OLEH :
NURUL PUSPITASARI
NIM. 2023105075016
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia yang terdiri
dari ribuan pulau dari Sabang sampai Merauke. Tujuh puluh persen wilayah indonesia
merupakan wilayah perairan sehingga transportasi laut memegang peranan penting
dalam sistem transportasi nasional untuk membangun konektivitas antar pulau di
Indonesia baik domestik maupun internasional sehingga sangat berpengaruh pada
perekonomian Indonesia.
I.3. Tujuan
1. Menjelaskan aktivitas pelabuhan yang dapat merusak lingkungan
2
2. Menjelaskan konsep ecoport
3. Menjelaskan kebijakan,pedoman dan pengembangan teknis ecoport di Indonesia
4. Menjelaskan manfaat keberhasilan program ecoport ecoport
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pembuangan air balas ini memiliki banyak dampak yang sangat berbahaya bagi
lingkungan karena dapat mengancam kehidupan makhluk hidup yang ada di laut
(Dany D.P et al, 2020). Selain itu, air balas yang dibuang ke laut juga mengandung
timbal yang berbahaya bagi lingkungan. Bahan pencemar yang masuk terus menerus
dalam jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi
4
bahan pencemar tersebut di perairan dan sedimen. Berdasarkan hasil penelitian di
Tanjung Emas, pembuangan air balas yang mengandung timbal secara tidak terkontrol
menjadi faktor potensial yang meningkatkan konsentrasi timbal pada sedimen (Azmi
et al., 2016). Selain itu, pembuangan air balas juga dapat membawa organisme invasif
yang dapat memiliki dampak negatif. Organisme invasive atau organisme air
berbahaya dan patogen dapat terbawa ke daerah lain melalui air balas (El Husna et
al., 2022). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 Mengenai
Perlindungan Maritim menjelaskan bahwa kapal harus memiliki manajemen air balas
atau memiliki pengolahan air balas sebelum dibuang. Namun, ketentuan pengelolaan
air balas tidak diterapkan pada kapal yang melakukan pembuangan air balas ke dalam
fasilitas penampungan (Dany D.P et al, 2020). Sampai saat ini, masih banyak kapal
yang belum menerapkan pengolahan air balas dan hal ini tentunya akan sangat
berbahaya jika tidak segera mendapat perhatian.
Selain itu, pedampak juga disebabkan oleh kegiatan bongkar muat di pelabuhan
dan korosi pada kapal. Limbah dan zat pencemar harus dikelola dengan baik dan
mendapat perhatian dari semua pihak. Jika tidak ditangani dan dibiarkan
terusmenerus, dampaknya akan sangat merugikan baik bagi lingkungan sekitar
maupun manusia (Bagus, 2023).
Salah satu penyumbang polutan konvensional dan gas rumah kaca adalah
kegiatan yang terjadi di pelabuhan. Kegiatan pelabuhan telah berkontribusi sebesar
3% terhadap emisi gas rumah kaca (Helfre et al., 2013). Bahkan, saat kapal sedang
berlabuh di pelabuhan, emisi yang dihasilkan dapat mencapai 10 kali lipat dari emisi
yang dihasilkan oleh operasi pelabuhan itu sendiri. Dampaknya adalah pencemaran
udara yang sangat merugikan lingkungan. Kapal menjadi sumber polusi udara melalui
emisi gas buang seperti NOx, CO2, dan SOx. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan, pasal 111 menyatakan bahwa
kapal dilarang melebihi batas emisi gas buang yang ditetapkan. Secara umum, setiap
liter bahan bakar minyak diesel yang terbakar akan menghasilkan emisi CO2 dan NOx.
5
Emisi gas buang dari mesin diesel dapat menyebabkan masalah lingkungan seperti
hujan asam, efek rumah kaca, dan berdampak pada kesehatan manusia seperti
gangguan sistem pernapasa, terancamnya Kesehatan janin, menurunkan kesuburan,
kematian dan kanker (Kumar et al., 2019). Selain itu, semua gas tersebut juga menjadi
penyebab pemanasan global yang memicu perubahan iklim.
Dampak – dampak turunan dari perubahan fungsi dan tata guna lahan adalah
terjadinya perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk, peningkatan
kesempatan kerja dan berusaha, timbulnya keresahan dan persepsi negatif
masyarakat, gangguan terhadap aktivitas nelayan, peningkatan kepadatan lalu lintas
pelayaran, serta bangkitan lalu lintas.
6
pembukaan lahan, pemancangan tiang pondasi dan pembangunan struktur fisik
fasilitas pelabuhan dapat mengganggu habitat, biota yang ada di wetland/lahan basah
seperti mangrove, bangsa krustase, larva-larva ikan dan biota perairan lainnya seperti
terumbu karang dan padang lamun.
Gangguan terhadap biota perairan dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung disebabkan oleh kegiatan pengerukan dan pembangunan,
sedangkan secara tidak langsung merupakan dampak lanjutan dari penurunan
kualitas air laut akibat operasional pelabuhan.
7
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencegah dan mengendalikan isu-isu
lingkungan yang timbul di wilayahnya.
8
rencana pengelolaan daerah aliran sungai perlu dibuat sehingga dapat
mengontrol kualitas air yang masuk ke laut.
7) Pengolahan dan kualitas udara. Untuk menjaga kualitas udara, perlu
diambil langkah yang tepat dalam rangka memenuhi nilai-nilai batas emisi
yang berlaku untuk tiap instalasi yang terpasang di dalam pelabuhan.
Selain itu perlu ada dialog dnegan warga lokal untuk memperoleh
pemahaman dari mereka atas dampak kebisingan yang dihasilkan oleh
pelabuhan.
8) Pemantauan lingkungan pelabuhan dan pelaporannya. Pemantauan
dilakukan dengan mengidentifikasi indikator kinerja terkait isu lingkungan
di kawasan pelabuhan. Berdasarkan hasil identifikasi lalu disusun laporan
tahunan kondisi lingkungan pelabuhan.
9) Kesiapan pelabuhan dan potensi perencanaan. Rencana disusun
berdasarkan koordinasi dengan pemerintah kota dan nasional serta
potensi Pelabuhan (Environmental Code of Practise-European Sea Port
Organisation, 2003)
9
(Mongelluzzo, 2008). Selain mengenai pengurangan gas emisi CO2, maka tidak
kalah pentingnya adalah pengelolaan limbah di kawasan pelabuhan (reception
facilities).
Salah satu usaha dan kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup di kawasan pelabuhan adalah kegiatan rutin operasional
kapal dan kegiatan penunjang pelabuhan yang menghasilkan limbah. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2009 tentang
Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, maka untuk mencegah terjadinya pencemaran
dan / atau kerusakan lingkungan hidup, maka limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rutin operasionil kapal dan kegiatan penunjang pelabuhan perlu dikelola.
Berdasarkan hasil penelitian studi dari Deputi Bidang Pengelolaan B3 dan Limbah
B3 Kementerian Negara Lingkungan Hidup, masih terdapat adanya pengeloaan
limbah B3 yang illegal di pelabuhan. Tujuan pengelolan limbah di pelabuhan ini
adalah untuk meminimalisasi terkontaminasinya media lingkungan pesisir, pantai dan
perairan oleh limbah B3, memudahkan pengawasan transboundary movement
limbah di pelabuhan, serta pendataan dan legalitas pengeloaan limbah di kawasan
pelabuhan di Indonesia (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009).
10
dan lautan, di antaranya kegiatan pembangunan, pengembangan, dan pengoperasian
pelabuhan dan kegiatan terkait lainnya.
11
2) Menerapkan prinsip good environmental governance (tata praja
lingkungan) secara konsisten dengan memperhatikan tata ruang,
kemampuan sumberdaya manusia serta sarana dan prasarana dan
kapasitas kelembagaan.
3) Mencegah dan mengendalikan sumber pencemaran lingkungan
sehingga lingkungan pelabuhan bebas dari sampah, minyak dan jenis
limbah lainnya.
4) Meningkatkan koordinasi antara instansi terkait dan semua stakeholder,
sehingga terwujud hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara
manusia dan lingkungannya, mendukung pembangunan berkelanjutan di
lingkungan kawasan pelabuhan atau daerah lingkungan kerja pelabuhan.
Terdapat dua elemen utama pelabuhan, yaitu (i) elemen sarana pelabuhan
atau kapal laut dan (ii) elemen prasarana dan fasilitas pelabuhan atau terminal laut.
Antara sarana dan prasarana pelabuhan memiliki keterkaitan yang sangat erat, di
mana perkembangan teknologi sarana angkutan laut sedapat mungkin diimbangi
dengan perkembangan teknologi prasarana pelabuhan. Hal ini merupakan
konsekuensi dari timbulnya dimensi kecepatan dan keamanan dalam transportasi laut.
12
Pesatnya pertumbuhan sarana dan prasarana pelabuhan, termasuk alat transportasi
laut (perkapalan) dan transportasi darat (angkutan kontainer) serta peralatan angkutan
bongkar-muat barang menyebabkan penggunaan energi dalam volume yang tinggi
dan akan mengeluarkan gas emisi CO2 yang mencemari udara kawasan pelabuhan.
Hal tersebut di atas disadari menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim
(climate change). Oleh sebab itu para pengelola pelabuhan di dunia menyepakati
untuk mempersyaratkan pengoperasian pelabuhan dengan menggunakan teknologi
ramah lingkungan (environmentally port).
13
7) Meningkatkan peran aktif stakeholders dalam mewujudkan
pelabuhan yang berwawasan lingkungan.
(Sumber: Diolah dari Pedoman Teknis Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport),Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, 2004. (2011)
b. Sampah 1. Volume
2. Jenis
c. Aktivitas di pinggiran 1. Tempat buangan limbah
(industri/pemukiman) domestik
2. Penataan baku mutu limbah
(industri/domestik)
14
3. Tersedianya SOP baku atau
penataan peraturan terkait
k. Aktivitas operasional Emisi udara dari kapal dan udara di 1. Baku mutu kualitas udara di
fasilitas pelabuhan kawasan pelabuhan kawasan pelabuhan
2. Penataan peraturan terkait
n. Fasilitas limbah tinja dan Lokasi limbah tinja dan IPAL 1. Kondisi
IPAL 2. Pemanfaatan
3. Pemeliharaan
q. Sarana dan prasarana Lokasi pos keamanan, fasilitas 1. Kondisi terawat atau tidak
keamanan dan keselamatan informasi keselamatan, rambu, dan terawat
umum marka jalan 2. Dimanfaatkan atau tidak
15
t. Kawasan industri yang Lokasi masing-masing industri 1. Volume/jenis limbah industri
berada di daerah dalam kawasan pelabuhan 2. Tingkat kelancaran drainase
lingkungan pelabuhan 3. Penataan peraturan terkait
baku mutu limbah cair, padat,
atau B3
Agar siklus ini tetap dapat berjalan dengan baik, manajemen pelabuhan memilih pola
manajemen yang efektif untuk menangani isu lingkungan hidup seperti Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 atau Eco Management and Adult Scheme (EMAS) atas Audit
Lingkungan.Sistem Manajemen Lingkungan. ISO 14001 adalah alat pengelolaan yang
memungkinkan tiap organisasi untuk:
16
4) Fasilitas kenyamanan : toilet, tempat singgah sementara, klinik
kesehatan, fasilitas rekreasi dan fasilitas lain untuk anak buah kapal dan
pekerja pelabuhan.
5) Fasilitas perkantoran pelabuhan : kantor pelabuhan, kantor untuk
pengguna jasa, fasilitas perkantoran lainnya.
Program
Pengelolaan
Pelabuhan
Program
Pengelolaan
Lingkungan
Pelabuhan
Program
Ecoport
Berkurangnya
Peningkatan Peningkatan Hukum Pembiayaan Terkait
Dampak Peningkatan Kelembagaan
Kapasitas Partisipasi Ketentuan Kegiatan dengan
Lingkungan di Kebersihan, dan Personil
Kelembagaan Stakeholder Pelaksanaan Lingkungan Operasional
Pelabuhan Kenyamana,
Bidang yang terlibat
dalam Kesehatan,
Lingkungan Keselamatan,
Pengelolaan
Lingkungan di pelabuhan
17
1) Manfaat ekonomi,
2) Perbaikan estetika,
3) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
4) Konservasi ekologi
5) Integrasi dengan masyarakat lokal
6) Tercapainya keseimbangan ekonomi, sosial dan ekologi.
Terminal modern Gapura Surya Nusantara merupakan hasil revitalisasi terminal lama
yang berada di Pelabuhan Tanjung Perak yang diperuntukan melayani penumpang kapal laut
sejak 1975 silam. Terminal ini dibangung menggunakan tiga konsep parsial yang terpadu yaitu
Environmental Concepts, Connectivity Concepts dan Form Concepts. Environmental Concepts
sengaja dibuat agar terminal modern Gapura Surya Nusantara mampu menjadi sebuah
kawasan publik atau public park. Selain mampu menampung sekitar 4 ribu penumpang,
terminal modern Gapura Surya Nusantara ini diharapkan bisa menjadi kawasan public park dari
seluruh kawasan pelabuhan Tanjung Perak. Sebagai public park, terminal modern Gapura
Surya Nusantara dilengkapi dengan fasilitas shopping mall dan fasilitas komersial dalam
Kawasan dengan konsep roof garden yang dapat diakses oleh masyarakat sebagai bagian dari
public park. Selain itu, terminal Tanjung Perak diharapkan juga menjadi pilot project bagi
pengembangan sisi laut yang mempertimbangkan lingkungan. Terminal Penumpang Modern
Gapura Surya Nusantara merupakan terminal penumpang kapal laut pertama di Indonesia yang
berkonsep bangunan modern, arsitektur hijau ramah lingkungan, dan hemat energi. Sejumlah
fitur yang efisien energi di antaranya ialah penggunaan lampu LED dengan sistem
pemadamannya diatur oleh sensor yang membaca ada tidaknya kegiatan manusia di sekitar
lampu. Untuk mesin pendingin menggunakan VRF (variable refrigerant flow) yang secara
otomatis menghemat energi dengan menyesuaikan kebutuhan pendinginan. Gedung terminal
juga menggunakan sistem Sewage Treatment Plant (STP) yaitu sistem air yang dapat mendaur
ulang air buangan dari gedung itu sendiri menjadi air untuk pembersihan toilet. Dua unit
garbarata atau boarding bridge yang menghubungkan terminal penumpang dengan kapal
melalui fasilitas berupa lorong yang dapat bergerak secara horisontal dan vertikal disesuaikan
dengan posisi pintu pada dek kapal yang dilengkapi dengan pendingin udara. Jadi penumpang
18
sudah dimanjakan dengan kenyamanan mulai dari masuk terminal dan cek in kemudian naik
ke ruang tunggu hingga pada saat masuk ke dalam kapal laut.
Sementara itu Connectivity Concepts dapat dilihat dari keterpaduan antara fasilitas
dalam kawasan terminal, baik massa bangunan, maupun konektifitas didesain dengan
pertimbangan iklim tropis dan efisiensi penggunaan energi. Pertimbangan iklim tropis
diwujudkan dalam fasade bangunan terminal dan service apartement yang memaksimalkan
bukaan bukaan dan penggunaan pencahayaan alami. Atap datar yang cukup luas pada
bangunan terminal difungsikan sebagai area solar cell, yang secara desain telah dipersiapkan
ruang utilitasnya dengan kapasitas energi cukup memadai untuk bangunan terminal, apabila
pemanfaatan teknologi solar cell digunakan. Efesiensi Energy ini tidak hanya diwujudkan dalam
pemanfaatan atap terminal sebagai area solar cell saja, melainkan berkaitan dengan
konektifitas alur sirkulasi yang menghubungkan setiap fasilitas dalam kawasan terminal yang
mempertimbangkan kemudahan dan kecepatan pencapaian. Connectivity Concepts ini
disesuaikan dengan kebutuhan penumpang sebuah terminal kapal laut modern. Jalur
konektifitas Connectivity Concepts dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya jalur bis/angkutan
umum, jalur kendaraan pribadi dan jalur pejalan kaki. Ketiganya memiliki jalur yang terpisah,
sehingga tidak terjadi crossing. Melalui Connectivity Concepts ini, jalur bis/angkutan umum
didesain sedekat mungkin dengan terminal penumpang. Terminal bis dibagi menjadi dua, yaitu
terminal bis satelit yang berada di basement dan terminal bis utama yang melayani seluruh
kawasan pelabuhan Tanjung Perak. Terminal bis satelit hanya menampung bis yang
diperuntukan bagi angkutan penumpang, pengantar, dan karyawan di kawasan terminal
penumpang. Sehingga tidak diperlukan waktu tunggu lama seperti halnya pada terminal bis
utama. Gambar 2. dibawah ini merupakan tampak atas Terminal Gapura Surya Nusantara.
19
Untuk jalur kendaraan pribadi, mulai mobil maupun motor didesain bisa
melayani pencapaian ke masing - masing fasilitas dalam kawasan. Area parkir
kendaraan dibagi menjadi tiga area, yaitu area parkir barat yang berdekatan dengan
terminal penumpang, area parkir basement yang melayani terminal penumpang,
shopping mall dan terminal bis. Area parkir timur bedekatan dengan service apartment,
marine business center dan dermaga. Sedangkan, jalur pejalan kaki berada di level
1, berupa jembatan penghubung antara fasilitas dalam kawasan.
20
BAB III
PENUTUP
III. Kesimpulan
1. Aktivitas Pelabuhan dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan
diantaranya penurunan kualitas air maupun udara, abrasi, dan kerusakan
habitat di pesisir.
2. Ecoport adalah sebuah konsep yang menawarkan keseimbangan antara
dampak lingkungan dan peningkatan nilai ekonomi (Perawati et al., 2017).
Ecoport adalah bentuk komitmen pelabuhan-pelabuhan di seluruh dunia dalam
mendukung kelestarian lingkungan, demikian juga di indonesia sesuai dengan
yang diamanatkan dalam peraturan menteri perhubungan nomor 51 tahun
2015.
3. Terdapat 20 indicator pada pedoman teknis konsep ecoport di Indonesia yang
ditetapkan oleh Dirjen Perhubungan Laut Tahun 2014
4. Manfaat positif yang dapat dirasakan dari keberhasilan program ecoport
diantaranya adalah manfaat ekonomi, perbaikan estetika, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), konservasi ekologi, Integrasi dengan masyarakat
local, tercapainya keseimbangan ekonomi, sosial dan ekologi.
21
Daftar Pustaka
Azmi Umi Anisyah, Tri Joko, Nurjazuli. 2016. Studi Kandungan dan Beban Pencemaran
Logam Timbal (pb) Pada Air Balas Kapal Barang dan Penumpang di Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang. Vol. 4 No. 4
Dany Djaya Prakaatmaja, Minto Basuki, Erifive Pranata. 2020. Penilaian Risiko Lingkungan
Akibat Air Pembuangan Air Balas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Vol. 2, No.1
2020.
Basuki, M, Lukmandono, dan Margareta, M.Z.B. 2018. Ballast Water Management Berbasis
Environmental Risk Assessment di Perairan Indonesia. Simposium Nasional
Kelautanan Perikanan V UNHAS. Makasar.
El Husna, Iksiroh , Anggoro Sutrisno, Sunoko, Henna, Subagiyo. 2022. Biokonsentrasi Dan
Sebaran Mikroba Patogen Sebagai Landasan Pengelolaan Lingkungan Tercemar Air
Ballast di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Doctoral thesis, School of
PostgraduateStudies. M.
Bagus, 2023. Dampak Aktivitas Pelabuhan Surabaya Terhadap Lingkungan dan Strategi
Penanganannya. Jurnal Wilayah Kota dan Lingkungan Berkelanjutan (JWIKAL) Vol. 2
No.1 Juni 2023 Hal 13-23
Hutagalung, Boby Reynold. 2004. Dampak Aktivitas Pelabuhan Dan Sebaran Pencemaran
Lingkungan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Dan Kawasan Sekitarnya.
Universitas Diponegoro: Tugas Akhir Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Semarang
Kumar, J., Kumpulainen, L., & Kauhaniemi, K. (2019). Technical design aspects of harbour
area grid for shore to ship power: State of the art and future solutions. International
Journal of Electrical Power & Energy Systems, 840-852.
22
Ramadhan Adrian , 2016 . Aplikasi Konsep Ecoport di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya,
Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Moura, D.A. & Andrade, D.G. 2018. Concepts of Green Port Operation-One Kind Of Self
Diagnosis Method To The Port Of Santos Brazil. Independent Journal of Management
& Production Volume 9 No 3: 785-809.
Perawati, D., Nabila, P.A., Edi, D.W. 2017. Faktor Penghambat Konsep Green Port di PT
Terminal Teluk Lamong Pelabuhan Surabaya. Jurnal Manajemen Bisnis Trasnportasi
dan Logistik Volume 3 Nomor 2: 267-274
23