut ibu
3

dan dapat mempengaruhi faktor psikologisnya yaitu menyebabkan

ketidaknyamanan dan kurang percaya diri akibat dari adanya stretchmark

(Lidia 2020:88).

Stretchmark dalam masyarakat sering disebut dengan istilah garis

kehamilan, merupakan salah satu permasalahan yang membuat wanita

hamil merasa minder terhadap perubahan fisik pada perut, paha, pantat dan

payudara. Pada tempat-tempat tersebut muncul garis yang tidak beraturan.

Garis tersebut ada tiga macam yaitu kategori I berwarna merah muda,

kategori II berwarna merah tua, kategori III berwarna ungu dan garis

setiap orang itu berbea-beda. Hal tersebut menimbulkan kurangnya

kolagen pada tubuh yang sangat membantu elastisitas kulit terutama

lapisan dermis sehingga mengakibatkan renggangnya kulit, berkurangnya

vitamin A, C dan E (Varney, 2017:105).

Terjadinya Stretchmark sangat berefektivitas dengan lapisan dermis

(kulit), sebab lapisan ini bertugas untuk mendukung kulit dan menjaganya

agar tetap mulus. Dermis juga menjadi rumah bagi pembuluh darah yang

mengangkut nutrisi untuk sel-sel kulit. Lapisan dermis terbuat dari

jaringan elastis yang membuat kulit mampu meregang sesuai kebutuhan

tubuh. Tapi bila tubuh semakin membesar dalam waktu yang singkat,

seperti saat hamil, serat ini akan melemah dan akhirnya pecah akibat kulit

yang menipis. Oleh karena itu, munculnya Stretchmark ditandai dengan

menyebarnya pembuluh darah melalui lapisan dermis (kulit) ke lapisan

kulit epidermis yang menipis (Elvariny, 2018:56).


4

Dalam bahasa medis stretchmark juga disebut striae gravidarum

dimana stretchmark ini dapat terjadi pada masa kehamilan karena

peregangan pada kulit akibat pembesaran rahim, namun Stretchmark tidak

hilang dengan mudah hingga berlanjut pada masa nifas sehingga dapat

disebut dengan stretchmark (Eka, 2022:2).

Dalam mengatasi stretchmark akibat kehamilan yaitu

menggunakan Produk-produk perawatan kulit yang beredar dipasaran

hingga saat ini banyak menggunakan minyak mineral (white oil) sebagai

bahan utama untuk fase minyak yang dapat berfungsi sebagai pelembut

(emollient). Minyak mineral merupakan parafin cair hasil produk samping

pengolahan minyak bumi untukbahan bakar. Alternatif lain pengganti

minyak mineral pada sediaan produk perawatan kulit adalah dengan

memanfaatkan minyak yang dapat diekstrak dari tumbuhan atau minyak

nabati (Rahmanto et al.,2018:89).

Virgin Coconut Oil (VCO)merupakan produk olahan yang terbuat

dari daging kelapa segar yang diolah pada suhu rendah atau tanpa melalui

pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat

dipertahankan (Tanasale, 2018:45). Kandungan asam lemak (terutama

asam laurat dan oleat) dalam Virgin Coconut Oil, memiliki sifat yang

melembutkan kulit.Selain itu Virgin Coconut Oil (VCO)digunakan untuk

mencegah terjadinya penguapan airpada kulit dan juga berfungsi untuk

menjaga kelembaban dan menghaluskan kulit (Sihombing et al.,2016:58).

Hasil penelitian Claudia (2019) Pengaruh Pemberian Virgin

Coconut Oil (VCO)(VCO) Dan Ekstrak Kentang (Solanum tuberosum L.)


5

Terhadap Pemudaran Strecth Mark Pada Ibu Nifas. Hasil penelitian ini

didapatkan rata-rata diberikan kelompok 1 adalah 0.000, kelompok 2

adalah 0,000 kelompok 3 adalah 0.000 dan hasil p value 0,001 artinya ada

pengaruh VCO dan ekstrak kentang dalam pemudaran stretch mark.

Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa pengaruh VCO dan

ekstrak kentang terhadap pada stretchmark lebih banyak dari pada VCO

dan ekstrak kentang saja.

Penelitian ini dilakukan di Klinik sayang bunda di Desa Butang

Baru Kecamatan Mandiangin Timur Kabupaten Sarolangun Jambi, klinik

sayang bunda merupakan salah satu klinik terbaik dan terbesar di desa

Butang Baru kecamatan mandiangin timur dengan jumlah persalinan yg

paling banyak. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan selama satu

bulan terhadap 10 ibu nifas didapatkan semua ibu nifas mengalami

stretchmark, dari keterangan ibu nifas selama kehamilan ibu tidak

melakukan perawatan kulit karena tidak tau bagaimana cara melakukan

perawatan kulit untuk memudarkan stretchmark. Dari hasil percobaan

awal ibu nifas yang diberikan Vigin Coconut Oil (VCO) yang dilakukan

selama 14 hari didapatkan 8 ibu nifas mengatakan mengalami perubahan

warna dan tekstur kulit menjadi lebih lembut dari sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO)terhadap

perubahan stretchmark pada ibu nifas di Klinik Bersalin Sayang Bunda

Tahun 2024.
6

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih banyaknya

ibu nifas yang mengalami masalah stretchmark salah datu produk yang

dapat memudarkan stretchmark yaitu Virgin Coconut Oil. Maka

pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran stretchmark sebelum diberikan Virgin Coconut

Oil (VCO)pada ibu nifas di Klinik Bersalin Sayang Bunda Tahun

2024?

2. Bagaimana gambaran stretchmark setelah diberikan Virgin Coconut

Oil (VCO)pada ibu nifas di Klinik Bersalin Sayang Bunda Tahun

2024?

3. Bagaimana pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO)terhadap perubahan

stretchmark pada ibu nifas di Klinik Bersalin Sayang Bunda Tahun

2024?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO)(VCO)

terhadap perubahan stretchmark pada ibu nifas di Klinik Bersalin

Sayang Bunda Tahun 2024.

2. Tujuan Khusus
7

a. Diketahuinya gambaran stretchmark sebelum diberikan Virgin

Coconut Oil (VCO)pada ibu nifas di Klinik Bersalin Sayang

Bunda Tahun 2024.

b. Diketahuinya gambaran stretchmark setelah diberikan Virgin

Coconut Oil (VCO)pada ibu nifas di Klinik Bersalin Sayang

Bunda Tahun 2024.

c. Diketahuinya pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO)terhadap

perubahan stretchmark pada ibu nifas di Klinik Bersalin Sayang

Bunda Tahun 2024.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Klinik Bersalin Sayang Bunda

Hasil penelitian dapat dijadikan alternative bagi Petugas

kesehatan dalam memberikan edukasi kepada ibu nifas untuk

membantu menyamarkan stretchmark yaitu dapat menggunakan bahan

alami seperti Virgin Coconut Oil.

2. Bagi Poltekkes Jurusan Kebidanan

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, yang dapat dimanfaatkan

oleh mahasiswi untuk meningkatkan pengetahuan tentang Virgin

Coconut Oil (VCO)sebagai salah satu alternative dalam menyamarkan

stretchmark.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian yang

lebih mendalam mengenai stretchmark pada ibu postpartum dengan

desain dan variabel yang berbeda.


8

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pra-Eksperimental

yang bersifat one group pretest-postest, karena penelitian yang dilakukan

bertujuan ingin mengetahui pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO)terhadap

perubahan stretchmark pada ibu nifas. Penelitian ini akan dilaksanakan di

Klinik Bersalin Sayang Bunda pada bulan Januari-Juni 2024. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mengalami stretchmark

yaitu sebanyak 28 ibu nifas. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak

28 responden diambil dengan teknik total sampling accidental. Prosedur

penelitian dilaksanakan dengan melakukan observasi stretchmark sebelum

diberikan intervensi. Terapi dilakukan selama 14 hari dan diobservasi

kembali pada hari ke 15. Analisis data secara univariabel untuk melihat

distribusi frekuensi dan bivariabel dengan uji independen T-test yang akan

menghasilkan nilai Signifikansi (Sig.) dengan tingkat signifikansi α =

0,05.
9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ibu Nifas

1. Pengertian

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi

secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum

hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia,

2018:11).

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami

banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya

sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan

pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup

kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati, 2019:1).

2. Involusi Alat-Alat Kandungan

Menurut Indriyani (2019:28-29) Dalam masa nifas alat-alat

genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali

seperti keadaan semula sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat

genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi.

a. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tinggi fundus uteri

(TFU) dan berat uterus menurut masa involusi adalah saat bayi baru

lahir TFU setinggi pusat dengan berat 1000 gram, saat plasenta lahir

9
10

TFU 2 jari bawah pusat dengan berat 750 gram, 1 minggu setelah

melahirkan TFU pertengahan pusat sympisis dengan berat 500 gram, 2

minggu setelah bersalin TFU tidak teraba di atas sympisis dengan

berat 350 gram, 6 minggu setelah melahirkan TFU bertambah kecil

dengan berat 50 gram dan setelah 8 minggu TFU sebesar normal

dengan berat 30 gram (Indriyani, 2019:28-29).

b. Bekas Implantasi Plasenta

Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum

uteri dengan diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada

minggu keenam 2,4 cm dan pada akhirnya pulih (Indriyani, 2019:28-

29).

c. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari (Indriyani, 2019:28-29).

d. Rasa Sakit

Rasa sakit yang disebut after pain disebabkan kontraksi rahim

biasanya berlangsung berlangsung 2-4 hari pascapersalinan. Perlu

diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu

mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan antimulas

(Indriyani, 2019:28-29).

e. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Macam-macam lochea antara lain lochea

rubra (cruenta) berisi darah segar sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

deciduas, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca


11

persalinan. Lochea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah

dan lendir hari ke 3-7 pascapersalinan. Lochea serosa berwarna

kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari 7-14 pascapersalinan.

Lochea alba, yaitu cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan.

Lochea purulenta bila terjadi infeksi dan lochiostasis bila lochea tidak

lancar keluarnya (Indriyani, 2019:28-29).

f. Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-

kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan

masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari

dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Indriyani, 2019:28-29).

g. Ligamen-Ligamen

Ligamen, fasia, dan diagfragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi

retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor (Indriyani,

2019:28-29).

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Ambarwati (2019:3) pada masa nifas terbagi menjadi tiga

tahapan, yaitu:
12

a. Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan

berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari (Ambarwati, 2019:3).

b. Puerperium Intermedial

Keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu (Ambarwati, 2019:3).

c. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa

berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Ambarwati, 2019:3).

4. Perawatan Pasca Persalinan

Menurut Indriyani (2019:31) berikut adalah perawatan

pascapersalinan yang harus dilakukan :

a. Mobilisasi

Disebabkan lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat terentang

selama 8 jam pascapersalinan.

b. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya

makan-makanan yang mengandung cukup protein, banyak cairan,

sayur-sayuran, dan buah-buahan.


13

c. Miksi

Hendaknya miksi dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang ibu mengalami sulit buang air kecil karena sfingter uretra

tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus sfingter

ani selama persalinan (Indriyani, 2019:31).

d. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan maksimal 3-4 hari pasca

persalinan. Bila sulit buang air besar dan konstipasi control diet, bila

perlu menggunakan pengobatan sampai klisma (Indriyani, 2019:31).

e. Perawatan payudara

Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya

puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya (Indriyani, 2019:31).

f. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae,

yaitu poliferasi jaringan dari kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan

lemak bertambah (Indriyani, 2019:31).

g. Cuti hamil dan bersalin

h. Pemeriksaan pascapersalinan

Bagi wanita dengan persalinan normal sebaiknya dilakukan

pemeriksaan kembali setelah 6 minggu persalinan (Indriyani,

2019:31).
14

i. Nasihat untuk ibu postnatal

Nasihat yang dapat disampaikan pada ibu postnatal antara

lain bahwa fisioterapi seperti senam nifas sangat baik dilakukan

sesuai keadaan ibu, sebaiknya bayi disusui, mengikuti program

keluarga berencana, dan membawa bayi untuk imunisasi

(Indriyani, 2019:31).

5. Adaptasi fisik Post Natal

Menurut Padila (2019:171) berikut adalah perubahan fisik

postnatal:

a. Periode kira-kira 6 minggu setelah kelahiran bayi, selama tubuh

beradaptasi ke keadaan sebelum hamil

b. Dimulai dari kala IV persalinan

c. Masa transisi menjadi orang tua

d. Pendekatan bergeser berorientasi pada perawatan wanita sakit ke sehat

e. Permulangan dini, sediakan Discharge Planning

f. Terkait erat dengan social budaya

6. Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan Pada Masa Nifas

Menurut Heryani (2017:57) zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca

persalinan adalah sebagai berikut :

a. Kalori, kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori.

b. Protein, kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari

c. Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi


15

d. Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi

syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan magnesium didapat pada

gandum dan kacang-kacangan.

e. Sayuran hijau dan buah, kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga

porsi sehari

f. Karbohidrat kompleks, selama menyusui kebutuhan karbohidrat

kompleks diperlukan enam porsi perhari.


½
g. Lemak, rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 4 porsi lemak (14

gram per porsi) perharinya.

h. Garam, selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan.

i. Cairan, konsumsi cairan sebanyak 8 gelas perhari

j. Vitamin, kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan.

Vitamin yang dibutuhkan antara lain :

1) Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata.

2) Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan

fungsi syaraf

3) Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina

dan daya tahan tubuh.

k. Zinc berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan

pertumbuhan.

l. DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi

(Heryani, 2017:57).
16

B. Stretchmark

1. Pengertian

Stretchmark yaitu suatu guratan yang muncul di permukaan kulit

akibat peregangan yang berlebihan pada jaringan kulit. Stretchmark dapat

muncul di abdomen, payudara, paha maupun lengan bagian atas, dan

nampak jelas mulai bulan ke 6-7 kehamilan. Guratan halus ataupun kasar

ini dapat muncul pada sebagian wanita hamil, berkenaan dengan tingkat

elastisitas kulit dan penambahan berat badan atau deposit lemak (Ummah,

2019:85).

Striae adalah lesi seperti parut garis, cekung, atropik, berwarna

merah muda atau ungu, kemudian menjadi putih yang terdapat di

abdomen, payudara, pantat dan paha (Nupur Nandi dan Arun Paul

Choudhury, 2018). Striae disebabkan oleh multifaktor termasuk faktor

fisik yaitu meregangnya kulit akibat jaringan elastis karena penambahan

berat badan yang signifikan dan faktor hormon yaitu efek dari hormone

adrenocortical steroids (ACTH), esterogen, relaksin di jaringan kulit serta

riwayat di keluarga juga mempunyai resiko munculnya Stretchmark

(Nupur et al, 2018:88).

Stretchmark adalah lesi umum yang mempengaruhi hampir

setengah dari remaja dan dewasa muda, terutama perempuan hamil.

Stretchmark muncul secara progresif, berkelanjutan dan lesi berbentuk

linearatau fusiform dengan panjang yang bervariasi. Permukaan

Stretchmark sering halus dan tegang saat baru muncul. Lesi yang lebih tua
17

cenderung berlekuk atrofik, sehingga memberikan sensasi kosong saat di

palpasi (Pierard et al, 2019:91).

Salah satu masalah yang membuat ibu hamil minder atau tidak

percaya diri adalah stretch mark. Pasalnya, stretch mark dapat

menyebabkan perubahan fisik pada perut, paha, bokong, dan payudara. Di

area ini, muncul garis tidak beraturan. Garis tersebut memiliki 3 kategori,

yaitu tipe I merah muda karena merupakan jenis stretchmark yang baru

muncul atau masih dalam proses pembentukan atau tipe ringan, tipe 2

merah tua dan tipe ini termasuk dalam stretchmark sedang dan yang

selanjutnya adalah stretchmark tipe 3 yaitu guratan yang berwarna putih,

tipe ini termasuk ke dalam stretchmark tingkat berat karena stretchmark

tipe ini lebih sulit dihilangkan daripada stretchmark merah karena stretch

mark ini sudah menua, dan garis tiap orang berbeda-beda. Hal ini

menyebabkan kurangnya kolagen di dalam tubuh, dan kolagen berperan

dalam membantu elastisitas kulit terutama dermis, yang berujung pada

peregangan kulit dan mengurangi vitamin A, C dan E (Lidia 2020:98).

2. Histologi Stretchmark

Histologi dari Stretchmark adalah bekas luka dan pengembangan

Stretchmark sama dengan penyembuhan luka dan bekas luka.

Perkembangan Stretchmark muncul dan terjadi secara alami. Lesi aktif

Stretchmark adalah lesi awal terutama dari serat elastic yang halus. Seiring

dengan bertambahnya waktu, lesi menjadi lebih tebal dan ketebalan

lapisan dermis menajdi turun, sehingga menyebabkan kulit yang terkena

menjadi lebih tipis dibandingkan dengan kulit normal. Hasil biopsy


18

membandingkan striae untuk kulit normal, pada kulit yang mengalami

Striae menunjukkan reorganisasi dan peregangan jaringan elastic pada

serat kulit. Pada pemeriksaan mikroskopis, lesi striae tampak perubahan

pada epidermis seperti atrofi dan hilangnya rate ridges, serta tampak

adanya jaringan parut. Striae tidak semua sama, keparahan dan

perkembangan lesi tampaknya lebih bergantung pada karakteristik

individu yang terkena yang kemungkinan genetic (Pierard et al, 2019:92).

Stretchmark yang baru atau immature bertekstur rata pada daerah

kulit dengan rona merah dan merah muda yang mungkin gatal dan sedikit

menonjol. Stretchmark kemudian bertambah panjang dan berubahn

menjadi warna ungu gelap. Seiring bertambahnya waktu Stretchmark

menjadi putih. Menurut Mohammed EL, Leslie EB (2019) pada

penelitiannya yang berjudul Striar Distance (StrechMark) and Different

Modalities of Therapy, Penilaian dengan calori meter menggunakan

resolusi tinggi Stretchmark dibagi menjadi empat tipe yaitu warna putih

(striae alba), merah atau eritematosa (striae rubrae), kebiruan (striae

caeruleae), kehitaman/striae nigra (Pierard, et al, 2019:92).

Gambar 2.1 Stretchmark

Sumber : Anonim (2023)


19

3. Etiologi Stretchmark

Menurut Ghasemi et al (2017) etiologi Stretchmark dikaitkan

dengan beberapa teori yaitu akibat pengaruh hormonal

(adrenocorticosteroiid, estradiol, relaksin), peregangan, peningkatan

ukuran abdominal (Physical Stretch). Menurut Rachel N, Anthony VB

(2016: 41-49) dalam bukunya yang berjudul Cosmetic Aspect of

Pregnancy Clinics in Dermatology menyebutkan terdapat dua factor yang

diperkirakan terkait dengan munculnya Stretchmark , pertama pada dermis

priming terjadi peningkatan kadar esterogen dan relaksin. Bersama-sama

hormone ini ditingkatkan pula produksi kolagen dan mucopolysaccharides

dalam kulit akan menarik air yang bertindak mengurangi kekuatan kohesif

antara serat kolagen yang kemudian akan mengarah ke pemisahan. Factor

kedua adalah peregangan fisik pada dermis priming yang menyebabkan

fase istirahat di jaringan kolagen.

Relaksin adalah hormone yang dapat menghambat jaringan ikat

yang berlebihan dengan mengurangi produksi kolagen dan menurunkan

kekuatan kolagen. Peran relaksin pada kehamilan tidak sepenuhnya

sempurna. Hormone relaksin dapat menghambat kontraktilitas miometrium

sampai masa nifas dan membuat terjadinya pematangan serviks pada saat

persalinan.

Menurut Samuel et al (2017) dalam penelitiannya yang berjudul

Association of SerumRelaxin with Stretchmark In Pregnant Women

menemukan bahwa pada ibu hamil dengan Stretchmark memiliki tingkat

serum relaksin lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak muncul


20

Stretchmark pada 36 minggu kehamilan. Peningkatan Stretchmark terkait

dengan tingkat peregangan dari abdominal, perubahan berat badan ibu,

genetic dan perubahan hormonal (esterogen, adrenokortikol dan relaksin)

yang memberikan pengaruh pada perubahan jaringan kulit.

4. Penyebab terjadinya Stretchmark

Terjadinya stretchmark disebabkan karena peregangan kulit, hal

ini sangat berpengaruh dengan lapisan dermis, sebab lapisan ini bertugas

untuk mendukung kulit dan menjaganya agar tetap mulus. Dermis juga

mengandung pembuluh darah yang mengangkut nutrisi ke sel kulit.

Dermis terbuat dari jaringan elastis, yang memungkinkan kulit meregang

sesuai kebutuhan tubuh manusia. Namun, jika tubuh tumbuh dalam waktu

singkat, seperti pada masa kehamilan, serat tersebut akan melemah dan

akhirnya pecah akibat penipisan kulit. Sebab, munculnya stretchmark

ditandai dengan meluasnya pembuluh darah melalui dermis hingga

penipisan epidermis (Lidia 2020:98).

Stretchmark muncul karena kulit sangat meregang selama

kehamilan. Kenaikan berat badan yang cepat dan pembengkakan tiba-tiba

pada bagian tubuh tertentu dapat menyebabkan stretchmark atau guratan

ini. Pada orang dengan kulit lembut atau lentur, stretchmark tidak akan

terlalu banyak muncul. Tetapi , wanita yang memiliki kulit kurang lentur

atau yang tidak pernah meregang sebesar waktu hamil memungkinkan

mengalami stretchmark lebih banyak (Chakrawati, 2018:32).

Tidak setiap wanita memiliki Stretchmark , karena beberapa wanita

beruntung memiliki faktor genetik yang dapat menyelamatkannya dari


21

striae graidarum. Misalnya, jika ibu kita cenderung mengalami

Stretchmark , kemungkinan besar kita akan mewarisinya. Selain masalah

genetik, stretchmark juga rentan terjadi pada kulit kering dibanding pada

kulit lembab (Nadia, 2019: 87).

Munculnya stretchmark disebabkan oleh pengaruh hormon

kehamilan dan karena adanya pembesaran kulit karena menampung

pertumbuhan janin. Dengan kata lain, stretchmark terbentuk saat kulit

meregang dengan cepat, dan jaringan di dalamnya rusak akibat peregangan

kulit yang berlebihan (Naviri, Tim. 2018:261).

5. Gejala dan tanda stretchmark

Stretchmark adalah lesi garisan yang paling sering ditemukan pada

payudara, perut, pinggul dan paha. Lokasi tergantung pada daerah yang

mengalami peregangan misalnya lesi di aksila pada lengan atlet angkat

besi. Striae diawali sebagai lesi ungu kemerahan, semakin lama akan

semakin kehilangan pigmentasi dan atrofi akhirnya muncul sebagai lesi

scarlike berwarna putih yang berkerut halus.

Gejala Stretchmark menyebabkan gatal, panas, kering dan tekanan

emosional tetapi hal ini sering hanya dianggap sebagai kosmetik saja

sehingga terabaikan secara klinis. Pasien yang terkena dampak

Stretchmark akhirnya mencari pengobatan sendiri.

6. Penilaian Klasifikasi Stretchmark

Klasifikasi Stretchmark menurut tingkat keparahan yaitu dengan

menggunakan empat metode dan system numeric yang berkisar menurut

jumlah garis dan tingkat eritema. Stretchmark diperiksa pada perut yang
22

dibagi menjadi 4 kuadran. Pada setiap kuadran dapat mencapai skor 6

poin. Skor untuk jumlah striae adalah nol=tidak ada striae, kurang dari 5

striae=1, antara 5-10 striae=2 dan lebih dari 10 striae=3. Tingkat eritema

diklasifikasikan sebagai berikut nol=tidak eritema, eritema ringan yaitu

berwarna merah atau merah muda=1, eritema sedang berwarna merah

gelap=2, dan eritema berat berwarna ungu=3, skor total maksimum 24.

Berdasarkan skor akhir kemudian dibagi menjadi 4 kelompok, skor 0-3

tidak memiliki striae secara signifikan; 4-9 kelompok ringan; 10-12

kelompok moderat atau sedang dan >16 kelompok dengan striae yang

berat (Maia M, at al, 2019:88).

Tabel 2.1
Skor Penilaian Stretchmark

Score 0 Score 1 Score 2 Score 3

Jumlah Tidak Jumlah garis Jumlah garis Jumlah garis


Garis ada striae striae kurang striae 5-10 striae lebih dari
Stretchmark dari 5 10

Warna Tidak Pink (merah Merah KeunguanCoklat


Stretchmark eritema muda)Coklat gelapCoklat tua kehitaman
muda muda

Sumber : Marcon C (2019)


7. Faktor predisposisi munculnya Stretchmark

a. Primigravida

Primigravida dikaitkan dengan waktu munculnya Stretchmark .

Menurut hasil penelitian Rashmi K, TJ J, Mohan TD yang berjudul A

Clinical Study of Skin Changes in Pregnancy Tahun 2017 di India

79,7% (488 pasein) Stretchmark dialami primigravida. Penelitian

tahun 2018 di Libanon 61% Stretchmark dialami primigravida. Hal ini


23

didasarkan bahwa munculnya Stretchmark ini dikaitkan salah satunya

dengan elastisitas kulit sehingga gravid pertama menjadi ukuran

meskipun belum sepenuhnya benar apabila dikaitkan dengan kulit

yang mengalami peregangan (Marcon, 2019).

b. Usia

Mekanisme patofisiologi Stretchmark masih belum diketahui

sacara pasti, tetapi mungkin terkait dengan peregangan kulit yang

disebabkan oleh kerusakan mikrofibril dalam fibrilin. Pada wanita

dengan usia muda, fibrilin lebih rapuh dan rentan untuk pecah, namun

penelitian selanjutnya diperlukan apakah hal ini dipengaruhi oleh

jumlah atau bentuknya yang kurang terhadap predisposisi konsekuensi

untuk munculnya striae akibat peregangan sehingga menunjukkan

bahwa rentang usia yang meningkatkan dapat menjadi faktor protekftif

(Maia M et al, 2019:44).

Penelitian yang dilakukan Maia, (2019) dalam jurnalnya yang

berjudul Striae Distence in Pregnancy: Risk Factors in Primipara

memengatakan bahwa usia merupakan factor yang signifikan

berhubungan dengan Stretchmark (odds ratio 4,9:95% Cl 2,4-9,5).

c. Perubahan berat badan

Perubahan berat badan ibu selama hamil diduga sebagai factor

risiko dalam munculnya Stretchmark . Penelitian di Bangkok Tahun

2018 mendapatkan hasil bahwa tingginya Body Mass Index (BMI)

secara signifikan berhubungan dengan SG, tetapi temuin ini bertolak

belakang dengan peneliti sebelumnya. Penelitian di Brazil (2019)


24

menunjukkan bahwa Stretchmark terjadi pada 50% perempuan yang

mengalami kenaikan berat badan sampai 12 kg selama kehamilan dan

75% dan perempuan mengalami kenaikan berat badan 12kg atau lebih

selama kehamilan.

Berat badan dalam kehamilan adalah variabel yang signifikan

secara statistic berhubungan dengan munculnya Stretchmark , hal ini

dikaitkan dengan resiko kulit untuk mengalami peregangan yang lebih

besar, demikian juga bagi perempuan yang memiliki berat badan bayi

baru lahir besar. Frekuensi tertinggi Stretchmark terdeteksi pada

subyek yang lebih muda (<25tahun).

d. Umur kehamilan

Beberapa penelitiain melibatkan umur kehamilan terhadap

resiko munculnya Stretchmark. Penelitian di Bangkok Tahun 2018

mendapatkan hasil bahwa usia kehamilan rata-rata untuk awal

munculnya Stretchmark sekitar 24,6 minggu. Penelitian di kota yang

sama tahun 2019 mendapatan hasil bahwa rata-rata munculnya

Stretchmark berkisar pada usia kehamilan 23,4±5,3 minggu.

e. Alcohol

Alcohol dikenal berbahaya bagi kehamilan, tetapi mekanisme

alkohol yang mempengaruhi Stretchmark harus dilakukan penelitian

lebih lanjut. Rata-rata wanita di Bangkok yang memiliki Stretchmark

mengkonsumsi alcohol.

8. Dampak Stretchmark
25

Masalah yang terjadi pada ibu hamil akibat stretchmark adalah

dapat menimbulkan masalah kulit seperti mudah memar, merasa gatal di

bagian perut, rasa gatal dan jika digaruk akan menimbulkan luka, iritasi

kulit, regenerasi kulit yang terganggu, kulit kasar dan kering, kulit yang

menipis, serta ibu akan merasa tidak percaya diri dengan adanya

stretchmark di bagian perut ibu dan dapat mempengaruhi faktor

psikologisnya yaitu menyebabkan ketidaknyamanan dan kurang percaya

diri akibat dari adanya stretchmark (Lidia 2020:88).

Karena ibu menghadapi banyak perubahan selama kehamilan,

maka tidak jarang ibu merasa cemas dan tertekan dengan perubahan

tersebut. Pada tahun 2004, 21,9% dari 8.000 ibu hamil di Amerika Serikat

mengalami kecemasan. Di Indonesia terdapat 1007.000 ibu hamil dengan

gangguan kecemasan (28,7%). Kecemasan bisa menjadi sangat berbahaya

bagi ibu hamil karena mempengaruhi kesehatan janin dan kesehatan ibu

(Susilawati, 2017:115).

9. Penanganan stretchmark

Menurut Tim Medis Siloam (2023) Penanganan stretchmark dapat

dilakukan dengan cara alami dan media diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Medis

1) Laser

Cara menghilangkan stretchmark putih yang paling efektif

yaitu dengan perawatan laser. Cara ini dilakukan dengan menyinari

area kulit yang terdapat stretchmark menggunakan sinar laser. Sinar


26

laser nantinya akan memicu produksi kolagen yang mendorong

proses regenerasi kulit.

Cara menghilangkan stretch mark dengan laser dinilai efektif

dan efisien karena perawatan ini hanya membutuhkan waktu

beberapa menit saja untuk sekali tindakan. Namun, tetap saja

perawatan laser perlu dilakukan beberapa kali agar stretchmark

dapat pudar sepenuhnya.

2) Menggunakan krim topical

Cara mengatasi stretch mark berikutnya bisa dicoba dengan

menggunakan krim topikal. Ada dua jenis krim topikal yang

umumnya diresepkan dokter untuk memudarkan stretch mark, yaitu

krim retinoid dan krim asam hialuronat. Cara kerja dua krim topikal

tersebut sama dengan perawatan laser, yaitu akan merangsang

produksi kolagen pada kulit untuk mempercepat proses regenerasi.

Akan tetapi, penggunaan krim topikal ini harus berdasarkan anjuran

dokter serta memerlukan waktu yang relatif lebih lama.

3) Eksfoliasi

Eksfoliasi adalah cara mengatasi stretchmark untuk

membantu membersihkan sel kulit mati berlebih. Perawatan

eksfoliasi memang sering dilakukan pada kulit wajah, namun bisa

menerapkan cara ini untuk mengatasi stretchmark pada area kulit

lain.

Walau tidak dapat menghilangkan stretch mark sepenuhnya,

eksfoliasi bisa dilakukan untuk merawat kulit stretch mark agar


27

guratannya tidak semakin parah dan dapat menyamarkan warna dari

stretchmark tersebut. Melakukan cara ini menggunakan produk

eksfoliasi yang dijual bebas di pasaran atau melakukan chemical

peeling di rumah sakit.

4) Microneedling

Microneedling adalah tindakan medis untuk mengatasi

stretchmark menggunakan sebuah alat khusus bernama dermaroller.

Alat ini berbentuk roller dengan jarum-jarum kecil di sekitarnya.

Dermaroller akan meninggalkan bekas titik-titik halus pada

permukaan kulit sehingga merangsang produksi kolagen dan elastin

yang berfungsi dalam regenerasi kulit.

b. Alami

1) Minyak zaitun

Memijat kulit menggunakan minyak zaitun bisa dilakukan

untuk menyamarkan stretchmark. Minyak zaitun diketahui memiliki

kandungan vitamin E sehingga membantu pembentukan kolagen

pada kulit.

Selain itu, minyak zaitun juga mengandung linoleic acid yang

mampu menjaga kandungan air pada kulit, sehingga elastisitas kulit

pun terjaga dan proses regenerasi kulit dapat berjalan lebih optimal.

2) Gel Lidah buaya

Cara menyamarkan stretchmark berikutnya yaitu dengan

menggunakan gel lidah buaya. Gel lidah buaya diketahui

mengandung senyawa yang memberikan efek melembapkan dan


28

menenangkan sehingga akan membantu proses regenerasi kulit.

Apabila regenerasi kulit berjalan optimal, stretch mark pun dapat

tersamarkan.

3) Minyak vitamin E

Minyak vitamin E telah dikenal sebagai zat yang dapat

mengatasi berbagai macam masalah kulit, tidak terkecuali dengan

stretch mark. Hal ini dikarenakan minyak vitamin E dapat membantu

produksi kolagen, meningkatkan kelembapan serta elastisitas kulit.

4) Madu dan garam

Cara memudarkan stretchmark yang terakhir yaitu dengan

menggunakan campuran madu dan garam. Sama seperti gel lidah

buaya, madu diketahui memiliki kandungan yang bersifat

melembapkan dan menenangkan. Sedangkan, garam pada campuran

tersebut berfungsi hampir sama dengan eksfoliasi, yaitu sebagai

scrub yang membantu mengangkat sel kulit mati. Dengan begitu,

proses regenerasi kulit menjadi lebih optimal.

5) Virgin Coconut Oil (VCO)

a) Pengertian

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan produk olahan asli

Indonesia yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada

suhu rendah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga kandungan

yang penting dalam minyak tetap dapat dipertahankan (Tanasale,

2013). Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan kelapa yang

bebas dari transfatty acid (TFA) atau asam lemak-trans. Asam


29

lemak trans ini dapat terjadi akibat proses hidrogenasi. Agar tidak

mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi minyak kelapa ini

dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi,

pancingan, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa

secara cepat dan lain-lain (Darmoyuwono, 2016).

Gambar 2.1 Virgin Coconut Oil (VCO)


Sumber : Anonim (2023)

b) Kandungan

Kandungan utama Virgin Coconut Oil (VCO) adalah asam

lemak jenuh sekitar 90% dan asam lemak tak jenuh sekitar 10%.

Asam lemak jenuh Virgin Coconut Oil (VCO)didominasi oleh

asam laurat. Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung ± 53%

asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat. Keduanya merupakan

asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty

Acid (MCFA). Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung 92%

lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan 2% lemak poli

tidak jenuh (Wardani, 2017). Komposisi kandungan asam lemak

Virgin Coconut Oil (VCO)dapat dilihat dalam Tabel 2.1.


30

Tabel 2.2
Komposisi Kandungan Asam Lemak Virgin Coconut Oil

Asam Lemak Persentase (%)

C 6:0 – Asam Kaproat 0.4-0.6

C 8:0 – Asam Kaprilat 5.0-10.0

C 10:0 – Asam Kaprat 4.5-8.0

C 12:0 – Asam Laurat 43.0-53.0

C 14:0 – Asam Miristat 16.0-21.0

C 16:0 – Asam Palmitat 7.5-10.0

C 18:0 – Asam Stearat 2.0-4.0

C 18:1 – Asam Oleat 5.0-10.0

C 18:2 – Asam Linoleat 1.0-2.5

C 18:3 – C 24:1 <0.5

Kandungan antioksidan di dalam Virgin Coconut Oil (VCO)pun

sangat tinggi seperti tokoferol dan polifenol. Kandungan tokoferol (0,5

mg/100 g minyak kelapa murni) dapat bersifat sebagai antioksidan dan

dapat mengurangi tekanan oksidatif (suatu keadaan dimana tingkat oksigen

reaktif intermediat (reactive oxygen intermediate/ROI) yang toksik

melebihi pertahanan antioksidan endogen) yang diakibatkan oleh paparan

sinar UV (Hernanto dkk., 2008). Antioksidan ini berfungsi untuk

mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh (Setiaji dan Surip,

2006). Tinggi rendahnya kandungan 1`2`α-tokoferol dan polifenol dalam

Virgin Coconut Oil (VCO)sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakunya


31

(kelapa) dan proses produksi yang digunakan. Secara umum, proses

produksi yang menerapkan penggunaan panas dapat menurunkan kadar α-

tokoferol dan polifenol sekitar 25%. Bahkan dapat hilang sama sekali

dengan pemanasan yang berlebihan (Dayrit, 2018:22).

c) Sifat Kimia

Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain

organoleptis (tidak berwarna dan berbentuk kristal seperti jarum) dan bau

(ada sedikit berbau asam ditambah bau caramel). Kelarutan dari Virgin

Coconut Oil (VCO)yaitu tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol

(1:1). pH Virgin Coconut Oil (VCO)tidak terukur, karena tidak larut dalam

air. Namun karena termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan

memiliki pH di bawah 7. Berat jenis 0,883 pada suhu 20⁰C. Persentase

penguapan yaitu Virgin Coconut Oil (VCO)tidak menguap pada suhu 21⁰C

(0%). Titik cair 20-25⁰C, titik didih : 225⁰C, dan kerapatan udara (Udara =

1): 6,91. Tekanan uap (mmHg) yaitu 1 pada suhu 121⁰C (Darmoyuwono,

2016:90).

d) Manfaat

Kandungan antioksidan di dalam Virgin Coconut Oil (VCO)sangat

tinggi seperti tokoferol yang berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan

menjaga vitalitas tubuh (Setiaji dan Surip, 2016). Di samping itu Virgin

Coconut Oil (VCO)pun efektif dan aman digunakan sebagai moisturizer

pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidratasi kulit (Lucida dkk., 2018)

dan ketersediaan Virgin Coconut Oil (VCO)yang melimpah di Indonesia


32

membuatnya berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pembawa

sediaan obat, diantaranya sebagai peningkat penetrasi dan emollient.

Pada waktu kehamilan serat tubuh akan melemah dan akhirnya pecah

akibat penipisan kulit yang sering disebut dengan Streetmark. Streetmark

dapat dilakukan pemudaran dengan menggunakan produk Virgin Coconut Oil

(VCO) mengandung tokoferol yang bermanfaat Moisturizer sehinggan dapat

meningkatkan hidrasi kulit. Selain itu dapat menggunakan aloevera yang

mengandung antooksidan sebagai vitamin C dan E sehingga bermanfaat

untuk memudarkan Streetmark. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan

2.1 berikut ini :


33

Bagan 2.1

Kerangka Teori
Pada waktu kehamilan
serat tubuh akan Stretchmark
melemah dan akhirnya
pecah akibat penipisan
kulit

Medis Alami

Laser, Krim Topikal, Minyak Zaitun, VCO,


Eksfoliasi dan Gel Lidah Buaya,
Microdeeling Minyak Vitamin E serta
madu dan garam

Virgin Coconut Oil


Buah Kelapa

Mengandung Tokoferol vitamin B, vitamin


C, vitamin E, serta
berbagai jenis
Yang bermanfaat mineral seperti zat
Moisturizer besi, selenium,
fosfor, kalium,
Memudarkan zinc, dan
Stretchmark Meningkatkan Hidrasi magnesium.
kulit

Sumber : Lidia (2020) dan Darmoyuwono (2016)


34

C. Hasil Penelitian yang relavan/terdahulu


Tabel 2.3
Matrik Jurnal Pendukung

Penulis tahun Metode penelitian Hasil penelitian


dan judul

Vlaudia (2019) Jenis penelitian ini Analisis data menggunakan uji


Pengaruh adalah Quasi Eksperimen T-test, uji ANOVA. Hasil
Pemberian Virgin dengan rancangan penelitian ini didapatkan rata-
Coconut Oil conterbalanced design. rata diberikan kelompok 1
(VCO)(VCO) Pengambilan sampel adalah 0.000, kelompok 2
Dan Ekstrak dengan menggunakan adalah 0,000 kelompok 3
Kentang purvosive sample adalah 0.000 dan hasil p value
(Solanum sebanyak 30 orang 0,001 artinya ada pengaruh
tuberosum L.) dimulai dari bulan Maret- VCO dan ekstrak kentang
Terhadap Mei 2019 dengan dalam pemudaran stretch
Pemudaran intervensi 4 minggu. mark. Kesimpulan dari
Strecth Mark Data diperoleh melalui penelitian ini didapatkan
Pada Ibu Nifas Di lembar observasi bahwa pengaruh VCO dan
Wilayah Kerja ekstrak kentang terhadap pada
Puskesmas stretch mark lebih banyak dari
Guguk Panjang pada VCO dan ekstrak kentang
Kota Bukittinggi saja.

Rafika (2021) Penelitian ini Data yang didapat berasal dari


Pengaruh Minyak menggunakan Quasi observasi langsung kepada
Kelapa Murni Eksperiment Design, responden selama 61 hari.
Terhadap Striae dengan rancangan The Pada Uji Independent Test
Gravidarum Non Equivalent Control didapatkan hasil analisa p
(Stretchmark) Group Design dan teknik value (0.042) < α (0.050),
Pada Ibu Hamil Accidental Sampling. dapat disimpulkan ada
Di UPT Populasi pada bulan Mei pengaruh yang signifikan
Puskesmas - Juli berjumlah 85 pemberian minyak kelapa
Tembilahan Kota dengan jumlah sampel 44 murni terhadap striae
Kabupaten responden yang dibagi gravidarum selama 61 hari
Indragiri Hilir pada kelompok berturut-turut pada ibu hamil
eksperimen dan
35

kelompok kontrol

Penulis tahun Metode penelitian Hasil penelitian


dan judul

Evi Pratami Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan


(2021) Efek dilaksanakan pada bulan tidak terdapat perbedaan SG
Olive Oil dan Maret−Juli 2021. berdasarkan jumlah garis dan
Virgin Coconut Rancangan penelitian ini tingkat eritema antara
Oil (VCO) merupakan penelitian kelompok yang menggunakan
terhadap klinis melalui pendekatan olive oil dan VCO (p=0,156
Striae eksperimental. Subjek dan 1,00). Selanjutnya terdapat
Gravidarum penelitian adalah 80 ibu korelasi kuat antara kelompok
hamil di wilayah Dinas olive oildan VCO dengan
Kesehatan Kota jumlah garis (r=-0,576 dan -
Surabaya dan 0,560) dan tingkat eritema (r=-
dikelompokkan menjadi 0,699 dan -0,586). Simpulan,
2 kelompok dengan tidak ada perbedaan efek
menggunakan olive oildengan VCO terhadap
random permuted blocks SG.
36
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, maka kerangka konsep dalam penelitian ini

disesuaikan dengan Kerangka teori Lidia (2020) dan Darmoyuwono (2016)

Stretchmark terjadi pada waktu kehamilan serat tubuh akan melemah dan

akhirnya pecah akibat penipisan kulit. Pada masa nifas Stretchmark

pemudaran Stretchmark dapat dilakukan 2 cara yaitu medis yaitu laser, krim

topical, eksfoliasi dan microdeeling dan alami yaitu mintak zaitun, VCO, gel

lidah buaya, minyak vitamin E serta madu dan garam. Namun penelitian

dalam penelitian ini hanya menggunaan VCO dimana mengandung tokoferol

yang dapat bermanfaat sebagai moisturizer sehingga dapat meningkatkan

hidrasi kulit dan memudarkan Stretchmark. . Maka secara kerangka konsep

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan 3. 1
Kerangka Konsep

Pretest Perlakuan Posttest


Sebelum pemberian Pemberian Virgin Setelah Pemberian
Virgin Coconut Oil Coconut Oil Virgin Coconut Oil

B. Variabel Dan Definisi Operasional

Operasional adalah suatu konsep yang bersifat abstrak guna

memudahkan pengukuran suatu variabel. Operasional juga dapat diartikan

36
37

sebagai suatu pedoman dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan penelitian.

Definisi operasional adalah dimensi penelitian yang menyediakan data bagi

peneliti untuk mengetahui bagaimana metode dalam mengukur atau menilai

variable (Creswell, 2018:45).

Tabel 3.1
Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Cara/Alat/Skala/Hasil Ukur
Operasional
1 stretchmark lesi seperti parut Cara : Pengolesan Virgin
sebelum garis, cekung, Coconut Oil
pemberian atropik, berwarna Alat : Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut merah muda atau Skala : Ordinal
Oil ungu, kemudian Hasil :
menjadi putih 1. Jumlah garis Stretchmark
yang terdapat di kurang dari 5 dengan
abdomen, warna Pink (merah muda)
payudara, pantat Coklat muda
dan paha ibu nifas 2. Jumlah garis Stretchmark
akibat kehamian 5-10 dengan warna Merah
sebelum diberikan gelap Coklat muda
Virgin Coconut 3. Jumlah garis Stretchmark
Oil lebih dari 10 dengan
warna Keunguan Coklat
tua kehitaman
2 stretchmark lesi seperti parut Cara : Pengolesan Virgin
setelah garis, cekung, Coconut Oil (VCO)
pemberian atropik, berwarna Alat : Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut merah muda atau (VCO)Skala : Ordinal
Oil ungu, kemudian Hasil :
menjadi putih 1. Jumlah garis Stretchmark
yang terdapat di kurang dari 5 dengan
abdomen, warna Pink (merah muda)
payudara, pantat Coklat muda
dan paha ibu nifas 2. Jumlah garis striae 5-10
akibat kehamian dengan warna Merah
setelah diberikan gelap Coklat muda
Virgin Coconut 3. Jumlah garis Stretchmark
Oil (VCO) lebih dari 10 dengan
warna Keunguan Coklat
tua kehitaman
38

C. Hipotesis

Hipotesis berarti pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya

(Hastono, 2018:41). Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh

Virgin Coconut Oil (VCO)terhadap perubahan stretchmark pada ibu nifas di

Klinik Bersalin Sayang Bunda Tahun 2024.


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif pre-

eksperimental design, dengan rancangan yang digunakan adalah pretest dan

posttest one control group design untuk melihat pengaruh Virgin Coconut

Oil (VCO)terhadap perubahan stretchmark pada ibu nifas di Klinik Bersalin

Sayang Bunda Tahun 2024.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Bersalin Sayang Bunda pada

bulan Januari-Juni 2024.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2018:66). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu postpartum yang mengalami stretchmark yaitu sebanyak 28

ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Hidayat,

2018:66).

39
40

Sampel dari penelitian ini merupakan semua populasi yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diambil dengan menggunakan

teknik Purposive Sampling (Sugiyono, 2018:56). Adapun kriteria inklusi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria Inklusi :

1) Bersedia menjadi responden

2) Ibu nifas dalam keadaan sehat tanpa ada komplikasi obstetri

3) Ibu nifas yang bersedia mengikuti semua prosedur yang

dilakukan dari awal hingga akhir

4) Postpartum hari 0-14 hari

b. Kriteria Eklusi :

1) Ibu nifas mengalami alergi pada kulitnya / sensitive of skin

D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

data yang diperoleh pada saat penelitian yaitu data ibu nifas yang memiliki

stretchmark.

2. Sumber Data

Sumber data yang diberoleh dari penelitian ini yaitu bersumber dari

ibu nifas lansung yaitu data keluhan yang dirasakan pada nifas yaitu

stretchmark.
41

3. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh 2

orang enumerator dari Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Jambi,

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan melakukan observasi stretch

mark sebelum diberikan intervensi Virgin Coconut Oil (VCO)dengan

frekuensi pemberian 2 kali sehari yaitu setelah mandi pagi dan sore hari.

Terapi dilakukan selama 14 hari dan pada hari ke 15 dilakukan kembali

observasi.

Langkah-langkah dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap

yaitu, Pretest, perlakuan, dan Posttest.

a. Langkah Pre-Test

1) Responden didapatkan dengan melakukan pertimbangan yang telah

ditetapkan.

2) Melakukan observasi dan pengisian data responden yang berisi

inisial dan usia dokumentasi strechmark oleh peneliti dan

responden

3) Penelitian ini dibantu oleh seorang enumator yang memiliki

kompetensi yang sama dengan peneliti dan kesanggupan untuk

membantu jalannya peneliti sampai selesai.

4) Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada

responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.

5) Peneliti meminta responden menandatangani informed consent

sebagai bentuk persetujuan bersedia menjadi responden.


42

b. Langkah Perlakuan

Pemberian tindakan terapi virgin coconout oil, dimana terapi

pemberian virgin coconout oil dilakukan sebanyak 2 kali sehari

selama 14 hari berturut-turut, diberikan pada pagi dan sore hari setelah

mandi. Adapun cara pemberian terapi kepada responden yaitu :

1) Siapkan ruangan yang nyaman dan tidak mengganggu privasi

pasien (ruang kamar)

2) Setelah mandi keringkan terlebih dahulu bagian perut ibu dengan

handuk bersih dan kering

3) Untuk responden, tuangkan virgin coconout oil di telapak tangan,

Kemudian oleskan virgin coconout oil tersebut di kulit yang

mengalami stretchmark secara merata dan menyeluruh

4) Diamkan selama 2 menit agar minyak meresap kedalam lapisan

kulit

Melakukan observasi pada ibu nifas setiap satu minggu sekali

untuk memastikan perubahan yang tampak setelah pemberian terapi

dengan melakukan observasi perubahan warna kulit pada stretchmark

dengan menggunakan skin tone chart.

c. Langkah Post-Test

1) Membandingkan hasil pengukuran tingkat elatisitas kulit sebelum dan

sesudah diberikan virgine coconout oil.

2) Melakukan observasi dan pengukuran kembali setelah pemberian

virgine coconout oil ± 15 hari setelah intervensi dilakukan dan


43

kemudian hasilnya ditulis dalam lembar pemantaun tingkat

strechmark dari masing-masing sampel yang telah dilakukan.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu lembar observasi.

E. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan sebagai

berikut :

1. Pemilihan (Editing)

Memeriksa kesinambungan data yaitu memeriksa apakah ada

keterangan data yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya dan

memeriksa apakah semua pertanyaan sama.

2. Kode (Coding)

Memberikan kode pada setiap data yang ada, berupa angka atau

huruf. kode diberikan baik kepada variabel-variabel yang diteliti namun

kepada atribut dari masing-masing variabel.

a. Garis Stretchmark

1) Diberi kode 1 apabila jumlah garis Stretchmark kurang dari 5

2) Diberi kode 2 apabila jumlah garis striae 5-10

3) Diberi kode 3 apabila jumlah garis striae 5-10

b. Warna Stretchmark

1) Diberi kode 1 apabila warna Pink (merah muda) Kecoklatan

2) Diberi kode 2 apabila warna Merah gelap Coklat muda

3) Diberi kode 3 apabila warna Merah gelap Coklat tua


44

3. Skor (Scoring)

Menetapkan skor sesuai dengan format lembar observasi yang

digunakan pada program pengolahan data.

a. Garis Stretchmark

1) Diberi skor 1 apabila jumlah garis Stretchmark kurang dari 5

2) Diberi skor 2 apabila jumlah garis striae 5-10

3) Diberi skor 3 apabila jumlah garis striae 5-10

b. Warna Stretchmark

1) Diberi skor 1 apabila warna Pink (merah muda) Coklat muda

2) Diberi skor 2 apabila warna Merah gelap Coklat muda

3) Diberi skor 3 apabila warna Merah gelap Coklat muda

4. Memasukkan data (Entry Data) atau Processing

Setelah semua jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan dalam program atau

software komputer. Maka pemprosesan data dilakukan dengan cara

mengentry data dari angket ke paket program SPSS.

5. Pembersihan data (Data Cleaning)

Apabila semua data dari setiap responden selesai dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau dikoreksi.


45

F. Analisis Data

1. Analisis Univariabel

Analisa univariabel bertujuan untuk mendapatkan gambaran

distribusi tiap variabel. Analisis univariabel dilakukan untuk mengetahui

distribusi frekuensi variabel yaitu hasil pengukuran awal (pretest) dan

hasil pengukuran kedua (posttest). Analisis univariat diperoleh dengan

menggunakan frekuensi dan persentase

2. Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau memiliki pengaruh dengan

menggunakan uji statistic uji t berpasangan jika seberan data normal

menggunakan one paired t-test dan sebaran data tidak normal

menggunakan uji Wilcoxon signed ranks test.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2019.
Asuhan kebidanan pada ibu nifas. Penerbit Nuha Medika Yogyakarta

BKKBN, 2019.
Kesehatan Reproduksi. Kementerian RI

Dayrit, 2018.
Potensi Antioksidan Dan Antibakteri Virgin Coconut Oil (VCO)Dari
Tanaman Kelapa Asal Papua 9:63–69

Darmoyuwono, 2016.
Formulasi Skin Lotion Dengan Penambahan Karagenan Dan Antioksidan
Alami Dari Rhizophora Mucronata Lamk. Jurnal Akuatika Indonesia
5:245758

Eka, 2022.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: ANDI offset

Elvariny, 2018.
Seluk Beluk Stretch Mark, Pencegahan dan Penanganannya.
http://tanyashop.multiply.com. diakses pada 23 Januari 2024

Ghasemi A, Goruhi, 2017.


Panduan Lengkap Kehamilan. Kata hati: Yogyakarta.

Heryani, 2017.
Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dna menyusui. Nuha Medika
Yogyakarta

Indriyani, 2019.
Asuhan kebidanan pada ibu postpartum. Nuha Medika Yogyakarta

Indivara, Nadia, 2019.


Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta. Salemba Medika

Lidia 2020.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi Ofset

Maritalia, 2018.
Asuhan kebidan pada ibu nifas dan menysuui. Nuha Medika Yogyakarta
Maia M, Marcon C, 2019.
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi

Naviri, Tim. 2018.


Tanya jawab kesehatan kulit wanita. Gramedia Jakarta

Nupur Nandi dan Arun Paul Choudhury, 2018.


Striae Gravidarum In Primipara. Br J Dermatol,155(5),965-969.

Padila, 2019.
Keperawatan Maternitas. Nuha Medika Yogyakarta

Pierard FC, Hermans LT, 2019.


Asuhan Kebidanan Kehamilan. Binarupa Aksara:Tangerang Selatan.

Rachel N, Anthony VB, 2016.


Capita Selecta Dermato-Venerology. Jakarta: EGC.

Sharon, 2019.
Perubahan-perubahan kulit fisio logis selama kehamilan Pakistan tahun
2018. Jurnal Internetional ISSN 25645642

Sinta Khrisnamurti 2018.


Evidance-Based dalam Kebidanan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas.
EGC : Jakarta.

Siswosuharjo, Suwignyo dan Fitria Chakrawati, 2018.


Buku Pintar Kehamilan Dan Persalinan. Jakarta. Gramedia.

Sulistyawati, 2019.
Asuhan kebidanan pada ibu nifas. Penerbit Andi. Yogyakarta: xiv+258
hlm

Tanasale, 2018.
Aplikasi Starter Ragi Tape Terhadap Rendemen dan Mutu Virgin Coconut
Oil (VCO)(VCO). Ekosains 02:47–52.

Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2007).


Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta: Egc, 672-788

Wardani, 2017.
Sediaan Tabir Surya. Dewan Standardisasi Nasional 16:1–3
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Calon Responden

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Sarjana Terapan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi, yang bermaksud mengadakan penelitian :

Nama : Aprina Wulandari

NIM : PO71241230461

Akan mengadakan penelitian dengan judul “pengaruh Virgin Coconut Oil

(VCO)terhadap perubahan stretchmark pada ibu nifas di Klinik Bersalin Sayang

Bunda Tahun 2024”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda

responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dalam lembar kuesioner. Atas perhatiannya, saya

ucapkan terima kasih.

Jambi, Maret 2024

Aprina Wulandari
PERNYATAAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan kesediaan untuk ikut

berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi yang berjudul “pengaruh

Virgin Coconut Oil (VCO)terhadap perubahan stretchmark pada ibu nifas di

Klinik Bersalin Sayang Bunda Tahun 2024”.

Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya diberi informasi dan

memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jambi, Maret 2024

Responden
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Pengertian Stretchmark yaitu suatu guratan yang muncul di permukaan kulit


akibat peregangan yang berlebihan pada jaringan kulit.
Stretchmark dapat muncul di abdomen, payudara, paha maupun
lengan bagian atas, dan nampak jelas mulai bulan ke 6-7
kehamilan.
Tujuan Untuk mempercepat perubahan warna kulit yang mengalami
Stretchmark
Referensi Ummah (2019), Nupur Nandi dan Arun Paul Choudhury (2018)
Prosedur d. Langkah Pre-Test
6) Responden didapatkan dengan melakukan pertimbangan
yang telah ditetapkan.
7) Melakukan observasi dan pengisian data responden
yang berisi inisial dan usia dokumentasi strech mark
oleh peneliti dan responden
8) Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30
responden
9) Penelitian ini dibantu oleh seorang enumator yang
memiliki kompetensi yang sama dengan peneliti dan
kesanggupan untuk membantu jalannya peneliti sampai
selesai.
10) Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan
kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.
11) Peneliti meminta responden menandatangani informed
consent sebagai bentuk persetujuan bersedia menjadi
responden.
e. Langkah Perlakuan
Pemberian tindakan terapi virgin coconout oil
kepada 30 responden, dimana terapi pemberian virgin
coconout oil dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 14
hari berturut-turut, diberikan pada pagi dan sore hari setelah
mandi. Adapun cara pemberian terapi kepada responden
yaitu :
5) Siapkan ruangan yang nyaman dan tidak mengganggu
privasi pasien (ruang kamar)
6) Setelah mandi keringkan terlebih dahulu bagian perut
ibu dengan handuk bersih dan kering
7) Untuk responden kelompok I, tuangkan virine coconout
oil di telapak tangan, Kemudian oleskan virgin coconout
oil tersebut di kulit yang mengalami stretchmark secara
merata dan menyeluruh
8) Diamkan selama 2 menit agar minyak kelapa murni
meresap kedalam lapisan kulit

Melakukan observasi pada ibu nifas setiap satu


minggu sekali untuk memastikan perubahan yang tampak
setelah pemberian terapi dengan melakukan observasi
perubahan warna kulit pada stretchmark dengan
menggunakan skin tone chart.
f. Langkah Post-Test
3) Membandingkan hasil pengukuran tingkat elatisitas kulit
sebelum dan sesudah diberikan terapi virgin coconout
oil.
4) Melakukan observasi dan pengukuran kembali setelah
pemberian virgin coconout oil ± 15 hari setelah
intervensi dilakukan dan kemudian hasilnya ditulis
dalam lembar pemantaun tingkat strechmark dari
masing-masing sampel yang telah dilakukan.
INSTRUMEN PENELITIAN

Nomor Responden :
Nama :
Umur :
Paritas :
Pekerjaan :
Alamat :
Sebelum di berikan Virgin Coconut Oil (VCO):

1. Tidak ada striae


2. Jumlah garis striae kurang dari 5 dengan warna Pink (merah muda) Coklat
muda
3. Jumlah garis striae 5-10 dengan warna Merah gelap Coklat muda
4. Jumlah garis striae lebih dari 10 dengan warna Keunguan Coklat tua
kehitaman

Har Skin Tone Chart


i
1

Sesudah Diberikan Virgin Coconut Oil (VCO):

1. Tidak ada striae


2. Jumlah garis striae kurang dari 5 dengan warna Pink (merah muda) Coklat
muda
3. Jumlah garis striae 5-10 dengan warna Merah gelap Coklat muda
4. Jumlah garis striae lebih dari 10 dengan warna Keunguan Coklat tua
kehitaman

Anda mungkin juga menyukai