Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POLIMENOREA

Untuk Memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah Kesehatan Perempuan

Disusun oleh:

Evi Nur janah I1B018017


Luqman Hakim I1B018023
Septi Windari I1B018063
Zayyana Nadiya F. K I1B018070
Haidar Amr Abdillah I1B018077
Quintha Huwaida I1B018079
Novi Vebianti I1B018081
Isnan Okta Nur Zaki I1B018088

KEMENTERIAN PENDIDIKAN TINGGI, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mengalami pubertas
hingga menuju level kematangan seksual. Pubertas adalah perubahan cepat pada
kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal, terutama yang
terjadi pada masa awal remaja (Santrock, 2003 dalam Fajri, 2011). Hurlock
(2004) menyatakan bahwa kriteria yang paling sering digunakan untuk
menentukan masa pubertas adalah munculnya menstruasi pertama (menarche)
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki (Fajri, 2011).
Haid atau menstruasi adalah pengeluaran darah dan sel sel tubuh dari
vagina yang berasal dari dinding rahim perempuan secara periodik (Heri et al.
2015). Remaja memiliki siklus haid yang sangat bevariasi. Hampir 90% wanita
yang memiliki siklus menstruasi 25-35 hari, dan hanya 10-15% yang memiliki
siklus 28 hari. Meskipun demikian, ada beberapa wanita yang memiliki
siklus yang tidak teratur, hal ini dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis
(Supratiknyo 2016).
Menurut Proverawati (2009) diperkirakan sebesar 20% remaja Indonesia
mengalami masalah dalam menstruasi, salah satunya adalah ketidakteraturan
siklus menstruasi yang rentan terhadap depresi, karena dapat menimbulkan
ketidakpastian yang mengakibatkan kecemasan dan keresahan pada diri remaja
itu sendiri. Cakir, M et al dalam Mulastin (2009) dalam penelitiannya
menemukan bahwa dismenore merupakan gangguan mentruasi dengan
prevalensi terbesar yaitu 89,5% diikuti ketidakteraturan siklus menstruasi
sebanyak 31,2%, serta perpanjangan siklus menstruasi sebanyak 5,3%. Pada
penelitian Bienieaz, et al (2007) mendapatkan prevalensi amenorea primer
sebanyak 5,3%, amenorea sekunder sebanyak 18,4%, oligomenorea 50%,
polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Gangguan
menstruasi sendiri adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menimbulkan nyeri, menyebabkan perdarahan tidak biasa yang lebih
banyak atau sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi
tertentu (Humaira, 2019)
Oleh karena itu, kami akan memaparkan salah satu gangguan pada siklus
menstruasi yaitu polimenorea.

1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pengkajian,
pemeriksaan penunjang, manajemen terapeutik dari polimenorea
1.2.2 Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan polimenorea
BAB II

PEMBAHASAN

2.01 Pengertian

Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan wanita


berkali-kali mengalami menstruasi dalam sebulan, bisa dua atau tiga kali atau
bahkan lebih. Normalnya, siklus menstruasi berlangsung selama 21- 35 hari
dengan durasi sekitar 2-8 hari. Wanita yang mengalami polimenorea memiliki
siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari dengan pola yang teratur dan
jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya (Sinaga dkk
2017)..

2.02 Etiologi

Menurut Saryono dan Sejati penyebab polimenorea adalah gangguan


hormonal, mengakibatkan gangguan ovulasi (pendeknya masa luteal), kongesti
ovarium karena peradangan dan endometriosis (Saryono dan Sejati 2009 dalam
Murti 2016).

Menurut Kusmiran (2012) factor risiko dari variabilitas siklus menstruasi


sebagai berikut:

a. Berat badan, penurunan berat yang akut dan sedang menyebabkan gangguan
fungsi ovarium
b. Aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi
fungsi menstruasi.
c. Stress
d. Diet
e. Paparan lingkungan dan kondisi kerja
f. Gangguan endokrin
g. Gangguan perdarahan
2.03 Tanda dan Gejala

Tanda-tanda gangguan siklus menstruasi adalah kejang pada punggung dan


otot terasa kencang, payudara yang lebih berat, sakit kepala, jerawat
bermunculan, waktu tidur yang tidak normal, gangguan pada mood, bengkak-
bengkak pada tubuh dan perdarahan lebih sakit dari biasanya oligomenore (Ahira
2010 dalam Murti 2016).

Menurut Sinaga (2017) polimenorea terjadi dengan adanya gejala seperti:

a. Siklus menstruasi kurang dari 21 hari


b. Menstruasi terjadi 2 atau 3 kali dalam sebulan
c. Jumlah perdarahan relative sama atau lebih banyak dari biasanya
d. Anemia
e. stress

2.04 Patofisiologi

Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam


tubuh. Gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stres,
kelelahan, gangguan gizi dan penggunaan kontrasepsi, Siklus haid yang tidak
teratur kebanyakan terjadi akibat faktor hormonal. Seorang wanita yang memiliki
hormon estrogen dan progesterone secara berlebihan memungkinkan terjadinya
haid dalam waktu yang lebih cepat.

Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal


pada aksis hipotalamus yang dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi
(pelepasan sel telur). Remaja dengan polimenorea berarti ada gangguan struktur
anatomi organ karena ada endometrium atau hormon yang tidak baik sehingga
sulit hamil. Gangguan ketidakseimbangan hormon dapat terjadi pada saat stres
dan depresi. Bila hal tersebut menjadi beban rohani yang melebihi kemampuan
maksimum rohani, dapat membuat kemampuan tubuh atau fungsi tubuh kurang
terkontrol secara sehat. Gaya hidup termasuk pola makan yang mempengaruhi
metabolisme progesterone dan estrogen (Kusmiran 2012).

2.05 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Morgan (2009)

 Pemeriksaan hormon, hormone yang diperiksa adalah hormone yang


menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan folikel serta hormone
yang folikel keluarkan (prolactin, TSH, FSH, LH)
 USG, untuk mengetahui keadaan endometrium dan kelainan
ginekologi
 Pemeriksaan darah, untuk mengetahui kelainan darah yang disebabkan
oleh penyakit yang menyebabkan terjadinya polimenorea

2.06 Manajemen Teraupetik

Berikut adalah penanganan yang dapat diberikan untuk penderita gangguan


siklus menstruasi menurut beberapa teori yang telah digunakan, yaitu (Murti
2016):

a. Farmakoterapi
Obat anti-inflamasi nonsteroid (asam mefenamat) dapat mengurangi
kehilangan darah pada saat menstruasi (Norwitz & Schorge, 2007).
b. Non-farmakoterapi
 Kontrasepsi oral secara efektif dapat mengoreksi banyak sekali kasus
ketidakteraturan menstruasi (Rayburn, 2001).
 Mengubah gaya hidup agar siklus menstruasi bisa teratur (Ahira,
2010).
 Dalam praktek biostimulasi dengan sinar laser dapat dibantu ketepatan
waktu agar menstruasi wanita teratur setiap bulannya, setelah
mempelajari terlebih dahulu pola siklus menstruasinya (Saryono &
Sejati, 2009).
 Rangsangan titik akupuntur terpilih dapat menolong beberapa jenis
gangguan menstruasi amenore sekunder (Saryono & Sejati, 2009).
 Perdarahan yang sedikit selama dua periode waktu merupakan bagian
dari perkembangan yang normal, jarang memerlukan intervensi,
kecuali dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan untuk wanita
tentang kenormalan perdarahan yang sedang terjadi (Varney, 2006).
 Untuk kelainan-kelainan structural seringkali memerlukan intervensi
bedah untuk menghilangkan gejala (Norwitz & Schorge, 2007).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.01 Pengkajian

DO : Jerawat bermunculan, bengkak pada tubuh. Terlihat lesu, TD : 90/60 mmHg,


N : 80, RR : 14, T : 37ºC

DS : Payudara lebih berat, sakit kepala, waktu tidur tidak normal, gangguan pada
mood, perdarahan lebih sakit dari biasanya

3.02 Diagnosa Keperawatan

A. Defisiensi pengetahuan b.d. kurang informasi tentang gangguan siklus menstruasi

B. Nyeri akut b.d.agen cedera biologis

C. Ansietas b.d ancaman pada status terkini

D. Keletihan b.d malnutrisi

3.03 NOC

A. Pengetahuan : Promosi Kesehatan

1. 182308 perilaku yang meningkatkan kesehatan (3 ke 4)

2. 182309 strategi mengelola stress (3 ke 4)

3. 182310 pemeriksaan kesehatan yang direkomendasikan (3 ke 4)

4. 182312 sumber peralatan kesehatan terkemuka (3 ke 4)

5. 182328 sumber informasi peningkatan kesehatan terkemuka (3 ke 4)

B. Kontrol Nyeri

1. 160502 mengenali kapan nyeri terjadi (2 ke 4)


2. 160504 menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesic (2 ke 4)

3. 160513 melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada professional kesehatan


(2 ke 4)

4. 160509 mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri (2 ke 4)

C. Tingkat kecemasan

1. 121104 Distress (2 ke 4)
2. 121105 Perasaan Gelisah (2 ke 4)
3. 121126 Penurunan Produktivitas (2 ke 4)

D. Kelelahan : Efek yang Mengganggu

1. 000804 Gangguan dengan aktivitas sehari-hari (2 ke 4)

2. 000808 Nafsu makan menurun (2 ke 4)

3. 000809 Perubahan status nutrisi (2 ke 4)

3.04 NIC :

A. Pengajaran Individu 5606

1. Penimbangkan kebutuhan pembelajaran pasien

2. Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari infomasi tertentu (yaitu,


tingkat perkembangan, status fisiologis, orientasi, nyeri. kelelahan. kebutuhan
dasar tidak terpenuhi, keadaan emosi, dan adaptasi terhadap penyakit)

3. Sesuaikan isi (pengajaran) dengan kognitif, psikomotor, dan efektif, serta


kemampuan) maupun kecacatan pasien

4. Rujuk pasien ke spesialis atau instansi lain untuk memenuhi kebutuhan


pembelajaran, dengan tepat
5. Sertakan keluarga dengan cara yang tepat

B. Manajemen Nyeri 1400

1. pertimbangkan pengaruh budaya terhadap tespon nyeri


2. pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya farmakologi,
non-farmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai
dengan kebutuhan
3. dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan cepat
4. gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat
5. beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.

C. Penguranan kecemasan

1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan


2. Pahami situasi krisis yang terjadi pada perspektif klien
3. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan
4. Berikan informasi faktual terkait diganosis, perawatan, dan prognosis

D. Manajemen Energi 0180

1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan


konteks usia dan perkembangan
2. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara farmakologis maupun
non fannakologis dengan tepat
3. Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dari
makanan
4. Monitor sumber kegiatan olahraga dan kelelahan emosional yang dialami pasien
5. Bantu pasien memantau secara mandiri dengan mencatat asupan kalori dan
energi yang dipergunakan sesuai dengan kebutuhan.
3.04 NIC + Rasional

A. pendidikan kesehatan

Identifikasi factor internal atau eksternal yang dapat menyababkan atau mengurangi
motivasi untuk berperilaku sehat

Pertimbangkan riwayat individu dalam konteks personal dan riwayat sosisal budaya
individu, keluarga dan masyarakat

Bantu individu, keluarga, dan masyarakat untuk mempejelas keyakinan dan nilai-nilai
kesehatan

Hindari penggunaan teknik dengan menakut-nakuti sebagai strategi untuk memotivasi


orang agar mengubah perilalku kesehatan atau gaya hidup

Tekankan manfaat kesehatan positif yang langsung atau (manfaat) jangka pendek
yang bisa diterima oleh perlaku gaya hidup positif daripada (menekankan pada)
manfaat jangka panjang atau efek negative dari ketidakpatuhan
BAB IV

PENUTUP

4.01 Kesimpulan

Menstruasi merupakan hal yang sangat fisiologis yang dialami oleh setiap
perempuan normal, Namun, ada hal yang harus diperhatikan bahwa tidak semua
parempuan mengalami menstruasi yang normal. Ada beberapa macam gangguan
menstruasi yang mungkin terjadi pada perempuan, salah satunya polimenorea. Tentu
saja, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang perempuan mengalami
polimenorea seperti karena kesuburan endometrium kurang akibat dari pengaruh
hormon kombinasi progesteron dan estrogen yang sangat berpengaruh pada
endometrium. Namun dengan demikian, polimenorea bukanlah suatu kejadian yang
sangat membahayakan. Dengan penanganan dan manajemen terapeutiik yang tepat,
polimenorea dapat disembuhkan. Selain itu, kita sebagai perawat juga dapat membuat
asuhan keperawatan yang holistic dan komprehensif untuk klien.

4.02 Saran

a. Setiap perempuan sebaiknya waspada terhadap gejala yang menunjukkan adanya


polimenorea .

b. Sebaiknya perawat memberikan penyuluhan pada tiap perempuan mengenai


polimenorea.
DAFTAR PUSTAKA

Heri, L., Cicih, M.I.S., Fajaryati, N., Marlinda, R., Rosalina., Purwaningsih, P.,
Anisa, M.V., Haryanti, R.S., Kurniawati, D., Program, M., Ilmu, S., Fakultas,
K., Kesehatan, I., Tunggadewi, U.T., Program, D., Keperawatan, S., Kemenkes,
P., Program, D., Ilmu, S., Fakultas, K., Kesehatan, I., Tunggadewi, U.T., Savitri,
R., Murtiningsih, Karlina, L., Kusumaryani, M., Antarwati, E., Kementerian
Kesehatan RI, Rustam, E., Bahri, A.A., Afriwardi, Yusrawati & Desti Ismarozi,
Sri Utami, iri N. 2015, ‘Gambaran Pengetahuan Remaja Puteri Terhadap Nyeri
Haid (Dismenore) dan Cara Penanggulangannya’, Jurnal Kesehatan Andalas,
vol. 2, no. 2, pp. 820–7.
Humaira, N. (2019). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Gangguan Menstruasi Pada
Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Angkatan 2018.
Kusmiran, ENY. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Soto.
Menstruasi, M., Menarche, P., Siswi, P. & Aceh, M.B. 2011, ‘Hubungan Antara
Komunikasi Ibu-Anak Dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama
(Menarche) Pada Siswi Smp Muhammadiyah Banda Aceh’, Hubungan Antara
Komunikasi Ibu-Anak Dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama
(Menarche) Pada Siswi Smp Muhammadiyah Banda Aceh, vol. 10, no. 2, pp.
133–43.
Murti, A.M. 2016, Karangmalang Kabupaten Sragen ( Description of Level Of
Knowledge of Adolescent Disorders Menstrual Cycle Grader XI SMK PGRI
District Karangmalang Sragen ) Abstract :, vol. 3, no. 2, pp. 54–62.
Norwitz, E.R and Schorge, J.O. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Erlangga,
Jakarta.
Rayburn, W.F and Carey, J.C. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika,
Jakarta.
Said, U. 2006. Masa Depan Ginekologi Remaja dalam Peningkatan Mutu Sumber
Daya Manusia. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Saryono dan Sejati, W. 2009. Sindrom Premenstruasi. Nuha Medika, Yogyakarta.
Supratiknyo 2016, ‘Pengaruh Stress Dan Gaya Hidup Terhadap Kejadian
Polimenorea Pada Remaja Putri’, Oksitosin Kebidanan, vol. 3, no. 2, pp. 94–
100.
Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. ECC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai