PROPOSAL
Oleh:
PUTRI MEILIANA
2019206203030
FAKULTAS KESEHATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan
untuk menilai proposionalitas perbandingan antara tinggi badan (TB) dan
berat badan (BB) sehingga dapat menentukan kriteria tubuh seseorang
(Irawan et al., 2022). Menurut WHO (Word Health Organization) indeks
massa tubuh (IMT) dapat diklarifikasikan menjadi 4 tingkatan yaitu
underweight, normal, overweight dan obesitas (kurniati, 2019 dalam
Dismenorea & Kabupaten, 2022).
Dari hasil penelitian Ariesthi dkk (2020) didapatkan hasil bahwa ada
hubungan antara indeks massa tubuh dengan dismenore dari 144 orang
responden ditunjukan dengan analisa korelasi cross sectional nilai Sig. (2-
tailed) indeks massa tubuh sebesar 0,003 < 0,05. Serta nilai koefisien
korelasi indeks massa tubuh adalah 0,250 yang artinya terdapat hubungan
antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian dismenore. Berbeda
dengan hasil penelitian Widiyanto dkk (2020) yang menyatakan bahwa
tidak adanya hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian dismenore.
Didapat hasil analisa korelasi Spearman Rank diketahui signifikasi 0,180 >
0,05 maka dapat diartikan tidak ada hubungan signifikan antara variable
IMT dengan Dismenore.
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan
Kejadian Desminore pada Remaja Putri di SMA N 1 Pringsewu Tahun
2022”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Jenis Penelitian
2. Sasaran Penelitian
3. Tempat Penelitian
4. Variabel Penelitian
Variable penelitian ini terdiri dari dua variable yaitu; variable
independen yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan variabel dependen
yaitu kejadian dismenore.
E. Manfaat Penelitian
1. Aplikasi
2. Teoris
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Disminore
1. Pengertian Dismenore
Secara etimologi dimenore berasal dari bahasa yunani yaitu; kata dya
artinya sulit, sakit, nyeri dan abnormal; meno artinya bulan; dan orrea
artinya aliran. Dysmenorrhea kondisi medis yang terjadi sewaktu haid
atau menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut
atau panggul (Judha, 2012 dalam Natassia, 2022).
2. Klasifikasi Dismenore
a. Dismenore Primer
b. Dismenore Sekunder
Tanda dan gejala dismenore menurut Justia (2018) dalam Fitri (2021)
yaitu nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung
bagian bawah dan tungkai, nyeri hilang tibul yang dirasakan saat
terjadinya kram atau nyeri yang muncul terus-menerus dan dapat
berlangsung dalam waktu beberapa jam maupun hari. Gejala yang
menyertainya adalah mual, muntah, sakit kepala, diare dan perubahan
emosional.
4. Penyebab Dismenore
5. Pengukuran Dismenore
Gambar 1
Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana menurut Potter (2005)
6. Tingkatan Dismenore
a. Dismenore ringan
Dismenore dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat
sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan nyeri tanpa
disertai pemakaian obat.
b. Dismenorea sedang
Dismenore yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa
nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari.
c. Dismenore berat
Dismenore yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan
akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih.
7. Komplikasi Dismenore
a. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenore primer.
b. Tingkat Stess
Stres seringkali terjadi secara tiba-tiba karena persoalan yang harus
dihadapi dalam kehidupan. Peningkatan tingkat stres menyebabkan
pengaruh negative pada kesehatan tubuh. Stres merupakan
penyebab timbulnya dismenore. Semakin tinggi tingkat stres maka
akan semakin tinggi pula tingkat dismenore.
c. Aktifitas Fisik
Dalam kehidupan sehari-hari sangat dianjurkan untuk melakukan
aktivitas fisik untuk kepentingan kesehatan. Aktifitas fisik jika
dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat bagi tubuh.
Semakin rendah aktifitas fisik maka tingkat dismenore akan
semakin berat dan sebaliknya.
9. Dampak Dismenore
a. Terapi Farmakologi
Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui
intervensi farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan dismenore
meliputi beberapa upaya. Upaya farmakologi pertama yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan obat analgetik yang
berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat obatan paten yang
beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen
dan sebagainya. Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan
adalah dengan pemberian terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal
adalah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan
bahwa gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer.
Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.
Indeks masa tubuh (IMT) merupakan salah satu pengukuran status gizi
dengan hasil perhitungan diperoleh dari perbandingan BB (Berat
Badan) dan TB (Tinggi Badan) melalui rumus BB/TB2(kg/m2). Wanita
dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang dari berat badan normal dan
kelebihan berat badan (overweight) lebih mungkin untuk menderita
dismenore jika dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal
(Nurul Yuda Putra et, 2016 dalam Putri & Lulianthy, 2022). Status gizi
berkaitan erat dengan tingkat kejadian dismenore. Pada wanita dengan
IMT kurang dari berat normal dapat menjadi salah satu faktor
konstitusi yang dapat menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh
terhadap rasa nyeri sehingga dapat terjadi dismenore.(Larasati, T. A. &
Alatas, 2016 dalam Putri & Lulianthy, 2022).
a. Usia
Pada usia remaja tidak semua memiliki kategori indeks massa
tubuh (IMT) yang sama terkadang ada yang memiliki kategori
normal, kurus dan obesitas. Subjek penelitia pada kelompok usia
remaja akhir. Keadaan ini dicurigai karena lambatnya proses
alternative, berkurangnya aktivitas fisik dan frekuensi konsumsi
makanan yang berlebih.
b. Jenis kelamin
Kategori kelebihan berat badan pada indeks massa tubuh lebih
banyak ditemukan pada laki-laki. Akan tetapi, angka kejadian
obesitas lebih tinggi banyak ditemukan pada perempuan.
c. Genetik
Hasil beberapa penelitian terdahulu menunjukan bahwa terdapat
lebih dari 40% variasi indeks massa tubuh (IMT) dijelaskan karena
faktor genetic yang berhubungan dengan generasi pertama
keluarga. Studi lain yang berfokus pada pola keturunan dan gen
spesifik telah menemukan sebesar 80% bahwa keturunan dari
orang tua yang obesitas juga mengalami obesitas dan kurang dari
10% memiliki berat badab normal.
d. Pola makan
Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi
makanan yang dimakan oleh seorang individu, masyarakat atau
sekelompok populasi tertentu. Memakan makanan cepat saji
berkontribusi sangant besar terhadap peningkatan indeks massa
tubuh (IMT) sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. Hal ini
terjadi karena kandungan lemak dan gula yang tinggi masuk
kedalam tubuh pada makanan cepat saji.
e. Aktivitas fisik
Pada aktivitas fisik menggambarkan gerakan tubuh seseorang
disebabkan oleh kontraksi otot yang menghasilkan energi
ekspenditur. Menjaga kesehatan tubuh perlu membutuhkan
aktivitas sedang atau bertenaga dan dilakukan kurang lebih 30
menit setiap harinya dalam seminggu.
Tabel 2.2
Rumusan Indeks Massa Tubuh (IMT)
C. Kerangka Teori
Table 3.1
Kerangka Teori
Desminore
Faktor yang semakin rendah Indeks
mempengaruhi: massa tubuh maka tingkat
dismenore akan semakin
1. Riwayat keluarga
Faktor yang berat dan sebaliknya,
2. Wanita yang belum mempengaruhi: karena saat wanita
menikah semakin gemuk,
1 Usia timbunan lemak memicu
3. Indeks Massa Tubuh .
pembuatan hormon
(IMT) 2 Jenis
. kelamin terutama estrogen.
3 Genetik
.
4 Pola
. makan
4. Tingkat stress
5. Aktivits fisik
Indeks Massa Tubuh
(IMT)
Sumber:
DAFTAR PUSTAKA
Ariesthi, K. D., Fitri, H. N., & Paulus, A. Y. (2020). Pengaruh Indeks Massa
Tubuh (IMT) dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Dismenore pada
Remaja Putri di Kota Kupang. Chmk Health Journal, 4(2), 166–172.
Dismenorea, K., & Kabupaten, D. I. (2022). Hubungan indeks massa tubuh (imt)
dengan kejadian dismenorea di kabupaten bulukumba. 4(1), 39–45.
Fajarsari, D., & Purwanti, S. (2022). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
dismenorea pada siswi smk citra bangsa mandiri purwokerto di masa
pandemi Covid-19. Jurnal Bina Cipta Husada, 18(1), 118–130.
http://jurnal.stikesbch.ac.id/index.php/jurnal/article/view/65
HARIANTI BR GINTING, F. (2021). Hubungan Aktivitas Fisik Dan Status Gizi
Dengan Keluhan Dismenore Pada Remaja Putri.
Irawan, Q. P., Utami, K. D., & Reski, S. (2022). Hubungan Indeks Massa Tubuh (
IMT ) dengan Kadar HbA1c pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di
Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie. 1(5), 459–468.
Kurniati, B., Amelia, R., & Oktora, M. Z. (2019). Hubungan Indeks Massa Tubuh
dengan Kejadian Dismenore pada Mahasiswi Angkatan 2015 Fakultas
Kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang. Health & Medical Journal,
1(2), 07–11. https://doi.org/10.33854/heme.v1i2.234
Muhammad, J. (2017). Pengaruh Hypnotherapi terhadap Dismenore. Study
Mahasiswa S1 Keperawatan UMM, 4(1), 12–98.
Oktorika, P., Indrawati, & Sudiarti, P. E. (2020). Hubungan Index Masa Tubuh
(Imt) dengan Skala Nyeri Dismenorea pada Remaja Putri dii Sma Negeri 2
Kampar. Jurnal Ners Research & Learning in Nursing Science, 4(23), 122–
129. https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners/article/view/
1138
Pengesti, A., Pranajaya, R., & Nurchairina, N. (2019). Stres Pada Remaja Puteri
Yang Mengalami Dysmenorrhea Di Kota Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 14(2), 141. https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.1297
Putri, D. K., & Lulianthy, E. (2022). RELATIONSHIP OF THE BODY MASS
INDEX ( BMI ) OF ADOLESCENTS AND. 8.
SYAFRIANI, S. (2021). Hubungan Status Gizi Dan Umur Menarche Dengan
Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri Di Sman 2 Bangkinang Kota 2020.
Jurnal Ners, 5(1), 32–37. https://doi.org/10.31004/jn.v5i1.1676
Wahyuni, R. S., & Oktaviani, W. (2018). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan
Dismenore pada Remaja Putri SMP PGRI Pekanbaru. Jurnal Endurance,
3(3), 618. https://doi.org/10.22216/jen.v3i3.2723
Widiyanto, A., Uti, A. D. L., & Sab’ngatun. (2020). HUBUNGAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN DISMENOREA Relationship Between Body
Mass Index And Dysmenorrhea. Journal of Health Research, 3(2), 131–141.
Wulanda, C., Luthfi, A., & Hidayat, R. (2020). Efektifitas Senam Disminore Pada
Pagi Dan Sore Hari Terhadap Penanganan Nyeri Haid Pada Remaja Putri
Saat Haid Di SMPN 2 Bangkinang Kota Thun 2019. Jurnal Kesehatan
Tambusai, 1(1), 1–11.
Kesehatan Reproduksi Remaja. (2022). (n.p.): Get Press.
Monograf: Aromaterapi Lavender untuk Dismenore. N.p., Media Sains
Indonesia, 2022.