Anda di halaman 1dari 31

Mata Kuliah : Studio Perencanaan Kota

Tanggal Penyerahan : 1 Desember 2015


Dosen : Ir. Firmansyah, MT.
Ibnu Kusuma Ardi, ST.,MT.

PROPOSAL ASPEK KEPENDUDUKAN

KAWASAN PERKOTAAN CIBINONG KABUPATEN BOGOR

Disusun Oleh :
Yulianti Putri (153060011)
Qodrat Fajar Rizki R (153060024)
Reva Febrianda (153060038)
Tridanti Septiani (153060085)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNPAS
UNIVERSITAS PASUNDAN
2017
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 4

1.2 Isu Strategis ............................................................................................................. 5

1.2.2 Isu Negatif ............................................................................................................... 5

1.3 Tujuan dan Sasaran ................................................................................................ 6

1.3.1 Tujuan .............................................................................................................. 6

1.3.2 Sasaran ............................................................................................................. 6

1.4 Ruang Lingkup Studi ............................................................................................. 6

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................................ 6

1.4.2 Ruang Lingkup Substansi .............................................................................. 7

1.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................................ 9

1.6 Sistematika Penyusunan ............................................................................................. 10

BAB II .................................................................................................................................... 11

TINJAUAN TEORI .............................................................................................................. 11

2.1 Demografi .................................................................................................................... 11

2.1.1 Jumlah Penduduk ................................................................................................ 12

2.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk ............................................................................ 13

2.1.3 Kepadatan Penduduk .......................................................................................... 13

2.1.4 Struktur Penduduk .............................................................................................. 14

2.1.5 Mobilitas ............................................................................................................... 14

2.1.6 Rasio Jenis Kelamin ............................................................................................. 17

BAB III METODOLOGI ..................................................................................................... 19

3.1 Metode Pendekatan .............................................................................................. 19


3.2 Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 20

3.1.1 Data Primer ................................................................................................... 20

3.1.2 Data Sekunder ............................................................................................... 20

3.3 Metode Analisis ..................................................................................................... 21

3.3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk ..................................................................... 21

3.3.2 Kepadatan Penduduk ................................................................................... 21

3.3.3 Proyeksi Penduduk ....................................................................................... 22

3.3.4 Sex Ratio ........................................................................................................ 26

3.3.5 Depedency Ratio............................................................................................ 26

3.3.6 Piramida Penduduk ...................................................................................... 27

3.3.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ............................................ 29

3.3.8 Analisis Sosial Budaya .................................................................................. 30


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan merupakan tindakan perubahan dari masa lalu, masa kini menuju
ke masa depan yang memerlukan faktor ruang, waktu, dan sumber–sumber daya.
Perencanaan tidak akan pernah berhenti sebab ia berfungsi secara berkelanjutan.
Dalam perencanaan tentunya memiliki tantangan salah satunya mengenai kualitas
lingkungan hidup yang akan semakin menurun karena banyaknya kebutuhan manusia
yang tidak pernah ada batasnya (dinamis). Perencanaan akan berlangsung terus
menerus sebagai upaya penyelesaian masalah yang berkembang. Masalah dalam
suatu wilayah akan terus berkembang seiring juga dengan meningkatnya jumlah
penduduk, yang mana hal tersebut harus disesuaikan dengan suatu perencanaan agar
dapat berkelanjutan.
Kependudukan atau “Demografi” adalah ilmu tentang susunan, jumlah,dan
perkembangan penduduk yang mana memberi uraian atau gambaran statistik
mengenai kondisi pendudukan serta perubahan-perubahannya sepanjang masa. Dalam
kependudukan terdapat tiga komponen penting yang perlu diperhatikan, yakni
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perpindahan penduduk (migrasi), dan dua
faktor pendukung ataau penunjang yakni mobilisasi sosial dan tingkat perkawinan.
(Donald J. Bogue,Principles of Demography (New York: John Wiley & Sons, 1969)).

Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan, persebaran,


mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan, yang menyangkut politik, ekonomi,
sosial, budaya, agama serta lingkungan (UndangUndang No. 23 Tahun 2006). Penduduk perkotaan
memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi sehingga untuk meningkatkan hal tersebut
dibutuhkannya permukiman di suatu kawasan. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU No. 26 Tahun 2007).
Kawasan Perkotaan pada Kabupaten Bogor yang menjadi wilayah kajian yaitu
Kawasan Perkotaan Cibinong. Dimana dalam Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang
RTRW Kabupaten Bogor, bahwa Kawasan Perkotaan Cibinong merupakan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Bogor. Seiring dengan hal itu jumlah penduduk Kawasan
Perkotaan Cibinong mencapai 391.002 jiwa yang mana termasuk ke dalam Kawasan
Perkotaan Sedang (Perencanaan Perkotaan,). Namun, rendahnya pemberdayaan masyarakat
menyebabkan tidak dapat dimanfaatkannya potensi wilayah yang ada sehingga
masyarakat kurang sejahtera. Dan mobilitas masyarakat pun ikut meningkat, (renstra

kec.cibinong, 2013-2018) hal itu menyebabkan tingkat kriminalitas pun menjadi tinggi.
(Kecamatan Cibinong dalam angka 2017). Oleh karena itu Studio Perencanaan Kota
yang akan dilaksanakan diharapkan dapat menentukan konsep pengembangan di
Kawasan Perkotaan Cibinong di tinjau dari Aspek Kependudukan.
1.2 Isu Strategis
Adapun isu strategis yang terdapat di Kawasan Perkotaan Cibinong adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Isu Positif
 Budaya politik masyarakat yang bersifat partisipatif cukup berperan
mempengaruhi semakin tingginya tuntutan masyarakat untuk
mengembangkan wilayah.
 Adanya hubungan kemasyarakatan yang terjalin cukup baik,
mempengaruhi situasi yang kondusif.
1.2.2 Isu Negatif
 Masih rendahnya pemberdayaan masyarakat terutama dalam
pemanfaatan potensi wilayah yang dapat dikembangkan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat

 Mobilitas masyarakat yang tinggi mengakibatkan kesulitan dalam


administrasi kependudukan
 Masih maraknya praktek prostitusi dan banyaknya warung remang-
remang yang dikhawatirkan dapat merusak moral dan menimbulkan
penyakit masyarakat

 Perkembangan suatu wilayah berakibat pada pola sosial masyarakat,


dimana proses-proses perubahan dan struktur penduduk dipengaruhi
dan ditentukan oleh sistem sosial masyarakat.

Dalam hal ini Kecamatan Cibinong telah mengalami perubahan


menjadi pusat kota yang terbilang cukup berkembang sangat pesat,
maka dari itu semakin tingginya tingkat kriminalitas penduduk di
Kecamatan Cibinong.

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kajian dan analisis aspek kependudukan dan
sosial budaya adalah untuk mengidentifikasi karakteristik wilayah, potensi dan
masalah aspek kependudukan dan sosial budaya Kawasan Perkotaan Cibinong.
1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai berdasarkan kajian dan analisis aspek
kependudukan dan sosial budaya yaitu :
1. Teridentifikasinya karakteristik kependudukan dari segi kuantitas di Kawasan
Perkotaan Cibinong.
2. Teridentifikasinya karakteristik kependudukan dari segi kualitas di Kawasan
Perkotaan Cibinong.
3. Teridentifikasinya kondisi sosial budaya di Kawasan Perkotaan Cibinong.
1.4 Ruang Lingkup Studi
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kajian wilayah dalam Studio Perencanaan Kota ini yaitu Kawasan Perkotaan
Cibinong, dengan luas Keseluruhan 4.243,023 Ha. Batas administrasi Kawasan
Perkotaan Cibinong meliputi :
- Utara : Kecamatan Sukmajaya, Cilodong dan Tapos-Depok
- Timur : Kecamatan Citeureup
- Barat : Kecamatan Bojong Gede
- Selatan : Kecamatan Sukaraja dan Babakan Madang

No Nama Kelurahan/Desa Luas (ha) Persentase (%)


1 Pasirjambu 202,33 3,63
2 Cimandala 339,43 6,09
3 Karadenan 525,40 9,43
4 Cibinong 368,26 6,61
5 Pakansari 641,18 11,51
6 Sukahati 405,29 7,28
7 Cirimekar 186,37 3,35
8 Tengah 326,01 5,85
9 Ciriung 396,68 7,12
10 Harapanjaya 302,91 5,44
11 Pondokrajeg 213,69 3,84
12 Pabuaran 494,13 8,87
13 Cijujung 408,60 7,34
14 Nanggewermekar 336,35 6,04
15 Nanggewer 423,89 7,61
Jumlah 5570,52 100
Sumber: Hasil Analisis SIG, 2017

1.4.2 Ruang Lingkup Substansi


Ruang lingkup substantif/materi aspek kependudukan dan sosial budaya yang
didasarkan pada kuantitas dan kualitas penduduk di Kawasan Perkotaan Cibinong
meliputi:
 Kuantitas Penduduk
1. Jumlah Penduduk dan Struktur Penduduk menurut jenis kelamin,
kelompok umur, agama, tingkat pendidikan, lapangan kerja, kepadatan
dan lainnya.
2. Laju pertumbuhan penduduk yang terdiri dari tingkat kelahiran, kematian
dan migrasi.
3. Tingkat kepadatan penduduk dan identifikasi proyeksi penduduk dimasa
yang akan datang (untuk 20 tahun kedepan dari tahun 2016 sampai tahun
2035).
4. Mobilitas penduduk.
 Kualitas Penduduk
1. Melihat angka beban tanggungan (Dependency Ratio)
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
 Sosial budaya, menggunakan identifikasi perbandingan dalam masyarakat
guna mengetahui perbedaan dan persamaan masyarakat terutama dalam hal
perilaku dan meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan
struktur sosial dalam masyarakat tersebut.
1.5 Kerangka Berpikir
Gambar 1
Kerangka Berpikir Aspek Kependudukan
& Sosial Budaya Isu
 Mobilitas masyarakat
Latar Belakang
Landasan Hukum yang tinggi
Dalam Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang RTRW
 UU No 26 Tahun 2007 Kabupaten Bogor, Kawasan Perkotaan Cibinong merupakan Pusat mengakibatkan
 RTRW Kab Bogor kesulitan dalam
Pemerintahan Kabupaten Bogor. Namun, rendahnya pemberdayaan
 Renstra Kec. Cibinong
2013-2018 masyarakat potensi wilayah yang ada tidak dapat dimanfaatkan administrasi
sehingga kurang sejahtera. Mobilitas masyarakat pun ikut meningkat, kependudukan
sehingga tingkat kriminalitas menjadi tinggi. Oleh karena itu Studio
Perencanaan Kota yang akan dilaksanakan diharapkan dapat  Tingginya tingkat
menentukan konsep pengembangan di Kawasan Perkotaan Cibinong di kriminalitas
INPUT tinjau dari Aspek Kependudukan.
penduduk di
Kecamatan
Tujuan
Mengidentifikasi karakteristik wilayah, potensi dan masalah aspek Cibinong.
kependudukan dan sosial budaya di Kawasan Perkotaan Cibinong.

Sasaran
1. Teridentifikasinya kuantitas dan kualitas kependudukan di Kawasan Perkotaan
Cibinong.
2. Teridentifikasinya kondisi sosial budaya di Kawasan Perkotaan Cibinong.

Metodologi:
Gambaran Umum
Metode Pengumplan Data:
Survei Primer
Survei Sekunder

E
V
Tinjauan Teori A
L
U
PROSES Analisis A
S
I

Jumlah Penduduk, Kepadatan Proyeksi Dependency


Laju Sex TPAK
Pertumbuhan Penduduk Penduduk Ratio
Pertumbuhan Ratio
Penduduk, Struktur
Penduduk
Penduduk, &
Perkembangan sosial
budaya.

Mengetahui Karakteristik, Potensi dan Masalah dari aspek


OUTPUT
kependudukan dan sosial budaya di Kawasan Perkotaan Cibinong.
1.6 Sistematika Penyusunan
Sistematika pembahasan penulisan Proposal Perencanaan Kawasan Perkotaan
Cibinong meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Sasaran, Ruang Lingkup
yang terdiri atas Ruang Lingkup Wilayah dan Ruang Lingkup Substansi.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang memuat berbagai teori, referensi,
maupun konsep berdasarkan kajian utama pada aspek kependudukan dan sosial
budaya.
BAB III METODOLOGI
Bab ini menjelaskan mengenai Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis,
Kerangka Berpikir, Kerangka Analisis dan Matriks Analisis.
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Demografi
Kependudukan atau “Demografi” adalah ilmu tentang susunan, jumlah, dan
perkembangan penduduk yang memberi uraian atau gambaran statistik mengenai
kondisi pendudukan serta perubahan-perubahannya sepanjang masa. Dalam
kependudukan terdapat tiga komponen penting yang perlu diperhatikan, yakni
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perpindahan penduduk (migrasi), dan dua
faktor pendukung atau penunjang yakni mobilisasi sosial dan tingkat perkawinan.
Terdapat 4 (empat) tujuan pokok penggunaan Demografi yaitu :
1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah
tertentu.
2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduuk di masa yang akan datang
dan kemungkinan konsekuensinya. (Donald J. Bogue).
Pada hakekatnya pengertian mengenai penduduk ditekankan pada komposisi
penduduk. Yang memiliki arti sangat luas tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis
kelamin, kematian, kelahiran, tingkat pendidikan dan agama. Selain itu komposisi
penduduk juga menyatakan pergerakan sosial yang memperlihatkan status penduduk.
Perubahan ini tidak hanya melalui pertumbuhan secara alami tetapi juga dengan
melalui migrasi yang diakibatkan oleh berbagai kegiatan sosial dan ekonomi.
Pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang menimbulkan berbagai
masalah seperti pengangguran, beban tanggungan penduduk usia kerja, maupun
migrasi besar-besaran ke kota. Peningkatan dan penurunan pertumbuhan penduduk
disebabkan oleh tingkat kematian yang tidak diimbangi dengan tingkat kelahiran.
Penurunan tersebut merupakan hasil dari semakin panjangnya harapan hidup orang
dewasa dan turunnya tingkat kematian bayi kurang dari 1 tahun. Penurunan tingkat
kematian bayi dan peningkatan panjang-usia berarti penurunan tingkat kematian
secara umum, yang nantinya akan turut menjadi determinan bagi menurunnya tingkat
fertilitas, disamping determinan-determinan yang lain seperti pendidikan wanita dan
partisipasi wanita dalam pekerjaan, jasa perencanaan keluarga dan pengaruh tingkat
ekonomi yang membaik. Serta masalah yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang berkaitan dengan kependudukan adalah pertumbuhan populasi yang
cepat serta berpengaruh pada pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dari pada
pertumbuhan kesempatan kerja, yang akan menyebabkan pengangguran.
Untuk dapat mengamati kegiatan dan perkembangan penduduk, dilakukan
pencatatan dari waktu ke waktu, yang mencakup jumlah penduduk, struktur
penduduk, kelahiran, kematian dan pergerakan penduduk. Pada hakekatnya
pertumbuhan penduduk ditekankan pada tiga komponen yaitu:
- Kelahiran (Fertilitas),
- Kematian (Mortalitas) dan,
- Migrasi
Untuk memahami karakteristik penduduk, perencanaan bisa melihat secara
menyeluruh dalam struktur ruang maupun dalam struktur ciri tertentu dari penduduk.
Karakteristik penduduk yang perlu di analisis yang berkaitan dengan perencanaan
adalah:
- jumlah penduduk,
- laju pertumbuhan penduduk,
- kepadatan penduduk,
- struktur penduduk,
- migrasi, urbanisasi dan transmigrasi
2.1.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk akan memberikan pengetahuan tentang beban yang harus
ditanggung oleh suatu kota. Adapun penyebaran penduduk pada suatu kota
menunjukkan adanya permasalahan pada kota tersebut. Penaksiran jumlah penduduk
dimaksudkan untuk mendapat besarnya jumlah penduduk secara keseluruhan.
2.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah
penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang. Sedangkan laju pertumbuhan
penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
1. Tingkat kelahiran
2. Tingkat kematian
3. Tingkat migrasi
Dengan Rumus:

r = {(Pt /P0)(1/t)-1} x 10

Dimana :
r = laju pertumbuhan penduduk
Pt = jumlah penduduk pada tahun ke –t
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
t = selisih tahun pada Pt dan Po
(https://putriprafanda.wordpress.com/2016/10/05)

2.1.3 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas kota,
sehingga akan dihasilkan besar beban kota dalam menanggung dan melayani
penduduknya. Tingkat kepadatan penduduk merupakan suatu metode analisis untuk
mengetahui kepadatan penduduk (jiwa/ha). (http://pengayaan.com/pengertian-kepadatan-
penduduk/2016/10/05)
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 didapatkan pedoman penentu standar pelayanan minimum bidang
penataan ruang, perumahan, permukiman, dan pekerjaan umum. Sebagai berikut:
Tabel II. 1
Standar Kepadatan Penduduk Nasional
Kepadatan Penduduk Jiwa/ha
Sangat Tinggi > 500.000
Tinggi > 100.000
Sedang > 50.000
Rendah > 10.000
Sangat Rendah < 10.000
Sumber : Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah NO 534/KPTS/M/2001

2.1.4 Struktur Penduduk


Melihat dari struktur ciri penduduk agar dapat diketahui potensi atau masalah
yang ditimbulkan oleh penduduk kota tersebut. Adapun ciri yang biasa dilihat adalah
:
1. Jenis kelamin, usia dan pendidikan. Digunakan untuk melihat partisipasi
apa yang dapat diberikan oleh penduduk.
2. Mata pencaharian dan pendapatan penduduk. Hal ini berguna untuk
mengetahui status penduduk sehingga dapat dijadikan ukuran
kesejahteraan.
2.1.5 Mobilitas
2.1.5.1 Urbanisasi
Bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang
disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota atau akibat dari perluasan
daerah kota. Klasifikasi yang dipergunakan untuk menentukan daerah kota biasanya
dipengaruhi oleh indikator mengenai penduduk, kegiatan ekonomi, jumlah fasilitas
urban atau status administrasi suatu pemusatan penduduk. Adapun masalah-masalah
urbanisasi, antara lain yaitu :
1. Sehubungan dengan pertambahan penduduk indonesia yang cepat maka
kota-kota besar pun mempunyai penduduk yang besar pula.
2. Pendatang yang mempunyai keahlian yang sama sekali lain daripada yang
dibutuhkan di kota.
3. Walaupun pendatang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mengembangkan dirinya di kota tetapi kenyataan kota sendiri belum siap
untuk menerimanya.
2.1.5.2 Migrasi
Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk berpindah tempat tinggal dan
pindahnya tidak terlalu dekat, melainkan melintasi batas administrasi, pindah ke unit
administrasi lain. Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang untuk melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan
penarik.
1. Faktor Pendorong
 Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan
atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah
diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.
 Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya di
pedesaan akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin-
mesin).
 Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di
daerah asal.
2. Faktor Penarik
 Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk
memasuki lapangan pekerjaan yang cocok.
 Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.
 Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik
 Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya
iklim, perumahan, sekolah dan fasililtas-fasilitas kemasyarakatan
lainnya.
 Tarikan dari orang-orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung.
 Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota
kecil.
2.1.5.3 Transmigrasi
Transmigrasi adalah program perpindahan penduduk dari daerah yang padat
seperti kota ke daerah lain seperti desa atau kota lainnya. Program transmigrasi
merupakan inisiatif dari pemerintah kolonial Belanda, dan kemudian dilanjutkan oleh
pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk dari daerah padat penduduk
untuk daerah yang kurang padat penduduknya.
Transmigrasi merupakan suatu bagian dari migrasi. Istilah ini memiliki arti yang
sama dengan ‘resettlement’ atau ‘settlement’ dalam literatur. Transmigrasi adalah
pemindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain yang
ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan
negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1972. Adapun tujuan
diadakannya transmigrasi adalah :
1. Peningkatan taraf hidup
2. Pembangunan daerah
3. Keseimbangan penyebaran penduduk
4. Pembangunan yang merata di seluruh indonesia
5. Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia
6. Kesatuan dan persatuan bangsa
7. Memperkuat HANKAMNAS

Dalam mengkaji teori kependudukan ada dua hal penting yang menjadi
pandangan dalam teori kependudukan yaitu dari segi sosial dan segi naturalistik.
1. Sudut Pandang Sosial
Dimulai oleh teori Thomas Robert Malthus (Inggris, 1766 - 1804) yang
menyatakan bahwa kemelaratan disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara
pertumbuhan penduduk dengan pertambahan pangan. Pernyataan yang pokok adalah :
 Bahan makanan sangat dibutuhkan sekali untuk hidup.
 Kebutuhan biologis dalam kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan
yang bertujuan untuk memperoleh keturunan.
2. Sudut Pandang Naturalistik (Penduduk)
Sudut pandang ini menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk ditentukan oleh
bahan makanan yang bergantung pada lingkungan, sehingga dikenal dengan teori
ekonomi lingkungan seperti :
 Teori Pearl, yang menyatakan bahwa manusia itu tumbuh berdasarkan
kurva normal yaitu mula-mula sedikit, kemudian bertambah besar dan
akhirnya berkurang lagi.
 Teori Gini, yang menyatakan bahwa penduduk berkembang cepat pada
tingkat awal sangat dipengaruhi oleh hukum biologis.
 Teori Sosial oleh Arsen Dumont, yang menyatakan teori kapilaritas sosial
dimana tiap orang cenderung untuk memperoleh status sosial yang lebih
tinggi.
 Teori Demografi, yang beranggapan bahwa perubahan penduduk terjadi
sebagai akibat sosial ekonomi penduduk yang saling bergantung satu sama
lain.
2.1.6 Rasio Jenis Kelamin
Rasio adalah perbandingan dua perangkat yang dinyatakan dalam suatu satuan
tertentu dan biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100
perempuan. Secara umum rumus rasio dapat dituliskan :

Dimana:
SR = Rasio Jenis Kelamin pada golongan umur i tahun
Pl = Jumlah Penduduk Laki-laki pada golongan umur i tahun
Pp = Jumlah Penduduk Perempuan pada golongan umur i tahun
K = Konstanta, biasanya 100
Besar kecilnya rasio di suatu daerah dipengaruhi oleh :
1. Sex Rasio at Birth
Di beberapa Negara umumnya berkisar antara 103-105 bayi laki-laki
per 100 perempuan.
1. Pola Mortalitas antara Penduduk Laki-laki dan Perempuan
Jika kematian laki-laki lebih besar daripada jumlah kematian
perempuan maka rasio jenis kelamin semakin kecil.
2. Pola Migrasi Penduduk Laki-laki dan Perempuan
Jika suatu daerah SR > 100 berarti daerah tersebut lebih banyak
penduduk laki-lakinya dan sebaliknya jika SR < 100 di daerah tersebut lebih
banyak perempuan daripada laki-laki.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Pendekatan


Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan yaitu metode kuantitatif
dan metode kualitatif, dimana:

1. Metode Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya lebih fokus
pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan menggunakan
metode statistika. Pada umumnya penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif merupakan penelitian sampel besar, karena pada pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial yaitu dalam rangka
pengujian hipotetsis dan menyandarkan kesimpulan pada suatu
probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan menggunakan
pendekatan ini, maka akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel
yang diteliti.
Dalam penelitian ini, metode kuantitatif digunakan untuk indentifikasi
dan analisis karakteristik dan proyeksi penduduk.
2. Metode Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan
paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Menurut
Bodgan dan Taylor (1975:5) yang mendefinisikan bahwa kualititatif
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Dalam penelitian ini, metode kualitatif digunakan untuk identifikasi dan
analisis sosial budaya.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data terbagi menjadi dua yaitu:

3.1.1 Data Primer


Data yang didapakan dari survey langsung menuju lapangan dengan mengamati
objek sasaran yang diteliti untuk memperoleh data. Adapun bentuk survei yaitu:
 Observasi Lapangan
Dengan mengamati keadaan wilayah studi, letak fasilitas kegiatan sosial
budaya kependudukan, permasalahan, potensi yang ada dan lainnya.
 Wawancara/Interview
Wawancara dan Tanya jawab kepada responden yang dianggap dapat
mewakili.

3.1.2 Data Sekunder


Data yang dipapatkan dari instansi terkait untuk memperoleh data-data dan
literatur yang tersedia serta buku-buku terkait dengan data sekunder. Umumnya data
yang diperoleh sudah terpola sesuai dengan aturan dari masing-masing instansi.
Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat sekurang-kurangnya data dalam
lima tahun terakhir.
Tabel III. 1 Data Primer dan Data Sekunder
Data Primer Data Sekunder

Jenis Data Sumber Jenis data Sumber

Pola Masyarakat Dinas Sosial Jumlah Penduduk BPS Kabupaten


Jumlah Penduduk
Kualitas Penduduk Kabupaten Bogor, Bogor
per Jenis Kelamin
Budaya lokal yang Masyarakat JumlahPenduduk
masih diterapkan Setempat per Rentang Umur
Jumlah Penduduk
Budaya Pertanian
Angkatan Kerja
Jumlah Penduduk
Usia Kerja
Jumlah urbanisasi
dan migrasi
penduduk
Luas Lahan
Permukiman
3.3 Metode Analisis

3.3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah
penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang.
Rumus laju Pertumbuhan Penduduk, yaitu:

r = {(Pt /P0)(1/t)-1} x 100

(Diunduh pada : Jumat, 28 september 2016 , pukul : 07.12, Sumber :


http://ratioatmadja.blogspot.co.id/2014/04/laju-pertumbuhan-penduduk.html)

Dimana:
r : laju pertumbuhan penduduk
Pt : Jumlah penduduk pada tahun ke- t
P0 : Jumlah penduduk pada tahun dasar
t : selisih tahun Pt dengan P0

Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau terjadi
penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya
pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun
sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi perubahan jumlah penduduk dari tahun
sebelumnya.

3.3.2 Kepadatan Penduduk


Suatu metoda analisis untuk mengetahui kepadatn penduduk (jiwa/ha). Untuk
menentukan tingkat kepadatan penduduk maka menggunakan persamaan berikut:

(Diunduh pada : Jumat, 28 September 2016, pukul : 0744 , sumber :


http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=85 )
3.3.3 Proyeksi Penduduk
Digunakan untuk menganalisis aspek kependudukan, metode ini dibagi menjadi
tiga metode analisis yaitu Metode Regresi Linier, Metode Lung Polynomial dan
Bunga Berganda.Untuk penejelasannya dapat dilihat dalam uraian di bawah ini:
1. Metode Regresi Linier
Metode ini diterapkan ketika populasi di wilayah studi menunjukan tingkat
pertumbuhan penduduk yang sama dan diasumsikan bahwa pola metode ini
akan tetap sama untuk masa yang akan datang. Bentuk persamaan dari model
ini adalah

Dengan rumus :

P = a + b (x)

Keterangan :

P : Jumlah Penduduk Tahun terhitung (jiwa)

X : Tambahan tahun terhitung

a, b : Tetapan yang diperoleh dari rumus dibawah ini :

Adapun keuntungan dari metode linier adalah metode ini dapat memperluas
perkiran berdasarkan data masa lampau dan cara ini juga dianggap
penghalusan dari cara ektrapolasi garis lurus, dimana perkembangannya
dianggap tidak ada loncatan. Kerugaian dari metode ini adalah tidak terlalu
rinici dari variable-variabelnya.

2. Metode Lung Polinomial


Digunakan dengan memakai proyeksi berbentuk garis lurus yaitu dengan
melihat rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun pada masa lampau
sampai sekarang. Bentuk persamaannya model ini adalah:

Dimana :

Pt+θ = Pt( 1 + r )θ
b=

Keterangan :

Pt+θ = Penduduk daerah yang diselidiki

Pt : Penduduk daerah pada tahun dasar

Θ : Selisih tahun dasar ke tahun yang diselidiki

b : Rata-rata tambahan jumlah penduduk tiap tahun

3. Metode Bunga Berbunga (Bunga Berganda)


Dalam metode ini diasumsikan perkembangan jumlah penduduk akan
berganda dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah penduduk
akan membawa konsekuensi bertambahnya jumlah penduduk, dengan rumus
sebagai berikut :

Dimana :

r= x 100 %

Keterangan:

r : Rata-rata presentasi tambahan jumlah penduduk yang diselidiki

Pt+θ : Penduduk daerah yang diselidiki

Pt : Penduduk daerah pada tahun dasar

Θ : Selisih tahun dasar ke tahun yang diselidiki


Metoda ini tidak mempertimbangkan kenyataan empiris bahwa sesudah waktu
tertentu (jangka panjang) derajat pertambahan relatif menurun.

4. Metode Aritmatik
Metode Aritmatik digunakan dengan asumsi bahwa tingkat presentasi
pertumbuhan penduduk adalah konstan, yang berarti tiap satuan waktu
pertambahan penduduk akan menjadi besar dan lebih besar lagi.

Bentuk persamaannya model ini adalah :

Pn = Po (1 + rn)

Dimana :

Pn : jumlah penduduk pada tahun

Po : jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

r : pertumbuhan penduduk rata-rata

n : periode waktu dalam tahun

Keuntungan dari metode aritmatik bahwa dianggap perkembangan jumlah


penduduk akan bertambah dengan sendirinya diakibatkan dari jumlah
pertumbuhan secara spontan dengan adanya pengembangan-pengembangan
pada wilayah tersebut. Adapun kerugiannya yaitu tidak mempertimbangkan
empiris bahwa sesudah waktu tertentu jangka panjang derajat pertambahan
relatif menurun.

Tabel III.2 Perbandingan Proyeksi Penduduk

Metode Fungsi Kelebihan Kekurangan


Regresi Linier
Digunakan untuk Untuk mengetahui Prediksi didalam
mengetahui apa yang konsep regresi
pengaruh mempengaruhi hanya boleh
pertubumhan dalam dilakukan didalam
Metode Fungsi Kelebihan Kekurangan
penduduk di suatu pertumbuhan rentan data dari
wilayah. penduduk variable- variable
bebas yang
digunakan untuk
membentuk regresi
tersebut.

Lung Polinominal
Digunakan untuk Mudah digunakan Tidak dapat
melihat rata – rata karena digunakan untuk
pertumbuhan menggunakan jangka panjang
penduduk proyeksi garis
lurus

Bunga Berganda
Digunakan ketika Dapat digunakan Hasilnya terlalu
perkembangan ketika data yang sederhana
penduduk tersedia sangat
berganda dengan terbatas.
sendirinya

Perkembangan
Aritmatik Untuk jumlah penduduk Tidak melihat
memprediksikan akan bertambah faktor lain yang
jumlah penduduk dengan sendirinya, menyebabkan
di suatu wilayah di diakibatkan dari pertambahan
masa yang akan jumlah jumlah penduduk
datanng secara pertumbuhan
konstan. secara spontan
dengan adanya
. pengembangan
pengembangan
pada wilayah
tersebut.
Cara Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk

Penentuan pemilihan metode proyeksi penduduk yang di gunakan, di tentukan


oleh pola pertambahan penduduk dari tahun-tahun sebelumnya sampai tahun
sekarang . Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang
akan digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran
harus dilakukan analisis dengan menghitung standar deviasi atau koefisien
korelasi.

Rumus standar deviasi dan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Standar Deviasi:

s=

s=

3.3.4 Sex Ratio


Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
laki-laki dan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah atau negara pada
suatu waktu tertentu.

Sex Ratio =

(Diunduh pada Rabu 28 september 2016 puku16.49, sumber :


http://www.rumusstatistik.com/2013/07/rasio-jenis-kelamin-sex-ratio.html)

3.3.5 Depedency Ratio


Perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan
jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia
15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio
Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.

Rumus : Dependency Ratio =


3.3.6 Piramida Penduduk
Piramida penduduk adalah grafik mendatar yang menyajikan data
kependudukan dalam bentuk diagram batang yang menunjukkan komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Tersusun dari garis atau koordinat
vertikal yang digunakan untuk menyatakan golongan umur. Dimulai dari umur
0–4, 5–9, dan seterusnya hingga usia maksimal yang bisa dicapai oleh
penduduk di suatu wilayah. Bentuk piramida penduduk berbeda-beda untuk
setiap wilayah atau negara. Meskipun bentuknya berbeda-beda, pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi tiga. Masing-masing bentuk mencerminkan
karakteristik penduduknya. Ketiga bentuk piramida penduduk itu sebagai
berikut.

1. Piramida penduduk muda (expansive)


Suatu wilayah yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka
kematian yang rendah sehingga daerah ini mengalami pertumbuhan
penduduk yang cepat. Piramida ini dicirikan sebagian besar penduduk
masuk dalam kelompok umur muda. Contohnya adalah negara-negara
yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, Malaysia, Filipina, dan
India.

Ciri-ciri komposisi penduduk ekspansif antara lain sebagai berikut.

 Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) sangat besar, sedangkan


usia tua sedikit,

 Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka


kematian,

 Pertumbuhan penduduk relatif tinggi,

 Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti


Indonesia, Malaysia, Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir, dan
India.
2. Piramida penduduk stasioner
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan tingkat kelahiran yang
hampir sama dengan tingkat kematian atau bersifat stasioner.
Pertumbuhan penduduk cenderung tetap. Piramida ini menunjukkan
jumlah penduduk muda, dewasa, dan tua hampir sama. Contoh: bentuk
piramida penduduk Jepang dan Singapura serta beberapa negara yang
tergolong maju.

Ciri-ciri komposisi penduduk stasioner antara lain sebagai berikut.

 Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa


relatif seimbang,
 Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan
angka kematian relatif lebih rendah,
 Pertumbuhan penduduk kecil,
 Terdapat di beberapa negara maju antara lain Amerika Serikat,
Belanda, dan Inggris.
3. Piramida penduduk tua (constructive)
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan tingkat kelahiran yang
lebih rendah dari tingkat kematian atau bersifat konstruktif. Penurunan
tingkat kelahiran yang tajam menyebabkan pertumbuhan penduduk
mengalami penurunan. Piramida penduduk ini memiliki umur median
(pertengahan) sangat tinggi. Contoh: piramida penduduk negara Jerman,
Belgia, dan Swiss.
Ciri-ciri komposisi penduduk konstruktif antara lain sebagai berikut.
 Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) dan usia tua (di atas usia
64 tahun) sangat kecil,
 Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi pada ke lompok usia
dewasa,
 Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian,
 Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan
pertumbuhan penduduk sebagian mencapai tingkat negatif,
 Jumlah penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun,
 Negara yang berada pada fase ini, antara lain Swedia, Jerman, dan
Belgia.

Gambar III.1 Piramida Penduduk

(Diunduh pada : Jumat, 25 September 2016, pukul : 19.32, Sumber :


http://www.zonasiswa.com/2014/10/3-bentuk-piramida-penduduk.html)

Jika dependency ratio > 100% akibatnya pendapatan per kapita wilayah
tersebut sangat rendah karena penduduk usia produktif sangat sedikit
daripada penduduk usia tidak produktif. Sebaliknya jika dependency ratio<
100% akibatnya pendapatan wilayah tersebut tinggi.

3.3.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Persentase jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Angka TPAK
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui penduduk yang aktif bekerja
ataupun mencari pekerjaan. Bila angka TPAK kecil maka dapat diduga bahwa
penduduk usia kerja banyak yang tergolong bukan angkatan kerja baik yang
sedang sekolah maupun mengurus rumah tangga dan lainnya

TPAK =
(Sumber Sirusa,Badan Pusat Statistik)

3.3.8 Analisis Sosial Budaya


Adapun metode yang digunakan dalam menganalisis sosial budaya/adat istiadat
yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif, menggunakan metode sampling
simple random sampling dan Purposive Sampling , untuk mengetahui adat
istiadat, sosial budaya serta dampak perubahan dari kondisi sosial budaya yang
terdapat di Kawasan Pertanian Kabupaten Karawang.
Karena Stratified random sampling kami anggap paling tepat karena metode ini
dapat mengetahui kondisi sosial dan budaya, potensi dan masalah sosial dan
budaya dengan sample masyarakat berumur 15 tahun keatas atau yang dianggap
telah mengerti di Kawasan Pertanian Kabupaten Karawang.
Dan juga kami memilih Purposive sampling untuk pencarian data yang hanya
diketahui oleh orang-orang tertentu pada instansi terkait.

Anda mungkin juga menyukai