Public Health and Preventive Medicine Archive (PHPMA) 2013, Volume 1, Number 2: 156-160
E-ISSN: 2503-2356
I Wayan Weta*
Bagian Ilmu Kedokteran PENDAHULUAN Pasien dan keluarganya harus menjadi subyek
Komunitas dan Pencegahan, pelaku yang aktif dan partisipatif dalam program
Fakultas Kedokteran Universitas Seiring dengan perubahan lingkungan dan perawatan penyakit yang dideritanya. Karena
Udayana perilaku masyarakat, tidak ada satu negarapun perawatan penyakit kronik umumnya memerlukan
di dunia yang luput dari peningkatan kejadian perawatan dalam jangka waktu lama, terprogram,
*
Correspondence to: I Wayan Weta, penyakit kronik.. Peningkatan dramatis morbiditas pelayanan bersinambungan, dengan tingkat
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan mortalitas akibat penyakit-penyakit kronik,
dan Pencegahan, Fakultas partisipasi dan kepatuhan tinggi. Penanggulangan
baik penyakit tidak menular seperti kelompok penyakit degeneratif secara keseluruhan di
Kedokteran Universitas Udayana
penyakit degeneratif, metabolik, malnutrisi, masyarakat hendaknya memakai pendekatan yang
gangguan mental maupun beberapa penyakit bersifat komprehensif dan terpadu.
menular seperti tuberkulosis, HIV dan AIDS, Pendekatan secara komprehensif yang
menyebabkan peningkatan pembiayaan pelayanan meliputi upaya promotif, preventif dilakukan
kesehatan. Kondisi ini perlu mendapat perhatian pada komunitas, selain kuratif dan rehabilitatif
dan penyikapan serius, oleh karena dalam pada penderita. Sedangkan pendekatan terpadu
penanggulangannya, penyakit kronik perlu umumnya merupakan kerja sama dari berbagai
manajemen pelayanan khusus dengan pembiayaan komponen terkait untuk ikut berkontribusi dalam
relatif besar. Penyakit degeneratif umumnya pengembangan sistem pelayanan kesehatan.
memerlukan perawatan secara berkesinambungan
dalam jangka waktu lama (sampai seumur hidup)
dengan pembiayaan yang cukup mahal. Untuk PEMBAHASAN
mengantisipasi masalah tersebut, sistem pelayanan Managed Care Pada Penyakit Kronik
kesehatan harus dikembangkan sesuai dengan pola
kejadian penyakit.1 Rendahnya efektivitas penanganan penyakit
Saat ini sebagian besar pola pelayanan dari kronik disebabkan oleh kelemahan pada setiap
semua strata di Indonesia, baik tingkat primer, level sistem penanganan pelayanan kesehatan.
sekunder maupun tersier, masih berorientasi Menurut WHO, sistem pelayanan kesehatan
pada pendekatan pelayanan yang sebenarnya berproses pada tiga tingkatan yaitu level mikro,
hanya efektif untuk penyakit akut (doctor centre). meso dan makro. Pada level mikro terjadi
Pendekatan pelayanan doctor centre tidak efektif interaksi dokter dengan pasien dan keluarganya,
untuk penanggulangan penyakit-penyakit sedangkan level meso merupakan proses
kronik.1,2 Pendekatan pelayanan penyakit kronik pelaksanaan peran organisasi pelayanan kesehatan
harusnya dibuat berbeda dengan pelayanan dan level makro merupakan peran pemegang
pada penyakit akut. Penyakit akut umumnya kebijakan. Ketiga level tersebut berinteraksi satu
memerlukan pendekatan pelayanan crossectional. sama lainnya secara dinamis. Bila level mikro,
Pelayanan dengan pendekatan doctor centre pada meso dan makro bekerja secara intensif, dan
penyakit kronik hanya akan meningkatkan unit interaksi satu sama lain berjalan dengan baik,
cost pelayanan, sehingga hasil akhirnya tidak cost- maka pelayanan kesehatan akan menjadi efisien
effective. Untuk menghasilkan pelayanan yang dan efektif. Sebaliknya disfungsi pada masing-
cost effective, haruslah dikembangkan pelayanan masing level akan menghasilkan pemborosan dan
kesehatan terkelola dan terstruktur yang dikenal mengakibatkan ketidak-efektifan.
sebagai managed health care (managed care). Beberapa kelemahan pada level mikro sering
Managed care berorientasi pada pelayanan terjadi berupa: (1) kegagalan pemberdayaan pasien
terkendali, baik dari segi mutu pelayanan maupun disebabkan oleh tidak efektifnya konseling, edukasi
pembiayaan. dan pemberian umpan balik dan (2) kegagalan
Pola penanggulangan penyakit kronik dalam hal berinteraksi dalam proses pengambilan
seharusnya mengacu pada sisi kepentingan dan keputusan dan rencana perawatan. Masalah
kapasitas pasien serta keluarganya (patient centre). pada level meso dapat berupa: (1) kegagalan
Published by DiscoverSys | Public Health and Preventive Medicine Archive 2013; 1(2): 156-160 | doi: 10.15562/phpma.v1i2.180 157
FORUM KEBIJAKAN KESEHATAN
Millenium Development Goals (MDGs) yang agar para dokter meningkatkan kompetensi dan
menetapkan beberapa indikator yang harus dicapai profesionalismenya dalam pemberian pelayanan
khususnya untuk negara-negara berkembang pada kesehatan kepada masyarakat. Seorang dokter
akhir tahun 2015. Indikator kesehatan merupakan harus melaksanakan tugasnya secara profesional,
bagian utama dari semua indikator MDGs, terukur (accountable) dan bertanggung jawab.
dimana penyakit kronik juga masuk didalamnya. Sebab kalau tidak, ada konsekuensi sanksi baik
Pelayanan kesehatan berbasis asuransi kesehatan etika maupun hukum, yang mengintai para
sosial sebagai implementasi undang-undang SJSN dokter dalam melaksanakan profesinya, bila
2004, diterapkan secara universal mulai tahun 2014, seorang dokter melakukan pelanggaran dan atau
dalam bentuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). kesalahan.11
JKN memberikan pelayanan secara berjenjang
dengan sistem rujukan, mulai dari pelayanan primer Reformasi Pendidikan SDM Kesehatan
atau pemberi pelayanan strata 1 (PPK1), sekunder Dalam rangka penyiapan SDM kesehatan untuk
(PPK2) dan tersier (PPK3). JKN menerapkan sistem mengisi sistem tersebut, secara global di berbagai
pembiayaan prabayar, melalui sistem kapitasi pada belahan dunia juga mulai dilakukan reformasi
PPK1, dan INA CBGs (DRGs versi Indonesia) pada pendidikan dokter. Dalam Undergraduate
pelayanan PPK2 dan PPK3. Pembayaran kapitasi Medical Education for the 21st Century (UME-
pada PPK1 didasarkan atas jumlah anggota (tetap) 21) dirumuskan area konten dari kurikulum
dengan besaran tetap setiap bulan. Sedangkan pada pendidikan dokter meliputi: (1) sistem pembiayaan,
PPK2 dan PPK3, melalui INA CBGs pembayaran ekonomi, organisasi dan pelayanan kesehatan;
didasarkan atas kelompok diagnosis penyakit. (2) pendekatan evidence based, epidemiologi,
Satu kelompok diagnosis penyakit ditetapkan satu dengan penekanan pada perspektif populasi; (3)
tarif. Pembiayaan prabayar seperti ini menjamin etika; (4) pengembangan hubungan yang efektif
kepastian biaya kesehatan pada besaran tertentu. pasien-provider dan keterampilan komunikasi; (5)
Melalui pembiayaan prabayar dengan besaran kepemimpinan; (6) pengukuran dan peningkatan
tertentu tersebut, semua provider kesehatan pada kualitas, meliputi cost-effectiveness dan kepuasan
semua strata pelayanan, dipaksa melakukan efisiensi pasien; (7) pelayanan berbasis sistem; (8) medical
dalam melaksanakan pelayanan tanpa mengurangi informatics; dan (9) pemeliharaan kesehatan
kualitasnya.8 Sistem pelayanan kesehatan seperti (wellness) dan pencegahan penyakit (prevention).12
ini pada akhirnya akan melahirkan pelayanan Di Indonesia juga telah tersusun kurikulum
yang terkendali biaya dan terkendali mutu, yang nasional berbasis kompetensi (KBK) yang juga
dikenal sebagai pelayanan yang berbasis managed dikenal sebagai KIPDI-III. Kurikulum ini wajib
care. Pada PPK1, provider selayaknya mempunyai dilaksanakan oleh seluruh institusi pendidikan
kompetensi tertentu (kedokteran keluarga), dengan dokter di seluruh wilayah Indonesia.13 Dalam
pendekatan pelayanan yang komprehensif, yang kurikulum pendidikan dokter secara umum,
penekanannya lebih pada upaya yang bersifat yang dijiwai oleh butir-butir UME-21 di
promotif dan preventif.9 Demikian juga di level atas, dirumuskan kompetensi lulusan dokter
pelayanan sekunder dan tersier harus diisi oleh pelayanan primer melalui pendekatan kedokteran
provider yang kompeten di bidangnya sehingga keluarga.11,12 Dengan demikian the five stars doctor
menghasilkan output pelayanan yang cost-effective. yang direkomendasikan oleh WHO dan WONCA
Dengan penerapan managed care, biaya pelayanan, diharapkan dapat diimplementasikan dengan baik
khususnya penyakit-penyakit kronik yang notabene dalam praktek kedokteran.
memerlukan perawatan jangka panjang dan mahal Para dokter yang telah ada dan lama
bisa ditekan. Pelaksanaan JKN yang berbasis berpraktikpun juga sudah mulai diupayakan
managed care ini akan mampu menyediakan pengenalan konsep dan implementasi pelayanan
pelayanan kesehatan yang layak, bermutu dan kedokteran keluarga melalui modul-modul
terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia. pelatihan kedokteran keluarga. Dokter yang
Untuk mewujudkan hal tersebut, semua pengampu telah lama menjalankan praktik mau tidak mau
kepentingan (stakeholders) terkait harus bekerja harus mengikutinya, bila tidak ingin tergilas roda
keras, bahu membahu satu sama lain sesuai dengan reformasi sistem pelayanan kesehatan tersebut.
kompetensinya guna menyukseskan program JKN Dengan demikian diharapkan akan memberikan
yang telah lama diimpikan masyarakat. solusi untuk menjawab tantangan kondisi penyakit-
Dari segi sumber daya manusia (SDM) penyakit kronis ke depan. Dokter di masa depan
kesehatan, telah disahkan Undang-Undang tentang tidak semata-mata menjadi penyembuh, akan
Praktek Kedokteran (UUPK) (Nomor 29 Tahun tetapi juga sebagai penyehat bagi kliennya melalui
2004).10 Dilihat dari sisi provider, secara implisit suatu hubungan partisipatif yang harmonis dan
dalam UUPK tersebut sebenarnya termaktub humanis.3,9
158 Published by DiscoverSys | Public Health and Preventive Medicine Archive 2013; 1(2): 156-160 | doi: 10.15562/phpma.v1i2.180
FORUM KEBIJAKAN KESEHATAN
Published by DiscoverSys | Public Health and Preventive Medicine Archive 2013; 1(2): 156-160 | doi: 10.15562/phpma.v1i2.180 159
FORUM KEBIJAKAN KESEHATAN
160 Published by DiscoverSys | Public Health and Preventive Medicine Archive 2013; 1(2): 156-160 | doi: 10.15562/phpma.v1i2.180