PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan umum, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian
Disminore adalah salah satu masalah kesehatan yang biasanya terjadi pada
remaja putri karena mempengaruhi 50 – 90 % dari populasi umum. Disminore
memiliki pengaruh bagi sebagian wanita. Disminorea juga berdampak cukup
besar bagi kualitas hidup, peran sosial, dan aktifitas remaja putri. Ada beberapa
faktor risiko yang menyebabkan disminore pada remaja dan dapat meningkatkan
keluhan disminore primer diantaranya adalah menarche usia dini, riwayat
keluarga dengan keluhan disminore, kebiasaan memakan makanan cepat saji,
indeks massa tubuh yang tidak normal, terpapar asap rokok, dan konsumsi kopi.
Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa kejadian disminore berhubungan
dengan status gizi seseorang. Perempuan dengan indeks massa tubuh overwight
lebih berisiko mengalami disminore daripada perempuan dengan indeks massa
tubuh normal. Disminore dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder.
Disminore primer dengan gejala kram pada perut saat siklus menstruasi dan
tidak ada kaitannya terhadap penyakit atau patologi lain, sedangkan disminore
sekunder berkaitan dengan patologi lain (Larasati & Alatas, 2016).
Disminore biasanya terjadi disaat usia yang produktif dan kaitannya dengan
hormonal, status gizi dan aktifitas seseorang. Nyeri saat menstruasi hampir
dirasakan oleh semua remaja, kebanyakan wanita merasakan intensitas nyeri
yang berbeda mulai dari ringan hingga berat pada saat hari pertama menstruasi.
Beberapa remaja yang mengalami disminore sebagian besar merasakan
perubahan mood seperti mudah marah, cemas, dan menangis. . Penyebaran
disminore di mulai melalui paha sampai ke tulang belakang lalu menjalar ke
perut bagian bawah. Disminore sering disertai dengan nyeri pada kepala,
kelelahan, nyeri punggung dan sebagainya. Secara hormonal pada saat remaja
memasuki pada fase peralihan yaitu bisa jadi akan terjadi beberapa
berkembangan seiring berjalannya waktu. Perubahan fisik biasanya salah
satunya ditandai dengan perubahan berat badan dan tinggi badan yang dapat
digunakan untuk menentukan indeks massa tubuh (IMT). Status gizi adalah
salah satu faktor penting dan dapat menyebabkan tengganggunya pertumbuhan
dan fungsi organ reproduksi termasuk haid. Dari 10 artikel 7 di antaranya
menyebutkan bahwa indeks massa tubuh mempengaruhi intensitas disminore, 3
di antaranya menjelaskan ada beberapa faktor lain seperti aktifitas fisik dan usia
menarche. Sehingga membuktikan bahwa adanya hubungan antara indeks massa
tubuh dengan tingkat disminore pada remaja putri (Zulfa & Lestari, 2022).
Indeks massa tubuh (IMT) menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan
meningkatnya keluhan disminore primer pada remaja. Indeks massa tubuh
adalah cara yang digunakan untuk menentukan status gizi berdasarkan berat
badan dan tinggi badan seseorang. Indeks massa tubuh (IMT) dikelompokan
menjadi underweight, normal, overweight, obesitas 1, dan obesitas 2. Seseorang
dengan IMT underweight menunjukan asupan kalori yang rendah, berat badan
dan lemak tubuh mengganggu sekresi pulsatil gonadotropin pituitari dalam
menghasilkan hormon reproduksi lalu akan meningkatkan kejadian disminore.
Seseorang yang memiliki IMT melebihi normal menunjukan adanya
peningkatan kadar prostaglandin yang berlebihan, akan menyebabkan terjadinya
spasme miometrium dan hormon esterogen berlebih karena konversi dari
androgen. Jika ditinjau dari aspek promotif dan preventif sebagai perawat dapat
memberikan edukasi kepada remaja wanita tentang pentingnya memiliki indeks
massa tubuh yang ideal, karena dapat membantu mengurangi risiko disminore.
Edukasi dapat dilakukan melalui berbagai media seperti penyuluhan ataupun
konseling. Perawat juga dapat memberikan asuhan keperawatan kepada remaja
wanita yang mengalami disminore ringan, sedang, ataupun berat. Asuhan
keperawatan dapat seperti tindakan non – farmakologi kompres dengan
menggunakan air hangat, olahraga dan terapi relaksasi (Harahap et al., 2021).
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 2 Kampar yaitu lebih dari setengah
siswi memiliki indeks massa tubuh tidak ideal sebanyak 70 siswi (53,4%) dan
lebih dari setengah mengalami disminore berat sebanyak 57 orang (43,4%). Dari
hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
indeks massa tubuh dengan kejadian disminore di SMA Negeri 2 Kampar
(Oktorika & Sudiarti, 2020).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada remaja di SMKN 57
Jakarta Selatan, peneliti melakukan wawancara kepada 10 orang siswi
didapatkan hasil 2 orang siswi tidak merasakan disminore dan 8 orang
mengalami disminore. Dari 8 orang yang mengalami disminore diantaranya 3
orang siswi dengan indeks massa tubuh overweight mengalami intensitas
disminore berat, 2 orang dengan indeks massa tubuh normal mengalami
disminore ringan, serta 3 orang siswi dengan indeks massa tubuh underweight
mengalami disminore sedang.
Berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan yang dilakukan yang
telah diuraikan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) Dengan Intensitas Disminore Primer
Pada Remaja Di SMKN 57 Jakarta Selatan”. Penelitian ini penting dilakukan
untuk meningkatkan kualitas hidup sissi yang mengalami disminore,
meningkatkan efektifitas asuhan keperawatan pada siswi yang mengalami
disminore dan untuk meningkatkan pemahaman pentingnya menjaga Indeks
massa tubuh (IMT) normal karena menjadi salah satu faktor yang dapat
menyebabkan meningkatnya keluhan disminore primer pada remaja.