Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENGAMATAN TATA RUANG

KABUPATEN ASAHAN

DISUSUN

Nama : Ivan Kritian Wijaya Telaumbanua (19011015)

Riusman Hura (19011021)

Jois Jonever Perdamaian Lase (19011016)

Mata Kuliah : Hukum Pembangunan

Dosen :

UNIVERSITAS ASAHAN
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa. Karena dengan anugerah
dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatannya yang telah diberikan pada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini. Yang berjudul “LAPORAN PENGAMATAN TATA RUANG
KABUPATEN ASAHAN”.

Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat da kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

2. Kepada keluarga tercinta khususnya ayah dan ibuku yang senantiasa memberikan dukungan
dan kasih sayang yang tak terhingga, serta selalu mengingatkan penulis untuk selalu
berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mempersembahkan sesuatu yang terbaik.

3. Kepada dosen pembimbing yang telah memberi saya bimbingan dalam menyelesaikan
makalah ini

4. Kepada seluruh teman-teman penulis yang mana saling memotivasi dalam tiap penyelesaian
makalah ini dan saling mengingatkan bilamana terjadi kesalahpahaman diantara kita.

kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...

Kisaran, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... II
DAFTAR ISI................................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 3
1.4 Metode ................................................................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................ 5
2.1 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten…………………………………........ 5
2.2 Pembagian Kawasan-Kawasan…………………………..…………………...... 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 7
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Asahan ......................................................... 7
3.2 Rancangan Tata Ruang Kabupaten Asahan ................................................. 7
3.3 Pembangunan Industri di Daerah pemukiman............................................... 8
3.4 Dampak Pembangunan Industri di Daerah pemukiman ................................ 8
BAB IV PENUTUP........................................................................................................ 10
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 10
4.2 Saran................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan wilayah semakin kedepan akan semakin
berubah. Dinamika pembangunan terjadi yang sangat cepat dan pesat menuntut pemerintah untuk
membuat tindakan antisipasi akan perubahan yang berjalan serta dampak yang akan
mengikutinya. Perkembangan wilayah ini akan diikuti oleh peningkatan berbagai kegiatan sosial
dan ekonomi, serta utilitas dan fasilitas pendukungnya. Hal itu tentunya akan memberikan
kontribusi terhadap upaya kegiatan penataan ruang, terutama pada aspek perencanaan ruang guna
mengantisipasi segala bentuk kecenderungan perkembangan tersebut.

Peran perencanaan tata ruang sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi yang
seimbang dan berkesinambungan antara kebutuhan dan ketersediaan yang meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat menuju tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan memiliki makna untuk
mewujudkan kondisi yang lebih baik di masa depan dengan memperhatikan kecenderungan dan
dinamika perkembangan yang ada di masa lalu dan masa kini. Dalam perencanaan terdapat
unsur-unsur yang perlu diperhatikan yang meliputi unsur keinginan dan cita-cita; unsur tujuan
dan motivasi; unsur sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi) unsur upaya hasil guna
dan daya guna; serta unsur ruang dan waktu (Sujarto, 1991). Dengan memperhatikan unsur-unsur
yang terkait dalam aspek perencanaan tersebut, diharapkan hasil proyeksi dan peramalan kedepan
dapat lebih bersifat komprehensif, obyektif, efisien dan efektif.

Pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah seharusnya memperhatikan penataan


ruang, karena menjadi arahan dan batasan dalam kegiatan pembangunan. Pembangunan yang
dilakukan di suatu wilayah masih sering dilakukan tanpa mengikuti rencana tata ruang sehingga
tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan memperhatikan kerentanan wilayah
terhadap terjadinya bencana alam. Rencana pembangunan yang semula diharapkan dalam jangka
panjang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau wilayah namun banyak yang
tidak tercapai dikarenakan tidak adanya dukungan dari sumber daya alam dan daya dukung
lingkungan demi terwujudnya kegiatan pembangunan daerah. Pemanfaatan ruang seharusnya
dilaksanakan dengan pengelolaan kegiatan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan
antara pemanfaatan, keberlanjutan, ketersediaan, keberadaan dan kegunaan sumber daya alam
serta lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam
kehidupan masa kini tanpa mengurangi peluang perkembangan di masa depan.

Rencana tata ruang merupakan wujud penataan ruang yang berisi tentang perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang semestinya digunakan
sebagai acuan kebijakan bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar
pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan secara sinergis, serasi dan berkelanjutan. Penataan ruang
adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian ruang.

Penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan
pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam pola alokasi investasi
yang bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk
tercapainya kesejahteraan masyarakat. Menurut Rustiadi et al. (2011), penataan ruang memiliki
tiga urgensi, yaitu (a) optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (prinsip produktifitas dan efisiensi);
(b) alat dan wujud distribusi sumberdaya (prinsip pemerataan, keberimbangan, dan keadilan), dan
(c) keberlanjutan (prinsip sustainability).
Dalam wilayah perkotaan, kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan
pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan
penataan ruang wilayah kota dalam kurun waktu dua puluh (20) tahun. Arahan pemanfaatan
ruang wilayah kota berupa arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang wilayah kota sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota melalui
penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya,
dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana
program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.

Berdasarkan undang-undang No. 26 Tahun 2007, dalam rangka mengimplementasikan


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), diperlukan produk dokumen perencanaan yang lebih
operasional. Dalam hal ini adalah diperlukannya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai
penjabaran lebih lanjut dari RTRW. Karena pada dasarnya, RDTR merupakan pendalaman materi
dari RTRW agar dapat lebih operasional dalam sistem pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pembangunan fisik wilayah.

Rencana Detail Tata Ruang (RDRT) merupakan rencana yang memuat ketentuan-
ketentuan mengenai penetapan fungsi bagian wilayah yang pada hakekatnya menjadi arahan
lokasi berbagai kegiatan yang memiliki kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman
dengan karakteristik tertentu. Pada prinsipnya, RDTR juga merupakan rencana tiga dimensi yang
mengandung pengertian upaya penetapan intensitas penggunaan ruang untuk setiap bagianbagian
wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur tata ruang secara keseluruhan.

Di Kabupaten Asahan telah disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten
Asahan yang telah mendapat persetujuan Substansi dengan dikeluarkannya Rancangan Peraturan
Daerah (RAPERDA) dari Mentri Pekerjaan Umum No. HK.01 03-Dr/860. Hal ini dilakukan
karena, bila dilihat dinamika perkembangan wilayahnya, di Kabupaten Asahan terdapat
kecamatan-kecamatan yang mengalami perkembangan yang sangat cepat. Sehingga akan
berimplikasi terhadap perlunya suatu penataan ruang yang lebih operasional sehingga dapat
mengakomodir perkembangan yang terjadi di daerah tersebut.

Penyusunan RDTR Kabupaten Asahan disusun dengan memperkirakan perkembangan


yang akan datang, berdasarkan pertimbangan daya dukung lahan, potensi sumber daya yang ada,
serta batasan kendala yang di hadapi. Dengan demikian diharapkan RDTR ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang sehingga perkembangan sosial ekonomi dapat berjalan
secara efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan.

Tujuan lain dari RDTR ini adalah sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian
pembangunan fisik kawasan, serta sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan
pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan. Mengatur
hubungan antara berbagai kegiatan dengan fungsi ruang guna tercapainya pemanfaatan ruang
yang berkualitas. Dengan kata lain RDTR diharapkan dapat mengefisienkan pembangunan dan
meminimalisirterjadinya konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang serta pengembangan
infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk mengakomodasikan kegiatan sosial ekonomi
yang diinginkan sesuai dengan pemanfatan dan peruntukan lahan.

Selama kurun waktu sejak ditetapkanya RDTR Kabupaten Asahan hingga sampai saat ini
telah terjadi berbagai permasalahan dalam penataan ruang. Beberapa permasalahan yang masih
menjadi tantangan dalam implementasi perencanaan tersebut misalnya masih rendahnya dalam
pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan koordinasi pembangunan lintas sektor dan
wilayah, kesenjangan pembangunan antar daerah, belum meratanya dukungan infrastruktur,
Kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang yang belum optimal, wilayah-wilayah yang masih
tertinggal dalam pembangunan, kemacetan, konversi lahan, kesemrawutan, kekumuhan, dan
keterbatasan open space. Dengan kata lain RDTR yang ada kurang mampu memberikan
kontribusi penyelesaian terhadap berbagai permasalahan yang terjadi.

Untuk mewujudkan fungsi dan manfaat Kabupaten Asahan serta terjaminnya pemanfaatan
ruang yang seimbang, efektif, efisien dan berkesinambungan diperlukan suatu perancanaan yang
matang sampai tahap implementasi, monitoring dan evaluasi. Keterpaduan rencana antara RTRW
dan RDTR sebagai wujud penataan ruang dengan perencanaan pembangunan di Kabupaten
Asahan sebagai tools dalam pengendalian pembangunan sangatlah penting dan diperlukan demi
terwujudnya fungsi dan manfaat Kabupaten Asahan yang optimal.

Berbagai identifikasi terhadap permasalahan di atas menunjukkan bahwa implementasi


RDTR dan tujuan penataan ruang di Kabupaten Asahan belum sepenuhnya tercapai secara
optimal. Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena terjadi inkonsistensi dalam penataan ruang,
dan kurangnya keseriusan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan RDTR baik dalam
aspek perencanaan, aspek pemanfatan maupun dalam aspek pengendalian pemanfaatan ruang.

Berangkat dari fenomena di atas sehingga peneliti merasa perlu untuk untuk melakukan
penelitian dengan kajian secara lebih mendalam terhadap Rencana Detail Tata Ruang ini.
Sehingga peneliti mencoba untuk mengangkat penelitian dengan judul: “Strategi Implementasi
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Asahan”.

1.2 Tujuan Pengamatan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Tujuan Umum pengamatan Pelaksanaan praktek lapangan ini dimaksudkan untuk melatih
mahasiswa menerapkan dan membandingkan antara teori yang didapat dibangku kuliah dengan
kenyataan yang didapat dilapangan serta tampil memecahkan masalah yang berhubungan dengan
mata kuliah hukum pembangunan, serta diharapkan dapat membentuk dan menumbuhkan sikap
cinta lingkungan sekitarnya.

b. Tujuan khusus pengamatan Pelaksanaan praktek lapangan ini diharapkan mahasiswa dapat:

 mengetahui pembagian kawasan-kawasan yang Ada di Asahan.


 mengetahui dampak dari penyalahgunaan lokasi kabupaten Asahan.

1.3 Manfaat Pengamatan

Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi :

 Sebagai bahan informasi bagi masyarakat daerah untuk pengambilan kebijakan dalam
rangka identifikasi kondisi fisik kabupaten Asahan.
 Sebagai bahan informasi bagi masyarakat daerah untuk mengetahui apa yang layak
dibangun dalam kawasan-kawasan tertentu di kabupaten Asahan.

1.4 Metode Pengamatan

 Desain Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat
analisis deskriptif – kualitatif untuk menggambarkan dan mengidentifikasi kondisi fisik
kabupaten Asahan serta kelayakan untuk melakukan suatu pembangunan di kawasan
tersebut.
 Lokasi dan Waktu pengamatan Pengamatan ini dilaksanakan di kabupaten dengan fokus
pada PT. Sintong Abadi sebagai komplek gudang. Pengamatan ini berlangsung pada
tanggal 16 Januari 2021.

 Metode atau Prosedur Pengambilan Data Adapun yang menjadi kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama di lokasi, antara lain adalah : Observasi Lapangan Kegiatan observasi
lapangan ini adalah merupakan suatu kegiatan pokok dalam pelaksanaan pengamatan
lapangan. Dan juga merupakan langkah awal yang harus ditempuh dalam usaha
menuangkan apa yang tampak di mata kita ke dalam lembaran kertas yang berbentuk
laporan hasil pengamatan. Observasi lapangan ini dilaksanakan pada pagi sampai siang
hari, dengan tujuan mencari fakta dari apa yang kita pelajari dalam teori kemudian
dicocokkan dengan fakta yang kita peroleh.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Rencana pola ruang wilayah kabupaten

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang
dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

a. Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi


 sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;
 mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; sebagai dasar
penyusunan
 indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh)
tahun;
 sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.
b. Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan
 kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;
 daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota;
 kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;
dan
 ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
c. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria
 merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
rincinya;
 merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW provinsi beserta
rencana rincinya;
 memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
 memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota;
 memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah kota;
 menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % dari luas wilayah kota;
 menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal;
 menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya,
dan ekonomi masyarakat kota; dan
 jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan
pada wilayah kota bersangkutan;
 mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kota yang terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budi daya.

Pada prinsipnya pemanfaatan ruang merupakan perwujudan dari upaya pemanfaatan


sumberdaya alam di suatu wilayah melalui pola pemanfaatan yang diyakini dapat memberikan
suatu proses pembangunan yang berkesinambungan. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
menyatakan bahwa pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang
menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan/atau kegiatan alam. Hasil
dari pemanfaatan ruang meliputi; lokasi, sebaran, permukiman, tempat kerja, industri, pertanian,
pariwisata, pertambangan dan mineral, pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan, serta
penggunaan budidaya lainnya.

2.2 Pembagian Kawasan-Kawasan

a. Kawasan pertanian
Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan yang dialokasikan dan memenuhi kritenia
untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan;

b. Kawasan perkantoran

Menurut Erns Neufert (1989), bahwa didalam bangunan perkantoran pekerjaan utamanya


adalah dalam kegiatan penanganan informasi dan kegiatan pembuatan maupun pengambilan
keputusan berdasarkan informasi tersebut.

c. Kawasan pemukiman

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik


berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

d. Kawasan Industri

Sebuah kawasan industri (juga dikenal sebagai kawasan perdagangan) adalah sebuah area


yang dikhususkan dan direncanakan untuk tujuan pengembangan industri. Sebuah kawasan
industri dapat disebut sebagai versi lebih berat dari sebuah kawasan bisnis atau kawasan
perkantoran, yang lebih banyak diisi oleh perkantoran dan industri ringan, bukannya industri
berat.

Kawasan industri biasanya berlokasi di tepi ataupun di luar kawasan permukiman dari


sebuah kota, dan biasanya didukung dengan akses transportasi yang baik, seperti jalan dan rel.
[1]
 Salah satu contohnya adalah beberapa kawasan industri yang terletak di tepi Sungai Thames di
kawasan Thames Gateway di London. Kawasan industri biasanya terletak dekat dengan
fasilitas transportasi, terutama di kawasan tempat bertemunya jalan tol, stasiun, bandar udara,
dan pelabuhan.
Ide pengaturan kawasan seperti ini biasanya didasarkan pada beberapa konsep, antara lain :

 Agar dapat memusatkan infrastruktur yang dibutuhkan oleh industri di dalam satu


kawasan, sehingga dapat mengurangi pengeluaran industri tersebut. Infrastruktur tersebut
dapat berupa jalan, rel, pelabuhan, listrik tegangan tinggi (biasanya termasuk listrik tiga fasa),
kabel telekomunikasi canggih, pasokan air melimpah, dan jalur pipa gas.[2]
 Agar dapat menarik investasi dengan menyediakan infrastruktur terintegrasi dalam satu
lokasi.
 Agar dapat lebih mudah memberikan insentif-insentif kepada industri.[3][4]
 Agar dapat memisahkan industri dengan kawasan perkotaan untuk mengurangi dampak
sosial dan lingkungan dari industri.
 Agar dapat lebih mudah mengawasi dampak industri terhadap lingkungan.

e. Kawasan Pariwisata

Kawasan wisata adalah suatu kawasan yang mempunyai luas tertentu yang sengaja
dibangun dan disediakan untuk kegiatan pariwisata atau jasa wisata.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran umum Kabupaten Asahan

Kabupaten Asahan berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Terletak pada garis
230’00”-310’00" Lintang Utara, 9901’-10000’ Bujur Timur dengan ketinggian 0–1.000 m
diatas permukaan laut.

Kabupaten Asahan menempati area seluas 3.732,97 km² yang terdiri dari 25 Kecamatan,
204 Desa/Kelurahan Definitif. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge merupakan Kecamatan yang
terluas, dengan luasnya sebesar 713,63 km² atau sekitar 19,11 % dari total luas Asahan, diikuti
Kecamatan Sei Kepayang dengan luas 370,69 km² atau 9,93 %. Sedangkan luas daerah terkecil
adalah Kecamatan Kisaran Timur dengan luas 30,16 km² atau sekitar 0,80% dari total luas
wilayah Kabupaten Asahan.

Wilayah Kabupaten Asahan di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara, di
sebelah Selatan dengan Kabupaten Labuhan batu Utara dan Kabupaten Toba Samosir, disebelah
Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat
Malaka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut :

3.2 Rancangan Tata Ruang Kabupaten Asahan

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang yang disusun secara nasional,
regional, dan lokal. Tata ruang erat kaitannya dengan perencanaan, untuk melihat struktur ruang
pada kota. Pengertian tata ruang, diambil dari buku Pengantar Hukum Tata Ruang (2016) karya
Yunus Wahid, merupakan ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang
dibuat masyarakat terkait dengan ekonomi, sosial dan kebudayaan. Di Indonesia, konsep
perencanaan tata ruang dikembangkan dari masa ke masa. Dengan gagasan bahwa pembangunan
infrastruktur akan mampu mempercepat terjadinya pengembangan wilayah. Pada era 90-an,
konsep pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah.

Di Kabupaten Asahan telah disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten
Asahan yang telah mendapat persetujuan Substansi dengan dikeluarkannya Rancangan Peraturan
Daerah (RAPERDA) dari Mentri Pekerjaan Umum No. HK.01 03-Dr/860. Hal ini dilakukan
karena, bila dilihat dinamika perkembangan wilayahnya, di Kabupaten Asahan terdapat
kecamatan-kecamatan yang mengalami perkembangan yang sangat cepat. Sehingga akan
berimplikasi terhadap perlunya suatu penataan ruang yang lebih operasional sehingga dapat
mengakomodir perkembangan yang terjadi di daerah tersebut.

Namun, selama kurun waktu sejak ditetapkanya RDTR Kabupaten Asahan hingga sampai
saat ini telah terjadi berbagai permasalahan dalam penataan ruang. Beberapa permasalahan yang
masih menjadi tantangan dalam implementasi perencanaan tersebut misalnya masih rendahnya
dalam pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan koordinasi pembangunan lintas sektor dan
wilayah, kesenjangan pembangunan antar daerah, belum meratanya dukungan infrastruktur,
Kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang yang belum optimal, wilayah-wilayah yang masih
tertinggal dalam pembangunan, kemacetan, konversi lahan, kesemrawutan, kekumuhan, dan
keterbatasan open space. Dengan kata lain RDTR yang ada kurang mampu memberikan
kontribusi penyelesaian terhadap berbagai permasalahan yang terjadi. Masih banyak
perancangan-perancangan wilayah yg tidak sesuai dengan harapan, Misalnya saja daerah yang
seharusnya direncanakan untuk daerah pemukiman masih terdapat kegiatan perindustrian
sehingga kehidupan masyarakat di sekitar tempat tersebut terganggu.

3.3 Pembangunan Industri di Daerah Pemukiman

Salah satu bangunan industri yang kami fokuskan untuk pengamatan ini adalah PT.
Sintong Abadi. Perusahaan Sintong didirikan pada tahun 1996 di Indonesia. Yaitu, bisnis minyak
sawit terintegrasi dan memproduksi berbagai macam produk di seluruh rantai pasokan minyak
sawit. Dalam aspek ini, karena Malaysia dan Indonesia adalah produsen minyak sawit terkemuka
di dunia, kami siap untuk memasok produk minyak sawit berkualitas baik.

mereka memproduksi produk minyak seperti Minyak Goreng, Margarine, Bakery


Shortening, Cream Fats, Frying Fats dan juga Palm Kernel Oil. Untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan kami, kami juga memproduksi Produk Perawatan Pribadi, Produk Rumah Tangga,
Pakan Ternak dan Palm Wax.

3.4 Dampak Pembangunan Industri Di Daerah Pemukiman

Berikut ini dikemukakan berbagai kasus kerusakan kualitas lingkungan hidup manusia di
dunia. Kerusakan yang semakin parah dan membahayakan ini, menuntut dunia bisnis dan
perusahaan untuk melakukan perbaikan dan memelihara kelestariannya di masa depan, seperti:

 Polusi Udara

CO2 yang dikeluarkan oleh otomotif di metropolitan area telah melewati batas ambang
keselamatan. Polusi oleh pabrik-pabrik industri berat menyebabkan hujan asam yang merusak
hutan. Peraturan menggunakan saringan udara, dan teknologi pengurangan emisi sulphur
dikeluarkan.

 Polusi Air

Banyak terjadi kasus industri membuang limbah-industri ke sungai, danau atau laut.
Keracunan penghuni sungai dan laut semakin merajalela. Indirect impact pada manusia sebagian
besar pemerintah kota negara industri mengeluarkan undang-undang kualitas air sungai.
Larangan penggunaaan phosphat. Masih banyak proses dumping sisa oli mobil, air limbah
rumahtangga dan deterjen.

 Polusi tanah

Dua isu utama yang dihadapi saat ini adalah: 1) bagaimana memulihkan kerusakan kualitas tanah
yang tererosi oleh polusi dalam proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan, dan 2)
bagaimana mencegah kerusakan kualitas tanah, yaitu mengeluarkan berbagai kebijakan
pemerintah yang efektif dalam membatasi limbah industri dan penanganan sampah kota. Masalah
utama dalam penanganan kerusakan akibat land pollution ini dihadapkan oleh kenyataan
lapangan berikut ini: a) Racun limbah industri umumnya berasal dari bahan kimia berbahaya dan
sisa-sisa dari radioaktif b) Di Amerika Serikat setiap pabrik setiap tahunnya menghasilkan sekitar
40-60 ton limbah. c) Produk limbah tersebut tidak dapat dimusnakan d) Perlu tempat khusus
sebagai tempat pembuangan e) Proses daur ulang kaleng, kertas, plastik, kaca dsb masih belum
dilakukan secara masal.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang yang disusun secara nasional,
regional, dan lokal.

Peran perencanaan tata ruang sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi yang
seimbang dan berkesinambungan antara kebutuhan dan ketersediaan yang meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat menuju tujuan yang ingin dicapai

Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan yang dialokasikan dan memenuhi kritenia
untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan;

Menurut Erns Neufert (1989), bahwa didalam bangunan perkantoran pekerjaan utamanya


adalah dalam kegiatan penanganan informasi dan kegiatan pembuatan maupun pengambilan
keputusan berdasarkan informasi tersebut.

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik


berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Sebuah kawasan industri (juga dikenal sebagai kawasan perdagangan) adalah sebuah area


yang dikhususkan dan direncanakan untuk tujuan pengembangan industri.

Kawasan wisata adalah suatu kawasan yang mempunyai luas tertentu yang sengaja
dibangun dan disediakan untuk kegiatan pariwisata atau jasa wisata.

4.2 Saran

Untuk kota/daerah yang telah melakukan tata ruang agar melaksanakannya dengan baik sehingga
pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang semestinya digunakan sebagai acuan
kebijakan bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan
ruang dapat dilaksanakan secara sinergis, serasi dan berkelanjutan. Penataan ruang adalah proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian ruang.
DAFTAR PUSTAKA

Miraza, B.H. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia
Cabang Bandung-Koordinator Jawa Barat, Bandung.

Bappeda Aceh. 2008. Geografi pemerintah Aceh. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Provinsi NAD, Banda Aceh.

Noviani, Rita. ( 2013 ). Petunjuk Praktikum Metode dan Teknik I Analisis Sosial dan Ekonomi.
Surakarta : Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS.

Aris Munanda, dkk. 2015. LAPORAN PENGAMATAN PENGEMBANGAN KAWASAN


LINDUNG PAYA NIE KECAMATAN KUTABLANG. Bireuen.

Anda mungkin juga menyukai