INTERNASIONAL
CONTOH KASUS TUMPAHAN MINYAK KAPAL SHOWA MARU
DISUSUN OLEH :
NAMA
NIM
: 8111412217
A. LATAR BELAKANG
Kasus tumpahan minyak kapal Showa Maru
Kejadian yang berlangsung pada tahun 1975 ini menjadikannya kasus yang
menarik untuk dijadikan salah satu contoh karena kasus ini terjadi di tengah minimnya
legislasi internasional maupun nasional.
Pada bulan Januari 1975 kapal tanker Showa Maru, yang membawa minyak
mentah dari Teluk Persia menuju Jepang, kandas dan menumpahkan minyak di Selat
Malaka sehingga menumpahkan minyak mentah sebanyak 7300 ton. Berdasar keterangan
dari Mahkamah Pelayaran Indonesia, kandasnya kapal Showa Maru bermula dari
kelalaian nakhkoda yang mana tanker membentur karang sehingga menyebabkan dasar
kapal sepanjang 160 meter sobek.
Sebagai akibat tumpahan minyak tersebut, langkah cepat segera diambil oleh
pemerintah Indonesia dengan membentuk 3 Satuan Tugas di bawah koordinasi tiga
menteri, yaitu Menteri Perhubungan menangani segi teknis operasional, Menristek
menangani urusan penelitian dan Menteri Kehakiman mempersiapkan perangkat hukum
dan ganti ruginya.
Dari segi hukum, masalah Showa Maru di waktu itu justru menempatkan
Indonesia pada posisi sangat lemah dan sulit dalam penyelesaian hukum dan tuntutan
ganti rugi. Karena selain belum ada UU Nasional tentang Pencemaran Laut, juga karena
konvensi-konvensi internasional yang ada seperti Konvensi Brussel tahun 1969 belum
diratifikasi.
Untuk mengatasinya, delegasi Indonesia berkonsultasi ke Malaysia, Singapura,
Thailand dan Philipina. Namun upaya delegasi tidak berhasil karena penanggulangan
hukum pencemaran laut di negara-negara tersebut juga masih pada tahap awal, kecuali
Singapura yang sistem hukumnya telah menggunakan pola Konvensi London tahun 1954.
Sementara itu pakar hukum Prof. Dr. Komar Kantaatmadja, SH, mengatakan bahwa saat
itu kerusakan ekologi laut di Indonesia sangat sedikit dituntut ganti rugi, karena
kerusakan akibat penemaran oleh tumpahan minyak berada di luar jangkauan asuransi.
Peristiwa Showa Maru yang melemahkan posisi Indonesia, menurut Komar karena
kriteria kerusakan, metode survei dan dasar hukum nasional maupun internasional kurang
jelas. Maka klaim Indonesia -berkaitan kerusakan mata rantai makanan
akibat
terganggunya ekosistem kelautan oleh tumpahan minyak- atas kerusakan ekologi laut
dalam jangka panjang tidak dapat diterima.
Akibat jangka langsung maupun tidak langsung atas kejadian ini adalah nelayan
setempat masih saja mengalami kesulitan mendapat hasil tangkapan ikan seperti sebelum
kejadian kecelakaan kapal dan bahkan penduduk yang biasa mengandalkan hidupnya
pada mencari kayu bakar pun tak luput dari kesusahan. Sebab hutan bakau yang menjadi
sumber penghasil kayu bakar mengalami kerusakan dan kekeringan.
Indonesia sendiri sudah mulai mendapat ganti rugi dari pemilik Showa Maru,
tanker Jepang yang kandas karena bocor di Selat Malaka, Januari 1975. Pembayaran yang
meliputi US $ 1,2 juta itu baru merupakan pembayaran tahap pertama dan akan
digunakan untuk ongkos pembersihan perairan bagian Indonesia yang tercemar serta
pembayaran ganti rugi nelayan yang sementara ini terputus jalur mata pencarian mereka.
Namun hingga 3 tahun setelah kejadian tersebut masalah ganti rugi masih saja
meninggalkan persoalan bagi penduduk Kabupaten Kepulauan Riau, yaitu soal ganti rugi
bagi penduduk yang menderita kerugian langsung ataupun tidak langsung akibat
tercemarnya wilayah laut.
Pada masa itu, terdapat proyek pembangunan pelabuhan dan tempat pendaratan
ikan di Teluk Antang, Pulau Tarempa namun asal dana proyek tersebut juga masih
simpang siur karena belum tentu merupakan uang ganti kerugian atau juga sumbangan
dari pemilik Showa Maru. Sementara berdasar keterangan dari Departemen Luar Negeri,
mengatakan bahwa perundingan dengan pemilik kapal baru sampai pada taraf menyetujui
biaya pembersihan saja. Sementara mengenai masalah ganti rugi untuk korban warga
sekitar masih dalam proses dan akan ditangani oleh Departemen Dalam Negeri dengan
dibantu oleh instansi lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari pencemaran laut ?
2. Apa saja sumber-sumber pencemaran laut ?
3. Apa saja dampak dari pencemaran laut ?
4. Apa dasar hukum mengenai pencemaran laut ?
C. PEMBAHASAN
Laut
menurut
Peraturan
Pemerintah
No.19/1999
tentang
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.
sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian
organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
B. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform
telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey
sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya
pencemaran tersebut
C. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
1. Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
3. Jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak
dapat membersihkan diri
4. Air sebagai media untuk hidup vector penyakit
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau
penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerahdaerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat
masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain,
bakteri, protozoa dan metazoa.