PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :
SINDY FAJRINA
NIM : 108117070
AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
terjadi pada remaja putri (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2010). Menurut
(Dewi, 2012) Dismenore adalah nyeri yang dirasakan dengan gejala kompleks
Dismenore juga merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak pada
bagian bawah perut (Nugroho & Utama, 2014). Menurut (Marlinda, 2013)
Dismenore adalah gangguan fisik pada wanita yang sedang menstruasi berupa
gangguan nyeri atau kram perut. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah
Puncak insiden dismenore primer terjadi pada akhir masa remaja dan
di awal usia 20-an, insiden dismenore pada remaja dilaporkan sekitar 92%.
sekunder. Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada
terjadi akibat keadaan patologis pelvik yang spesifik. Sebanyak 50% wanita
membuat mereka tidak dapat beraktivitas harian mereka hal ini dirasakan satu
sampai dengan tiga hari dalam tiap bulannya. Dismenore primer dimulai sejak
enam bulan sampai dua tahun setelah haid pertama pada wanita. Rasa nyeri ini
terus meningkat di usia 25 tahun dan akan menurun setelah usia 30 sampai
dengan 35 tahun.
Peningkatan level PGF2-alfa dan PGE-2 akan meningkatkan rasa nyeri pada
alergi, pengetahuan, aktivitas, status gizi. Menurut penelitian (Ta Larasati &
pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah
perut. Adanya kontraksi yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormone
darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid. Menurut (Kazamaet al., 2015)
angka kejadien dismenore primer yaitu karena pola makan yang buruk, waktu
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Ta Larasati & Farida, 2016)
menjelaskan bahwa gejala dismenore primer yang banyak dialami oleh remaja
adalah kekakuan atau kejang dibagian bawah perut. Rasanya sangat tidak
muntah, kenaikan berat badan, perut kembung, punggung terasa nyeri, sakit
kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan depresi. Gejala ini datang sehari
sebelum haid dan berlangsung dua hari sampai berakhirnya masa haid.
kram perut yang dapat menjalar ke pinggang disertai rasa letih, rasa mual,
mencatat rata-rata kejadian 16,8 hingga 81% pada wanita muda. Menurut
sebesar 64,25% terdiri dari 54,89% dismenore primer. Pada tahun 2016 di
Indonesia tercatat angka kejadian dismenore sebesar 64,25 % yang terdiri dari
angka kejadian dismenore primer pada remaja wanita yang berusia 14 –19
Tengah berusia 15-19 tahun berjumlah ± 1,3 juta jiwa, (Badan Pusat Statistik
Jawa Tengah, 2010). Lebih dari 50% wanita yang menstruasi mengalami
ditingkat yang berbeda dan penyebab hilangnya hari kerja, tidak hadir
sebagian remaja karena nyeri yang dirasakan (Sakinah, 2016). Menurut (Ta
Larasati & Fridah, 2016) menjelaskan bahwa berbagai faktor risiko dismenore
tingkat kejadian dismenore primer. faktor risiko tersebut antara lain, menarke
usia dini, riwayat keluarga dengan keluhan dismenore, indeks masa tubuh
yang tidak normal, kebiasaan makan makanan cepat saji, durasi perdarahan
dismenore primer, antara lain yaitu riwayat keluarga, usia menarche dini (<12
tahun), siklus menstruasi yang lebih panjang, Indeks Massa Tubuh (IMT)
rendah, status sosial ekonomi dan gaya hidup yang tidak sehat (diet, stres dan
menarche dini, lama menstruasi, adanya riwayat keluarga, status gizi, dan pola
menjadi salah satu faktor resiko dari beratnya derajat nyeri dismenore primer.
Saat ini banyak remaja yang dimudahkan oleh teknologi dalam memenuhi
primer. Selain itu aktivitas fisik mempengaruhi sirkulasi darah ke uterus yang
timbulnya rasa nyeri tetapi bila seseorang teratur melakukan aktivitas, maka
dia dapat menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat per menit sehingga oksigen
faktor risiko yang inkonsisten. Remaja yang sering melakukan aktivitas fisik
oksigen pada uretus dan menyebabkan nyeri. Sebaliknya, aktivitas fisik yang
adalah aktivitas fisik akan memicu sekresi endorfin yang akan meningkatkan
salah satu faktor resiko terjadinya dismenore primer, status gizi yang rendah
saat menstruasi. Status gizi yang kurang baik juga disebabkan karena faktor
risiko pola makan yang kurang baik. Menurut (Sayogo, 2006:43) menjelaskan
restoran siap saji atau fastfood atau lebih suka makan makanan yang kurang
siap saji mengandung kadar lemak maupun berkalori sangat tinggi. Pola
konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak sarapan pagi
dan sama sekali tidak makan siang padahal mereka setiap bulannya
mengalami menstruasi.
prostaglandin yang akan menyebabkan rasa nyeri pada saat dismenore primer.
Menurut ( Paath et al, 2005:70) menjelaskan bahwa pola makan yang kurang
akan berdampak pada gangguan menstruasi, tetapi akan membaik bila pola
memperburuk timbulnya nyeri haid atau dismenorea primer. Salah satu cara
menstruasi, terbukti pada saat menstruasi terutama pada fase luteal akan
bahwa Pola konsumsi makanan remaja sering tidak teratur, para remaja
cenderung lebih suka untuk makan di luar dan jenis makanan yang sering di
makan berupa makanan siap saji atau fast food, dimana pada umumnya
Menurut (Mitayani & Sartik, 2010) menjelaskan bahwa remaja putri perlu
pada saat haid. Secara fisiologis remaja yang mengalami haid akan mengeluh
rasa nyeri, kurang nyaman, dan perutnya terasa begah. Tetapi tidak semua
remaja mengalami keluhan tersebut dikarenakan hal ini dipengaruhi oleh
nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi dan juga dengan olahraga yang
teratur. Menurut (Widagdo, 2017) menyebutkan ada beberapa zat gizi yang
peneliti pada Februari 2021 di Desa Randegan Kecamatan wangon dari hasil
hubungan antara aktivitas fisik, dan pola makan dengan kejadian dismenore
Banyumas.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Kabupaten Banyumas
2. Tujuan Khusus
Desa Randegan
C. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dan pola makan dengan kejadian
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Cilacap
b. Bagi peneliti
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian tentang hubungan antara aktifitas fisik dan pola makan dengan
Samarinda 2017”
makan, dan aktivitas fisik. Sedangkan variable terikat pada penelitian ini
dilakukan adalah pada salah satu variabel bebasnya yaitu aktivitas fisik
chi square.
Anis Aprilia adalah remaja putri kelas XII di SMA Negeri 5 Samarinda,
Banyumas.
Martapura P = 0,001.
Persamaan : persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah pada variable bebasnya yaitu aktivitas fisik dan variable
dilakukan yaitu ada penambahan variable bebas pada penelitian yang akan
Tujuan : tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola
Variable : variable bebas pada penelitian ini adalah pola makan dan
gangguan menstruasi.
korelasi 0,373 dengan P value 0,028 < 0,05 pada pola makan sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan terhadap
value 0,549 > 0,05 pada obesitas sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
dilakukan adalah pada salah satu variable nya yaitu pola makan. Dan
yaitu aktivitas fisik. Dan responden pada penelitian ini adalah mahasiswa
Kabupaten Banyumas.