Anda di halaman 1dari 8

Proposal Skripsi

PENGARUH PEMBERIAN JAHE MERAH TERHADAP PERUBAHAN


DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI (….) BATAM TAHUN 2021

Oleh

Yuriza Trialdi Aziz

NPM: 61118019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BATAM

2021
PENGARUH PEMBERIAN JAHE MERAH TERHADAP PERUBAHAN
DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI (….) BATAM TAHUN 2021

A. Latar Belakang

Adolesen (remaja) merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode
ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.
Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik
yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh,
serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan
tersebut dapat mengakibatkan kelainan maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan
dengan seksama (Diana, 2013).

Maturasi seksual terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang akhirnya


mengantarkan anak siap dengan fungsi fertilitasnya, laki-laki pada usia 11-16 tahun dan
perempuan pada usia 10-15 tahun (Proverawati & Misaroh, 2009). Salah satu tanda pubertas
untuk seorang wanita adalah terjadinya menstruasi yang biasanya terjadi pada usia 10 - 17
tahun (Laila, 2011).

Menstruasi merupakan satu bagian dari perjalanan hidup wanita yang dimulai dari
menarche sampai menopause. Siklus normal menstruasi lamanya bervariasi antara 21- 45 hari
dan periode keluarnya darah berkisar antara 3 sampai 7 hari. Kebanyakan perempuan
mengalami menstruasi sampai umur 40 atau 50 tahun (Ahimsa Yoga Anindita, 2010). Pada
umumnya menstruasi terjadi mengikuti pola yang teratur dan tidak memiliki masalah, namun
demikian ada beberapa wanita yang mengalami beberapa kelainan pada saat tertentu.
Kelainan- kelainan yang paling umum adalah rasa sakit saat menstruasi (dismenore).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 didapatkan 1.769.425 jiwa
(90%) wanita di dunia mengalami dismenorea berat (Herawati, 2017). Angka kejadian
dismenorea di Amerika serikat 30% - 50% perempuan usia reproduksi. Sekitar 10% - 15%
diantaranya terpaksa kehilangan kesempatan kerja, sekolah/kuliah, dan kehidupan keluarga.
Swedia ditemukan angka kejadian dismenorea pada wanita berumur 19 tahun sebanyak
72,42% (Oyoh & Sidabutar, 2015). Menurut hasil penelitian Singh et al (2011), sekitar 8,86%
remaja yang mengalami dismenorea primer berat tidak hadir di sekolah/kuliah dan sebanyak
67,08% remaja menarik diri dari kegiatan sosial, akademik, dan olahraga.
Prevalensi dismenorea di Indonesia sebesar sebesar 107.673 jiwa (64,25%), yang terdiri
dari 59.671 jiwa (54,89%) mengalami dismenorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami
dismenorea sekunder (Herawati, 2017). Angka kejadian dismenorea pada kalangan wanita
usia produktif berkisar 45% - 95% (Sadiman, 2017). Dismenore primer dialami oleh 60% -
75% remaja. Dilaporkan 30% - 60% remaja wanita yang mengalami dismenorea, didapatkan
7 % - 15% tidak pergi ke sekolah/kuliah (Larasati, 2016).

Dismenore adalah nyeri selama atau sesaat sebelum menstruasi. Banyak remaja putri
mengalami dismenore pada tiga tahun pertama setelah menarche. Wanita dewasa muda usia
17-24 tahun adalah yang paling sering melaporkan menstruasi yang terasa nyeri
(Lowdermilk, 2013). Dismenore terdiri dari gejala yang kompleks berupa kram bagian bawah
perut yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan
gejala neurologis seperti kelemahan umum (Irianto, 2015).

Berdasarkan jenisnya dismenore terdiri dari dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer adalah dismenore yang mulai terasa sejak menarche dan tidak ditemukan
kelainan dari alat kandungan atau organ lainnya (Irianto, 2015). Dismenore primer adalah
kondisi yang berhubungan dengan siklus ovulasi. Penelitian menunjukan bahwa dismenore
terjadi akibat pelepasan prostaglandin selama menstruasi. Dismenore primer biasanya muncul
6-12 bulan setelah menarche ketika ovulasi dimulai (Lowdermilk, 2013). Faktor penyebab
dismenore primer adalah ketidakseimbangan hormonal dan faktor psikogenik (Kowalak,
2011). Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi umumnya setelah usia 25
tahun. Dismenore sekunder berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis,
endometriosis, penyakit radang panggul, polip endometrium, mioma, atau penggunaan alat
kontrasepsi dalam kandungan (Lowdermilk, 2013).

Dismenore memiliki dampak yang cukup besar bagi remaja putri karena menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Remaja putri yang mengalami dismenore pada saat
menstruasi akan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas khususnya aktivitas belajar di
sekolah/kuliah. (Rohmat, 2013). Remaja putri yang sedang mengalami dismenore sekaligus
mengikuti kegiatan pembelajaran, dapat menyebabkan aktivitas pembelajaran menjadi
terganggu, tidak bersemangat, konsentrasi menjadi menurun bahkan sulit berkonsentrasi
sehingga materi yang disampaikan selama pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik
bahkan sampai ada yang tidak masuk sekolah/kuliah
Menurut pedoman dari Nur Najmi Laila, bahwa banyak cara untuk meringankan nyeri
disminore. Beberapa cara yang paling sederhana seperti mengompres, relaksasi, istirahat,
mengkonsumsi obat hingga minum-minuman herbal (Laila, 2011). Nyeri haid jika tidak
segera diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu sehingga mendesak untuk
segera mengambil tindakan secara farmakologis atau non farmakologis. Terapi farmakologis
seperti pemberian obat-obatan analgesik untuk meredakan nyeri dengan cara memblok
prostaglandin. Terapi non faramakologis yang bisa digunakan yaitu dengan pengobatan
herbal, relaksasi, dan akupuntur. Beberapa tanaman yang dpat digunakan yaitu jahe (ginger),
kayu manis, kunyit (Anurogo & Wulandari, 2011).

Di dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Resna Rahayu dkk terhadap serbuk jahe
dalam uji laboratorium temukan zat-zat sebagai berikut: (5,02%) 4H-Pyran-4-one, 2,3-
dihydro3,5-dihydroxy-6-methyl, (42,71%) Guanosine, (11,89%) curcumene, (9,97%)
zingiberence, (3,14%) farnesene, (2,48%) beta-bisabolene, (3,45%) beta-sesquiphellandrene,
(6,73%) cis-6-shagaol, (11,0%) gingerol, (3,62%) 6-(3,5-dimethyl-furan-2-yl)-6-methyl-hept-
3-en-2-one. Diketahui bahwa kandungan aleoresin pada rimpang jahe seperti gingerol
memiliki aktivitas antioksidan diatas vitamin E. Gingreol pada jahe juga besifat antikoagulan,
yaitu dapat mencegah penggumpalan darah. Hal ini sangat membantu dalam pengeluaran
darah haid. Sumber lain mengatakan, bahwa jahe dapat menurunkan produksi prostaglandin,
yang diketahui sebagai penyebab utama nyeri haid (Agusta, 2001). Aleorisin bekerja dalam
menghambat reaksi cyclooxcygenase (COX) sehingga menghambat terjadinya inflamasi yang
akan mengurangi kontraksi uterus (Thania, et al., 2009). Jahe merah adalah varian jahe yang
sangat cocok untuk herbal dengan kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya yang lebih
tinggi dibandingkan varian jahe lainya, karena itu biasanya jahe merah bisa digunakan untuk
pengobatan tradisional dan yang paling banyak diberikan dalam bentuk minuman jahe. Jahe
merah atau yang bernama latin (Zingiber officinale Roscoe) memiliki rimpang berwarna
merah dan lebih kecil, jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi
(Stikes & Waluyo, 2014).
B. Rumusan Masalah

“Apakah ada pengaruh jahe merah terhadap perubahan dismenore pada remaja putri di
(…).”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengidentifikasikan pengaruh jahe merah terhadap dismenore pada remaja putri


Universitas Batam

2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasikan skala nyeri haid (dismenore) sebelum dilakukan terapi
jahe merah
b) Mengidentifikasikan skala nyeri haid (dismenore) sesudah dilakukan terapu
jahe merah
c) Menganalisis pengaruh terapi jahe merah terhadap remaja putri di Universitas
Batam

D. Manfaat Penelitian
1) Meningkatkan pemahaman penatalaksanaan dismenore secara nonfarmakologis
dengan jahe merah
2) Meningkatkan kualitas hidup remaja putri dalam aktivitas sehari-hari
Gambaran Metode Penelitian

1) Penelitian: Quasy eksperimen design


2) Pendekatan penelitian: One/Two group pre test-post test 1. Intervensi group 2.
Control group
3) Populasi : (n) mahasiswi universitas batam Angkatan 2018/ siswi sma/smk (…) batam
4) Sample: (n) siswi/mahasiswi yang mengalami dismenore
5) Teknik penentuan sample: Teknik purposive sampling
6) Kriteria pemilihan sample: inklusi dan eksklusi
7) Analisis penelitian: univariat dan bivariat

Pretest-posttest (kuisioner)

Isi lembar kuisioner:

Skala nyeri haid (dismenore)

Derajat Dismenore Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Menurut Manuaba (2010)
dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:

1) Dismenore ringan
Seseorang akan mengalami nyeri atau masih dapat ditolerirkarena masih berada
pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat dilanjutkan kerja
sehari-hari. Dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-4,
untuk sekala wajah dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan
1-2 (Rakhma, 2012).

2) Dismenore sedang
Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan menekan-nekan bagian
yang nyeri, diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan
kerjanya. Dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6, untuk
skala wajah dismenoresedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 3
(Rakhma, 2012).
3) Dismenore berat
Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada kemungkinan seorang
tidak mampu lagi melakukan pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari
dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit
perut. Dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 7-10, untuk
skala wajah dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 4-5
(Rakhma, 2012).

Pengkajian Nyeri

1) Subyektif (Self Report)

a) NRS (Numeric Rating Scale) Merupakan alat penunjuk laporan nyeri untuk
mengidentifikasi tingkat nyeri yang sedang terjadi dan menentukan tujuan untuk fungsi
kenyamanan bagi klien dengan kemampuan kognitif yang mampu berkomunikasi atau
melaporkan informasi tentang nyeri.

b) VAS (Visual Analog Scale) Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan
menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Skala berupa suatu garis lurus yang panjangnya
biasanya 10 cm (atau 100 mm), dengan penggambaran verbal pada masing– masing
ujungnya, seperti angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10 (nyeri terberat). Nilai VAS 0 - <4=
nyeri ringan, 4 - >7= nyeri sedang, dan 7-10 = nyeri berat

c) Faces Analog Scale Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri, terdiri dari enam
wajah kartun yang diurutkan dari seorang yang tersenyum (tidak ada rasa sakit), meningkat
wajah yang kurang bahagia hingga ke wajah yang sedih, wajah penuh air mata (rasa sakit
yang paling buruk).
-Bahan dalam pembuatan jahe merah

1. 400 ml air

2. 100 gr jahe merah

3. 1-2 sendok makan gula pasir

-Berapa lama penelitian dilakukan: 2 hari

-Berapa kali dalam sehari: 1-2x sehari (saat nyeri)

Anda mungkin juga menyukai