Anda di halaman 1dari 6

DISMENORE

A. Definisi
Dismenore (nyeri haid) merupakan hal yang seringkali dialami dan dikeluhkan
oleh wanita8. Dismenore disebabkan oleh kontraksi ritmis pada lapisan otot, yang
menunjukkan satu atau lebih gejala di perut bagian bawah, area bokong, dan paha
bagian dalam, mulai dari nyeri ringan hingga parah. Nyeri di perut bagian bawah,
menjalar ke pinggang dan paha. Terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala,
diare, dan ketidakstabilan emosi. Nyeri terjadi sebelum haid dan berangsur-angsur
hilang setelah darah haid mengalir keluar. (Asmarani A, 2020)
Menurut (Fatmawati & Aliyah, 2020) dismenore terbagi dua bagian ialah:
1. Dismenore Primer
Dismenore primer yaitu mentruasi yang tidak didasari oleh kelainan pada
organ reproduksi. Dalam kondisi ini, nyeri yang normal dirasakan perempuan saat
haid. Nyeri ini dimulai sejak haid pertama, biasanya dirasakan setelah 12 jam bahkan
lebih.
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder biasanya diakibatkan kelainan maupun gangguan di
organ reproduksi seperti, radang panggul, fibroid uterus, endometriosis atau
kehamilan etopik. Berbeda dengan gejala dismenore primer, nyeri dan rasa sakit dari
dismenore sekunder biasanya berlangsung lebih lama daripada dismenore primer.
Dismenore sekunder biasanya terjadi nyeri dalam beberapa hari sebelum masuk
menstruasi, semakin lama rasa nyeri itu semakin terasa pada saat mentruasi
berlangsung dan akan hilang pada beberapa hari setelah mesntruasi selesai. (Ernawati
Sinaga, Nonon Saribanon, 2017).

B. Patofisiologi
1. Dismenore Primer
Dismenore primer ialah proses yang normal dirasa saat perempuan mengalami
menstruasi. Hal ini dikarenakan kram akibat kontraksi pada otot di rahim yang intens
karena pelepasan dinding rahim yang sudah tidak digunakan. Penyebab dismenore
primer yaitu zat alamiah diproses di selsel lapisan di dinding rahim dengan
prostaglandin. Prostaglandin tersebut merangsang otot-otot halus di dinding rahim
untuk kontraksi, semakin banyak jumlah prostaglandin maka semakin kuat
kontraksinya, hingga nyeri akan semakin kuat. Dihari pertama menstruasi umumnya
kadar prostaglandin masih tinggi namun dihari ke dua bahkan seterusnya lapisan pada
dinding rahim memulai melepas serta kadar prostaglandin berkurang. Rasa sakit dan
rasa nyeri akan menurun, seiringnya kadar prostaglandin menurun. (Ernawati Sinaga,
Nonon Saribanon, 2017). Sedangkan menurut (Fatmawati & Aliyah, 2020) secara
garis besar beberapa faktor penyebab dismenore primer yaitu: Marche dini (mentruasi
pertama usia <12 tahun). Kurang berolah raga atau tidak pernah, lama haid tidak
normal, depresi dan stress.
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder biasanya penyebabnya gangguan atau kelainan pada
sistem reproduksi, seperti fibroid uterus, endometriosis, radang panggul atau
kehamilan ektopik dan adanya bekas luka karena pernah melakukan operasi di daerah
organ reproduksi. (Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon, 2017).

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dismenore


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayati, Sri dkk pada tahun 2020
dalam jurnal berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore Pada Remaja
di SMA Pemuda Banjaran Bandung menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
berhubungan kejadian dismenore. Antara lain sebagai berikut :
1. Status nutrisi
Hasil penelitian ini menunjukan paling banyak atau separuhnya siswi berstatus
nutrisi underweight sebanyak (42,7%) 50 siswi dengan dismenore primer.
Berdasarkan hasil analisis di peroleh nilai P value 0,01. Nilai ini lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05, yang menunjukan adanya hubungan antara status nutrisi dengan
kejadian dismenore primer. Menurut Pakaya (2014) dalam Hayati, Sri dkk (2020)
menyatakan bahwa status gizi merupakan hal yang penting dari kesehatan manusia.
Status gizi manusia dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh salah satunya adalah
fungsi reproduksi.
Status gizi dikaji dari IMT seseorang dengan membagi berat badan dengan
tinggi badan dalam meter kuadrat. Indeks massa tubuh yang berada dalam kategori
underweight dan overweight dapat berpengaruh pada fungsi reproduksi remaja.
Asupan gizi yang baik akan mempengaruhi pembentukan hormon-hormon yang
terlibat dalam menstruasi yaitu hormon FSH (Follicle-Stimulating Hormone), LH
(Luteinizing Hormone), estrogen dan juga progesteron. Hormon FSH, LH dan
estrogen bersama-sama akan terlibat dalam siklus menstruasi, sedangkan hormon
progesteron mempengaruhi uterus yaitu dapat mengurangi kontraksi selama siklus
haid. (Trimayasari dan Kuswandi, 2014)
2. Pola Menstruasi
Menstruasi yang lama pada seorang wanita meningkatkan produksi hormon
prostaglandin sehingga berlebih yang akhirnya menimbulkan nyeri ketika menstruasi.
Berlebihnya produksi prostaglandin disebabkan kontraksi otot uterus yang berlebihan
selama menstruasi (Marlina R, Rosalina & Purwaningsih, 2013). Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sophia, F (2013) yang menyebutkan bahwa semakin
lama menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus berkontraksi dan akibatnya
semakin banyak pula hormon prostaglandin yang dikeluarkan. Akibat hormon
prostaglandin yang berlebihan maka timbul rasa nyeri pada saat menstruasi.
3. Riwayat Keluarga
Hasil ini menunjukan paling banyak atau hampir sepenuhnya (66,7%)
sebanyak 78 siswi yang mengalami dismenore primer dengan memiliki riwayat
dismenore primer pada keluarganya. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji
chi-square diperoleh nilai p-value 0,01 yang berarti terdapat hubungan anatara riwayat
keluarga dengan kejadian dismenore primer. Wanita yang memiliki riwayat dismenore
primer pada keluarganya memiliki prevalensi yang lebih besar untuk terjadinya
dismenore primer.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ade,
S.,Sarwinarti dan Purwati, P. (2019) menyatakan bahwa responden yang mempunyai
riwayat keluarga dengan dismenore primer lebih banyak mengalami dismenore ringan
yaitu 34 responden (45.9%) dibandingkan kategori yang lain. Terdapat hubungan
antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore primer (p=0,000) dengan
kekuatan hubungan kategori kuat (r=0,592). Koefisien korelasi (r) bertanda positif
berarti adanya riwayat dismenore primer dalam keluarga meningkatkan kejadian
dismenore primer pada remaja.
4. Pola Olahraga
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan perhitungan uji chi-
square dieproleh nilai p-value 0,03 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kebiasaan olahraga dengan kejadian dismenore primer. Wanita yang melakukan
olahraga secara teratur setidaknya 30-60 menit setiap 3-5x per minggu dapat
mencegah terjadinya dismenore primer. Setiap wanita dapat sekedar berjalan-jalan
santai, jogging ringan, berenang, senam maupun bersepeda sesuai dengan kondisi
masing-masing. (Manuaba, 2010)

D. Asuhan Kebidanan pada Dismenore


Menurut Simajuntak J Krisman (2021) dismenore dapat diredakan dengan cara
berendam di air hangat dengan mencampurkan garam mandi ataupun minyak
aromatik, dapat juga dengan mengkonsumsi susu berkalsium tinggi dan
memperbanyak asupan zat besi pada saat menstruasi berlangsung. Olahraga ringan
sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore membiasakan berolahraga dan
memlakukanaktivitas fisik pada saat sebelum dan selama haid membuat aliran darah
sekitar uterus menjadi lancar sehingga rasa nyeri berkurang/hilang. Hal ini
disebabkan karena tubuh akan menghasilkan endorphin sebagai zat penenang sehingga
menjadi rileks dan rasa nyaman. Latihan olahraga akan menurunkan kadar
progesterone serta melepaskan endorphin yang dapat memberikan efek penurunan rasa
nyeri.
MIND MAPPING

DAFTAR PUSTAKA
Anurogo, D. & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi nyeri Haid. Yogyakarta : Andi.

Ernawati Sinaga, Nonon saribanon, Suprihantin, Nailus Sa’adah, Ummu Salamah, Yulia
Andani Murti, Agusniar Trisnamiati, S. L. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi.

Fatmawati, E & Aliyah, AH 2020, “Hubungan Menarche dan Riwayat Keluarga dengan
Dismenore (Nyeri Haid),” Jurnal Kesehatan Madani Medika, vol. 11, no. 1, hal. 12–20.

Herawati Rika (2017). Factors Influencing The Incidence Of Menstrual Pain Of


Dysmenorrhea On Students Madrasah Aliyah Negeri Pasir Pengaraian. Universitas Pasir
Pengairan

Sinaga, E., dkk. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas Nasional.

Tsamara, G. (2020). Hubungan gaya hidup dengan kejadian dismenore primer pada
mahasiswi program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 2(2621–6507).

Asmarani A. (2020), Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat Tehadap Penurunan


Intesitas Dismenore Primer Pada Mahasiswi AKBID Pondok Pesantren Assanadiyah
Palembang.

Oktabriabriani, 2015. Hubungan Status Gizi dan Kebiasaan Olahraga Dengan


Kejadian Dismenore Primer Pada Mahasiswa D III Kebidanan Universitas
Muhamadiyah Ponorogo. Prosiding Seminar dan Call for Paper, Movingto Word New
Scientific Research in Midwefery Practice, AIPKIN,Jakarta Timur.

Trimayasari, D & Kuswandi, K (2014). Hubungan Usia Menarche dan Status Gizi Siswi SMP
Kelas 2 dengan Kejadian Dismenore. Jurnal Obstetrika Scientia. Volume 2. Nomor 2.

Marlina. R., Rosalina., Puwaningsih.P. (2013). Pengaruh Senam Dismenore Terhadar


Penurunan Dismenore pada Remaja Putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati. Jurnal
Keperawatan Maternitas Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Volume 1. Nomor 2

Simajuntak J Krismana. (2021) Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap tentang


dismenorea pada remaja putri. Karya tulis ilmiah Politeknik Kesehatan Medan

Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., Manuaba, I. B. G. (2010). Buku Ajar Penuntun


Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai