Anda di halaman 1dari 16

Pengetahuan dasar tentang krisis kesehatan di masa pandemi covid-19

Pada bulan desember 2019 di wuhan cina, adalah awal terdeteksinya sebuah virus mematikan.
Yang kemudian menjadi bencana, hampir diseluruh belahan dunia termasuk indonesia. Virus
yang diberi nama SARS-CcV-2 penyebab penyait coronavirus disease 2019. Atau covid-19 ini
masih termasuk dalam golongan virus penyebab penyakit SARS dan MERS yang juga
mendunia. Penyebaran covid-19 ini terjadi melalui droplet atau tetesan air pernapasan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya berbicara jarak dekat, seseorang saat batuk
memegang benda yang terkontaminasi virus, lalu mengenai mata, hidung, atau mulut. Selain itu
penularan covid-19 dari ibu ke janin juga telah terbukti. Meskipiun risikonya tergolong kecil
yaitu sekitar 3,2%. Orang terinfeksi COVID-19 akan menunjukkan gejala yang sangat bervariasi.
Mulai dari gejala ringan hingga berat, namun adapula yang tidak menunjukkan gejala.
Berdasarkan studi yang dilakukan gejala yang paling sering muncul adalah demam, batuk,
kehilangan indera penciuman, nyeri otot, sesak napas, dan lain sebagainya. Gejala tersebut bisa
muncul dalam jangka waktu 2 hingga 14 hari setelah terpapar virus. Lalu mengapa COVID-19
menjadi sebuah penyakit yang berbahaya? Karena penyebaran virus ini berlangsung sangat cepat
bahkan pada 11 Maret 2020 COVID-19 resmi dideklarasi sebagai Pandemi oleh WHO, karena
telah tersebar ke lebih dari 170 negara. Diindonesia sendiri pertanggal 21 Desember 2020
terdapat 665 ribu kasus terkonfirmasi, dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 19ribu jiwa.
COVID-19 telah menyebabkan krisis kesehatan dan mengganggu jalannya program kesehatan
yang sedang berlangsung. Kunjungan pasien ke rumah sakit berkurang karena takut terpapar
virus, juga menurunnya jumlah anak dan balita yang mengikuti program imunisasi. Karena itu
tenaga medis perlu bertindak unutk menjaga pelayanan klinis tetap aman dan meningkatkan
kepercayaan masyarakat. Semua pelayanan klinis perlu diasumsikan bahwa pasien memiliki
COVID-19 meskipun tidak bergejala. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan termasuk bidan wajib
menggunakan alat pelindung diri atau APD sesuai prosedur. Jenis APD yang perlu digunakan
oleh bidan di ruang konsultasi umum, biasanya terdiri dari masker bedah, baju kerja, pelindung
mata atau wajah, sarung tangan, dan pelindung kepala. Jika ditemukan pasien dengan gejala
COVID-19 maka bidan harus melapor kepada dokter atau petugas yang berwenang untuk
dilakukan tes atau pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya COVID-19. Bidan sebagai salah
satu tenaga kesehatan di garis depan perlu mengetahui cara pencegahan COVID-19 agar dapat
memberikan edukasi kepada pasien dengan tepat. Tiga hal utama yang dapat dilakukan untuk
mencegah penularan COVID-19 adalah dengan melakukan physical distancing atau menjaga
jarak, menggunakan masker secara universal, juga menjaga kebersihan tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitaizer. Jika semua pihak
berpartisipasi dengan baik tentunya laju penyebaran COVID-19 dapat ditekan dan bencana ini
akan segera selesai.
PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA MASA PANDEMI COVID-19

Pada awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan penemuan kasus orang terinfeksi SARS-CoV-2
penyebab penyakit coronavirus disease 2019 atau COVID-19. Melihat cepatnya transmisi virus
SARS-CoV-2 di berbagai negara, WHO kemudian menetapkan status COVID-19 sebagai
pandemi. Dalam situasi pandemi ini, kesehatan ibu hamil harus tetap dijaga dan diberi perhatian
tambahan agar kehamilannya dapat berjalan optimal. Data gugus tugas percepatan penanganan
COVID-19 per 14 september 2020 menunjukkan sebanyak 4,9% ibu hamil terkonfirmasi
COVID-19 dari jumlah 1.483 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil termasuk dalam
kelompok yang rentan terinfeksi COVID-19. Kondisi ini dikhawatirkan dapat meningkatkan
morbiditas maupun mortalitas ibu hamil dan janin dalam kandungannya. Pelayanan antenatal
harus terus didorong agar ibu hamil tetap memantau kehamilannya selama masa pandemi
COVID-19 dengan memperhatikan protokol kesehatan termasuk physical distancing. Sebelum
melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan, ibu hamil harus membuat janji temu terlebih dulu
dengan tenaga kesehatan pemberi layanan kebidanan, guna menentukan jadwal pertemuan dan
mendapatkan saran.

Selama masa pandemi, para bidan harus tetap menjalankan pelayanan antenatal yang sesuai
standart yaitu pertama, pemeriksaan dilakukan minimal 6 kali selama kehamillan dan sesuai
jadwal. Berikut tabel yang menunjukkkan pengaturan penhadwalan pelayanan antenatal pada
masa pandemi.
Kedua, dilakukan oleh tenaga kebidanan dan atau tenaga medis yang memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR). Ketiga, memenuhi kriteria minimal 10T. Dan yang keemapt, dilakukan di
fasiltas pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta. Jangan lupa juga untuk
menjalankan protokol kesehatan yang berlaku selama pelayanan. Seperti menggunakan APD
lengkap, sterilisasi alat, dan mencuci tangan agar mengurangi risiko penularan COVID-19da
para ibu dan Bidan itu sendiri. Bidan harus selalu waspada tetapi juga selalu siap sedia
mempersiapkan pelayanan yang aman dan berkualitas untuk para ibu dan bayi. Lakukan
persiapan sebelum memberikan pelayanan Antenatal Care secra tatp muka, yaitu:

1. Membuat janji temu atau teleregistrasi


Janji temu atau teleregistrasi adalah pendaftaran diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
melalui media komunikasi seperti telepon, SMS, atau aplikasi Whatsapp oleh ibu hamil,
sebelum melakukan kunjungan antenatal tatap muka. Saat membuat janji temu, petugas
juga melakukan skrining anamnesa untuk mengetahui faktor risiko dan gejala COVID-
19, HIV, hepatitis B, sifilis, infeksi menular seksual lainnya, serta potensi adanya
gangguan jiwa, terutama pada remaja dan ibu hamil dengan masalah mental.
2. Mempelajari buku KIA
Ibu hamil diminta mempelajari dan menetapkan informasi didalam buku KIA dalam
kehidupan sehari-hari. Diantaranya mengenali tanda bahaya pada kehamilan, memantau
konsisi kehamilan secara mandri, menjaga nutrisi dan kebersihan diri, dan mengonsumsi
tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan tenaga kesehatan. Pada ibu hamil
berstatus suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, saat pelayanan mulai KIE
mengenai pilihan inisiasi menyusi dini, rawat gabung, dan menyusui. Agar saat
persalinan, Ibu hamil sudah memiliki pemahaman dan keputusan untuk mengasuh
bayinya.
3. Melakukan Konseling tentang perjalanan untuk ibu hamil
Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke luar negeri, atau ke daerah dengan
transmisi lokal atau zona merah, dan mengikuti aturan perjalanan yang dilakukan
pemerintah. Bidan harus menanyakan riwayat perjalanan ibu hamil, terutama dalam 14
hari terakhir dari daerah dengan penyebaran COVID-19 yang luas. Jika dirasa perlu
memberikan peayanan tatap muka dan ternyata pasien terindikasi COVID-19, maka
bidan harus mempersiapkan diri, memahami, dan menjalankan poin-poin berikut, yaitu :
a. Penggunaan APD sesuai standar dan tetap lakukan protokol kesehatan pencegahan
penularan COVID-19
b. Penularan COVID-19 terjadi melalui kontak, droplet, dan airbone. Untuk itu perlu
dijaga agar proses penularan ini tidak terjadi pada tenaga kesehatan dan pasien.
c. Isolasi tenaga kesehatan dengan APD yang sesuai dan tata laksana isolasi bayi dari
ibu suspek/kontak erat.terkonfirmasi COVID-19 merupakan fokus utama dalam
manajemen pertolongan persalinan.
d. Jaga jarak minimal 1 meter jika tidak diperlukan tindakan
e. Segera menginfokan kepada tenaga penanggung jawab infeksi di tempatnya bekerja
atau komite PPI apabila kedatangan ibu hamil yang telah terkonfirmasi COVID-19
atau suspek.
f. Tempatkan pasien yang telah terkonfirmasi COVID-19, probable, atau suspek dalam
ruangan khusus yang sudah disiapkan sebelumnya bagi fasilitas pelayanan kesehatan
yang sudah siap atau sebagai pusat rujukan pasien COVID-19. Jika ruangan khusus
ini tidak ada, pasien harus sesegera mungkin dirujuk ke tempat yang ada fasilitas
ruangan khusus tersebut.
g. Asuhan maternal dilakukan diruang isolasi khusus ini termasuk saat persalinan dan
nifas.

Berikut akan dijelaskan pencegahan dan pengendalian infeksi yang perlu dilaksanakan oleh para
bidan:
1. Mencuci tangan
Mencuci tangan dilakukan sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik,
sebelum terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak
dengan lingkungan diluar pasien
a. Nyalakan kran dan aturan aliran air sesuai kebutuhan. Basahi tangan, ambil cairan
sabun antiseptic kurang lebih 2 cc, ratakan sabun dengan menggosok telapak tangan
secara melingkar.
b. Letakkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dengan jari terjalin untuk
membersihkan punggung tangan, ulangi untuk tangan sebaliknya.
c. Satukan telapak tangan kanan dan kiri dengan jari saling terkait untuk membersihkan
sela – sela jari, bersihkan sela – sela jari 4 hitungan.
d. Bersihkan punggung jari – jari tangan dengan jari – jari tangan saling
bertautan/mencuci.
e. Bersihkan ibu jari kiri dengan jari – jari tangan kanan.
f. Bersihkan ujung – ujung jari dan kuku dengan gerakan melingkar.
g. Bilas kedua tangan dengan urutan 6 langkah, lalu keringkan dengan tissue atau lap
sekali pakai. (Gunakan tissue atau lap tangan tersebut sebagai pelapis pada saat
mematikan kran air).
2. Memakai APD
a. Petugas masuk ke ruang ganti, pastikan tidak ada aksesoris tangan yang masih
terpakai.
b. Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan baik dan tidak rusak, pastikan
ukuran sarung tangan yang tersedia sesuai dengan ukuran tangan petugas.
c. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau handrub menggunakan 6 langkah.
( Pada saat memencet handrub sebaiknya posisi tangan dibalik atau menggunakan
punggung tangan, yang relative lebih bersih daripada telapak tangan).
d. Kenakan sepatu pelindung atau boots. ( Jika petugas menggunakan sepatu kets atau
sepatu lainnya, maka petugas harus menggunakan pelindung sepatu atau shoe covers.
Pelindung sepatu dipakai diluar sepatu dan harus menutupi celana panjang petugas).
e. Pakai gown bersih yang menutupi badan dswngan benar. Masukkan bagian leher
kemudian ikat tali ke belakang, pastikan tali terikat dengan baik.
f. Pasang masker dengan cara meletekkan masker didepan hidung dan mulut, dan tarik
karet masker hingga ke belakang kepala. (Bila mengunakan masker N95, petugas
perlu melakukan seal check. Caranya dengan menarik nafas yang akan menyebabkan
masker N95 mengempis, kemudian tiup masker untung merasakan adanya aliran
udara di dalam masker).
g. Pasang pelindung mata atau goggle dengan rapat hingga menutupi area mata.
h. Pasang pelindung kepala untuk menutupi seluruh bagian kepala, untuk menutupi
seluruh bagian telinga. (Apabila petuga skesehatan akan melakukan tindakan aerosol,
maka petugas dapat menambhakan pelindung wajah atau face shield setlah
pemasangan pelindung kepala. Caranya, tempatkan bando face shield diatas alis dan
patikan face shield menutupi seluruh wajah sampai ke dagu).
i. Gunakan sarung tangan yang menutupi hingga lengan gown. Setelah terpakai
rapihkan sarung tangan sehingga tidak ada lipatan – lipatan.
Setelah APD terpsang dengan baik, petugas kesehatan dapat menjalankan tugasnya. Selama
bertugas, petugas dilarang menggantungkan masker di leher, memakai sarung tangan sambil
menulis dan menyentuh area permukaan sekitar tempat kerja. Setelah praktik selesai,
petugas harus segera melepas APD dengan langkah – langkah yang tepat.

3. Melakukan SOP dekontaminasi alat sampai dengan DTT, sebelum dan sesudah
memberikan asuhan pada ibu hamil.

Pelayanan Antenatal Care harus dijalankan sesuai standar 10T yang sudah ditetapkan dan
menerapkan protokol kesehatan dalam memberikan pelayanan yang meliputi:

1. Timbang berat dan ukur tinggi badan


2. Ukur tekanan darah
3. Menetapkan status gizi
4. Mengukur tinggi fundus uteri
5. Menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6. Skrining status imunisasi TT (Dan pemberian imunisasi TT bla diperlukan)
7. Test laboratorium
Untuk mengetahui kondisi yang umum seperti HB, Golongan darah, HIV dan lain
sebagainya. Dan beberapa kondisi yang lebih spesifik untuk mengetahui adakah risiko
selama kehamilan.
8. Tata laksana atau penanganan kasus sesuai kewenangannya
9. Pemberian Tablet Zat Besi (90 Tablet Selama Kehamilan)
10. Temu Wicara Atau Konseling Sesuai Dengan Buku Pedoman Pelayanan Antenatal
Terpadu
Selama pandemi, temu wicara atau konseling dapat dimodifikasi secara online, seperti
melalui telepon atau aplikasi Whatsapp. Temu wicara atau konseling pada ibu hamil lebih
ditekankan pada nutrisi, persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi, IMD, dan ASI
eksklusif, serta KB pasca persalinan
Setelah selesai memberikan pelayanan ANC, bidan melakukan pencatatan pada rekam medis
atau kertu ibu, buku KIA dan kohort ibu. Hasil dari pencatatan kohort ibu akan dilaporkan secara
berjenjang. Berikut akan dijelaskan ogoritma tata laksana kasus pelayanan antenatal terintegrasi.
Gambar Alur Pelayanan ANC Pada Masa Pandemi

Rekomendasi khusus pemberian pelayanan ANC kepada ibu hamil berstatus suspek atau
terkonfirmasi COVID-19 meliputi:

1. Ibu hamil terkonfirmasi COVID-19 harus segera dirawat di rumah sakit


2. Investigasi laboratooorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetap dilakukan
3. Pemeriksaan rutin ultrasonografi untuk sementara dapat ditunda sampai ada rekomendasi
episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko
tinggi.
4. Perawatan antenatal lanjutan pasca perawatan dilakukan 14 hari setelah periode penyakit
akut berakhir. Pemeriksaan ultrasonografi antenatal untuk pengawasan pertumbuhan
janin dilakukan 14 hari setelah resolusi penyakit akut.
Jika ibu hamil mengalami gejala memburuk maka:
1. Dibentuk tim multi-disiplin yang terdiri dari konsultan dokter spesialis penyakit
infeksi (jika tersedia), dokter kandungan, bidan, dan dokter anestesi.
2. Perawatan medis pada ibu hamil menjadi prioritas utama pembahasan dalam rapat
tim.
3. Dipilih lokasi perawatan yang paling tepat (unit perawatan intensif, ruang isolasi)
4. Dilakukan evaluasi terhadap kondisi ibu dan janin
5. Dilakukan perawatan medis dengan terapi suportif standar untuk menstabilkan
kondisi ibu.

Pelayanan Antenatal untuk ibu hamil yang telah pulih dari COVID-19 meliputi:

1. Melanjutkan pelayanan antenatal pada ibu hamil yang telah sembuh dari COVID-19
2. Pelayanan yang terlewat selama isolasi mandiri atau perawatan di rumah sakit dapat
segera dilengkapi setelah periode isolasi berakhir.
3. Ibu hamil dengan riwayat berat perlu menjalani pemeriksaan ultrasonografi 14 hari
setelah sembuh untuk melihat pertumbuhan janin. Kecuali terdapat indikasi lain yang
membutuhkkan pemeriksaan ultrasonografi lebih cepat dari 14 hari.
4. Kriteria sembuh untuk pasien dengan gejala menurut WHO yaitu 10 hari setelah onset
gejala dan minimal 3 hari tanpa gejala

Upaya pencegahan umum yang dapat dilakukan oleh ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru
lahir, dan ibu menyusui selama masa pandemi COVID-19

1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik (cara cuci tangan yang
benar pada buku KIA). Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar
(BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum makan (baca Buku KIA)
2. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
3. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
4. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas kesehatan yang
sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
5. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat yang
telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk sesuai etika batuk.
6. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.
7. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran napas,
termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk
melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan
lainnya.
8. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat
orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti
hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
9. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan. Sedangkan masker kain
dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya.
10. Cara penggunaan masker yang efektif :
 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian eratkan dengan
baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah.
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.

 Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh bagian depan masker,
tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan, segera cuci
tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika masker yang
digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.

 Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis sesuai SOP.
11. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang direkomendasikan oleh
Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3 lapis. Menurut hasil penelitian, masker kain dapat
menangkal virus hingga 70%. Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam.
Setelahnya, masker harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan dipastikan bersih sebelum
dipakai kembali.
12. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin dan nifas harus menggunakan masker dan menjaga
jarak.
13. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau hewan lain pembawa
COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan
14. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan darurat yang
tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau
langsung ke RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
15. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak untuk pergi
diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau praktisi kesehatan terkait.
16. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media sosial terpercaya.

Oleh karena itu bidan harus selalu siap siaga dalam memberikan pelayanan dimasa pandemi ini.
Pelayanan ANC yang sesuai standar, dan dilakukan secara komprehensif dan berkualitas dapat
memberikan perlindungan secara menyeluruh terhadap ibu dan bayinya selama proses kehamilan
pada masa pandemi COVID-19 ini. Penyelenggaraan pelayanan antenatal pada masa pandemi
harus mempertimbangkan pencegahan penularan COVID-19 dengan penerapan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) baik bagi ibu dan janinnya, maupun tenaga kesehatan. Pelayanan
kunjungan antenatal didahului dengan janji temu atau teleregistrasi melalui media komunikasi
untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-19 juga faktor risiko lainnya. Sebagai deteksi dini
faktor risiko dan dilanjutkan dengan penatalaksanaan pelayanan ANC sesuai dengan
rekomendasi WHO, standar 10T dan penerapan Protokol kesehatan. Tenaga kesehatan juga harus
memperkuat kemampuan ibu dan keluarga dalam memahami buku KIA, untuk mengenali tanda
bahaya dan menerapkan asuhan selama kehamilan serta pasca persalinan dalam kehidupan
sehari-hari.
Modul 5 A
Sebagai garda terdepan memerangi Covid-19 tentunya seluruh tenaga kesehatan termasuk bidan.
Harus siap siaga memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas, mengingat menurunnya
jumlah passion yang berkunjung ke fasilitas kesehatan kerena takut terpapar virus. Tenaga
kesehatan perlu menunjukan tindakan pencegahan penularan virus, dengan menjalankan
prosedur yang berlaku karena apabila tindakan yang dilakukan tidak sesuai prosedur dapat
berpotensi menularkan penyakit infeksi baik pada pasien yang lain atau bahkan yang lain atau
bahkan petugas kesehatan itu sendiri. Bidan sebagai sumber daya manusia di fasilita pelayanan
mempunyai resiko tingkat sedang tertular virus SARS-CoV-2, karena melakukan kontak
langsung dengan pasien yang belum diketahui status terinfeksi COVID-19 saat praktik. Oleh
karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri atau APD wajib dilakukan.
PemakaiAN APD bertujuan unuk melindungi kulit dan membrane mukosa dari resiko pajanan
darah, cairan tubuh, dan selaput lender dari pasien ke petugas, juga sebaliknya. APD terdiri dari
pelindung tangan yaitu sarung tangan, pelindung pernapasan yaitu masker atau respirator,
pelindung wajah dan mata, Kap penutup kepala, pelindung tubuh yaitu apron atau gown dan
pelindung kaki bisa berupa sepatu tertutup atau sepatu boot.
Tata cara memakai APD :
1. Petugas masuk ke ruang ganti, pastikan tidak ada aksesoris tangan yang masih terpakai.
2. Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan baik dan tidak rusak, pastikan ukuran
sarung tangan yang tersedia sesuai dengan ukuran tangan petugas.
3. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau handrub menggunakan 6 langkah. ( Pada
saat memencet handrub sebaiknya posisi tangan dibalik atau menggunakan punggung
tangan, yang relative lebih bersih daripada telapak tangan).
4. Kenakan sepatu pelindung atau boots. ( Jika petugas menggunakan sepatu kets atau
sepatu lainnya, maka petugas harus menggunakan pelindung sepatu atau shoe covers.
Pelindung sepatu dipakai diluar sepatu dan harus menutupi celana panjang petugas).
5. Pakai gown bersih yang menutupi badan dswngan benar. Masukkan bagian leher
kemudian ikat tali ke belakang, pastikan tali terikat dengan baik.
6. Pasang masker dengan cara meletekkan masker didepan hidung dan mulut, dan tarik
karet masker hingga ke belakang kepala. (Bila mengunakan masker N95, petugas perlu
melakukan seal check. Caranya dengan menarik nafas yang akan menyebabkan masker
N95 mengempis, kemudian tiup masker untung merasakan adanya aliran udara di dalam
masker).
7. Pasang pelindung mata atau goggle dengan rapat hingga menutupi area mata.
8. Pasang pelindung kepala untuk menutupi seluruh bagian kepala, untuk menutupi seluruh
bagian telinga. (Apabila petuga skesehatan akan melakukan tindakan aerosol, maka
petugas dapat menambhakan pelindung wajah atau face shield setlah pemasangan
pelindung kepala. Caranya, tempatkan bando face shield diatas alis dan patikan face
shield menutupi seluruh wajah sampai ke dagu).
9. Gunakan sarung tangan yang menutupi hingga lengan gown. Setelah terpakai rapihkan
sarung tangan sehingga tidak ada lipatan – lipatan.
Setelah APD terpsang dengan baik, petugas kesehatan dapat menjalankan tugasnya. Selama
bertugas, petugas dilarang menggantungkan masker di leher, memakai sarung tangan sambil
menulis dan menyentuh area permukaan sekitar tempat kerja. Setelah praktik selesai, petugas
harus segera melepas APD dengan langkah – langkah yang tepat.
Tata cara melepas APD :
1. Petugas harus berdiri diarea kotor.
2. Lepas sarung tangan dengan cara mencubit sedikit bagian luar sambil di tarik mengarah
ke depan, kemudian lipat di bagian ujung dalam sarung tangan. Lepaskan sarung tangan
di atas tangan pertama, lalu masukkan sarung tangan kotor tersebut ke tempat sampah
infeksius.
3. Lakukan desinfeksi tangan dengan hand sanitizer menggunakan 6 langkah. ( Jangan lupa
pada saat memencet botol handrub posisi tangan dibalik atau menggunakan punggung
tangan, karena relatif lebih bersih dari pada telapak tangan).
4. Buka gown atau apron secara perlahan dengan membuka ikatan tali di belakang, pegang
sisi bagian dalam lalu lipat bagian luar ke arah dalam. (Usahakan bagian luar tidak
menyentuh pakaian petugas). Segera masukkan gown atau apron kotor ke tempat sampah
infeksius. Sebelum membuka pelindung mata atau goggles, lakukan desinfeksi tangan
menggunakan 6 langkah. Buka face shield secara perlahan sebelum melepas pelindung
kepala. Caranya adalah dengan memegang belakang face shield kemudian masukkan face
shield ke dalam kota tertutup. Lakukan desinfeksi tanngan dengan mengunakan 6
langkah.
5. Buka pelindung kepala dengan cara memasukkan tangan ke sisi bagian dalam pelindung
kepala, dimulai dari bagian belakang dan perlahan menuju bagian depan. Kemudian
segera masukkan ke tempat sampah infeksius.
6. Buka pelindung mata atau goggles. Lepaskan pelindung mata, kemudian masukkan
pelindung mata ke dalam kotak tertutup. Kembali lakukan desinfeksi menggunakan 6
langkah.
7. Lepaskan masker dengan cara tarik karet masker dari belakang kepala kea rah depan. Dan
buanglah ke tempat sampah infeksius. Lakukan desinfeksi tangan menggunakan 6
langkah setelah melepas masker
8. Lepas sepatu boots yang dikenakan. (Jika menggunakan pelindung sepatu, buka
pelindung sepatu dengan cara memegang sisi bagian dalam dimulai dari bagian belakang
sepatu).
9. Lakukan kembali desinfeksi tangan dengan handrub menggunakan 6 langkah atau cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir.
Setelah membuka scrub suit atau seragam, petugas harus segera mandi untuk melanjutkan
memakai baju biasa. Langkah – langkah pelepasan APD harus dilakukan dengan seksama serta
urutan yang benar, agar tidka mengkontaminasi diri sendri dan menyebarkan infeksi pada
lingkungan.
Modul 5B
Kebersihan tangan di masa pandemic merupakan salah satu hal yang wajib dijaga oelh semua
kalangan termasuk para bidan, dengan rutin mejaga kebersihan tangan rantai penularan virus
dapat terputus. Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan tangan :
1. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (Jika tangan kotor).
2. Menggunakan cairan berbahan dasar alkohol (Jika tangan tampak bersih).
Sebelum dijelaskan lanngkah – langkah yang tepat perlu diketahui beberapa prinsip keberihan
tangan :
1. Pastikan semua petugas kesehatan sudah memahami 5 waktu dan 6 langkah kebersihan
tangan serta melaksanakannya dengan benar.
2. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 waktu yaitu, sebelum kontak dengan pasien,
sebelum tindakan, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien dan
setelah kontak dengan lingkungan pasien.
3. Mematuhi langkah – langkah kebersihan tangan secara berurutan dengan baik dan benar.
4. Di fasillitas kesehatan harus dipastikan teredia sarana kebersihan berupa air mengalir dan
sabun dalam dispenser tertutup dan atau cairan berbahan dasara alkohol.
5. Sebelum melakukan kebersihan tanga, pastikan kuku tetap pendek, bersih, bebas dari
pewarnaan kuku dan tidak menggunakan kuku palsu. ( Hindari pemakaian aksesoris
tangan ataupun perhiasanan, jika terdapat luka atau lecet tutupi dengan pembalut luka
anti air).
6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor atau terkontaminasi
oleh bahan yang mengandung protein dan lemak.
7. Bebaskan area tangan sampai pergelangan tangan. (Jika menggunakan baju lengan
panjang dapat di gulung ke atas).
8. Gunakan bahan yang menganduk alkohol untuk mendekontaminasi tangan secara rutin.
(Bila tangan tidak terlihat kotor).
9. Sabun cair sebaiknya diletakkan di dalam botol yang memiliki dispenser. (Jika
menggunakan sabun batangan, maka sabun di potong keicl – kecil untuk sekali pakai).
10. Gunakan kertas tisu sekali pakai sebagai pengering tangan. (Jika tidak memungkinkan,
gunakan handuk sekali pakai lalu dicuci kembali).
11. Penggunaan cairan antiseptik dilakukan selama 20 – 30 detik, Sedangkan sabun
antiseptik selama 40 – 60 detik.
12. Setiap 5 kali menggunakan cairan antiseptic sebaiknya diselingi 1 kalli mencuci tangan
dengan sabun. Dan berikut prosedur kebersihan tangan dengan menggunakan sabun dan
air mengalir.
Cara mencuci tangan dengan sabun :
1. Nyalakan kran dan aturan aliran air sesuai kebutuhan. Basahi tangan, ambil cairan sabun
antiseptic kurang lebih 2 cc, ratakan sabun dengan menggosok telapak tangan secara
melingkar.
2. Letakkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dengan jari terjalin untuk
membersihkan punggung tangan, ulangi untuk tangan sebaliknya.
3. Satukan telapak tangan kanan dan kiri dengan jari saling terkait untuk membersihkan
sela – sela jari, bersihkan sela – sela jari 4 hitungan.
4. Bersihkan punggung jari – jari tangan dengan jari – jari tangan saling bertautan/mencuci.
5. Bersihkan ibu jari kiri dengan jari – jari tangan kanan.
6. Bersihkan ujung – ujung jari dan kuku dengan gerakan melingkar.
7. Bilas kedua tangan dengan urutan 6 langkah, lalu keringkan dengan tissue atau lap sekali
pakai. (Gunakan tissue atau lap tangan tersebut sebagai pelapis pada saat mematikan
kran air).
Untuk penggunaan cairan antiseptik atau handrub langkah - langkahnya sebagai berikut
Cara menggunakan Handrub
1. Tuangkan cairan handrub pada telapak tangan, ratakan dengan mengusap kedua telapak
tangan dengan arah memutar.
2. Letakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari – jari saling
terjalin. Bersihkan punggung tangan 4 hitungan ualngi pada tangan sebaliknya.
3. Satukan telapak tangan dengan jari – jari menjalin, lalu bersihkan sela – sela jari 4
hitungan.
4. Bersihkan punggungn jari – jari tangan dengan jari – jari tangan saling
bertautan/mengunci 4 hitungan.
5. Bersihkan ibu jari kiri dengan jari – jari tangan kanan, lakukan sebaliknya.
6. Bersihkan ujung jari – jari dan kuku dengan gerakan melingkar 4 hitungan, lakukan
bergantian kiri dan kanan.
Tangan bersih, Virus pun pergi

Anda mungkin juga menyukai