Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P.

L/21 TAHUN/P1 A0
DENGAN POST PARTUM SPONTAN DAN ANEMIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen Pembimbing Akademik : Dwi Susilawati, M.Kep., Sp. Mat

Disusun Oleh:
Ireneus Pape No Mbeong
22020120220121

Kelompok II

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVI


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Kasus 7
Seorang perempuan berusia 21 tahun, anak pertama, post partum hari ke satu, persalinan
spontan , HB 7,8 Mg/dl, aktifitas lemah, HB sebelum masa kehamilan 9,7 mg/dl.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P.L/21 TAHUN/P1 A0


DENGAN POST PARTUM SPONTAN DAN ANEMIA

Nama Mahasiswa : Ireneus Pape No Mbeong Tanggal : 12 April 2020


Ruangan / RS : - (PJJ)

DATA UMUM KESEHATAN


1. Initial Klien : Ny. P.L Umur : 21 tahun
2. Status Obstetrikus : Nifas Hari Pertama P1 A0
Tipe BB Keadaan Bayi Komplikasi Umur
No
Persalinan Lahir Waktu Lahir Nifas Sekarang
1 Spontan 3000gr Sehat Perdarahan 21 Tahun
3. Masalah Kehamilan Sekarang : Klien mengatakan selama kehamilan tidak terjadi
masalah yang sangat serius pada dirinya dan janin yang dikandungannya. Pada
semester ke II hanya terjadi oedema pada kaki akibat klien terlalu lama duduk dan
dapat hilang dengan dengan sendirinya ketika klien berbaring di tempat tidur. Klien
juga mengatakan ia jarang memeriksa kehamilan ke puskesmas terdekat, dan juga
jarang mengkonsumsi vitamin dan zat besi yang diberikan oleh bidan pada masa
kehamilannya. Klien mengatakan terakhir kali ia periksa kehamilan yakni pada usia
kehamilan 8 bulan dan sudah mendapatkan vaksin TT. HB sebelum persalinan yakni
9,7 mg/dl.
4. Riwayat Persalinan sekarang : Klien mengatakan bahwa ia mengalami mules dan
nyeri pada jalan lahir yang sangat hebat ketika proses persalinan. Ia juga mengatakan
ia mengalami pusing berlebihan ketika proses persalinan akibat dari perdarahan yang
dialaminya. Klien mengatakan ini mungkin pertama kali kelahiran sehingga ia
mengalami mules, nyeri dan perdarahan yang cukup banyak ketika proses persalinan.
Saat ini klien mengatakan ia sulit melakukan aktivitas akibat dari masih adanya rasa
nyeri pada jalan lahir dan rasa pusing.
5. Riwayat KB : Klien mengatakan ia tidak pernah menggunakan kontrasepsi
sebelumnya
6. Rencana KB : Klien mengatakan ia belum tau ingin menggunakan KB jenis apa.
Nanti setelah selesai masa nifas, ia akan berdusiskusi dengan suami dan berkonsultasi
dengan bidan untuk mendapatkan KB yang baik untuknya.

DATA POST NATAL


1. Tanda-tanda vital
Tensi : 100/60 mmHg Respirasi : 20x/mnt
Suhu : 36,7°C SpO2 : 84%
Nadi : 74 x/mnt
2. Keadaan Umum : Pasien tampak lemah dan lelah
Klien terlihat pucat, konjungtiva anemis pada mata kiri dan kanan
Kesadaran : Composmentis (GCS : E:4 M:6 V:5)
3. Payudara
 Kesan Umum : bentuk simetris, tidak ada luka dan lesi, tidak ada benjolan
 Puting susu : Pada puting susu kiri tampak tenggelam, Warna kecoklatan, ASI
(+) masih sedikit.
4. Abdomen
Keadaan : Tampak striae gravidarum bagian atas simpisis pubis dan
terdapat linea nigra pada perut.
Diastasis rectus abdominis : Tidak tampak
Fundus uteri
Tinggi : 1 jari dibawah pusat
Kontraksi : Teraba lembek
5. Lokhea
Jumlah : Keluar darah banyak(sudah 5 kali ganti pembalut)
Warna : Merah segar dan kehitaman (rubra)
Konsistensi : Cair seperti darah menstruasi dan ada bekuan darah
Bau : Darah khas menstruasi
6. Perineum
Keadaan : terdapat luka jahitan pada perineum derajat IV sepanjang ± 7 cm.
Klien mengatakan bahwa masih terasa nyeri pada luka jahitan di
area perineum, nyeri seperti tersayat, terasa perih dan pedis pada
tempat jahitan sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas,
nyeri akan bertambah jika klien sedikit bergerak saat memberikan
ASI kepada bayinya, dan nyeri sedikit berkurang jika pasien tirah
baring di tempat tidur. Skala nyeri saat di kaji adalah skala 3.
Tanda REEDA : Tidak ada/tidak ditemukan tanda-tanda REEDA
Kebersihan : Klien mengatakan bahwa luka jahitan pada perineum baru
dibersihkan pagi tadi oleh perawat. Klien mengatakan bahwa
setiap selesai BAK atau BAB luka jahitan juga dibersihkan
dibantu perawat atau keluarga karena badannya masih lemah dan
klien takut nyeri ketika bergerak.”
Hemorhoid : Tidak ada
7. Eliminasi
 Kesulitan BAK : Klien mengatakan ia tidak menggalami kesulitan saat BAK, tetapi
ia mengalami sedikit perih ketika air kencing merembes pada
tempat jahitan.Klien juga mengatakan ia sudah 5 Kali BAK sejak
proses persalinan kemarin pagi.
 Kesulitan BAB : Klien mengatakan bahwa ia mengalami sedkit gangguan saat
BAB yakni rasa perih pada daerah perinum. Klien mengatakan
bahwa ia baru satu kali BAB sejak persalinan kemarin pagi.
8. Ekstremitas
 Varises : Tidak ada varises pada kedua kakinya. CRT: > 2 detik
 Tanda Homan : Tidak ditemukan tanya homan atau rasa nyeri pada kedua
ekstremitas ketika ditekan.
9. Pola Tidur
Klien mengatakan bahwa ia masih merasa lemah akibat proses persalinan kemarin
sehingga ia membutuhkan banyak waktu untuk istrahat dan tidur. Klien juga
mengatakan bahwa ia sering mengalami gangguan pola tidur dan sering terjaga
ketika bayinya menangis saat popoknya basah dan saat bayinya mau menyusui, serta
sering terjaga akibat rasa nyeri pada tempat jahitan.
10. Asupan Nutrisi
Klien mengatakan ia tidak mengalami gangguan napsu makan, makannya 3 kali
sehari, terdiri dari nasi, sayur, lauk pauk (ikan dan telur) dan klien juga minum susu
pada pagi hari dan sore hari. Klien juga mengatakan bahwa porsi makan saat ini
bertambah karena pasien ingin cepat pulih dan sehat serta dapat memperbanyak
produksi ASI untuk bayinya. Berat badan saat ini 56 kg.
11. Penyesuaian dengan bayi.
Klien mengatakan bahwa ia sangat senang dan bahagia dengan kehadiran seorang
bayi perempuan yang hadir ditengah anggota keluarganya. Klien mengatakan bahwa
ia akan merawat dan memberi ASI Eksklusif hingga usia bayi 6 bulan. Klien juga
mengatakan sedikit cemas akibat puting susu kirinya yang tenggelam dan ASI yang
keluar masih sedikit yang nanti akan berdampak pada bayinya. Tapi ia yakin perawat
mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
12. Data lain yang menunjang
Pemeriksaan laboratorium: HB 7,8mg/dl, CRT: > 2 detik
13. Rangkuman
Klien dengan inisial Ny. P.L. Usia 21 tahun, Klien tampak lemah dan lelah, pucat,
konjungtiva anemis, mengeluh pusing, nyeri pada lokasi jahitan dan perineum, nyeri
seperti tersayat, terasa perih dan pedis pada tempat jahitan, nyeri akan bertambah jika
klien sedikit bergerak saat memberikan ASI kepada bayinya. Klien juga mengatakan
ia jarang memeriksa kehamilan ke puskesmas terdekat, dan juga jarang
mengkonsumsi vitamin dan zat besi yang diberikan oleh bidan pada masa
kehamilannya. HB sebelum persalinan 9,7mg/dl. Klien mengatakan ini mungkin
pertama kali kelahiran sehingga ia mengalami kelelahan, mules, nyeri dan
perdarahan yang cukup banyak ketika proses persalinan. Saat ini klien mengatakan
ia sulit melakukan aktivitas akibat dari masih adanya rasa nyeri pada jalan lahir dan
rasa pusing. Aktivitasnya dibantu oleh perawat dan keluarga Terdapat luka jahitan
pada perineum derajat IV sepanjang ± 7 cm. Skala nyeri saat di kaji adalah skala 3.
Tensi: 100/60mmHg, Nadi: 74 x/mnt, Suhu: 36,7°C, Respirasi: 20 x/mnt, SpO2:
84%, HB: 7,8mg/dl, CRT: > 2 detik. TFU: 1 jari dibawah pusat dan kontraksi uterus
lembek. Klien juga mengalami ganguan pola tidur akibat nyeri dan sering terjaga
karena bayinya menangis saat popok basah dan saat mau menyusui.

ANALISA DATA
Masalah
No Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1 DS : Klien mengeluh pusing dan Perfusi Perifer Penurunan
kelelahan akibat proses persalinan dan Tidak Efektif Konsentrasi
mengalami perdarahan yang cukup Hemoglobin
banyak ketika proses persalinan. Klien
juga mengatakan ia jarang memeriksa
kehamilan ke puskesmas terdekat, dan
juga jarang mengkonsumsi vitamin dan
zat besi yang diberikan oleh bidan pada
masa kehamilannya.
DO : Keadaan umum pasien tampak
lemah, pucat, konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering dan pucat, CRT > 2
detik, HB: 7,8mg/dl, SpO2: 84%, Tensi:
100/60mmHg, Nadi: 74x/mnt. TFU: 1
jari dibawah pusat dan kontraksi uterus
lembek, HB sebelum persalinan 9,7
mg/dl.
2 DS : Klien mengeluh nyeri pada lokasi Ketidaknyamanan Trauma
jahitan perineum, nyeri seperti tersayat, Pasca Partum Perineum
terasa perih dan pedis pada lokasi jahitan Selama
perineum, nyeri akan bertambah jika Persalinan dan
klien sedikit bergerak saat memberikan Kelahiran
ASI kepada bayinya nyeri dapat hilang
ketika pasien berbaring saja di tempat
tidur.
DO : Ekspresi wajah menyeringai, skala
nyeri skala 3, terdapat luka dan jahitan di
area perineum.
3 DS : Klien mengatakan mengalami Gangguan Pola Kurang
gangguan pola tidur dan sering terjaga Tidur Kontrol Tidur
akibat bayinya menangis saat popok
basah dan saat mau menyusui. Klien juga
mengeluh sering terjaga kerena nyeri
saat pasien sedikit bergerak/mengganti
posisi tidur.
DO : Konjungtiva anemis, tampak pucat,
T: 100/60mmHg, Nadi: 74x/mnt.
4. DS : Klien mengatakan bahwa Intoleransi Kelemahan.
aktivitasnya dibantu oleh suami dan Aktivitas
perawat, dan sulit beraktivitas seperti
biasanya akibat dari nyeri pada perineum
dan pusing dan mengeluh lelah akibat
proses persalinan.
DO : klien tampak lemah dan lelah,
Tensi: 100/60mmHg, Nadi: 74 x/mnt,
Respirasi: 20 x/mnt.

DIAGNOSA KEPERAWATAN1
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
(D. 0009)
2. Ketidaknyamanan Pasca Partum berhubungan dengan trauma perineum selama
persalinan dan kelahiran (D. 0075)
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D. 0055)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D. 0056)
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Hasil2 Intervensi Keperawatan3
Keperawatan1
1 Perfusi perifer tidak Setekah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia (I. 03166)
efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis; frekuensi nadi meningkat, nadi
dengan penurunan diharapkan Perfusi Perifer (L. teraba lemah, tekanan darah menurun, membran mukosa kering dll)
konsentrasi 02011) dapat meningkat, 2. Monitor intake dan output cairan
hemoglobin dengan kriteria hasil: 3. Hitung kebutuhan cairan
 Penyembuhan luka 4. Berikan asupan cairan oral
meningkat, 5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Tekanan darah sistolik 6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
membaik 7. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
 Tekanan darah diastolik 8. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
membaik 9. Kolaborasi pemberian produk darah

 Pengisian kapiler membaik, Manajemen Diet (I. 2369)

 Tidak pusing dan lelah. 1. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi.
2. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu.
3. Persiapkan materi, media dan alat peraga
4. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan.
5. Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya.
6. Sediakan rencana makan tertulis.
7. Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
8. Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-45°) 20-30 menit setelah
makan.
9. Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program.
10. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga.
2 Ketidaknyamanan Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (I. 09326)
Pasca Partum keperawatan selama 3x24 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia (mis;
berhubungan dengan jam, diharapkan Status musik, meditasi, dll)
trauma perineum Kenyamanan Pascapartum (L. 2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih.
selama persalinan dan 07061) meningkat dan 3. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (napas dalam, peregangan atau
kelahiran Tingkat Nyeri (L. 08066) imajinasi terbimbing)
menurun dengan kriteria hasil: 4. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan.
 Keluhan tidak nyaman 5. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
menurun, sesudah latihan.
 Meringis menurun, 6. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
 Tekanan darah meningkat 7. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan

 Frekuensi nadi meningkat, suhu ruangan yang nyaman.

 Keluhan nyeri menurun, 8. Anjurkan mengambil posisi nyaman.

 Kesulitan tidur menurun 9. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi.


 Pola napas membaik Perawatan Pasca Partum (I. 07225)
 Pola tidur membaik. 1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor keadaan lokia (mis: warna, jumlah, bau dan bekuan)
3. Periksa perineum atau robekan (Kemerahan, edema, ekimosis, pengeluaran,
penyatuan jahitan)
4. Monitor nyeri
5. Monitor tanda homan
6. Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
7. Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
8. Masase fundus sampai kontraksi kuat
9. Dukung ibu untuk melalukan ambulansi dini
10. Diskusikan tentang perubahan fisik dan psikologis ibu post partum
11. Diskusikan seksualitas masa post partum
12. Jelaskan pemeriksaan pada ibu dan bayi secara rutin.
13. Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
14. Ajarkan ibu mengatasi nyeri secara nonfarmakologis (mis; teknik distraksi,
imajinasi)
15. Rujuk ke konselor laktasi.
3 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I. 05174
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kurang kontrol tidur jam, diharapkan Pola Tidur 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
(L. 05045) membaik dan 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis; kopi, teh,
Status Kenyamanan (L. alkohol,dll)
08064) meningkat, dengan 4. Modifikasi lingkungan (mis; pencahayaan, kebisingan, dll)
kriteria hasil: 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis; pijat, terapi
 Keluhan sulit tidur akupresur, dll)
menurun 6. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Keluhan sering terjaga 7. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.
menurun Teknik Menenangkan (I. 08248)
 Keluhan tidak puas tidur 1. Identifikasi masalah yang dialami
menurun 2. Buat kontrak dengan pasien

 Keluhan tidak nyaman 3. Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman


menurun 4. Anjurkan mendengar musik yang lembut atau musik yang disukai

 Gelisah menurun 5. Anjurkan berdoa, membaca Alkitab, ibadah sesuai agama yang dianut

 Merintih menurun 6. Anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga perasaan menjadi tenang.

4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakuakan tindakan Terapi Aktivitas


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
kelemahan jam, diharapkan Toleransi 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
Akitifikas (L. 05047) dan 3. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
Ambulansi (L. 05038) 4. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis; ambulansi, mobilisasi, dll)
meningkat, dengan kriteria 5. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
hasil: 6. Libatkan keluarga dalam aktivitas
 Saturasi oksigen 7. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
meningkat, 8. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam
 Keluhan lelah menurun menjaga fungsi dan kesehatan
 Perasaan lemah menurun Dukungan Ambulansi
 Tekanan darah membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulansi

 Frekuensi napas membaik 2. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
3. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi
4. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulansi
5. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulansi
6. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
7. Anjurkan melakukan ambulansi dini
8. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulansi
PEMBAHASAN
(Evidence Based Nursing Practice untuk Intervensi Keperawatan)

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin
Pada kasus yang dialami Ny. P.L. diatas, Klien mengeluh pusing dan
kelelahan akibat proses persalinan dan mengalami perdarahan yang cukup banyak
ketika proses persalinan. Klien juga mengatakan ia jarang memeriksa kehamilan ke
puskesmas terdekat, dan juga jarang mengkonsumsi vitamin dan zat besi yang
diberikan oleh bidan pada masa kehamilannya. Keadaan umum pasien tampak lemah,
pucat, konjungtiva anemis, mukosa bibir kering dan pucat, CRT > 2 detik, HB:
7,8mg/dl, SpO2: 84%, Tensi: 100/60mmHg, Nadi: 74x/mnt. TFU: 1 jari dibawah
pusat dan kontraksi uterus lembek, HB sebelum persalinan 9,7 mg/dl.. Diaganosa
keperawatan yang diangkat berdasarkan keluhan tersebut diatas yakni; perfusi perifer
tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh penurunan konsentrasi hemoglobin dalam
darah. Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level
kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.1
Masalah perfusi perifer apabila tidak ditangan dan diatasi dengan baik maka
akan dapat menyebabkan syok hipovolemik. Syok hipovolemik merupakan
kegagalan perfusi jaringan yang disebabkan oleh kehilangan cairan intravaskuler.
Proses kegagalan perfusi akibat kehilangan volume intravaskuler terjadi melalui
penurunan aliran darah balik ke jantung (venous return) yang menyebabkan volume
sekuncup dan curah jantung berkurang. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan
hantaran oksigen dan perfusi jaringan tidak optimal yang dalam keadaan berat
menyebabkan syok.4
Maka salah satu intervensi untuk mengatasi kehilangan cairan intravaskuler
adalah dengan manajemen hipovolemia. Tindakan keperawatan yang diberikan
dalam intervensi manajemen hipovolemia adalah dengan berikan asupan cairan
peroral dan berikan cairan intravena. Kajian literatur yang dilakukan oleh Ery
Leksana pada tahun 2015 menyebutkan bahwa tujuan penanganan syok tahap awal
adalah untuk mengembalikan perfusi dan oksigenasi jaringan dengan memulihkan
volume sirkulasi intravaskuler. Pemberian cairan intravena akan memperbaiki
volume sirkulasi intravaskuler, meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.
Cairan kristaloid yang umum digunakan sebagai cairan resusitasi pada syok adalah
RL, NaCl 0,9% dan Dextrose 5%.5
Tindakan keperawatan lain untuk mengatasi masalah perfusi perifer tidak
efektif pada Ny. P.L. yakni kolaborasi pemberian produk darah karena klien
mengalami anemia sedang. selain pemberian produk darah dapat dilakukan dengan
pemberian zat besi secara oral maupun intramuskular. Kajian literatur yang
dilakukan oleh Amalia dan Tjiptaningrum pada tahun 2016 menyebutkan bahwa zat
besi bersama dengan protein (globin) dan protoporpirin mempunyai peranan yang
penting dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu besi juga terdapat dalam
beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sitesis DNA,
neurotransmitter, dan proses katabolisme.6
2. Ketidaknyamanan Pasca Partum berhubungan dengan trauma perineum
selama persalinan dan kelahiran
Ketidaknyamanan pasca partum adalah perasaan tidak nyaman yang
berbungan dengan kondisi setelah melahirkan.1 Pada kasus Ny. P.L masalah
ketidaknyamanan pasca partum disebabkan oleh trauma perineum selama persalinan
dan kelahiran. Hal ini dibuktikan dengan data yang dikumpulkan saat pengkajian
yakni; Klien mengeluh nyeri pada lokasi jahitan perineum, nyeri seperti tersayat,
terasa perih dan pedis pada lokasi jahitan perineum, nyeri akan bertambah jika klien
sedikit bergerak saat memberikan ASI kepada bayinya nyeri dapat hilang ketika
pasien berbaring saja di tempat tidur, ekspresi wajah menyeringai, skala nyeri skala
3, terdapat luka dan jahitan di area perineum.
Untuk mengatasi masalah ketidakannyaman pasca partum yakni dengan
memberikan intervensi keperawatan adalah terapi relaksasi. Salah satu terapi
relaksasi yakni dengan mendengarkan musik klasik kepada klien/ibu yang
mengalami ketidaknyamanan pasca partum. Penelitian yang dilakukan oleh
Rosmiyati di Bandar Lampung pada Tahun 2017 yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh musik klasik terhadap nyeri jahitan perineum pada saat nifas hari ke-1,
dimana hasil penelitian tersebut menyebutkan skala nyeri sebelum dilakukan terapi
musik klasik nyeri sedang yaitu sebanyak 30 orang dan skala nyeri setelah dilakukan
terapi musi klasik nyeri ringan sebanyak 18 orang (60%) dan nyeri sedang sebanyak
12 orang (40%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diats dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat nyeri jahitan perineum
pada ibu nifas.7
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Masalah keperawatan gangguan pola tidur yang dialami oleh Ny. P.L pada
kasus diatas disebabkan karena kurangnya kontrol tidur. Pada kasus diatas data
subyektifnya yakni; Klien mengatakan mengalami gangguan pola tidur dan sering
terjaga akibat bayinya menangis saat popok basah dan saat mau menyusui. Klien juga
mengeluh sering terjaga kerena nyeri saat pasien sedikit bergerak/mengganti posisi
tidur, sedangkan data obyektif yang ditemukan saat pengkajian adalah; Konjungtiva
anemis, tampak pucat, T: 100/60mmHg, Nadi: 74x/mnt.
Untuk mengatasi masalah gangguan pola tidur dapat diberikan dengan
intervensi keperawatan teknik menenangkan. Penelitian yang dilakukan oleh
Windayanti, Astuti dan Sofiyanti pada tahun 2019 dengan tujuan penelitiannya yakni
untuk mengetahui perbedaan sebelum dan setelah hypnobreastfeeding terhadap
kualitas tidur pada ibu menyusui. Hasil penelitan tersebut menyebutkan bahwa ada
perbedaan kualitas tidur ibu menyusui sebelum dan sesudah diberikan
hypnobreastfeeding. Hypnobreastfeeding merupakan pemberian sugesti. Proses
tersebut dengan cara memberikan stimulasi ke otak untuk melepaskan
neurotransmitter/senyawa kimiawi yang terdapat di otak, enchephalin dan endorphin
berfungsi dapat meningkatkan perasaan bahagia sehingga mengubah penerimaan
seseorang terhadap kondisi yang dialami saat ini.8
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Pada kasus Ny. P.L. diatas pasien mengalami masalah intoleransi aktifitas
yang disebabkan oleh kelemahan yang dialami pasien akibat dari proses persalinan.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data yakni; klien mengatakan bahwa
aktivitasnya dibantu oleh suami dan perawat, dan sulit beraktivitas seperti biasanya
akibat dari nyeri pada perineum dan pusing serta mengeluh lelah akibat proses
persalinan, klien tampak lemah dan lelah, Tensi: 100/60mmHg, Nadi: 74 x/mnt,
Respirasi: 20 x/mnt.
Untuk mengatasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas dapat diblakukan
dengan intervensi dukungan ambulansi. Dukungan ambulansi adalah memafisilitasi
pasien untuk meningkatkan aktivitas berpindah.3 Salah satu tindakan keperawatan
dalam dukungan ambulansi adalah memfasilitasi klien untuk mobilisasi fisik. Studi
literatur yang dilakukan oleh Deni Maryani yang disampaikan dalam Simposium dan
Workshop Nasional Pengembangan Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia
di Kota Bandung pada tahun 2015, menyebutkan bahwa pada masa post partum
umumnya ibu mengalami kelelahan yang dapat mengakibatkan depresi pada ibu post
partum karena terjadi perubahan fisik, psikologis dan sosial. Untuk mengatasi
masalah tersebut diatas maka ibu post partum perlu dilakukan latihan/aktivitas fisik
yang bermanfaat untuk meningkatkan suasana hati yang positif, kesejahteraan
psikologis, kesehatan fisik, dan pengelolaan stres terhadap perubahan situasi bagi
ibu-ibu. Selain itu latihan/aktivitas fisik dapat dilakukan secara berkelompok dan
juga dapat dilakukan sendiri dirumah, sehingga ibu akan merasa nyaman, tenang, dan
merasa ada hubungan sosial.9
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. I. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI; 2017.
2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. I. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI; 2019.
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. I. Dewan
Pengurus Pusat PPNI; 2018.
4. Hardisman. Memahami patofisiologi dan aspek klinis syok hipovolemik: Update
dan Penyegar. J Kesehat Andalas. 2013;2(3):178–82.
5. Leksana E. Dehidrasi dan Syok. Cdk-228. 2015;42(5):391–394.
6. Amalia A, Tjiptaningrum A. Diagnosis dan tatalaksana anemia defisiensi besi.
Majority. 2016;5(5):166–169.
7. Rosmiyati. Pengaruh terapi musik klasik terhadap nyeri jahitan perineum pada ibu
nifas hari Ke-1 di BPS Desy Andriani,S.Tr.Keb Teluk Betung Bandar Lampung
Tahun 2016. J Kebidanan. 2017;3(1):50–56.
8. Windayanti H, Astuti F.P, Sofiyanti I. Hypnobreastfeeding dan Kualitas tidur pada
ibu menyusui. Indones J Midwifery. 2020;3(2):151–159.
9. Maryani D. Latihan fisik untuk mencegah depresi post partum. Bandung; 2015.

Anda mungkin juga menyukai