Anda di halaman 1dari 182

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU


DALAM MEMPERLANCAR PRODUKSI ASI BERBASIS PRECEDE-
PROCEED MODEL

PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIK

Oleh :
THALI’AH JIHAN NABILAH
NIM. 131411133014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018

i
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU


DALAM MEMPERLANCAR PRODUKSI ASI BERBASIS PRECEDE-
PROCEED MODEL

PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIK

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Kep) Pada Program Studi


Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

OLEH :
THALI’AH JIHAN NABILAH
NIM. 131411133014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018

i
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini addah hasil karya saya sendiri dan &lam pemah
dikuniputkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
pendidikan di Pergunian Tinggi manapun.

Surabaya, 31 Juli 2018

131411133014
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IIALAMAN PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga. Saya yang bertanda tangan di bawah

Nama : Thali’ah Jihan Nabilali


NIM : 131411133014
Program Studi : Pendidikan News
Fakultas : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Airlangga £tak Bebas Royalti Non — ekskiosif (7Vnn - ercfasire
Royoly free Aigñ5 atas karya saya yang berjudul: “Analisis Fahtor yang
Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI Berbani
Precede-Proceed Model’ beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak
Bebas Royalli Non — esklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan,
alihmedia / format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai
penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya


Surabaya, 31 Juli 2018
" p ing menyatakan
9 9AFF1678

,« 0« O»
’“ a1i’ah Jihan Nabilah
NIM. 131411133014
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU


DALAM MEMPERLANCAR PRODUKSI ASI BERBASIS #Aff€'ffAE•

Oleh:
Thali’ah Jihan Nabilah
NIM. 13141133014

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 9 AGUSTUS 2018

Oleh
Pembimbing Ketua

Retna P . S.Ken.. s
NIP.198406062015042001

mbimbing

Aria Auli8 Nastiti. S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP.l987022320l61l320l

Mengetahui
on Dekan Fakultas Kepemwatan
Wakil Dekan I

to S.KM,Kes
08291989031002
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERIIUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU


DALA8I MEMPERLANCAR PRODUKSI ASI BERBASIS PRECEDE•
PROCEED MODEL

Oleh:
Thali’ah Jihan Nabilah
NIM. 131411133014

Telah diuji
Pada tanggal 31 Juli 2018

PANITIA PENGUJI

Ketua as Kusumanin S.Kes,


NIP. 198307032014042001

Anggota: 1. Retnayu Pradanle. S Kep..Ns.,M.Kep


NIP. 198406062015042001
2.Aria Aulia Nastiti S Kep.,N_s, Kep
NIP.I 98702232016113201

Mengetahui
a.n Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya
akil Dekan 1

usn S.KM.Kes
p•0g29l98903l 002

V
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v

MOTTO

“Berusahalah dengan sungguh-sungguh, selalu berfikir positif, dan berdoalah


kepada Allah niscaya segala urusanmu akan diberikan kemudahan.”

“ Kesuksesan hanya dapat diraih jika kemauanmu untuk berhasil lebih besar
daripa ketakutanmu akan kegagalan”

vi
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia,
rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar
Produksi ASI Berbasis Precede-Proceed Model”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya penulis ucapkan kepada Ibu Retnayu Pradanie, S.Kep.,Ns.,M.kep selaku
pembimbing I dan Ibu Aria Aulia Nastiti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan, serta
motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
perkenankan penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs., (Hons), selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga.
2. Bapak Dr. Kusnanto, S.Kp., M. Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Tiyas Kusumaningrum, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam menyempurnakan
skripsi ini
4. Ibu Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen penguji proposal
yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam
menyempurnakan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan UNAIR yang telah mendidik dan membimbing serta
memberikan ilmu selama masa perkuliahan.
6. Seluruh responden yang telah berpartisipasi selama proses pengambilan data
berlangsung yaitu seluruh ibu menyusui yang bertempat tinggal di Wilayah
Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya

vii
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
v

7. Kepada Bapak Arif selaku koordinator program Gizi dan seluruh petugas
kesehatan dan karyawan Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya yang telah banyak
memberikan bantuan kepada saya.
8. Kepada seluruh kader-kader Posyandu Kelurahan Ngagel dan Ngagel Rejo di
Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya yang telah membantu saya
untuk mendapatkan data serta membantu dalam pengambilan data dalam skripsi
ini.
9. Kepada kedua orang tua saya, Ibu saya tercinta Ibu Jajuk Juliati yang selalu
mendoakan, memberikan semangat, memotivasi dan mendukung saya untuk
menjadi seorang perempuan yang kuat dan gigih dalam menggapai impian saya
serta Bapak saya tercinta Bapak Nurkalim yang selalu mendoakan, memberikan
semangat dan berjuang untuk menyekolahkan saya hingga perguruan tinggi,
dan untuk adik saya tercinta Darrel Muflih Arrahman semoga kamu bisa
menggapai segala mimpi-mimpimu dan semoga kamu juga dimudahkan dalam
memperoleh gelar sarjana nanti.
10. Sahabat-sahabatku (Indah, Ayu, dan Bella) yang membantu pengambilan data
dalam penelitian ini serta selalu memotivasiku untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat terbaikku (Indah, Ayu, Bella, Senja, dan Citra) yang bersedia
mendengarkan keluh kesah dan bersedia memberikan semangat dan motivasi.
12. Cuawak Squad (Licha, Tessa, Venni, Anna, Citra, Bella Nabilah, Senja, Indah,
Ayu) yang telah memberikan dukungan, bantuan, semangat, motivasi, dan
canda tawa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
13. Teman satu bimbingan (Elyta, Evi, Desy Ratna, Irsa, dan Agustin) yang selalu
memberikan bantuan dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.
14. Sahabat tercintaku sejak masa SMA hingga sekarang (Cyra, Dinda, Fredara dan
Nindya) yang selalu mendoakan, membantu, dan memberikan semangat
kepadaku.
15. Teman-teman KKN BBM 57 Desa Sembung Lamongan (Vega, Atiya, Mbak
Anggy, Atrika, Nur Amalia, Arravy serta Ghazi yang telah memberikan
semangat dan hiburan selama proses pengerjaan skripsi.

viii
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
i

16. Teman-teman angkatan 2014 yang sedang sama-sama berjuang, saya ucapkan
terima kasih atas segala bantuan, semangat dan dukungan. Semoga kita semua
dimudahkan dalam menyelesaikan studi program sarjana keperawatan di
fakultas keperawatan
17. Teman-teman kelas A1 dan A2 yang telah memberikan semangat dan dukungan
18. Program Variety Show “Running Man” yang selalu memberikan hiburan dan
canda tawa sehingga membantu saya untuk menghilangkan kejenuhan dalam
mengerjakan skripsi ini.
19. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, semangat dan
motivasi hingga skripsi ini selesai

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan pihak-pihak yang selalu


membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima segala saran dan masukan
demi perbaikan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi dunia kesehatan
dan profesi keperawatan. Amin Yarabbal Alamin.

Surabaya, 31 Juli 2018

Thali’ah Jihan Nabilah


NIM. 131411133014

ix
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
x

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU


DALAM MEMPERLANCAR PRODUKSI ASI BERBASIS PRECEDE-
PROCEED MODEL

PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIK

Oleh: Thali’ah Jihan Nabilah

Pendahuluan: Cakupan ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai target secara


nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Masalah yang dapat menghambat
pemberian ASI eksklusif adalah produksi ASI yang kurang namun kesadaran ibu
mengenai pentingnya ASI eksklusif memicu ibu menyusui untuk melakukan usaha
dalam meningkatkan jumlah produksi ASI nya.Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam memperlancar
produksi ASI berbasis preceed-proceed model. Metode: Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden 143
orang dengan pengambilan sampel cluster sampling. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI. Variabel
Independen dalam penelitian ini adalah faktor pengetahuan, faktor sikap, faktor
budaya, faktor ketersediaan fasilitas kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan
petugas kesehatan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis
menggunakan spearman rho’ dengan tingkat kemaknaan α≤ 0,05. Hasil: Hasil
analisis menunjukkan faktor pengetahuan memiliki hubungan dengan perilaku ibu
dalam memperlancar produksi ASI (p=0,039), faktor sikap memiliki hubungan
dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI (p=0,013), faktor budaya
memiliki hubungan dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI
(p=0,024), faktor ketersediaan fasilitas kesehatan memiliki hubungan dengan perilaku
ibu dalam memperlancar produksi ASI (p=0,023), faktor dukungan keluarga memiliki
hubungan dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI (p=0,000),faktor
dukungan petugas kesehatan tidak memiliki hubungan dengan perilaku ibu dalam
memperlancar produksi ASI (p=0,177). Diskusi: Diharapkan petugas kesehatan di
puskesmas dapat memberikan penyuluhan dan edukasi kepada ibu menyusui dan
anggota keluarganya khususnya mengenai cara meningkatkan jumlah produksi ASI.

Kata Kunci: Menyusui, Perilaku, Pengetahuan, Budaya, Dukungan, Keluarga,


Petugas Kesehatan

x
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
x

ABSTRACT
ANALYSIS FACTORS RELATED TO MOTHER'S BEHAVIOR TO
ACCELERATE BREAST MILK PRODUCTION - PRECEED PROCEED
APPROACH
DESCRIPTIVE ANALYTIC STUDY
Thali’ah Jihan Nabilah
Introduction: The coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia has not reached
the national target set by the government. Problems that may inhibit exclusive
breastfeeding are insufficient milk production but the mother's awareness of the
importance of exclusive breastfeeding triggers breastfeeding mothers to do some
effort in increasing their milk production. The purpose of this study is to analyze
factors related to maternal behavior in facilitating the production of breast milk based
precede-proceed model. Method: This study used descriptive analytic design with
cross-sectional approach. Number of respondents 143 people with cluster sampling.
Dependent variable in this research is mother's behavior in facilitating milk
production. Independent variable in this research is knowledge factor, attitude factor,
cultural factor, availability factor of health facility, family support and support of
health officer. Data were collected using questionnaire and analyzed using spearman
rho' with significance level α≤ 0,05. Result: The result of the analysis showed that
the knowledge factor had relationship with the mother's behavior in facilitating the
production of breast milk (p = 0,039), the attitude factor had relationship with the
mother's behavior in facilitating milk production (p = 0,013), the culture factor had
relationship with the mother's behavior in expediting milk production (p = 0,024),
availability factor of health facility have relationship with mother's behavior in
facilitating milk production (p = 0,023), family support factor has relationship with
mother's behavior in facilitating milk production (p = 0,000), factor of health officer
support has no relation with mother behavior in facilitating milk production (p =
0,177). Discussion: It is expected that health workers at puskesmas can provide
education to nursing mothers and members of their families especially on how to
increase the amount of milk production.
Keywords: Breastfeeding, Behavior, Knowledge, Culture, Support, Family, Health
Officer

xi
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
x

DAFTAR ISI
Halaman Judul dan Prasyarat Gelar..........................................................................................i
Surat pernyataan......................................................................................................................ii
Halaman pernyataan...............................................................................................................iii
Lembar Persetujuan................................................................................................................iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji...........................................................................................v
Motto......................................................................................................................................vi
Abstrak.....................................................................................................................................x
Abstract...................................................................................................................................xi
Daftar isi................................................................................................................................xii
Daftar tabel............................................................................................................................xv
Daftar lampiran....................................................................................................................xvii
Daftar singkatan..................................................................................................................xviii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................5
1.4.1 Teoritis.........................................................................................................5
1.4.2 Praktis..........................................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................7


2.1 Konsep ASI (Air Susu Ibu)...................................................................................7
2.1.1 Definisi ASI (Air Susu Ibu) dan ASI Eksklusif...........................................7
2.2 Manfaat Menyusui.................................................................................................8
2.3 Manajemen Laktasi.............................................................................................10
2.4 Prinsip Pemberian ASI Eksklusif........................................................................13
2.4.1 Persiapan Menyusui...................................................................................13
2.4.2 Cara Menyusui yang Benar........................................................................13
2.4.3 Langkah-Langkah Menyusui yang Benar..................................................14
2.4.4 Posisi Menyusui yang Benar......................................................................17
2.5 Kriteria Produksi ASI yang Cukup......................................................................18
2.5.1 Tanda Bayi Cukup Mendapatkan ASI........................................................19
2.5.2 Tanda Bayi Kurang Mendapatkan ASI......................................................19
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI........................20
2.7 Masalah-Masalah dalam Menyusui..............................................24
2.8 Kendala Pemberian ASI eksklusif................................................31
2.9 Konsep Dasar Perilaku.................................................................31
2.9.1 Definisi Perilaku ...................................................................................... ...
2.9.2 Perilaku Kesehatan.............................................................33
2.9.3 Domain Perilaku.................................................................34
2.10 Konsep Preced-Proceed Model.........................................................................38
2.11 Perilaku Ibu dalam Meningkatkan Produksi ASI..............................................41
2.12 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam Memperlancar
Produksi ASI.....................................................................................................43

xii
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
x

2.13 Keaslian Penelitian............................................................................................49

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS................................................59


3.1 Kerangka Konseptual Penelitian.........................................................................59
3.2 Hipotesis Penelitian.............................................................................................62

BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................................63


4.1 Rancangan Penelitian..........................................................................................63
4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling.........................................................................63
4.2.1 Populasi.....................................................................................................63
4.2.2 Sampel.......................................................................................................64
4.2.3 Besar Sampel.............................................................................................64
4.2.4 Sampling....................................................................................................64
4.3 Variabel Penelitian..............................................................................................65
4.3.1 Variabel Independen (Bebas).....................................................................65
4.3.2 Variabel Dependen (Terikat)......................................................................65
4.4 Definisi Operasional Variabel.............................................................................66
4.5 Instrumen Penelitian............................................................................................72
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................................78
4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data..................................................79
4.8 Analisa Data........................................................................................................82
4.8.1 Analisis Deskriptif.....................................................................................82
4.8.2 Analisis Statistika......................................................................................87
4.9 Kerangka Operasional.........................................................................................88
4.10 Masalah Etik.....................................................................................................89
4.10.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)..................................................89
4.10.2 Tanpa Nama (Anonymity)........................................................................89
4.10.3 Kerahasiaan (Confidentiality)..................................................................89
4.11 Keterbatasan Penelitian.....................................................................................90

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN.......................................................91


5.1 Hasil Penelitian...................................................................................................91
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................................................91
5.1.2 Karakteristik Demografi Responden..........................................................93
5.2 Distribusi Silang Variabel yang diukur...............................................................95
5.2.1 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar
Produksi ASI.............................................................................................95
5.2.2 Hubungan Faktor Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar
Produksi ASI.............................................................................................96
5.2.3 Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar
Produksi ASI.............................................................................................97
5.2.4 Hubungan Faktor Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dengan Perilaku
Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI....................................................98
5.2.5 Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan Perilaku Ibu dalam
Memperlancar Produksi ASI.....................................................................99
5.2.6 Hubungan Faktor Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku
Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI..................................................100
5.3 Pembahasan.......................................................................................................100

xiii
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS xiv

5.3.1 Hubungan faktor pengetahuan dengan perilaku ibu dalam


memperlancar produksi ASI....................................................................101
5.3.2 Hubungan faktor sikap dengan perilaku ibu dalam memperlancar
produksi ASI...........................................................................................104
5.3.4 Hubungan faktor ketersediaan fasilitas kesehatan dengan perilaku
ibu dalam memperlancar produksi ASI...................................................110
5.3.5 Hubungan faktor dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam
memperlancar produksi ASI....................................................................111
5.3.6 Hubungan faktor dukungan petugas kesehatan dengan perilaku
ibu dalam memperlancar produksi ASI...................................................113

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN....................................................................................115


6.1 Simpulan...........................................................................................................115
6.2 Saran.................................................................................................................116

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................118

xiv
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan Berdasarkan Usia Bayi.........................................24


Tabel 2.2 Keyword Development...............................................................................49
Tabel 2.3 Keaslian Penelitian....................................................................................49
Tabel 4.1 Definisi Operasional..................................................................................67
Tabel 4.2 Blue Print Kuisioner Pengetahuan............................................................72
Tabel 4.3 Blue Print Kuisioner Sikap........................................................................73
Tabel 4.4 Blue Print Kuisioner Budaya.....................................................................74
Tabel 4.5 Blue Print Kuisioner Ketersediaan Fasilitas Kesehatan............................75
Tabel 4.6 Blue Print Kuisioner Dukungan Keluarga................................................76
Tabel 4.7 Blue Print Kuisioner Dukungan Petugas Kesehatan.................................77
Tabel 4.8 Blue Print Kuisioner Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI.. .78
Tabel 4.9 Kategori Pengetahuan................................................................................83
Tabel 4.10 Skala Likert Sikap......................................................................................84
Tabel 4.11 Skala Likert Kuisioner Budaya..................................................................85
Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Responden.........................................................93
Tabel 5.2 Distribusi silang hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam
memperlancar produksi ASI.....................................................................95
Tabel 5.3 Distribusi Silang Hubungan Faktor Sikap dengan Perilaku Ibu dalam
Memperlancar Produksi ASI.....................................................................96
Tabel 5.4 Distribusi Silang Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Ibu
dalam Memperlancar Produksi ASI..........................................................97
Tabel 5.5 Distribusi Silang Faktor Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dengan
Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI.....................................98
Tabel 5.6 Distribusi Silang Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan
Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI.....................................99
Tabel 5.7 Distribusi Silang Hubungan Faktor Dukungan Petugas Kesehatan
dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI.......................100

xv
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
x

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Posisi menyusui dengan duduk................................................................17
Gambar 2.2 Posisi menyusui setengah duduk.............................................................17
Gambar 2.3 Posisi menyusui terlentang......................................................................17
Gambar 2.4 Posisi menyusui sambil berbaring...........................................................18
Gambar 2.5 Posisi menyusui seperti memegang bola (football position)...................18
Gambar 2.6 Precede Proceed Model (Green LW. & Kreuter MW, 1991) dalam
(Nursalam, 2015).....................................................................................38
Gambar 2.7 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan (Green LW &
Kreuter MW, 1991).................................................................................39
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI berbasis teori Preceed-
Proceed (Green L W. & Kreuter MW, 1991).........................................59
Gambar 4.1 Diagram Populasi Cluster Sampling.......................................................81
Gambar 4.2 Kerangka analisa pada penelitian analisis faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu dalam memperlancar ASI berbasis precede proceed model
................................................................................................................ 82
Gambar 4.3 Kerangka Operasional............................................................................88

xvi
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian bagi Responden Penelitian....................122


Lampiran 2 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden Penelitian...................125
Lampiran 3 Kuisioner Penelitian...............................................................................126
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas........................................................137
Lampiran 5 Tabulasi Data Demografi Responden....................................................144
Lampiran 6 Tabulasi Data Variabel Penelitian..........................................................151
Lampiran 7 Hasil Uji Spearman Rho’.......................................................................157
Lampiran 8 Sertifikat Uji Etik...................................................................................159
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian................................................................................160

xvii
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
xv

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
Precede : Predisposising, Reinforcing, Enabling, Constructs in,
Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation
Proceed : Policy, Regulatory, Organizational, Environmental, Development
S-O-R : Stimulus Organisme Respon
UNICEF : United Nations Children’s Fund
WHO : World Health Organization

xviii
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai program maupun kebijakan pemerintah Indonesia dalam mendukung

pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan bayi mampu

meningkatkan kesadaran ibu maupun masyarakat mengenai pentingnya ASI

eksklusif. Kesadaran ibu yang semakin meningkat mengenai pemberian ASI

eksklusif mampu meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia.

Namun terdapat beberapa masalah yang menghambat pemberian ASI secara

eksklusif yaitu beberapa ibu seringkali mengeluhkan produksi ASI yang kurang,

puting susu yang lecet, bayi kesulitan dalam menghisap puting susu, serta

persepsi ibu bahwa bayi membutuhkan susu yang lebih banyak. Banyak wanita

yang berhenti menyusui karena beranggapan jumlah air susu mereka kurang

cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya (Lowdermilk dkk, 2013). Menurut

penelitian menunjukkan bahwa 20% ibu menyusui merasa jumlah ASI yang

dihasilkan kurang sehingga tidak melanjutkan menyusui (Ahluwalia, 2005).

Sebagian besar ibu menyusui mengeluhkan ASInya tidak keluar pada saat awal

menyusui sehingga biasanya ibu menyusui melakukan upaya-upaya guna

meningkatkan maupun memperlancar produksi ASInya. Berdasarkan Profil

Kesehatan Kota Surabaya cakupan ASI eksklusif yang mengalami penurunan

secara signifikan dalam 3 tahun terakhir adalah Puskesmas Ngagel Rejo

Surabaya. Cakupan ASI eksklusif Puskesmas Ngagel Rejo hanya mencapai angka

43,53% pada tahun 2015. Cakupan ASI eksklusif tersebut mengalami penurunan

1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

yang cukup signifikan dari tahun 2013 hingga tahun 2015. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya didapatkan

data bahwa dari 78 bayi usia 0-6 bulan yang diberikan ASI hanya 21 bayi yang

diberikan ASI secara eksklusif oleh ibunya serta didapatkan data bahwa 9 dari 10

ibu menyusui mengaku pernah mengalami produksi ASI yang sedikit atau bahkan

tidak keluar. Dapat disimpulkan bahwa 90% ibu menyusui di Puskesmas Ngagel

Rejo Surabaya mengalami masalah produksi ASI yang sedikit ataupun kurang.

Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya yang terus-

menerus mengalami penurunan justru berbanding terbalik dengan cakupan ASI

eksklusif di Indonesia yang mencapai angka 55,7% mengalami peningkatan

dibandingkan pada tahun 2014 yang hanya mencapai angka 52,3% (Profil

Kesehatan, 2015). Cakupan ASI eksklusif kota Surabaya juga mengalami

peningkatan yaitu 60,52% pada tahun 2012 dan 64,33% pada tahun 2014 serta

tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 65.10% (Dinas Kesehatan Kota

Surabaya, 2016).

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia memang mengalami

peningkatan akan tetapi masih sangat jauh dari target yang ditetapkan pemerintah

secara nasional yaitu 80% dari jumlah bayi yang ada di Indonesia. Hal ini dapat

disebabkan karena masalah produksi ASI yang kurang. Produksi ASI yang kurang

dapat mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI eksklusif. Bayi yang tidak

mendapatkan ASI secara eksklusif cenderung akan mudah beresiko terkena

infeksi maupun penyakit sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan pada bayi tersebut. Dampak tidak diberikannya ASI eksklusif pada
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

bayi diantaranya adalah gangguan pencernaan, gangguan pertumbuhan,

meningkatkan resiko angka kesakitan pada bayi dan gangguan gizi, beresiko

memperberat penyakit ISPA dan diare (Legawati, 2011). Ibu menyusui yang

memahami pentingnya ASI eksklusif bagi bayinya akan berusaha untuk dapat

meningkatkan maupun memperlancar produksi ASInya. Perilaku ibu dalam

usaha untuk memperlancar produksi ASI adalah seperti mengonsumsi jamu

tradisional, daun katuk ataupun sayuran hijau serta kacang-kacangan yang

memiliki khasiat meningkatkan produksi ASI (Ellya, 2016). Berdasarkan survey

data awal yang dilakukan di Puskesmas Ngagel Rejo didapatkan data bahwa ibu

yang mengalami penurunan produksi ASI ataupun ASI yang keluar sedikit

melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan ataupun memperlancar produksi

ASInya yaitu dengan tetap menyusui anaknya secara langsung, banyak makan dan

minum, banyak mengonsumsi sayuran hijau yang dapat melancarkan ASI seperti

daun katuk, daun pepaya dan lain sebagainya, dan mengonsumsi obat pelancar

ASI maupun teh herbal yang berkhasiat melancarkan ASI serta mengonsumsi

jamu tradisional yang dipercaya turun-temurun dapat melancarkan ASI.

Solusi yang dapat dilakukan dalam menangani masalah produksi ASI yang

kurang adalah dengan memberikan penyuluhan kepada ibu menyusui mengenai

makanan-makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI serta mengubah

perilaku ibu secara positif sehingga dapat meningkatkan produksi ASInya.

Menurut teori Lawrence Green mengemukakan bahwa kesehatan seseorang

dipengaruhi oleh dua faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior cause) dan

faktor diluar perilaku (non behavior cause). Perilaku terbentuk juga dipengaruhi
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Berdasarkan

teori Precede-Proceed yang dikemukakan oleh Lawrence Green perilaku

seseorang dapat disimpulkan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, tradisi atau

budaya, dukungan keluarga, ketersediaan fasilitas kesehatan serta sikap dan

perilaku petugas kesehatan akan sangat mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku seseorang (Nursalam, 2015). Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk lebih fokus menganalisis faktor pengetahuan, sikap, budaya,

tersedianya fasilitas kesehatan dan dukungan keluarga serta dukungan petugas

kesehatan yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam memperlancar produksi

ASI berbasis teori Precede-Proceed Model.

1.2 Rumusan Masalah

Apa sajakah faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI berbasis teori Precede-Proceed Model?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI berbasis teori Precede-Proceed Model.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI.

2) Menganalisis hubungan sikap terhadap perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

3) Menganalisis hubungan budaya terhadap perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI

4) Menganalisis hubungan adanya fasilitas kesehatan terhadap perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI.

5) Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI.

6) Menganalisis hubungan dukungan petugas kesehatan terhadap perilaku

ibu dalam memperlancar produksi ASI.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu dibidang keperawatan maternitas khususnya dalam

mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI sehingga dapat dijadikan sumber

informasi serta refrensi oleh ibu menyusui.

1.4.2 Praktis

1) Bagi Perawat

Dapat menambah keterampilan perawat dalam memberikan pendidikan

kesehatan kepada ibu menyusui mengenai makanan-makanan maupun

perilaku-perilaku yang dapat meningkatkan produksi ASI sehingga

keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dapat

tercapai.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS 6

2) Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan ibu menyusui mengenai hal-hal yang

dapat meningkatkan produksi ASI serta memiliki perilaku-perilaku yang

secara positif dapat meningkatkan produksi ASI sehingga ibu menyusui

dapat secara optimal memberikan ASI secara eksklusif terhadap

bayinya.

3) Bagi masyarakat atau pembaca

Dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku ibu menyusui dalam meningkatkan produksi

ASInya sehingga dapat memberikan dukungan secara penuh kepada ibu

menyusui dalam memberikan ASI secara eksklusif.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep ASI (Air Susu Ibu)

2.1.1 Definisi ASI (Air Susu Ibu) dan ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu

(Haryono, 2014). ASI adalah makanan utama bayi yang mengandung nutrisi dan

kalori yang sangat dibutuhkan oleh bayi dan memiliki manfaat bagi pertumbuhan

dan perkembangan bayi serta sebagai pertahanan dari berbagai penyakit yang

dapat menyerang bayi (Suryaningsih, 2012).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) pada bayi sejak lahir

tanpa diberikan makanan tambahan (pisang, pepaya, bubur, biscuit, dan nasi tim)

maupun cairan tambahan lainnya (susu formula, jeruk, madu, air, teh, air putih)

sampai bayi berusia 6 bulan (Maryunani A., 2012). Pengertian ASI eksklusif

menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) dalam Peraturan Pemerintah nomor 33

tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir hingga berusia 6

bulan tanpa menambah maupun menggantikan dengan makanan ataupun

minuman lain karena ASI sudah mampu memenuhi kebutuhan gizi pada bayi.

Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi

hingga bayi berusia 6 bulan tanpa makanan tambahan lainnya, bayi yang berusia

diatas 6 bulan dapat tetap diberikan ASI dan makanan pendamping sampai bayi

berusia 2 tahun (Maryunani A., 2012). Pemberian ASI eksklusif hingga bayi

berusia 6 bulan secara kontinu dan terus-menerus akan merangsang hormone

7
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

prolactin sehingga memperbanyak produksi ASI yang dapat bertahan hingga

bayi berusia 2 tahun (Maryam, 2014).

2.2 Manfaat Menyusui

Menyusui memiliki banyak manfaat yang baik bagi ibu maupun bayinya.

Bayi yang diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan akan dapat mengurangi

resiko terserang berbagai penyakit dan juga dapat meringankan durasi maupun

gejala penyakit daripada bayi yang tidak diberikan ASI. Menyusui juga sangatlah

bermanfaat bagi ibu yakni dapat mengurangi resiko depresi pasca melahirkan

(post partum depression) serta dapat meningkatkan hubungan kasih sayang

antara ibu dan bayi (Scanler et al, 2014)

1. Manfaat Bagi Bayi

1) ASI bermanfaat seagai nutrisi utama dan tunggal bagi bayi karena memiliki

komposisi yang paling seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi sampai berusia 6 bulan. ASI mengandung sumber gizi

dengan komposisi yang seimbang dan bergizi bagi bayi (Roesli, 2013)

2) ASI bermanfaat sebagai pertahanan tubuh bayi terhadap penyakit karena

ASI mengandung antibody yang akan melindungi bayi dari berbagai

macam infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasite.kolostrum mengandung

antibody 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan susu matang

(mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain dapat

melindungi bayi dari penyakit diare (Roesli, 2012).


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
9

3) Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan sehingga

mampu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk menunjang pertumbuhan

dan perkembangan intelektualnya. ASI juga mengandung nutrient yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan otak bayi berupa taurin, laktosa, asam

lemak (DHA, AA, omega-3, omega-6)

4) Bayi mendapatkan zat imun serta perlindungan dan kehangatan dari kontak

kulit ke kulit dengan ibunya

5) Pemberian ASI secara eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi

karena protein yang terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan

protein untuk bayi (Yuliarti, 2010).

6) ASI juga dapat meningkatkan ikatan batin antara bayi dan ibu. Bayi yang

berada dalam dekapan ibu akan merasakan kasih sayang dan saat menyusui

bayi akan merasa aman dan dilindungi. Hal ini yang akan membentuk dasar

perkembangan emosi, rasa percaya diri, dan kepribadian bayi (Roesli,

2013).

2. Manfaat Menyusui Bagi Ibu

1) Membantu mendorong kontraksi rahim sehingga dapat mempercepat

proses Rahim untuk kembali ke bentuk semula dan mengurangi resiko

pendarahan (Widuri, 2013)

2) Menyusui membutuhkan banyak energi sehingga mampu membakar kalori

lebih banyak. Ibu yang menyusui secara eksklusif juga akan cepat kembali

ke berat badan sebelum hamil (Priyatna dkk, 2014).


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

3) Menyusui bermanfaat menurunkan kemungkinan terjadinya anemia karena

pendarahan lebih cepat berhenti dan kemungkinan kekurangan zat besi

dapat dihindari (Roesli, 2012).

4) Menyusui secara rutin dengan frekuensi yang sering (setiap saat bayi ingin

menyusui) dapat menjadi alat kontrasepsi alami yang murah dan cukup

berhasil bagi ibu (Roesli, 2012).

5) Meningkatkan sensitivitas ibu akan kebutuhan bayinya. Sikap ibu saat

menyusui dapat mencerminkan kasih sayang dan perhatian ibu kepada

anaknya. Ibu juga akan menyalurkan kodratnya serta naluri keibuannya

kepada sang anak sehingga menimbulkan kepuasaan tersendiri bagi ibu

6) Menyusui dapat mengurangi resiko ibu terkena kanker payudara dan

kanker ovarium hingga 25% (Roesli, 2012).

7) Secara ekonomis, menyusui juga lebih menghemat waktu dan biaya

daripada menggunakan susu formula karena botol maupun peralatan

lainnya mahal dan harus dalam kondisi bersih serta suhu yang tepat. Akan

tetapi jika menyusui dengan ASI akan menghemat biaya serta lebih praktis

dan dapat menyusui pada malam hari ataupun saat berpergian

(Babyfriendlynl, 2013).

2.3 Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui, mulai dari ASI diproduksi hingga proses bayi

menghisap dan menelan ASI. Ruang lingkup pelaksanaan manjemen laktasi


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

adalah dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan pada masa

menyusui (Prasetyono, 2012). Tujuan dari manajemen laktasi adalah untuk

meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.

Manajemen yang baik dalam laktasi meliputi perawatan payudara, praktek

menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah dalam laktasi (Mansjoer A

dkk, 2007).

1) Masa Kehamilan

a Memberikan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kepada ibu

mengenai manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu,

bayi dan keluarga, cara pelaksanaan manajemen laktasi, dan dampak

negatif terhadap pemberian susu formula.

b Melakukan pemeriksaan kesehatan tubuh, kehamilan, dan kondisi

payudara. Disamping itu, perlu dilakukan pemantauan kenaikan berat

badan ibu hamil selama kehamilan. Pemeriksaan payudara bertujuan

untuk mengetahui lebih dini adanya kelainan, sehingga dapat dikoreksi

sebelum persalinan. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada

kunjungan pertama, dimulai dari inspeksi dan palpasi.

c Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk

mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu

ditambah mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-

2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk

kebutuhan gizi ibu hamil.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

d Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan termasuk

mendapatkan dukungan suami yang dapat memberikan rasa nyaman

kepada ibu.

2) Masa Setelah Persalinan (Prenatal)

a. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi

agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai

menyusui bayi.

b. Membantu kontak langsung ibu bayi (skin to skin contact) pada satu

jam pertama setelah persalinan merupakan waktu paling sensitif dalam

pembentukan ikatan (bonding) antara ibu dan bayi.

3) Masa Menyusui (Post Natal)

a. Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, tanpa

memberikan makanan ataupun minuman lainnya.

b. Memperhatikan kecukupan gizi makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu

menyusui memerlukan lebih banyak dari biasanya dan minum minimal

10 gelas per hari.

c. Cukup istirahat, menjaga ketenangan pikiran dan menghindari

kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami sangat penting untuk

menunjang keberhasilan menyusui.

e. Mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk ke Puskesmas atau

Posyandu) bila ada permasalahan yang terkait dengan penyusuan.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

Misalnya apabila payudara bengkak, bayi tidak mau menyusu, puting

lecet, dan lain-lain.

f. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi

berumur 6 bulan. Selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik

kualitas maupun kuantitasnya secara bertahap.

2.4 Prinsip Pemberian ASI Eksklusif

2.4.1 Persiapan Menyusui

Sebagai persiapan dalam kelahiran bayi, maka perawatan payudara

haruslah mulai dilakukan dari kehamilan bulan ke 7-8 karena akan sangat

menentukan keberhasilan dalam menyusui bayi. Payudara yang terawatt

akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Perawatan payudara dapat mencegah putting lecet sewaktu dihisap oleh

bayi dan juga akan mencegah pembengkakan payudara. Untuk mencegah

pembengkakan payudara akibat pembendungan ASI yang diperlu

dilakukan adalah pemijatan dan pengeluaran ASI secara manual atau

dengan pompa payudara (Maryunani A., 2012).

2.4.2 Cara Menyusui yang Benar

ASI diberikan sesuai dengan permintaan bayi, baik pada siang maupun

malam hari malam. Isapan yang sering dilakukan bayi pada puting

payudara ibu (disertai dengan pelekatan yang baik) akan menghasilkan

lebih banyak ASI. Cara menyusui bayi yang baik dan benar dapat dilihat

berdasarkan perlekatan antara mulut bayi dengan payudara ibu. Pelekatan


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

yang baik bisa menjamin bahwa bayi akan menyusu dengan baik dan

membantu ibu untuk memproduksi lebih banyak ASI. Pelekatan yang baik

dapat mencegah terjadinya puting retak dan timbulnya rasa sakit. Empat

tanda perlekatan yang baik adalah mulut bayi terbuka lebar, ada lebih

banyak aerola di atas mulut bayi dari pada di bawahnya, bibir bawah bayi

memutar keluar, dan dagu bayi menyentuh payudara ibu (Unicef, 2014).

Membiarkan bayi selesai menyusu dari satu payudara sebelum

memberikan payudara yang lain lebih dianjurkan daripada bolak-balik

memberikan satu payudara ke payudara yang lain, karena akan

menyebabkan bayi tidak bisa mendapatkan ASI akhir. ASI awal memiliki

lebih banyak air dan kandungan glukosa sehingga bisa memuaskan dahaga

bayi. Sedangkan ASI akhir lebih banyak mengandung lemak dan dapat

memuaskan rasa lapar bayi (Unicef, 2014).

2.4.3 Langkah-Langkah Menyusui yang Benar:

1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada

puting dan di sekitar areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat

sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

Pada langkah ini ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk

lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak

menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

Kemudian bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,

kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan). Untuk

tangan bayi letakkan satunya di belakang badan ibu, dan yang satu di

depan. Usahakan agar perut bayi dapat menempel pada badan ibu,

kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala

bayi). Dan yang terakhir pastikan telinga dan lengan bayi terletak pada

satu garis lurus serta ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang

di bawah, jangan menekan puting susu atau areola payudaranya saja.

4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan

cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut

bayi.

5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut

bayi. Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masuk ke mulut

bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi

akan menekan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi yang

salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan

mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.

Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau

disangga lagi.

6) Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu

menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi

produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat

bahwa bayi akan tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu,

mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu, sebagian

besar areola payudara masuk ke dalam mulut bayi, bayi tampak

mengisap kuat dengan irama perlahan, puting susu ibu tidak terasa

nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, dan kepala

tidak menengadah.

7) Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya

diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu

jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau

dagu bayi ditekan ke bawah.

8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada puting susu dan di sekitar areola payudara; biarkan kering dengan

sendirinya

9) Menyendawakan bayi, tujuan menyendawakan bayi adalah

mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-

Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah dengan

menggendong bayi tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau posisikan bayi tidur

tengkurap di pangkuan ibu kemudian pungungnya ditepuk perlahan-

lahan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

2.4.4 Posisi Menyusui yang Benar

Ada berbagai macam posisi menyusui, tergantung kebutuhan dan

kondisi ibu. Macam-macam posisi menyusui diantaranya adalah:

1) Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar 2.1: Posisi menyusui dengan duduk


Sumber: Soetjiningsih.2012. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: EGC

2) Posisi menyusui bayi baru lahir di ruang perawatan

Gambar 2.2 : Posisi menyusui setengah duduk


Sumber: Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: EGC

3) Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan

kepala bayi

Gambar 2.3 : Posisi menyusui terlentang


Sumber: Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: EGC
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

4) Posisi menyusui bayi baru lahir di rumah

Gambar 2.4 : Posisi menyusui sambil berbaring


Sumber: Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: EGC
5) Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

Gambar 2.5: Posisi menyusui seperti memegang bola (football


position).
Sumber: Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: EGC

2.5 Kriteria Produksi ASI yang Cukup

Produksi ASI, kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah

ASI cukup atau tidak (Widuri, 2013) yaitu:

1) ASI keluar sejak hari pertama pasca persalinan

2) ASI keluar memancar saat hari pertama pasca persalinan

3) Tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari

payudara ibu dan susu memeres dari payudara lain yang sedang tidak

diisap bayi.

4) ASI yang banyak dapat merembes melalui puting susu.

5) Bayi menghisap dan menelan pada payudara secara terus menerus

6) Sebelum disusukan payudara terasa tegang dan setelah disusukan

payudara terasa lunak.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1

2.5.1 Tanda Bayi Cukup Mendapatkan ASI

Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mandapat kecukupan ASI bila

mencapai keadaan sebagai berikut (Widuri, 2013):

1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapat

ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama

2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi

lebih mudah pada hari ke 5 setelah lahir.

3) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.

4) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI

5) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis

6) Warna bayi merah, dan kulit terasa kenyal

7) Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik

pertumbuhan

8) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan

rentang usianya)

9) Bayi kelihatan puas, sewaktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan

cukup

10) Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur

pulas

2.5.2 Tanda Bayi Kurang Mendapatkan ASI

Tanda yang menunjukkan bahwa bayi kurang mendapat cukup ASI

adalah sebagai berikut (Rizki, 2013):


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

1) Bayi tidak puas setiap selesai menyusui,sering kali menyusu, menyusu

dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat

menyusu. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi

telah pandai menyusu

2) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu

3) Urine bayi berwarna kekuningan pekat, berbau tajam, dan jumlahnya

sedikit. Bayi BAK kurang dari 6x sehari, keadaan ini menunjukkan

bayi kekurangan cairan yang berasal dari ASI.

4) Tinja bayi keras, keringat atau berwarna hijau

5) Perkembangan berat badan bayi kurang dari 300 gr / bulan dan ini

menunjukkan bayi kurang mendapat asupan yang baik selama 1 bulan

terakhir. Apabila diberikan ASI secara eksklusif (0-6 bulan) dapat

mencukupi semua kebutuhan bayi.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

1. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap

produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola

makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar

(Rizki, 2013). Makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak,

vitamin dan mineral yang dibutuhkan bagi ibu menyusui serta dianjurkan

mengonsumsi air putih 8-12 gelas/hari (Rini, Susilo & Kumala, 2016).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

Menurut (Maryunani A., 2012) bahan makanan yang dianjurkan untuk

dikonsumsi oleh ibu menyusui adalah sebagai berikut:

1) Sumber kalori, diperlukan sebagai sumber dan cadangan energy.

Contoh: beras, roti, kentang, kacang-kacangan.

2) Sumber protein, protein diperlukan untuk memproduksi ASI dan

membangun kembali berbagai jaringan tubuh yang rusak akibat proses

melahirkan. Contoh: susu, telur, daging, hati dan kacang-kacangan.

3) Sumber vitamin dan mineral, contoh: susu, keju, sayuran yang berwarna

hijau dan buah-buahan.

4) Banyak minum terutama sari buah, bubur kacang hijau dan susu

2. Ketenangan jiwa dan fikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan

fikiran harus tenang (Rizki, 2013). Keadaan psikologi ibu tertekan, sedih

dan tegang akan menurunkan volume ASI. Secara psikologis ibu harus

senantiasa berfikiran positif dan optimis dapat memberiakan ASI secara

eksklusif kepada bayi.

3. Penggunaan Alat Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang menyusui perlu

diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Alat kontrasepsi yang

dapat digunakan selama menyusui adalah kondom, IUD dan pil khusus

menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan (Rizki, 2013). Beberapa jenis

kontrasepsi terutama yang mengandung hormone estrogen (seperti pil oral

kombinasi dan suntik KB 1 bulan) dapat mengurangi jumlah ASI secara


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

signifikan karena hormone estrogen dapat menekan produksi hormone

prolaktin sehingga terjadi penurunan produksi ASI (Riksani, 2012).

4. Perawatan Payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang hormon oksitosin dan

prolaktin (Rizki, 2013). Perawatan payudara bermanfaat merangsang

produksi ASI. Rangsangan sentuhan saat ibu memijat payudara akan

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone prolaktin dan

oksitosin. Menurut hasil penelitian didapatkan bahwa kondisi dan bentuk

puting susu mempengaruhi produksi ASI, karena putting susu yang

menonjol akan memudahkan bayi untuk menghisap sehingga akan

meningkatkan produksi ASI oleh karena itu perawatan payudara yang

benar sejak masa kehamilan akan mampu meningkatkan produksi ASI

(Saraung dkk, 2017).

5. Anatomis Payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI selain

itu juga perlu diperhatikan bentuk anatomis papila atau puting susu (Rizki,

2013).

6. Faktor Fisiologis

ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang

menentukan produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu (Widuri,

2013).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

7. Pola Istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila

kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI berkurang (Rizki,

2013). Pada bulan-bulan pertama, ibu akan merasa kurang istirahat karena

pola tidur bayi yang belum teratur. Hal ini dapat diatasi dengan cara

mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin ibu tidur saat bayi tertidur dan

bangun saat bayi terbangun untuk disusui. Diharapkan dengan mengikuti

pola tidur bayi maka ibu akan mendapatkan istirahat yang cukup (Riksani,

2012).

8. Faktor Isapan Bayi dan Frekuensi Menyusui

Semakin sering bayi menyusui pada payudara ibu,maka produksi dan

pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi frekuensi penyusuan

pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa

pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI

lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan

sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi menyusu kurang lebih 8

kali.hari untuk menstimulus hormone dalam kelenjar payudara untuk

melancarkan ASI (Rizki, 2013).

9. Berat Lahir Bayi

Berat badan bayi rendah mempunyai kemampuan menghisap lebih

rendah dibandingkan bayi yang berat lahir normal (BBL>2500 gr) (Rizki,

2013). Kenaikan berat badan dihubungkan dengan usia bayi


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan Berdasarkan Usia Bayi


Usia Bayi Kenaikan Berat Badan Rata-Rata
1-3 bulan 700 gr / bulan
5 bulan Dua kali berat badan waktu lahir
4-6 bulan 600 gr / bulan
7-9 bulan 400 gr / bulan
10-12 bulan 300 gr / bulan
1 tahun Tiga kali berat badan waktu lahir
10 Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini

disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga

produksi ASI lebih rendah dibandingkan bayi cukup bulan (Rizki, 2013).

11 Merokok dan Mengonsumsi Alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu

hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasipelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat

pelepasan oksitosin seperti halnya peminum atau mengkonsumsi alkohol

meskipun dosis rendah disatu sisi membuat ibu rileks sehingga membantu

proses pengeluaran ASI namun kandungan etanol dapat menghambat

produksi ASI (Rizki, 2013).

2.7 Masalah-Masalah dalam Menyusui

Proses menyusui terkadang sering terhambat dengan masalah pada

payudara ibu dan cara menyusui. Jika ibu tidak bisa mengatasi masalah

tersebut, maka akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif kepada bayinya

Situasi dan kondisi dalam hal pemberian ASI eksklusif ini sangat bergantung
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

pula pada keadaan kesehatan ibu dan bayi. Seorang ibu yang mengalami

beberapa kondisi di bawah ini harus mendapatkan perawatan khusus

(WHO/UNICEF, 2009). Masalah-masalah yang sering terjadi adalah sebagai

berikut:

1) Sindrom ASI kurang

Seringkali ibu merasa produksi ASI-nya kurang padahal sebenarnya

tidak, apalagi bila bayinya seing menangis, ibu tergesa-gesa ingin

memberikan tambahan susu formula. Sindrom ASI kurang jarang terjadi.

Hanya 5% ibu yang betul- betul mengalami sindrom ASI kurang yang

umumnya karena kelainan anatomis payudara, seperti hipoplasia payudara

(payudara tidak berkembang). Penyebab lainnya adalah radiasi pada kanker

payudara dan operasi pada payudara. Sedangkan penyebab ASI kurang

yang lain biasanya disebabkan karena proses menyusui yang tidak benar,

misalnya engorgement (bengkak) pada payudara. Akibat dari engorgement

adalah pengeluaran zat penghambat kimiawi yang akan menekan produksi

ASI (IDAI, 2013).

Ibu yang terpisah dari bayinya, misalnya karena ibu bekerja, sering

bepergian, atau sakit dan dirawat di Rumah Sakit akan menyebabkan

frekuensi menyusui berkurang, maka pengosongan payudara juga

berkurang dan berakibat produksi ASI juga berkurang. Bayi prematur, bayi

berat lahir rendah (BBLR), bayi sakit kelainan anatomis rongga mulut

seperti ankiloglosia, mikrognatia, dan sumbing, bayi dengan infeksi berat,

gangguan pernafasan seperti asfiksia, penyakit jantung bawaan adalah


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

penyebab lain sindrom ASI kurang (IDAI, 2013). Penanggulangan sindrom

ASI kurang adalah ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi,

menyusuilah dengan sabar, menyusui secara bergantian antara kedua

payudara, minimalkan penggunaan alat (misal : dot) karena akan

membingungkan bayi dan akhirnya mengurangi rangsangan untuk

memproduksi ASI, dan membetulkan pelekatan bayi pada puting payudara

ibu dan posisi menyusu bayi. Apabila tidak diatasi hal ini akan

menyebabkan asupan ASI kurang sehingga terjadi malnutrisi pada bayi

(IDAI, 2013).

2) Bayi Bingung Putting

Bayi yang mendapatkan susu formula bergantian dengan ASI akan

mengalami nipple confusion sehingga waktu menyusu ibunya sering

terputus- putus bahkan kadang-kadang menolak menyusu ibunya.

Penanggulangan bayi bingung puting adalah ibu harus mengusahakan

pemberian ASI eksklusif, menyusui dengan cara yang benar, dan menyusui

lebih lama dan sering.

3) Payudara Bengkak

Pada hari-hari pertama, seringkali menyusui kurang efektif sehingga

ASI mengumpul di dalam payudara, menekan pembuluh darah dan saluran

limfe. Hal ini mengakibatkan payudara menjadi bengkak dan nyeri. Hal

yang dilakukan untuk menghindari payudara bengkah adalah menyusui

bayi segera setelah bayi lahir (IMD), menyusui menurut kehendak bayi

(jangan dijadwalkan), menyusui bayi dengan menggunakan tehnik


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

menyususi yang benar, dan mengeluarkan sisa ASI dengan tangan atau

pompa. Penanganan pada payudara bengkak adalah dengan sering

menyusui dan memberikan kompres dingin untuk mengurangi nyeri serta

melakukan pijatan atau massage payudara.

4) Puting Susu Nyeri atau Lecet

Masalah yang sering terjadi pada menyusui adalah puting susu

nyeri/lecet, sekitar 57% ibu menyusui dilaporkan pernah menderita

kelecetan pada putingnya. Kebanyakan puting lecet disebabkan karena

kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai ke

aerola payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting susu, maka bayi

akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah

sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri/kelecetan pada

puting susunya. Selain itu, puting yang lecet juga dapat disebabkan oleh

moniliasis (jamur) pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu,

serta akibat dari pemakaian sabun, krim atau zat iritan lainnya untuk

mencuci puting susu. Ibu yang mengalami puting lecet akan kesakitan

sehingga frekuensi menyusui akan berkurang. Akibatnya masih banyak

ASI yang tersisa (residu), dan selanjutnya seperti mekanisme di atas maka

produksi ASI akan berkurang. Rasa sakit sendiri akan menekan keluarnya

hormon prolaktin yang juga akan menurunkan produksi ASI.

5) Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara akibat infeksi. Biasanya terjadi

pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan yang tersumbat atau luka


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

pada putting yang terinfeksi. Penanggulangan dari mastitis adalah kompres

air hangat, ibu tetap menyusui bayinya pada payudara yang tidak terinfeksi,

cukup istirahat, minum air putih minimal 2 liter/hari, minum antibiotik, dan

melakukan perawatan payudara.

6) Saluran susu tersumbat (Obstructive duct)

Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus

laktiferus yang disebabkan oleh tekanan jari ibu pada waktu menyusui,

pemakaian BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak yaitu

susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menyebabkan

sumbatan.

7) Abses Payudara

Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara merupakan

kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya

peradangan dalam payudara. Gejalanya adalah ibu tampak lebih parah

sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan lebih lunak karena

berisi nanah.

8) Kelainan Anatomis pada Putting Payudara (Inverted, flat nipple)

Untuk diagnosis apakah puting ada kelainan atau tidak yaitu dengan

cara menjepit aerola payudara antara ibu jari telunjuk di belakang puting

susu. Apabila puting susu menonjol maka puting tersebut adalah normal,

tetapi apabila puting tidak menonjol itu berarti puting inversi/datar.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
2

Kondisi dimana ibu dianjurkan untuk menghindari pemberian ASI yaitu

ibu dengan infeksi HIV positif. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang

memungkinkan ibu sementara untuk tidak memberikan ASI:

a. Ibu yang mengalami penyakit yang sangat parah dan tidak

memungkinkan merawat anaknya, seperti sepsis.

b. Ibu yang menderita Herpes Simplex Virus Type I (HSV-I). Kontak

langsung antara lesi di payudara ibu dan mulut bayi sebaiknya dihindari

sampai semua lesi aktif sembuh.

c. Ibu mendapatkan pengobatan media psikoterapi jenis penenang, anti

epilepsi, opioid dan kombinasinya karena dapat memberikan efek

samping mengantuk dan depresi pernapasan.

d. Ibu mendapatkan pengobatan kemoterapi sitotoksik, maka pemberian

ASI dihindari sampai pengobatan selesai dilakukan.

e. Ibu memerlukan pemeriksaan radioaktif iodine-131. Pemberian ASI pun

pada tahap ini harus dihentikan selama 5 kali waktu paruh zat tersebut.

Selain kondisi Ibu, (WHO/UNICEF, 2009) menjelaskan pula beberapa

kondisi yang memungkinkan bayi mendapatkan tambahan makanan selain

ASI. Hal ini disebabkan karena kondisi kelainan metabolik yang bisa

dialami oleh bayi yaitu ketidakmampuan bayi mencerna protein susu

manusia maupun hewani, sehingga bayi tidak mampu menyusui. Bayi

tersebut memerlukan bantuan formula khusus yang disesuaikan dengan

kebutuhan nutrisinya dan membutuhkan kolaborasi dari beberapa spesialis


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

kesehatan untuk memastikan tumbuh kembang yang optimal. Kondisi

tersebut antara lain:

a. Galaktosemia merupakan kelainan yang disebabkan oleh tidak adanya

enzim galaktose yang diperlukan untuk mencerna galaktosa hasil

penguraian laktosa, sehingga bayi harus mendapatkan susu tanpa

laktosa dan bayi harus mendapatkan diet makanan tanpa galaktosa

sepanjang hidupnya.

b. Maple Syrup Urine Disease adalah kelainan yang timbul karena tubuh

tidak dapat mencerna jenis protein leusin, isoleusin dan valine. ASI

maupun susu hewani lainnya tidak dapat dicerna oleh bayi, sehingga

bayi memerlukan formula khusus tanpa protein leusin, isoleusin dan

valine.

c. Fenilketonuria adalah bayi dengan kelainan yang perlu mendapatkan

formula khusus yang tidak mengandung fenilalanin. ASI mengandung

fenilalanin yang cukup rendah, sehingga pemberian ASI selang seling

dengan formula khusus masih dimungkinkan dengan pemantauan ketat

kadar fenilalanin dalam darah oleh spesialis anak.

Beberapa kondisi dimana ASI tetap menjadi sumber nutrisi utama,

namun bayi membutuhkan tambahan makanan selain ASI dalam periode

tertentu. Kondisi itu antara lain adalah:

a. Bayi yang lahir kurang dari 1500 gram (berat badan lahir sangat rendah)

b. Bayi yang lahir kurang dari 32 minggu usia gestasi (sangat preterm)

c. Bayi yang berisiko hipoglekimia yaitu kadar gula darah tidak meningkat
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

meskipun telah menyusui tanpa jadwal dan atau diberikan tambhan ASI

perah. Risiko hipoglikemia dapat terjadi pada bayi yang kecil untuk usia

kehamilan, paska stress intrapartum dan bayi dengan ibu diabetes

mellitus tidak terkontrol.

2.8 Kendala Pemberian ASI eksklusif

Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan konsultasi ke

klinik laktasi menurut (Hegar, 2008) yaitu :

1) Produksi ASI kurang.

2) Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar.

3) Ibu ingin menyusui kembali setalah bayi diberi formula (relaksasi).

4) Bayi terlantur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula atau

dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran).

5) Kelainan ibu : puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak,

engorgement, mastitis, dan abses.

6) Ibu hamil lagi padahal masih menyusui

7) Ibu bekerja

8) Kelainan bayi : bayi sakit, abnormalitas bayi

2.9 Konsep Dasar Perilaku

2.9.1 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Perilaku dapat terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons, maka


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

teori Skiner ini disebut dengan teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme

Respon (Notoatmodjo, 2014).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah dukungan sosial baik dari keluarga, tenaga kesehatan,

ataupun dari masyarakat sekitar, akses informasi terhadap tentang perilaku

kesehatan, dalam hal ini adalah perilaku pemberian ASI eksklusif

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut Skiner (1938) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2010) perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan

dari luar. Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses

stimulus ─ organisme ─ respon (SOR). Berdasarkan teori S-O-R, perilaku

manusia dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Perilaku tertutup (covert behavior) terjadi apabila respon terhadap

stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar)

secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan.

2) Perilaku terbuka (overt behavior) terjadi bila respon terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan atau praktik dan dapat diamati orang

lain dari luar.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

2.9.2 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik

yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati

(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan. Secara garis besar, perilaku kesehatan dikelompokkan menjadi

tiga yakni (Notoatmodjo, 2012).

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku

atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar

tidak sakit dan berusaha untuk penyembuhan apabila sakit. Perilaku

pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga aspek yaitu, perilaku pencegahan

kesehatan, perilaku peningkatan kesehatan, dan perilaku gizi (makanan)

dan minuman.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan/perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

adalah perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada

saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini

dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

pengobatan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan merupakan respon seseorang terhadap

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

2.9.3 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi kesehatan dalam

(Notoatmodjo, 2012) membedakan perilaku kedalam 3 area, yaitu domain

perilaku kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotorik

(psychomotor). Dan dalam perkembangan untuk kepentingan pendidikan

praktis, perilaku dikembangkan menjadi 3 ranah, yaitu:

1 Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010) Secara garis besar,

pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuai yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Misalnya: Ibu tahu bahwa

ASI memiliki manfaat yang sangat besar.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misalnya: Ibu yang

memahami tentang ASI eksklusif, tidak hanya sekedar menyebutkan


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

manfaat ASI, tetapi harus dapat menjelaskan mengapa bayi sangat

dianjurkan untuk ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Misalnya: Ibu yang telah paham tentang ASI eksklusif, ia harus dapat

mengaplikasikan kepada diri sendiri.

4) Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian

ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

2 Sikap (attitude)

Sikap adalah respon tertutup terhadap suatu stimulus atau objek yang

sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi orang yang bersangkutan,

misalnya senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, dan

sebagainya. Menurut Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial dalam

(Notoatmodjo, 2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksaan motif

tertentu. Dalam kata lain, sikap belum merupakan tindakan (reaksi

terbuka) atau aktivitas. Secara garis besar, sikap juga memiliki tingkatan

berdasarkan intensitasnya, yaitu:

a Menerima (receiving) diartikan bahwa individu sebagai subjek mau

menerima stimulus yang diberikan objek.

b Menanggapi (responding) diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c Menghargai (valuing) artinya memberikan nilai positif terhadap objek

atau stimulus dengan membahas objek dengan orang lain termasuk

mengajak, mempengaruhi dan menganjurkan orang lain untuk

merespon.

d Bertanggung jawab (responsible) adalah sikap yang paling tinggi

tingkatannya yaitu bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang

telah diyakininya (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Allport (1954) dalam (Notoatmodjo, 2010) menjelaskan bahwa

sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

a Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya

yaitu bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seorang individu

terhadap objek. Misalnya sikap ibu terhadap ASI eksklusif, bagaimana

pendapat atau keyakinan ibu tersebut terhadap ASI eksklusif.

b Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian orang terhadap objek. Misalnya, bagaimana

seorang ibu menilai manfaat yang dirasakan dengan memberikan ASI

secara eksklusif.

c Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku

terbuka (tindakan).

3 Tindakan/Praktik (practice)

Untuk terwujudnya suatu tindakan diperlukan faktor lain yang dapat

mendukung seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. Berdasarkan

kualitasnya, praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi 3 tingkatan,

yaitu:

1) Praktik terpimpin (guide response) diartikan apabila individu

melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau

panduan.

2) Praktik secara mekanisme (mechanism) diartikan apabila individu

telah melakukan suatu hal secara otomatis tanpa menunggu perintah

dari oranglain.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

3) Adopsi (adoption) adalah suatu tindakan yang sudah berkembang,

tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dimodifikasi

menjadi perilaku yang berkualitas.

2.10 Konsep Preced-Proceed Model

Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green yang dirintis sejak

tahun 1980. Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia

dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior

causes) yang terdiri dari faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong.

Faktor pokok yang kedua adalah faktor diluar perilaku atau lingkungan

(non-behavior causes), misalnya sulit mencapai sarana pelayanan

kesehatan, mahalnya biaya transportasi, biaya pengobatan, kebijakan

dan peraturan dan lain sebagainya. Dalam mewujudkan suatu perilaku

kesehatan diperlukan pengelolaan manajemen program melalui tahap

pengkajian, perencanaan, intervensi hingga penilaian dan evaluasi

(Nursalam, 2015).

Gambar 2.6 : Precede Proceed Model (Green LW. & Kreuter MW, 1991)
dalam (Nursalam, 2015)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
3

Selanjutnya dalam program pendidikan kesehatan dikenal adanya model

pengkajian dan penindaklanjutan (Precede Proceed Model) yang

diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah

perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara

menindaklanjuti dengan berusaha mengubah, memelihara atau

meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif (Fertman,

2010).

Faktor Predisposisi Faktor Pendukung Faktor Pendorong

Pengetahuan 1 Adanya fasilitas kesehatan 2 Peraturan


KeluargaKesehatan
3 Keterampilan terkait kesehatan
Sikap Petugas kesehatan

Budaya Teman

Keyakinan Tokoh masyarakat

Nilai Pengambil keputusan

Norma

Lingkungan (Kondisi hidup)


Perilaku tertentu oleh individu atau organisasi

Kesehatan
Gambar 2.7: Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan (Green
LW & Kreuter MW, 1991)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

1 Faktor-faktor predisposisi, merupakan faktor internal yang ada pada

diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang

mempermudah individu untuk berperilaku yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, budaya dan lain sebagainya.

2 Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana

kesehatan.

3 Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan, keluarga, teman sebaya, orang tua, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Nursalam,

2015).

Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan faktor

kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor-faktor tersebut

merupakan runag lingkup promosi kesehatan. Faktor lingkungan adalah

segala faktor baik fisik, biologis maupun sosial budaya yang sevara

langsung atau tida langsung dapat memengaruhi derajat kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan dapat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, tradisi, dari orang

atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan

fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan dan keluarga juga

akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Nursalam,

2015).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

2.11 Perilaku Ibu dalam Meningkatkan Produksi ASI

1) Meningkatkan asupan makanan yang bergizi

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup

akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan

berjalan dengan lancar (Rizki, 2013). Makanan ibu harus memenuhi

jumlah kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral yang dibutuhkan

bagi ibu menyusui serta dianjurkan mengonsumsi air putih 8-12

gelas/hari (Rini dkk, 2016). Memperbanyak konsumsi sayuran hijau

seperti daun katuk, daun papaya, dan kacang-kacangan yang

memiliki khasiat meningkatkan produksi ASI (Ellya, 2016).

2) Frekuensi menyusui lebih sering dan secara langsung

Semakin sering bayi menyusui pada payudara ibu,maka

produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Hisapan bayi

yang efektif dapat membantu Ibu meningkatkan produksi ASI.

Setelah bayi melepaskan satu payudara, berikan payudara lain pada

bayi. Hal ini akan menjamin bahwa bayi menstimulasi produksi ASI

pada kedua payudara, dan juga mendapatkan ASI yang paling

bergizi dan memuaskan (Unicef, 2014). Faktor isapan bayi terutama

pada bayi yang sehat akan mampu mengosongkan satu payudara

dalam waktu 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong

dalam waktu 2 jam, sebaiknya menyusui bayi secara non jadwal (on

demand) (Jannah, 2011).


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

3) Melakukan perawatan payudara

Perawatan payudara adalah pemeliharaan payudara yang

dilakukan untuk memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada

saat menyusui dengan melakukan pemijatan (Welford, 2009).

Perawatan payudara penting dilakukan selama hamil hingga

menyusui. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan

sirkulasi dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga

memperlancar pengeluaran ASI serta menghindari terjadinya

pembengkakan dan kesulitan menyusui selain itu juga dapat menjaga

kebersihan payudara agar tidak mudah terkena infeksi.

4) Istirahat yang cukup

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

Sebisa mungkin ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi

terbangun untuk disusui. Diharapkan dengan mengikuti pola tidur

bayi maka ibu akan mendapatkan istirahat yang cukup (Riksani,

2012).

5) Keadaan psikologis ibu yang tenang

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan

dan fikiran harus tenang. Perasaan ibu yang bahagia, senang,

perasaan menyayangi bayinya akan mampu meningkatkan produksi

ASI yang dihasilkan ibu (Rizki, 2013).


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

6) Mengonsumsi suplemen herbal ataupun obat pelancar ASI

Menurut (Paryono, 2014) jamu uyup-uyup bermanfaat untuk

menigkatkan produksi ASI pada ibu yang menyusui. Komposisi

jamu uyup-uyup antara lain kencur, kunyit, lempuyang, temu giring,

temulawak dan daun katuk. Menurut penelitiannya dalam

penelitiannya, jamu uyup-uyup dapat memperlancar pengeluaran

ASI karena dapat merangsang hormon prolaktin secara tidak

langsung sebagai salah satu mekanisme suatu senyawa laktagogum

(pelancar pengeluaran air susu), mengandung protein, mineral dan

vitamin-vitamin.

Terapi farmakologis seperti domperidone dapat

dipertimbangkan apabila tatalaksana non-farmakologis tidak dapat

meningkatkan jumlah ASI. Domperidone tidak hanya efektif sebagai

prokinetik dan antiemetik, juga telah terbukti meningkatkan

produksi ASI pada ibu menyusui. Domperidone menjadi pilihan

utama dibandingkan galactogogue lain karena tidak ada efek

samping terhadap bayi dan jarang muncul efek samping pada ibu

menyusui.

2.12 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam Memperlancar

Produksi ASI

Menurut (Nursalam, 2015) dalam teori Lawrence Green perilaku

seseorang dapat disimpulkan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap,


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

kepercayaan, dan tradisi selain itu ketersediaan fasilitas kesehatan serta

sikap dan perilaku petugas kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku. Seorang ibu menyusui dalam upaya

memperlancar produksi ASI dipengaruhi oleh 3 faktor antara lain: faktor

predisposisi (predisposing factors) yaitu: pengetahuan, sikap, dan

budaya. Faktor pendukung (enabling factors) yaitu: adanya sarana

kesehatan. Sedangkan, faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu:

dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan.

1 Faktor Predisposisi

a Pengetahuan

Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada

yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian dari Yulianti di wilayah kerja

Puskesmas Siantan Hulu terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dengan pemberian

ASI eksklusif. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu

mengenai pentingnya ASI eksklusif maka akan semakin baik pula

kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif (Yulianti, 2014).

Pengetahuan ibu mengenai cara menyusui yang benar, perawatan

payudara, asupan nutrisi yang bergizi akan membantu memperlancar

produksi ASI (Dall’Oglio et al., 2007; Declercq et al.,2009).


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

b Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi orang yang bersangkutan, misalnya senang atau tidak senang,

setuju atau tidak setuju, dan sebagainya. Menurut Newcomb salah

seorang ahli psikologi sosial dalam (Notoatmodjo, 2010)

menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksaan motif tertentu. Dalam

kata lain, sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau

aktivitas. Sikap ibu menyusui juga sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan tentang ASI eksklusif maupun motivasi ibu dalam

memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Sikap ibu

menyusui juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap

pemberian ASI eksklusif. Sikap ibu menyusui seperti ketidaktahuan

ibu tentang pentingnya kolostrum, pemberian makanan/minuman

sebelum ASI keluar (prelaktal), serta kurangnya rasa percaya diri ibu

bahwa ASI yang dihasilkannya cukup untuk kebutuhan bayinya

(Yuliana, 2013).

c Budaya

Budaya merupakan sekumpulan sejarah, norma-norma, nilai-

nilai dan keyakinan yang membentuk pola perilaku yang dipelajari

dan nilai yang dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Beranekaragam budaya yang ada di masyarakat sedikit banyak


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

dapat mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut, baik perilaku

yang mengarahkan pada perilaku positif maupun negative

(Friedman, 2010).

Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pencapaian

ASI eksklusif di Indonesia adalah faktor budaya. Perilaku pemberian

ASI eksklusif tidak terlepas dari pandangan budaya yang diturunkan

secara turun temurun. Budaya pemberian ASI eksklusif yang terjadi

di masyarakat seperti anjuran dan pantangan terkait makanan-

minuman, perilaku dan ritual bagi ibu menyusui. Terdapat budaya

tertentu yang masih mempercayai adanya makanan pantangan bagi

ibu menyusui, maupun anjuran untuk banyak mengonsumsi daun

katuk, banyak makan sayur, minum jamu gejah, juga larangan

seperti minum es, makan pedas, ataupun ritual banyu wuwung yang

dianjurkan untuk ibu menyusui serta masih banyak yang

memberikan makanan tambahan sebelum bayi berusia 6 bulan

(Muladevi dkk, 2015).

2 Faktor Pendukung

Ketersediaan pelayanan kesehatan juga merupakan bentuk

dukungan pelayanan kesehatan bagi ibu menyusui dalam memberikan

ASI eksklusif. Dukungan dari pelayanan kesehatan dapat berupa

informasi mengenai kehamilan, melahirkan hingga menyusui. Selain

itu adanya fasilitas kesehatan juga sangat mempengaruhi

keberlangsungan ASI eksklusif misalnya adanya fasilitas pojok ASI di


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

tempat kerja (Daradjat, 2010).

3 Faktor Pendorong

a Dukungan keluarga

Keluarga memiliki peran yang penting dalam keberlangsungan

pemberian ASI eksklusif. Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan

instrumental dan dukungan emosional. Dukungan keluarga akan

sangat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Jose M, et al, 2003)

di Italia menyebutkan bahwa durasi pemberian ASI eksklusif secara

bermakna dikaitkan dengan dukungan keluarga yang memadai.

Dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif dapat

dilakukan oleh seluruh keluarga seperti suami, kakak, ibu kandung

maupun mertua. Dukungan keluarga yang positif tentunya akan

mampu memotivasi ibu untuk dapat memberikan ASI secara

eksklusif (Manaf, 2010).

Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan ketika

memulai maupun melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif.

Ibu menyusui membutuhkan bantuan seperti menyiapkan dan

memberikan ASI perah, menyiapkan makanan bergizi, menemani

ibu dan mendengarkan keluhan ibu, membantu ibu dalam mengurus

pekerjaan rumah tangga (Poverwati, 2009). Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan di Australia menyebutkan bahwa


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

dukungan untuk menyusui memerlukan komitmen dari kedua orang

tua dan suami yang memiliki peranan penting dalam pengambilan

keputusan dan dukungan menyusui (Tohotoa, 2007). Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Saraung dkk, 2017)

bahwa dengan adanya dukungan keluarga akan sangat

mempengaruhi keberhasilan menyusui karena keluarga akan

meringankan sebagian tugas ibu dalam rumah tangga sehingga ibu

tidak kelelahan. Kelelahan merupakan salah satu penyebab

berkurangnya produksi ASI.

b Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan juga tidak kalah penting dalam

memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Dukungan tenaga

kesehatan terkait dengan kebutuhan informasi mengenai pemberian

ASI eksklusif. Ibu menyusui perlu mendapatkan informasi

mengenai pentingnya memberikan ASI secara eksklusif, cara

menyusui yang benar, jenis makanan bergizi untuk ibu menyusui,

maupun perawatan payudara yang akan mempengaruhi produksi

ASI yang dihasilkannya sehingga tetap dapat memberikan ASI

secara eksklusif kepada bayinya (Rusdiana, 2012). Selain itu

keberhasilan menyusui secara eksklusif juga sangat dipengaruhi

oleh suksesnya program Inisiasi Menyusui Dini. Keberhasilan

program Inisiasi Menyusui Dini juga dipengaruhi oleh sikap,

pengetahuan dan motivasi dari petugas kesehatan (dokter, bidan dan


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
4

perawat) karena petugas kesehatan yang pertama kali membantu ibu

dalam proses persalinan oleh karena itu keberhasilan ASI eksklusif

juga sangat bergantung terhadap sikap maupun dukungan petugas

kesehatan (Futrelle, 2016).

2.13 Keaslian Penelitian

Tabel 2.2 Keyword Development


Breast feeding Precede-Proceed Breastmilk Mother’s behavior
Model supply
Faktor yang
Upaya-upaya Meningkatkan Precede-Proceed
mempengaruhi
produksi ASI Model
perilaku ibu
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa kata kunci pada tabel 2.2

di Google Scholar dan database Airlangga Repository untuk menemukan

artikel jurnal yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini.

Tabel 2.3 Keaslian Penelitian


No Judul Penelitian; Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun; Penulis

1. Analisis Faktor-Faktor D: Desain penelitian Berdasarkan hasil


yang Berhubungan menggunakan metode penelitian ini terdapat
dengan Produksi ASI deskriptif dengan hubungan pada ibu
pada Ibu Postpartum di pendekatan cross sectional postpatum dengan
Puskesmas Ranotana bentuk dan kondisi
Weru; 2017; Mitrami S: Sampel dalam penelitian puting susu dengan
Widiastuti,dkk. ini berjumlah 30 responden. produksi ASI di
Puskesmas Ranotana
V: Variabel independen yaitu Weru, terdapat
bentuk dan kondisi putting hubungan pada ibu
susu, kecemasan dan postpatum dengan
dukungan keluarga. kecemasan dengan
Variabel dependen adalah produksi ASI di
produksi ASI pada ibu post Puskesmas Ranotana
partum Weru dan terdapat
hubungan pada ibu
I: Instrumen penelitian postpatum dengan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

menggunakan kuesioner dukungan keluarga


yang telah baku. dengan produksi ASI
di puskesmas Ranotana
A: Analisa univariat dan Weru.
Analisa bivariat pada
penelitian ini menggunakan
uji statistic chi square.

2. Factor’s That Influence D: Desain penelitian ini Dua belas peserta


Mother’s Decisions menggunakan metode setuju menjawab
Concerning analisis deskriptif dengan pertanyaan tersebut di
Breastfeeding; 2016 ; survey cross sectional survei yang
Kimberly M. Futrelle menyatakan,
S: Sampel dalam penelitian ini "Pemberian susu
terdiri dari 30 ibu yang formula lebih mudah
berkerja dan menempatkan dilakukan daripada
anak di pusat penitipan pemberian ASI , dan
anak dengan rentang usia 13 peserta tidak setuju.
anak 5 tahun ke bawah. Lima peserta memilih
nilai netral. Sebagai
V: Variabel independent yaitu
tambahan, sembilan
sikap, kepercayaan, dan
peserta menjawab item
pendapat ibu dan variabel
tersebut dalam survei
dependent adalah
yang menyatakan;
pengambilan keputusan ibu
"Pemberian ASI lebih
dalam pemberian ASI
mudah daripada
I : The Iowa Infant Feeding pemberian susu
Attitude Scale (IIFAS) formula," sesuai
survey digunakan untuk kesepakatan, dan 10
mengidentifikasi sikap, peserta tidak setuju.
kepercayaan, dan pendapat Skor tertinggi adalah
ibu. netral, karena 11
peserta memilih netral
A: Data dimasukkan oleh dan tidak jelas. Data ini
peneliti dan disimpan di sejalan dengan fakta
thumb drive menggunakan bahwa 11 ibu hanya
Paket Statistik untuk Ilmu memberi susu formula
Sosial (SPSS). Perangkat pada bayi mereka.
lunak SPSS versi 22
digunakan untuk
menganalisis data
kuantitatif.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

3. Faktor-Faktor yang D: Penelitian ini bersifat Hasil penelitian ini


Mempengaruhi Perilaku survey untuk mengetahui menemukan adanya
Ibu Laktasi dalam faktor-faktor yang pengaruh pengetahuan
Memberikan ASI di 6 mempengaruhi perilaku ibu, ketersediaan bahan
Kabupaten/Kota di ibu laktasi dalam makanan dirumah,
Provinsi Sumatera memberikan ASI. dukungan petugas, dan
Barat;2009; Irma Eva dukungan keluarga
Yani,dkk. S: Sampel penilitian ini terhadap perilaku ibu
berjumlah 440 orang yang laktasi dalam
tersebar pada 6 memberikan ASI
kabupaten/kota di provinsi
Sumatera Barat dengan
jumlah 124 orang (28,2%)
di kota Padang, 75 orang
(17%) di Kabupaten
Solok, 73 orang (16,6%) di
Kabupaten Padang
Panaman, 65 orang
(14,8%) di kabupaten
pesisir selatan, 60 orang
(13,6%) di Kabupaten
Agam, dan 43 orang
(9,6%) di Kabupaten
Tanah Datar.
V: Variabel independent:
pengetahuan,
sikap,ketersediaan
makanan, dukungan
petugas kesehatan dan
dukungan keluarga dan
variabel dependent :
perilaku ibu laktasi dalam
memberikan ASI.
I: Pengumpulan data
dilakukan dengan cara
wawancara langsung
kepada ibu laktasi dengan
instrument kuisioner
terstruktur
A: Analisis secara univarat
dan bivarat.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

4. Factor’s Influencing the D: Studi kohort longitudinal Dari 500 ibu yang
reasons why mother’s dengan menggunakan data berhenti menyusui
stop breastfeeding; yang diperoleh dari sepenuhnya sebelum
2014; Catherine R.L,et NSAPD (Nova Scotia enam bulan dan
al Atlee Perinatal Database) memberikan alasan
dan The Healthy untuk menghentikan,
Begginnings Public Health sebagian besar (73,6%)
Database berhenti dalam enam
minggu pertama.
S: Sampel berjumlah 500 ibu Alasan paling umum
yang berhenti menyusui yang dikutip adalah
sebelum 6 bulan usia ketidaknyamanan atau
bayinya. keletihan terkait
V: Variabel yang diteliti dengan menyusui
adalah karakteristik (22,6%) dan
maternal, obstetrik, dan kekhawatiran
neonatal dan setiap alasan tentang suplai susu
berhenti menyusui (21,6%). Kembali ke
pekerjaan atau sekolah
I: Wawancara dengan 11 dikaitkan dengan
kategori. lamanya bayi yang
disusui: 20% wanita
A: Data ini terkait dengan yang berhenti
Nova Scotia Atlee setelahnya
Perinatal Database untuk enam minggu
mendapatkan informasi menyebut ini sebagai
tentang karakteristik ibu alasannya.
dan bayi baru lahir.
Hubungan antara
karakteristik maternal,
obstetrik, dan neonatal dan
setiap alasan berhenti
menyusui sepenuhnya
diperiksa.

5. The Relationship D: Desain penelitian ini Meski banyak ibu yang


Between Breastfeeding adalah studi cross berniat memberikan
Self-Efficacy and sectional ASI eksklusif tetapi
Perceived Insufficient hanya 40% ibu yang
Milk Among Japanese S: Dua ratus enam puluh dua menyusui secara
Mothers; 2008; Keiko ibu menyusui di rumah eksklusif pada 4
Otsuka,et.,al. sakit di Jepang. minggu postpartum. Di
antara ibu yang
V: variabel yang diteliti
menggunakan susu
umur, paritas, pengalaman
formula 73%
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

menyusui lebih dari 3 menyebutkan bahwa


bulan,pendidikan, statusalasan utama ibu
perkawinan, pendapatan tersebut menggunakan
per tahun, Infant-feeding susu formula atau
intention tambahan adalah
karena ASInya tidak
I: Breastfeeding Self-Efficacy mencukupi
Scale-Short Form
A: Semua variabel diperiksa
untuk normalitas
distribusi. Untuk
perbandingan data
kategoris, uji chi-square
dan Fisher exact
digunakan. Ketika skala,
diukur sebagai variabel
kontinu, diubah menjadi
data kategoris,
persentil digunakan.
Diindikasikan adanya
pengukuran terus menerus
diuji dengan menggunakan
uji t sampel independen
atau analisis satu arah
dari varians Korelasi
Pearson.

6. Maternal Breastfeeding D: Studi korelasi deskriptif Sebanyak 199 wanita


Self-Efficacy and the postnatal direkrut. Pada
Breastfeeding Behaviors S: 199 wanita china postnatal 6 minggu
of Newborns in the yang didapatkan dari pascapersalinan, 85
Practice of Exclusive pertengahan bulan Febuari (42,7%) bayi diberi
Breastfeeding; 2013; 210 sampai pertengahan susu botol, 66 (33,2%)
Alice Yuen Loke dan Maret 2010 dengan niat mendapat ASI
Lai-Kwai S. Chan ingin memberikan ASI tambahan, dan 48
eksklusif (24,1%) diberi ASI
eksklusif. Faktor
V: variabel yang diteliti
penyumbang ASI
adalah kepercayaan dan
eksklusif yang
self efficacy ibu dalam
signifikan adalah
memberikan ASI kepada
wanita yang berencana
bayinya.
menyusui paling
I: Kuesioner dikembangkan sedikit 6 bulan (rasio
berdasarkan versi Chinese odds [OR] = 5.537,
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

Self-Efficacy Scale-Short interval kepercayaan


Form Breastfeeding 95% [CI] [2.430,
(MBSES-SF)yang 12.619], p ≤ 0,001),
dimodifikasi dan wanita dengan tingkat
menggunakan IBFAT tinggi dari keawetan
(Infant Breastfeeding self-efficacy (OR =,
Assessment Tool) 7,776, 95% CI [2,546,
23,748], p ≤ 0,001),
A: Data dianalisis dengan dan wanita yang
menggunakan SPSS bayinya memiliki nilai
(17,0). Perbandingan IBFAT tinggi (OR =
dilakukan antara tiga 2,381, 95% CI [1,019,
kelompok wanita berikut 5.562], p = .045).
pada follow up 6 minggu
dengan menggunakan uji
chi-squared untuk data
demografi: (a) mereka
yang diberi susu botol, (b)
mereka yang diberi ASI
tambahan, dan (c) mereka
yang mendapat ASI
eksklusif bayi mereka
Untuk data parametrik,
ANOVA dilakukan untuk
membandingkan
perbedaan antara ketiga
kelompok wanita, seperti
durasi pemberian ASI
yang direncanakan dalam
minggu, berarti nilai
IBFAT (cutoff pada 10),
dan MBSES-SF (cutoff at
48). Analisis regresi
logistik biner dilakukan
untuk mengidentifikasi
faktor penyebab
pemberian ASI eksklusif
pada 6 minggu
pascapersalinan.

7. Maternal Experience of D: Desain penelitian ini adalah Interaksi mengenai


Interactions With fokus group kekhawatiran pasokan
Providers Among susu membangkitkan
Mothers With Milk S: Jumlah sampel adalah emosi yang kuat,
Supply Concern; 2012 sebanyak 56 ibu yang termasuk rasa syukur,
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

;Valerie J. terdiri dari ibu dengan rasa bersalah,


Flaherman,et.,al. produksi ASI yang kurang kekecewaan, dan
tetapi ingin melanjutkan ketakutan, dan
pemberian ASI eksklusif, pengukuran berat
ibu yang produksi ASI badan bayi sering
kurang dan memberikan dilaporkan sebagai
susu formula pada 2 bulanpemicu timbulnya
pertama dan tetap
emosi ini. Beberapa
melanjutkan ASI, ibu yangibu melaporkan bahwa
memiliki produksi ASI mengalami "tekanan"
kurang dan tidak
dan "rasa bersalah"
melanjutkan ASI sebelum 2ketika penyedia
bulan. layanan menekankan
pemberian ASI
V: variabel yang diteliti eksklusif menyebabkan
adalah ekspektasi maternal pilihan menyusui yang
mengenai ASI pada saat kurang optimal
hamil dan pengalaman
inisiatif dalam pemberian
ASI, pengalaman maternal
mengenai interaksi dengan
dokter anak, dokter
kandungan, dan perawat
dalam memberikan ASI,
persepsi maternal terhadap
kenaikan berat badan bayi
yang memberikan efek
terhadap produksi ASI,
I: Wawancara dengan
responden
A: Semua rekaman audio
ditranskrip dan dimasukkan
ke dalam
ATLAS.ti (Atlas, versi 6,
ATLAS.ti Scientific
Software Development
GmbH, Berlin, Jerman).
Transkrip dan data audio
asli dianalisis secara
independen untuk tema
utama oleh 2 penulis (VJF
dan KGH) dengan
menggunakan proses
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

pengkodean lini demi baris


iteratif berdasarkan
Grounded theory
8. The Effect of oxytocin D: Penelitian ini merupakan Ditemukan bahwa 72%
massage on breastmilk quation experiment with peserta berusia 20-35
production postpartum consecutive non probability tahun, 84% ibu rumah
mothers in Peterongan randomized. tangga, dan 66%
PHC Area, Jombang, S: Sampel dikumpulkan multipara. Temuan
East Java, Indonesia; : dengan pengambilan penelitian yang paling
Ike Johan dan Ninik sampel acak non- penting adalah
Azizah probabilitas berturut-turut, mengikuti ibu
yang melibatkan 100 postpartum 58,1%
sampel total. dengan pijat oksitosin
V: variabel yang independen meningkat secara
adalah mengenai efek dari signifikan setelah
pijat oksitosin. Variabel pengobatan (Fisher
dependen yang diteliti Exact Test, p value =
adalah produksi ASI 0,006; OR = 3,765; CI
1,410-10,051)
I: Closed questionaire
A: Fisher Exact Test
digunakan untuk
membandingkan data
setelah dipijat oxytocin.

9. Mothers With Perceived D: Desain penelitian ini Hasil penelitian ini


Insufficient Milk: adalah A single group three- menemukan adanya
Preliminary Evidence of occasion pretest– posttest interaksi pada ibu dan
Home Interventions to bayi pada saat
Boost Mother-Infant S: Sampel berjumlah 15 orang menyusui secara
Interaction; 2017; ibu yang masih memiliki langsung dapat
Natsuko K.Wood dan bayi yang berumur kurang meningkatkan
Elizabeth A.Sanders dari 7 hari hubungan kasih saying
ibu dan bayi dan juga
V:a)interactive didactic
dapat meningkatkan
teaching delivered by the
produksi ASI.
PI; (b) Observasi dan
respon selama menyusui;(c)
memberikan makan
termasuk jenis makanan,
metode, frekuensi makan,
frekuensi bayi menangis,
frekuensi siklus bangun-
tidur pada bayi, dan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
5

ekskresi dalam 3 minggu


I: Nursing Child Assessment
Feeding Scale (NCAFS;
Barnard, 1976).
A: analisis data menggunakan
ANOVA.

10. Faktor-faktor yang D: jenis penilitian ini Sebanyak 54,2%


mempengaruhi perilaku termasuk penelitian responden tidak
pemberian air susu ibu kuantitatif dengan memberikan asi secara
(ASI) Eksklusif di rancangan cross sectional eksklusif/ alasan
wilayah kerja puskesmas terbanyak adalah
pengandan kota S: Populasi dalam penelitian karena produksi ASI
semarang; 2017 ; Ria ini adalah 280 ibu yang yang kurang, sehingga
Novita, Bagoes memiliki bayi usia 7-12 69,2% dari responden
widjanarko dan Anung bulan yang tinggal di yang produksi ASI
sugihanton wilayah kerja puskesmas kurang menmbahkan
Pegandan. Setelah susu formula sebagai
menggunakan perhitungan pendamping ASI.
rumus Lemeshow sampel
penelitian sebanyak 72
responden.
V: variabel yang
berhubungan adalah
pengetahuan tentang ASI
eksklusif dan sikap
terhadap ASI eksklusif
serta variabel yang tidak
berhubungan adalah
pekeraan, umur, paritas,
tempat persalinan,
keterampilan penolong
pasien, paparan informasi,
fasilitas penunjang
menyusui, dukungan
suami dan dukungan
keluarga, dukungan dari
orang lain
I: Instrumen penelitian ini
menggunakan kuisioner
A: analisa bivarat dengan uji
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS 58

chi square dan analisa


univarat dengan regresi
binary logistic
11. Faktor-Faktor yang D: Jenis penelitian ini adalah Hasil bivariate
Mempengaruhi penelitian observasional penelitian
Kelancaran Produksi dengan rancangan cross menunjukkan bahwa
ASI pada Ibu Menyusui sectional. tidak ada pengaruh
di Desa Bendan, antara pelaksanaan
Kecamatan Banyudono, S: Jumlah sampel melibatkan inisiasi menyusui dini
Kabupaten Boyolali; 50 orang, dengan teknik (p= 0,474), ada
2016; Indah Safitri pengambilan sampel pengaruh antara
menggunakan total perawatan payudara
sampling. (p= 0,001), ada
pengaruh antara
V: Variabel inedependen yang
penggunaan alat
diteliti adalah faktor yang
kontrasepsi (p= 0,022),
mempengaruhi kelancaran
dan ada pengaruh
ASI yaitu IMD, perawatan
antara keberadaan
payudara, alat kontrasepsi
perokok pasif (p=
yang mengandung estrogen,
0,010) dengan
dan keberadaan perokok
pasif kelancaran produksi
ASI di Desa Bendan,
I: Instrumen penelitian ini
Kecamatan
menggunakan kuisioner
Banyudono, Kabupaten
A: Analisis bivariat Boyolali.
menggunakan uji Chi-
Square dan Fisher’s Exact
Test
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian


Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar

Produksi ASI
Faktor Demografi Faktor
Usia
Faktor Faktor Pendorong
Predisposisi Pendukung Dukungan keluarga
Jenis Kelamin Dukungan Petugas Kesehatan
Pengetahuan 1 Adanya
Pendidikan
fasilitas
Sikap
Pekerjaan kesehatan
Budaya 2. Peraturan
Paritas
kesehatan 3. Dukungan teman
4. Keyakinan
3. Keterampilan 4. Dukungan tokoh
5. Nilai terkait masyrakat
kesehatan
6. Norma 5.Dukungan Pengambil
keputusan

Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI

Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 3.0-1 : Kerangka konseptual Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu
dalam Memperlancar Produksi ASI berbasis teori Preceed-Proceed (Green L W. & Kreuter
MW, 1991)

59
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
6

Menurut teori Precede-Proceed model yang dikemukakan oleh Lawrence W.

Green ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Perilaku seorang

ibu menyusui dalam upaya memperlancar produksi ASI dipengaruhi oleh 3 faktor antara

lain: factor predisposisi (predisposing factors) yaitu: pengetahuan, sikap, dan budaya.

Factor pendukung (enabling factors) yaitu: adanya sarana kesehatan. Sedangkan, factor

pendorong (reinforcing factors) yaitu: dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan.

Perilaku ibu menyusui dalam memperlancar produksi ASI dapat dipengaruhi oleh faktor

pengetahuan, sikap, budaya, ketersediaan fasilitas kesehatan dan dukungan keluarga

serta dukungan petugas kesehatan. Faktor-faktor tersebut sangatlah berkaitan dan akan

mendukung dan memperkuat perilaku ibu dalam memperlancar ASI sehingga ibu dapat

memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Faktor pengetahuan adalah

faktor yang sangat penting dan memiliki peranan yang besar dalam menumbuhkan

kesadaran ibu untuk dapat memberikan ASI pada bayinya (Bahiyatun, 2009).

Pengetahuan ibu mengenai cara menyusui yang benar, perawatan payudara, asupan

nutrisi yang bergizi akan membantu ibu untuk dapat memperlancar produksi ASI

(Dall’Oglio et al., 2007; Declercq et al.,2009). Faktor budaya juga sangatlah

berpengaruh, karena mayoritas masyarakat Indonesia masih sangat memegang teguh

tradisi maupun budayanya sehingga akan mempengaruhi dukungan bagi ibu menyusui

berupa anjuran dan pantangan terkait makanan-minuman, perilaku dan ritual bagi ibu

menyusui. Anjuran tersebut seperti makan daun katuk, banyak makan sayur, minum

jamu gejah, larangan seperti minum es, makan pedas, ritual yang dianjurkan untuk ibu

menyusui khususnya di Jawa Timur dan yang dilakukan partisipan adalah banyu

wuwung (Muladevi dkk, 2015). Faktor lainnya adalah sikap, sikap yang positif terhadap
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
6

pemberian ASI eksklusif harus sudah terbentuk sejak saat masa kehamilan atau bahkan

jauh sebelumnya agar pada saat masa menyusui ibu sudah memiliki kesadaran serta

keinginan untuk menyusui anaknya secara eksklusif (Soetjiningsih, 2012). Menurut The

World Alliance for Breastfeeding (WABA), seorang ibu yang berhasil menyusui secara

eksklusif perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terutama dari keluarga

(suami, ibu, ibu mertua) serta dari tenaga kesehatan. Adanya dukungan tersebut dapat

mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi ibu seperti mengatasi kurangnya informasi,

mengatasi keraguan atau kemampuan ibu dalam menyusui bayinya serta mengambil

setiap keputusan yang berpengaruh terhadap keberlangsungan dalam pemberian ASI

eksklusif. Ibu yang mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga akan mampu

mengatasi masalah-masalah yang dialaminya selama menyusui. Faktor ketersediaan

fasilitas kesehatan akan dapat membantu ibu dalam mendapatkan informasi maupun

pendidikan kesehatan mengenai ASI eksklusif serta perilaku-perilaku yang dapat

dilakukan ibu untuk meningkatkan maupun memperlancar produksi ASI. Fasilitas

kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif akan sangat mempengaruhi

perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Faktor-faktor tersebut

merupakan faktor yang paling kuat dan memiliki peranan yang besar dalam

mempengaruhi perilaku ibu untuk dapat memperlancar dan meningkatkan produksi ASI

sehingga ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS 62

3.2 Hipotesis Penelitian

H1:

1) Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI

2) Terdapat hubungan sikap terhadap perilaku ibu dalam memperlancar

produksi ASI

3) Terdapat hubungan budaya terhadap perilaku ibu dalam memperlancar

produksi ASI.

4) Terdapat hubungan adanya fasilitas kesehatan terhadap perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI.

5) Terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI.

6) Terdapat hubungan dukungan petugas kesehatan terhadap perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah deksriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menguraikan suatu keadaan dalam suatu komunitas dan

selanjutnya menjelaskan keadaan tersebut, melalui pengumpulan atau

pengukuran variabel korelasi yang terjadi pada obyek penelitian secara stimultan

dan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dengan

pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian yang menggunakan

rancangan atau desain observasi dengan ciri-ciri semua pengukuran variabel

independen dan dependen yang diteliti dilakukan pada waktu yang sama serta

tidak ada periode follow up. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memperlancar produksi

ASI.

4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

(Hidayat, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang

tinggal di puskesmas Ngagel Rejo dan berjumlah 228 orang yang terdapat

pada kelurahan Ngagel dan kelurahan Ngagel Rejo.

63
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
6

4.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

tersebut (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui periode bulan Juni – Juli 2018 dengan masalah produksi ASI yang

sedikit atau kurang di wilayah kerja puskesmas Ngagel Rejo yang berjumlah

143 orang.

4.2.3 Besar Sampel

Karena besar populasi tidak diketahui dengan pasti jumlahnya, besar sampel

dapat ditentukan dengan rumus berikut ini:

Keterangan:
n : Perkiraan besar sampel
N : Perkiraan besar populasi
z : Nilai standar normal untuk α= 0,05 (1,96)
p : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q : 1-p (100%- p)
d : tingkat kesalahan yang dipilih (0,05)

4.2.4 Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster

sampling. Cluster sampling berarti pengelompokan sampel berdasarkan

wilayah atau lokasi populasi. Terdapat dua Kelurahan pada wilayah kerja

Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya yaitu Kelurahan Ngagel Rejo dan


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
6

Kelurahan Ngagel. Dari 228 ibu menyusui yang tersebar dalam dua kelurahan

masing-masing memiliki populasi ibu menyusui sebanyak 169 orang pada

kelurahan Ngagel Rejo dan 59 orang pada kelurahan Ngagel. Dari 228 ibu

menyusui akan dipilih secara acak 143 ibu menyusui dengan masing-masing

kelurahan berjumlah 106 orang pada kelurahan Ngagel Rejo dan 37 orang

pada kelurahan Ngagel. Perhitungan jumlah sampel tiap kelurahan adalah

sebagai berikut:

Kelurahan Ngagel Rejo :

Kelurahan Ngagel :

4.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2013).

4.3.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan

diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain

(Nursalam, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor

pengetahuan, faktor sikap, faktor budaya, faktor tersedianya fasilitas kesehatan,

faktor dukungan keluarga dan faktor dukungan petugas kesehatan.

4.3.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
6

dependen dalam penelitian ini adalah perilaku ibu dalam memperlancar

produksi ASI.

4.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang

diamati (diukur) dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang

dapat diamati (diukur) itu memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi

atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
6
Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Skala Skor


Ukur
Variabel Independen
Pengetahuan Pengetahuan ibu mengenai 1 Hal yang dapat Kuisioner Ordinal Pertanyaan
hal-hal yang dapat mempengaruhi produksi didalam kuisioner
mempengaruhi produksi ASI ASI ini dalam bentuk
2 Manfaat menyusui pernyataan
3 Frekuensi menyusui dengan pilihan
4 Hal-hal yang dapat jawaban benar
meningkatkan produksi dan salah yang
ASI berjumlah 21
5 Tanda-tanda kecukupan item. Jika
produksi ASI jawaban benar
6 Posisi menyusui yang diberi nilai 1 dan
benar jika jawaban
7 Cara menyusui yang salah diberi nilai
benar 0.
Skor maksimal:
21
Skor minimal: 0
Kriteria hasil:
Pengetahuan
Kurang = 0-7
Pengetahuan
Cukup = 8-14
Pengetahuan
Baik = 15-21
Sikap Respon ibu terhadap hal-hal Respon ibu menyusui: Kuisioner Ordinal Skor untuk
yang dapat mempengaruhi 1 Menerima: pertanyaan positif
produksi ASI a Produksi ASI mampu SS : 4
memenuhi kebutuhan S 3
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
6

bayi TS 2
2 Menanggapi: STS 1
a Produksi ASI yang
sedikit Skor untuk
3 Menghargai: pertanyaan
a Hal-hal yang dapat negative
mempengaruhi SS : 1
produksi ASI S 2
4 Bertanggung jawab: TS 3
a Konsumsi Makanan STS 4
dan cairan Skor maksimal:
b Frekuensi menyusui 40
c perawatan payudara Skor minimal: 10
d Istirahat yang
cukup Kategori:
Sikap Negatif: ≤
20
Sikap Positif: ≥
21
Budaya Suatu kebiasaan dan nilai- 1 Wujud budaya dalam Kuisioner Ordinal Kuisioner ini
nilai yang dilakukan turun- bentuk gagasan terdiri dari 8 item
temurun dalam keluarga a Pandangan budaya pernyataan.
tentang upaya memperlancar tentang menyusui Skor untuk
produksi ASI b Pandangan budaya pernyataan
tentang kolostrum positif:
c Pandangan budaya SS : 4
mengenai makanan S 3
pantangan bagi ibu TS 2
menyusui STS 1
2 Wujud budaya dalam Skor untuk
bentuk tindakan pernyataan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
6

a Konsumsi daun negative:


katuk SS : 1
b Konsumsi jamu S 2
gepyok TS : 3
STS : 4
Skor maksimal:
32
Skor minimal: 8

Kategori:
Budaya Negatif:
≤ 16
Budaya Positif
≥ 17

Adanya Segala jenis fasilitas yang Ketersediaan: Kuisioner Ordinal Pernyataan terdiri
fasilitas tersedia yang dapat 1 Fasilitas Informasi dari 8 item
kesehatan mendukung ibu menyusui 2 Fasilitas kesehatan dengan pilihan
dalam meningkatkan produksi 3 Penyuluhan dan jawaban “ya” dan
ASInya. pendidikan kesehatan “tidak”
Ya: 1
Tidak: 0
Kriteria:
Baik: 76-100%
Cukup: 55-75%
Kurang: <55%
Dukungan Hal yang dirasakan responden 1 Dukungan Kuisioner Ordinal Pernyataan terdiri
Keluarga mengenai dukungan informasional dari 9 item
keluarganya kepada 2 Dukungan emosional dengan skor:
responden dalam mendukung 3 Dukungan Tidak pernah: 1
ibu untuk dapat meningkatkan instrumental Kadang-kadang:
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

produksi ASInya. 4 Dukungan penilaian 2


Sering: 3
Selalu: 4
Kriteria:
9-18: dukungan
keluarga kurang
19-27: dukungan
keluarga cukup
28-36: dukungan
keluarga baik
(Arikunto, 2006)
Dukungan Pendapat ibu menyusui 1 Pendidikan kesehatan Kuisioner Ordinal Pernyataan dalam
petugas mengenai dukungan petugas 2 Konseling kesehatan kuisioner ini
kesehatan kesehatan dalam mendukung 3 Model peran (role terdiri dari 7 item
ibu untuk dapat meningkatkan model) dengan skor:
produksi ASI pernah: 1
Kadang-kadang:
2
Sering: 3
Selalu: 4

Kategori:
7-14: dukungan
kurang
15-21: dukungan
cukup
22-28: dukungan
baik
(Arikunto, 2009)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

Variabel Dependen
Perilaku ibu Tindakan yang dilakukan ibu 1 Memperhatikan Kuisioner Ordinal Kuisioner ini
menyusui untuk meningkatkan produksi asupan nutrisi ibu terdiri dari 12
dalam ASI menyusui item pernyataan
memperlancar 2 Frekuensi menyusui dengan skor:
produksi ASI 3 Perawatan payudara Tidak pernah: 1
4 Pola istirahat yang Kadang-kadang:
cukup 2
5 Kondisi psikologis ibu Sering: 3
yang tenang Selalu: 4
6 Suplemen pelancar
ASI Kategori:
12-24: perilaku
kurang
25-36: perilaku
cukup
37-48 : perilaku
baik
(Arikunto, 2009)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner yaitu peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk

menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam 2013).

1. Kuisioner pengetahuan, untuk menilai pengetahuan ibu mengenai ASI

eksklusif dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas

ASI. Kuisioner ini terdiri dari 21 pertanyaan tertutup dengan pilihan berganda

yang dimodifikasi dari kuisioner penelitian dari Mindo (2009) mengenai

pengetahuan ibu primigravida mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas dan kuantitas ASI . Kuisioner ini terdiri dari 21 pertanyaan dan jika

dijawab dengan benar maka diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Maka

didapatkan nilai tertinggi 21 dan nilai terendah 0.

Tabel 4.2 Blue Print Kuisioner Pengetahuan

Aspek Pernyataan Nomor Jumlah


item item
Pengetahuan Mengetahui tingkat 1,5,7,11, 7
pengetahuan ibu mengenai 13,14,15
hal yang dapat
mempengaruhi produksi
ASI
Mengetahui tingkat 2,3 2
pengetahuan ibu mengenai
manfaat ASI bagi bayi dan
ibu
Mengatahui tingkat 4 1
pengetahuan ibu mengenai
frekuensi menyusui dalam
sehari
Mengetahui tingkat 6,8,9,10, 5
pengetahuan ibu mengenai 12
hal-hal yang dapat
meningkatkan produksi ASI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

Mengetahui tingkat 16,17,18, 4


pengetahuan ibu mengenai 19
tanda-tanda cukup atau
tidaknya produksi ASI
Mengetahui tingkat 20 1
pengetahuan ibu mengenai
posisi menyusui yang benar
Mengetahui tingkat 21 1
pengetahuan ibu mengenai
cara menyusui yang benar

2. Kuisioner sikap, untuk data sikap ibu menyusui peneliti menggunakan

kuisioner baku dari (Yuliarti., 2008) dalam penelitiannya mengenai analisis

faktor dalam pemberian ASI eksklusif yang salah satu variabel independennya

yaitu sikap yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Kuisioner ini terdiri dari

10 pernyataan yaitu 6 pernyataan positif yang tercantum dalam pertanyaan no.

1,3,5,7,9,10 serta pernyataan negative terdapat pada no. 2,4,6,8. Kuisioner

sikap diukur menggunakan skala likert dengan skor jawaban untuk pernyataan

positif yaitu sangat setuju= 4, setuju= 3, tidak setuju= 2, sangat tidak setuju =

1. Skor jawaban untuk pernyataan negatif yaitu sangat setuju= 1, setuju= 2,

tidak setuju= 3, sangat tidak setuju= 4.

Tabel 4.3 Blue Print Kuisioner Sikap


No. Aspek Pernyataan Nomor item Jumlah item
1. Menerima Produksi ASI mampu 1 2
memenuhi kebutuhan
bayi
2. Menanggapi Produksi ASI yang 2 1
sedikit
3. Menghargai Hal yang dapat 4,6 2
mempengaruhi produksi
ASI
4. Bertanggung Mengonsumsi makanan 5,8 2
jawab dan cairan
Mengonsumsi obat yang 3 1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

aman bagi ibu menyusui


Frekuensi menyusui 7 1
Perawatan payudara 9 1
Istirahat yang cukup 10 1

3. Kuisioner budaya, peneliti menggunakan kuisioner baku dari (Rosyana, 2012)

dalam penelitiannya tentang analisis faktor dalam pemberian ASI eksklusif

yang salah satu variabel independennya yaitu budaya dan kemudian

dimodifikasi oleh peneliti. Kuisioner ini terdiri dari 8 pernyataan yaitu

berdasarkan wujud-wujud dari kebudayaan. Pernyataan no. 1, 2, 3, 4,5, dan 6

merupakan bentuk pertanyaan berupa wujud budaya gagasan sedangkan

pertanyaan no. 7 dan 8 merupakan pertanyaan berupa wujud budaya tindakan

atau aktivitas.pilihan jawaban berupa sangat setuju= 4, setuju= 3, tidak setuju=

2, sangat tidak setuju= 1.

Tabel 4.4 Blue Print Kuisioner Budaya


No. Aspek Pernyataan Nomor Jumlah
item item
1. Wujud budaya Menyusui adalah kodrat 1,2,3,4,5, 6
dalam bentuk yang alami bagi seorang dan 6
gagasan ibu
Kolostrum merupakan
ASI yang kotor dan harus
dibuang
Ibu menyusui tidak boleh
makan ikan dan telur
Ibu yang baru melahirkan
tidak boleh makan
makanan yang pedas dan
asam
Pemberian makanan
tambahan sebelum bayi
sebelum usia 6 bulan
2. Wujud budaya Mengonsumsi daun katuk 7 dan 8 2
dalam bentuk untuk melancarkan ASI
tindakan Mengonsumsi jamu
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

gepyok untuk
melancarkan ASI

4. Kuisioner adanya fasilitas kesehatan, peneliti menggunakan kuisioner baku

dari (Kharismawati, 2014) dalam penelitiannya yang tentang analisis faktor

dalam pemberian ASI eksklusif yang salah satu variabel independennya yaitu

ketersediaan fasilitas, terdiri dari 8 pernyataan berupa pertanyaan close ended

dengan tipe dichotomy questions yaitu jawaban terbatas ya dan tidak. Jika ya

dinilai 1 dan tidak dinilai 0.

Tabel 4.5 Blue Print Kuisioner Ketersediaan Fasilitas Kesehatan


No. Aspek Pernyataan Nomor Jumlah
item item
1. Fasilitas Ibu menyusui 1,7,8 3
informasi mendapatkan akses
informasi dengan mudah
tentang cara
meningkatkan produksi
ASI
2. Fasilitas Keterjangkauan fasilitas 2,4 2
kesehatan atau sarana kesehatan
yang mendukung ibu
menyusui dalam
meningkatkan produksi
ASInya
3. Penyuluhan Fasilitas kesehatan 3,5,6 3
dan pendidikan memberikan penyuluhan
kesehatan kesehatan terkait hal-hal
yang dapat meningkatkan
produksi ASI ibu
menyusui

5. Kuisioner dukungan keluarga, peneliti menggunakan kuisioner baku dari

(Ertiana, 2011) dalam penelitiannya yang tentang hubungan dukungan

keluarga dengan pemberian ASI eksklusif yang kemudian dimodifikasi oleh

peneliti. Kuisioner ini terdiri dari 9 pertanyaan. Pilihan jawaban terdiri dari
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

tidak pernah: 1, kadang-kadang: 2, sering: 3, selalu: 4. Skor maksimal adalah

36 dan skor minimal adalah: 9. Kemudian dikategorikan menjadi 9-18=

dukungan keluarga kurang, 19-27= dukungan keluarga cukup, 28-36=

dukungan keluarga baik.

Tabel 4.6 Blue Print Kuisioner Dukungan Keluarga


No. Aspek Pernyataan Nomor item Jumlah
item
1. Dukungan Dukungan yang 1,2 2
informasional diberikan keluarga
dalam memberikan
informasi terkait cara
meningkatkan produksi
ASI
2. Dukungan Keluarga memberikan 7,9 2
emosional rasa aman dan nyaman
selama ibu menyusui
serta memberikan ibu
pujian saat ibu berniat
melakukan usaha-usaha
untuk memperlancar
ASI
3. Dukungan Keluarga memberikan 5,6,8 3
instrumental dukungan secara
langsung dengan
membantu ibu selama
menyusui serta
menyediakan fasilitas
atau materi bagi ibu
selama menyusui
4. Dukungan Keluarga memberikan 3,4 2
penilaian dukungan dan selalu
mendorong ibu untuk
memberikan ASI
eksklusif serta
membimbing ibu untuk
dapat menyusui secara
eksklusif
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

6. Kuisioner dukungan petugas kesehatan, peneliti menggunakan kuisioner baku

dari (Ali, 2010) dalam penelitiannya yang tentang analisis faktor dalam

pemberian ASI eksklusif yang salah satu variabel independennya yaitu peran

petugas kesehatan yang kemudian oleh peneliti dimodifikasi. Kuisioner ini

terdiri dari 7 pertanyaan menggunakan opended questions dengan

mengklasifikasikan: tidak pernah: 1, kadang-kadang: 2, sering:3, selalu: 4.

Kemudian dikategorikan menjadi 3 yaitu: 7-14= dukungan petugas kurang, 15-

21= dukungan petugas cukup, 22-28= dukungan petugas baik (Arikunto,

2009).

Tabel 4.7 Blue Print Kuisioner Dukungan Petugas Kesehatan


No. Aspek Pernyataan Nomor item Jumlah
item
1. Pendidikan Petugas 2,3 2
kesehatan kesehatan
memberikan
penyuluhan
terkait cara-cara
meningkatkan
produksi ASI
2. Konseling Petugas 5,7 2
kesehatan kesehatan selalu
melibatkan ibu
terkait kesehatan
ibu dan bayi
selama menyusui
3. Model peran (role Petugas 1,4,6 3
model) kesehatan
mengajarkan
cara menyusui
yang benar,
posiis menyusui
yang benar dan
melakukan
perawatan
payudara
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

7. Kuisioner perilaku ibu dalam memperlancar ASI yang disusun peneliti

berdasarkan tinjauan pustaka yang telah disusun peneliti yakni mengenai

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Kuisioner tersebut

terdiri dari 12 item pernyataan dengan pilihan jawaban tidak pernah= 1,

kadang-kadang= 2, sering= 3, selalu= 4. Kemudian dikategorikan menjadi 12-

24= perilaku kurang, 25-36= perilaku cukup, 37-48= perilaku baik.

Tabel 4.8 Blue Print Kuisioner Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI
No. Aspek Pernyataan Nomor Jumlah item
item
1. Tindakan atau Ibu menyusui perlu 1,2,3,4 4
upaya ibu untuk memperhatikan
dalam asupan nutrisi yang ia
memperlancar konsumsi
produksi ASI
Frekuensi menyusui 5 1
lebih sering
Ibu menyusui harus 6 dan 7 2
melakukan perawatan
payudara
Kondisi psikologis ibu 8 1
harus tenang dan
berfikir positif
Pola istirahat yang 9 dan 10 2
cukup
Mengonsumsi obat 11 dan 12 2
maupun jamu herbal
untuk memperlancar
produksi ASI

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ngagel Rejo pada tanggal 7 Juni sampai 5

Juli 2018. Pemilihan Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya sebagai lokasi penelitian

disebabkan karena menurut data Profil Kesehatan Kota Surabaya cakupan ASI

eksklusif di Puskesmas Ngagel Rejo mengalami penurunan secara signifikan


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
7

dalam 3 tahun terakhir hingga pada tahun 2015 hanya mencapai angka 43,53%

dan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan data bahwa dari

78 bayi berusia 0-6 bulan hanya 21 bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif

serta didapatkan data melalui studi pendahuluan bahwa 9 dari 10 ibu menyusui

di Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya mengalami produksi ASI

yang kurang.

4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan dan pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1 Pengambilan data awal (studi pendahuluan) dimulai setelah mendapatkan

surat pengantar dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang

ditujukkan kepada Bankesbangpol dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

2 Pihak Bankesbangpol telah merekomendasikan surat ijin pengambilan data

awal sehingga peneliti dapat mendapatkan data dari Dinas Kesehatan Kota

Surabaya serta Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya

3 Selanjutnya, peneliti melakukan studi pendahuluan di Puskesmas Ngagel Rejo

Surabaya dan pihak puskesmas memberikan data yang dibutuhkan oleh

peneliti serta mengijinkan peneliti untuk melakukan wawancara secara

langsung kepada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo

Surabaya.

4 Peneliti juga bekerja sama dengan kader posyandu di dua kelurahan yakni

kelurahan Ngagel Rejo dan Kelurahan Ngagel untuk mendapatkan data

jumlah ibu menyusui. Jumlah ibu menyusui pada kelurahan Ngagel Rejo
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

sebanyak 169 sedangkan pada kelurahan Ngagel sebanyak 59. Jadi total

populasi pada dua kelurahan adalah sebanyak 228 ibu menyusui

5 Pengelompokkan sampel menggunakan teknik cluster sampling. Dari 228 ibu

menyusui di dua kelurahan terpilih secara acak 143 ibu menyusui yang

tersebar di dua kelurahan dengan jumlah setiap kelurahan adalah sebesar 106

dan 37 ibu menyusui.

6 Selanjutnya, peneliti bekerjasama dengan kader posyandu di dua kelurahan

untuk memperoleh alamat rumah setiap responden. Setelah itu, peneliti door

to door ke rumah setiap responden.

7 Setelah itu, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan menjelaskan

terkait instrument penelitian kepada responden serta menjelaskan bahwa akan

merahasiakan informasi yang diberikan responden

8 Langkah selanjutnya, responden yang bersedia akan diberikan inform consent.

Setelah itu peneliti dapat memberikan kuisioner dan mempersilahkan

responden untuk mengisi. Pengisian kuisioner dapat diberikan waktu selama

30 menit. Setelah selesai mengisi, peneliti dapat mengambil kuisioner

tersebut.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

Cluster Sampling Kelurahan Ngagel Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya

RW 2 RW 3 RW 4
Cluster Sampling

Terdapat 3 Posyandu: 7 orang


Terdapat 3
Posyandu
: 7 orang

554555445547
Posyandu:PosyanduPosyanduPosyanduPosyanduPosyanduPosyandu:PosyanduPosyanduPosyandu:PosyaPosya 9 orang: 9 orang: 7 orang: 9 orang: 9 orang: 9 orang7 orang: 7 orang: 9 orang9 orang
orang15
orang
Terdapat Terdapat
4
RW 1 5 RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6 RW 7 RW 8 RW 9 RW 10 RW 11 RW 12
Posyandu Posyand
: 10 orang u: 13

Kelurahan Ngagel Rejo

Jumlah Responden Penelitian: 143 orang

Gambar 4.1: Diagram Populasi Cluster


Sampling
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

4.8 Analisa Data


X1

X2

X3 Y

X4

X5

X6

Gambar 4.2 : Kerangka analisa pada penelitian analisis faktor yang


mempengaruhi perilaku ibu dalam memperlancar ASI berbasis precede proceed

Keterangan:
X1: Pengetahuan ibu menyusui
X2 : Sikap ibu menyusui
X3 : Budaya ibu menyusui
X4 : Ketersediaan fasilitas kesehatan
X5 : Dukungan keluarga
X6 : Dukungan petugas kesehatan
Y : Perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI

4.8.1 Analisis Deskriptif

1 Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh. Peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data, jika

ada data yang salah, maka data tersebut tidak dipakai.

2 Coding

Coding yaitu klarifikasi jawaban dari responden menurut macamnya

dengan memberi kode pada masing-masing jawaban. Coding dilakukan

pada data untuk memudahkan dalam penyajian data.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

3 Scoring

Pada tahap ini, peneliti memberikan scoring terhadap jawaban responden

untuk kemudian ditabulasi.

1) Pengetahuan

Data dianalisa dengan menggunakan rumus statistic menurut Sudjana

(2001) untuk menentukan panjang interval suatu kelas dengan rumus

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi

dikurangi nilai terendah dibagi banyak kelas. Nilai tertinggi adalah 21

dan terendah adalah 0 dan banyak kelas adalah 3 sehingga didapat

panjang kelas 7. Maka pengetahuan dikategorikan atas kelas interval

dan standard kriteria objektif sebagai berikut:

Tabel 4.9 Kategori Pengetahuan

Kriteria Interval Persentase

Pengetahuan kurang 0-7 0%-33%

Pengetahuan cukup 8-14 34%-66%

Pengetahuan baik 15-21 67%-100%


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

2) Sikap

Diukur dengan menggunakan skala likert, dengan pilihan jawaban

terdiri dari: sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Responden harus memilih salah satu dari pilihan jawaban. Kuisioner

terdiri dari 10 pernyataan yang terdiri dari 2 tipe pernyataan yaitu

pernyataan positif dan negative. Skor maksimal adalah 40 dan skor

minimal adalah 10.

Tabel 4.10 Skala Likert Sikap

Jawaban Pernyataan positif Pernyataan


negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4

Kriteria Sikap:

Sikap Negatif: ≤ 20

Sikap Positif: ≥ 21

3) Budaya

Diukur dengan menggunakan skala likert, dengan pilihan jawaban

terdiri dari: sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Responden harus memilih salah satu dari pilihan jawaban. Kuisioner

terdiri dari 9 pernyataan yang terdiri dari 2 tipe pernyataan yaitu

pernyataan positif dan negative.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

Tabel 4.11 Skala Likert Kuisioner Budaya

Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Kriteria Budaya :

Budaya Negatif: ≤ 16

Budaya Positif : ≥ 17

4) Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Kuisioner ketersediaan fasilitas diukur dengan pertanyaan close ended

dengan tipe dichotomy question yaitu jawaban terbatas ya dan tidak.

Jawaban “Ya” dinilai 1 dan jawaban “tidak” dinilai 0. Aspek

ketersediaan fasilitas dinilai dengan rumus:


P=

Keterangan:

P : Presentase

f : jumlah jawaban “ya”

N : jumlah skor maksimal

Setelah presentase diketahui kemudian hasilnya diinterpretasikan

dengan kriteria (Arikunto, 2006).

Baik : 76%-100%

Cukup : 55%-75%

Kurang : <55%
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

5) Data Dukungan Keluarga

Untuk pengukuran dukungan keluarga terdiri dari 9 pernyataan yang

dinilai dengan skor. Apabila menjawab tidak pernah=1, kadang-

kadang= 2, sering= 3 dan selalu= 4. Skor maksimal adalah 36 dan skor

minimal adalah 9.

Kriteria :

Dukungan keluarga kurang: 9-18

Dukungan keluarga cukup: 19-27

Dukungan keluarga baik: 28 – 36

6) Data Dukungan Petugas Kesehatan

Untuk dukungan petugas kesehatan terdiri dari 6 item, skor yang

diberikan yaitu : tidak pernah=1, kadang-kadang= 2, sering= 3 dan

selalu= 4. Skor maksimal adalah 24 dan skor minimal adalah 6.

Kategori:

Dukungan petugas kesehatan kurang: 7-14

Dukungan petugas kesehatan cukup: 15-21

Dukungan petugas kesehatan baik: 22-28

7) Data perilaku Ibu dalam Memperlancar ASI

Kuisioner ini terdiri dari 12 pernyataan dengan skor tidak pernah= 1,

kadang-kadang= 2, sering= 3, selalu= 4. Skor maksimal adalah 48

adalah skor minimal adalah 12.

Kriteria:

Perilaku kurang : 12-24


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

Perilaku cukup: 25-36

Perilaku baik: 37-48

4.8.2 Analisis Statistika

Perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI selanjutnya diolah secara

statistic dengan menggunakan uji korelasi Spearman rho untuk menganalisis

variabel pengetahuan, sikap, budaya, ketersediaan fasilitas kesehatan,

dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI. Selain itu, juga dapat diketahui nilai (r) untuk

menilai seberapa kuat hubungan antara kedua variabel. Dari uji tersebut

dengan tingkat kemaknaan α = 0,05, akan didapatkan hasil apabila p ≤ α maka

H1 diterima.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

4.9 Kerangka Operasional


Populasi:
uh ibu menyusui yang tinggal di puskesmas Ngagel Rejo dan berjumlah 228 orang yang terdapat pada kelurahan Ngagel dan kel

Cluster Sampling
Dari 228 ibu menyusui di dua kelurahan akan dipilih secara acak 143 ibu menyusui yang

tersebar responden
dalam duaKelurahan. Jumlah
pada Kelurahan Ngagel Rejo
berjumlah 106 orang dan di Kelurahan Ngagel berjumlah 37 orang.

Sampel:
Ibu menyusui yang mengalami produksi ASI yang kurang di Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya yang berjumlah 143 orang

Variabel independen : Variabel Dependen:


Faktor pengetahuan, faktor sikap, faktor budaya, faktor tersedianya fasilitas kesehatan, faktor dukungan keluarga d
Perilaku ibu dalam memperlancar produksi A

Analisa Data:
Analisa data dengan
menggunakan uji statistic
Spearman’s Rho taraf signifikasi

Gambar 4.3 Kerangka Operasional


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
8

4.10 Masalah Etik

Proposal penelitian ini telah lulus uji kelayakan etik oleh Komite Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dengan

nomor sertifikat etik No : 943-KEPK. Setelah mendapatkan izin, peneliti akan

melakukan penelitian yang dimulai dengan melakukan beberapa prosedur yang

berhubungan dengan masalah etika penelitian meliputi :

4.10.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria

inklusi dengan tujuan responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian

yakni data yang diberikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu.

Jika ibu menyusui bersedia untuk diteliti, maka harus menandatangani lembar

persetujuan. Namun ibu menyusui menolak untuk diteliti maka peneliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.

4.10.2 Tanpa Nama (Anonymity)

Kerahasiaan identitas subjek penelitian sangat dijaga demi melindungi hak-

hak subjek penelitian dan keamanannya. Untuk menjaga kerahasiaan subjek,

peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan

data (kuisioner) yang diisi oleh subjek. Lembar hanya diberi kolom untuk

nomor responden. Ini sebagai kode pengganti dari nama responden.

4.10.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua data yang telah terkumpul melalui kuisioner hanya dapat dilihat oleh

peneliti dan pihak terkait.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS 90

4.11 Keterbatasan Penelitian

1. Pengambilan data dilakukan secara door to door ke rumah masing-masing

responden. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan terkadang

ada beberapa responden yang sedang tidak ada di rumah sehingga perlu

untuk menemui lagi

2. Pengambilan data yang dilakukan di rumah masing-masing responden

terkadang terkendala dengan bayi ataupun balita yang rewel dan menangis

sehingga terkadang ibu merasa kerepotan dan tidak focus dengan pertanyaan

dari kuesioner

3. Sebagian besar responden meminta dibacakan dan dijelaskan terkait

pertanyaan dari kuesioner penelitian sehingga membutuhkan waktu yang

cukup lama.

4. Penelitian ini meneliti dua responden yang berbeda yaitu ibu menyusui

secara eksklusif dan ibu menyusui secara parsial.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini mendeskripsikan penelitian dan pembahasan dari pengumpulan data

mengenai analisis faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam memperlancar

produksi ASI dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung

kepada responden yakni ibu menyusui yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas

Ngagel Rejo Surabaya pada tanggal 7 Juni – 5 Juli 2018. Wilayah Kerja Puskesmas

Ngagel Rejo terdiri atas dua Kelurahan yaitu Kelurahan Ngagel dan Ngagel Rejo.

Penelitian ini dilakukan secara acak pada dua kelurahan tersebut yang masing-masing

setiap kelurahan didapatkan ibu menyusui yang mengalami produksi ASI kurang

berjumlah 106 orang pada Kelurahan Ngagel Rejo dan 37 orang pada Kelurahan

Ngagel. Penyajian hasil penelitian ini meliputi gambaran umum lokasi penelitian,

data demografi responden dan variabel yang diukur.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di puskesmas Ngagel Rejo Surabaya yang terletak

di jalan Ngagel Dadi III No. 17, Surabaya. Puskesmas Ngagel Rejo telah

didirikan sejak tahun 1981 sebagai puskesmas pembantu dari Puskesmas Jagir

dan pada tahun 1984 Puskesmas Ngagel Rejo berubah menjadi Puskesmas

Induk dan berstatus sebagai Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas ngagel rejo

memiliki luas wilayah sebesar 2.203 Km dan memiliki wilayah kerja yaitu

dua kelurahan yaitu Kelurahan Ngagel dan Kelurahan Ngagel Rejo.

91
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
9

Kelurahan Ngagel memiliki luas sebesar 84 Ha yang terdiri dari 4 RW dan

Kelurahan Ngagel Rejo memiliki luas wilayah sebesar 136 Ha yang terdiri 12

RW. Secara lokasi Puskesmas Ngagel Rejo berada di antara pemukiman

tempat tinggal warga Kelurahan Ngagel Rejo sehingga mudah dan cepat

untuk diakses. Puskesmas Ngagel Rejo memiliki beberapa sarana dan

prasarana yaitu antara lain Pusling di 6 lokasi (Kelurahan Ngagel RW 3 dan 5

serta Kelurahan Ngagel Rejo RW 3,7,8, dan 11), Posyandu Balita sebanyak

74 buah yang terdiri 16 Posyandu balita di kelurahan Ngagel dan 58 Posyandu

Balita di Kelurahan Ngagel Rejo. Puskesmas Ngagel Rejo juga mmeiliki

Posyandu Lansia yang berada di 11 RW di dua kelurahan Ngagel dan Ngagel

Rejo dan kader yang aktif sebanyak 370 orang. Puskesmas Ngagel Rejo juga

memiliki 1 mobil ambulan, 5 kendaraan roda dua. Program-program

Puskesmas yang mendukung ASI eksklusif diantaranya adalah adanya kelas

ibu hamil yang diadakan untuk meningkatkan motivasi dan kesadaran ibu

mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif, pada setiap kegiatan

Posyandu yang diadakan dua kali dalam satu bulan terdapat penyuluhan

kesehatan yang dilakukan pada minggu pertama. Puskesmas juga pernah

memberikan penyuluhan mengenai cara menyusui yang benar, posisi

menyusui yang benar, serta mengajarkan cara memijat payudara. Program

Kunjungan Ibu Nifas juga diadakan oleh Posyandu-Posyandu yang berada di

Kelurahan Ngagel.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
9

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden


Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik F %
Usia Responden
< 20 tahun 3 2,1
20 – 35 tahun 110 76,9
> 35 tahun 30 21,0
Total 143 100
Pendidikan Terakhir
SD 12 8,4
SMP 11 7,7
SMA 89 62,2
Diploma/Perguruan Tinggi 31 21,7
Total 143 100
Pekerjaan Responden
Ibu rumah tangga 117 81,8
Swasta 18 12,6
Wiraswasta 4 2,8
PNS 4 2,8
Total 143 100
Jumlah Anak
1 anak 39 27,3
2 anak 61 42,7
> 2 anak 43 30,1
Total 143 100
Jenis Kelamin Bayi
Laki-laki 68 47,6
Perempuan 75 52,4
Total 143 100
Usia Bayi
<6 bulan 82 57,3
> 6 bulan 61 42,7
Total 143 100
Jenis Persalinan
Normal 96 67,1
SC (Sectio Caesaria) 47 32,9
Total 143 100
Jenis ASI yang diberikan
ASI Full 55 38,5
ASI+MPASI 88 61,5
Total 143 100
Pekerjaan Suami
Swasta 99 69,2
Wiraswasta 38 26,6
PNS 6 4,2
Total 143 100
Penghasilan Keluarga
<3.500.000 58 40,6
3.500.000 38 26,6
>3.500.000 47 32,9
Total 143 100
Kelurahan
Kelurahan Ngagel Rejo 106 74,1
Kelurahan Ngagel 37 25,9
Total 143 100
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
9

Sebagian besar responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 110

orang (76,9%). Pendidikan terakhir responden terbanyak adalah tamat SMA

yakni sebesar 89 orang (62,2%). Mayoritas responden adalah ibu rumah

tangga yaitu sebanyak 117 orang (81,8%). Sebagian besar responden

mempunyai 2 orang anak yaitu sebanyak 61 orang (42,7%). Bayi yang

diberikan ASI banyak yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 75

orang (52,4%). Sebagian besar responden melakukan persalinan secara

normal yakni sebanyak 96 responden (67,1%). Sebanyak 88 bayi (61,5%)

diberikan ASI+MPASI. Melalui tabel tersebut juga dapat diketahui dari 82

bayi berusia < 6 bulan hanya 55 bayi yang mendapatkan ASI secara

eksklusif. Sebagian besar responden memiliki suami yang bekerja sebagai

pekerja swasta yaitu sebanyak 99 orang (69,2%). Mayoritas penghasilan

keluarga per bulan responden adalah < Rp 3.500.000,00 yang berarti

mayoritas penghasilan keluarga per bulan responden masih banyak yang

kurang dari UMR Kota Surabaya. Mayoritas responden bertempat tinggal di

kelurahan Ngagel Rejo sebanyak 106 responden dan bertempat tinggal di

kelurahan Ngagel sebanyak 37 orang.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
9

5.2 Distribusi Silang Variabel yang diukur

5.2.1 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam

Memperlancar Produksi ASI

Tabel 5.2 Distribusi silang hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam
memperlancar produksi ASI
Pengetahuan Perilaku Ibu dalam Memperlancar Total
Produksi ASI
Kurang Cukup Baik
f % f % F % f %
Cukup 0 0 13 9,1 0 0 13 9,1
Baik 1 0,7 94 65,7 35 24,4 130 90,9
Total 1 0,7 107 74,8 35 24,5 143 100
Spearman Rho’ Signifikasi (p) = 0,039
Koefisien Korelasi (r) = 0,173
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan cukup dan memiliki perilaku yang cukup dalam melancarkan

ASI adalah sebesar 13 responden (9,1%) dan responden yang memiliki

pengetahuan yang baik mengenai cara melancarkan ASI akan tetapi

memiliki perilaku yang kurang hanya 1 responden (0,7%). Sebagian besar

responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai cara memperlancar

ASI memiliki perilaku yang cukup dalam upaya memperlancar ASI yakni

sebesar 94 responden (65,7%). Hasil uji statistic Spearman Rho’ diperoleh

nilai signifikasi sebesar (p) = 0,039 yang berarti nilai tersebut < 0,05

sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

memperlancar ASI. Hasil uji tersebut juga menunjukkan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima. Nilai korelasi antara variabel pengetahuan dengan perilaku

ibu dalam memperlancar produksi ASI didapatkan nilai (r) = 0,173 yang
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
9

menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

memperlancar ASI memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah.

5.2.2 Hubungan Faktor Sikap dengan Perilaku Ibu dalam

Memperlancar Produksi ASI

Tabel 5.3 Distribusi Silang Hubungan Faktor Sikap dengan Perilaku Ibu
dalam Memperlancar Produksi ASI
Sikap Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI Total
Kurang Cukup Baik
f % f % f % f %
Negatif 0 0 18 12,6 0 0 18 12,6
Positif 1 0,7 89 62,2 35 24,5 125 87,4
Total 1 0,7 107 74,8 35 24,5 143 100
Spearman Rho’ Signifikasi (p) = 0,013
Koefisien Korelasi (r) = 0,208

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan data bahwa sebagian besar

responden yaitu sebanyak 89 orang (62,2%) yang memiliki sikap positif

akan memiliki perilaku yang cukup dalam memperlancar ASI. Berdasarkan

tabel diatas juga menunjukkan bahwa sikap responden yang positif dan

memiliki perilaku yang baik adalah sebanyak 35 responden (24,5%). Hasil

uji Spearman Rho’ didapatkan hasil nilai signifikasi sebesar (p) = 0,013

yang berarti hasil ini < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima. Melalui hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa

terdapat hubungan antara variabel sikap dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI. Nilai koofisien korelasi antar variabel sikap

dengan perilaku ibu dalam memperlancar ASI adalah sebesar 0,208 yang

berarti terdapat keeretan hubungan yang rendah antara variabel sikap

dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
9

5.2.3 Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Ibu dalam

Memperlancar Produksi ASI

Tabel 5.4 Distribusi Silang Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Ibu
dalam Memperlancar Produksi ASI
Budaya Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI Total
Kurang Cukup Baik
f % f % f % f %
Negatif 0 0 21 14,7 1 0,7 22 15,4
Positif 1 0,7 86 60,1 34 23,8 121 84,6
Total 1 0,7 107 74,8 35 24,5 143 100
Spearman Rho’ Signifikasi (p) = 0,024
Koefisien Korelasi (r) = 0,189
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

memiliki budaya positif dalam memperlancar produksi ASI juga memiliki

perilaku yang cukup dalam memperlancar ASI yaitu sebesar 86 orang

(60,1%). Responden yang memiliki budaya postif dan berperilaku baik

dalam memperlancar ASI sebesar 34 responden (23,8%). Hasil uji

Spearman Rho’ menunjukkan hasil nilai signifikasi (p) = 0,024 Nilai

signifikasi <0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

terdapat hubungan antara faktor budaya dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI. Nilai koofisien korelasi antara variabel budaya

dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI didapatkan sebesar

(r) = 0,189 yang berarti terdapat keeretan hubungan yang rendah antara

variabel budaya dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
9

5.2.4 Hubungan Faktor Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dengan

Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI

Tabel 5.5 Distribusi Silang Faktor Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dengan


Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI
Ketersediaan Perilaku Ibu dalam Memperlancar Total
Produksi
Fasilitas ASI
Kesehatan Kurang Cukup Baik
F % f % f % f %
Kurang 0 0 1 0,7 0 0 1 0,7
Cukup 0 0 25 17,5 2 1,4 27 18,9
Baik 1 0,7 81 56,6 33 23,1 115 80,4
Total 1 0,7 107 74,8 35 24,5 143 100
Spearman Rho’ Signifikasi (p) = 0,023
Koefisien Korelasi (r) = 0,190

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu

sebesar 81 orang (56,6%) yang memanfaatkan ketersediaan fasilitas

kesehatan secara baik untuk dapat melancarkan produksi ASI juga memiliki

perilaku yang cukup dalam upaya memperlancar produksi ASI. Menurut

hasil uji Spearman Rho’ didapatkan nilai signifikasi antara faktor

ketersediaan fasilitas kesehatan dengan perilaku ibu dalam memperlancar

produksi ASI sebesar 0,023. Nilai signifikasi tersebut < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan antara variabel ketersediaan fasilitas kesehatan dengan

perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI. Nilai koefisien korelasi

menunjukkan nilai sebesar 0,190 yang berarti terdapat keeratan hubungan

yang cukup rendah antara variabel ketersediaan fasilitas kesehatan dengan

perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
99

5.2.5 Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan Perilaku Ibu

dalam Memperlancar Produksi ASI

Tabel 5.6 Distribusi Silang Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan


Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI
Dukungan Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI Total
Keluarga Kurang Cukup Baik
f % f % f % f %
Kurang 0 0 2 1,4 1 0,7 3 2,1
Cukup 0 0 85 59,4 14 9,8 99 69,2
Baik 1 0,7 20 14,0 20 14,0 41 28,7
Total 1 0,7 107 74,8 35 24,5 143 100
Spearman Rho’ Signifikasi (p) = 0,000
Koefisien Korelasi (r) = 0,311

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

yakni sebesar 85 responden (59,4%) yang didukung oleh keluarga secara

cukup juga memiliki perilaku yang cukup baik dalam melancarkan produksi

ASI. Hasil uji Spearman Rho’ juga menunjukkan nilai signifikasi antara

variabel dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam memperlancar

produksi ASI yakni sebesar 0,000, hasil tersebut < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat diketahui

bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku ibu

dalam melancarkan ASI. Nilai koofisien korelasi sebesar 0,311

menunjukkan bahwa terdapat keeratan hubungan yang rendah antara

variabel dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam memperlancar

produksi ASI.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

5.2.6 Hubungan Faktor Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Ibu

dalam Memperlancar Produksi ASI

Tabel 5.7 Distribusi Silang Hubungan Faktor Dukungan Petugas Kesehatan


dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI
Dukungan Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI Total
Petugas Kurang Cukup Baik
Kesehatan f % f % f % f %
Kurang 1 0,7 11 7,7 6 4,2 18 12,6
Cukup 0 0 89 62,2 21 14,7 110 76,9
Baik 0 0 7 4,9 8 5,6 15 10,5
Total 1 0,7 107 74,8 35 24,5 143 100
Spearman Rho’ Signifikasi (p) = 0,177
Koefisien Korelasi (r) =0,114

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan data bahwa mayoritas responden

yakni sebesar 89 orang (62,2%) yang mendapatkan dukungan petugas yang

cukup baik juga akan memiliki perilaku yang cukup baik dalam

melancarkan produksi ASI. Menurut hasil uji Spearman Rho’ didapatkan

nilai signifikasi sebesar 0,177. Nilai signifikasi tersebut > 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak sehingga tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara faktor dukungan petugas

kesehatan dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas

Ngagel Rejo Surabaya pada tanggal 7 Juni – 5 Juli 2018 didapatkan bahwa

terdapat hubungan antara faktor pengetahuan, sikap, budaya, ketersediaan

fasilitas kesehatan dan dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI pada ibu menyusui yang bertempat tinggal di

Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

5.3.1 Hubungan faktor pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI

Berdasarkan hasil uji statistic Spearman Rho’ dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Ngagel

Rejo Surabaya. Hasil tersebut sesuai dengan teori menurut WHO yaitu

Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang

berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Hasil penelitian tersebut sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Juliastuti, 2011) yang mengatakan

bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pemberian

ASI eksklusif sehingga semakin baik tingkat pengetahuan ibu mengenai

pentingnya ASI eksklusif akan sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian serupa juga

dilakukan oleh (Sari dkk., 2015) di wilayah kerja Puskesmas Pringapus

Kabupaten Semarang, yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara

tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang

dilakukan (S. Asyanti; L, Nuryanti, 2011) di wilayah kabupaten Klaten

Jawa Tengah melalui studi eksploratif menyatakan bahwa pengetahuan ibu

berhubungan positif dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh (Ratnawati, 2013) di Provinsi Jawa

Timur yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif antara

pengetahuan dan pemberian ASI eksklusif.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

Hasil uji statistic Spearman rho’ didapatkan nilai koofisien korelasi

0,173 yang berarti hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku

ibu dalam memperlancar ASI cukup rendah. Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurhidayanti, 2018) menyatakan

bahwa nilai korelasi hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI

eksklusif cukup rendah yaitu dengan nilai r= 0,315.

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sebagian besar ibu menyusui

di Puskesmas Ngagel Rejo (90,9%) memiliki tingkat pengetahuan yang

baik. Pengetahuan baik yang dimiliki oleh ibu menyusui di Puskesmas

Ngagel Rejo adalah pengetahuan yang benar mengenai pentingnya

pemberian ASI baik bagi ibu maupun bayinya, hal-hal yang dapat

mempengaruhi produksi ASI serta cara meningkatkan produksi ASInya.

Mayoritas ibu menyusui (65,7%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik

dan berperilaku dengan kategori cukup dalam memperlancar produksi ASI.

Sebagian kecil ibu menyusui di Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya yang

memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan berperilaku dengan kategori

baik adalah sebesar 35 orang (24,4%). Mayoritas ibu menyusui di

Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya berpendidikan tinggi yakni tamat SMA

(62,2%) dan lulus Perguruan Tinggi (21,7%). Menurut Notoatmodjo,

tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya

dalam pembentukan perilaku. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka akan semakin tinggi pula tingkat kesadaran seseorang dan semakin

matang dalam setiap pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2013). Ibu


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

yang memiliki pendidikan yang tinggi diprediksi akan memperlihatkan

usaha yang lebih gigih untuk mencapai keberhasilan menyusui

dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pendidikan yang rendah.

Ibu yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mudah mencari informasi

tentang menyusui sehingga akan meningkatkan kepercayaan dirinya dalam

menyusui bayinya. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung akan

lebih kuat untuk mengahadapai masalah maupun kesulitan dalam hal ini

produksi ASI yang sedikit sehingga ibu tersebut akan berusaha dengan

gigih untuk dapat memperlancar produksi ASInya agar dapat tetap

menyusui bayinya (Dennis, 2006). Walaupun mayoritas ibu menyusui di

Puskesmas Ngagel Rejo memiliki pengetahuan yang baik akan tetapi masih

ditemukan bayi yang berusia kurang dari 6 bulan diberikan susu formula

karena merasa bahwa bayinya membutuhkan asupan ASI yang lebih

banyak serta alasan lainnya adalah karena faktor ibu yang bekerja sehingga

menurut sebagian besar ibu yang bekerja lebih praktis memberikan susu

formula kepada bayinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

menyatakan bahwa 24% wanita dilaporkan bahwa mereka tidak yakin bisa

memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya (Shahbar, 2014). Oleh karena

itu, seharusnya para ibu menyusui tidak hanya diberikan informasi

mengenai pentingnya ASI eksklusif saja namun juga diberikan informasi

secara mendetail dan jelas mengenai produksi ASI agar tidak khawatir lagi

bahwa bayinya akan kekurangan asupan. Hal tersebut sangat

mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui yang terjadi setelah

seseorang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk membentuk perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif akan bertahan lebih lama

dan menetap. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

antara lain adalah pendidikan baik formal maupun non formal, media

massa, tradisi dan budaya, lingkungan serta pengalaman sebelumnya

(Notoatmodjo, 2013). Latar belakang pendidikan dari responden sangat

mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki responden. Pengetahuan ibu

mengenai cara menyusui yang benar, perawatan payudara, asupan nutrisi

yang bergizi akan membantu ibu untuk dapat memperlancar produksi ASI

(Dall’Oglio et al., 2007; Declercq et al.,2009). Semakin baik pengetahuan

ibu mengenai cara meningkatkan produksi ASI maka akan semakin baik

pula perilaku ibu dalam meningkatkan produksi ASI.

5.3.2 Hubungan faktor sikap dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI

Berdasarkan hasil uji statistic Spearman Rho’ yang menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara faktor sikap dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo

Surabaya. Sebagian besar ibu menyusui di Puskesmas Ngagel Rejo

Surabaya memiliki sikap yang positif dan berperilaku dengan kategori


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

cukup yaitu sebesar 89 responden (62,2%). Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian dari (Sofiyatun, 2007) yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif, tetapi dengan

tingkat keeratan yang berbeda. Hasil penelitian serupa juga menemukan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dan pemberian

ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Putih Kota Pangkalpinang.

Sikap ibu yang positif dalam memahami mengenai pentingnya ASI

eksklusif akan mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI

eksklusif (Zakiyah, 2012).

Sebagian besar ibu menyusui dalam penelitian ini memiliki sikap yang

positif (87,4%). Sebagian besar responden memiliki sikap dengan kategori

positif dan perilaku dengan kategori cukup yaitu sebanyak 89 responden

(62,2%). Hal tersebut dikarenakan pada kuesioner sikap terdapat pernyataan

pada poin pertama yang menyatakan bahwa “saya meyakini bahwa produksi

ASI saya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi saya”. Pada pernyataan

tersebut semua ibu menjawab “sangat setuju” atau “setuju” akan tetapi

ditemukan sebagian kecil ibu menyusui yang mengalami produksi ASI

kurang beranggapan jika bayinya kelaparan karena ASInya kurang sehingga

mereka memberikan tambahan susu formula oleh karena itu ada beberapa

ibu menyusui dalam penelitian ini yang menyusui secara parsial atau

campur (ASI+MPASI). Hal tersebut dapat diketahui melalui jawaban

responden pada pernyataan poin ke 2 kuesioner sikap yang menyatakan

bahwa “pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan dapat diberikan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

makanan/minuman tambahan jika produksi ASI kurang”. Terdapat 42

responden (29,4%) yang menjawab “setuju” pada pernyataan tersebut.

Melalui data demografi juga didapatkan bahwa dari 82 bayi yang berusia

kurang dari 6 bulan hanya 55 bayi (67%) yang mendapatkan ASI secara

eksklusif, sehingga terdapat 27 bayi (33 %) yang berusia kurang dari 6

bulan tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian yang menyebutkan bahwa satu dari sekian banyak alasan ibu

memberikan tambahan susu formula atau menyerah dalam memberikan ASI

eksklusif adalah persepsi ibu bahwa produksi ASInya kurang (Çamurdan et

al., 2007)

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap seseorang sangat mempengaruhi

perilakunya. Sikap yang positif akan mengembangkan perilaku yang positif

dan sebaliknya sikap yang negative juga akan menumbuhkan perilaku yang

negative. Sebagian besar ibu menyusui umumnya memiliki keinginan untuk

dapat memberikan ASI kepada bayinya. Pengetahuan ibu yang baik juga

akan mempengaruhi sikap ibu menjadi positif. Green dalam teorinya

Precede-Proceed menyatakan bahwa sikap adalah respon tertutup seorang

terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-

tidak baik dan sebagainya). Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta

faktor emosi individu (Azwar, 2012).

5.3.3 Hubungan faktor budaya dengan perilaku ibu dalam memperlancar

produksi ASI

Berdasarkan hasil uji statistic Spearman Rho’ yang menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara faktor budaya dengan perilaku ibu dalam

memperlancar produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo

Surabaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan

oleh (Soetjiningsih, 2012) bahwa faktor budaya mempunyai pengaruh kuat

terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI. Selain itu hasil penelitian

lainnya juga menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

budaya dengan pemberian ASI eksklusif (Kharismawati, 2014).

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan masih banyak ibu

menyusui (54,5%) yang percaya bahwa mengonsumsi jamu dapat

membantu melancarkan ASI dan membantu mengembalikan kesehatan

organ reproduksi ibu setelah melahirkan. Hal ini juga tidak terlepas dari

dukungan maupun saran dari anggota keluarga agar ibu mengonsumsi jamu

sehingga bayinya menjadi lebih sehat karena apa yang dikonsumsi ibu

menyusui akan langsung berpengaruh terhadap lancar atau tidaknya ASI

yang diproduksi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Paryono, 2014) yang menyatakan bahwa masih terdapat ibu yang

mengonsumsi jamu pada saat hamil dan setelah melahirkan di Desa Kajoran

Klaten Selatan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

gangguan yang dialami saat hamil dan setelah melahirkan seperti mules-

mules, nyeri perut, nyeri jalan lahir, perut berkerut dan cemas juga untuk

menangani gangguan pada saat menyusui seperti produksi ASI kurang,

nyeri payudara, ASI keluar tidak lancar dan payudara bengkak.

Sebagian besar ibu menyusui yang mengonsumsi jamu dalam

penelitian ini mengaku bahwa jamu yang diminum dibuat dari berbagai

macam bahan alami yang dibeli oleh penjual jamu gendong atau dibuat

sendiri. Pada penelitian ini ibu menyusui yang mengonsumsi jamu merasa

bahwa produksi ASInya semakin meningkat karena mengonsumsi jamu. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kumalasari, 2014) yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian jamu uyup-uyup terhadap

kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas

Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Sebagian kecil ibu menyusui (10,4%) dalam penelitian ini

mempercayai bahwa menyusui dapat membuat payudaranya menjadi kendor

dan tidak indah lagi dalam penelitian ini terdapat ibu menyusui yang setuju

dengan pernyataan poin ke-2 pada kuesioner budaya yaitu “saya percaya

menyusui dapat membuat bentuk payudara saya menjadi jelek”. Walaupun

sebagian kecil memiliki kepercayaan tersebut akan tetapi mereka tetap

menyusui anaknya karena percaya bahwa menyusui adalah kodrat sebagai

seorang ibu. Mayoritas ibu menyusui (66,4%) dalam penelitian ini

melakukan perawatan payudara untuk melancarkan produksi ASInya.

Menurut mayoritas ibu menyusui yang melakukan perawatan payudara


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
10

merasa bahwa hal tersebut sangat efektif untuk memperlancar produksi

ASInya sehingga biasanya pada saat pumping dan saat mandi sering

melakukan pijatan secara lembut pada payudaranya.

Dalam penelitian ini ditemukan juga bahwa sebagian besar ibu

menyusui memiliki pantangan makanan yaitu makanan pedas karena mereka

beranggapan makanan tersebut akan membuat anaknya menjadi sakit diare.

Ibu yang setuju bahwa makanan pedas adalah makanan pantangan bagi ibu

menyusui dapat diketahui melalui jawaban responden mengenai pernyataan

pada poin ke 5 yang menyatakan “ibu yang baru melahirkan dan menyusui

memiliki pantangan terhadap makanan pedas” didapatkan 80 responden

(55,9%) yang menjawab “sangat setuju” dan “setuju” dalam pernyataan

tersebut. Penelitian ini sesuai dengan penelitian dari (Muladevi dkk, 2015)

yang menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang memiliki

kepercayaan terhadap makanan pantangan bagi ibu menyusui yaitu seperti

larangan makan pedas dan minum es karena dapat menyebabkan bayinya

sakit. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas (74%) ibu

menyusui dalam penelitian ini mengonsumsi sayuran hijau dan buah-buah

untuk meningkatkan produksi ASI.

Budaya yang dipercaya ibu dan keluarganya akan sangat

mempengaruhi perilaku ibu dalam meningkatkan produksi ASInya sehingga

semakin positif budaya seseorang maka akan semakin baik perilaku orang

tersebut.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

5.3.4 Hubungan faktor ketersediaan fasilitas kesehatan dengan perilaku

ibu dalam memperlancar produksi ASI

Berdasarkan hasil uji statistic Spearman Rho’ menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara ketersediaan fasilitas kesehatan dengan perilaku

ibu dalam memperlancar produksi ASI. Mayoritas ibu menyusui dalam

penelitian ini mendapatkan manfaat dari ketersediaan fasilitas kesehatan

dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Fasilitas kesehatan seperti

puskesmas dan posyandu dapat dijangkau dengan mudah, penyuluhan

kesehatan serta kunjungan ibu nifas juga diperoleh oleh sebagian besar

responden dalam penelitian ini.

Menurut teori perilaku Green fasilitas merupakan pendukung untuk

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Fasilitas dapat berupa

fasilitas waktu, uang, tenaga, alat dan keterampilan. Perilaku kesehatan akan

dipengaruhi oleh ada tidaknya fasilitas kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

Adanya ketersediaan fasilitas penunjang akan membantu ibu menyusui

dalam pemberian ASI eksklusif terutama bagi ibu menyusui yang bekerja

(Budiyanto, 2015).

Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan

(Irma Eva, 2009) bahwa terdapat hubungan yang positif antara ketersediaan

fasilitas kesehatan dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI

sehingga ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik akan menjadikan

perilaku ibu menjadi lebih positif dalam meningkatkan derajat kesehatan

tubuhnya.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

5.3.5 Hubungan faktor dukungan keluarga dengan perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI

Berdasarkan hasil uji statistic dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam

memperlancar ASI. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

(Rahmawati, 2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara peran

keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini juga serupa

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Syahruni dkk, 2012) di wilayah

kerja Puskesmas Jumpandang Baru-Tallo-Makassar menyatakan bahwa

dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan terhadap

pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian pada ibu menyusui di

Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya diketahui bahwa nilai

koofisien korelasi rendah yaitu hanya sebesar 0,311. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurhidayati, 2018) yang juga

menyebutkan bahwa nilai korelasi antara dukungan keluarga dengan

pemberian ASI eksklusif rendah.

Keluarga dalam penelitian ini adalah suami, ibu kandung, ibu mertua,

saudara maupun orang terdekat yang tinggal satu rumah dengan responden.

Salah satu bentuk dukungan keluarga kepada ibu menyusui adalah dengan

memberikan bantuan dalam bentuk materi, bantuan fisik serta bantuan untuk

menyelesaikan masalah. Dukungan dan kehadiran keluarga sangat penting

bagi ibu menyusui untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri,

menstabilkan emosi, dan memberikan motivasi yang kuat kepada ibu


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

menyusui. Hal ini sejalan dengan penelitian (Friyanti, 2014) yang

mengungkapkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan dari

keluarga dalam memberikan ASI eksklusif mempunyai peluang 166,67 kali

untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang

tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.

Hasil penelitian ini juga sependapat dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Sudiharto, 2007) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga

mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI eksklusif. Hasil

dari beberapa penelitian sebelumnya sesuai dengan hasil yang didapatkan

peneliti bahwa dukungan keluarga termasuk suami merupakan faktor

signifikan yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI

eksklusif. Dukungan dari suami dan ibu kandung dari ibu menyusui lebih

dominan dalam mempengaruhi perilaku ibu. Suami yang membantu

mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bergantian mengurus dan merawat

bayi dan pujian dari suami akan membuat hati ibu lebih bahagia sehingga

menimbulkan suasana yang nyaman. Menurut penelitian dari (Widiyaning

Tyas, 2017) perhatian dari suami terhadap istrinya akan merangsang reflex

oxytocin sehingga dapat merangsang kontraksi otot disekeliling kelenjar

susu sehingga mengalirkan ASI ke sinus lactiferous dan kemudian dihisap

oleh bayi.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

5.3.6 Hubungan faktor dukungan petugas kesehatan dengan perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan kemampuan melalui pendidikan

di bidang kesehatan (Kemenkes, 2012). Peran tenaga kesehatan dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sangatlah dibutuhkan. Tenaga

kesehatan khususnya yang bekerja di puskesmas akan jauh lebih sering

berinteraksi dengan masyarakat karena puskesmas merupakan fasilitas

kesehatan pertama dan terdekat dengan masyarakat. Puskesmas juga yang

mengontrol kesehatan ibu dan anak termasuk kesehatan ibu menyusui dan

bayinya dengan bantuan kader pada setiap Posyandu. Menurut (Makhfudli;

Effendi, 2013), perawat di Puskesmas dapat berperan sebagai pemberi

pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik, penyuluh

kesehatan, penemu kasus, penghubung dan coordinator, pelaksanaan

konseling keperawatan serta model peran (role model). Peran petugas

kesehatan sangat menunjang keberhasilan pemberian ASI eksklusif

(Runtunuwu, 2013).

Dukungan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan dalam

mengupayakan ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif dapat

dilakukan yaitu dengan mengadakan penyuluhan tentang manajemen laktasi

selama antenatal, intranatal dan postnatal (Sriningsih, 2011). Petugas

kesehatan sebaiknya tidak hanya berfokus mengenai pentingnya ASI

eksklusif saja tetapi juga mengajarkan ibu mengenai perawatan payudara


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

sebelum hamil dan selama menyusui, makanan yang dapat meningkatkan

jumlah produksi ASI, cara menyusui yang benar serta mengadakan kelas ibu

hamil untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh ibu agar

dapat lebih mempersiapkan diri untuk menyusui bayinya.

Pada penelitian ini mayoritas responden merasakan dukungan dari

tenaga kesehatan dalam memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Akan

tetapi hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan

perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI ( nilai p= 0,177 ). Hasil

penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Sabati, 2015)

yang menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan sangat berpengaruh

terhadap pemberian ASI eksklusif. Menurut peneliti hal ini dapat

disebabkan karena dukungan dari keluarga lebih dominan dalam

mempengaruhi perilaku ibu sehingga seharusnya tenaga kesehatan juga

perlu untuk melibatkan keluarga dalam memberikan penyuluhan agar

keluarga juga memiliki pengetahuan yang baik mengenai upaya

memperlancar produksi ASI. Dukungan petugas kesehatan yang kurang

mempengaruhi perilaku ibu dalam meningkatkan jumlah produksi ASInya

juga dapat disebabkan karena petugas kesehatan kurang memberikan

informasi dan edukasi terkait tanda-tanda jika produksi ASI kurang serta

meyakinkan dan membangun kepercayaan diri ibu bahwa produksi ASI nya

cukup untuk memenuhi gizi bayinya (Kent, Jacqueline C, 2011)


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul

“Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam

Memperlancar Produksi ASI Berbasis Precede-Proceed Model” di Wilayah

Kerja Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya dapat disimpulkan bahwa:

1 Pengetahuan ibu menyusui yang baik dalam memperlancar produksi ASI

akan mempengaruhi perilaku ibu untuk dapat meningkatkan produksi ASI

sehingga semakin baik pengetahuan seorang ibu maka akan semakin baik

pula perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI.

2 Sikap ibu menyusui yang sejak masa kehamilan sudah memahami

pentingnya ASI eksklusif dan mampu mempersiapkan diri untuk

menyusui bayinya akan sangat mempengaruhi perilakunya dalam

meningkatkan produksi ASI agar dapat menyusui bayinya secara

eksklusif.

3 Budaya yang dianut oleh ibu menyusui dan keluarganya mempengaruhi

perilaku ibu dalam upaya meningkatkan produksi ASInya sehingga

semakin positif budaya yang dianut maka akan semakin baik perilakunya

dalam memperlancar produksi ASI.

4 Ketersediaan fasilitas kesehatan dalam mendukung ibu untuk

meningkatkan produksi ASI memiliki pengaruh terhadap perilaku ibu


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

dalam upaya meningkatkan produksi ASInya sehingga semakin baik

ketersediaan fasilitas kesehatan maka akan semakin baik pula perilaku ibu.

5 Dukungan keluarga dalam mendukung ibu untuk meningkatkan produksi

ASInya sangat mempengaruhi perilaku ibu untuk dapat meningkatkan

produksi ASInya sehingga semakin baik dukungan keluarga maka akan

semakin baik pula perilaku ibu dalam meningkatkan produksi ASInya.

6 Dukungan petugas kesehatan tidak memiliki pengaruh dengan perilaku ibu

dalam memperlancar produksi ASI karena petugas kesehatan kurang

memberikan pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda produksi ASI

yang kurang, tindakan yang dilakukan dalam memperlancar ASI serta

kurang dalam meyakinkan ibu bahwa produksi ASInya cukup untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayinya.

6.2 Saran

1 Bagi Instansi Kesehatan

Instansi kesehatan khususnya puskesmas diharapkan dapat

mensosialisasikan program-program pemberian ASI eksklusif secara

berkelanjutan. Puskesmas diharapkan tidak hanya berfokus kepada

pentingnya ASI eksklusif saja namun juga mengajarkan manajemen

laktasi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal. Penyuluhan

kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas juga harus melibatkan anggota

keluarga agar perilaku yang diharapkan dapat terwujud. Puskesmas

diharapkan dapat mengadakan konseling ASI sehingga ibu mneyusui yang


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

mengalami masalah dalam menyusui dapat mendapatkan informasi secara

lebih akurat dan benar.

2 Bagi Tenaga Kesehatan

Petugas kesehatan diharapkan dapat melanjutkan program-program ASI

eksklusif yang sudah ada seperti kunjungan rumah, penyuluhan kesehatan

dan konseling secara berkelanjutan. Petugas kesehatan juga harus berperan

aktif untuk mengajak ibu menyusui ikut dalam setiap program yang

diadakan oleh puskesmas. Kader-kader pada setiap posyandu diharapkan

dapat memberikan ajakan persuasive agar ibu menyusui aktif dan

berpartisipasi dalam setiap program yang diadakan oleh puskesmas.

3 Bagi Responden

Responden diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif di setiap kegiatan

posyandu maupun program yang dibuat oleh puskesmas. Sehingga seluruh

responden dapat memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik lagi.

Responden diharapkan juga aktif mencari informasi mengenai cara

meningkatkan produksi ASI serta mengikuti kegiatan yang diadakan oleh

fasilitas kesehatan lainnya dalam mendukung pemberian ASI eksklusif.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat mengkaji kembali kuesioner yang ada dalam

penelitian ini.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syahruni, Prawirodihardjo, M. (2012) ‘Faktor Determinan Pemberian ASI


Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpanang Baru Kecamatan Tallo Kota
Makassar’, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, 1, pp. 63–71.
Ahluwalia, I. B. (2005) ‘Why Do Women Stop Breastfeeding? Findings From the
Pregnancy Risk Assessment and Monitoring System’, PEDIATRICS. doi:
10.1542/peds.2005-0013.
Arikunto, S. (2009) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. (2012) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. 2nd edn. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Babyfriendlynl. (2013) Breastfeeding Handbook. Revised 2013. Newfoundland
Labrador
Bobak IM, Lowdermilk DL, J. M. (2005) Buku Ajar Keperawatan Maternitas. 4th
edn. Jakarta : EGC.

Dall’Oglio, I., Salvatori1, G., Bonci, E., Nantini, B., D’Agostino, G. and Dotta1, A.
(2007) 'Breastfeeding Promotion in Neonatal Intensive Care Unit: Impact of a
New Program Toward a BFHI for High-Risk Infants'. Acta Pædiatrica, 96:
1626–1631

Declercq, E., Labbok, M.H., Sakata, C. and O’Hara, M.A. (2009) 'Hospital Practices
and Women’s Likelihood of Fulfi lling Their Intention to Exclusively
Breastfeed'. American Joumal of Public Health: 99 (5)

Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2016) Profil Kesehatan Kota Surabaya, p. 194.
Duyan Çamurdan, A. S. O¨ zkan, D. Yu¨ ksel,F. Pasli,F. S¸ ahin,U. Beyazova. (2007)
‘The effect of the baby-friendly hospital initiative on long-term breast feeding’,
International Journal of Clinical Practice, 61(8), pp. 1251–1255. doi:
10.1111/j.1742-1241.2007.00926.x.

Ellya, E. (2016) Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.


Ertiana, Dwi (2010) Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Desa Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Skripsi,
Universitas Airlangga
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
11

Fikawati, S. (2015) Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Rajawali Press.

Friedman, Marilyn (2010) Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Edisi 5, EGC, Jakarta
Futrelle, K. M. and Starr, S. (2016) ‘Factors That Influence Mothers’ Decisions
Concerning Breastfeeding’. Available at: http://digitalcommons.gardner-
webb.edu/nursing_etd.
Friyanti, A. (2014) 'Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif'.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 4:3
Haryono, rudi dan sulis setianingsih (2014) Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Hegar, B. (2008) Bedah ASI Kajian Dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta:
IDAI Balai Penerbit FKUI.
IDAI (2013) ASI Sebagai Pencegah Malnutrisi Pada Bayi. Jakarta: Komite Website
IDAI (developed by PT Virtudraft Intermedia Telematika).
Jannah, N. (2011) Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Jose M, Ceriani C MD, Graciela N, Liliana B, Ana M,, Armando G,Phd. (2003)
'Maternal and Perinatal Factors Influencing the Duration of Exclusive
Breastfeeding During the First 6 Months of Life'. Original Research. Vol.19
No.2 p 136-144. http://jhl.sagepub.com/content/19/2/136.full.pdf+html
Juliastuti, R. (2011) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, dan
Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif'. Thesis
,pp. 1–87.
Kent, Jacqueline C, Danielle K. Prime, Catherine P. Garbin (2011) ‘Principles for
Maintaining or Increasing’, the Association of Women’s Health, Obstetric and
Neonatal Nurses, pp. 114–121. doi: 10.1111/j.1552-6909.2011.01313.x.
Kharismawati, Eka (2014) Analisis Faktor Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
Berdasarkan Teori WHO di Wilayah Puskesmas Mulyorejo Surabaya Skripsi,
Universitas Airlangga

Legawati, Djaswadi, M. (2011) 'Effect of early initiation of breastfeeding to the first


month practice of breastfeeding', Jurnal Gizi Indonesia, 8, pp. 60–68.
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W, S. W. (2007) Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2. 3rd edn. Jakarta: EGC.
Makhfudli, Efendi, F (2013) Keperawatan Kesehatan Komunitas, Salemba Medika,
Jakarta.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

Maryam, S. (2014) Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC.


Maryunani A. (2012) Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
Notoatmodjo, S. (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam (2015) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Available at:
http://www.penerbitsalemba.com.
Paryono, Ari Kurniarum. (2014) 'Kebiasaan Konsumsi Jamu Untuk Menjaga
Kesehatan Tubuh Pada Saat Hamil Dan Setelah Melahirkan Di Desa Kajoran
Klaten Selatan'. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 1, Mei 2014,
Hlm 64-72. Tersedia di http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/Int/article/view/76/66
Prasetyono (2012) Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva press.
Priyatna, Andri dan Asnol, U. B. (2014) 1000 hari pertama kehidupan. Jakarta: PT
Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun (2013) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Rahmawati, M.D., (2010) 'Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik
Kota Semarang'. Jurnal Kesmadaska. 1(1): 8-17.
Ratnawati M. (2013) 'Pengaruh Pendidikan, Paritas, Pengetahuan, Persepsi Terhadap
Sikap Menyusui Pada Ibu Bekerja di Instansi Pemerintah (Studi Di SKPD
Provinsi Jawa Timur)'. Jurnal Hospital Majapahit. Vol 5 No.2 November 2013,
hal: 60-90.
Rini, Susilo & Kumala, F. (2016) Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based
Practice. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Rizki, N. (2013) ASI dan Panduan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Roesli, U. (2012) Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Runtunuwu, MT, Sinolungan, JSV, Sambeka, Jolie (2013) 'Hubungan Pengetahuan
Ibu Persalinan Normal dengan Pemberian ASI di IRNA BL U RSUP Prof. dr. R.
D. Kandou Manado', Jurnal Keperawatan, vol. 1, no. 1
S, Asyanti; L, N. (2011) ‘Studi Eksplorasi Terhadap Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif’.Skripsi.

Sabati, M. R., (2015) 'Peran Petugas Kesehatan terhadap Keberhasilan Pemberian


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

ASI Eksklusif'. Skripsi.


Saraung, M. W., Rompas, S. ,Bataha, Y. B. (2017) ‘Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Produksi ASI Pada Ibu Postpartum Di Puskesmas
Ranotana Weru’, e-Jurnal Keperawatan, 5(2), pp. 1–8.
Sari TK, Aini F, Trisnasari A. (2015) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kegagalan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten
Semarang’, Skripsi.
Scanler, R.J., Krebs, N.F., Mass, S.B. (eds). (2014) Breastfeeding Handbook for
Physiciands- 2nd edition. Amerika serikat: American Academy Of Pediatric &
The American Collage Of Obstetricians And Gynecologist
Shahbar, A (2014) ‘Factors Associated with Breastfeeding in Western of Saudi
Arabia’, Thesis.
Sitepoe, Riksani, R. (2012) Keajaiban ASI. Jakarta Timur: Dunia Sehat.
Soetjiningsih (2012) ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sofiyatun, (2008) 'Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Pemberian
ASI eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Jali Kecamatan Bonang
Kabupaten Demak Tahun 2008'. Skripsi. UNDIP.
Sriningsih, Iis (2011) ‘Faktor Demografi, Pengetahuan Keluarga tentang Air Susu Ibu
dalam Pemberian ASI Eksklusif,’ Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 6, no. 2,
<www.academia.edu/9199315/Jurnal_Kesehatan_Masyarakat_Faktor_Demograf
i_Pengetahuan_Keluarga_Tentang_Air_Susu_Ibu_Dalam_Pemberian_Asi_Ekskl
usif >
Suryaningsih, H. (2012) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kunjungan
ibu bayi dan balita ke posyandu di puskesmas kemiri muka kota depok tahun
2012’, Skripsi. Universitas Indonesia.
Tohotoa J, Maycock B, Hauck Y, Howat P, Burns S, Binns C. (2007) Supporting
Mother to Breastfeed: The Development and Process Evaluation of a Father
Inclusive Perinatal Education Support Program in Perth, Western Australia.
Health Promotion International.

Unicef (2014) Booklet Pesan Utama Paket Konseling: Pemberian Makanan Bayi dan
Anak. Ebook.
Vilar B, Aquir E, Gandia RF. (2009) 'A Qualitative Approach to Social Support and
Breastfeeding Decision'. Journal Midwifery. Vol 25 Issue 2009. p 187-194.
http://www.midwiferyjournal.com/article/S0266-6138(07)00031-9/fulltext
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

WABA. (2013) 'For Breastfeeding to Succeed, Mothers Need to be Supported', The


world Alliance for Breastfeeding Action, www.waba.org.my

Wahyuningsih, D., Machmudah., (2013) 'Dukungan Suami Dalam Pemberian Asi


Eksklusif'. Jurnal Keperawatan Maternitas. Vol. 1: 93-101 Widodo,

WHO/UNICEF. (2009) Acceptable Medical Reasons For Use Breast-Milk Subtitutes:


2009 revisions. Departmen of Nutrition for Health and Development.p 7-
9.www.whqlibdoc.who.int/hq/2009/WHO_FCH_CAH_09.01_eng.pdf.

Widiyaning Tyas, M. (2017) 'Determinan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Rumah
Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Putat Jaya Kota Surabaya', Thesis.
Universitas Airlangga.
Widuri, H. (2013) Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta:
Gosyen Publising.
Yuliarti, N. (2010) Keajaiban ASI, Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan
dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Zakiyah (2012) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012’, Skripsi.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian bagi Responden Penelitian


LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

BAGI RESPONDEN PENELITIAN

Judul Penelitian : Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam
Memperlancar Produksi ASI Berbasis Precede-Proceed Model

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan


dengan perilaku ibu dalam memperlancar produksi ASI berbasis teori Precede-
Proceed Model.
Tujuan Khusus

1) Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku ibu dalam


memperlancar produksi ASI.
2) Menganalisis hubungan sikap terhadap perilaku ibu dalam memperlancar produksi
ASI
3) Menganalisis hubungan budaya terhadap perilaku ibu dalam memperlancar
produksi ASI
4) Menganalisis hubungan adanya fasilitas kesehatan terhadap perilaku ibu dalam
memperlancar produksi ASI.
5) Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku ibu dalam
memperlancar produksi ASI.
6) Menganalisis hubungan dukungan petugas kesehatan terhadap perilaku ibu dalam
memperlancar produksi ASI.

Perlakuan yang diterapkan pada subyek

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pengumpulan data satu kali waktu, tanpa
memberikan perlakuan, dalam penelitian ini responden akan mengisi beberapa
kuisioner yang terdiri dari kuisioner pengetahuan, sikap, budaya, ketersediaan
fasilitas kesehatan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan serta perilaku
ibu dalam memperlancar ASI. Pengisian kuisioner ini membutuhkan waktu 30 menit.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

Manfaat
Subyek yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh pengetahuan mengenai
hal-hal yang dapat meningkatkan produksi ASI sehingga dapat memberikan ASI
secara eksklusif terhadap bayinya.
Bahaya potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan responden dalam
penelitian ini.
Hak untuk undur diri
Keikuksertaan responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak
untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan dampak yang merugikan
responden.
Adanya insentif untuk subyek
Seluruh subyek penelitian akan mendapatkan souvernir berupa handuk yang dapat
digunakan ibu untuk digunakan saat melakukan pijat payudara.
Informasi Tambahan
Subyek penelitian dapat menanyakan semua hal yang berkaitan dengan penelitian ini
dengan menghubungi peneliti :
Thali’ah Jihan Nabilah
Telp : 085804215462
Email : thaliahjihan@gmail.com

Surabaya, Juni 2018

yang mendapat penjelasan yang memberi penjelasan

(………………………) (Thali’ah Jihan Nabilah)

Saksi

(……………………….)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

Lampiran 2 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden Penelitian


SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN

(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan BERSEDIA / TIDAK


BERSEDIA *) menjadi peserta / responden penelitian yang akan dilakukan oleh
Thali’ah Jihan Nabilah, mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, yang berjudul: “Analisa Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam Memperlancar Produksi ASI Berbasis Preceed
Proceed Model”

Inisial :

Umur : tahun

Alamat :

No. Tlp / Hp :

Kode **) :

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun

*) coret yang tidak perlu

**) diisi oleh peneliti

Surabaya, Juni 2018

Peneliti Saksi Responden

(Thali’ah Jihan Nabilah) (………………….) (…………………..)


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

Lampiran 3 Kuisioner Penelitian


LEMBAR KUISIONER

ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM


MEMPERLANCAR PRODUKSI ASI BERBASIS PRECEDE PROCEED
MODEL

No. Responden :

Tanggal Pengisian :

Petunjuk Pengisian :

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan mengisi tempat kosong yang tersedia
serta memberi tanda centang (√ ) pada kolom yang tersedia. Pilihlah jawaban
yang sesuai menurut keadaan yang sebenarnya.

DATA DEMOGRAFI

Usia : …… tahun

Pendidikan : SD SMA/ sederajat

SMP/sederajat Diploma/Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Swasta Lainnya

Wiraswasta PNS

Jumlah anak :

Anak ke berapa :

Jenis kelamin Bayi : Laki-laki Perempuan

Jenis kelahiran :

Usia Bayi :

Bayi diberikan : ASI Full ASI + MPASI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

Pekerjaan suami :

Penghasilan
keluarga
per bulan : < 3.500.000

3.500.000

>3.500.000
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

1. KUISIONER PENGETAHUAN
Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi tempat kosong
yang tersedia dengan memberi tanda cek (˅)
No. Pernyataan Benar Salah
1. Jumlah produksi ASI yang dihasilkan ibu akan
cukup memenuhi kebutuhan bayi hingga berusia
2 tahun jika diberikan ASI eksklusif
2. Menyusui dapat mengurangi resiko pendarahan
pasca persalinan
3. ASI dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
bayi sehingga bayi jarang sakit
4. ASI dapat diberikan kepada bayi setiap bayi
meminta atau minimal 8 kali sehari
5. Makanan yang ibu konsumsi memiliki pengaruh
terhadap produksi ASI
6. Ibu yang banyak mengonsumsi makanan bergizi
dan cairan yang cukup akan memperlancar
ASInya
7. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan
air adalah zat-zat yang harus dikonsumsi ibu
secara cukup selama menyusui
8. Menyusui bayi sesering mungkin dan secara
langsung dapat meningkatkan jumlah produksi
ASI
9. Memijat payudara secara lembut dan rutin akan
melancarkan produksi ASI
10. Perawatan payudara dilakukan bertujuan untuk
dapat menghasilkan produksi ASI yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayi
11. Kondisi stress dan kelelahan akan menyebabkan
ASI tidak lancar
12. Ibu yang tetap menyusui anaknya, mengonsumsi
makanan bergizi serta minum air putih yang
cukup akan membantu meningkatkan produksi
ASI
13. Ibu menyusui tidak diperbolehkan mengonsumsi
alcohol karena akan menghambat produksi ASI
sehingga ASI tidak lancar
14. Ibu menyusui tidak diperbolehkan merokok
karena akan menghambat produksi ASI sehingga
ASI tidak lancar
15. Ibu menyusui tidak boleh sembarangan dalam
meminum obat karena akan sangat
mempengaruhi ASI yang dihasilkannya
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
12

16. Bayi yang mendapatkan ASI secara cukup


memiliki berat dan tinggi badan yang normal dan
sesuai dengan usia pertumbuhan
17. Tanda bahwa produksi ASI cukup adalah
sebelum disusukan payudara terasa tegang dan
setelah disusukan payudara terasa lunak
18. Tanda produksi ASI kurang dapat diketahui dari
bayi yaitu kencing bayi sedikit dan kurang dari 6
kali sehari, warna gelap dan berbau tajam
19. Tanda bayi mendapatkan ASI yang cukup adalah
bayi tertidur tenang setelah menyusu
20. Posisi menyusui yang benar adalah badan bayi
menempel pada perut ibu, kepala bayi terletak
dilengkung siku ibu mulut bayi terbuka lebar
hingga mencapai bagian aerola payudara ibu
21 Cara menyusui yang benar adalah dengan
menyusui pada salah satu payudara terlebih
dahulu sampai terasa kosong baru pindah ke
payudara yang lain
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

2. KUISIONER SIKAP
Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi tempat kosong
yang tersedia dengan memberi tanda cek (˅)
SS : Jika anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut
S : Jika anda setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut
STS : Jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan berikut
No Pernyataan SS S TS STS
1. Sikap ibu yang meyakini bahwa ASI yang
dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi akan mempengaruhi ibu dalam
memberikan ASI
2. Bila produksi ASI yang dihasilkan ibu
kurang atau sedikit maka ibu dapat
memberikan makanan tambahan untuk
bayinya yang masih berumur kurang dari 6
bulan
3. Bila ibu menyusui sakit dan harus meminum
obat, sikap ibu adalah memastikan bahwa
obat yang ibu minum harus aman bagi ibu
menyusui
4. Penggunaan alat kontrasepsi tidak
mempengaruhi produksi ASI
5. Ibu yang menyusui perlu makanan bergizi
lebih banyak daripada ibu yang tidak
menyusui
6. Konsumsi banyak cairan (minimal 8
gelas/hari) tidak mempengaruhi produksi
ASI
7. Menyusui secara langsung dan sesering
mungkin akan meningkatkan produksi ASI
8. Mengonsumsi jenis makanan tertentu tidak
mempengaruhi kualitas dan produksi ASI
9. Ibu harus melakukan perawatan payudara
selama hamil dan menyusui agar produksi
ASI lancar
10. Ibu yang istirahat dengan cukup (5-8 jam per
hari) akan membantu memperlancar produksi
ASI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

3. KUISIONER BUDAYA
Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi tempat kosong
yang tersedia dengan memberi tanda cek (˅)
SS : Jika anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut
S : Jika anda setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut
STS : Jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan berikut
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya percaya bahwa menyusui merupakan
kodrat bagi seorang ibu

2. Saya percaya bahwa menyusui akan


membuat bentuk payudara menjadi jelek

3. Membuang kolostrum (ASI yang pertama


kali keluar) karena warnanya kekuning-
kuningan dan kotor
4. Ibu yang baru melahirkan dan menyusui
memiliki pantangan terhadap makanan
seperti telur dan ikan
5. Ibu yang baru melahirkan dan menyusui
memiliki pantangan terhadap makanan
seperti makanan yang pedas
6. Bayi harus diberikan susu formula, madu,
air putih, dan makanan tambahan (pisang,
bubur) sebelum bayi berusia 6 bulan
7. Daun katuk adalah makanan yang dapat
memperlancar produksi ASI
8. Jamu tradisional dengan bahan-bahan alami
dapat dipercaya secara turun-temurun
memiliki khasiat meningkatkan jumlah
produksi ASI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

4. KUISIONER KETERSEDIAN FASILITAS KESEHATAN


Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi tempat kosong
yang tersedia dengan memberi tanda cek (˅)
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Mendapatkan kemudahan dalam mencari informasi
yang berkaitan dengan cara meningkatkan produksi
ASI melalui televise, internet, dan media cetak
(buku, majalah, Koran, dsb)
2. Fasilitas Puskesmas/Posyandu sangat mudah
dijangkau
3. Puskesmas/posyandu pernah mengadakan kelas
menyusui mengenai cara memijat payudara yang
benar untuk dapat meningkatkan produksi ASI
4. Ruang khusus untuk menyusui tersedia di puskesmas
(tersedia pojok ASI)
5. Puskesmas/posyandu balita sering memberikan
penyuluhan kesehatan hal-hal yang dapat
meningkatkan produksi ASI
6. Puskesmas maupun posyandu pernah mengadakan
penyuluhan mengenai cara menyusui yang benar
7. Terdapat poster ataupun brosur mengenai ASI
eksklusif dan cara-cara meningkatkan produksi ASI
di Posyandu/puskesmas
8. Tenaga kesehatan ataupun kader posyandu pernah
memberikan informasi mengenai makanan-makanan
apa saja yang dapat memperlancar produksi ASI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

5. KUISIONER DUKUNGAN KELUARGA


Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi tempat kosong
yang tersedia dengan memberi tanda cek (˅)
No. Pernyataan Tidak Kadang- Sering Selalu
pernah kadang
1. Ibu pernah diberikan nasehat-nasehat
mengenai makanan-makanan yang
dapat memperlancar produksi ASI
oleh anggota keluarga
2. Ibu pernah didampingi keluarga untuk
konsultasi dengan petugas kesehatan
terkait masalah-masalah ibu dalam
menyusui
3. Ibu merasa bahwa keluarga
mendorong atau mendukung ibu untuk
dapat meningkatkan produksi ASI
agar dapat memberikan ASI secara
eksklusif
4. Ibu pernah diajarkan cara menyusui
yang benar oleh anggota keluarga ibu
5. Ibu pernah dibantu oleh anggota
keluarga dalam merawat bayi
6. Ibu pernah diberikan dukungan berupa
materi (uang, belanja, bahan makanan
untuk ibu, pakaian bayi dan
sebagainya) oleh anggota keluarga
7. Ibu merasa bahwa keluarga selalu
memberikan rasa tenang dan nyaman
selama ibu menyusui
8. Ibu pernah diberikan bantuan oleh
anggota keluarga dalam mengurus
pekerjaan rumah tangga (memasak,
mencuci pakaian) selama ibu
menyusui
9. Ibu pernah diberikan pujian oleh
anggota keluarga saat produksi ASI
ibu bertambah banyak dan lancar
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

6. KUISIONER DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN


Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi tempat kosong
yang tersedia dengan memberi tanda cek (˅)
No. Pernyataan Tidak Kadang- Sering Selalu
pernah kadang
1. Petugas kesehatan pernah
mengajarkan kepada ibu mengenai
cara melakukan pijatan pada
payudara agar dapat memperlancar
produksiASI
2. Petugas kesehatan pernah
menyarankan ibu untuk
mengonsumsi makanan yang bergizi
dan banyak makan sayuran hijau agar
produksi ASI lancar
3. Petugas kesehatan pernah
memberitahukan bahwa ibu harus
menyusui anaknya sesering mungkin
agar produksi ASI tetap lancar
4. Petugas kesehatan pernah
mengajarkan ibu mengenai cara
menyusui yang benar
5. Petugas kesehatan pernah
memberitahukan mengenai manfaat
jika bayi diberikan ASI dan akibat
jika bayi tidak diberikan ASI
6. Petugas kesehatan pernah
mengajarkan ibu mengenai posisi
menyusui yang benar
7. Petugas kesehatan selalu melibatkan
ibu saat kunjungan rumah terkait
kesehatan ibu dan bayi selama
menyusui
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

7. KUISIONER PERILAKU IBU DALAM MEMPERLANCAR


PRODUKSI ASI
Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi tempat
kosong yang tersedia dengan memberi tanda cek (˅)
No. Pernyataan Tidak Kadang- Sering Selalu Keterangan
pernah kadang
1. Saya memperhatikan jenis
makanan yang saya
konsumsi selama
menyusui
2. Saya mengonsumsi
sayuran hijau dan buah-
buahan
3. Selama menyusui saya
harus banyak makan dan
banyak minum
4. Saat produksi ASI saya
berkurang saya akan
banyak makan makanan
yang kaya akan zat gizi
5. Saat produksi ASI saya
menurun saya tetap
memberikan ASI kepada
bayi saya dan menyusui
bayi saya lebih sering
6. Setiap saya menyusui
saya akan memberikan
salah satu payudara
terlebih dahulu hingga
terasa kosong baru pindah
ke payudara yang lain
7. Saya sering melakukan
pijatan secara lembut
pada kedua payudara saya
untuk merangsang
produksi ASI
8. Saat produksi ASI saya
menurun saya tidak boleh
stress dan selalu berfikir
secara positif
9. istirahat yang cukup akan
membantu peningkatan
produksi ASI
10. Saya tidur pada saat bayi
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

saya tidur dan terbangun


pada saat bayi saya
bangun
11. Saya mengonsumsi jamu
tradisional untuk
membantu melancarkan
ASI saya
12. Saya mengonsumsi obat
pelancar ASI untuk
membantu melancarkan
ASI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Kuesioner Pengetahuan

Item R hitung R tabel 5% Keterangan


pertanyaan (25)
1. 0,802 0,396 Valid
2. 0,462 0,396 Valid
3. 0,802 0,396 Valid
4. 0,528 0,396 Valid
5. 0,462 0,396 Valid
6. 0,462 0,396 Valid
7. 0,802 0,396 Valid
8. 0,462 0,396 Valid
9. 0,802 0,396 Valid
10. 0,802 0,396 Valid
11. 0,528 0,396 Valid
12. 0,462 0,396 Valid
13 0,802 0,396 Valid
14. 0,462 0,396 Valid
15. 0,462 0,396 Valid
16. 0,462 0,396 Valid
17. 0,528 0,396 Valid
18. 0,462 0,396 Valid
19. 0,802 0,396 Valid
20 0,462 0,396 Valid
21 0,802 0,396 Valid
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

2. Kuesioner Sikap

Item R hitung R tabel 5% (25) Keterangan


pertanyaan
1. 0,736 0,396 Valid
2. 0,539 0,396 Valid
3. 0,819 0,396 Valid
4. 0,867 0,396 Valid
5. 0,809 0,396 Valid
6. 0,867 0,396 Valid
7. 0,825 0,396 Valid
8. 0,736 0,396 Valid
9. 0,854 0,396 Valid
10. 0,867 0,396 Valid
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
13

3. Kuesioner Budaya

Item R hitung R tabel 5% (25) Keterangan


pertanyaan
1. 0,715 0,396 Valid
2. 0,806 0,396 Valid
3. 0,814 0,396 Valid
4. 0,523 0,396 Valid
5. 0,715 0,396 Valid
6. 0,806 0,396 Valid
7. 0,748 0,396 Valid
8. 0,523 0,396 Valid
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

4. Kuesioner Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Item R hitung R tabel 5% (25) Keterangan


pertanyaan
1. 0,648 0,396 Valid
2. 0,497 0,396 Valid
3. 0,874 0,396 Valid
4. 0,556 0,396 Valid
5. 0,874 0,396 Valid
6. 0,648 0,396 Valid
7. 0,874 0,396 Valid
8. 0,497 0,396 Valid
Case Processing Summary
N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0
Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.873 8
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

5. Kuesioner Dukungan Keluarga

Item R hitung R tabel 5% (25) Keterangan


pertanyaan
1. 0,523 0,396 Valid
2. 0,481 0,396 Valid
3. 0,585 0,396 Valid
4. 0,616 0,396 Valid
5. 0,675 0,396 Valid
6. 0,513 0,396 Valid
7. 0,508 0,396 Valid
8. 0,637 0,396 Valid
9. 0,700 0,396 Valid
Case Processing Summary
N %

Cases Valid 25 100.0


a 0 .0
Excluded
Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.802 9
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

6. Kuesioner Dukungan Petugas Kesehatan

Item R hitung R tabel 5% (25) Keterangan


pertanyaan
1. 0,636 0,396 Valid
2. 0,754 0,396 Valid
3. 0,778 0,396 Valid
4. 0,616 0,396 Valid
5. 0,639 0,396 Valid
6. 0,662 0,396 Valid
7. 0,662 0,396 Valid
Case Processing Summary
N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0
Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.786 7
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

7. Kuesioner Perilaku Ibu

Item R hitung R tabel 5% (25) Keterangan


pertanyaan
1. 0,767 0,396 Valid
2. 0,803 0,396 Valid
3. 0,565 0,396 Valid
4. 0,649 0,396 Valid
5. 0,568 0,396 Valid
6. 0,644 0,396 Valid
7. 0,416 0,396 Valid
8. 0,803 0,396 Valid
9. 0,546 0,396 Valid
10. 0,644 0,396 Valid
11. 0,568 0,396 Valid
12. 0,803 0,396 Valid
Case Processing Summary
N %

Cases Valid 25 100.0


Excludeda 0 .0
Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.883 12
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

Lampiran 5 Tabulasi Data Demografi Responden


Keterangan :
Usia
Pendidikan Koding Jumlah anak Koding Pekerjaan responden Koding
responden Koding SD 1 1 anak 1 ibu rumah tangga 1
< 20 tahun 1 SMP 2 Wiraswasta 2
2 anak 2
20-35 tahun 2 SMA 3 > 2 anak 3 Swasta 3
> 35 tahun 3 PNS 4
D3/PT 4
Lainnya 5

Jenis Jenis kelamin bayi Koding Usia Jenis ASI Koding


persalinan Koding Bayi Koding
Normal 1 Laki-laki 1 < 6 bulan 1 ASI Full 1
SC 2 Perempuan 2 > 6 bulan 2 ASI+MPASI 2

Pekerjaan Suami Koding Koding Penghasilan keluarga Kelurahan Koding


Swasta 1 1 <3.500.000 Ngagel Rejo 1
Wiraswasta 2 2 3.500.000 Ngagel Rejo 2
PNS 3 3 >3.500.000
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

Jumlah Jenis usia Jenis Jenis Pekerjaan


No.R Usia Pendidikan Pekerjaan anak kelamin bayi persalinan ASI suami Penghasilan Kelurahan
X001 3 3 3 3 1 1 1 2 2 1 2
X002 2 3 2 3 1 1 1 2 1 2 2
X003 2 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2
X004 2 3 1 2 2 2 1 2 1 1 2
X005 3 3 1 3 2 2 2 2 2 1 2
X006 2 3 1 2 1 2 1 2 1 1 2
X007 2 4 2 1 2 1 1 1 1 1 2
X008 3 3 1 3 2 2 1 2 1 1 2
X009 2 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2
X010 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2
X011 2 3 2 1 2 1 2 2 1 3 2
X012 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2
X013 3 1 1 3 1 1 2 1 2 1 2
X014 2 3 1 2 2 1 1 1 1 2 2
X015 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 2
X016 3 3 1 3 1 1 2 2 1 1 1
X017 3 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2
X018 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2
X019 2 4 1 2 1 1 1 1 2 3 2
X020 2 3 1 3 1 2 1 2 2 3 2
X021 2 3 1 2 2 1 2 1 1 2 2
X022 2 3 2 1 2 2 2 2 1 1 2
X023 2 3 1 2 2 1 1 1 1 2 2
X024 2 4 4 2 1 1 2 1 1 3 2
X025 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2
X026 3 1 1 3 2 2 1 2 2 1 2
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

X027 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2
X028 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2
X029 2 3 1 2 2 2 1 2 1 3 2
X030 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 2
X031 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2
X032 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1
X033 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1
X034 3 3 1 2 1 2 2 2 1 1 1
X035 2 3 1 1 2 2 2 2 1 1 1
X036 2 3 1 3 2 1 1 1 1 1 1
X037 2 3 1 2 2 2 1 2 2 1 1
X038 3 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1
X039 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1
X040 3 3 1 2 2 2 1 2 1 1 1
X041 2 4 2 1 1 2 1 2 1 3 1
X042 2 4 2 2 1 2 1 2 1 3 1
X043 2 4 2 2 2 2 1 2 1 3 1
X044 2 4 1 2 1 2 2 2 1 3 1
X045 2 3 1 1 1 2 2 2 1 3 1
X046 2 4 2 1 2 1 1 2 1 3 1
X047 2 4 2 1 2 1 1 1 1 3 1
X048 2 4 1 2 2 2 1 2 1 3 1
X049 2 4 1 1 2 2 1 2 1 3 1
X050 2 4 2 1 2 1 1 1 1 3 1
X051 2 3 1 2 1 2 2 2 1 1 1
X052 2 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1
X053 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1
X054 2 3 2 1 1 1 1 1 3 3 1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

X055 3 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2
X056 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2
X057 2 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2
X058 3 3 1 3 2 2 1 2 1 2 1
X059 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
X060 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1
X061 2 3 1 2 1 2 1 2 1 3 1
X062 3 3 1 3 2 2 2 2 1 3 1
X063 3 4 1 3 2 1 2 1 3 3 1
X064 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1
X065 2 3 1 3 2 2 1 2 2 1 1
X066 2 3 1 2 2 1 2 1 1 2 1
X067 2 4 2 1 1 1 1 1 2 2 1
X068 2 4 1 1 2 2 1 2 2 3 1
X069 2 4 1 2 1 1 1 2 3 3 1
X070 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1
X071 1 3 1 1 1 2 1 2 2 2 1
X072 2 3 1 1 1 2 2 2 2 1 1
X073 2 4 4 3 1 1 1 1 1 3 1
X074 3 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1
X075 2 4 2 1 1 1 1 2 1 2 1
X076 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2
X077 2 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1
X078 3 3 2 2 2 1 1 1 1 2 1
X079 2 1 1 2 1 1 1 2 1 3 2
X080 2 4 3 1 1 2 1 2 2 3 1
X081 2 1 1 2 2 1 1 2 2 3 1
X082 2 3 1 2 2 1 2 2 1 1 1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

X083 2 4 4 1 2 1 1 2 2 2 1
X084 2 1 1 3 1 1 2 2 2 1 1
X085 3 3 1 1 2 2 2 2 2 1 1
X086 2 3 1 3 2 2 2 2 1 2 1
X087 3 3 1 3 1 2 1 2 1 2 1
X088 2 4 1 1 1 1 2 1 1 3 1
X089 2 3 1 3 2 2 1 1 1 1 1
X090 2 3 1 3 2 1 1 1 2 1 1
X091 2 3 1 2 1 1 1 1 2 3 1
X092 3 4 1 2 2 1 2 1 1 3 1
X093 2 4 2 1 1 1 2 1 1 3 1
X094 3 3 1 2 2 1 1 1 2 2 1
X095 2 3 1 2 1 2 1 2 1 1 1
X096 2 3 1 2 1 1 2 2 1 1 1
X097 2 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1
X098 2 3 1 1 1 2 1 2 1 3 1
X099 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 1
X100 3 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1
X101 2 4 2 1 2 2 2 2 3 3 1
X102 3 3 1 2 2 1 1 1 2 2 1
X103 3 4 1 3 1 1 1 2 1 3 1
X104 2 3 1 2 2 1 2 1 1 3 1
X105 2 1 3 1 2 1 2 2 1 1 1
X106 2 3 1 3 2 1 1 2 1 1 1
X107 2 4 1 1 2 1 1 1 1 3 1
X108 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2
X109 2 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1
X110 2 3 3 2 2 1 1 1 1 3 1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
14

X111 3 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1
X112 2 4 1 2 2 2 2 2 3 3 1
X113 2 1 1 3 2 2 1 2 1 1 1
X114 2 4 4 3 2 2 2 2 1 3 1
X115 2 3 1 3 2 1 1 1 1 2 1
X116 3 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1
X117 2 1 1 3 2 2 1 2 1 2 1
X118 2 3 1 3 1 2 1 2 1 1 2
X119 2 3 1 2 2 1 1 1 2 3 1
X120 2 3 1 3 1 1 2 1 1 3 1
X121 2 2 1 3 1 2 1 2 1 2 1
X122 2 3 1 3 1 1 1 1 1 2 1
X123 2 3 1 3 1 1 1 1 1 2 1
X124 2 3 1 3 1 2 2 2 1 2 1
X125 3 3 1 2 1 2 1 2 1 2 1
X126 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 1
X127 2 3 1 1 1 2 1 2 1 2 1
X128 2 3 1 3 2 1 1 1 1 2 1
X129 2 4 1 3 2 1 1 1 1 2 1
X130 2 3 1 3 1 2 1 2 1 2 1
X131 2 3 1 1 2 2 1 2 1 2 1
X132 3 3 1 1 2 1 1 2 2 3 1
X133 3 3 1 3 2 1 1 1 2 3 1
X134 2 4 1 3 1 2 1 2 2 3 1
X135 2 4 1 3 1 1 2 1 2 3 1
X136 2 3 1 2 1 1 1 1 3 3 1
X137 2 3 1 2 1 2 2 2 2 1 1
X138 2 3 1 2 1 1 2 2 1 1 1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

X139 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1
X140 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1
X141 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1
X142 2 3 1 2 2 1 1 1 1 2 1
X143 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

Lampiran 6 Tabulasi Data Variabel Penelitian

Ketersediaan Dukungan Dukungan ptgs


Pengetahuan Sikap Budaya Faskes Keluarga kesehatan Perilaku Ibu
3 1 2 3 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 2 1 2
3 2 2 3 2 2 3
3 1 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 3
3 2 2 3 3 2 3
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 3
3 2 1 3 2 2 3
3 2 2 3 3 2 3
3 2 2 2 3 2 3
3 2 2 3 3 3 3
3 2 2 2 3 3 2
3 1 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
3 1 2 3 3 2 2
3 2 2 3 2 3 2
3 1 2 3 2 3 2
3 2 2 3 3 2 2
2 2 1 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 3 2 2
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

3 1 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2
3 1 1 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 2 3 1 2
3 2 2 2 2 2 2
3 2 1 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 1 3 1 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 3 3 3
3 2 2 3 3 3 3
3 2 2 3 3 1 2
2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 3 2 3
3 2 2 2 3 2 2
3 2 2 2 3 1 3
3 2 2 3 3 3 3
3 2 2 3 3 3 3
3 1 2 2 1 1 2
2 2 1 3 3 2 2
3 2 2 3 2 2 2
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

3 2 2 3 3 1 3
3 2 2 3 3 1 3
2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 3 2 2
3 2 2 3 3 2 2
3 2 2 3 3 2 2
3 2 2 3 3 2 2
3 1 2 3 2 1 2
3 2 2 3 3 1 2
3 2 2 2 2 2 2
3 2 1 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 1 2 3 2 2 2
3 2 1 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2
3 2 2 1 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
2 1 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 1 2
3 2 2 3 3 1 1
3 1 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 1 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2
3 2 1 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 3
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

3 2 2 2 2 2 2
2 1 2 2 2 2 2
3 2 2 3 2 2 3
3 2 1 3 2 2 2
3 2 1 3 2 2 2
3 2 2 3 3 2 2
3 2 1 3 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
2 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 3
3 2 1 3 2 2 2
2 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 3
3 1 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 1 2
3 2 2 2 3 2 2
3 2 1 2 2 1 2
3 2 2 3 3 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 3 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 1 3 2 2 2
2 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 3
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

3 1 1 2 2 2 2
3 2 2 3 2 2 3
3 2 2 2 2 2 2
3 2 1 3 2 2 2
3 1 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 1 2
2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2
3 2 1 3 2 2 2
3 2 1 3 2 2 2
2 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 3 2
3 2 1 3 2 3 2
3 2 2 3 3 1 3
3 2 2 3 2 2 3
3 1 2 3 2 3 2
3 2 2 3 2 3 2
3 2 2 3 2 1 3
3 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 3 2 2
3 2 1 3 3 1 2
3 2 2 3 3 2 3
3 2 1 3 2 2 2
3 2 2 3 3 2 3
3 2 2 3 3 2 3
3 2 2 3 3 3 3
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

3 2 2 3 3 3 3
3 2 2 3 2 1 3
3 2 2 3 3 2 3
2 2 2 3 3 2 2
3 2 2 3 1 2 3
3 2 2 3 2 2 3
3 2 2 3 3 3 3
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

Lampiran 7 Hasil Uji Spearman Rho’


1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar ASI

2. Hubungan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar ASI

3. Hubungan Budaya dengan Perilaku Ibu dalam Memperlancar ASI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

4. Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dengan Perilaku Ibu dalam


Memperlancar Produksi ASI

5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Ibu dalam


Memperlancar Produksi ASI

6. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Ibu dalam


Memperlancar Produksi ASI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
15

Lampiran 8 Sertifikat Uji Etik


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
16

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
16
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
16

Anda mungkin juga menyukai