Anda di halaman 1dari 4

Ancaman Ekosistem Lamun

Lamun pada umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun
terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun (Thalassia) adalah substrat
dasar dengan pasir kasar. Menurut Haruna (Sangaji, 1994) juga mendapatkan Enhalus
acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dan
kadang-kadang terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang yang telah
mati.
Keberadaan lamun pada kondisi habitat tersebut, tidak terlepas dan gangguan atau
ancaman-ancaman terhadap kelangsungan hidupnya baik berupa ancaman alami maupun
ancaman dari aktivitas manusia. Adapaun ancaman ekosistem lamun secara alami maupun
karena aktivitas manusia antara lain:

a. Ancaman secara alami


1. Eutrofikasi
Eutrofikasi, peningkatan konsentrasi nutrisi di badan perairan terutama unsur nitrogen
(N) dan Fosfor (P) merupakan permasalahan yang penting dalam zona pesisir dunia.
Eutrofikasi dan pemuatan sedimen (pengendapan) diduga menjadi penyebab penurunan area
vegetasi lamun di seluruh dunia. Kenaikan tingkat nutrisi di dalam kolom air terutama pada
perairan oligotrofik (miskin nutrisi) menstimulus pertumbuhan fitoplankton, makroalga
(termasuk rumput laut) dan alga epifit, juga lamun. Penambahan nutrisi dapat menyebabkan
lamun menjadi kalah bersaing dengan pertumbuban makroalga yang relatif cepat.
Reduksi cahaya akibat kenaikan turbiditas setelah eutrofikasi diperkirakan sebagai
penyebab penurunan lamun dalam skala yang besar. Penurunan lamun merupakan dampak
secara tidak langsung dari peningkatan konsentrasi nutrisi yang berasosiasi dengan organisme
laut lainnya.

2. Pemanasan global
Ancaman yang relatif baru terhadap lamun adalah perubahan iklim yang merupakan
dampak dari pemanasan global. walaupun dampak pada lamun seeara keseluruhan belum
dapat ditentukan. Potensi ancaman terhadap lamun dapat muncul secara tidak langsung dari
proses kenaikan permukaan air laut, perubahan sistem pasang surut, penurunan salinitas
lokal, kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta dampak perubahan distribusi dan
intensitas kejadian ekstrim yang tidak terduga, yang merupakan akibat dari perubahan iklim.
Kenaikan konsentrasi CO2 secara terus menerus dapat mengakibatkan penurunan nilai pH
(pengasaman air laut), sehingga dapat memengaruhi fotosintesis dan pertumbuhan lamun
yang mengakibatkan penurunan padang lamun.

3. Penurunan pH perairan (pengasaman perairan)


Peningkatan kadar CO2 terlarut menurunkan pH air laut atau dengan kata lain terjadi
pengasaman air laut. pH air laut yang rendah berpengaruh positif terhadap lamun yaitu dapat
meningkatkan fotosintesis dan produktivitas lamun.

4. Peningkatan Suhu
Peningkatan suhu akan berdampak terhadap pergeseran distribusi lamun, perubahan
pola reproduksi seksual, perubahan tingkat pertumbuhan dan metabolisme, dan perubahan
keseimbangan karbon. Suhu yang tinggi juga dapat meningkatkan pertumbuhan alga dan
epifit, yang tumbuh terlalu cepat lamun dan dapat mengurangi ketersediaan sinar
matahari bagi lamun yang butuhkan untuk bertahan hidup. Di samping itu akibat temperatur
yang tinggi akan mengakibatkan banyaknya daun yang hilang dan akan menaikkan
temperatur sedimen Kenaikan temperatur sedimen akan membuat tanaman mati.

5. Peristiwa Badai
Badai di wilayah pesisir dapat menyebabkan pergerakan sedimen yang besar
dan memiliki efek buruk pada padang lamun seperti tercabutnya atau terbenamnyalamun.
Peningkatan curah hujan dan debit dari sungai dapat meningkatkan luapan sedimen, yang
juga dapat mengakibatkan penurunan tingkat cahaya atau mencekik ekosistem lamun.

6. Peristiwa Banjir
Perubahan ekstrim dari pola cuaca juga dapat menyebabkan banjir, yang
menyebabkan peningkatan kekeruhan perairan dan laju sedimentasi. Hujan lebat juga dapat
mempengaruhi lamun dengan mengencerkan air laut ke salinitas rendah. Dampak dari
peristiwa hujan ekstrem juga menyebabkan proses pemulihan yang lambat. Di sisi
lain, gangguan akibat badai dan banjir kemungkinan akan mengurangi
cahaya untuk fotosintesis dan karenanya produksi O2 berkurang dan distribusi ke akar
semakin berkurang.

7. Kenaikan permukaan laut dan perubahan arus


Kenaikan permukaan laut dapat mempengaruhi lamun akibat peningkatan kedalaman
air (sehingga mengurangi cahaya). Perubahan arus dapat menyebabkan erosi
dan peningkatan  kekeruhan air dan intrusi air laut yang lebih tinggi ke darat atau ke muara
sungai. Perubahan pola arus dapat mengikis padang lamun atau membuat daerah
baru bagi kolonisasi lamun. 

b. Ancaman karena aktivitas manusia


1. Pengendapan (Siltation)
Peningkatan populasi manusia berkaitan dengan perubahan tata guna lahan di seluruh
dunia. Hal ini meliputi deforestasi area tropis untuk menghasilkan lahan pertanian,
permukiman, serta penebangan dan kegiatan pembebasan lahan pada hutan mangrove untuk
menciptakan budi daya tambak. Perubahan- perubahan tersebut, dapat menyebabkan erosi
dan peningkatan transpor sedimen melalui sungai yang mengalir ke estuari dan perairan
pesisir.
Partikel terlarut yang terkandung dalam aliran tersebut, menciptakan turbiditas yang
dapat mengurangi kejernihan air dan mereduksi ketersediaan cahaya, sehingga menghambat
pertumbuhan dan perkernbangan lamun di kawasan estuari dan pesisir. Dampak lainnya
adalah penimbunan sedimen pada lamun dan perubaban kondisi sedimen, sehingga tidak
dapat mendukung pertumbuban lamun. Saat ini, pengendapan juga merupakan ancaman besar
terbadap komunitas padang lamun.

2. Pembebanan sedimen organik


Penurunan larnun juga telah dikaitkan dengan beban senyawa organik lokal pada
sedimen yang berhubungan dengan aktivitas akuakultur. Peningkatan polusi perairan karena
aktivitas perikanan disebabkan oleh sisa pakan, ekskresi ikan, dan produksi feses. Partikel
organik di dalam perairan mengalami sedimentasi, sehingga meningkatkan materi organik di
dalam sedimen.
Ketersediaan materi organik berlebih pada sedimen dapat disebabkan oleh aktivitas
padang lamun sendiri. Produktivitas lamun yang tinggi secara lambat dapat bersifat racun,
karena pernasukan detritrus ke dalam sedimen dan melalui aktivitas penangkapan partikel
terlarut. Penurunan luas padang lamun disebabkan oleh kombinasi dampak dari reduksi
kualitas air dan beban organik pada sedimen. Dampak dari pembebanan senyawa organik
pada sedimen dapat berlangsung dalam jangka waktu yang realtif lama, walaupun kualitas air
membaik.

3. Bahan kimia beracun


Salah satu polusi bahan kimia paling berbahaya bagi ekosistem laut, yang tercatat
sampai saat ini, adalah tumpahan minyak. Kerusakan ekosistem laut, termasuk ekosistem
larnun, disebabkan oleh penutupan lapisan minyak dan komponen min yak terlarut yang
mencemari air laut. Akibat tumpahan minyak, lamun dapat mengalami kematian, penurunan
area, atau tidak terpengaruh sarna sekali.
Selain tumpahan minyak, pencemaran industri perminyakan juga dapat berasal dari
buangan limbah kilang minyak, hasil sampingan dari proses produksi, distribusi maupun
transportasi.

4. Perubahan fisika-kimia lainnya


Pemasukan materi terlarut dan partikel hasil aktivitas manusia ke dalam kolom air, serta
sedimen dapat berdampak negatif dan menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak sesuai
unruk lamun. Contohnya, limbah panas dan pembangkit tenaga listrik menyebabkan
degradasi padang lamun. Rekayasa pesisir secara fisik juga dapat merubah lingkungan lamun.
Pembangunan bendungan dan tanggul dapat merubah hidrodinamika daerah laut yang
berdekatan dengan lokasi pembangunan, sehingga rentang pasang surut meningkat secara
tiba-tiba, karena penutupan dan kecepatan arus yang naik secara tajam di beberapa lokasi.
Perubahan kondisi dinamika tersebut, tidak dapat mendukung pertumbuhan lamun dengan
baik.

5. Kerusakan mekanis
Kerusakan pada padang lamun yang disebabkan secara mekanis dapat berasal dari
berbagai aktivitas, misalnya penangkapan ikan dan perkapalan. Praktek penangkapan ikan
yang mengganggu sedimen dapat menyebabkan penurunan area penutupan lamun, seperti
rusaknya taruk dan rimpang. Penggunaan pukat bahkan dapat merusak lamun secara
keseluruhan dengan cara mencabutnya dari sedimen.
Pemeliharaan jalur perkapalan, seperti pengerukan, menimbulkan dampak mekanis
pada padang lamun, walaupun tingkat kerusakannya relatif kecil dibandiogkan eutrofikasi.
Efek kumulatif dan banyak jangkar perabu, baling-baling, dan perahu kecil juga
menghasilkan penurunan vegetasi lamun yang cukup besar.
Daftar Pustaka
Christanto, J. 2010. Global Warming In Strategy Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Berkelanjutan. Jurnal Ekosains. Vol. II. NO. 2
Den Hartog, C.1970. The seagrasses of the world. Dalam: Azkab,M.H. 1999. Pedoman
Invetarisasi Lamun. Oseana 1: 1-16.
Rahmawati, Susi. 2011. Ancaman Terhadap Komunitas Padang Lamun. Jurnal Bidang
Sumberdaya Laut. 36:2, 49-58.
Vatria, Belvi. 2010. Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya
Degradasi Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang Ditimbulkannya. Jurnal Belian. 9:1,
47-54.

Anda mungkin juga menyukai