Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

KESEHATAN & DEGRADASI LINGKUNGAN

PAPER

DEGRADASI PESISIR TELUK AMBON

Disusun Oleh:

HALVINA GRASELA SAIYA


(11/326433/PMU/07312)

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Sudarmaji, M.Eng.Sc

MAGISTER PENGELOLAAN LINGKUNGAN


FAKULTAS GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

PAPER

DEGRADASI PESISIR TELUK AMBON

Pendahuluan
Propinsi Maluku terkenal sebagai salah satu lumbung ikan di Indonesia. Berbagai wilayah di
daerah tersebut merupakan wilayah yang potensial untuk berbagai usaha perikanan, salah satunya
adalah Teluk Ambon. Teluk Ambon terkenal sebagai ladang ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
dan Tuna (Thunus sp.) yang juga merupakan kualitas eksport. Namun, tidak hanya itu, Teluk Ambon
juga merupakan tempat penangkapan ikan umpan seperti ikan Teri (Stolephorus spp.), ikan make
(Sardinella, spp.), ikan lalosi (Caesio spp.), ikan lompa (Thrissina spp.), ikan Momar
(Decopterus spp.) dan ikan tatari /Rastrelliger spp. Ikan-ikan umpan tersebut digunakan untuk
keperluan kapal-kapal penangkap ikan yang beroperasi di laut Banda. Di sisi lain, Teluk Ambon
terbagi menjadi dua wilayah teluk yang berbeda karakteristiknya, yakni: Teluk Ambon bagian luar
dan Teluk Ambon bagian dalam. Dua wilayah ini dipisahkan oleh suatu ambang/sill berkedalaman
12,8 meter dan lebar 7,8 meter, sehingga oleh karena keberadaannnya yang demikian, maka
membentuk karakteristik yang berbeda antara Teluk Ambon bagian luar dan dalam, yakni pada Teluk
Ambon bagian luar memiliki pola arus yang dipengaruhi oleh laut Banda sehingga arusnya lebih
deras, sedangkan di teluk bagian dalam, arusnya lebih tenang. Dengan kondisi demikian, maka
wilayah Teluk Ambon bagian luar dikhusukan untuk perikanan ikan tangkap dan umpan sedangkan
teluk Ambon bagian dalam dikhususkan untuk perikanan ikan tangkap, ikan umpan serta ditambah
dengan keramba jaring apung (KJA). Berdasarkan fakta tersebut, maka sudah barang tentu
masyarakat pulau Ambon banyak menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam yang ada di
Teluk Ambon maupun di pesisirnya.
Teluk Ambon merupakan salah satu wilayah pesisir di Indonesia yang mengalami
pertumbuhan dan pembangunan yang pesat, selain itu pulau Ambon memiliki bentang alam yang
berbukit-bukit dan bergunung disertai lereng terjal (450) dan hanya sekitar 20% saja yang berupa
dataran rendah yang sempit dan pada umumnya tersebar disekitar garis pantai, sehingga kondisi ini
mendorong sebagian besar pengembangan pemukiman dan fasilitas pendukung lainnya di kawasan
pesisir pantai. Pengembangan wilayah yang terlalu mengekploitasi wilayah pesisir dan daerah
sekitarnya akan mendorong terjadinya percepatan degradasi pesisir. Hal ini sesuai dengan hasil
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

kajian ahli pesisir di Asia Tenggara menyatakan, 80% penduduk terkonsentrasi pada wilayah antara 0
60 km dari laut. Ini merupakan penyebab kondisi Teluk Ambon yang saat ini jauh dari kualitas
daerah perairan yang ideal dijadikan daerah perikanan, padahal banyak masyarakat yang
menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam yang ada di Teluk Ambon bahkan pesisirnya.

Gambar. Peta Pulau Ambon (Sumber: Miller, 1999)

Berbagai hal yang melatarbelakangi banyaknya eksploitasi terhadap daerah pesisir adalah: (i)
perairan wilayah pantai merupakan salah satu ekosistem yang sangat produktif di perairan laut.
Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik dan unik, karena pada wilayah ini terjadi
pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan laut dan udara. Kekuatan dari darat
dapat berwujud air dan sedimen yang terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan
dari batuan pembentuk tebing pantainya. Kekuatan dari darat ini sangat beraneka. Sedang kekuatan
yang berasal dari perairan dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut dan arus, sedangkan yang
berasal dari udara berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai, suhu
udara dan curah hujan; (ii) Ekosistem pesisir memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi
sehingga mempunyai berbagai sumber daya alam yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu
potensinya meliputi keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, padang lamun dan
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

mangrove. Jenis ekosistem ini merupakan habitat nursery ground bagi berbagai macam spesies ikan
karang, gastropoda, bivalvia, dan kepiting bakau; (iii) daerah pesisir merupakan salah satu jalur
penghubung antar daerah bahkan antar negara, contoh: adanya pelabuhan. Perkembangan daerah
pesisir biasanya dimulai dengan adanya fasilitas pelabuhan. Berawal dengan adanya pelabuhan maka
daerah-daerah kawasan pesisir pun dieksploitasi. Teluk Ambon memiliki pelabuhan utama yang
setiap harinya memiliki lalu lintas laut yang sibuk karena banyak kapal-kapal perikanan yang
berlabuh, hal ini tentu saja merangsang pembangunan fasilitas perikanan yang menjamur di sekitar
teluk bahkan kemudian diikuti dengan berbagai fasilitas lainnya, yang tanpa disadari turut
mengeksploitasi daerah pesisir.

Penyebab Degradasi Pesisir Teluk Ambon


Adapun berbagai penyebab terjadinya degradasi pesisir Teluk Ambon adalah: (i) pembukaan
lahan di daerah upland untuk berbagai kepentingan mengakibatkan tutupan vegetasi berkurang.
Tutupan vegetasi yang berkurang akan menyebabkan terjadinya erosi yang kemudian berujung pada
sedimentasi; (ii) pencemaran minyak dan sampah, yakni limbah domestik dan limbah industri; (iii)
penyimpangan tata ruang untuk pemanfaatan daerah pantai, pembangunan di sepanjang pesisir yang
tidak terkontrol serta aktifitas daerah urban yang ada di sepanjang teluk.
Dari latar belakang tersebut, maka terlihat jelas bahwa degradasi yang terjadi di pesisir Teluk Ambon
berawal dari degradasi lahan dan tanah kemudian berlanjut dengan degradasi air permukaan hingga
menuju ke pesisir sebagai tempat pembuangan akhirnya.

Gambar. Salah satu daerah yang terkena sedimentasi di Teluk Ambon


Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

Proses dan Dampak Degradasi Pesisir Teluk Ambon Terhadap Manusia

Pembukaan lahan di daerah upland akan meningkatkan erosi permukaan, dan merupakan
faktor utama yang meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu, sedimentasi dalam skala
yang lebih kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang pantai. Sedimentasi di perairan
pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus selama suplai muatan sedimen yang tinggi terus
berlangsung. Perubahan laju sedimentasi dapat terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan fisik
di daerah aliran sungai terkait. Pembukaan lahan yang meningkatkan erosi permukaan dapat
meningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya, pembangunan dam atau pengalihan aliran sungai dapat
merubah kondisi sedimentasi menjadi kondisi erosional. Bila sedimentasi semata-mata karena
tranportasi muatan sedimen sepanjang pantai, laju sedimentasi yang terjadi relatif lebih lambat bila
dibandingkan dengan sedimentasi yang mendapat suplai muatan sedimen dari daratan. Proses
sedimentasi berlangsung perlahan dan terus menerus selama suplai muatan sedimen yang banyak dari
daratan masih terus terjadi. Proses sedimentasi berhenti atau berubah menjadi erosi bila suplai
muatan sedimen berkurang karena pembangunan dam atau pengalihan alur sungai. Pendangkalan
akibat sedimentasi alamiah Membawa beberapa dampak negatif. Dasar di hilir sungai akan meninggi
akibat sedimentasi ini. Akibatnya, air tidak mengalir dengan baik sehingga meningkatkan
kemungkinan banjir. Ekosistem pesisir juga terancam oleh pendangkalan. Biota-biota perairan
dangkal kehilangan habibat. Dampak yang ditimbulkan terhadap aktifitas masyarakat di pesisir Teluk
Ambon adalah: jika kehilangan makanan, populasi ikan menyusut sehingga jumlah tangkapan
nelayan berkurang. Bagi pelayaran, dampak pendangkalan berupa menyempitnya alur. Akibatnya,
perahu dan kapal semakin terbatas ruang geraknya, terjadinya abrasi pantai, terlalu banyak organisme
yang mati akibat tercemar logam berat, habitat dan ekosistem banyak yang rusak disebabkan
pengikisan pantai yang diakibatkan oleh proses sedimentasi.

Limbah domestik biasanya berasal dari kegiatan manusia sehari-hari, baik berupa padatan
maupun cairan. Limbah domestik ini tergolong dalam limbah organik yang mudah terurai oleh
bakteri dan jamur. Sehingga dapat menyebabkan kandungan oksigen di suatu perairan menjadi
rendah. Selain itu dapat menyebabkan eutrofikasi (pengkayaan unsur hara) sehingga dapat
menyebabkan blooming fitoplankton di suatu perairan. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila
lingkungan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Maksud dari peruntukannya
adalah lingkungan tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi sebagai tempat untuk hidup dan
berkembangbiak oleh makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan pengelolaan UU No 32 tahun 2009,
bahwa pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran di wilayah pesisir paling banyak terjadi
akibat aktivitas manusia yang dengan sengaja membuang sampah atau limbah industri ke laut tanpa
memikirkan efek sampingnya. Akibatnya dapat memberi pengaruh dalam kehidupan manusia,
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

organisme lain serta lingkungan sekitarnya. Pada akhirnya dapat juga menyebabkan keanekaragaman
biota laut di perairan menjadi rendah. Limbah cair domestik umumnya dapat dibagi dalam dua
kategori: yaitu limbah cair yang berasal dari cucian seperti sabun, deterjen, dan minyak, limbah cair
yang berasal dari kakus seperti sabun, sampo, tinja, dan air seni. Limbah cair seperti ini
menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Limbah cair
domestik adalah air buangan dari residen/rumah tangga, institusi, fasilitas keterampilan, dan fasilitas-
fasilitas lain yang sejenis, yang bervariasi kuantitas dan komposisinya dari waktu ke waktu. Limbah
ini mengandung bahan organik dan anorganik yang berbentuk cair, suspensi, atau koloid. Setiap
mililiter dari limbah domestik ini biasanya mengandung jutaan sel mikroba, dan kebanyakan
mengandung bakteri yang berasal dari saluran pencernaan, karbohidrat, vitamin, protein sehingga
dapat degradasi oleh pengelolaan secara biologis. Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan seperti
mandi, mencuci dan berbagai aktifitas lain yang kita anggap sepele namun menghasilkan sisa
buangan ternyata dapat membahayakan bagi manusia dan lingkungan khususnya lingkungan laut.
Proses masuknya bahan pencemaran ke dalam ekosistem laut Proses masuknya bahan pencemar
kedalam laut kemudian dialirkan melalui tingkat-tingkat tropik yang terdapat pada lingkungan dipicu
oleh tiga faktor yaitu :

1. Disebarkan melalui adukan/turbulensi dan arus laut.


2. Dipekatkan melalaui proses biologi dengan cara diserap oleh ikan, plankton nabati atau
ganggang, dan melalui proses fisik dan kimiawi dengan cara absorbsi, pengendapan dan
pertukaran ion. Bahan pencemaran akhirnya akan mengendap di dasar laut.
3. Terbawa langsung oleh arus dan biola laut (ikan).
Sebagian bahan pencemar yang masuk ke dalam ekosistem laut dapat diencerkan dan
disebarkan keseluruh laut melalui adukan turbulensi dan arus laut. Untuk wilayah-wilayah laut yang
luas dan terbuka dengan pola arus dan turbulensi yang aktif, bahan-bahan pencemar akan terurai dan
terbuang ke perairan laut yang lebih luas sehingga dapat meminimalkan konsentrasi akumulasinya
dalam suatu badan perairan. Akan tetapi wilayah-wilayah laut yang sempit dan tertutup, bahan
pencemar akan mudah sekali terakumulasi didalam suatu badan perairan. Bahan pencemar juga akan
terbawa oleh arus laut atau ke biota yang sementara melakukan migrasi/ruaya ke wilayah laut
lainnya. Dan akan lebih menguntungkan apabila terbawa perairan laut terbuka. Bahan pencemar yang
tidak diencerkan dan disebarkan serta terbawa ke wilayah-wilayah laut yang luas dan terbuka, akan
diperlukan melalui proses biologi, fisik dan kimiawi, dimana dalam proses biologi, bahan pencemar
biasanya diserap oleh organisme laut seperti ikan, fitoplankton maupun tumbuhan laut diserap lagi
oleh plankton nabati kemudian akan berpindah ke tingkat-tingkat tropik selanjutnya seperti
avertebrata dan zooplankton dan kemudian ke ikan dan mamalia. Sedangkan dalam proses fisik dan
kimiawi, bahan pencemar akan diabsorbsi, diendapkan dan melakukan proses pertukaran ion.

Selain limbah domestik, pencemaran juga dapat berasal dari limbah industri yang berupa
buangan minyak ke laut. Buangan minyak ini berasal dari aktifitas PLTD yang berada di sekitar
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

lokasi Teluk Ambon dan juga kapal-kapal yang melintasi dan berlabuh di Teluk Ambon. Minyak
merupakan bahan kimia yang berbahaya yang berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh
plankton dan binatang dasar (bentos), yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder
(menyaring air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai
makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun
yang tersimpan. Masuknya molekul-molekul hidrokarbon minyak ke dalam sel. Berbagai jenis
udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak. Minyak menyebabkan kematian pada ikan
disebabkan kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan
berbahaya. Untuk jangka panjang, terutama bagi biota laut yang masih muda. Minyak di dalam laut
dapat termakan oleh biota-biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat terakumulasi dalam senyawa
lemak dan protein.

Hal lainnya adalah penyimpangan tata ruang di kawasan pesisir teluk Ambon, yakni
pembangunan pemukiman yang terlampau jauh mengkapling kawasan pesisir bahkan pengeringan
yang berlebihan membuat jalan air menjadi sempit.

Cara Penanggulangannya

Untuk menanggulangi sedimentasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang salah satunya
dengan cara pengerukan.

Untuk pekerjaan pengerukan, yang harus diperhatikan adalah:

a. Pekerjaan pengerukan meliputi dua jenis kegiatan, yaitu pekerjaan pengerukan yang
hasil material keruknya tidak dimanfaatkan atau dibuang dan pekerjaan pengerukan yang
hasil material keruknya dimanfaatkan.
b. Selain itu pengerukan dapat dikategorikan dalam dua pekerjaan yaitu pekerjaan
pengerukan awal dan pengerukan untuk pemeliharaan alur pelayaran dan atau kolam
pelabuhan.

c. Pekerjaan pengerukan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pelaksanaan pengerukan,


transportasi material keruk ke lokasi pembuangan dan kegiatan pembuangan material
keruk di lokasi pembuangan material keruk (Dumping area).
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

Untuk lokasi pengerukan, harus diperhatikan hal-hal berikut ini:


a. Pekerjaan pengerukan dapat dilaksanakan di perairan yang meliputi : alur laut bebas, alur
angkutan perairan, alur pelayaran, alur masuk pelabuhan,anjir atau terusan, kanal dan lokasi-
lokasi lain.
b. Pekerjaan pengerukan dan atau penambangan harus memperhatikan lokasi keruk dan atau
tambang dengan memperhatikan zona-zona yang ada antara lain zona keselamatan (Zafety
zone), zona TSS (Trafficseparation Scheme), zona STS (Ship to ship transfer) dan zona
tempat labuh jangkar (anchorage area), zona kabel laut, zona pipa instalasi bawah air, zona
pengeboran lepas pantai (Off shore drilling), zona pengambilan barang-barang berharga, zona
keamanan sarana bantu navigasi (SBNP), maupun zona-zona lainnya yang diatur oleh
ketentuan Internasional maupun instalasi Pemerintah terkait.
c. Bagi pelaksana pekerjaan pengerukan/penambangan di zona trafficseparation sheme atau
lokasi lainnya yang merupakan alur pelayaran yang ditentukan oleh pemerintah aupun IMO
harus mematuhi segala ketentuanantara lain yang telah diatur dalam Convention on
Regulation for Preventing Collition at Sea 1972.
d. Setiap pekerjaan pengerukan/penambangan harus mencantumkan volume sistem kerja dan
jangka waktu pelaksanaan secara jelas, sedang lokasinya ditetapkan dalam bentuk koordinat
geografis agar dapat diinformasikan melalui Berita Maritim ke semua kapal yang akan
melintas di area pekerjaan oleh Syahbandar.
e. Area keruk/tambang di zona traffic separation scheme yang merupakan zona lintas batas
yang terdiri dari beberapa negara harus mendapat rekomendasi dari Negara Anggota
Tripartiate Technical Group (TTEG) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Untuk lokasi pembuangan hasil pengerukan yang perlu diperhatikan adalah:
a. Tempat pembuangan material keruk yang lokasinya di perairan, idealnya dibuang pada jarak
12 mil dari daratan danatau pada kedalaman lebih dari 20 m ataulokasi lainnya setelah
mendapat rekomendasi atau izin dari Direktorat Jenderal perhubungan Laut,melalui ADPEL
atau KAKANPEL setempat.
b. Tempat pembuangan material keruk di darat harus mendapat persetujuan dari PEMDA
setempat yang berkaitan dengan penguasaan lahan yang sesuai RUTR.
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

Gambar. Komponen Proses Pengerukan

Pada tahap selanjutnya, untuk meminimalisir jumlah sedimen yang masuk ke perairan maka
dapat digunakan teknologi subsurface flow system yaitu dengan menggunakan bantuan
vegetasi sebagai filter dan perangkap sedimen.

Gambar. Subsurface flow system (USDA, 1995)


Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

Gambar. Elemen-elemen yang diperlukan dalam Subsurface flow system (USEPA, 2000)

Untuk penanggulangan limbah industri dan domestik dapat dilakukan dengan melakukan
penanggulangan limbah terlebih dahulu. Dan khusus untuk limbah domestik, harus ada larangan dan
sanksi tegas dari pemerintah agar masyarakat tidak membuang limbah domestik ke perairan. Untuk
limbah industri, dalam hal ini minyak maka dapat ditanggulangi dengan biodegradasi.
Di tahun 1972 dikemukakan tentang penggunaan bakteri untuk membantu meningkatkan
biodegradasi minyak bumi, sehingga dapat mengurangi pencemaran. Secara biologis, biodegradasi
oleh bakteri merupakan salah satu cara yang tepat, efektif dan hampir tidak memiliki pengaruh
sampingan pada lingkungan karena tidak menghasilkan racun ataupun blooming (ledakan populasi)
karena bakteri ini akan mati seiring dengan habisnya minyak. Aktivitas organisme mampu membantu
proses pembersihan tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak menjadi CO 2 dan H2O. Pada
lingkungan laut, aktivitas degradasi hidrokarbon oleh bakteri dibatasi minimnya konsentrasi nutrisi
yaitu nitrogen dan fosfor. Penambahan nitrogen dan fosfor ke dalam komponen minyak dapat
merangsang proses biodegradasi tumpahan minyak. Biodegradasi merupakan suatu proses yang
penting artinya bagi rehabilitasi lingkungan yang tercemar oleh minyak bumi maupun produk-
produknya, dengan memanfaatkan aktivitas bakteri untuk menguraikan pencemar minyak menjadi
bentuk lain yang lebih sederhana, tidak berbahaya, dan diharapkan memiliki nilai tambah bagi
lingkungan. Minyak banyak mengandung bahan organik, hidrokarbonnya banyak dimanfaatkan oleh
bakteri dalam proses kehidupannya. Proses oksidasi hidrokarbon oleh bakteri dan fungi banyak
membantu proses dekomposisi minyak dan produk minyak. Beberapa jenis bakteri, fungi, yeast,
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

sianobakter, dan alga hijau menunjukkan kemampuan mengoksidasi hidrokarbon. Pada dasarnya
semua bakteri mampu mendegradasi minyak, hanya saja setiap jenis memiliki kemampuan yang
berbeda-beda termasuk diantaranya Pseudomonas, Cyanobacter, Mycobacter dan beberapa jenis
yeast. Oksidasi hidrokarbon oleh bakteri tergantung pada faktor lingkungan seperti suhu, pH dan
nutrisi.
Untuk penyimpangan tata ruang yang sudah terlanjur terjadi, maka hanya pihak pemerintah yang
dapat mengatasinya dengan membuat kebijakan. Kebijakan tersebut dapat berupa alternative
penggunaan teknologi untuk meminimalisir kerusakan pesisir akibat penyimpangan tata ruang.

Penutup
Sebagai penutup, untuk strategi pengendalian pencemaran ada tiga langkah penanganan yaitu:
1. Berdasarkan Kebijakan : Yang dimaksud dengan penanganan ini adalah berdasarkan
Peraturan perundang-undangan yang di terbitkan baik daerah pemerintah maupun
Pusat. (PP No. 82 Tahun 2001)
2. Berdasarkan Teknis : Bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan
buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah
alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
3. Non Teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya
meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku
disiplin.
Tugas
Kesehatan & Degradasi Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Direktorat Pelabuhan dan
Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan.

Halverson, V,N, 2004, Review of Constructed Subsurface Flow vs. Surface Flow Wetlands, Savannah
River Site, Aiken.

Idris, I, 1997, Tesis, Penataan Kelembagaan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan
(Studi Kasus di Teluk ambon Dalam, Kodya Daerah Tingkat II Ambon), Program Pascasarjana, Program
Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Kuriandewa, E, T, 1998, Lamun di Teluk Ambon dan Permasalahannya, seminar Pengenalan


Lingkungan Pesisir Pulau Ambon, Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI, Ambon.

Matakupan, S, M, 1983, Suatu Pembahasan tentang Ikan Umpan dan Daerah Penangkapannya di Teluk
Ambon pada Musim Timur, Fakultas Peternakan/Perikanan Universitas Pattimura, Afiliasi Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Miller, A, 1999, Resource Management in The Urban Sphere: Ambons Urban Environment, University
of Hawaii at Manoa, Cakalele vol 10: 7-37.

Sumadhiharga, K; Yulianto, K, 1987, Pengamatan Beberapa Aspek Biologi dan Masalah yang Dihadapi
Perikanan Ikan Umpan Di Teluk Ambon, Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI,
Ambon. Teluk Ambon vol 11: 29-35.

Vatria, B, tt, Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi Ekosistem
Pantai Serta Dampak Yang Ditimbulkannya, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, Politeknik Negeri
Pontianak.

Wiadnya, R,G,D, tt, Materi Kuliah, Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Universitas
Brawijaya, Malang.

Wouthuyzen, S; Hutahaean, W; Supriyadi, 1996, Pemantauan Indeks Vegetasi Pulau Ambon Dengan
menggunakan Citra Satelit Landsat Serta Kaitannya Dengan Kondisi Lingkungan Teluk Ambon,
Prosiding, Balitbang Sumberdaya Laut-Puslitbang Oseanologi-LIPI & Bappeda Tk I Provinsi Maluku &
Universitas Pattimura, Ambon.

www.wahyuancol.wordpress.com/category/proses-bencana-alam/sedimen. Kepulauan Indonesia, diakses


5 Mei 2012.

www.vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/pencemaran-pesisir-dan-laut.html. Pencemaran Pesisir dan


Laut, diakses 12 Mei 2012.

Anda mungkin juga menyukai