Anda di halaman 1dari 72

PERENCANAAN PERUMAHAN PEMERINTAH KOTA

STUDI KASUS: KOTA BEKASI


Dalam Rangka Pemenuhan Tugas
MK Perencanaan Perumahan
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Hanny W. Wiranegara, M.T.

DISUSUN OLEH:
Tim Pemerintah Kota
Kelompok 6

Anggia Putri Aulia 083002100005

Mochammad Alif Badawi 083002100011

Ridho Putra Muiza 083002100020

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN
TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esaa atas Rahmat-Nya
sehingga Laporan Perencanaan Perumahan Studi Kasus: Kota Bekasi dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Laporan Perencanaan Perumahan Studi Kasus: Kota Bekasi ini merupakan


sebagai hasil akhir dari pemenuhan tugas Mata Kuliah Perencanaan Perumahan
yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa permasalahan perumahan yang
ada di Kota Bekasi.

Laporan Kegiatan yang telah di susun ini diharapkan dapat membawa


manfaat bagi seluruh pihak untuk jangka panjang sehingga dapat mendukung
pembangunan perumahan di Kota Bekasi menuju arah yang lebih baik serta dapat
meningkatkan pemahaman mengenai permasalahan perumahan dalam skala kota.

Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan ini masih


terdapat kekurangan, maka dari itu kami menerima segala bentuk kritik dan saran
yang membangun. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besar nya kepada
seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan kegiatan
ini dapat membawa manfaat bagi seluruh pihak.

Jakarta, 20 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ii

BAB I 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Tujuan dan Sasaran................................................................ 2

1.2.1. Tujuan ............................................................................................. 2


1.2.2. Sasaran ........................................................................................... 2
1.3. Ruang Lingkup ....................................................................... 2

1.4. Metodelogi Penelitian ............................................................. 4

1.5. Sistematika Penulisan ............................................................ 6


BAB II 8

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................................ 8

2.1. Tinjauan Teoritis .................................................................... 8

2.1.1. Definisi Perumahan ....................................................................... 8


2.1.2. Definisi Permukiman ..................................................................... 8
2.1.3. Definisi Backlog.............................................................................. 10
2.1.4. Definisi RTLH ................................................................................ 10
2.1.5. Definisi Permukiman Kumuh....................................................... 11
2.2. Tinjauan Normatif ......................................................................... 12
BAB III 14

GAMBARAN UMUM .............................................................................................................................................. 14

3.1. Kondisi Wilayah Kota Bekasi ................................................ 14

3.1.1. Keadaan Geografis Kota Bekasi.................................................. 14


3.1.2. Batas Administrasi ........................................................................ 15
3.2. Kependudukan Kota Bekasi ........................................................... 17
3.2.1. Jumlah Penduduk Kota Bekasi................................................ 17
3.3. Data MBR Kota Bekasi ................................................................... 18
3.4. Backlog .......................................................................................... 18

ii
3.5. Rumah Tidak Layak Huni .......................................................... 21
3.6. Permukiman Kumuh ................................................................... 26
BAB IV 31

ANALISIS PERMASALAHAN ............................................................................................................................... 31

4.1. Proyeksi Penduduk ................................................................. 31

4.2. Proyeksi Kepadatan Penduduk ............................................. 32

4.3. Proyeksi Jumlah KK .............................................................. 34

4.4. Analisis Negative List .............................................................. 35

4.5. Analisis Permasalahan Backlog............................................. 42

4.6. Analisis Rumah Tidak Layak Huni ...................................... 45

4.7. Analisis Permukiman Kumuh ............................................... 47


BAB V 52

ALTERNATIF SOLUSI............................................................................................................................................ 52

5.1. Program Permasalahan Backlog di Kota Bekasi ................. 52

5.2. Program Permasalahan RTLH di Kota Bekasi ................... 60

5.3. Program Permasalahan Permukiman Kumuh di Kota Bekasi 64


BAB VI 68

KESIMPULAN ......................................................................................................................................................... 68

6.2. Kesimpulan.............................................................................. 68

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berkembangnya jumlah penduduk di perkotaan dapat menyebabkan


banyak perubahan yang terjadi di sektor perumahan dan permukiman.
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar masyarakat
untuk menunjang keharmonisan dan pertumbuhan manusia. Oleh karena
itu diperlukan keikutsertaan pemerintah untuk menunjang kesetaraan dan
kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945 Pasal 28 H ayat 1, bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Pada wilayah studi Kota Bekasi masih terdapat permasalahan


perumahan dan permukiman yang belum terselesaikan di antaranya
Backlog, dimana ketersediaan unit rumah tidak dapat memenuhi kebutuhan
serta RTLH dan juga permukiman kumuh masih menjadi permasalahan
utama perumahan dan permukiman di Kota Bekasi seiring dengan
pertumbuhan penduduk diman pada laju pertumbuhan penduduk per tahun
2020-2021 meningkat sebanyak 1,12% (BPS, 2022).

Pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai tugas untuk


menyusun RP3KP sesuai dengan amanat dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Adanya
RP3KP dapat mendukung pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman yang terpadu, berkelanjutan dan sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah, mendukung penyediaan perumahan yang terjangkau dan
layak huni, serta mewujudkan penyebaran penduduk yang proporsional
(Dinas Perumahan dan Permukiman, 2020). Namun, program dan
kebijakan ini memerlukan tindakan peninjauan yang matang sehingga
dapat terukut tingkat penanganan dan kendala yang ada. Hasilnya
kemudian akan mengarah pada munculnya saran perencanaan strategi

1
untuk menanggulangi permasalahan perumahan di Kota Bekasi dengan
menggunakan data primer dan data sekunder seperti dokumen Rencana
Pembangunan dan Pengembagan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP), dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber
informasi lainnya yang dapat dipercaya.

1.2. Tujuan dan Sasaran

1.2.1. Tujuan
Studi ini dilakukan untuk mengetahui seperti apa model
proses perencanaan perumahan dari cara pandang pemerintah kota
yang terlihat dalam pembangunan perumahan dengan melakukan
analisis contoh pada lokasi studi yang telah ditentukan serta
mengkaji dan mencari informasi untuk memahami proses
perencanaan tersebut. Setelah itu dapat dibuat model proses
perencanaan dari pihak pemerintah kota.

1.2.2. Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam laporan model


proses perencanaan perumahan ini, yaitu:
1. Mengetahui proses perencanaan perumahan pemerintah Kota
Bekasi
2. Mengetahui kondisi eksisting, kondisi perumahan, dan untuk
mengetahui proyeksi jumlah penduduk.
3. Membuat model proses perencanaan pemerintah kota
4. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan pada model proses
perencanaan perumahan pada pemerintah kota Bekasi.

1.3. Ruang Lingkup

Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106º48’28” -


107º27’29” Bujur Timur dan 6º10’6” - 6º30’6” Lintang Selatan dengan
ketinggian antara 11 m - 81 m di atas permukaan air laut. Letak Kota
Bekasi ini sangat strategis dimana wilayahnya merupakan perbatasan
antara dua provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

2
Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan,
serta 1.018 RW dan 7.137 RT.Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar
210,49 km2 atau 21.049 ha, dengan Kecamatan Mustika Jaya sebagai
wilayah yang terluas (26,42 km2) sedangkan Kecamatan Pondok Melati
sebagai wilayah terkecil (11,80 km2).

Tahun 2020, wilayah administrasi Kota Bekasi terdiri dari 12


wilayah kecamatan, luas daratan masing masing Kecamatan, yaitu:
Pondokgede (15,92 km2 ), Jatisampurna (19,54 km2 ), Pondok Melati
(11,80 km2 ), Jatiasih (24,27 km2 ), Bantargebang (18,44 km2 ), Mustika
Jaya (26,42 km2 ), Bekasi Timur (14,63 km2 ), Rawalumbu (16,85 km2 ),
Bekasi Selatan (16,06 km2 ), Bekasi Barat (14,93 km2 ), Medan Satria
(11,88 km2 ), serta Bekasi Utara (19,75 km2 ).

Batas-batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kota Bekasi


adalah:

- Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor

- Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta

- Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

3
Sumber: Peta Tematik Indonesia

1.4. Metodelogi Penelitian


Dalam penyusunan Laporan Perencanaan Perumahan Pemerintah
Kota Bekasi ini, akan dilakukan melalui beberapa tahap. Setiap tahapan

4
akan disusun secara efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pekerjaan ini terbagi atas 8 (delapan) tahap, yaitu:

1. Persiapan
a. Desain Survey
b. Koordinasi Eksternal
c. Metodologi dan Rencana Kerja
d. Desk Study
2. Inventarisasi Data
a. Survey dan Data Primer
b. Rencana Sektoral Pembangunan Kota
c. Review Spasial & Development Plan
d. Profil Housing & Urban Development Kota Bekasi
3. Analisis Data
a. Analisis Arah Kebijakan Pembangunan
b. Demografi dan Struktur Sosial
c. Ketersediaan Lahan Pembangunan Permukiman
d. Kebutuhan Hunian dan Fasilitas Development Kota Bekasi
e. Integrasi & Kebutuhan Infrastruktur Permukiman
f. Kelembagaan & Pembiayaan Pembangunan Perumahan
4. Resume Potensi dan Masalah Housing dan Urban Development Kota
Bekasi
5. Skenario Pengembangan Permukiman
a. Konsep & Skenario Pengembangan Permukiman
b. Visi, Misi, Kebijakan Pengembangan
c. Strategi Pengembangan Permukiman
6. Rencana Pengembangan Permukiman
a. Pengembangan dan Pembangunan Perumahan
b. Penyediaan Lahan Pengembangan Perumahan
c. Penyediaan Infrastruktur Permukiman
d. Kelembagaan Perumahan dan Permukiman
e. Pembiayaan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
7. Indikasi Program

5
8. Finalisasi RP3KP

Adapun metodologi pelaksanaan pengerjaan Laporan Perencanaan


Perumahan Pemerintah Kota Bekasi akan di uraikan pada gambar 1.2 di
bawah ini.

Gambar 1.2. Model Proses Perencanaan Kota Bekasi

1.5. Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang (berisikan tentang alasan, pemilihan lokasi
studi dan permasalahan, dalam pembuatan laporan permasalahan perumahan),
maksud dan tujuan, ruang lingkup, permasalahan, tahapan dan metode yang
digunakan dalam mendukung survei permasalahan perumahan di Kota Bekasi.

Bab II Tinjauan Pustaka


Bab ini berisikan definisi definisi, acuan, dan peraturan dari permasalahan di
Kota Bekasi, dalam membantu penelitian model proses perencanaan,

Bab III Gambaran Umum Perumahan dan Permukiman di Kota Bekasi


Bab ini berisikan mengenai gambaran umum kondisi dan permasalahan
perumahan di Kota Bekasi.

Bab IV Analisis Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Kota


Bekasi

6
Bab ini berisikan mengenai data data yang tim dapatkan, untuk kemudian
menganalisis permasalahan yang terjadi di Kota Bekasi. Pada tahapan ini
membahas mengenai program yang akan terjadi di Kota Bekasi.

Bab V Program Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Kota


Bekasi
Bab ini berisikan mengenai program program untuk menangani permasalahan
yang terjadi di Perumahan dan Permukiman di Kota Bekasi.

Bab VI Kesimpulan
Bab ini berisi tentang simpulan dari permasalahan permukiman di Kota Bekasi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Definisi Perumahan


Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun pedesaan, yang dilengkaapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak
huni. (Menurut, PP No. 12 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman). Dalam UU No. 4 Tahun
1992 Tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan diartikan
sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana.

Menurut Rahman (1995), karakteristik perumahan yang bersifat


unik terutama menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Lokasinya yang tatap dan hampir tidak mungkin dipindah


2. Pemanfaatannya dalam jangka panjang
3. Bersifat heterogen secara multidimensional, terutama dalam
lokasi, sumber daya alam dan preferensinya.
4. Secara fisik dapat dimodifikasi.

2.1.2. Definisi Permukiman


Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang
perumahan dan kawasan permukiman, yaitu permukiman adalah
bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu

8
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan. Sedangkan perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak
huni. Permukiman menurut Hadi Sabari Yunus (1987) dalam
Wesnawa (2015:2) dapat diartikan sebagai bentukan baik buatan
manusia ataupun alami dengan segala kelengkapannya yang
digunakan manusia sebagai individu maupun kelompok untuk
bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Budihardjo (2004) menjelaskan
tentang Hak Asasi Lingkungan permukiman, yang meliputi :

1. Fisik lingkungan harus mencerminkan pola kehidupan dan


budaya masyarakat setempat,

2. Lingkungan permukiman harus didukung oleh fasilitas pelayanan


dan fasilitas umum yang sebanding dengan ukuran /luasnya
lingkungan dan banyaknya penduduk,

3. Lingkungan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah


sedapat mungkin tersedia pula wadah kegiatan yang dapat
menambah penghasilan,

4. Taman, ruangan terbuka/penghijauan harus cukup tersedia,

5. Perencanaan tata letak permukiman harus memanfaatkan bentuk


topografi dan karakteristik alami dan tapak (site) setempat,

6. Jalan masuk lingkungan harus berskala manusia, ada pemisah


antara lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki, sedapat mungkin
diteduhi pohon-pohon rindang, dan

7. Lingkungan permukiman harus menunjang terjadinya kontak


sosial, dapat menciptakan identitas dan rasa memiliki dari segenap
penghuni.

9
2.1.3. Definisi Backlog
Backlog adalah kondisi kesenjangan antara jumlah rumah
terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan masyarakat.
Backlog dalam perumahan memiliki makna yang berbeda. Dalam
hal ini ada versi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (KemenPUPR) dan versi Badan Pusat Statistik (BPS).

Dalam perspektif Kemen PUPR, backlog rumah mengacu


terhadap rumah yang tidak layak huni. Namun, versi Kemen PUPR
adalah mengurangi jumlah penduduk yang tinggal di rumah tidak
layak huni, bukan mengurangi penduduk yang tinggal di rumah
sewa. Artinya, menurut Kemen PUPR, sepanjang rakyat sudah
tinggal di hunian yang layak sekalipun mereka menyewa, itu tidak
dianggap backlog. Sementara menurut perspektif BPS, backlog
rumah merujuk pada rumah milik Sehingga dalam perspektif BPS,
orang tinggal di rumah yang layak huni, tapi menyewa, tetap
dianggap backlog.

2.1.4. Definisi RTLH

Rumah Tidak Layak Huni yang selanjutnya disingkat RTLH


adalah rumah yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan
bangunan, kecukupan minimum luas bangunan, dan kesehatan
penghuni. (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 07/PRT/M/2018 tentang
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya). Derajat kelayakan rumah
tempat tinggal dapat diukur dari 2 aspek yaitu (1) kualitas fisik
rumah dan (2) kualitas fasilitas rumah. Kualitas fisik rumah tempat
tinggal diukur dengan 3 variabel, yaitu: jenis atap terluas, jenis
dinding terluas dan jenis lantai terluas; sedangkan kualitas fasilitas
rumah diukur dengan tiga variabel, yaitu: luas lantai per kapita,
sumber penerangan dan ketersediaan fasilitas tempat buang air
besar (WC) (Badan Pusat Statistik, 2015). Selanjutnya, sebagaimana
tercantum dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

10
Kawasan Permukiman dan PP No. 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
karkteristik yang bisa dikatakan RTLH, sebagai berikut:

1. Kualitas konstruksi bangunan dengan bahan beton bertulang


memenuhi SNI
2. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan
kayu memenuhi SNI
3. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan
baja memenuhi SNI
4. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan
selain hal tersebut diatas minimal mampu menahan guncangan
gempa 8 skala richter (rata-rata gempa yang terjadi di
Indonesia antara 6 – 7 skala richter
5. Luas bangunan menggunakan standar luas per orang (9 m2/org)
dalam pasal 22 ayat (3) UU 1 Tahun 2011.

2.1.5. Definisi Permukiman Kumuh


Diana Puspitasari dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman
(Distarkim) Kota Depok mengatakan, definisi permukiman kumuh
berdasarkan karakteristiknya adalah suatu lingkungan permukiman
yang telah mengalami penurunan kualitas. Dengan kata lain
memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya.
Dan tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bahkan
cenderung membahayakan bagi penghuninya. Menurut Diana, ciri
permukiman kumuh merupakan permukiman dengan tingkat hunian
dan kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan tidak teratur,
kualitas rumah yang sangat rendah. Selain itu tidak memadainya
prasarana dan sarana dasar seperti air minum, jalan, air limbah dan
sampah.

Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi


hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah
maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar

11
yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan,
persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi
maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka,
serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.

2.2. Tinjauan Normatif


Landasan hukum yang dijadikan acuan dalam penyusunan Laporan
RP3KP Kota Bekasi terdiri dari berbagai undang-undang, peraturan
pemerintah, dan peraturan lainnya, baik yang bersifat nasional maupun
lokal, antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252);

e. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,Tata cara


Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;

f. Peraturan Pemerintah No 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan


Perumahan dan Kawasan Permukiman;

g. Peraturan Pemerintah No 12 tahun 2021 tentang Perubahan Atas


Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman;

12
h. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota);

i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2


Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh;

j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4


Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik;

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang tata cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, tata cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, serta tata cara perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah;

l. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang


Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah;

m. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 10 Tahun


2012 tentang penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Perukiman
dengan Hunian Berimbang;

n. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 07 tahun 2013 tentang


Perubahan atas peraturan menteri Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan
Hunian Berimbang;

o. Peraturan Daerah No 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kota Bekasi 2011-2031.

13
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Kondisi Wilayah Kota Bekasi


3.1.1. Keadaan Geografis Kota Bekasi
Secara astronomi, Kota Bekasi terletak antara 106º48’28” -
107º27’29” Bujur Timur dan 6º10’6” - 6º30’6” Lintang Selatan. Kondisi
alam Kota Bekasi merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0 -
2 % dan ketinggian antara 11 m – 81 m di atas permukaan air laut. Luas
wilayah Kota Bekasi adalah 210,49 km2 .

Wilayah administrasi Kota Bekasi terdiri dari 12 wilayah


kecamatan, luas daratan masingmasing Kecamatan, yaitu: Pondokgede
(15,92 km2 ), Jatisampurna (19,54 km2 ), Pondok Melati (11,80 km2 ),
Jatiasih (24,27 km2 ), Bantargebang (18,44 km2 ), Mustika Jaya (26,42 km2
), Bekasi Timur (14,63 km2 ), Rawalumbu (16,85 km2 ), Bekasi Selatan
(16,06 km2 ), Bekasi Barat (14,93 km2 ), Medan Satria (11,88 km2 ), serta
Bekasi Utara (19,75 km2 ).

Wilayah Kota Bekasi bagian utara dan bagian timur berbatasan


dengan Kabupaten Bekasi, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten
Bogor, dan bagian barat berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.

14
Peta 3.1.1. Peta Administrasi Kota Bekasi

Sumber : Peta Tematik Indonesia

3.1.2. Batas Administrasi


Secra administratif, Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar
210,49 km² dengan total 12 kecamatan dan 56 kelurahan. 12 Wilayah
Administratif Kecamatan adalah sebagai berikut:

15
Kecamatan Luas (Km2)
Pondokgede 15,92
Jatisampurna 19,54
Pondokmelati 11,80
Jatiasih 24,27
Bantargebang 18,44
Mustikajaya 26,42
Bekasi Timur 14,63
Rawalumbu 16,85
Bekasi Selatan 16,06
Bekasi Barat 14,93
Medan Satria 11,88
Bekasi Utara 19,75
Kota Bekasi 210,49
Sumber: Kota Bekasi Dalam Angka 2022

Peta 3.1.2. Peta Batas Administrasi Kecamatan Kota Bekasi

Sumber: Analisis

16
3.2. Kependudukan Kota Bekasi
3.2.1. Jumlah Penduduk Kota Bekasi
Distribusi penduduk merupakan sebaran penduduk pada
sebuah wilayah, ini ditandai oleh jumlah penduduk yang tersebar,
di Kota Bekasi konsentrasi penduduk yang cukup tinggi pada
umumnya tersebar di seluruh kecamatan. Hal ini dapat dimengerti
karena beberapa kecamatan tersebut mempunyai tingkat mobilitas
yang tinggi seperti perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan
atau karena kelengkapan fasilitas baik pendidikan, kesehatan,
peribadatan dan lain-lain. Tapi pada beberapa kecamatan lain
menunjukan kecenderungan jumlah penduduk yang kurang, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya fasilitas atau
kondisi alam yang kurang mendukung (jenis tanah dengan porositas
yang tinggi) sehingga sebagian penduduk lebih memilih tempat
tinggal yang mempunyai kelengkapan fasilitas guna mendukung
aktivitasnya.

Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Kota Bekasi pada Tahun 2021


Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pondok Gede 253,30
Jatisampurna 124,96
Pondok Melati 132,22
Jati Asih 249,43
Bantar Gebang 108,11
Mustika Jaya 215,30
Bekasi Timur 259,17
Rawalumbu 222,54
Bekasi Selatan 212,57
Bekasi Barat 284,04
Medan Satria 163,47
Bekasi Utara 339,83
Kota Bekasi 2 564,94
Sumber: Kota Bekasi Dalam Angka 2022
Berdasarkan data diatas, Kecamatan Bekasi Utara
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tertinggi
dengan jumlah 339,83 penduduk dan Kecamatan Bantargebang

17
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah
dengan jumlah 108,11 penduduk.

3.3. Data MBR Kota Bekasi


Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) didefinisikan sebagai
Masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh Rumah; (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2016) serta Masyarakat
yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan
pemerintah untuk memperoleh rumah. (UU Nomor 1 Tahun 2011).

Tabel 3.2. Data MBR Kota Bekasi

Kemiskinan
2018 2019 2020
Penduduk Miskin (jiwa) 119.82 113.65 134.01
Persentase Penduduk 4.11 3.81 4.38
Miskin (P0)
Kedalaman Kemiskinan 0.72 0.47 0.60
(P1)
Keparahan Kemiskinan (P2) 0.18 0.10 0.15
Garis Kemiskinan (Rp Rp582.723 Rp617.718 Rp657.953
Perkapita/Bulan)
Sumber: Badan Pusat Statistik, Kota Bekasi

3.4. Backlog
Mengacu pada definisi backlog dari Kemenpupera, bahwa
ketersediaan hunian apapun jenis kepemilikannya (milik sendiri, sewa,
kontrak, rumah dinas, dll) harus memenuhi persyaratan kelayakan dan
definisi backlog dari BPS, akan dihitung jumlah kebutuhan hunian dimasa
yang akan datang di Kota Bekasi. Dengan data perumahan yang sangat
terbatas, sangat sulit untuk mengukur kelayakan hunian perumahan yang
ada. Di Kota Bekasi, rumah tidak layak secara fisik ada di kantong-kantong
permukiman kumuh, yang telah dibahas sebelumnya.

Tabel 3.4. Backlog di Kota Bekasi Tahun 2021

18
Jumlah
Jumlah
Kecamatan Kelurahan Penduduk Jumlah KK Backlog
(unit)
(Jiwa)
Jatimakmur 60.024 15.006 18.100 (3.094)
Jatiwaringin 47.180 11.795 13.170 (1.375)
Pondokgede Jatibening 37.499 9.375 11.864 (2.489)
Jaticempaka 44.720 11.180 16.376 (5.196)
Jatibening Baru 37.815 9.454 13.908 (4.454)
Jumlah 227.238 56.810 73.418 (16.609)
Jatikarya 14.701 3.675 8.235 (4.560)
Jatisampurna 29.590 7.398 12.237 (4.840)
Jatisampurna Jatirangga 16.838 4.210 8.843 (4.634)
Jatiranggon 27.052 6.763 12.189 (5.426)
Jatiraden 20.145 5.036 9.563 (4.527)
Jumlah 108.326 27.082 51.067 (23.986)
Jatimurni 25.898 6.475 9.517 (3.043)
Jatimelati 20.517 5.129 8.362 (3.233)
Pondok Melati
Jatiwarna 22.808 5.702 7.381 (1.679)
Jatirahayu 57.679 14.420 15.330 (910)
Jumlah 126.902 31.726 40.590 (8.865)
Jatiasih Jatisari 37.991 9.498 16.627 (7.129)
Kecamatan Jumlah
Jumlah
Kelurahan Penduduk Jumlah KK Backlog
(unit)
(Jiwa)
Jatiluhur 31.982 7.996 13.558 (5.563)
Jatirasa 39.829 9.957 11.747 (1.790)
Jatiasih 37.061 9.265 11.595 (2.330)
Jatimekar 39.597 9.899 11.851 1.952)
Jatikramat 44.350 11.088 15.087 (4.000)
Jumlah 230.810 57.703 80.465 (22.763)
Ciketingudik 23.520 5.880 8.554 (2.674)
Sumur Batu 22.708 5.677 8.604 (2.927)
Bantargebang
Cikiwul 28.001 7.000 7.827 (827)
Bantargebang 33.641 8.410 10.483 (2.073)
Jumlah 107.870 26.968 35.468 (8.501)
Padurenan 52.013 13.003 21.950 (8.947)
Cimuning 40.947 10.237 17.943 (7.706)
Mustika Jaya
Mustikajaya 74.172 18.543 24.323 (5.780)
Mustikasari 36.547 9.137 13.306 (4.169)
Jumlah 203.679 50.920 77.522 (26.602)
Margahayu 67.025 16.756 14.768 1.988
Bekasi Jaya 64.661 16.165 13.728 2.437
Bekasi Timur
Duren Jaya 74.817 18.704 17.511 1.193
Aren Jaya 65.817 16.454 15.225 1.229

19
Jumlah
Jumlah
Kecamatan Kelurahan Penduduk Jumlah KK Backlog
(unit)
(Jiwa)
Jumlah 272.320 68.080 61.232 6.848
Bojong 44.590 11.148 10.063 1.085
Menteng
Bojong 78.954 19.739 22.410 (2.672)
Rawalumbu Rawalumbu
Sepanjang Jaya 36.706 9.177 9.346 (170)
Pengasinan 61.082 15.271 16.190 (920)
Jumlah 221.332 55.333 58.009 (2.676)
Jaka Mulya 35.477 8.869 11.295 (2.426)
Jaka Setia 42.592 10.648 13.372 (2.724)
Bekasi Selatan Pekayon Jaya 57.953 14.488 14.993 (505)
Marga Jaya 17.627 4.407 3.604 803
Kayuringin Jaya 58.506 14.627 12.361 2.266
Jumlah 212.155 53.039 55.625 (2.586)
Bintara Jaya 33.972 8.493 10.970 (2.477)
Bintara 62.957 15.739 16.901 (1.162)
Bekasi Barat Kranji 49.995 12.499 9.334 3.165
Kota Baru 45.011 11.253 10.605 648
Jaka Sampurna 75.703 18.926 17.091 1.835
Jumlah 267.638 66.910 64.901 2.009
Harapan Mulya 23.798 5.950 6.123 (174)
Kali Baru 30.913 7.728 6.063 1.665
Medansatria
Medan Satria 28.263 7.066 5.953 1.113
Pejuang 74.545 18.636 23.595 (4.959)
Jumlah 157.519 39.380 41.734 (2.354)
Harapan Jaya 82.122 20.531 19.788 743
Kaliabang 93.338 23.335 25.294 (1.960)
Tengah
Bekasi Utara Perwira 38.023 9.506 11.110 (1.604)
Harapan Baru 26.276 6.569 9.459 (2.890)
Teluk Pucung 68.947 17.237 19.339 (2.102)
Marga Mulya 23.756 5.939 6.086 (147)
Jumlah 332.462 83.116 91.076 (7.961)
Jumlah Kota Bekasi 2.468.251 617.063 731.107 (114.044)
Sumber: RP3KP Kota Bekasi Tahun 2021
Secara keseluruhan pada tahun 2021 Kota Bekasi tidak terdapat
backlog dikarenakan pada tahun 2021 terdapat kelebihan jumlah rumah
yaitu sekitar 114.044 unit. Tetapi terdapat beberapa kelurahan yang sudah
terdapat backlog yaitu :

20
1. Kelurahan Margahayu, Kelurahan Bekasi Jaya, Kelurahan
Duren Jaya, Kelurahan Aren Jaya Kecamatan Bekasi Timur,

2. Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu,

3. Kelurahan Marga Jaya, Kelurahan Kayuringin Jaya Kecamatan


Bekasi Selatan

4. Kelurahan Kranji, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan


Jakasampurn Kecamatan Bekasi Barat

5. Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Medansatria Kecamatan


Medansatria

6. Kelurahan Harapanjaya Kecamatan Bekasi Utara.

Peta 3.2. Peta Kawasan Backlog Kota Bekasi Tahun 2021

Sumber: Analisis
3.5. Rumah Tidak Layak Huni
RTLH adalah rumah dengan ciri dan karakteristik yang tidak sesuai
dengan persyaratan dan standar sebagaimana tercantum dalam UU No. 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan PP No. 14

21
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
1. Kualitas konstruksi bangunan dengan bahan beton bertulang memenuhi
SNI
2. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan kayu
memenuhi SNI
3. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan baja
memenuhi SNI
4. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan selain hal
tersebut diatas minimal mampu menahan guncangan gempa 8 skala
richter (rata-rata gempa yang terjadi di Indonesia antara 6 – 7 skala
richter.
5. Luas bangunan menggunakan standar luas per orang (9 m2/org) dalam
pasal 22 ayat (3) UU 1 Tahun 2011.
Tabel 3.5. Data RTLH Kota Bekasi Tahun 2021
Data Rumah Rumah Tidak Layak
Huni (unit)
Kecamatan Kelurahan
Tahun Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019 2020
1. Kelurahan
Bantargebang 10 Unit - 20 Unit -
2. Kelurahan
Bantar Ciketing Udik 10 Unit 45 Unit 51 Unit 15 Unit
Gebang 3. Kelurahan 10 Unit - 38 Unit 20 Unit
Cikiwul
4. Kelurahan 10 Unit 45 Unit 50 Unit 15 Unit
Sumur Batu
Jumlah 50 unit 90 unit 159 50 unit
1. Kelurahan 10 Unit - - 20 Unit
Bintara
2. Kelurahan 10 Unit 40 Unit - -
Bintara Jaya
Bekasi Barat 3. Kelurahan
Jakasampurna 10 Unit - 11 Unit -
4. Kelurahan Kota 10 Unit - 20 Unit -
Baru
5. Kelurahan 10 Unit - - -
Kranji

22
Data Rumah Rumah Tidak Layak
Huni (unit)
Kecamatan Kelurahan
Tahun Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019 2020
Jumlah 50 unit 40 unit 31 unit
1. Kelurahan 10 Unit 45 Unit - -
Jakamulya
2. Kelurahan 11 Unit - - -
Jakasetia
Bekasi 3. Kelurahan
Selatan Kayuringin
Jaya 12 Unit - - -
4. Kelurahan 25 Unit 15 Unit 20 Unit 20 Unit
Margajaya
5. Kelurahan 16 Unit 45 Unit - -
Pekayon Jaya

1. Kelurahan Aren 10 Unit 45 Unit - 19 Unit


Jaya
2. Kelurahan 31 Unit - 20 Unit 20 Unit
Bekasi Bekasi Jaya
Timur
3. Kelurahan 10 Unit 45 Unit 68 Unit -
Duren jaya
4. Kelurahan 10 Unit 45 Unit 57 Unit -
Margahayu

1. Kelurahan
Harapan Baru 10 Unit - 49 Unit -
2. Kelurahan
Harapan Jaya 10 Unit 45 Unit - -
3. Kelurahan
Kaliabang
Bekasi Utara Tengah 10 Unit 45 Unit - 20 Unit
4. Kelurahan 10 Unit 32 Unit 25 Unit -
Margamulya
5. Kelurahan 10 Unit 45 Unit - -
Perwira
6. Kelurahan 10 Unit 42 Unit - -
Teluk Pucung

Jatisampurna 1. Kelurahan 34 Unit 10 Unit 20 Unit 20 Unit


Jatikarya

23
Data Rumah Rumah Tidak Layak
Huni (unit)
Kecamatan Kelurahan
Tahun Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019 2020
2. Kelurahan 10 Unit 40 Unit - -
Jatiraden
3. Kelurahan 18 Unit 40 Unit - -
Jatirangga
4. Kelurahan 19 Unit 40 Unit 48 Unit -
Jatiranggon
5. Kelurahan 44 Unit 10 Unit 40 Unit -
Jatisampurna

1. Kelurahan
Harapan Mulya 10 Unit 23 Unit 20 Unit 20 Unit
2. Kelurahan 10 Unit 23 Unit 71 Unit -
Kalibaru
3. Kelurahan 10 Unit 40 Unit 67 Unit -
Medan Medan Satria
Satria 4. Kelurahan 10 Unit - 67 Unit -
Pejuang

1. Kelurahan 10 Unit - 20 Unit 50 Unit


Pondok Jatibening
Gede 2. Kelurahan
Jatibening Baru 34 Unit - 55 Unit -
Kecamatan Data Rumah Rumah Tidak Layak
Huni (unit)
Kelurahan
Tahun Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019 2020
3. Kelurahan 34 Unit - 35 Unit 20 Unit
Jaticempaka
4. Kelurahan 44 Unit 10 Unit 51 Unit 20 Unit
Jatiwaringin
5. Kelurahan 18 Unit 10 Unit 49 Unit -
Jatimakmur

1. Kelurahan 67 Unit 7 Unit 40 Unit 20 Unit


Jatimelati
Pondok
2. Kelurahan 10 Unit 21 Unit 27 Unit -
Melati
Jatirahayu
3. Kelurahan 19 Unit 40 Unit - -
Jatiwarna

24
Data Rumah Rumah Tidak Layak
Huni (unit)
Kecamatan Kelurahan
Tahun Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019 2020
4. Kelurahan 10 Unit 40 Unit - 50 Unit
Jatimurni

1. Kelurahan
Sepanjangjaya 10 Unit 40 Unit 20 Unit 15 Unit
2. Kelurahan
Bojong
Rawalumbu Rawalumbu 11 Unit - 20 Unit 20 Unit
3. Kelurahan - 40 Unit 24 Unit -
Pengasinan
4. Kelurahan
Bojong
Menteng 10 Unit 40 Unit 24 Unit -

1. Kelurahan 10 Unit - - 50 Unit


Jatiasih
2. Kelurahan 56 Unit - 53 Unit -
Jatimekar
3. Kelurahan 10 Unit - 49 Unit -
Jatiasih Jatisari
4. Kelurahan 10 Unit - 24 Unit -
Jatirasa
5. Kelurahan 10 Unit - 22 Unit 50 Unit
Jatiluhur
6. Kelurahan 10 Unit 40 Unit - 50 Unit
Jatikramat

1. Kelurahan 10 Unit - 20 Unit -


Mustikajaya
2. Kelurahan 10 Unit - 40 Unit 20 Unit
Mustikajaya Mustikasari
3. Kelurahan 10 Unit - 39 Unit -
Cimuning
4. Kelurahan 28 Unit - 41 Unit -
Padurenan
Total 882 1093 1368 554
Unit Unit Unit Unit
Sumber: RP3KP Kota Bekasi Tahun 2021

25
Peta 3.5. Sebaran Kawasan RTLH Kota Bekasi Tahun 2021

Sumber: Analisis

3.6. Permukiman Kumuh


Membanjirnya penduduk pedesaan mengadu nasib ke daerah
perkotaan telah berimplikasi terhadap berbagai aspek kehidupan kota, baik
itu menyangkut transportasi, perumahan, kesehatan lingkungan, penyediaan
sarana dan prasarana umum, sektor tenaga kerja, perekonomian kota, tata
ruang dsb. Hal ini tentu memerlukan pendekatan yang berbeda pula, baik
dalam memandang dan memecahkan permasalahan yang timbul akibat
dampak urbanisasi ini. Bagi sebagian besar orang terutama para pengambil
kebijakan, rumah kumuh dipandang sebagai suatu masalah terutama dilihat
dari sisi penampilan fisiknya. Disamping itu, dalam rumah kumuh mungkin
juga melekat streotipe kriminalitas tinggi dan penyumbang kekacauan kota
dan komunitasnya. Kekumuhan kawasan permukiman ditinjau dari aspek
fisik, yang terlihat dari:

1. Bangunan sektor formal yang berbaur dengan sektor informal


yang liar dan tidak tertata.

26
2. Munculnya bangunan-bangunan tidak permanen baru di
badan jalan maupun di trotoar yang mengakibatkan terganggunya
fungsi jalan dan kenyamanan pengguna jalan.
3. Pemanfaatan daerah sungai oleh masyarakat untuk kegiatan
ekonomi, yang menjadikan terganggunya fungsi sungai
secara maksimal.
4. Tidak adanya jarak antar bangunan yang mengakibatkan rumah
menjadi tidak sehat.
5. Kumuhnya permukiman akibat aktivitas kawasan yang terlalu
berlebihan, sehingga menyebabkan lingkungan hunian menjadi
tidak sehat dan tidak nyaman untuk ditinggali.
6. Tidak berfungsinya saluran drainase kota di kawasan tersebut
secara optimal.
7. Sampah dan limbah akibat aktivitas warga yang tidak dikelola
dengan baik, sehingga menyebabkan pemandangan yang kotor.
8. Kurangnya sarana prasarana juga kurang terpeliharanya sarana
prasarana (jalan lingkungan, tempat sampah, MCK umum).

Tabel 3.6. Data Permukiman Kumuh di Kota Bekasi Tahun 2021

27
28
29
Sumber: RP3KP Kota Bekasi Tahun 2021

30
BAB IV

ANALISIS PERMASALAHAN

4.1. Proyeksi Penduduk


Proyeksi penduduk merupakan perhitungan ilmiah yang
didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan
penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi). Ketiga
komponen tersebut akan menentukan jumlah dan struktur umur penduduk
di masa depan. Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia No.23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Penduduk adalah
Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di
Indonesia sedangkan Proyeksi penduduk merupakan perhitungan ilmiah
yang didasarkan pada asumsi dari komponen- komponen laju
pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan
(Subdirektorat Statistik Demografi, 2015).

Proyeksi penduduk menggunakan Metode Aritmatika, yaitu


pertumbuhan penduduk dengan jumlah yang sama di setiap tahunnya.
Untuk mengetahui proyeksi dan laju pertumbuhan penduduk, maka
dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

Pn = Po (1+rn), maka r = ((Pn/Po)^1/n)-1

Keterangan :

Pn : Penduduk pada tahun n

Po : Jumlah Penduduk pada tahun dasar

r : Laju pertumbuhan penduduk

n : Periode (waktu) antara tahun awal dan tahun n

Jika nilai r = 0 artinya tidak terjadi pertumbuhan penduduk dari


tahun sebelumnya, sedangkan jika nilai r > 0 artinya pertumbuhan
penduduk positif atau terjadi penambahan penduduk dari tahun

31
sebelumnya, dan jika r < 0 artinya pertumbuhan penduduk negatif atau
terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya.

Tabel 4.1. Proyeksi Penduduk Kota Bekasi pada Tahun 2043


Kecamatan 2023 2043 Persentase
Pondok Gede 294.292 549.635 6%
Jatisampurna 182.072 484.564 5%
Pondok Melati 187.778 421.431 5%
Jatiasih 379.701 1.009.907 12%
Bantargebang 202.164 598.033 7%
Mustika Jaya 434.732 1.414.651 16%
Bekasi Timur 356.554 712.236 8%
Rawalumbu 331.424 780.396 9%
Bekasi Selatan 329.370 800.457 9%
Bekasi Barat 341.399 611.447 7%
Medan Satria 212.641 434.203 5%
Bekasi Utara 452.244 958.589 11%
Kota Bekasi 3.704.371 8.775.549
Sumber: Analisis

Berdasarkan data di atas proyeksi penduduk Kota Bekasi pada Tahun


2043 adalah 8.775.549 jiwa dengan jumlah penduduk pada tahun 2043
terbanyak berada pada Kecamatan Bekasi Utara dengan total 1.414.651 jiwa
dan untuk jumlah penduduk terendah berada pada Kecamatan Pondok Melati
yaitu sebanyak 421.431 jiwa.

4.2. Proyeksi Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per satuan
luas.Kegunaannya adalah sebagai dasar kebijakan pemerataan penduduk
dalam program transmigrasi.Kepadatan penduduk kasar atau crude
population density (CPD) menunjukkan jumlah penduduk untuk setiap
kilometer persegi luas wilayah. Luas wilayah yang dimaksud adalah luas
seluruh daratan pada suatu wilayah administrasi.

Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk/Luas Wilayah.

Menurut SNI (standar Nasional Indonesia) 03-1733-2004 tentang


Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, lingkungan

32
perumahan adalah bagian dari suatu kawasan perkotaan yang dalam
perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) atau dokumen perencanaan lainnya yang telah ditetapkan oleh
pemerintah kota/kabupaten.

Tabel 4.2. Klasifikasi Kepadatan Penduduk

Klasifikasi Jumlah Penduduk (jiwa)


Kawasan

Rendah Sedang Tinggi Sangat


Padat

Kepadatan <150 150-200 200- >400


Penduduk jiwa/ha jiwa/ha 400 jiwa/ha
jiwa/ha
Sumber: SNI 03-1733-2004

Tabel 4.2.1. Proyeksi Kepadatan Penduduk Tahun 2043


Proyeksi
Luas
Kecamatan 2023 2043 Kepadatan
(Ha)
Penduduk
Pondok Gede 294.292 549.635 1.592 345
Jatisampurna 182.072 484.564 1.954 248
Pondok Melati 187.778 421.431 1.180 357
Jatiasih 379.701 1.009.907 2.427 416
Bantargebang 202.164 598.033 1.844 324
Mustika Jaya 434.732 1.414.651 2.642 535
Bekasi Timur 356.554 712.236 1.463 487
Rawalumbu 331.424 780.396 1.685 463
Bekasi Selatan 329.370 800.457 1.606 498
Bekasi Barat 341.399 611.447 1.493 410
Medan Satria 212.641 434.203 1.188 365
Bekasi Utara 452.244 958.589 1.975 485
Kota Bekasi 3.704.371 8.775.549 21.049 417
Sumber: Analisis

33
Peta 4.2. Peta Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Tahun 2043

Sumber: Analisis

4.3. Proyeksi Jumlah KK


Berikut adalah tabel proyeksi penduduk Kota Bekasi berdasarkan
jumlah KK menurut kecamatan pada Tahun 2022-2042.

Tabel 4.3. Proyeksi Jumlah KK pada Tahun 2023


Proyeksi Jumlah KK (Asumsi 1 KK = 4 orang)
Kecamatan 2023 2028 2033 2038 2043
Pondok
Gede 73.627 89.641 105.654 121.667 137.680
Jatisampurna 45.519 64.427 83.334 102.242 121.149
Pondok
Melati 47.077 61.812 76.548 91.284 106.019
Jatiasih 94.925 134.313 173.701 213.089 252.477
Bantar
Gebang 50.541 75.283 100.025 124.766 149.508
Mustika
Jaya 108.681 169.924 231.167 292.410 353.653
Bekasi
Timur 89.138 111.368 133.598 155.829 178.059
Rawalumbu 82.857 110.920 138.982 167.044 195.106

34
Proyeksi Jumlah KK (Asumsi 1 KK = 4 orang)
Kecamatan 2023 2028 2033 2038 2043
Bekasi
Selatan 82.337 111.776 141.214 170.652 200.091
Bekasi Barat 102.661 136.851 171.040 205.229 239.418
MedanSatria 53.165 67.017 80.869 94.721 108.572
Bekasi Utara 113.056 144.698 176.341 207.983 239.625
Kota Bekasi 943.585 1.278.028 1.612.472 1.946.915 2.281.358
Sumber: Analisis

4.4. Analisis Negative List


Berdasarkan kondisi fisik wilayah perencanaan yang relatif datar
kawasan perencanaan memiliki daya dukung lahan yang potensial untuk
pengembangan kawasan budidaya dan salah satunya sangat potensial untuk
pengembangan kawasan perumahan dan permukiman, namun demikian
tidak semua lahan potensial dapat di kembangkan untuk kawasan
perumahan dan permukiman dikarenakan terdapat lahan-lahan yang
menjadi limitasi (negative list) untuk pengembangan perumahan.
Berdasarkan rencana pola ruang yang tertuang dalam RDTR Kota Bekasi
Tahun 2021-2041 terlihat bahwa lahan yang memiliki daya dukung untuk
pengembangan kawasan perumahan yaitu lahan-lahan yang sudah di
rencanakan untuk pengembangan kawasan perumahan sampai akhir tahun
perencanaan (tahun 2041) sedangkan lahan-lahan yang tidak direncakan
untuk kawasan perumahan merupakan lahan limitasi (negatif list), Adapun
rencana pola ruang yang merupakan negatif list untuk pengembangan
perumahan berdasarkan RDTR Kota Bekasi meliputi:

1. Rencana Kawasan Lindung yang meliputi:

a. Zona perlindungan setempat yang terdiri dari


sungai/saluran, danau, sempadan sungai, sempadan saluran,
sempadan situ/danau dan kolam tandon

b. Zona ruang terbuka hijau yang yang terdiri dari RTH hutan
Kota, RTH taman, RTH jalur hijau, RTH kawasan penyangga
(buffer zone), pemakaman, RTH yang berfungsi sebagai
sempadan

35
c. Zona pertanian yang terdiri dari lahan pertanian LP2B

d. Zona cagar budaya

2. Rencana Kawasan Budidaya yang meliputi:

a. Zona perdangan dan jasa

b. Zona campuran

c. Zona kawasan peruntukan industri

d. Zona perkantoran

e. Zona sarana pelayanan umum

f. Zona pengelolaan persampahan (TPA)

g. Zona pembangkitan tenaga listrik

h. Zona transportasi

i. Zona pertahanan dan keamanan

j. Zona pertambangan Untuk lebih jelasnya mengenai


negative list dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 4.4.1. Luas Negative List Kawasan Lindung


Berdasarkan RDTR Kota Bekasi
Kecamatan Kelurahan Luas Kawasan
Negative list
(Ha)
Pondokgede Jatimakmur 10,95
Jatiwaringin 12.10
Jatibening 11,59
Jaticempaka 15,98
Jatibening Baru 10,22
Jumlah 60,83
Jatisampurna Jatikarya 50,51
Jatisampurna 7,37
Jatirangga 46,34
Jatiranggon 6,53
Jatiraden 18,65
Jumlah 129,39
Pondok Melati Jatimurni 11,12
Jatimelati 14,07

36
Kecamatan Kelurahan Luas Kawasan
Negative list
(Ha)
Jatiwarna 11,41
Jatirahayu 18,79
Jumlah 55,39
Jatiasih Jatisari 43,56
Jatiluhur 10,95
Jatirasa 39,50
Jatiasih 15,76
Jatimekar 33,35
Jatikramat 7,64
Jumlah 150,75
Bantargebang Ciketingudik 29,04
Sumur Batu 99,04
Cikiwul 34.46
Bantargebang 19,90
Jumlah 182,44
Mustika Jaya Padurenan 43,85
Cimuning 21,33
Mustikajaya 23,49
Mustikasari 11,56
Jumlah 100,23
Bekasi Timur Margarahayu 56,37
Bekasi Jaya 33,69
Duren Jaya 19,78
Aren Jaya 16,19
Jumlah 126,04
Rawalumbu Bojong Menteng 17,55
Bojong Rawalumbu 49,69
Sepanjang Jaya 22,18
Pengasinan 12,00
Jumlah 101,42
Bekasi Selatan Jaka Mulya 23,38
Jaka Setia 25,88
Pekayon Jaya 48,53
Marga Jaya 26,76
Kayuringin Jaya 15,39
Jumlah 139,83
Bekasi Barat Bintara Jaya 9,01
Bintara 16,01
Kranji 6,83
Kota Baru 13,36
Jaka Sampurna 27,82
Jumlah 73,03
Medansatria Harapan Mulya 18,20
Kali Baru 10,09

37
Kecamatan Kelurahan Luas Kawasan
Negative list
(Ha)
Medan Satria 20,85
Pejuang 21,97
Jumlah 71,11
Bekasi Utara Harapan Jaya 26,71
Kaliabang Tengah 17,66
Perwira 20,01
Harapan Baru 24,96
Teluk Pucung 23,97
Marga Mulya 27,90
Jumlah 141.46
Jumlah Kota Bekasi 1.331,92
Sumber: RP3KP Kota Bekasi

Gambar 4.4.1. Peta Negative List Kawasan Lindung Kota Bekasi

Sumber: RP3KP Kota Bekasi

38
Tabel 4.4.2. Luas Negative List Kawasan Budidaya Kota Bekasi
Kecamatan Kelurahan Luas Kawasan
Negative list
(Ha)
Pondokgede Jatimakmur 143,99
Jatiwaringin 108,68
Jatibening 145,98
Jaticempaka 102,52
Jatibening Baru 108,36
Jumlah 609,51
Jatisampurna Jatikarya 146,05
Jatisampurna 127,44
Jatirangga 72,8
Jatiranggon 71,04
Jatiraden 55,1
Jumlah 472,43
Pondok Melati Jatimurni 52,27
Jatimelati 73,37
Jatiwarna 78,58
Jatirahayu 119,71
Jumlah 325,94
Jatiasih Jatisari 78,64
Jatiluhur 66,39
Jatirasa 62,82
Jatiasih 111,89
Jatimekar 163,78
Jatikramat 82,06
Jumlah 565,58
Bantargebang Ciketingudik 326,97
Sumur Batu 201,36
Cikiwul 464,92
Bantargebang 331,7
Jumlah 1324,94
Mustika Jaya Padurenan 211,42
Cimuning 119,34
Mustikajaya 185,02
Mustikasari 107,08
Jumlah 622,86
Bekasi Timur Margarahayu 371,88
Bekasi Jaya 134,69
Duren Jaya 123,37
Aren Jaya 55,7
Jumlah 685,54
Rawalumbu Bojong Menteng 201,03
Bojong Rawalumbu 185,03
Sepanjang Jaya 155,14

39
Kecamatan Kelurahan Luas Kawasan
Negative list
(Ha)
Pengasinan 110,11
Jumlah 651,97
Bekasi Selatan Jaka Mulya 128,66
Jaka Setia 200,71
Pekayon Jaya 245,47
Marga Jaya 140,67
Kayuringin Jaya 73,97
Jumlah 789,48
Bekasi Barat Bintara Jaya 87,1
Bintara 95,13
Kranji 59,99
Kota Baru 65,87
Jaka Sampurna 235,63
Jumlah 543,72
Medansatria Harapan Mulya 118,19
Kali Baru 85,19
Medan Satria 343,97
Pejuang 243,51
Jumlah 790,96
Bekasi Utara Harapan Jaya 170,56
Kaliabang Tengah 154,62
Perwira 76,31
Harapan Baru 120,71
Teluk Pucung 130,73
Marga Mulya 229,04
Jumlah 881,98
Jumlah Kota Bekasi 8.265
Sumber: RP3KP Kota Bekasi

40
Gambar 4.4.2. Peta Negative List Kawasan Budidaya Kota Bekasi

Sumber: RP3KP Kota Bekasi

Berdasarkan hasil analisis bahwa kawasan yang tidak di


perkenankan (negative list) untuk pengembangan perumahan yaitu rencana
kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya selain yang di rencanakan
untuk pengembangan perumahan dan permukiman yang tertuang dalam
RDTR Kota Bekasi Tahun 2021-2041, Dari hasil perhitungan
terindentifikasi bahwa luasan lahan yang tidak di perkenankan untuk
pengembangan permukiman yaitu sebesar 9.596,91 ha atau sekitar 45% dari
luas keseluruhan Kota Bekasi.

Sedangkan lahan potensial untuk pengembangan perumahan dan


permukiman berdasarkan RDTR Kota Bekasi yaitu sebesar 8.099,40 ha atau
sekitar 38% dari luas Kota Bekasi, namun tidak semua lahan potensial yang

41
diarahkan dalam RDTR dapat di dapat di kembangkan untuk kawasan
perumahan dan permukiman di karenakan sebagian diperuntukan bagi
penyediaan sarana permukiman dan juga dikarenakan pada lahan tersebut
sudah berdiri kawasan perumahan komersial dan kawasan perumahan
swadaya.

4.5. Analisis Permasalahan Backlog


Mengacu pada definisi backlog dari Kemenpupera, bahwa
ketersediaan hunian apapun jenis kepemilikannya (milik sendiri, sewa,
kontrak, rumah dinas, dll) harus memenuhi persyaratan kelayakan dan
definisi backlog dari BPS, akan dihitung jumlah kebutuhan hunian dimasa
yang akan datang di Kota Bekasi.

Backlog rumah dari perspektif kepenghunian dihitung dengan


mengacu pada konsep perhitungan ideal: 1 keluarga menghuni 1 rumah.
Rumus yang digunakan untuk menghitung backlog rumah dari perspektif
kepenghunian adalah:

Backlog = ∑Keluarga – ∑Rumah

Tabel 4.5.1. Proyeksi Kebutuhan Rumah Kota Bekasi Tahun 2043


Jumlah Proyeksi Kebutuhan
Kecamatan Penduduk Rumah Tahun 2043 Persentase
2043 (Unit)
Pondokgede 549.635 137.409 6%

Jatisampurna 484.564 121.141 6%

Pondok Melati 421.431 105.358 5%

Jatiasih 1.009.907 252.477 11%

Bantargebang 598.033 149.508 7%

Mustika Jaya 1.414.651 353.663 16%

Bekasi Timur 712.236 178.059 8%

42
Jumlah Proyeksi Kebutuhan
Kecamatan Penduduk Rumah Tahun 2043 Persentase
2043 (Unit)
Rawalumbu 780.396 195.099 9%

Bekasi Selatan 800.457 200.114 9%

Bekasi Barat 611.447 152.862 7%

Medansatria 434.203 108.551 5%

Bekasi Utara 958.589 239.647 11%

Jumlah 8.77.549 2.199.387


Sumber: Analisis

Peta 4.5.1. Peta Sebaran Proyeksi Kebutuhan Rumah Kota Bekasi Tahun
2043

Sumber: Analisis

Dari hasil analisis diatas, dapat di simpulkan bahwa proyeksi


kebutuhan rumah Kota Bekasi pada Tahun 2043 sebanyak 2.199.387 unit

43
rumah dengan kebutuhan terbanyak di Kecamatan Mustika Jaya sebanyak
353.663 unit rumah yang di butuhkan pada Tahun 2043 berdasarkan
proyeksi penduduk Tahun 2043.

Tabel 4.5.2. Kekurangan Rumah di Kota Bekasi Tahun 2043


Proyeksi
Jumlah
Kebutuhan Kekurangan
Rumah
Kecamatan Rumah Rumah Persentase
2020
Tahun (unit)
(unit)
2043 (Unit)
Pondokgede 137.409 73.539 63.870
4%
Jatisampurna 121.141 51.126 70.015
5%
Pondok
105.358 40.643 64.715
Melati 4%
Jatiasih 252.477 80.534 171.943 12%
Bantargebang 149.508 35.479 114.029
8%
Mustika Jaya 353.663 77.542 276.121
19%
Bekasi Timur 178.059 61.326 116.733
8%
Rawalumbu 195.099 58.089 137.010
9%
Bekasi
200.114 55.691 144.423
Selatan 10%
Bekasi Barat 152.862 64.975 87.887
6%
Medansatria 108.551 41.714 66.837
5%
Bekasi Utara 239.647 91.018 148.629
10%
Jumlah 2.199.387 731.739 1.467.648
Sumber: Analisis

44
Peta 4.5.2. Peta Sebaran Proyeksi Backlog Tahun 2043 Kota Bekasi

Sumber: Analisis

Berdasarkan analisis di atas, dapat di simpulkan bahwa kekurangan


unit rumah pada Tahun 2043 adalah sebanyak 1.467.648 unit rumah
dengan kekurangan tertinggi sebanyak 276.121 unit rumah di Kecamatan
Mustika Jaya.

4.6. Analisis Rumah Tidak Layak Huni


RTLH adalah rumah dengan ciri dan karakteristik yang tidak sesuai
dengan persyaratan dan standar sebagaimana tercantum dalam UU No. 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan PP No. 14
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
6. Kualitas konstruksi bangunan dengan bahan beton bertulang memenuhi
SNI
7. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan kayu
memenuhi SNI
8. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan baja
memenuhi SNI

45
9. Kualitas konstruksi bangunan menggunakan bahan bangunan selain hal
tersebut diatas minimal mampu menahan guncangan gempa 8 skala
richter (rata-rata gempa yang terjadi di Indonesia antara 6 – 7 skala
richter.
10. Luas bangunan menggunakan standar luas per orang (9 m2/org) dalam
pasal 22 ayat (3) UU 1 Tahun 2011.
Tabel 4.6. Data RTLH Kota Bekasi Tahun 2020
Kecamatan RTLH Kota Bekasi Tahun 2020
Bantar Gebang 50 Unit
Bekasi Barat 20 Unit
Bekasi Selatan 20 Unit
Bekasi Timur 39 Unit
Bekasi Utara 20 Unit
Jatisampurna 20 Unit
Medan Satria 20 Unit
Pondok Gede 90 Unit
Pondok Melati 70 Unit
Rawalumbu 35 Unit
Jati Asih 150 Unit
Mustika Jaya 20 Unit
Kota Bekasi 554 Unit
Sumber: RP3KP Kota Bekasi Tahun 2021

46
Peta 4.6. Peta Sebaran Kawasan RTLH Tahun 2020 Kota Bekasi

sumber: Analisis

Menurut tabel dan peta diatas, melihat dari eksisting yang ada pada
saat ini, Kota Bekasi masih memiliki permasalahn RTLH. Menurut tabel
dan peta diatas, kecamatan yang paling banyak dalam permasalahan RTLH
di Kota Bekasi ini ada di Kecamatan Jati Asih 150 Unit, sedangkan terendah
ada di Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Utara,
Jatisampurna, Medan Satria, dan Mustika Jaya sebanyak 20 Unit.

4.7. Analisis Permukiman Kumuh


Permukiman kumuh disebabkan oleh tingginya kepadatan penduduk
yang mengakibatkan ketidaksesuaian keterisian permukiman dengan
merata sehingga menyebabkan suatu daerah dapat terjadi permasalahan
permukiman kumuh. Program pemberdayaan masyarakat didalam
menyediakan rumah yang layak bagi dirinya sendiri belumlah dilaksanakan
dengan optimal. Konsentrasi program pemerintah pada rumah milik telah
mengabaikan realitas potensi rumah sewa sebagai salah satu alternatif
pemecahan masalah perumahan terutama bagi masyarakat golongan

47
ekonomi lemah ke bawah. Kekumuhan kawasan permukiman ditinjau dari
aspek fisik, yang terlihat dari:

1. Bangunan sektor formal yang berbaur dengan sektor informal


yang liar dan tidak tertata.
2. Munculnya bangunan-bangunan tidak permanen baru di
badan jalan maupun di trotoar yang mengakibatkan
terganggunya fungsi jalan dan kenyamanan pengguna jalan.
3. Pemanfaatan daerah sungai oleh masyarakat untuk kegiatan
ekonomi, yang menjadikan terganggunya fungsi sungai secara
maksimal.
4. Tidak adanya jarak antar bangunan yang mengakibatkan
rumah menjadi tidak sehat.
5. Kumuhnya permukiman akibat aktivitas kawasan yang terlalu
berlebihan, sehingga menyebabkan lingkungan hunian menjadi
tidak sehat dan tidak nyaman untuk ditinggali.
6. Tidak berfungsinya saluran drainase kota di kawasan tersebut
secara optimal.
7. Sampah dan limbah akibat aktivitas warga yang tidak dikelola
dengan baik, sehingga menyebabkan pemandangan yang kotor.
8. Kurangnya sarana prasarana juga kurang terpeliharanya
sarana prasarana (jalan lingkungan, tempat sampah, MCK
umum).

Berikut tabel sebaran permukiman kumuh di Kota Bekasi


beserta tingkat kekumuhannya berdasarkan data RP3KP Kota Bekasi
Tahun 2022.

Tabel 4.7. Sebaran Permukiman Kumuh di Kota Bekasi Tahun 2022


Tingkat
Kecamatan Kelurahan
Kekumuhan
Kotabaru Kumuh Sedang
Bekasi Barat Bintara Jaya Kumuh Ringan
Bintara Kumuh Ringan

48
Tingkat
Kecamatan Kelurahan
Kekumuhan
Jakasampurna Kumuh Ringan
Kranji Kumuh Ringan
Bekasi Jaya Kumuh Sedang
Duren Jaya Kumuh Ringan
Bekasi Timur
Aren Jaya Kumuh Ringan
Margahayu Kumuh Ringan
Harapan Mulya Kumuh Sedang
Kali Baru Kumuh Ringan
Medan Satria
Pejuang Kumuh Ringan
Medan Satria Kumuh Ringan
Padurenan Kumuh Ringan
Cimuning Kumuh Ringan
Mustika Jaya
Mustika Jaya Kumuh Ringan
Mustika Sari Kumuh Ringan
Ciketing Udik Kumuh Ringan
Sumur Batu Kumuh Ringan
Bantar Gebang
Cikiwul Kumuh Ringan
Bantar Gebang Kumuh Ringan
Jatisari Kumuh Ringan
Jatiluhur Kumuh Ringan
Jatirasa Kumuh Ringan
Jatiasih
Jatimekar Kumuh Ringan
Jatikramat Kumuh Ringan
Jatiasih Kumuh Ringan
Bojong Menteng Kumuh Ringan
Bojong Rawalumbu Kumuh Ringan
Rawalumbu
Sepanjang Jaya Kumuh Ringan
Pengasinan Kumuh Ringan
Pondok Gede Jatimakmur Kumuh Ringan

49
Tingkat
Kecamatan Kelurahan
Kekumuhan
Jatibening Kumuh Ringan
Jaticempaka Kumuh Ringan
Jatibening Baru Kumuh Ringan
Jatiwaringin Kumuh Ringan
Jatimurni Kumuh Ringan
Jatimelati Kumuh Ringan
Pondok Melati
Jatiwarna Kumuh Ringan
Jatirahayu Kumuh Ringan
Jatikarya Kumuh Ringan
Jatisampurna Kumuh Ringan
Jatisampurna Jatirangga Kumuh Ringan
Jatiraden Kumuh Ringan
Jatiranggon Kumuh Ringan
Harapan Jaya Kumuh Ringan
Kaliabang Tengah Kumuh Ringan
Perwira Kumuh Ringan
Bekasi Utara
Harapan Baru Kumuh Ringan
Teluk Pucung Kumuh Ringan
Marga Mulya Kumuh Ringan
Jaka Mulya Kumuh Ringan
Jaka Setia Kumuh Ringan
Bekasi Selatan Pekayon Jaya Kumuh Ringan
Marga Jaya Kumuh Ringan
Kayuringin Jaya Kumuh Ringan
Sumber : RP3KP Kota Bekasi
Peta 4.7. Peta Sebaran Kawasan Kumuh Kota Bekasi Tahun 2021

50
Sumber: Analisis
Berdasarkan data tabel dan peta mengenai kondisi permukiman
kumuh di Kota Bekasi pada Tahun 2021, dapat disimpulkan bahwa
kelurahan dengan kekumuhan sedang berada di kelurahan Kotabaru, Bekasi
Jaya dan Harapanmulya.

51
BAB V

ALTERNATIF SOLUSI

5.1. Program Permasalahan Backlog di Kota Bekasi


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, peraturan
pemerintah republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang perubahan
atas peraturan pemerintah nomor 14 tahun 2016 tentang penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman dan Panduan penyusunan substansi
RP3KP Daerah (kabupaten/kota), penanganan pemenuhan kebutuhan
perumahan dan permukiman di Kota yaitu:

Pembangunan perumahan baru Pembangunan perumahan baru,


maksudnya adalah pembangunan perumahan formal, baik oleh pihak swasta
(pengembang), pemerintah maupun perseorangan. Yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan perumahan baru adalah pengendalian pengembangan
dan pembangunan perumahan agar daya tampung wilayah Kota Bekasi tetap
terjaga, sehingga dapat diwujudkan lingkungan yang berkelanjutan dan
tidak membebani daya dukung. Konsep awal kebijakan dalam
pembangunan perumahan baru di Kota Bekasi sebagai berikut:

a. Pengendalian pembangunan perumahan baru melalui pengetatan


perijinan perumahan (ketentuan luasan minimum lahan perumahan).
Kota Bekasi telah memiliki beberapa perangkat hukum terkait
penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

b. Menetapkan kebijakan luasan minimum kawasan perumahan dan


jumlah unit rumah yang akan dibangunan.

c. Menetapkan ketentuan bagi pengembang perumahan untuk wajib


menyediakan PSU perumahan, memelihara kualitasnya dan
menyerahkan kepada pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

52
d. Setiap pembangunan perumahan baru harus sesuai dengan
peraturan teknis dan peraturan lainnya (KDB, KLB, sempadan
bangunan dll).

e. Menetapkan pembangunan kawasan perumahan dan permukiman


dengan hunian berimbang pada perumahan dalam satu hamparan
yang meliputi pembangunan rumah sederhana, rumah menengah
dan rumah mewah secara proporsional sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.

f. Setiap pembangunan perumahan baru harus memperhatikan


Peraturan Zonasi Kawasan Permukiman yang ditetapkan di Kota
Bekasi.

g. Menetapkan kebijakan pembangunan vertikal untuk


menyelesaikan permasalahan keterbatasan lahan. Pembangunan
perumahan dan permukiman vertikal dilakukan secara terpadu
dengan lingkungan sekitarnya pada kawasan perumahan dan
permukiman baru, kawasan padat hunian dan pusat – pusat
pelayanan kota.

Berikut Tabel Program Pembangunan Perumahan Baru dalam


mengatasi permasalahan backlog di Kota Bekasi.

53
Kegiatan (Fisik) Lokasi (Kecamatan) 2028 2033 2038 2043 Penanggung Sumber
Jawab Biaya
Pembebasan lahan untuk Mustika Jaya, Disperkimtan, APBD Kota
pembangunan perumahan Jatisampurna, Jatiasih Pokja Perumahan Bekasi
Pondok Gede, Pondok dan Kawasan
Melati, Bantargebang Permukiman,
Bekasi Utara, Rawa Pemerintah Kota
Lumbu, Bekasi Selatan Bekasi
Bekasi Barat, Medan
Satria, Bekasi Timur
Pemindahan warga Mustika Jaya,
setempat yang terkena Jatisampurna, Jatiasih
pembangunan Pondok Gede, Pondok
Melati, Bantargebang
Bekasi Utara, Rawa
Lumbu, Bekasi Selatan
Bekasi Barat, Medan
Satria, Bekasi Timur

54
Kegiatan (Fisik) Lokasi (Kecamatan) 2028 2033 2038 2043 Penanggung Sumber
Jawab Biaya
Pembangunan perumahan Mustika Jaya,
Jatisampurna, Jatiasih
Pondok Gede, Pondok
Melati, Bantargebang
Bekasi Utara, Rawa
Lumbu, Bekasi Selatan
Bekasi Barat, Medan
Satria, Bekasi Timur

55
56
57
58
59
5.2. Program Permasalahan RTLH di Kota Bekasi
RTLH adalah rumah dengan ciri dan karakteristik yang tidak sesuai
dengan persyaratan dan standar sebagaimana tercantum dalam UU No. 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan PP No. 14
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Kualitas konstruksi bangunan dengan bahan beton bertulang
memenuhi SNI. Adanya rumah tidak layak huni pada setiap Kecamatan
Kota Bekasi, hal ini terlihat dari data DISPERKIMTAN jumlah rumah tidak
layak huni (RTLH) mencapai 554 unit pada tahun 2020. Keterbatasan lahan
untuk pembangunan dan pengembangan perumahan sudah terlihat di
beberapa kelurahan, hal ini di tandai dengan sudah sangat terbatasnya dan
bahkan sudah tidak adanya lahan potensial untuk pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman. Berikut merupakan alternatif solusi
dari permasalahan Rumah Tidak Layak Huni di Kota Bekasi, sebagai
berikut:

1. Perbaikan Infrastruktur Pada Kawasan Permukiman


Pada kesempatan kali ini, Pemerintah Kota Bekasi menanggapi
dengan serius permasalahan Rumah Tidak Layak Huni di Kota Bekasi
dengan memberikan alternatif solusi dengan cara perbaikan infrastruktur
pada kawasan permukiman Kota Bekasi. Dalam hal ini dilakukan dengan,
Pembinaan Penyelenggaraan Infrastruktur Kawasan Permukiman.

60
Kegiatan (Fisik) Lokasi (kecamatan) 2028 2033 2038 2043 Penanggung Sumber
Jawab Biaya
Memindahkan Jatiasih, Pondok Gede, Pondok Pemerintah APBN
sementara Melati Kota Bekasi
masyarakat yang Bantar Gebang, Bekasi Timur,
terkena dampak
Rawa Lumbu
Rumah Tidak Layak
Bekasi Barat, Medan Satria,
Huni
Jatisampurna,
Mustika Jaya, Bekasi Selatan,
Bekasi Utara
Perbaikan rumah bagi Jatiasih, Pondok Gede, Pondok
masyarakat yang Melati
terdampak Rumah Bantar Gebang, Bekasi Timur,
Tidak Layak Huni
Rawa Lumbu
Bekasi Barat, Medan Satria,
Jatisampurna

61
Kegiatan (Fisik) Lokasi (kecamatan) 2028 2033 2038 2043 Penanggung Sumber
Jawab Biaya
Mustika Jaya, Bekasi Selatan,
Bekasi Utara

62
63
5.3. Program Permasalahan Permukiman Kumuh di Kota Bekasi
Pencegahan permukiman kumuh bertujuan agar tidak terbentuk
kumuh baru dan menghindarkan kota agar tidak kumuh di masa depan serta
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan
permukiman. Pencegahan perumahan/permukiman kumuh dapat dilakukan
dengan cara pengawasan dan pengendalian, serta pemberdayaan
masyarakat. Pengawasan dan pengendalian harus selalu dilakukan dalam
proses pembangunan agar selalu ada kesesuaian pelaksanaan pembangunan
dengan perijinan, standar teknis dan kelaikan fungsi. Pengawasan dan
pengendalian terhadap perijinan dilaksanakan untuk menjamin bahwa
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan tata ruang dan terdapat
keterpaduan rencana pembagunan dan pengembangan PSUnya.

Terdapat beberapa program yang dapat dilakukan pada


pencegahan permukiman kumuh, meliputi:

1. Bantuan fisik berupa :

• fasilitasi pemeliharaan, perawatan atau perbaikan terhadap bangunan


gedung, jalan lingkungan, drainase lingkungan, sarana air minum, saran air
limbah dan pengelolaan persampahan.

• Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni untuk Pencegahan Terhadap Tumbuh


dan Berkembangnya Permukiman Kumuh di Luar Kawasan Permukiman
Kumuh dengan Luas di Bawah 10 (Sepuluh) Ha

2. Bantuan non fisik dapat berupa

• fasilitasi penyusunan perencanaan, penyusunan NSPK, penguatan


kapasitas kelembagaan, alternatif pembiayaan dan persiapan pelaksanaan
kerjasama swasta.

• Kerja Sama Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Beserta PSU di Luar
Kawasan Permukiman Kumuh dengan Luas di Bawah 10 (Sepuluh) Ha

• Pemberian Bantuan Uang Sewa Rumah Tinggal Sementara bagi


Masyarakat yang Terkena Program Peremajaan Permukiman Kumuh di

64
Luar Kawasan Permukiman Kumuh dengan Luas di Bawah 10 (Sepuluh)
Ha.

65
Kegiatan (Fisik) Lokasi (Kecamatan) 2028 2033 2038 2043 Penanggung Sumber
Jawab Biaya
Survey lapangan terhadap daerah Bekasi Barat, Medan Satria, Disperkimtan, APBD Kota
yang terdampak permukiman Bekasi Timur Pokja Bekasi
kumuh Rawa Lumbu, Mustika Jaya, Perumahan dan
Bekasi Utara Kawasan
Jati Asih, Pondok Gede, Permukiman,
Pondok Melati Pemerintah Kota
Jatisampuna, Bantar Bekasi
Gebang, Bekasi Selatan
Bantuan pembangunan Bekasi Barat, Medan Satria,
infrastruktur sarana dan prasarana Bekasi Timur
permukiman kumuh, pada daerah Rawa Lumbu, Mustika Jaya,
yang terdampak Bekasi Utara
Jati Asih, Pondok Melati,
Pondok Gede
Jatisampurna, Bantar
Gebang, Bekasi Selatan

66
67
BAB VI

KESIMPULAN

6.2. Kesimpulan
Model proses perencanaan perumahan yang disusun oleh penulis
berisikan tahapan yang sudah sesuai dengan model proses perencanaan
perumahan Pemerintah Kota Bekasi. Tetapi, dalam tahapan model proses
Pemerintah Kota Bekasi memiliki beberapa tahapan yang lebih rinci untuk
pengembangan kawasan perumahan di Kota Bekasi. Program untuk
penyediaan dan pengembangan kawasan perumahan di Kota Bekasi
dilakukan dengan penyediaan hunian yang berimbang, terjangkau, dan
layak huni untuk keseimbangan dan kesetaraan masyarakat dalam
memperoleh hunian. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Bekasi juga melihat
MBR yang ada, karena pada dasarnya Pemerintah Kota Bekasi akan
melakukan program yang berjalan baik untuk keberlangsungan yang ada,

68

Anda mungkin juga menyukai