ESTER RADANDIMA
NIM .131714153055
i
TESIS
Oleh:
ESTER RADANDIMA
NIM .131714153055
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 131714153055
Tanda Tangan:
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS
ESTER RADANDIMA
NIM: 131714153055
Oleh
Pembimbing Ketua
Oedojo Soedirham,dr.,MPH.,MA,PhD
NIP. 195305051984031001
Pembimbing Kedua
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Panitia Penguji,
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugrah penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang
Kota Waingapu Sumba Timur”. Berbagai hambatan dan kesulitan ditemui oleh
penulis dalam proses penyusunan tesis ini, namun berkat usaha dan kerja keras
serta bimbingan dan arahan dari berbagai pihak pada akhirnya tesis ini dapat
diselesaikan.
2. Ibu Dr. Tintin Sukartini S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Program Studi
3. Bapak Oedojo Soedirham, dr., MPH., MA., Phd. selaku pembimbing ketua
penyusunan tesis.
4. Ibu Dr. Retno Indarwati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing kedua
yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.
vi
6. Ibu Dr.Siti Nur Kholifah,S.KM.,M.Kep.,Sp.Kom. selaku penguji yang
penelitian.
11. Ibu Yusly R.Sinlaeloe, S.Pd sebagai guru wakil kepala sekolah dan humas
12. Ibu Novilia Gita Nuraini,S.Pd sebagai guru bagian kesiswaan pada
14. Orang tua, Suami tersayang dan kedua anakku tercinta yang telah
vii
16. Kepala Program Studi Keperawatan Waingapu, beserta staf yang telah
penyusunan tesis.
Airlangga.
18. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu atas
bantuan dan dukungan yang telah diberikan dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu
Penulis
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Surabaya
Pada Tanggal : 7 Agustus 2019
Yang menyatakan
(Ester Radandima )
Nim.131714153055
ix
RINGKASAN
x
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment (pre-post test
control group design). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh
Remaja SMAN 2 dan SMAN 3 Kelas X, Kota Waingapu sebanyak 484 remaja.
Besar sampel menggunakan G*Power 3.1.9.2 adalah 29 remaja sebagai kelompok
kontrol dan 29 remaja sebagai kelompok perlakuan. Teknik sampling yang
digunakan adalah probability sampling yaitu simple random sampling. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pemberian health coaching pada remaja
dan variebel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan kognisi dan afeksi
(perceived benefit of action, perceived barrier to action, perceived self efficacy,
activity related effect), komitmen dan perilaku pencegahan hipertensi pada remaja.
Hasil penelitian akan dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon Signed Ranks Test
dengan signifikansi P < 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat pengaruh
health coaching terhadap perilaku pencegahan hipertensi pada remaja berdasarkan
Teori Health Promotion Model.
Pemberian edukasi melalui health coaching sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuan remaja dalam melakukan pencegahan hipertensi.
Melalui pengetahuan yang dimiliki akan memunculkan sikap dan tindakan dalam
melakukan pencegahan hipertensi. Pengetahuan yang didapatkan remaja dari
implementasi metode health coaching adalah pengetahuan tentang penyakit
hipertensi dan cara mencegahnya, yang diberikan melalui media audiovisual dan
leaflet. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan meningkat tajam
pada kelompok intervensi setelah post test dilakukan, hal ini menunjukkan
pemahaman remaja juga mengalami peningkatan.
Pada Teori Health Promotion Model dijelaskan bahwa kognitif perilaku
spesifik dan sikap terdiri dari manfaat tindakan yang secara langsung memotivasi
perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menentukan rencana
kegiatan selanjutnya untuk mencapai manfaat. Sikap pada remaja dalam
melakukan pencegahan penyakit hipertensi akan muncul seiring dengan
meningkatnya pengetahuan yang didapatkan. Sikap yang tinggi dalam melakukan
pencegahan akan menghasilkan sebuah aktivitas yang positif dan memunculkan
keyakinan untuk memulai melakukan perubahan pada kebiasaan sehari-hari. Sikap
yang sudah terbentuk akan memunculkan suatu tindakan yang bersifat
membangun dan positif. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian dari
(Yunitasari, 2016) yang menyatakan bahwa tindakan bisa terbentuk karena adanya
sebuah interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial tidak cukup
hanya kontak sosial dan hubungan antar individu saja, melainkan menghasilkan
hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola kebiasaan masing-masing
individu sebagai anggota masyarakat. Sejalan juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Beate West 2014) yang berjudul health coaching sebagai
konseling dalam perubahan perilaku atau tindakan. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa setelah dilakukan komunikasi dan interaksi selama fase
pembinaan kesehatan, menunjukkan munculnya tindakan yang positif untuk
meningkatkan kesehatan sehingga muncul suatu perbaikan. Berdasarkan hasil
penelitian, baik dari kelompok kontrol maupun kelompok intervensi masih belum
menunjukkan peningkatan tindakan yang cukup singifikan, dikarenakan memang
tindakan tidak bisa diukur secara cepat dan langsung, tetapi membutuhkan waktu
xi
yang cukup lama dan bertahap. Pada kelompok intervensi menunjukkan tindakan
pencegahan hipertensi lebih meningkat, meskipun hanya sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa memang metode health coaching memiliki keefektifan yang
baik juga dalam membentuk tindakan remaja. Apabila metode diterapkan lebih
lama lagi dan bertahap, maka tindakan yang dihasilkan juga akan mengalami
peningkatan.
Pada remaja sebagai tombak suatu bangsa harus bisa melakukan perubahan
pada perilaku kesehatan yang dirasakan setiap hari. Sebaiknya remaja lebih
meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya mencegah timbulnya penyakit
hipertensi pada remaja. Keluarga dan orang terdekat juga sebaiknya dapat
memfasilitasi remaja agar dapat mengembangkan perilakunya dalam melakukan
pencegahan hipertensi.
xii
SUMMARY
xiii
adolescents as the treatment group. The sampling technique used is probability
sampling, which is simple random sampling. The independent variable in this
study is the provision of health coaching for adolescents and dependent variables
in this study is cognition and affection improvement (perceived benefit of action,
perceived barrier to action, perceived self-efficacy, activity related effects),
commitment and preventive behavior of hypertension in adolescents. The results
of the study will be analyzed using the Wilcoxon Signed Ranks Test with P <0.05.
Statistical results show that there is an effect of health coaching on hypertensive
prevention behavior in adolescents based on the Health Promotion Model Theory.
Providing education through health coaching is very important to increase
adolescent knowledge in preventing hypertension. Through the knowledge that is
owned will bring up attitudes and actions in carrying out prevention of
hypertension. Knowledge gained by adolescents from the implementation of
health coaching methods is knowledge about hypertension and how to prevent it,
which is given through audiovisual media and leaflets. On the results of the study
showed that knowledge increased sharply in the intervention group after the post
test was done, this shows that the understanding of adolescents also increased.
Health education that can be applied in changing adolescent behavior should
be able to influence the increase in the vulnerability prevention behavioral score
of hypertension (Mahardani 2016). Coaching and training are needed so that not
only changes in knowledge occur but also attitudes, actions, and commitments
from adolescents. So it is necessary to innovate nursing interventions in health
education, namely health coaching based on the Health Promotion Model theory
that provides health education and promotion while motivating structured
behavior change, through supportive relationships between participants and
coaches (Huffman 2007 in Effendy 2016). So it is necessary to do a research
related to the effect of health coaching on changes in the behavior of prevention of
hypertension in adolescents with a health promotion model approach in SMA
Waingapu City, East Sumba.
xiv
ABSTRAK
Pengaruh Health Coaching terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan
Hipertensi pada Remaja dengan Pendekatan Health Promotion Model
di SMA Kota Waingapu Sumba Timur
xv
ABSTRACT
The Effect of Health Coaching on Changes in the Behavior of Prevention of
Hypertension in Adolescents with a Health Promotion Model Approach in
Senior High School Waingapu City, East Sumba.
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN KETERANGAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ............................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS ........................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ......................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RINGKASAN ..........................................................................................................x
SUMMARY ........................................................................................................... xiii
ABSTRAK .............................................................................................................xv
ABSTRACT ........................................................................................................... xvi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xx
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xxiii
xvii
2.3 Hipertensi pada Remaja ......................................................................24
2.3.1 Definisi .......................................................................................25
2.3.2 Klasifikasi Hipertensi pada Remaja ...........................................25
2.3.3 Gejala Hipertensi ........................................................................25
2.3.4 Patofisiologi Hipertensi ..............................................................35
2.3.5 Penatalaksanaan Hipertensi di Keperawatan..............................36
2.4 Remaja.................................................................................................37
2.4.1 Defisini Remaja ..........................................................................37
2.4.2 Batasan Usia Remaja ..................................................................37
2.4.3 Tahap Perkembangan Remaja ....................................................38
2.4.4 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja ............38
2.4.5 Tugas Perkembangan Remaja ....................................................44
2.5 Konsep Teori Health Promotion Model (HPM) .................................46
2.6 Komitmen ............................................................................................56
2.7 Keaslian Penulisan ..............................................................................61
2.8 Justifikasi Penelitian............................................................................66
xviii
5.2 Karakteristik Demografi Responden ...................................................93
5.3 Distribusi Frekuensi Variabel yang Diukur ........................................95
5.4 Pengaruh Intervensi pada Variabel Penelitian ..................................102
BAB 7 PENUTUP...............................................................................................125
7.1 Kesimpulan........................................................................................125
7.2 Saran ..................................................................................................126
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Model Tahapan Health Coaching ..........................................................14
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi pada Anak dan Remaja .....................................25
Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes RI ................................................31
Tabel 2.4 Keaslian Penelitian.................................................................................62
Tabel 4.1 Rancangan Penelitian .............................................................................71
Tabel 4.2 Definisi Operasional ..............................................................................75
Tabel 4.3 Matriks Pon Instrumen Sikap Pencegahan Hipertensi ...........................81
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................................82
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden .................................94
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Data Pre dan Post Test Perceived Benefit ............96
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Data Pre dan Post Test Perceived Barrier ...........97
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Data Pre dan Post Test Perceived Self Efficacy ...98
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Data Pre dan Post Test Komitmen .......................99
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Data Pre dan Post Test Perilaku .........................100
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Data Pre dan Post Test Perilaku .........................101
Tabel 5.8 Hasil Uji Statistik Variabel Perceived Benefit of Action .....................102
Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik Variabel Perceived Barrier to Action.....................103
Tabel 5.10 Hasil Uji Statistik Variabel Perceived Self Efficacy ..........................104
Tabel 5.11 Hasil Uji Statistik Variabel Komitmen ..............................................104
Tabel 5.12 Hasil Uji Statistik Variabel Perilaku ..................................................105
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Hipertensi ...............................................................................26
Gambar 2.2 Health Promotion Model ...................................................................53
Gambar 2.3 Diagram flow pencarian literatur ........................................................61
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................................68
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian .......................................................74
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Bagi Responden ...............................................131
Lampiran 2. Lampiran Permohonan Menjadi Responden ...................................133
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ........................................134
Lampiran 4. Prosedur Pelaksanaan Health Coaching .........................................135
Lampiran 5. Kuisioner Penelitian Data Demografi..............................................138
Lampiran 6. Kuisioner Penelitian Prior Related Behavior ..................................139
Lampiran 7. Kuisioner Perilaku Pencegahan Hipertensi Remaja ........................142
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian .........................................................................145
Lampiran 9. Surat Rekomendasi Penelitian DPMPTSP ......................................146
Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian SMA 3 Kota Waingapu ...................147
Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian SMA 2 Kota Waingapu ...................148
Lampiran 12. Surat Ijin Layak Etik .....................................................................149
Lampiran 13. Leaflet ............................................................................................150
Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas Data .............................................................152
Lampiran 15. Hasil Uji Wilcoxon .......................................................................167
Lampiran 16. Hasil Uji Mann Whitney ................................................................165
xxii
DAFTAR ISTILAH
xxiii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
depan suatu bangsa, sehingga kesehatan merupakan hal utama yang harus
mendukung hal tersebut, namun fenomena saat ini telah terjadi peningkatan
prevalensi kasus hipertensi di Indonesia yaitu sebanyak 44,1%, yang tidak hanya
menyerang lansia tetapi juga pada remaja (Spearman, 2017). Hipertensi yang
terjadi di usia remaja disebabkan oleh rendahnya kesadaran dalam menjaga pola
hidup sehat (Nur’aini, 2014). Remaja yang mengalami hipertensi sangat berisiko
mengalami penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke pada saat dewasa
total populasi, dengan 30% totalnya merupakan usia remaja (Bassareo and
Mercuro, 2014). Hasil dari Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa remaja Indonesia
pada rentang usia 15-24 tahun yang mengalami hipertensi sebanyak 44,1%. Hal
ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi pada remaja di Indonesia juga
cukup tinggi. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang termasuk salah satu
yaitu mencapai 30,9% dan angka prevalensi usia remaja mencapai >25%
(Kemenkes RI, 2013). Salah satu Dinas Kesehatan di NTT yaitu Kabupaten
1
2
pada remaja masih mengalami kenaikan, dari 4,8% menjadi 6,4%. Tingginya
prevalensi hipertensi remaja di Sumba Timur yang paling tiggi adalah Kecamatan
dari 40 siswa yang mengalami hipertensi yaitu berkisar 140/90 mmHg dan
150/90mmHg.
Perubahan gaya hidup yang perlu diwaspadai adalah stres, peningkatan konsumsi
kalori, lemak, garam, alkohol, merokok, obat-obatan dan obesitas (Haendra 2012;
Flynn JT, et.al 2013). Dari hasil studi pendahuluan wawancara pada beberapa
yaitu pagi dan sore dan sering mengkonsumsi ikan asin kering. Terdapat pula
batang rokok sejak dari bangku SMP dan sering mengkonsumsi alkohol.
aktivitas fisik, dan obesitas. Jika faktor-faktor risiko ini ditangani secara memadai,
40-50% hipertensi pada remaja dapat dicegah atau di tangani. (Mahanta et al.,
2017)
hipertensi, akan tetapi pola hidup kurang sehat yang terjadi saat ini memicu
penyakit dengan gejala yang tidak diketahui oleh penderitanya, jika dibiarkan
3
merokok, kadar garam berlebihan dan melakukan olahraga serta istirahat yang
pendidikan kesehatan agar remaja juga bisa mawas diri (Mahardani 2016).
sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Mahardini tahun 2016
2016). Berdasarkan hasil penelitian tersebut akan semakin tepat jika ditambahkan
dengan pembinaan dan pelatihan agar tidak hanya terjadi perubahan pengetahuan
saja tetapi juga sikap, tindakan, dan komitmen dari remaja. Sehingga diperlukan
Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh (Sitanggang, 2017) dan
tekanan darah bagi penderita hipertensi. Pada usi remaja, metode pendekatan
promosi kesehatan yang cocok untuk dilakukan adalah dengan pembinaan secara
4
promosi kesehatan adalah Health Promotion Model (HPM) dari Nola J. Pender.
antara kognisi dan afeksi pada penderita tuberkulosis. Pada penelitian disebutkan
2017). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Has tahun 2018
menunjukkan bahwa komitmen dan perilaku pada ibu dalam pemenuhan nutrisi
anak juga dapat diterapkan teori HPM (Has, Prahasiwi, Wahyuni, Nursalam, &
Efendi, 2018). Teori HPM sudah banyak digunakan dalam menunjukkan faktor
dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Hal baru yang diterapkan adalah adanya
R. & Tomey, 2017). Komponen teori HPM dimulai dengan karakteritik dan
perilaku spesifik dan sikap yang terdiri dari persepsi manfaat tindakan, persepsi
pengaruh interpersonal dan situasional. Kognisi dan afeksi menjadi hal yang
berolahraga yang bukan hanya dilihat dari skill tetapi dari kemampuan
dilakukan pengawasan apakah yang sudah diajarkan diterapkan atau belum oleh
para remaja.
pada remaja dengan pendekatan health promotion model di SMA Kota Waingapu
Sumba Timur.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
terjadinya hipertensi.
kejadian hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Health coaching adalah proses yang berpusat pada pasien berdasarkan teori
ditentukan sendiri. Ini adalah salah satu dari banyak cara untuk mendukung
teoritis dan pendekatan yang telah terbukti sangat efektif dalam mengatasi
berbagai masalah yang diangkat oleh pasien untuk membantu mencapai tujuan
sadar dimana pasien sedang berada dalam proses perubahan. Perubahan yang
perencanaan, bertindak dan pemeliharaan. Intervensi yang cocok pada tiap tahap
8
9
perubahan gaya hidup untuk pasien penyakit kronis (Mau, Glanz, Severino,
dan bukan teori untuk memperoleh dan memperkuat motivasi dalam perubahan,
efikasi diri dan membantu pasien membuat pilihan yang berhubungan dengan
proses perubahan. Menciptakan perbedaan antara apa yang diinginkan dan apa
pada filosofi bahwa perilaku negatif dipelajari dan dikelola secara negatif (sering
tidak rasional) yang menyebabkan emosi negatif. Kebiasaan cara berpikir dan
perasaan negatif ini dapat memblokir perubahan. CBT membantu pasien untuk
mereka dan juga rasa efikasi diri. Dengan pengembangan ini pasien dapat
interaksi timbal balik antara berpikir, perilaku, pengaruh lingkungan dan emosi
kambuh, terutama ketika jatuh pada kondisi stres. Pendekatan ini menilai faktor-
faktor yang berbeda atau modalitas, mengembangkan profil yang mencakup item
yang relevan atau masalah dan solusi yang mungkin atau intervensi untuk setiap
10
aspek.
perubahan perilaku pribadi sebagai hasil dari pendidikan yang sudah diberikan
dalam hubungan, sehingga tujuan bersama dapat tercapai (Wolever, et al., 2010).
Sebagai pelatih yang terlibat dalam interaksi dengan pasien dan dimana
Diawali dengan meminta pasien untuk menyebutkan apa yang paling dia
inginkan untuk dicapai terkait penyakit atau kondisinya, atau berusaha untuk
saat itu. Meskipun perawat memiliki saran dan informasi untuk diberikan pada
pasien namun pasien bisa saja tidak siap untuk menerima atau untuk
pasien, memvalidasi sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki pasien. Hal
bahwa perawat tertarik pada permasalahan pasien, bukan justru perawat sebagai
memperoleh apa yang tepat, mengetahui reaksi pasien dari informasi yang
perawat dan pasien memiliki kedudukan yang sama atau sebagai mitra dalam
2. Berfokus pada tujuan yang ingin dicapai oleh individu/ masyarakat bukan
kesehatan
potensi
5. Membantu individu/ masyarakat menilai di mana mereka berada dan apa yang
pendekatan tradisional.
informasi kepada individu dan meminta individu untuk melakukan hal-hal yang
tentang apa yang ingin mereka capai, apa yang mengganggu, apa yang mereka
perubahan dan kesulitan yang perlu ditangani atau diminimalkan. Peran utama
Tabel 2.1 Model tahapan health coaching menurut (University Of California San
Fransisco)
Tahapan Penjelasan
Check –in Health Coach alerted provider about patients scheduled for
day and asks, "Is there anything in particular that you would
like for me to focus on in my pre-visit with the patient?"
Pre-visit 1. Present: Health Coach, patient (5-15 minutes)
2. Normal MA tasks (e.g., vitals, point of care testing)
3. Agenda setting
4. Medication reconciliation
5. Review of A1C, LDL and/or BP and goals (for patient
activation)
Visit 1. Present: Provider, Health Coach, Patient (5-20 minutes)
15- second huddle (patient, provider, health coach) -->
review pre- visit; goals of visit
2. Health Coach present for (most of) visit
3. Visit wrap-up --> Provider approves medication list and
main points for patient teach-back
Post-visit 1. Present: Health Coach, Patient (5-30 minutes)
2. Patient teach-back
3. HC creates revised medication list for patient to take
home
4. Action planning
Between visits 1. Present: Health Coach, Patient (2-20 minutes)
2. Health Coach calls patients at least monthly regarding
action plan, medication adherence, appointment
reminders, preparing for clinci visit
3. Health Coach meets with patient at least quarterly
4. Health Coach communicates with provider in event of
questions
Sumber: (UCSF Center for Excellence in Primary Care, 2014)
secara detail tentang kegiatan atau aktivitas health coaching atau pembinaan
visits).
15
Pada tahap awal ini coach atau pelatih kesehatan akan melakukan beberapa
akan membuat agenda yang berisi daftar masalah yang ingin diselesaikan oleh
pasien, daftar ini juga digunakan sebagai panduan kunjungan. Selanjutnya coach
akan mengevaluasi hasil laboratorium atau nilai tekanan darah pasien. Hasil
pemeriksaan ini kemudian akan digunakan sebagai bahan diskusi dengan pasien.
kronis mereka.
Pada tahapan ini coach akan mengulas diskusi yang belum terselesaikan pada
poin yang dapat didiskusikan ulang dan menentukan poin mana yang dapat
Pada tahap ini coach akan mengulas ulang diskusi awal dengan pasien,
pasien.
mengkroscek perubahan perilaku apa yang sudah dikerjakan sesuai tujuan awal
yang telah ditentukan pasien. Jika diperlukan coach akan membantu pasien
dengan pasien. Biasanya kunjungan ini terjadi disela jadwal rutin kontrol pasien
Coach atau pelatih kesehatan dapat berasal dari perawat, dokter, pekerja
penyuluh bahkan pasien lain yang telah diberikan pelatihan . Seorang coach
direktif yaitu sebatas memberitahu pasien tentang apa yang harus dilakukan,
sesuai kemampuan yang dia miliki. Coach memiliki pengetahuan dasar tentang
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi, baik yang dapat
berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan
usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam kehidupan
tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang saat tertentu), tetapi ada
(Purwanto, 2009).
antara lain teori Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2003) mengatakan bahwa
Dokter atau Bidan Praktek Swasta. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung
3. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan, termasuk
dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terlebih lagi
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. perilaku
terdiri dari tiga domain yang meliputi domain perilaku pengetahuan (knowing
1. Perilaku
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar
1) Tahu (know), diartikan hanya sebagai recall (mengingat) memori yang telah
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
2. Sikap
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang
object”.
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,
merespons.
telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Tindakan (practice)
untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan.
atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan
yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik
(practice) kesehatan.
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
3) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya,
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
tiga yaitu :
Cara ini dapat ditempuh menggunakan cara-cara kekuatan baik fisik maupun
cepat, akan tetapi perubahan ini belum tentu akan berlangsung lama karena
peraturan tertulis ini sering juga disebut “law enforcement” atau “regulation”.
3. Pendidikan (educataion)
Perubahan ini memerlukan waktu yang sangat lama, tetapi perubahan yang
dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri.
memberikan informasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal ini berarti
dan mantap. Ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan hasilnyapun jauh
lebih baik.
24
2.3.1 Definisi
(Fitriany et al., 2015). Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes
RI, 2014).
diastolik pada presentil ke-95 atau lebih tinggi berdasarkan tiga kali pembacaan
terpisah (Riley & Bluhm, 2012). Hipertensi esensial lebih sering ditemukan pada
remaja dibandingkan dengan anak-anak dan dikaitkan erat dengan faktor genetik
dan obesitas. Gen-gen yang berperan dalam mekanisme hipertensi dibagi menjadi
I/D gen ACE (Angiotensin Converting Enzyme) dan gen yang mempengaruhi
sering terdeteksi hanya pada saat pemeriksaan rutin (Saing, 2005). Kebanyakan
kasus hipertensi tidak memiliki gejala dan dapat hilang tanpa diketahui selama
telinga berdenging, pusing, gugup dan kelelahan. Gejala biasanya muncul ketika
tekanan darah tinggi kronis telah menyebabkan kerusakan pada tubuh (Mena,
2018).
Ada dua unsur utama yang menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
hipertensi yaitu cardiac output dan tahanan perifer total. Apabila peningkatan
cardiac output, maka hipertensi ini menyebabkan tekanan sistolik akan jauh lebih
disebabkan oleh kenaikan tahanan perifer total maka hipertensi yang terjadi
peningkatannya lebih besar dibanding dengan tekanan sistolik dapat terjadi jika
peran utama dalam menjaga tekanan darah adalah: (1) sistem baroreseptor dan
kemoreseptor arteri; (2) pengaturan volume cairan tubuh; (3) sistem renin-
terjadi karena kerusakan atau malfungsi pada beberapa atau semua sistem ini.
karotis, aorta, dan dinding bilik jantung kiri. Mereka memonitor tingkat tekanan
jantung melalui saraf vagus. Kemoreseptor, berada di medula dan tubuh karotis
ion hidrogen (pH) dalam darah. Penurunan konsentrasi oksigen arteri atau pH
hipertensi esensial. Ketika kadar natrium dan air berlebih, volume total darah
dan air mengubah tekanan darah sistemik. Selain itu, produksi hormon penahan
Renin adalah enzim yang diproduksi oleh ginjal yang mengatalis substrat protein
menghasilkan naiknya tekanan darah. Sekresi renin yang bertambah telah diteliti
primer. Sel endotel vaskular terbukti penting dalam hipertensi. Sel endotel
28
esensial manusia.
masalah ginjal, vaskular, neurologis, obat dan makanan yang secara langsung atau
gangguan serius pada organ-organ ini yang mengganggu ekskresi natrium, perfusi
tekanan darah dari waktu ke waktu. Glomerulonefritis dan stenosis arteri renal
kronis adalah penyebab yang paling umum dari hipertensi sekunder. Juga,
natrium renal, kadar angiotensin II, dan reaktivitas vaskular terhadap norepinefrin.
1) Jenis Kelamin
memiliki risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan tekanan
tertinggi pada remaja laki-laki yaitu (4%) tingkat 1 dan (7%) tingkat 2 dan
terendah ada pada kalangan remaja perempuan yaitu (2%) tingkat 1 dan (0,86%)
2) Riwayat Keluarga
Pada penelitian yang dilakukan Sulastri dan Sidhi (2011) hipertensi pada
siswa yang ada riwayat hipertensi sebanyak 20,7%, lebih tinggi dibanding pada
siswa yang tidak ada riwayat hipertensi sebanyak 9,4%. Pada penelitian yang lain
juga didapatkan bahwa hipertensi lebih banyak ditemukan pada anak dengan
hipertensi negatif (2,5%) sehingga dianjurkan bagi orang tua anak untuk
melakukan pemeriksaan tekanan darah pada anak secara rutin minimal satu tahun
sekali untuk mendeteksi adanya kenaikan tekanan darah yang abnormal (Kalangi
et al., 2015).
semakin remaja memiliki indeks massa tubuh yang tinggi maka akan semakin
tinggi tekanan darahnya dan remaja yang memiliki tekanan darah yang tinggi
maka akan semakin tinggi risiko untuk terkena hipertensi (Purwawardana, 2017).
IMT yang tinggi merupakan hasil sementara dari sebuah rangkaian terarah untuk
pre-hipertensi pada perempuan dan laki-laki, dan remaja yang lebih tua lebih
beresiko dengan IMT tinggi dan diikuti pre-hipertensi remaja yang lebih muda.
Masa remaja merupakan masa rawan terjadinya hipertensi obesitik, karena remaja
cenderung memilik makanan tinggi energi, tinggi lemak, dan tinggi natrium yang
Kadar adiponektin yang rendah, adanya resistensi leptin, serta berbagai sitokin
yang terlepas dari sel adipose dan sel inflamasi yang menginfiltrasi jaringan
lemak, menurunkan ambilan asam lemak bebas oleh mitokondria pada beberapa
asam lemak bebas intersel. Kelebihan asam lemak bebas intraselular dan
metabolik, seperti fatty acyl CoA, diacyglycerol, dan ceramide, dapat memicu
hipertensi pada siswa yang obese sebanyak 66,7%, jauh lebih tinggi dari pada
siswa yang tidak obese yaitu sebanyak 12,1%. Pada penurunan berat badan
penurunan tekanan darah. Tekanan darah dan IMT pada anak secara konsisten
tampaknya merupakan dua prediktor yang paling kuat untuk nilai tekanan darah
Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes RI 2010 untuk Usia 5-18 Tahun
klasifikasi Z-Skor
Sangat kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi
akan sensitif terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab
pencetus hipertensi pada individu ini. Diet tinggi garam mungkin menyebabkan
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat
bahwa konsumsi natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) per orang per hari hari
senyawa yang terdiri dari natrium dan klorida. Meningkatnya tekanan darah ketika
terkandung dalam makanan tersebut. Natrium ini tidak hanya terkandung dalam
garam saja, namun juga pada penyedap makanan (MSG), dan pengawet makanan
5) Merokok
Pada penelitian yang dilakukan oleh Moskos dan Henson (2014) usia, jenis
kelamin, lingkar pinggang dan saliva cotinine berkontribusi 35% dari varians
dalam tekanan darah sistolik dan 18% pada tekanan darah diastolik. Seperempat
(25%) dari remaja laki-laki dan 11% dari remaja perempuan memiliki
peningkatan tekanan darah sistolik. Sekitar seperlima dari sampel (22%) memiliki
33
peningkatan kadar cotinine ludah indikasi dari penggunaan tembakau dan paparan
Pada penelitian yang dilakukan Sulastri dan Sidhi (2011) hipertensi pada
siswa merokok (33,3%), lebih tinggi dibanding siswa yang tidak merokok (8,7%).
Biasanya remaja mulai merokok karena pengaruh dari teman untuk tampak lebih
gagah. Dorongan tambahan dapat berasal dari orang tua dan media massa.
merupakan faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok
bagaimanapun juga, kebiasaan memakai zat ini telah turut meningkatkan kejadian
yaitu: perokok ringan (< 10 batang/ hari), perokok sedang (10-19 batang/ hari),
dan perokok berat (≥20 batang/ hari). Pada beberapa jurnal jelas disebutkan
seseorang yang merokok lebih dari 15 batang perhari memiliki kejadian hipertensi
6) Stres Psikogenik.
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke waktu hipertensi dapat
berkembang. Stresor bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi, peradangan, nyeri,
obatan, penyakit, pembedahan dan pengobatan medis dapat memicu respons stres.
34
Rangsangan berbahaya ini dianggap oleh seseorang sebagai ancaman atau dapat
lari” (fight or flight) diprakarsai di dalam tubuh. Jika respons stres menjadi
primer meliputi keluhan yang berhubungan dengan stres. Oleh karena stres adalah
7) Tingkat Ekonomi
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) remaja dengan
8) Aktivitas Fisik
Pada penelitian yang dilakukan oleh Martha (2017) ditemukan bahwa pre-
hipertensi pada remaja putri dipengaruhi oleh aktivitas sedang (Martha, 2017).
menggunakan energi yang tersimpan dalam tubuh. Oleh karena itu, apabila asupan
lemak berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas olahraga yang sesuai dapat
dikenal dengan sindrom metabolik hipertensi obesitas (K. & Sulchan, 2012).
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan serta
beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir untuk penduduk umur ≥10 tahun.
Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yang secara terus menerus melakukan
kegiatan fisik minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut nadi dan napas
lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki gunung, lari cepat,
menebang pohon, mencangkul, dll) selama minimal tiga hari dalam satu minggu
dan total waktu beraktivitas ≥1500 MET minute. MET minute aktivitas berat
adalah lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas dalam satu minggu dikalikan
bobot sebesar 8 kalori. Aktivitas fisik sedang apabila melakukan aktivitas fisik
sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari atau lebih dengan total
lamanya beraktivitas 150 menit dalam satu minggu. Selain dari dua kondisi
tersebut termasuk dalam aktivitas fisik ringan (WHO GPAQ, 2012; WHO STEPS,
2012). Kriteria aktivitas fisik “aktif” adalah individu yang melakukan aktivitas
fisik berat atau sedang atau keduanya, sedangkan kriteria “kurang aktif” adalah
36
individu yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat (Riskesdas,
2013).
penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pingangg <94 cm untuk pria dan < 80
cm untuk wanita, indeks massa tubuh < 25 kg/m2 rekomendasi penurunan berat
aktifitas.
Pola makan DASH dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Lebih banyak
makan buah, sayuran dan produk susu rendah lemak dengan kadungan lemak
Retensi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.
4. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmhg. Aktivitas
fisik dapat dilakukan pada intensitas sedang atau lebih baik jika intensitasnya
semakin sering. Aktivitas fisik dapat membuat tubuh lebih sehat karena kalori
2.4 Remaja
dan pencarian sensasi dengan pergeseran dari eksistensi yang berpusat pada
orang tua menjadi didominasi oleh teman sebaya dalam proses pengembangan
identitas (Megan Knowles et.al. 2014). Adolescen atau remaja adalah masa
transisi dari anak – anak hingga dewasa. Periode ini perubahan – perubahan
terjadi pada remaja baik secara hormonal, fisik, psikologis maupun sosial (Jose
emosional dan sosial yang cepat pada laki – laki dan perempuan (Wong, Donna
serta adanya pergeseran menjadi lebih condong ke teman sebaya dalam proses
pengembangan identitas
Periode ini terjadi pada usia 11-14 tahun. Pada masa remaja awal, anak-anak
Karakteristik pada tahap ini ditandai oleh terjadinya perubahan psikologis yaitu
krisis identitas, jiwa yang labil, meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi
diri, pentingnya teman dekat atau sahabat, berkurangnya rasa hormat terhadap
orang tua, berlaku kasar, mencari orang lain yang disayangi selain orang tua,
Periode ini terjadi pada usia 15-17 tahun. Periode ini terjadi perubahan,
seperti: mengeluh orang tua terlalu ikut campur dalam kehidupannya, sangat
yang bersifat selektif dan kompetitif, dan mulai mengalami periode ingin lepas
dari orang tua. Pada tahapan ini remaja akan mulai tertarik dengan intelektualitas
dan karir. Remaja sudah mempunyai konsep role model dan mulai konsisten
terhadap cita-citanya.
Tahap remaja ini dimulai pada usia 18 tahun. Perkembangan pada tahap ini
yang ditemui yaitu: identitas diri menjadi lebih kuat, mampu memikirkan ide,
lebih konsisten terhadap minatnya, bangga dengan hasil yang dicapai, selera
humor berkembang, dan emosi mulai stabil. Remaja akan lebih memperhatikan
masa depan pada tahap ini termasuk peran yang diinginkan di masa depannya.
Remaja juga mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis dan mulai dapat
2010).
1. Pertumbuhan Biologis
Masa remaja atau masa pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi
sekuens perubahan dalam sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem
umpan balik positif dan negatif. Lalu sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya
2. Perubahan Fisik
Pertumbuhan fisik pada remaja meliputi dua hal yaitu internal dan eksternal.
besarnya berat dan ukuran jantung dan paru-paru, serta bertambah sempurna
kelenjar endokrin atau kelamin dan seluruh bagian tubuh. Perubahan eksternal
meliputi: bertambahnya tinggi badan, lingkar tubuh, ukuran dan panjang lingkar
tubuh, ukuran organ seks, dan munculnya tanda seks sekunder (Hurlock E.B,
diantaranya:
1. Faktor Internal
1) Faktor genetik. Anak yang orang tuanya bertumbuh tinggi cenderung lebih
cepat tumbuh daripada anak dengan orang tuanya yang bertumbuh pendek.
2) Kematangan.
2. Faktor Eksternal
bergizi.
menjadi:
1. Perkembangan Psikososial
stabilitas emosional dan fisik yang relatif. Masa remaja dihadapkan pada krisis
menyelesaikan masalah dengan teman sebaya sebelum memahami jati diri mereka
2. Perkembangan Kognitif
Remaja tidak lagi berpikir secara konkrit yaitu hanya berpikir sebatas
kenyataan dan aktual saja namun remaja juga memperhatikan kemungkinan yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Pada saat inilah mereka lebih berpikir jauh
ke depan tanpa memusatkan pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan
peristiwa yang mungkin akan terjadi pada diri mereka dan bagaimana segala
sesuatu dapat berubah di masa depan. Remaja juga dapat mendeteksi konsistensi
2. Perkembangan Moral
Pada masa remaja akhir, remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain.
Mereka dapat memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik
dengan orang lain dan juga memahami berdasarkan hak timbal balik dengan orang
lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan
hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah
peraturan moral yang telah ditetapkan, hal ini akibat observasi remaja terhadap
3. Perkembangan Spiritual
mulai mandiri dari orang tua ataupun otoritas yang lain. Remaja mungkin
42
menolak aktivitas ibadah secara formal namun mereka melakukan ibadah secara
spiritualitas.
4. Perkembangan Sosial
mandiri dari wewenang orang tua, hal ini diperlukan untuk memperoleh
kematangan penuh. Remaja ingin dewasa dan bebas dari kendali orang tua namun
kemandirian.
Hubungan orang tua dan anak berubah ketika anak menginjak masa remaja.
orang tua ataupun remaja belajar untuk menampilkan peran baru dan
hubungan mereka. Pada masa remaja mereka sering menuntut hak mereka
ketegangan di dalam rumah, menentang kendali orang tua dan konflik dapat
Teman sebaya berperan penting ketika masa remaja, kelompok teman sebaya
berbagai hal agar dapat diterima di dalam kelompok teman sebaya baik
dengan mengubah model berpakaian, gaya rambut, selera musik dan tata
Kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja, pada
masa ini segala seuatu pada remaja diukur sesuai dengan reaksi teman
sebayanya.
b. Sahabat
Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil dariapada hubungan yang
dibentuk saat masa kanak – kanak dan penting untuk pencarian identitas.
lain yang berbeda, biasanya pada masa remaja terbentuk hubungan sahabat
1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
Remaja laki – laki dan perempuan hanya sedikit yang dapat menguasai tugas
perkembangan ini, hal ini dikarenakan tugas perkembangan pada masa remaja
44
menuntut perubahan besar. Harapan lebih bertumpu pada remaja muda akan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari
Remaja sering kali sulit dalam menerima keadaan fisiknya jika semenjak
mereka ketika dewasa nanti. Perbaikan konsep dan mempelajari cara – cara
memperbaiki penampilan diri sehingga sesuai dengan yang diinginkan ini lah
remaja laki – laki menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidak
– anak. Berbeda lagi dengan anak perempuan yang memang semenjak anak –
adanya pertentangan dengan lawan jenis yang berkembang selama akhir masa
kanak – kanak, maka memperlajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti
45
harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
dari orang tua dan orang dewasa lain. Kemandirian yang dibutuhkan oleh
ingin mandiri namun juga membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari
namun aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Hal ini
lah yang dapat menjadi suatu penyebab masalah yang tidak terselesaikan.
mengembangkan ideologi
Orang tua, sekolah dan pendidikan tinggi berperan penting dalam membentuk
nilai dewasa. Namun, bila nilai dewasa ini bertentangan dengan teman sebaya
dan remaja lebih memilih untuk mengaharap dukungan teman sebaya yang
46
menentukan kehidupan sosial mereka, hal ini lah yang sering kali dianggap
sikap dan perilaku kekanak-kanakan menuju cara sikap dan berperilaku secara
(HPM), merupakan salah satu model perilaku kesehatan. Konsep model promosi
(Nursalam, 2016). Model promosi kesehatan (HPM) dari Pender ini adalah salah
satu teori yang berlaku untuk yang berhubungan dengan kesehatan (Sharoodi, dkk
Health promotion model merupakan gabungan dari 2 teori yaitu teori nilai
individu tersebut. Nilai harapan yang bersifat rasional dan ekonomis akan
bermanfaat dan tidak bernilai bagi individu, bila ia merasa tidak mungkin
mencapainya, meskipun tindakan ini menarik bagi dirinya. Dua hal pokok
dalam nilai harapan ini yaitu; 1) hasil tindakan bernilai positif, 2) melakukan
47
berpengaruh, dijelaskan dalam teori ini. Teori ini menekankan bahwa perlu
proses kognitif untuk merubah perilaku. Tiga macam kepercayaan diri pada
promosi kesehatan.
Faktor ini meliputi ras, etnis, akulturasi, pendidikan dan status sosial
ekonomi
48
5) Efikasi diri
7) Pengaruh interpersonal
dan model (belajar melalui pengamatan orang lain yang terlibat dalam
8) Pengaruh situasional
yang tidak dapat dihindari atau referensi bersaing yang tidak dapat
dilawan.
3. Orang menghargai perubahan yang dianggap mengarah pada hal yang positif
mereka sendiri.
7. Penataan ulang yang dimulai diri sendiri pada pola-pola interaksi antara
manusia dengan lingkungan adalah hal yang esensial bagi perubahan perilaku.
6. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat
7. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku
8. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu
11. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga lebih suka
Model promosi kesehatan telah mengalami revisi pada tahun 2002. Pada
model revisi ini menekankan pada 10 kategori determinan dari perilaku promosi
kesehatan.
Gambar 2.2 Health Promotion Model (Pender, Murdaugh & Parson, 2002,
Tommey & Alligood, 2006
53
Penjelasan:
1) Perilaku terdahulu
menjadi faktor predisposisi perilaku kesehatan yang dipilih pada saat ini.
2) Faktor personal
menghambat perilaku kesehatan seperti biaya terlalu mahal, tidak ada waktu
sehingga self efficacy yang tinggi berdampak pada hambatan yang rendah
dan sebaliknya.
positif dan negatif subyektif yang terjadi sebelum, selama maupun setelah
kesehatan.
diterapkan.
3. Hasil perilaku
seperti pekerjaan atau tanggung jawab terhadap keluarga. Pilihan lain yang
2.6 Komitmen
2.6.1 Definisi
pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Hal ini mencakup
2009). Menurut Meyer dan Allen (1991, dalam Soekidjan, 2009), komitmen dapat
juga berarti penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat
Menurut Van Dyne dan Graham (2005, dalam Muchlas, 2008), faktorfaktor
berpandangan positif (optimis), cendrung lebih komit. Lebih lanjut Dyen dan
yang ada yaitu: usia, masa kerja, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan,
dan keterlibatan kerja. Situasional yang mempunyai ciri-ciri dengan adanya: nilai
pekerjaan.
menerima hal-hal yang dianggap penting oleh atasan, bangga menjadi bagian
yang sama.
biaya yang akan ditanggung jika tidak bergabung dengan organisasi. Disini
1. Karakteristik Personal.
lebih komit.
2. Situasional
a. Nilai (Value) Tempat kerja. Nilai-nilai yang dapat dibagikan adalah suatu
dan umpan balik dapat merupakan motivasi kerja yang internal. Jerigan,
organisasi.
memberi apresiasi bagi individu dalam pekerjaannya. Hal ini berarti jika
berbahasa inggris yang berasal dari Scopus dan Google Scholar mulai tahun 2009
sampai dengan tahun 2018. Pencarian literatur menggunakan key word “Health
Pencarian awal dari data Scopus dan Google Scholar menghasilkan total
yaitu 10 tahun terakhir dari tahun 2009 dan tidak memilih literatur review, hanya
original article dan sebuah studi penelitian. Catatan disaring dengan alasan
pemilihan populasi hanya pada remaja, problem berfokus tentang kepatuhan dan
penelitian, sasaran, jenis, hasil penelitian dan kesesuaian dengan studi yang
abstrak literatur yang tidak membahas tentang komponen teori Health promotion
efficacy, Komitmen dan Perilaku) dikecualikan dan artikel dengan sumber yang
kurang jelas juga dikecualikan. Kemudian didapatkan hasil akhir yaitu 15 artikel
menggunakan artikel yang berasal dari Scopus dan Google Scholar. Pencarian
Scopus dan Google Scholar menghasilkan total 4.118 literatur. Kemudian literatur
dan variabel yang digunakan. Berdasarkan 15 artikel yang sudah tersaring, belum
oleh penulis.
bahwa belum ada penerapan intervensi health coaching pada perilaku remaja
67
sesuai dengan teori health promotion model yaitu prior related behaviour,
BAB 3
Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh health coaching terhadap perubahan perilaku pencegahan hipertensi pada remaja
dengan pendekatan Health Promotion Model
68
69
Penjelasan:
“diskusi partisipasi” yaitu dalam memberikan informasi tidak bersifat searah saja
tetapi dua arah dengan pemberian informasi dan motivasi akan terjadi proses
belajar yang kemudian dapat berpengaruh pada individu dalam hal ini terhadap
coaching terdiri dari empat tahap yang telah dimodifikasi dari health coaching
protocol in primary care (UCSF, 2014) tahapan terdiri dari pengkajian kesiapan
terdahulu dan faktor personal), behavioral specific cognitions and affect yang
barriers), persepsi terhadap keyakinan diri (perceived self efficacy) dan pengaruh
yang ditimbulkan oleh suatu aktivitas (activity related affect) yang akan
H1 :
Sumba Timur.
Sumba Timur.
Sumba Timur.
Sumba Timur.
BAB 4
METODE PENELITIAN
intervensi dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi (Nursalam,
2015). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
R1 01 X1 02
R2 03 XO 04
Keterangan:
kelompok perlakuan
71
72
kelompok perlakuan
kontrol
kontrol
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2016). Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah remaja
Kelas X di SMAN 2 dan SMAN 3 Kota Waingapu. Populasi total dari penelitian
ini adalah seluruh remaja di SMAN 2 dan SMAN 3 Kota Waingapu yaitu
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dipilih dengan metode
2009). Pada kolom input parameter, peneliti menggunakan two tails dengan effect
size sebesar 1,0 dan α error probability sebesar 0.05. Pada penelitian ini, peneliti
memperkirakan jumlah sampel dari 484 remaja dengan power atau kekuatan
73
sebesar 95% adalah sebanyak 29 remaja, yang terbagi dalam 29 remaja sebagai
4.2.3 Sampling
merupakan teknik penetapan sampel yang paling sederhana, dimana setiap elemen
diseleksi secara acak dengan mengundi anggota populasi atau teknik undian.
Peneliti membuat daftar kerangka sampling atau daftar nama beserta nomor,
penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
74
Populasi
Seluruh Remaja SMA 2 dan 3 kelas X di kota Waingapu
Simple random
sampling
Sampel
58 remaja: 29 remaja kelompok perlakuan di SMA 3 dan 29 remaja kelompok kontrol di SMA 2 kelas X
Pre test
Perilaku pencegahan hipertensi
lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan
perceived self efficacy, activity related effect), komitmen dan perilaku pencegahan
motivasi
4. Tahap 4:
evaluasi dan
memberikan
motivasi
Variabel Manfaat Manfaat yang Kuisioner Ordinal Skor untuk
Dependen: yang dirasakan dari yang telah jawaban pada
dirasakan tindakan di kuesioner
Perceived dari tindakan pencegahan modifikasi Pernyataan
benefit of perilaku hipertensi adalah: oleh (Has, Positif
action kesehatan 1. Remaja tidak Prahasiwi, SS = 4
S=3
yang mengalami Wahyuni,
TS = 2
dilakukan hipertensi dini Nursalam,
STS = 1
secara 2. Membuat & Efendi, Pernyataan
langsung kesehatan 2018) dari Negatif
meningkat Pender SS = 1
3. Remaja dapat (2011) S=2
beraktivitas dan TS = 3
meningkatkan STS = 4
minat dengan Kriteria:
baik Persepsi
Negatif
(T<mean skor
T)
Persepsi
Positif (T≥
mean skor T)
alkohol 9
7. Tidak
konsumsi alkohol
8. Melakukan
pemeriksaan
Tekanan darah
oleh (Sitanggang, Y., Amin, M., Sukartini, 2017; Fadhilah, D.K, 2016) dan (Has,
penyakit keluarga, tinggi badan, berat badan, pendidikan terakhir orang tua
setuju, 2 = tidak setuju dan 1 = sangat tidak setuju untuk pernyataan positif.
Skor pernyataan negatif adalah sangat setuju=1, setuju=2, tidak setuju=3, dan
sangat tidak setuju=4. Kriteria pada kuesioner ini adalah positif apabila T≥
79
maksimal 36.
setuju, 2 = tidak setuju dan 1 = sangat tidak setuju untuk pernyataan positif.
Skor pernyataan negatif adalah sangat setuju=1, setuju=2, tidak setuju=3, dan
sangat tidak setuju=4. Kriteria pada kuesioner ini adalah positif apabila T≥
maksimal 28.
sangat tidak setuju untuk pernyataan positif. Kriteria pada kuesioner ini
adalah positif apabila T≥ mean skor T dan negatif apabila T<mean skor T.
5. Komitmen
Wahyuni, Nursalam, & Efendi, 2018) yang diadopsi dari teori Pender (2011)
tertinggi yaitu 20 dan terendah 5. Makin tinggi nilainya maka kognisi dan
Wahyuni, Nursalam, & Efendi, 2018) yang diadopsi dari teori Pender (2011).
Pada sebuah perilaku terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Kuisioner
dengan dua pilihan jawaban yaitu benar dan salah. Jika jawaban responden
benar maka akan mendapat nilai 2 dan jika jawaban responden salah maka
setuju, 2 = tidak setuju dan 1 = sangat tidak setuju untuk jawaban yang
Nilai tertinggi yaitu 40 dan terendah 10. Makin tinggi nilainya, sikapnya
setiap variabel adalah valid karena nilai pearson correlation (r hitung) melebihi
nilai r tabel (n=10 orang, r=0,6021). Selama melakukan uji validitas dan
perubahan yang terjadi pada subjek penelitian, faktor pengujian, instrumen dan
bias saat memilih subjek penelitian. Uji validitas harus dilakukan pada remaja
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji cronboach alpha dengan
Hasil uji reliabilitas pada semua pernyataan di setiap variabel memiliki nilai
perlakuan dan SMAN 2 sebagai kelompok kontrol (kelas X) dari bulan April
Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
2018 2018 2019 201 2019 201 201 201 201 2019
9 9 9 9 9
1 Penyusunan
proposal
dan ujian
praproposal
2 Ujian
proposal
tesis
83
No Waktu pelaksanaan
Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
2018 2018 2019 201 2019 201 201 201 201 2019
9 9 9 9 9
3 Uji etik dan
uji validitas
dan
reabilitas
4 Pelaksanaa
n penelitian
5 Ujian hasil
6 Ujian tesis
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Waingapu dan tembusan Ke Bupati
Sumba Timur (Waingapu) setelah lulus dari uji Etik Fakultas Keperawatan,
siswa.
1. Memilih sampel pada kelas X sesuai dengan kriteria dan teknik sampling
proses penelitian.
minggu jarak antar tahap adalah 1 minggu, dengan durasi waktu 30-60
kelompok perlakuan:
1) Tahap 1: Previsit
belum terselesaikan pada tahap 1, pada tahap ini remaja juga akan
Tahap ini merupakan tahap evaluasi dari setiap tahap yang telah di
selesai dengan menggunakan instrumen yang sama pada saat pre test.
yang digunakan sama dengan instrumen pada saat pre test. (Young,
dan video.
(tabulating) dan tahap keempat, memasukkan (entry) data kedalam format yang
telah dibuat oleh peneliti. Kegiatan editing adalah memeriksa ulang kelengkapan
pengisian, kesalahan atau jawaban belum diisi, kejelasan dan kesesuaian jawaban
antara lain data demografi kurang lengkap sehingga peneliti melengkapi dari data
87
pribadi yang ada di SMA. Coding yaitu memberi kode untuk mempermudah
disusun dan didata untuk dianalisis dan disajikan. Entry adalah memindahkan atau
data yang telah dilakukan meliputi analisis univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariabel
yang disajikan dalam bentuk tabel. Dalam penelitian ini bagian analisis
pendidikan orang tua,penghasialn orang tua, pekerjaan orang tua dan riwayat
Analisis bivariabel adalah analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan dua
independen yaitu health coaching dan variabel dependen yaitu kognisi, afeksi,
pada remaja.
88
artinya distribusi data tidak normal. Maka uji hipotesis yang digunakan adalah
uji non- parametric t-test yang digunakan untuk menganalisis intervensi health
kemaknaan α < 0.05. Hasil uji statistik menunjukkan p < 0.05, maka hipotesis
Ho ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, yang berarti ada pengaruh
health coaching dan variabel dependen yaitu kognisi, afeksi, komitmen dan
Uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan post test antara
nilai kemaknaan p < 0.05. Hasil uji statitstik menunjukkan p > 0.05 yang
berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata yang tidak signifikan tingkat efikasi
diinginkan, maka yang menjadi responden adalah yang bersedia diteliti, dan
89
remaja usia di bawah 17 tahun harus didampingi oleh orangtua dengan inform
consent yang ditanda tangani oleh orang tua. Dalam hal ini peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada orang tua dan remaja, serta
mengerti dan setuju untuk menjadi responden dalam penelitian maka orangtua
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
penelitian dijamin oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya
terbatas pada kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah peneliti.
diberikan oleh responden kepada peneliti. Data hasil penelitian yang berisikan
semua informasi responden akan disimpan dengan baik oleh peneliti, semua
kuisioner akan disimpan selama 10 tahun untuk keperluan penelitian dan ilmu
4. Justice
Seluruh responden akan diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
ternyata mereka tidak bersedia atau keluar dari penelitian. Responden yang
karena dipilih dari SMA di satu Kota, pada kelas yang sama yaitu kelas X dan
darah. Seluruh responden akan diperlakukan secara adil baik sebelum, selama
Pada kelompok kontrol dan perlakuan juga akan diberikan beban yang sama,
kesehatan dengan sistem dan media yang sama setelah penelitian telah
berakhir.
pre dan post test, dengan kuisioner yang dikerjakan juga sama jumlahnya
penyakit hipertensi sejak dini, maupun saat mereka dewasa nantinya. Selain
hipertensi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
pada tanggal 13 Mei sampai dengan 29 Juni 2019. Penelitian ini telah dilakukan
pada 58 remaja yang terbagi menjadi 29 remaja kelompok kontrol dan 29 remaja
kelompok perlakuan.
Pada bagian hasil akan diuraikan tentang karakteristik lokasi penelitian, data
personal (demografi) responden dan variabel yang diteliti yaitu pengaruh health
prevalensi hipertensi yaitu mencapai 30,9% dan angka prevalensi usia remaja
mencapai >25% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan awal
21 dari 40 siswa yang mengalami hipertensi yaitu berkisar 140/90 mmHg dan
92
93
mengatakan masih merokok karena terbiasa dari bangku SMP yang susah untuk di
peningkatan tekanan darah karena dari orang tua sudah mengalami peningkatan
tekanan darah.
Propinsi Nusa Tenggara Timur. SMA Negeri X sebagai kelompok intervensi dan
adalah milik pemerintah daerah kabupaten Sumba Timur yang merupakan sekolah
favorit terakreditasi A dan terpilih sebagai sekolah ramah remaja dari beberapa
yang meliputi jenis kelamin, usia, jumlah saudara, indeks masa tubuh, pendidikan
ini.
94
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi responden (remaja) di SMA 2 dan 3
Kota Waingapu pada tanggal 13 Mei – 29 Juni 2019.
Kontrol Intervensi Total
No Demografi Responden
N % N % N %
1 Jenis Laki-laki 7 24,1 13 44,8 20 34,5
Kelamin Perempuan 22 75,9 16 55,2 38 65,5
Total 29 100 29 100 58 100
2 Usia 16 tahun 20 68,9 23 79,3 43 74,1
17 tahun 9 31,1 6 20,7 15 25,9
Total 29 100 29 100 58 100
3 Jumlah 1-3 23 79,3 24 82,8 47 81
Saudara 4 lebih 6 20,7 5 17,2 11 19
Total 29 100 29 100 58 100
4 Indeks Kurus 6 20,6 10 34,5 16 27,6
Masa Normal
23 79,4 19 65,5 42 72,4
Tubuh
Total 29 100 29 100 58 100
5 Riwayat Diploma/
4 13,8 6 20,7 10 17,2
Pendidikan Sarjana
Orang Tua SMA
13 44,8 13 44,8 26 44,8
Sederajat
SMP
7 24,2 4 13,8 11 19
Sederajat
SD Sederajat 5 17,2 6 20,7 11 19
Tidak
0 0 0 0 0 0
Bersekolah
Total 29 100 29 100 58 100
6 Pekerjaan PNS 6 20,7 9 31,1 15 25,8
Orang Tua Nelayan 1 3,4 2 6,9 3 5,2
Petani 13 44,8 15 51,7 28 48,3
Pedagang 2 6,9 0 0 2 3,5
Wiraswasta 7 24,2 3 10,3 10 17,2
Total 29 100 29 100 58 100
7 Penghasi- > 1 juta 14 48,3 15 51,7 29 50
lan Orang ≤ 1 juta
15 51,7 14 48,3 29 50
Tua
Total 29 100 29 100 58 100
8 Riwayat Tidak Ada 5 17,2 11 37,9 16 27,6
penyakit Hipertensi 13 44,8 4 13,8 17 29,3
Keluarga Penyakit
11 38 14 48,3 25 43,1
Lain
Total 29 100 29 100 58 100
bahwa dalam penelitian ini sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
baik dari kelompok kontrol maupun intervensi, yaitu sebanyak 65,5% (38 remaja).
Rentang usia remaja baik dari kelompok kontrol maupun kelompok intervensi
paling banyak adalah usia 16 tahun yaitu sebanyak 74,1 % (43 remaja). Rerata
95
jumlah saudara yang dimiliki oleh responden adalah 1-3 yaitu sebanyak 81 % (47
remaja). Keadaan indeks masa tubuh (IMT) remaja yang didasarkan pada berat
badan dan tinggi badan remaja adalah rerata berada dalam rentang normal, hanya
27,6 % (16 remaja) yang IMT nya kurus, dan untuk IMT gemuk tidak ada sama
sekali. Riwayat pendidikan orangtua sebagian besar adalah pada jenjang SMA
kebanyakan adalah sebagai petani yaitu 48,3 % (28 remaja) dan rerata penghasilan
yang didapakan seimbang antara kurang dari 1 juta rupiah dan lebih dari 1 juta
oleh keluarga ada lumayan banyak, yaitu sebanyak 72,4 % (42 remaja) dengan
orangtua, pekerjaan orang tua dan riwayat penyakit keluarga pada kedua
Bagian ini akan menampilkan data khusus responden yaitu variabel yang
action, perceived barrier to action, perceived self efficacy, activity related effect),
1. Distribusi frekuensi data pre-test dan post-test perceived benefit of action pada
kelompok kontrol dan intervensi
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi data pre-test dan post-test perceived benefit of
action pada kelompok kontrol dan intervensi di SMA 2 dan 3 Kota Waingapu
pada tanggal 13 Mei – 29 Juni 2019.
Kontrol Intervensi
perceived benefit
Pretest Posttest Pretest Posttest
of action
N % N % N % N %
Persepsi Positif 15 51,7 14 48,3 17 58,6 18 62,1
Persepsi Negatif 14 48,3 15 51,7 12 41,4 11 37,9
Total 29 100 29 100 29 100 29 100
Uji Mann Whitney Nilai p = 0.071 Nilai p = 0.003
0.071 atau p > 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang
2. Distribusi frekuensi data pre-test dan post-test perceived barrier to action pada
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi data pre-test dan post-test perceived barrier to
action pada kelompok kontrol dan intervensi di SMA 2 dan 3 Kota Waingapu
pada tanggal 13 Mei – 29 Juni 2019.
Kontrol Intervensi
perceived barrier to
Pretest Posttest Pretest Posttest
action
N % N % N % N %
Tidak Ada Hambatan 23 79,3 16 55,2 18 62,1 19 65,5
Ada Hambatan 6 20,3 13 44,8 11 37,9 10 34,5
Total 29 100 29 100 29 100 29 100
Uji Mann Whitney Nilai p = 0.281 Nilai p = 0.007
meningkat dari 62,1 % menjadi 65,5 %, sehingga tidak ada hambatan untuk
tindakan pencegahan hipertensi pada remaja, yaitu dari 20,3% menjadi 44,8 %.
0.281 atau p > 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perceifed
action pada kelompok intervensi dan kontrol di pengukuran akhir. Hal ini dapat
3. Distribusi frekuensi data pre-test dan post-test perceived self efficacy pada
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi data pre-test dan post-test perceived self efficacy
pada kelompok kontrol dan intervensi di SMA 2 dan 3 Kota Waingapu pada
tanggal 13 Mei – 29 Juni 2019.
Kontrol Intervensi
perceived self efficacy Pretest Posttest Pretest Posttest
N % N % N % N %
Persepsi Kuat 13 44,8 15 51,7 10 34,5 16 55,5
Persepsi Lemah 16 55,2 14 48,3 19 65,5 13 44,8
Total 29 100 29 100 29 100 29 100
Uji Mann Whitney Nilai p = 0.412 Nilai p = 0.008
0.412 atau p > 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efikasi diri
Sedangkan pada pengukuran post test menunjukkan hasil nilai p = 0.008, yang
dan kontrol di pengukuran akhir. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pada
yaitu sebanyak 51,7% pada kelompok kontrol dan 55,5% pada kelompok
intervensi.
99
bahwa komitmen kurang pada remaja lebih tinggi yaitu sebanyak 62,1 %.
0.199 atau p > 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan komitmen
Sedangkan pada pengukuran post test menunjukkan hasil nilai p = 0.027, yang
dan kontrol di pengukuran akhir. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pada
hipertensi pada remaja dibagi menjadi tiga komponen yaitu pengetahuan, sikap
dan tindakan. Perilaku dikatakan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik
jika tiga komponen tersebut juga mengalami perubahan ke arah positif. Hasil
sebanyak 100 %. Pada komponen kedua yaitu sikap menunjukkan bahwa pada
yaitu dari 62, 1 % menjadi 93,1 %. Sedangkan pada komponen tindakan juga
dilakukan sudah cukup dan baik, yaitu sebanyak 10,3% dan 89,7 %. Sedangkan
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi data pre-test dan post-test perilaku pada
kelompok kontrol dan intervensi di SMA 2 dan 3 Kota Waingapu pada tanggal
13 Mei – 29 Juni 2019.
Kontrol Intervensi
Perilaku Pretest Posttest Pretest Posttest
N % N % N % N %
Baik 0 0 17 58,6 6 20,7 21 72,4
Cukup 23 79,3 12 41,4 22 75,9 8 27,6
Kurang 6 20,7 0 0 1 3,4 0 0
Total 29 100 29 100 29 100 29 100
Uji Mann Whitney Nilai p = 0.083 Nilai p = 0.012
hipertensi pada remaja dibagi menjadi tiga komponen yaitu pengetahuan, sikap
dan tindakan. Perilaku dikatakan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik
jika tiga komponen tersebut juga mengalami perubahan ke arah positif. Hasil
yaitu sebanyak 100 %. Pada komponen kedua yaitu sikap menunjukkan bahwa
tindakan yang dilakukan sudah cukup dan baik, yaitu sebanyak 89,7 % dan
cukup singnifikan.
102
0.083 atau p > 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku
awal (Pre-test). Sedangkan pada pengukuran post test menunjukkan hasil nilai
hipertensi pada kelompok intervensi dan kontrol di pengukuran akhir. Hal ini
72,4%.
Pada sub bab ini akan dibahas tentang variabel penelitian yaitu
action, perceived self efficacy, activity related effect), komitmen dan perilaku
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji analisa data dengan
adalah 0,000, maka nilai p ≤ 0,05 itu artinya terdapat pengaruh intervensi health
manfaat dari pencegahan hipertensi pada remaja. Pada kelompok kontrol juga
dilakukan uji analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon (α 0,05), diperoleh
nilai p adalah 0,001, maka nilai p ≤ 0,05 yang artinya ada perubahan persepsi
yang signifikan perceifed benefit of action pada kelompok kontrol sebelum dan
sesudah pengamatan.
Tabel 5.9 Hasil uji statistik variabel perceived barrier of action pada kelompok
kontrol dan intervensi di SMA 2 dan 3 Kota Waingapu pada tanggal 13 Mei – 29
Juni 2019.
Pretest Posttest
Variabel Kelompok Min- Maks Min-Maks Nilai P
Median ±SD Median ±SD
Perceifed Intervensi 19 ± 2,052 13-22 19 ± 2,166 16-24 0,004
barrier of
Kontrol 19 ± 4,515 13-41 19 ± 6,106 10-48 0,194
action
Pada tabel 5.9 ditemukan hasil penelitian bahwa setelah dilakukan uji
analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon (α 0,05) pada kelompok intervensi
diperoleh nilai p adalah 0,004, maka nilai p ≤ 0,05 yang artinya terdapat pengaruh
kelompok kontrol setelah dilakukan uji analisa data dengan menggunakan uji
wilcoxon (α 0,05) diperoleh nilai p adalah 0,194, maka nilai p > 0,05 itu artinya
104
tidak terdapat perubahan yang signifikan perceived barrier of action sebelum dan
Tabel 5.10 Hasil uji statistik variabel perceived self efficacy pada kelompok
kontrol dan intervensi di SMA 2 dan 3 Kota Waingapu pada tanggal 13 Mei – 29
Juni 2019.
Pretest Posttesta
Variabel Kelompok Min- Maks Min-Maks Nilai P
Median ±SD Median ±SD
Perceifed Intervensi 19 ± 2,704 13-24 20 ± 1,832 18-24 0,003
self
Kontrol 18 ± 2,972 12-23 20 ± 4,708 1-24 0,234
efficacy
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji analisa data dengan
adalah 0,003, maka nilai p ≤ 0,05 itu artinya terdapat pengaruh intervensi health
coaching berbasis health promotion model terhadap efikasi diri remaja pada
analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon (α 0,05) diperoleh nilai p adalah
0,234, maka nilai p > 0,05 itu artinya tidak terdapat perubahan yang singnifikan
ke arah persepsi yang kuat dari perceived self efficacy sebelum dan setelah
pengamatan dilakukan.
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji analisa data dengan
adalah 0,000, maka nilai p ≤ 0,05 itu artinya terdapat pengaruh intervensi health
hipertensi pada remaja. Pada kelompok kontrol juga dilakukan uji analisa data
dengan menggunakan uji wilcoxon (α 0,05), diperoleh nilai p adalah 0,001, maka
nilai p ≤ 0,05 yang artinya adalah pada kelompok kontrol juga terdapat perubahan
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji analisa data pada
adalah 0,003 dan 0,004, maka nilai p ≤ 0,05 itu artinya terdapat pengaruh
hipertensi pada remaja. Adanya pengaruh tersebut sesuai dengan konsep Health
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji analisa data pada
wilcoxon (α 0,05) pada kelompok intervensi diperoleh nilai p adalah 0,003 dan
0,000, maka nilai p ≤ 0,05 itu artinya terdapat pengaruh perceived self efficacy
tersebut sesuai dengan konsep Health promotion model yang menunjukkan bahwa
seseorang.
Tabel 5.14 Hasil uji statistik variabel perilaku pada kelompok kontrol dan
intervensi di SMA 2 dan 3 Kota Waingapu pada bulan 13 Mei – 29 Juni 2019.
Pretest Posttest
Variabel Kelompok Min- Maks Min-Maks Nilai P
Median ±SD Median ±SD
Intervensi 71 ± 4,653 57-76 69 ± 3,768 61-75 0.038
Perilaku
Kontrol 67 ± 2,534 63-72 71 ± 4,501 61-77 0.022
dilakukan uji analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon (α 0,05) diperoleh
nilai p adalah 0,038, maka nilai p ≤ 0,05 itu artinya terdapat pengaruh intervensi
hipertensi pada remaja. Sedangkan pada kelompok kontrol juga dilakukan uji
analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon (α 0,05), diperoleh nilai p adalah
0,022, maka nilai p ≤ 0,05 yang artinya adalah pada kelompok kontrol juga
sesudah pengamatan.
108
BAB 6
PEMBAHASAN
Perceived benefit dapat diartikan sebagai persepsi keuntungan atau manfaat yang
yang telah dilakukan, salah satunya adalah perilaku kesehatan. Seseorang akan
cenderung melakukan tindakan sekali lagi dan terus menjadi kebiasaan jika
manfaat sudah dirasakan dan hasilnya memang positif. Penelitian yang sudah
108
109
hipetensi. Sikap ini bisa muncul dikarenakan remaja telah merasakan manfaat dari
tindakan yang dilakukan. Beberapa manfaat yang didapatkan oleh remaja selama
mengatur gaya hidup untuk tetap mempertahankan tubuh dalam keadaan sehat.
tingkat sosioekonomi dan lingkungan dari remaja. Persepsi remaja yang negatif
hipertensi dalam kehidupan (Pender, 2011). Hal ini sejalan dengan penyataan dari
Sukut tahun 2014 yang menyatakan bahwa rendahnya persepsi terhadap manfaat
akan berdiri sendiri tanpa didukung oleh tingkat pendidikan. Sehingga pendidikan
juga mempengaruhi cara dalam menerima atau mengadopsi perilaku baru (Sukut,
2014).
110
yang diamati telah mengalami perubahan, dari penilaian pre test dan post test, hal
ini menunjukkan adanya sebuah perbedaan yang terjadi. Pada kelompok kontrol
yang didasarkan pada manfaat yang dirasakan. Pada saat proses observasi
hipertensi, termasuk pola makan, pola akivitas, pola istirahat, manajemen stres
perilaku pencegahan hipertensi juga akan dipengaruhi. Jika remaja sudah mulai
perilaku remaja. Kondisi yang demikian ini akan memunculkan bentuk perilaku
Ada beberapa remaja yang masih memiliki hambatan dalam pencegahan penyakit
hipertensi, tetapi banyak juga remaja yang sudah tidak memiliki hambatan,
111
terutama pada kelompok intervensi yang mendapatkan latihan dan edukasi dari
coach. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan hambatan yang bisa
dialami oleh remaja adalah terlalu banyaknya aktivitas remaja, sehingga waktu
yang dimiliki juga semakin sedikit, rasa gengsi remaja yang terlalu tinggi,
sehingga mudah merasa malu jika diejek oleh temannya, kurang aktivitas
olahraga, dan sifat remaja yang cukup cuek atau kesadaran dirinya rendah. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Khodaveisi et al., 2016) yang
persepsi hambatan terhadap perilaku sehat tinggi maka perilaku sehat tidak akan
dilakukan, karena akan menimbulkan suatu hambatan. Salah satu cara yang bisa
al., 2015). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian, pada kelompok
sudah mulai ada perubahan, meskipun masih pada perubahan pengetahuan dan
pada perilaku pencegahan hipertensi adalah pada faktor pemenuhan gizi, aktivitas,
tingat stres dan kurangnya istirahat. Pada faktor makanan, masih banyak remaja
yang mengkonsumsi makanan kurang sehat, seperti kurang sayur dan berlemak
tinggi. Faktor makanan yang kurang sehat tersebut juga dibarengi dengan
dilakukan oleh remaja. Sehingga akan menimbulkan kelelahan dan stres baik fisik
maupun psikologis. Hal itulah yang akan memicu munculnya kekakuan pada
Beberapa remaja juga ada yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, meskipun
tidak setiap hari dilakukan, hal tersebut juga bisa menjadi kebiasaan dan memicu
tindakan rendah sedangkan hambatan tinggi maka perilaku tidak mungkin terjadi.
menjadi tinggi. Hambatan yang bisa terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor
113
umumnya hipertensi banyak terjadi pada usia dewasa ataupun lansia. Tetapi saat
ini usia mudah bahkan remaja juga sudah cukup banyak yang mengalami
hipertensi, faktor penyebab utamanya adalah gaya hidup dan lingkungan dalam
melakukan pergaulan.
mawas diri yang tinggi untuk menjaga kesehatan diri, meskipun berada dalam
health coaching terhadap perceived self efficacy atau efikasi diri pada remaja
penelitian yang dilakukan oleh Jefferson tahun 2011 yang menyatakan bahwa saat
memang sangat membantu dan efektif terutama dalam pendidikan untuk merubah
perilaku kesehatan remaja, salah satunya adalah dengan memperbaiki efikasi diri
remaja melalui penguatan perilaku yang baru, yang bisa terbentuk selama fase
melalui health coaching merupakan salah satu cara efektif yang baik digunakan
hidup yang lebih sehat. Intervensi health coaching juga sudah pernah
mawas diri pada diri remaja dalam mencegah timbulnya penyakit diabetes melitus
tipe 2, sehingga remaja lebih sehat dan dapat terus membiasakan pola hidup sehat
coaching juga dibuktikan telah mampu meningkatkan efikasi diri pada wanita usia
inspeksi dengan asam asetat. Sehingga metode health coaching memang memiliki
keefektifan yang cukup baik untuk digunakan sebagai metode promosi kesehatan,
health coaching pada beberapa pasien dengan rentang usia dewasa. Faktor-faktor
yang lain juga dapat dikontrol antara lain tekanan darah, indeks masa tubuh,
jumlah lemak, konsumsi obat, dan pencegahan depresi (Bennet et al., 2009). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan, health coaching juga memberikan
efek yang baik terhadap efikasi diri remaja dalam melakukan perubahan perilaku
pencegahan hipertensi.
faktor personal seperti usia bisa menjadi perancu dalam pemberian intervensi,
115
karena memang kurang cocok jika diterapkan pada kelompok toodler dan lansia
juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari orang tua. Dikarenakan pada
keluarga yang memiliki orangtua dari segi pendidikan dasar kemungkinan kurang
baik dan tidak dapat menerapkannya secara mandiri rumah. Pendidikan juga dapat
tinggi akan lebih rasional dan terbuka dalam menerima segala informasi, sehingga
wawasan yang didapatkan lebih luas. Wawasan yang luas tersebut juga bisa
Efikasi diri pada remaja bisa didapatkan dan dirubah melalui pengalam yang
dari semua sumber dan dukungan dari masing-masing peer group. Efikasi diri
(Pender, 2011). Efikasi diri diibaratkan seperti jati diri setiap orang, jika efikasi
diri tidak dimiliki oleh seseorang, maka selama melakukan tindakan dan
Seseorang yang memiliki efikasi diri baik akan memiliki keyakinan yang
lebih pada dirinya bahwa dia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan
termasuk perubahan pada kebiasaan yang lebih sehat. Selama penelitian, peneliti
116
melakukan coach atau melatih remaja untuk meningkatkan perilaku remaja dalam
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nisa’, 2018) yang
mengatakan bahwa pelatihan yang bersifat kontinyu dan terstruktur bisa membuat
efikasi diri pada wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan kanker serviks
dan IVA. Sehingga hasil tersebut juga memiliki manfaat yang efektif jika
Efikasi diri bisa terlihat dari berbagai segi baik perilaku, proses kognisi,
tersimpan akan diolah kembali menjadi pengetahuan yang baru (Effendy, Lestari
& Bakar, 2017). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri
pada remaja baik kelompok kontrol maupun intervensi memiliki perbedaan yang
memang efikasi diri itu bisa dibentuk dengan baik melalui pengalaman diri sendiri
dan lingkungan, akan tetapi jika saat menumbuhkan efikasi diri dibarengi dengan
health coaching maka manfaatnya akan lebih terasa. Saat efikasi diri remaja sudah
semakin meningkat.
berbasis health promotion model memiliki pengaruh pada komitmen remaja untuk
lebih tinggi, yang dibuktikan dengan hasil posttest yang mengalami kenaikan
dalam pencegahan penyakit hipertensi tidak bisa terlihat secara langsung, karena
terbentuk pada diri individu. Sedangkan untuk komitmen normatif pada remaja
suatu keinginan atau rencana yang akan dilakukan (Pender et al., 2011).
domain kognitif dengan beberapa tingkatan yaitu tahu (know), mengingat kembali
118
akan meningkat, tidak hanya tahu tetapi juga memiliki pemahaman yang baik,
kemampuan untuk menunjukkan sikap atau perubahan ke arah yang lebih positif,
sebagai contohnya adalah keinginan untuk hidup lebih sehat, keinginan untuk
ataupun alkohol. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purwono
(2015) yang menyatakan bahwa komitmen akan muncul dan dipengaruhi oleh
juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2018) yang menyatakan bahwa
health coaching dapat memberikan pengaruh pada efikasi diri, komitmen dan
tindakan pada wanita usia subur dalam mengubah perilaku pencegahan kanker
pencegahan hipertensi pada remaja. Perilaku harus dilihat dari tiga aspek yaitu
pengetahuan, sikap dan tindakan, tidak hanya bisa dilihat dari satu aspek dan
coaching pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Persell
tahun 2018 yang menunjukkan hasil bahwa perilaku manajemen diri pada
penelitian yang dilakukan, health coaching dengan media audiovisual dan leaflet
remaja.
untuk menjadi tahu melalui indera yang dimiliki. Pengetahuan akan muncul
pada kelompok intervensi setelah post test dilakukan, artinya pemahaman remaja
Pengetahuan yang didapatkan oleh remaja melalui metode health coaching adalah
pengetahuan tentang perilaku pencegahan hipertensi, yang terdiri dari konsep dari
hipertensi, kebutuhan istirahat dan tidur yang cukup, pola makan sehari-hari,
yang sangat signifikan. Hal ini harus terus dikembangkan agar bisa diaplikasikan
hasil yang lebih baik dikarenakan bentuk pembinaan sistem coach bisa mendidik
spesifik dan sikap terdiri dari manfaat tindakan yang secara langsung memotivasi
perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menentukan rencana
kegiatan selanjutnya untuk mencapai manfaat (Effendy, Lestari & Bakar, 2017).
121
Sikap pada remaja dalam melakukan pencegahan penyakit hipertensi akan muncul
kebiasaan sehari-hari.
Sikap yang sudah terbentuk akan memunculkan suatu tindakan yang bersifat
membangun dan positif. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian dari
(Yunitasari, 2016) yang menyatakan bahwa tindakan bisa terbentuk karena adanya
sebuah interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial tidak cukup
hanya kontak sosial dan hubungan antar individu saja, melainkan menghasilkan
dilakukan oleh (Beate West 2014) yang berjudul health coaching sebagai
penelitian, baik dari kelompok kontrol maupun kelompok intervensi masih belum
tindakan tidak bisa diukur secara cepat dan langsung, tetapi membutuhkan waktu
yang cukup lama dan bertahap. Pada kelompok intervensi menunjukkan tindakan
baik juga dalam membentuk tindakan remaja. Apabila metode diterapkan lebih
122
lama lagi dan bertahap, maka tindakan yang dihasilkan juga akan mengalami
peningkatan.
mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku lama yang sudah
adalah mulai muncul keinginan dan mawas diri untuk gaya hidup yang lebih
sehat.
perilaku itu positif atau negatif, apakah itu menyenangkan atau tidak
pengulangan perilaku menjadi menurun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan yaitu remaja merupakan pribadi yang masih memiliki emosi yang labil,
diberikan pendidikan kesehatan yang positif agar bisa menjadi agen pengubah saat
sudah menjadi dewasa nantinya. Selama penelitian, remaja yang diberikan health
coaching menunjukkan emosi yang positif dalam sikap yang berhubungan dengan
123
perilaku, sikap mereka yang awalnya sangat acuh dan tidak tahu mengalami
perubahan perilaku.
pendidikan kesehatan melalui 4 fase, yang dimulai dari fase pre visit sampai fase
sesudah observasi dilakukan. Hal ini bisa terjadi karena remaja sudah mulai
remaja sudah menunjukkan peningkatan ke arah yang sangat baik. Pada sikap dan
sangat signifikan. Perubahan lebih terlihat pada kelompok kontrol, remaja sudah
mulai menunjukkan sikap dan tindakan dalam mencegah hipertensi. Remaja mulai
dan mulai menyukai menu-menu yang banyak sayur, tidur tepat waktu dan
diubah. Faktor tersebut adalah merokok, konsumsi alkohol, perasaan sedih atau
tertekan, kurangnya aktivitas, tingkat konsumsi garam, pola makan dan obesitas
BAB 7
7.1 Kesimpulan
berikut:
7.2 Saran
sebagai berikut:
125
126
pencegahan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Pender, N.J., Murdaugh & Parsons, (2011), Health Promotion in Nursing Practice
6th ed., Boston, MA Pearson.
Persell, S. D. et al. (2018) ‘Design of a randomized controlled trial comparing a
mobile phone-based hypertension health coaching application to home
blood pressure monitoring alone : The Smart Hypertension Control Study’,
Contemporary Clinical Trials. Elsevier, 73(August), pp. 92–97. doi:
10.1016/j.cct.2018.08.013.
Purwanto, H. (2009) Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. EGC,
Jakarta.
Purwono, J. (2015). Hubungan Sikap dan Persepsi Manfaat dengan. Jurnal
Kesehatan Metro Sai Wawai , 37-42.
Rashidi, H. et al. (2019) ‘Diabetes & Metabolic Syndrome : Clinical Research &
Reviews Incidence of obesity , overweight and hypertension in children and
adolescents in Ahvaz southwest of IRAN : Five-years study’, 13, pp. 201–
205. doi: 10.1016/j.dsx.2018.05.021.
RI, K. (2018) Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Saraiva, B. T. C. et al. (2017) ‘Association between hypertension in adolescents
and the health risk factors of their parents: An epidemiological family
study’, Journal of the American Society of Hypertension. American Society
of Hypertension, (2018). doi: 10.1016/j.jash.2017.12.011.
Sitanggang, Y., Amin, M., Sukartini, T. (2017) ‘Health Coaching Berbasis Health
Promotion Model Terhadap Peningkatan Efikasi Diri dan Perilaku
Pencegahan Penularan Pada Pasien TB Paru’, Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes, 8(4), pp. 172–179.
Spearman, R.- (2017) ‘Faktor Risiko Hipertensi Pada Remaja Enny Probosari
Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro ABSTRAK’,
5(1), pp. 18–27.
Sukut, S.S., Arif, Y.S. & Qur’aniati, N., 2015, Faktor kejadian diare pada balita
dengan pendekatan Teori Nola J. Pender di IGD RSUD Ruteng, Jurnal
Pediomaternal, 3., pp.230–249.
Thabit, M. F. and Al-janabi, S. K. (2018) ‘Life style modification in the
management of hypertension in a sample of hypertensive patients attending
Primary Health Care centers at Baghdad city’, 14(1), pp. 13–17.
UCSF Center for Excellence in Primary Care (2014) ‘The 10 Building Blocks of
Primary Care: Health Coaching in Primary Care – Intervention Protocol’.
Ulya, Z., Iskandar, A., & Asih, F. T. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Media Poster Terhadap Pengetahuan Manajemen Hipertensi pada
130
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN BAGI RESPONDEN PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh health coaching terhadap
perubahan perilaku pencegahan hipertensi pada remaja dengan pendekatan
Health Promotion Model
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai teknik
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan yang dapat digunakan dalam praktik
keperawatan pada hipertensi remaja dalam meningkatkan efikasi diri dan perilaku
pencegahan hipertensi.
Bahaya Potensial
Penelitian ini tidak menimbulkan dampak yang berbahaya kepada responden,
dikarenakan responden diminta untuk mengisi kuisioner dan intervensi yang
dilakukan cukup memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja tentang
pencegahan hipertensi dengan health coaching dan media promkesnya adalah
video dan leaflet
132
Hak Responden
1. Apabila ditengah proses penelitian responden merasa tidak sesuai atau muncul
hal-hal yang tidak diinginkan, maka responden diperkenankan untuk mundur
dari penelitian ini.
2. Identitas responden akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti dan hanya data
yang disampaikan oleh responden yang akan di gunakan demi kepentingan
penelitian.
3. Kerahasian informasi yang diberikan responden dijamin sepenuhnya oleh
peneliti.
4. Peneliti tidak akan memungut biaya apapun dari responden.
Demikian surat permohonan ini saya buat, atas perhatian dan partisipasi dari
Saudara /Saudari saya ucapkan terimakasih.
Surabaya,……………………..
Yang Mendapat Penjelasan, Yang Memberi Penjelasan,
(…………………………..)
133
Lampiran 2
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ester Radandima
NIM : 131714153055
Adalah mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang akan melakukan penelitian tentang
“pengaruh health coaching terhadap perubahan perilaku pencegahan hipertensi
pada remaja dengan pendekatan Health Promotion Model ”. Penelitian ini
bermanfaat untuk mengetahui perilaku pencegahan hipertensi pada remaja
Saya mohon partisipasi Saudara /Saudari untuk mengijinkan anaknya
menjadi responden dalam penelitian ini. Semua data yang telah dikumpulkan akan
dirahasiakan. Data hanya akan disajikan untuk keperluan penelitian ini. Apabila
dalam penelitian ini anak Saudara/Saudari merasa tidak nyaman dengan kegiatan
yang akan dilakukan, maka Saudara/Saudari dapat mengundurkan diri.
Apabila Saudara/Saudari bersedia menjadi responden, silahkan
menandatangani pada lembar persetujuan yang telah disajikan. Permohonan ini
tidak memaksa apabila saudara/saudari tidak mengizinkan anaknya menjadi
responden penelitian. Atas perhatian dan partisipasinya Saya ucapkan terima
kasih.
Hormat Saya,
Ester Radandima
134
Waingapu,………………2019
Peneliti Responden
(Ester Radandima ) ( )
Saksi,
( )
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
HEALTH COACHING BERBASIS HEALTH PROMOTION MODEL
A. Pengertian
Health coaching adalah praktik pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan
dengan maksud untuk meningkatkan kesehatan individu dan untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan kesehatan yang secara efektif memotivasi
perubahan perilaku secara terstruktur, melalui hubungan suportif antara
partisipan dan coach (Huffman, 2016). Health coaching adalah proses yang
berpusat pada pasien berdasarkan teori perubahan perilaku, yang memerlukan
pasien untuk menetapkan tujuan yang ditentukan sendiri.
B. Tujuan
Mendukung manajemen diri, pembinaan kesehatan memberikan kontribusi
untuk merawat, perencanaan pasien dan aktivasi dokter serta sebagai
pengembangan kepemimpinan (National Health Service, 2014).
C. Persiapan
Remaja yang berjumlah 58 remaja, yaitu 29 remaja dari SMAN 3 Kota
Waingapu yang merupakan kelompok perlakuan dan 29 remaja dari SMAN 2
Kota Waingapu yang merupakan kelompok kontrol. Siswa masing-masing
akan dibagi menjadi 3 kelompok, sehingga ada yang berjumlah 10 dan 9
siswa. Setiap kelompok siswa, baik perlakuan maupun kontrol akan memiliki
1 coach setiap kelompoknya dengan kriteria sama dengan peneliti, yang
bertugas memberikan pendidikan, sesuai dengan konsep health coching.
D. Pelaksanaan
1. Melakukan pre-test dengan menggunakan kuisioner prior related
behaviour, komitmen dan perilaku tentang pencegahan hipertensi yang di
dampingi oleh peneliti dan guru. Pada kelompok perlakuan dilakukan 1
minggu sebelum perlakuan.
136
Tahap 1: Previsit
a. Pada tahap awal ini coach atau pelatih kesehatan akan melakukan
beberapa pemeriksaan yang berhubungan dengan kondisi penyakit
pasien, yaitu pengukuran tekanan darah dan anamnesa faktor resiko.
b. Coach mempersiapkan lembar penjelasan, prepost test dan informed
consent untuk ditandatangani oleh orangtua siswa yang terpilih sebagai
sampel penelitian.
c. Coach akan membuat catatan yang berisi daftar masalah yang ingin
diselesaikan, sehingga daftar ini bisa juga digunakan sebagai panduan
kunjungan.
d. Coach mempersiapkan pendidikan kesehatan untuk perubahan perilaku
yang berhubungan dengan penyakit hipertensi pada remaja (dengan
menggunakan lefleat dan vidio)
siswa untuk melakukan diskusi dan bertanya sesuai apa yang belum
diketahui.
d. Membuat kontrak kembali dengan remaja untuk menentukan tujuan
kunjungan lanjutan, membantu bila diperlukan perawatan pencegahan
untuk remaja, dan mencatat hasil ringkasan kunjungan, serta meninjau
kembali beberapa poin yang dapat didiskusikan ulang dan menentukan
poin mana yang dapat dilakukan perubahan perilaku
Sumber:
Huffman, M. H. (2016) ‘Advancing the Practice of Health Coaching’, Workplace
Health and Safety, 64(9), pp. 400–403. doi: 10.1177/2165079916645351.
UCSF Center for Excellence in Primary Care (2014) ‘The 10 Building Blocks of
Primary Care: Health Coaching in Primary Care – Intervention Protocol’.
138
Lampiran 5
KUISIONER
PENGARUH HEALTH COACHING TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU
PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA REMAJA DENGAN PENDEKATAN
HEALTH PROMOTION MODEL DI SMA KOTA WAINGAPU
KABUPATEN SUMBA TIMUR
No. Responden :
Lampiran 6
KUESIONER
PRIOR RELATED BEHAVIOUR PENCEGAHAN HIPERTENSI REMAJA
No. Responden :
Petunjuk :
1. Baca dan pahami setiap pernyataan dengan seksama.
2. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
3. Pilihan jawaban untuk pernyataan tentang manfaat, hambatan yang dirasakan,
sikap dan komitmen adalah:
SS = Sangat Setuju (4) S = Setuju (3)
TS = Tidak Setuju (2) STS = Sangat tidak Setuju (1)
Sumber:
Pender, N.J., 2011, Heath Promotion Model Manual. University of Michigan.
Available at: http://hdl.handle.net/2027.42/85350 [Accessed April 20,
2017].
Pender, N.J., Murdaugh & Parsons, 2011,Health Promotion in Nursing Practice
6th ed., Boston, MA Pearson.
142
Lampiran 7
KUESIONER PERILAKU PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA REMAJA
No. Responden :
Petunjuk pengisian :
1) Silahkan dibaca masing-masing pertanyaan dibawah ini dengan cermat.
2) Berilah tanda check (√) pada salah satu pilihan jawaban
3) Ketentuan : Benar (2) Salah (1)
A. Pengetahuan
Pilihan jawaban
No Pernyataan
Benar Salah
1 Hipertensi adalah Suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang melebihi batas normal, dengan batasnya
adalah 130/100 mmHg
2 Tidur yang cukup dapat menurunkan tekanan darah
3 Remaja memiliki kecenderungan menderita hipertensi
karena pola makan yang tidak terkontrol
4 Faktor risiko hipertensi/ tekanan darah tinggi yang
tidak bisa dirubah salah satunya adalah keturunan
5 Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah
6 Makanan dengan kadar gula rendah dapat menyebabkan
hipertensi
7 Berat badan berlebih (obesitas) dapat memicu terjadinya
hipertensi
8 Alkohol bukan Jenis minuman yang mempengaruhi
tekanan darah
9 Mengontrol stres adalah upaya mempertahankan
tekanan darah agar tidak meningkat
10 Olahraga dapat menyebabkan hipertensi
11 Kebiasaan bergadang dapat memicu peningkatan
tekanan darah
13 Nyeri kepala dan mual merupakan salah satu tanda
gejala hipertensi
143
B. Sikap
Petunjuk pengisian :
1) Silahkan dibaca masing-masing pertanyaan dibawah ini dengan cermat.
2) Berilah tanda check (√) pada salah satu pilihan jawaban
3) Ketentuan :
SS : Sangat Setuju(4) S : Setuju (3)TS : Tidak Setuju (2)STS : Sangat Tidak
Setuju (1)
C. Tindakan
Petunjuk pengisian :
1) Silahkan dibaca masing-masing pertanyaan dibawah ini dengan cermat.
2) Berilah tanda check (√) pada salah satu pilihan jawaban.
Tidak Pernah (1) ; Jarang (2) ; Kadang –Kadang (3) ; Sering (4) ;
Selalu (5)
Sumber:
Pender, N.J., 2011, Heath Promotion Model Manual. University of Michigan.
Available at: http://hdl.handle.net/2027.42/85350 [Accessed April 20,
2017].
Pender, N.J., Murdaugh & Parsons, 2011,Health Promotion in Nursing Practice
6th ed., Boston, MA Pearson.
145
Lampiran 8
Surat Ijin Penelitiaan dari Fakultas
146
Lampiran 9
Surat Rekomendasi Penelitian DPMPTSP
147
Lampiran 10
Surat Keterangan Penelitian SMAN 3 Kota Waingapu
148
Lampiran 11
Surat Keterangan Penelitian SMAN 2 Kota Waingapu
149
Lampiran 12
Sertifikat Etik Penelitian
150
Lampiran 13 Leaflet
151
152
Cases
Descriptives
Median 26.00
Variance 11.024
Minimum 17
Maximum 31
Range 14
Interquartile Range 4
Median 69.00
Variance 17.594
Minimum 61
Maximum 77
Range 16
Interquartile Range 7
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lampiran 15
Output Hasil Uji Wilcoxon
Pre Benefit Kontrol - Post Benefit Negative Ranks 22a 15.68 345.00
Kontrol Positive Ranks 6b 10.17 61.00
Ties 1c
Total 29
Z -3.254b
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Pre Barrier Kontrol - Post Barrier Negative Ranks 15a 14.03 210.50
Kontrol Positive Ranks 10b 11.45 114.50
Ties 4c
Total 29
Z -1.299b
Asymp. Sig. (2-tailed) .194
Ranks
Ties 4c
Total 29
Pre Efficacy
Kontrol - Post
Efficacy Kontrol
Z -1.189b
Asymp. Sig. (2-tailed) .234
Pre Activity Kontrol - Post Activity Negative Ranks 14a 12.36 173.00
Kontrol Positive Ranks 8b 10.00 80.00
Ties 7c
Total 29
Test Statisticsa
Z -1.523b
Asymp. Sig. (2-tailed) .128
Ranks
Ties 4c
Total 29
Pre Komitmen
Kontrol - Post
Komitmen Kontrol
Z -3.301b
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Ranks
Ties 7c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Pengetahuan
Kontrol - Post
Pengetahuan
Kontrol
Z -3.099b
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Ranks
Pre Sikap Kontrol - Post Sikap Negative Ranks 16a 15.28 244.50
Kontrol Positive Ranks 12b 13.46 161.50
Ties 1c
Total 29
Test Statisticsa
Z -.949b
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Ties 1c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Tindakan
Kontrol - Post
Tindakan Kontrol
Z -1.109b
Asymp. Sig. (2-tailed) .267
Ties 2c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Benefit
Kontrol - Post
Benefit Kontrol
Z -3.854b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Ties 7c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Barrier
Kontrol - Post
Barrier Kontrol
Z -1.886b
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Ranks
Ties 4c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Efficacy
Kontrol - Post
Efficacy Kontrol
Z -1.333b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Ties 7c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Activity
Kontrol - Post
Activity Kontrol
Z -1.199b
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Ranks
Ties 4c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Komitmen
Kontrol - Post
Komitmen
Kontrol
Z -1.180b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Ties 6c
Total 29
Pre
Pengetahuan
Kontrol - Post
Pengetahuan
Kontrol
Z -1.587b
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Ranks
Ties 2c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Sikap
Kontrol - Post
Sikap Kontrol
Z -1.614b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Ties 7c
Total 29
Test Statisticsa
Pre Tindakan
Kontrol - Post
Tindakan
Kontrol
Z -.049b
Asymp. Sig. (2-tailed) .096
Total 58
Post Benefit Kontrol 29 23.05 668.50
Intervensi 29 35.95 1042.50
Total 58
Pre Barrier Kontrol 29 31.84 923.50
Intervensi 29 27.16 787.50
Total 58
Post Barrier Kontrol 29 23.59 684.00
Intervensi 29 35.41 1027.00
Total 58
Pre Efficacy Kontrol 29 27.71 803.50
Intervensi 29 31.29 907.50
Total 58
Post Efficacy Kontrol 29 23.64 685.50
Intervensi 29 35.36 1025.50
Total 58
Pre Komitmen Kontrol 29 26.72 775.00
Intervensi 29 32.28 936.00
Total 58
Post Komitmen Kontrol 29 24.69 716.00
Intervensi 29 34.31 995.00
Total 58
Pre Perilaku Kontrol 29 33.33 966.50
Intervensi 29 25.67 744.50
Total 58
Post Perilaku Kontrol 29 24.02 696.50
Total 58
Test Statisticsa
Pre Benefit Post Benefit Pre Barrier Post Barrier Pre Efficacy
Test Statisticsa
Post Efficacy Pre Komitmen Post Komitmen Pre Perilaku Post Perilaku