Anda di halaman 1dari 4

Pembangunan pelabuhan

Pelabuhan merupakan tempat atau fasilitas jasa untuk melayani kapal yang datang dan pergi di
area dermaga, termasuk fasilitas penanganan limbah. Pelabuhan menurut pasal 1 PP Nomor 61
Tahun 2009 tentang Kepelabuhan adalah Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, untuk naik turun penumpang
atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Kegiatan pembangunan pelabuhan beserta fasilitasnya akan memengaruhi terjadinya perubahan
batimetri, pola arus laut dan gelombang dan secara simultan mengakibatkan dampak turunan
yaitu adanya perubahan pola sedimentasi yang dapat mengakibatkan abrasi dan akresi
(perubahan garis pantai). Jika bagian struktur pelabuhan menonjol ke arah laut, maka mungkin
terjadi erosi pada garis pantai disekitarnya akibat transpor sediment sejajar pantai yang
terganggu. Dampak ini merupakan  isu yang paling penting dalam setiap  pembangunan di
wilayah pesisir, sehingga dalam rencana pengelolaan dan rencana pemantauan harus dilakukan
secara berkesinambungan.
Penurunan kualitas air laut ditandai dengan adanya peningkatan kekeruhan dan penigkatan
pencemaran air laut. Penurunan peningkatan kualitas air kegiatan konstruksi pada pembangunan
pelabuhan akan berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas air laut terutama pada
tahap pengerukan (capital dredging) dan pembuangan material keruk. Kegiatan operasional akan
memengaruhi kualitas air laut dan kualitas air permukaan (jika pembangunan pelabuhan terletak
di sekitar sungai) dengan adanya peningkatan pencemaran terutama yang dihasilkan dari
discharge air limbah domestik dan non domestik (air balast, tank cleaning dan bahan kimia yang
digunakan untuk perawatan kapal), kegiatan operasional loading-offloading di pelabuhan serta
korosi pada kapal.
Kegitan pembanguna pelabuhan akan memberikan dampak yang sangat penting terhadap biota
perairan yang berada disekitar wilayah pelabuhan. Kegiatan pembukaan lahan, pemancangan
tiang pondasi dan pembangunan struktur fisik fasilitas pelabuhan dapat mengganggu biota yang
ada di wetland/lahan basah seperti  mangrove, bangsa krustase, larva-larva ikan dan biota
perairan lainnya seperti terumbu karang dan padang lamun.Gangguan terhadap biota perairan
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung disebabkan oleh kegiatan
pengerukan dan pembangunan, sedangkan secara tidak langsung merupakan dampak lanjutan
dari penurunan kualitas air laut akibat operasional pelabuhan.

Breakwater dan pendaratan dapat berubah dan menyebabkan stagnasi air dibelakang strukturnya.
Jika kantor atau industri mengeluarkan limbah dalam pelabuhan , stagnasi air pelabuhan akan
memburuk menyebabkan kenaikan dramatis phytoplankton dan penurunan DO, yang dihasilkan
dari eutropikasi air, disebabkan oleh limbah berisi nutrien garam (senyawa kimia termasuk Nand
P).

Air anaerob petunjuk adanya hydrogen sulphide (H2S) dan bisa diidentifikasi baunya, hal
tersebut mempunyai dampak serius pada organisme. Pembuangan kotoran/limbah kantor
juga memberi bacteri coliform dalam pelabuhan dan menyebabkan kontaminasi tidak dapat
diterima.
Perlu kehatian dalam menentukan lokasi dan desain pelabuhan, fokus pada kemungkinan
stagnasi air. Jika level polusi dasar berada pada titik tertinggi perlu ada sistem penanganan
pembuangan limbah (a sewage treatment system) yang direncanakan sebagai bagian
pengelolaan lingkugan di kawasan pelabuhan. Kebijakan pembuangan limbah
dipemberhentian kapal dan ketetapan penanganan kebersihan fasilitas sangat diperlukan
untuk mengurangi polusi dari hiterland.

Lokasi pelabuhan dapat menyebabkan perubahan bentuk dan daratan pesisir pada perubahan
arah gelombang (wave refraction), difraksi (diffraction) dan refleksi (reflection).
Perubahan daratan di pesisir (littoral drift) petunjuk terjadinya erosi di kawasan pesisir (shore
zones). Perubahan gelombang akan berbahaya bagi pelayaran kecil yang melakukan gerakan.
Membuat pelabuhan akan menyebabkan perubahan arus sungai dan drainasi di kawasan
pelabuhan.

Hati-hati memilih lokasi dan disain pelabuhan sehingga dapat meminimalisir perubahan bentuk
dan hidrologi pesisir lainnya. Model atau simulasi komputer terhadap perubahan bentuk perlu
digunakan dalam membangun disain. Tipe yang dapat melawan erosi pantai adalah konstruksi
dinding laut, jetti, breakwater offshore dan pantai yang secara periodik mengandung zat
makanan.

Lokasi pelabuhan mempercepat endapan sedimen (sediment deposition) dalam air stagnan
yang menyebabkan kontaminasi di bawah air laut.
Endapan sedimen termasuk biota bawah dan habitat fisik. Struktur gundukan naungan
dibawah dan mempengaruhi habitat. Eutropikasi air menyebabkan pengendapan dari
kematian plankton dan perubahan karakteristik kimia dari sedimen bawah, menghasilkan
kenaikan zat organik, hydrogen sulphide dan mobilisasi zat berbahaya.

Pengurangan (diminution) biota bawah selalu berhubungan dengan menghilangkan sumberdaya


perikanan dan adakalanya (occasionally) meningkatkan spesies yang tak menyenangkan/jahat
(undesirable species). Keburukan (deterioration) kualitas air selalu memberi peningkatan
perubahan dalam biota air : menurunkan jumlah spesies, dan menaikan dalam kuantitas satu
atau dua spesies khusus.
Keburukan petunjuk (lead) kerusakan semua jenis biota air.
Lokasi pelabuhan mempengaruhi biota dan tumbuhan air dengan perubahan kualitas air,
hidrologi pesisir dan kontaminasi bawah. Reklamasi lahan dari meniadakan habitat bawah laut
dan menggantikan sumberdaya perikanan. Biota dan tumbuhan darat juga mengubah lokasi dari
pelabuhan.
Pengurangan tumbuhan di pesisir (shore zone) dalam penyertaan air menurunkan kemampuan
aerasi dan polusi air lebih buruk. Manggrove berperan penting menyediakan habitat darat dan
biota air dan secara tidak langsung dapat memperbaiki kualitas air.

Tumpukan yang bergerak/dinamis, endapan puing, pasir padat dan kerja konstruksi lainnya di
dalam air menyebabkan sedimen tersuspensi kembali dan air keruh (turbid).

Sedimen yang tersuspensi kembali dalam air menujukan kenaikan pada level padat dan
konsentrasi zat organik, kemungkinan racun. Juga mengurangi penetrasi sinar matahari.

Bekerjannya kapal kemungkinan menyebabkan tumpahan minyak (oil spills), aliran sampah,
dan kebocoran (leakage) zat lain dalam air. Penyebaran (diffusion) dari kerja dalam air dan
kelebihan aliran dari daratan kemungkinan menjadi sumber polusi air.

Hampir sama dengan yang terjadi di lokasi pelabuhan. Pengerukan (dredging)


menyebabkan terjadi perubahan dan aliran interusi air laut di mulut sungai atau daratan
pesisir.

Perubahan di daratan pesisir berupa erosi pantai atau akresi (accretion).

Pembuangan (disposal) material pengerukan di tanah kemungkinan menyebabkan


kebocoran (leakage) zat-zat berbahaya dari bawah tanah atau perubahan muka air drainase.

Konstruksi dan pengerukan mengganggu (distrub) sedimen-sedimen bawah dan


menyebabkan (induce) suspensi kembali (resuspension), pembubaran (dispersal) dan
penempatan (settlement) sedimen.

Penimbunan (dumping) material pengerukan langsung merubah-rubah (alters) konfigurasi


bawah dan biota serta menyebarkan racun atau zat-zat kimia berbahaya disekitar tempat
pembuangan.

Pengerukan akan berpindahnya habitat bawah yang menunjukan terjadi kehilangan


sumberdaya perikanan.

Gangguan dari aktifitas konstruksi menyebabkan hilangnya habitat sumberdaya ikan dan
biota bawah yang bergerak lainnya. Pengerukan dan penimbunan material pengerukan bisa
menghilangkan sumberdaya ikan.

Penempatan sedimen-sedimen yang tersuspensi kembali pada biota dan tumbuhan laut yang
mudah hancur merusak ekosistem terumbu karang. Jumlah besar polip-polip koral mengikat
kebutuhan dissolved oxygen (DO) untuk respirasi dan tumbuh-tumbuhan membutuhkan
cahaya matahari untuk fotosintesis.

Jika zat-zat racun dan zat-zat kontaminan lainnya tersuspensi kembali lewat pengerukan dan
penimbunan, hal tersebut menunjukkan terjadi kontaminasi pada sumberdaya ikan dan kerang.
Pemberhentian kapal bisa menjadi sumber pencemaran air yaitu air kotor yang tergenang di
dasar kapal (bilge water), air pendingin mesin, limbah-limbah berminyak (oily wastes),
pembuangan kotoran (sewage), sampah (garbage) dan limbah buangan lainnya pada
pelayaran.
Tumpahan minyak, minyak pelumas (lubricant), bahan bakar dan jenis minyak cair
lainnya bisa
menjadi sumber pencemaran air.

Kebocoran minyak (leakage of oils), limbah berminyak dan campuran secara langsung
menyebabkan kerusakan sumberdaya ikan, biota aquatic dan habitat pesisir.

Pelayaran menimbulkan ;
a. Limbah minyak seperti air kotor yang tergenang di dasar kapal, air pendingin mesin
(ballast water), air cucian, minyak pelumas dan jenis limbah lain dalam ruang mesin.
b. Pembuangan kotoran menggunakan air (sewage) dan sampah.
c. Limbah kargo seperti pecahan kayu dll

Pemberhentikan kapal dan kebocoran limbah menyebabkan masalah polusi minyak,


sampah terapung, kondisi sanitasi, bau dan degradasi lainnya dari kualitas air.

Anda mungkin juga menyukai