Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa

dewasa yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual. Kesehatan reproduksi

remaja putri bukan hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek

tentang reproduksinya, diantaranya adalah perkembangan seks sekunder, yang

meliputi suara lembut, pembesaran daerah pinggul, pembesaran payudara dan

menarche. Menarche atau terjadinya menstruasi pertama kali yang dialami seorang

wanita biasanya terdapat gangguan kram, nyeri dan ketidaknyamanan yang

dihubungkan dengan menstruasi yaitu disminorea (Nurwana, 2016). Dismenorea

adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi

(Pieter, H. Z., & Lubis, N. L. (2010). Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram

yang berbeda-beda hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman, sedangkan

beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan antivitas sehari-

hari (Nurwana, 2016).

Prevalensi dismenore menurut World Health Organization (WHO) (2013),

dimana kejadian dismenore sebesar 1.769.425 jiwa. Angka kejadian dismenore

didunia kurang lebih 50% wanita yang mengalami dismenore (Aprilia et al., 2021).

Dimana kejadian dismenore primer pada setiap negara dilaporkan sekitar lebih dari

50%. Prevelensi dismenore primer di Amerika Serikat pada tahun 2012 pada wanita

umur 12-17 tahun adalah sekitar 59,7% dengan derajat kesakitan 49% dismenorea

ringan, 37% dismenorea sedang dan dismenorea berat 12%. Pada remaja putri Turki

1
ditemukan 31,2 % mengalami ketidak teraturan siklus menstruasi dikarenakan

dismenore primer (Nurwana, 2017).

Angka dismenore di Indonesia juga tidak kalah tinggi dibandingkan dengan

negara lain didunia. Menurut Proverawati & Misaroh tahun 2012 di Indonesia angka

kejadian dismenorea pada wanita terdiri dari 72,89% dismenore primer sedangkan

21,11% dismenore sekunder dan angka kejadian dismenore sekitar 45-95% di

kalangan wanita dengan umur produktif. Di Indonesia sendiri, angka kejadian

dismenore menurut Kementerian Kesehatan RI (2016) menunjukkan bahwa sekitar

55% remaja mengalami dismenore (Susanti, et al., 2018). Menurut data tingkat

Provinsi Lampung pada tahun 2014 presentase rata-rata remaja wanita mengalami

haid sekitar 40% dari wanita-wanita usia yang produktif mengalami gejala-gejala

dismenore yang cukup untuk mempengaruhi hidup mereka sehari-hari sampai taraf

tertentu dan sebanyak 3% sampai 5% mengalami kelemahan cukup parah sampai

menganggu kehidupan mereka (Dinkes Lampung, 2014). Menurut hasil survey

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) cabang Bandar Lampung pada

tahun 2014, dismenorhea menempati urutan pertama keluhan yang sering terjadi

pada wanita, Pravelensi dismenorhea lebih tinggi pada kelompok usia remaja 10-20

tahun sebebsar 71,4% (Palupi, 2016).

Dismenorea diperkirakan sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang

berlebihan, sehingga menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara cepat dan juga

mengakibatkan vasospasme anterolar (vaskoplasma pembuluh darah), aliran darah

yang menuju ke uterus menurun sehingga uterus tidak mendapat suplai oksigen yang

adekuat sehingga menyebabkan nyeri (Astrida Rakhma, 2013). Penyebab nyeri haid

bisa bermacam- macam, bisa karena suatu proses penyakit (misalnya radang

panggul), endometriosis, tumor atau kelainan letak uterus, dan stres atau kecemasan

2
yang berlebihan (Arifin, 2007 dalam Oktaviana dan Imron, 2012). Terdapat juga

faktor yang mempengaruhi dismenore primer yaitu status gizi. Remaja yang

memiliki status gizi yang kurang selain dapat mengakibatkan terganggunya fungsi

reproduksi. Hal inilah yang akan berdampak pada gangguan dismenore (Nataria,

2011). Begitu juga dengan umur menarche yang terlalu dini, pada dasarnya umur

menarche <12 tahun hormon gonadotropin diproduksi sebelum waktunya.

Dismenore ditandai dengan nyeri kram pada bagian bawah perut yang

biasanya menyebar ke bagian belakang dan berlangsung selama 48 hingga 72 jam.

Berdasarkan studi epidemiologi pada populasi remaja wanita (berusia 12-17 tahun)

di Amerika Serikat dilaporkan bahwa dismenore menyebabkan sekitar 14% remaja

wanita untuk tidak masuk sekolah (Anurogo dan Wulandari, 2011). Terhadap jumlah

remaja di Lampung mengalami dismenore yang menyebabkan mereka terganggu

aktivitasnya, seperti sulit dalam beraktifitas dan absen dari mata pelajaran sekolah

(Purwanti, 2012). Dilaporkan lebih dari 20% wanita sering tinggal di rumah untuk

istirahat dan pembatasan dalam aktifitas fisik sewaktu nyeri haid. Derajat nyeri dan

kadar gangguan tentu tidak sama pada setiap wanita, ada yang masih bisa bekerja

dan beraktivitas ada pula yang tidak bisa beraktifitas (Proverawati, 2009). Dampak

yang terjadi jika nyeri haid (dismenore) tidak diatasi dapat menyebabkan gangguan

aktifitas kehidupan sehari-hari, konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan,

retrograd menstruasi atau menstruasi yang bergerak mundur, kehamilan tidak

terdeteksi atau kehamilan ektopik pecah, kista pecah, perforasi rahim dari IUD,

infertilitas (kemandulan), dan infeksi (Widiyanti, 2013).

Dismenorea dapat ditangani melalui beberapa cara untuk meredakan gejala-

gejala nyeri yaitu dengan cara farmakologi dan non farmakalogi. Obat farmakologi

yang sering digunakan adalah analgesik dan anti inflamasi seperti asam mafenamat,

3
ibuprofen, dan lain-lain. Akan tetapi penggunaan obat-obatan untuk mengurangi

dismenore sangat beresiko karena efek sampingnya seperti gangguan pada lambung

dan penurunan pada darah (anemia). Sedangkan pengobatan non farmakologis

banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri pada

dismenore primer, misalnya dengan menggunakan kompres hangat, olahraga yang

teratur, dan mengkonsumsi beberapa produk-produk herbal yang telah dipercaya

khasiatnya (Smith, 2006). Selain itu untuk mengatasi dismenore bisa dengan

menggunakan air rebusan pengganti maupun air rebusan pelengkap yang lebih aman

seperti dengan menggunakan rebusan herbal, aroma rebusan dan akupuntur

(Suparmi, 2016).

Beberapa bahan tanaman dipercaya dapat mengurangi nyeri disminore primer.

Salah satu tanaman herbal tersebut seperti jahe (Zingiber Officinale Rose). Jahe

(ginger) sama efektifnya dengan ibuprofen dan asam mefenamat (mefenamic acid)

untuk membantu mengurangi nyeri haid atau dismenore primer. Selain bahannya

mudah dicari, ramuan minuman jahe mudah dibuat. Jahe mengandung zat berkhasiat

yang membatu menghilangkan rasa sakit atau nyeri dan mual saat menstruasi

(Sulistyowati, 2015). Zat yang terkandung seperti shogaol, gingerol, dan zingeberin

didalam jahe. Varian jahe yang memiliki zat tersebut salah satunya adalah jahe

merah. Rimpang jahe ini bewarna merah atau jingga. Bentuknya lebih kecil dari jahe

emprit. Rimpangnya kecil, ramping, dan seratnya lebih kasar karena kurang

mengandung air. Aroma jahe merah sangat tajam dan sangat pedas karena

kandungan minyak asiri jahe merah lebih banyak dibandingkan dengan jahe lainnya.

Kandungan tersebut berskisar sekitar 2,6% sampai 3,7% dari berat kering

rimpangnya, yaitu sekitar 3 ml tiap 100gram rimpangnya. Oleh karena itu, jahe

4
merah ini lebih cocok digunakan sebagai ramuan obat-obatan (Hamidah Jauhary,

2020;11-13).

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ana Mariza dan Sunarsih.

(2019). “Manfaat Minuman Jahe Merah Dalam Mengurangi Disminorea Primer”

didapatkan hasil bahwa remaja putri yang mengalami nyeri haid (dismenore) setelah

diberikan minuman jahe merah mengalami penurunan tingkat nyeri yang signifikan,

Minuman jahe merah sangat bermanfaat dalam mengurangi dismenorea primer pada

siswi SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung dengan P Value 0,000 . Hal ini

sesuai dengan pendapat Anurogo (2011) yaitu kandungan jahe shogaol, gingerol,

dan zingeberin dapat membantu mengurangi nyeri saat menstruasi pada wanita.

Berdasarkan hasil pra survey dengan menggunakan wawancara yang

dilakukan di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung terhadap 92 remaja putri, didapat

bahwa 21 responden yang mengalami nyeri saat disminorea kurang lebih selama 1-3

hari, yang menyebabkan sebagian aktvitas terganggu dan sulit untuk berkonsentrasi

dalam belajar.

Dari uraian di atas penulis terarik untuk mengangkat kasus “Pengaruh

Pemberian Jahe Merah Terhadap Penurunann Nyeri Disminorea Pada Remaja Putri

Kelas X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun 2023”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang muncul adalah

sebagai berikut “Bagaimana Pengaruh Pemberian Jahe Merah Terhadap Penurunan

Nyeri Disminorea Pada Remaja Putri Kelas X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Tahun 2023?”.

5
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Diketahui Pengaruh Pemberian Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Disminorea

Pada Remaja Putri Kelas X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun

2023

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Diketahui Nilai Rata-rata nyeri disminorea remaja putri sebelum diberi

minuman jahe merah kelas X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Tahun 2023.

b. Diketahui Nilai Rata-rata nyeri disminorea remaja putri setelah diberi

minuman jahe merah kelas X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Tahun 2023.

c. Diketahui Pengaruh Pemberian Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri

Disminorea Pada Remaja Putri Kelas X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar

Lampung Tahun 2023.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

penanganan nyeri haid menggunakan minuman herbal.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang manfaat minuman jahe

dibidang Kesehatan dalam mengurangi nyeri haid.

6
b. Memberikan pengetahuan dan solusi bagi masyarakat yang mengalami

nyeri haid dalam mengurangi dan mencegah nyeri saat menstruasi.

c. Memberikan pengalaman baru bagi peneliti dalam melaksanakan

penelitian dan dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat untuk

mengatasi masalah nyeri haid pada peneliti sendiri. Hasil penelitian ini

juga dapa menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya terkait terapi

herbal dalam mengurangi nyeri haid.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini

menggunakan eksperimen dengan pendekatan one group pretest-postest design.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang mengalami disminorea kelas

X Di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dengan 92 responden, dan sampel dalam

penelitian ini 21 responden. Teknik sampling menggunakan purposive sampling.

Analisa data menggunakan univarat dan bivarat dengan uji wilcoxon.

Anda mungkin juga menyukai