Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN POST-NATAL

PADA NY. F G1P1A0 POST PARTUM HARI 1


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERFUSI PERIFER
TIDAK EFEKTIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Maternitas


Pembimbing Akademik: Ns. Dwi Susilawati, S.Kep.M.Kep.Sp.Mat

Disusun Oleh:
Romi Natalina D.J
22020120210075

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVI


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ASUHAN KEPERAWATAN POST-NATAL
PADA NY. F G1P1A0 POST PARTUM HARI 1
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERFUSI PERIFER TIDAK
EFEKTIF

Nama mahasiswa : Romi Natalina D.J


Tanggal pengkajian : 15 Oktober 2020
Ruangan/RS : Bengkirai/Rumah Sakit SI

A. DATA UMUM KESEHATAN


1. Initial klien : Ny. F Umur : 21 tahun
2. Status Obstetrikus : Nifas hari ke 1 P 1 A 0

N TIPE BB KEDAAN BAYI KOMPLIK UMUR


O PERSALIN LAHIR WAKTU LAHIR ASI NIFAS SEKARANG
AN
1 Spontan 3500 gr Sehat Perdarahan 1 hari

3. Masalah kehamilan sekarang : Ny. F berkata, “Selama kehamilan


alhamdulillah gak ada masalah
mbak, setiap cek kehamilan selalu
sehat.”, Ny. F mengatakan bahwa
selama hamil rajin mengkonsumsi
Vitamin dan tablet zat besi yang
diberikan, Ny. F berkata selama
hamil tidak pernah mengalami
anemia/kurang darah..
4. Riwayat persalinan sekarang : Ny. F berkata, “Kemarin itu mbak
saya mulai mulesnya sekitar jam
19.00 wib mbak, terus langsung
dibawa ke Rumah Sakit jam
21.00 wib, di Rumah Sakit
langsung dibawa ke ruang
kebidanan, anak saya lahir jam
04.00, saat melahirkan saya
mengeluarkan banyak darah mba,
sampai badan saya terasa lemas”.
5. Riwayat KB : Ny. F berkata, “Saya belum
menggunakan kontrasepsi mbak.”
6. Rencana KB : Ny. F berkata, “Saya belum tau
mbak mau menggunakan KB apa,
masih bingung mau pakai KB suntik,
tablet minum, spiral, atau IUD mba.
Nanti saya akan diskusikan kembali
bersama suami mbak.

B. DATA POSTNATAL
1. Tanda vital
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 36,30 C
2. Keadaan Umum : Composmentis, tampak pucat, konjungtiva tampak
anemis (+/+)
3. Payudara
Kesan umum : Simetris, tidak ada lesi atau benjolan
Putting susu : Muncul, berwarna kecoklatan
4. Abdomen
Keadaan : Tampak striae gravidarum bagian atas simpisis
pubis dan terdapat linea nigra pada perut.
Diastasis rectus abdominis: Tidak tampak
Fundus uteri
Tinggi : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Teraba keras
5. Lokea
Jumlah : Keluar darah banyak(sudah 4 kali ganti pembalut)
Warna : Merah segar dan kehitaman (rubra)
Konsistensi : Cair seperti darah menstruasi dan ada bekuan darah
Bau : Darah khas menstruasi
6. Perineum
Keadaan : terdapat luka jahitan pada perineum derajat IV
sepanjang ± 5 cm, Ny. F berkata luka jahitan pada
perineum masih terasa nyeri, terasa perih seperti
disayat, nyeri terus menerus, bertambah bila untuk
bergerak dan berkurang saat istirahat, dengan skala
nyeri 4.

Tanda REEDA
R : Tidak
E : Tidak
E : Tidak
D : Tidak
A : Tidak

Kebersihan : Ny. F berkata, “ luka jahitan pada perineum


dibersihkan setiap hari mba, setiap selesai bak atau
bab luka jahitan juga dibersihkan dibantu perawat
atau keluarga karena badannya masih lemas.”
Hemorhoid : Tidak ada
7. Eliminasi
Kesulitan BAK : Ny. F berkata, “Biasanya BAK lancar saja mbak
seperti biasa 5-6 kali/hari.”
Kesulitan BAB : Ny. F berkata, “BAB lancar juga mba biasaya 1 kali
sehari, biasanya BAB seringnya pagi.”
8. Ektremitas
Varises : Tidak terdapat varises
Tanda homan : Tidak ada nyeri tekan
9. Pola tidur
Ny. F berkata, “Badan saya masih terasa lemas mba, jadi setelah melahirkan
saya lebih banyak tidur.”
10. Asupan nutrisi
Nafsu makan : Ny. F berkata, “Makan biasanya 3 kali/hari mbak,
Pagi, siang dan malam mbak.”
Porsi makan : Ny. F berkata, “1 centong nasi lauknya sayur,
ikan, telur, ayam, tahu dan tempe.” “saat hamil
saya juga konsumsi susu mba”.
BB ibu : 58 Kg
11. Penyesuaian dengan bayi
Ny. F berkata, “Saya senang sekali mba, karena tidak lama setelah
pernikahan kami langsung diberi momongan oleh Alloh, saya dan suami
sangat bersyukur sekali.”
12. Data lain yang menunjang : hasil labolatorium Hb: 7,9 mg/dl, CRT >
2 detik
13. Rangkuman : Pengkajian diatas didapatkan hasil Ny. F post
partum hari 1, mengatakan badan terasa
lemas walaupun sudah banyak tidur, hari
pertama post partum klien lebih banyak tidur
dan perawatan diri masih dibantu oleh
perawat dan keluarga, klien mengatakan
banyak kehilangan darah saat proses
persalinan, klien mengatakan terasa nyeri
pada luka jahitan di perineum, terasa perih
seperti di sayat, nyeri bertambah saat
beraktivitas, skala nyeri 4, terdapat luka
jahitan pada perineum derajat IV panjang ±
5 cm, tidak tampak REEDA, konjungtiva
tampak anemis, Klien tampak lemah, TD:
100/60 MmHg, N 88x/menit, RR:
24x/menit.
C. ANALISA DATA
N DATA MASALAH ETIOLOGI
O
1 DS: Perfusi perifer tidak Penurunan
- Klien mengatakan badan efektif (D.0009)(1) konsentrasi
terasa lemas walaupun sudah hemoglobin
banyak tidur.
DO:
- Hb: 7,9 mg/dl
- Tampak pucat
- RR: 24x/menit
- Konjungtiva tampak anemis
(+/+)
- CRT > 2 detik

2 DS: Defisit Perawatan Kelemahan


- Klien mengatakan badan Diri Bab dan Bak
terasa lemas walaupun sudah (D.0109)
banyak tidur
- Klien mengatakan aktivitas
perawatan diri Bab dab Bak
masih banyak dibantu perawat
dan keluarganya
- Klien mengatakan luka
jahitan terasa sakit
DO:
- Ku: tampak pucat
- TD: 100/60 MmHg
- RR: 24x/menit
- Hb: 7,9 mg/dl
3 DS: Ketidaknyamanan Trauma perineum
- Klien mengatakan luka Pasca Partum selama persalinan
jahitan pada perineum terasa (D.0075)(1)
sakit, terasa perih seperti
disayat bertambah bila
beraktivitas dan berkurang
saat istirahat, skala nyeri 4
(dari 1-10).
DO:
- Tampak luka jahitan pada
perineum grade IV
sepanjang ±5 cm
D. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
Hemoglobin(D.0009)
2. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum
selama persalinan(D.0076)
3. Defisit perawatan diri bab/bak berhubungan dengan kelemahan
(D.0109)

E. RENCANA KEPERAWATAN

NO TANG DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TTD


GAL KEPRAWATAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
1 15 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Romi
Oktober efektif berhubungan asuhan keperawatan sirkulasi (I.0207)(3)
2020 dengan penurunan selama 3x24 jam, maka Observasi :
konsentrasi perfusi jaringan perifer - Periksa sirkulasi
Hemoglobin(D.0009 meningkat, dengan perifer (nadi
)(1) kriteria hasil sebagai perifer, pengisian
berikut : (SLKI. kapiler, warna,
L.02011)(2) suhu, odema)
- Denyut nadi perifer - Identifiksi faktor
meningkat menjadi resiko gangguan
normal 60- sirkulasi
100x/menit - Monitor adanya
- Warna kulit pucat demam,
menurun kemerahan, nyeri
- Pengisian kapiler dan bengkak
membaik < 2 detik pada ekstremitas
- Turgor kulit Terapeutik
membaik - Lakukan
perawatan kuku
tangan dan kuku
kaki
- Hindari
pemakaian
benda-benda
yang memiliki
suhu berlebih
Edukasi
- Anjurkan diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi (diet
rendah lemak,
sayuran hijau,
protein hewani
dan nabati yang
mengandung zat
besi)
Kolaborasi
- Pemberian
kolaborasi
produk darah

2 15 Ketidaknyamanan Klien merasa nyaman Manajemen Nyeri Romi


Oktober pasca partum setelah dilakukan ( I.08238)(3)
2020 berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
trauma perineum selama 30 menit - Identifikasi
selama dengan kriteria hasil : lokasi,karakterist
persalinan(D.0076) Client satisfaction : ik, lokasi,
(1)
Pain management frekuensi,
(3016) pain level kualitas,
(2102)(2) intensitas nyeri.
- Klien melakukan - Identifikasi skala
terapi Relaksasi nyeri
otot progresif - Identifikasi
sebagai treatment respon nyeri non
ketika nyeri verbal
- Klien terlihat - Identifikasi
nyaman faktor yang
- Skala nyeri : 2-3 memperberat dan
dari rentang 1-10 memperingan
nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan
tentang nyeri
Terapeutik
- Berikan terapi
Relaksasi Otot
progresif untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Kontrol
lingkungan
(suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan) yang
memperberat
nyeri
- Fasilitasi
istirahat tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi nyeri.
Terapi Relaksasi
otot progresif
(I.05187)
Observasi :
- Identifikasi
tempat yang
tenang dan
nyaman
- Monitor secara
berkala untuk
memastikan otot
rileks
- Monitor adanya
indicator tidsk
rileks(mis.
Adanya gerakan,
pernapasan yang
berat)
Terapeutik
- Atur lingkungan
agar tidak ada
gangguan saat
terapi
- Berikan posisi
bersandar pada
kursi atau posisi
lainnya yang
nyaman
- Hentikan sesi
relaksasi secara
bertahap
- Beriwaktu
mengungkapkan
perasaan tentang
terapi
Edukasi:
- Anjurkan
memakai pakaian
yang nyaman dan
tidak sempit
- Anjurkan
melakukan
relaksasi otot
rahang
- Anjurkan
menegangkan
otot selama 5-10
detik, kemudian
anjurkan untuk
merilekskan otot
20-30 detik,
masing-masing
8-16 kali
- Anjurkan
menegangkan
otot kaki selama
tidak lebih dari 5
detik untuk
menghindari
kram
- Anjurkan focus
pada sensasi otot
yang menegang
- Anjurkan bernfas
dalam dan
perlahan
- Anjurkan berlatih
di antara sesi
regular dengan
perawat.
3 15 Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan Romi
Oktober diri bab/bak asuhan keperawatan Perawatan diri :
2020 berhubungan dengan selama 3x24 jam, maka Bab/Bak(3)
kelemahan (D.0109) deficit perawatan diri Observasi
(1)
Bab/Bak teratasi(2) - Identifikasi
dengan kriteria hasil: kebiasaan
- Kemampuan ke Bab/Bab sesuai
Toilet usia
(Bab/Bak) Terapeutik
meningkat. - Jaga privasi
- Mempertahanka selama eliminasi
n kebersihan - Latih Bak/Bab
diri meningkat sesuai jadwal,
jika perlu
- Sediakan alat
bantu, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan ke
kamar
mandi/toilet dan
Ajarkan
pentingnya
mobilisasi dini
sederhana
postpartum

PEMBAHASAN

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


Hemoglobin(D.0009)
Edukasi Pemberian Diet Untuk Memperbaiki Sirkulasi
Dan Pemberian Kolaborasi Produk Darah
(Transfusi darah)

1). Edukasi Pemberian Diet Untuk Memperbaiki Sirkulasi


Strategi terbaik dan paling berkelanjutan untuk mencegah
defisiensi mikronutrien adalah perbaikan pola makan. Perubahan pola
makan juga dapat bertindak sebagai pelengkap terapi farmakologis,
baik dengan memberikan nutrisi tambahan atau dengan mencegah
interaksi yang merugikan antara suplemen makanan dan makanan. (4)
Banyak terjadi kesalahpahaman yang ada dimasyarakat yang
mepercayai bahwa bila anemia harus banyak mengkonsumsi bayam.
Hal ini semakin diperparah oleh kesalahpahaman populer yang dianut
secara luas atau keyakinan ilmiah kuno bahwa sayuran kaya zat besi
seperti bayam atau lobak baik untuk anemia, tanpa mempertimbangkan
ketersediaan hayati zat besi anorganik dalam sayuran ini dan kapasitas
terbatas dari sistem pencernaan manusia untuk menyerap. (5) Zat besi
adalah zat penting yang diperlukan untuk sintesis Hemoglobin. Selain
bayam dan lobak tentu ada berbagaimacam makanan lain yang
mengandung zat besi diantaranya: singkong, kacang-kacangan, sereal,
sarden, bebek. (6) Selain zat besi kandungan gizi seperti asam folatdan
Vitamin B12 juga diperlukan guna membantu produksi seldarah merah
baru.
Makanan yang kaya folat diantaranya sereal yang diperkaya,
kacang merah dan kacang hijau (dimasak), lentil, bit, aspara-gus,
bayam, selada romaine, brokoli, dan jeruk. (6) Selain asam folat yang
tidak kalah penting adalah vitamin B. Vitamin B12, bersama dengan
asam folat, dikenal dapat merangsang pertumbuhan sel darah dan saraf.
(7)
B12 banyak terkandung dalam makanan berikut: domba, panggang,
sereal, tuna kalengan, salmon, daging cincang, daging sapi bulat,
yoghurt alami dan rendah lemak, kalkun panggang, susu bebas lemak,
keju, ayam. (6)
2). Pemberian Kolaborasi Produk Darah (Transfusi)
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk
berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya.
Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan
darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Transfusi dapat
berupa produk-produk salah satu komponen darah saja atau whole
blood. (8) Penelitian yang dilakukan oleh Rebecca membuktikan pada
wanita dengan anemia pascapartum lebih stabil secara hemodinamik,
dengan protokol unit transfuse. (9) Indiaminova menuliskan bahwa 25%
penyebab perdarahan pada periode postpartum adalah trauma pada jalan

lahir. Penggunaan agen transfusi (plasma beku segar dan eritromassa


pada 56,25% kasus) memungkinkan untuk menghindari gangguan

koagulopati berat, mencegah anemia berat, dan menetralkan


hemokonsentrasi penyimpangan pada ibu postpartum dengan anemia. (10)
Transfusi darah mungkin merupakan sutu tindakan yang
menyelamatkan hidup tetapi bukan tanpa risiko. Sebelum dokter
memutuskan transfusi darah bagi pasien, ia harus harus selalu
mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Risiko terbesar
(terbanyak disebabkan clerical error). Oleh karena itu, prosedur
baku untuk mendapatkan sampel yang tepat, crossmatch, skrining
infeksi menular lewat transfusi darah, dan pemberian transfusi
(11)
harus dilakukan secara ketat bahkan untuk kasus emergency.

2. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum


selama persalinan(D.0076)
Terapy Relasasi Otot Progresif

Relaksasi progresif adalah memusatkan suatu perhatian pada suatu


aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksai, untuk mendapat
perasaan relaksasi.(12) Relaksasi progresif merupakan kombinasi latihan
pernafasan yang terkontrol dengan angkaian kontraksi serta relaksasi otot. (13)
Relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang memerlukan
imajinasi dan sugesti, penelitian yang dilakukan oleh Aziz Ismail
membuktikan bahwa Relaksasi Otot Progresif efektif mengurangi nyeri pada
ibu postpartum dengan Sectio cesarean.(14)
Menurut Setyoadi bahwa tujuan dari relaksasi progresif adalah 1)
Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan laju metabolik 2)
Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen. 3) Meningkatkan
gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokus
perhatian seperti relaks 4) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres. 6) Mengatasi
insomnia 7) Membangun emosi dari emosi negative. (15)
Menurut McGuidan & Lehrer, dalam melakukan relaksasi
progresif hal yang paling penting dikenali adalah ketegangan otot,
ketika otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan disampaikan ke
otak melalui jalur saraf afferent. Tenson merupakan kontraksi dari serat
otot rangka yang menghasilkan sensasi tegangan. Relaksasi adalah
pemanjangan dari serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi
ketegangan. Setelah memahami dalam mengidentifikasi sensasi tegang,
kemudian dilanjutkan dengan merasakan relaks, ini merupakan sebuah
prosedur umum untuk mengidentifikasi lokalisasi, relaksasi dan
merasakan perbedaan antara keadaan tegang (tension) dan relaksasi
yang akan diterapkan pada semua kelompok otot utama. (16)

3. Defisit perawatan diri bab/bak berhubungan dengan kelemahan (D.0109)


Mengajarkan Pentingnya Mobilisasi Dini Postpartum

Mobilisasi dini didefinisikan sebagai kegiatan bergerak ringan untuk


tujuan kesehatan pada periode awal nifas: miringmiring kanan-kiri, (17) latihan
duduk, latihan berjalan, senam pernafasan, gerakan tumit, latihan dasar
panggul, serta sikap postur tubuh yang benar.(18) Mobilisasi dini salah satunya
yaitu dengan membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Klien sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Dimana keuntungan
dari mobilisasi dini salah satunya yaitu: klien merasa lebih baik, lebih sehat
dan lebih kuat, kontraksi usus dan kandung kencing lebih baik, dapat lebih
memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat dan memelihara anaknya,
seperti memandikan bayi, selama ibu masih dalam perawatan.(19)
Manfaat lain dari mobilisasi dini adalah: melancarkan pengeluaran
lokia, mengurangi infeksi peurperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.(20) Selain berbagai manfaat, masalah dapat
terjadi bila tidak melakukan mobilisasi dini, misalnya : Gangguan pernafasan
yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran pernafasan yang akan berakibat
klien sulit batuk dan mengalami gangguan bernafas, pada sistem
kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang disebabkan oleh sistem syaraf
otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah sewaktu berdiri dari
berbagai dalam waktu yang lama, pada saluran perkemihan yang mungkin
terjadi adalah statis urin yang disebabkan karena pasien pada posisi berbaring
tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara sempurna,ada
gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia disebabkan
oleh adanya gangguan katabolisme yang mengakibatkan ketidak seimbangan
nitrogen karena adanya kelemahan otot serta kemunduran reflek deteksi, maka
pasien dapat mengalami konstipasi.

DAFTAR PUSTAKA
PPNI.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,Edisi
1.Jakarta:DPP PPNI.2018
PPNI.Standar Luaran Keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria hasilkeperawatan,Edisi
I.Jakarta : DPP PPNI.2018
PPNI.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan keperawatan,Edisi
I.Jakarta : DPP PPNI.2018
Yildirim T, Yalcin A, Atmis V, et al. The prevalence of ane- mia, iron, vitamin B12, and
folic acid deficiencies in community dwelling elderly in Ankara, Turkey. Arch
Gerontol Geriatr.2015;60:344---8.
Mun˜oz-Gómez M, Ramírez-Ramírez G, Campos-Garríguez A, et al. Fisiopatología del
metabolismo del hierro: implicaciones diagnósticas y terapéuticas. Nefrología.
2005;25:9---19.
USDA National Nutrient Database for Standard Reference --- Release 27. Washington
DC, USA; 2014. Available from: https:// www.ars.usda.gov/Services/docs.htm?
docid=8964
Escott-Stump S. Hematología: Anemias y trastornos sanguíneos.In: Nutrición Diagnóstico
Y Tratamiento. 7a ed. Barcelona: Lip- pincott Williams & Wilkins; 2012.
World Health Organization. Guideline the clinical use of the blood. WHO: Geneva;
2001
Rebecca F. HAMM, MD, Ms. Sarah PERELMAN, Eileen Y. WANG, MD LD, LEVINE,
MD MSCE, Sindhu K. SRINIVAS MM. Single-unit vs multiple-unit transfusion
in hemodynamically stable postpartum anemia: a pragmatic randomized
controlled trial. Sci Direct [Internet] 2020;3(8). Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0002937820307249
G.N. Indiaminova. THE RELEVANCE OF INFUSION AND TRANSFUSION
THERAPY IN OBSTETRIC PRACTICE. Infus Chemother [Internet]
2020;Available from: https://infusion-chemotherapy.com/index.php/journal
Martina NA, Okorie OG, Obiageli AM, Chekwube EB. Distribution of abo and
rhesus blood groups among voluntar blood donors in Enugu. International Blood
Res Rev. 2015;3(3):109-16
Aziz Ismail NIA, Elgzar WTI. The Effect of Progressive Muscle Relaxation on Post
Cesarean Section Pain, Quality of Sleep and Physical Activities Limitation. Int J
Stud Nurs 2018;3(3):14.
Townsend, Mary C. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih bahasa, Novi
Helena C. Daulima: editor, Monica Ester. Edisi 5. Jakarta: EGC
Potter, P.A, Perry, 2005. A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC
Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Penerbit: Salemba Medika. Jakarta.
McGuidan, F. J., & Lehrer, M. P. (2007). Progressive Relaxation : Origin, principles, and
clinical aplication. Retrieved January 28, 2018, from www.bodypschyoga.com
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Panduan Lengkap Olah Raga bagi Wanita Hamil dan Menyusui.
Yogjakarta: Andi Offset.
Munayarokh dkk. 2015. Proses Involusio Uterus pada Ibu yang Melaksanakan dan Tidak
Melaksanakan Senam Nifas di Bidan Praktik Mandiri. Jurnal Riset Kesehatan 4
(1); 722 – 727. Januari 2015.
Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai