Kata Pengantar
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Profil Kependudukan Kecamatan Gubeng,
Kota Surabaya. Dengan adanya penyusunan Buku Profil Kependudukan Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya
ini diharapkan dapat memberikan deskripsi terkait kondisi kependudukan terkini yang ada di Kecamatan
Gubeng, Kota Surabaya. Penyusunan Buku Profil Kependudukan ini dapat dijadikan acuan dalam
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota ataupun Kebijakan Pembangunan terkait aspek
kependudukannya. Di dalamnya telah tersusun mengenai aspek-aspek kependudukan.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Kependudukan yaitu Dr. Ir.
Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg. dan Ummi Fadilah S.T., M.Sc. serta sumber lainnya yang kami turut
jadikan referensi.Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Buku Profil Kependudukan Kecamatan
Gubeng, Kota Surabaya ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan bantuan kritik
dan saran dari para pembaca, untuk perubahan yang lebih baik lagi.
Penulis
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Isu kependudukan adalah isu yang sangat strategis dan bersifat lintas sektor. Oleh karena itu,
pengintegrasian berbagai aspek kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan dan bagaimana
pembangunan kependudukan itu bisa dicapai, akan menjadi pekerjaan besar yang harus diwujudkan.
Dalam hal ini, upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan kependudukan, sebagai wujud dinamika
penduduk dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar ke depan nanti
pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara
kuantitas dan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas penduduk dan penataan persebarannya yang
didukung oleh upaya-upaya perlindungan dan pemberdayaan penduduk.
Di lain pihak, tingkat pemahaman atau kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil sebagai salah satu upaya jaminan perlindungan negara terhadap
penduduk ternyata masih rendah. Selain pencatatan peristiwa kelahiran, proporsi penduduk yang
mendaftarkan dan mencatatkan kejadian vital (kawin, cerai, mati, pengangkatan anak, pengakuan dan
pengesahan anak, serta pewarganegaraan) maupun perubahan status kependudukan lainnya (seperti
perubahan alamat, nama) ternyata masih relatif rendah. Hal ini menunjukkan tidak tertibnya penduduk
Indonesia dalam pemilikan dokumen kependudukan, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya
kualitas data informasi kependudukan.
Disadari data kependudukan memegang peranan penting dalam menentukan kebijakan,
perencanaan pembangunan, dan evaluasi hasil-hasil pembangunan, baik bagi Pemerintah mau-pun pihak
lain termasuk dunia usaha. Oleh karena itu ketersediaan data perkembangan kependudukan sampai
tingkat lapangan menjadi faktor kunci keberhasilan. Untuk itu pengembangan sistem informasi
kependudukan yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk
tujuan yang berbeda-beda merupakan kebutuhan utama untuk segera diaplikasikan, sehingga makin
lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia, maka akan semakin mudah dan tepat perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan dilaksanakan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
menegaskan bahwa dalam perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi
yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan,
masalah potensi sumber daya daerah maupun informasi tentang kewilayahan lainnya. Untuk memenuhi
kebutuhan informasi kependudukan ini perlu disusun dalam bentuk profil kependudukan yang disajikan
secara berkelanjutan. Penyusunan profil kependudukan ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kondisi kependudukan di Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, dan prediksi prospek kependudukan di
masa yang akan datang. Di sisi lain penyusunan profil kependudukan ini merupakan tugas mata kuliah
Kependudukan PWK ITS.
1.3 Tujuan
1.4 Sasaran
Sasaran pennyusunan profil kependudukan ini adalah penduduk di Kecamatan Gubeng Kota
Surabaya.
IDENTIFIKASI DAN
KLASIFIKASI DATA
PENYAJIAN DATA
PENGOLAHAN DATA
Dalam pengumpulan data kependudukan Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, penulis melakukan
survei sekunder, yaitu survei yang dilakukan melalui tahap kompilasi data dari sumber-sumber data
kependudukan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
(Dispendukcapil) Kota Surabaya. Adapun data yang dikumpulkan berupa data cross section (tahun
2013) dan time series (tahun 2009-2013).
Bab V Penutup
Bab V merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Membagi penduduk atas kelompok-kelompok tertentu atau dapat pula dikatakan atas komposisi
penduduk tertentu, merupakan salah satu dari bentuk analisis penduduk. Komposisi penduduk
menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokkan penduduk
menurut karakteristik-karakteristik yang sama.
Komposisi penduduk merupakan sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yangmembagi dan
membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin.
Struktur komposisi penduduk dipengaruhi oleh 3 variabel demografi antara lain: variable kelahiran,
kematian dan migrasi. Ketiga variabel tersebut akan saling mempengaruhi. Bila salah satu variabel
berubah, maka akan mengakibatkan perubahan pada variabel yang lain. Misalnya bila terjadi angka
kelahiran yang tinggi maka struktur penduduk akan bergeser ke penduduk usia muda. Demikian juga
faktor sosial ekonomi akan mempengaruhi struktur umum penduduk melalui 3 variabel demografi di
atas. Struktur umur penduduk muda terjadi bila kelompok penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun
jumlahnya lebih dari 40%, sedangkan jumlah penduduk umur 65 tahun jumlahnya kurangdari 10%.
Sebaliknya suatu daerah dikatakan mempunyai struktur umur penduduk tua apabila presentasenya
berkebalikan dengan daerah struktur umur penduduk muda.
Rasio jenis kelamin pada umumnya dinyatakan sebagai perbandingan jumlah laki-laki per 100
perempuan. Angka rasio jenis kelamin dapat dihitung menurut golongan-golongan umur disamping bagi
penduduk total. Angka-angka rasio jenis kelamin menurut golongan umur inidisebut sebagai “age
spesific sex rations”. Selain faktor rasio jenis kelamin pada saat lahir, tinggi rendahnya angka-angka
rasio jenis kelamin secara total maupun bagi golongan-golongan umur di suatu masyarakat atau
komunitas dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat kematian laki-laki dan perempuan dan secara
kolektif, dan oleh perbedaan-perbedaan tingkat migrasi netto antar jenis kelamin. Komposisi penduduk
berdasarkan jenis kelamin ini dibagi lagi menjadi empat factor, yakni beradasarkan aspek
biologis,sosial,ekonomis, dan geografis.
Misalnya : penduduk di suatu desa digolongkan berdasarkan umur dan jenis kelamin.Komposisi
penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.Umur penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
Umur 0-14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif.
Umur 15-64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif.
Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompoSesuai dengan
pengelompokkan umur di atas, maka struktur (susunan) penduduk negara-negara di dunia dibagi 3
yaitu:
- Struktur penduduk muda : bila suatu negara atau wilayah sebagian besar penduduk
usia muda.·
- Struktur penduduk dewasa : bila suatu negara sebagian besar penduduk berusia
dewasa.·
- Struktur penduduk tua : bila suatu negara sebagian besar terdiri penduduk berusia tua.
b. Berdasarkan aspek sosial
3. Piramida Penduduk
Piramida penduduk adalah dua buah diagram batang pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-
laki sedangkan pada sisi lainnya menunjukkan jumlah penduduk perempuan dalam kelompok interval
usia lima tahunan. Penduduk laki-laki biasanya digambarkan di sebelah kiri, sedangkan penduduk wanita
di sebelah kanan.
Piramida penduduk memiliki manfaat seperti, mengetahui perbandingan jumlah penduduk pria dan
wanita, pertumbuhan penduduk di suatu negara, jumlah penduduk usia sekolah, dan golongan penduduk
produktif dan tidak produktif. Dengan demikian, piramida penduduk menjadi data penting untuk menjadi
salah satu dasar pembuatan keputusan penting di suatu wilayah.
Piramida penduduk muda menggambarkan kondisi penduduk yang sedang tumbuh dengan ditandai oleh
tingkat kelahiran yang tinggi sehingga penduduk usia mudanya lebih mendominasi daripada penduduk
usia tua. Pada piramida penduduk tersebut, sebagian besar jumlah penduduk berada pada usia di bawah
20 tahun. Piramida penduduk muda juga disebut dengan piramida kerucut karena bentuknya menyerupai
kerucut, dimana di bagian bawahnya lebih lebar dibandingkan bagian puncaknya.
Piramida penduduk muda menunjukkan angka ketergantungan yang tinggi. Penduduk usia produktif
banyak menanggung beban usia muda dan tua. Suatu negara yang memiliki piramida penduduk muda,
diperlukan motivasi kerja yang tinggi bagi penduduk usia produktif agar dapat menghidupi penduduk
usia non-produktif (usia muda dan tua).
Piramida penduduk dewasa menggambarkan komposisi penduduk usia muda seimbang dengan
komposisi penduduk usia tua dimana jumlah penduduknya dalam keadaan tetap atau seimbang. Oleh
karena itu bentuk piramida ini disebut juga sebagai piramida penduduk tetap (stasioner), selain itu
piramida ini disebut juga dengan istilah piramida granat karena bentuknya menyerupai granat. Suatu
negara yang memiliki komposisi penduduk seperti piramida penduduk dewasa angka ketergantungannya
rendah karena usia produktif yang lebih mendominasi.
Piramida penduduk tua menggambarkan komposisi penduduk yang berusia tua lebih besar daripada
penduduk usia muda atau dewasa. Piramida penduduk ini digambarkan seperti batu nisan sehingga
piramida ini disebut sebagai piramida batu nisan.
Suatu negara yang memiliki komposisi penduduk piramida penduduk tua, kondisinya hampir sama
dengan negara yang memiliki piramida penduduk muda. Keduanya sama- sama menggambarkan usia
non-produktif lebih banyak dibandingkan usia produktif. Akibatnya angka ketergantungannya tinggi.
Sumber: www.google.com
Struktur penduduk adalah penggolongan penduduk menurut ciri tertentu. Struktur penduduk disebut juga
komposisi atau susunan penduduk. Penggolongan yang sering dilakukan adalah penggolongan menurut
umur, jenis kelamin, mata pencarian, agama, pendidikan, tempat tinggal, dan sebagainya.
Struktur penduduk adalah pembentuk komposisi penduduk, yang bisa diklasifikasikan menurut:
a. Karakteristik demografi
b. Karakteristik sosial
c. Karakteristik ekonomi
d. Karaktersitik geografi/persebaran
Penyajian struktur penduduk: tabel (angka) dan grafik. Struktur penduduk salah satunya digambarkan
dalam bentuk piramida penduduk. Melalui penggambaran piramida penduduk, dapat diketahui proses
demografi yang terjadi. Pentingnya penstrukturan penduduk:
a. Mengetahui sumberdaya yang ada, baik menurut umur maupun jenis kelamin
b. Mengambil kebijaksanaan yang berhubungan dengan kependudukan
c. Membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lain
d. Mengetahui proses demografi yang terjadi (melalui piramida penduduk)
2.2 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk merupakan perhitungan yang menunjukkan keadaan fertilitas, mortalitas, dan
migrasi di masa yang akan datang. Proyeksi merupakan jenis perhitungan yang dapat dipergunakan
untuk memperkirakan jumlah penduduk sampai berpuluh-puluh tahun setelah sensus dilakukan.
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa
mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Isu juga sering di sebut rumor, kabar
burung, dan gosip.
Isu kependudukan merupakan peristiwa ataupun masalah yang terkait dengan aspek kependudukan di
suatu wilayah. Masalah-masalah kependudukan yang terjadi di Indonesia antara lain persebaran
penduduk yang tidak merata, pertumbuhan penduduk yang tinggi, rendahnya kualitas penduduk,
rendahnya pendapatan per-kapita, tingginya tingkat ketergantungan, dan kepadatan penduduk.
4) Kepadatan Penduduk
Kebijakan kependudukan merupakan upaya yang mengatur pengendalian jumlah dan pertumbuhan
penduduk dengan cara mempengaruhi tiga variable utama kependudukan, yaitu kelahiran, kematian, dan
migrasi.
Menurut PBB, pengertian kebijaksanaan kependudukan adalah tindakan dan program yang disusun
untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, sosial, demografi, politik dan tujuan umum lainnya
dengan jalan mempengaruhi variabel demografi umum, seperti besar dana pertumbuhan penduduk,
persebaran geografis, serta ciri-ciri demografinya. Kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan
dan lingkungan hidup adalah pembangunan yang bercirikan pembangunan yang berkelanjutan. Salah
satu bentuk pengelolaan penduduk adalah dengan meningkatkan kualitas penduduk yang mencakup segi
fisik dan non fisik.
2. Olah raga
3. Peningkatan kesehatan
B. Segi non fisik adalah pengembangan sumber daya manusia itu sendiri melalui:
1. Pendidikan
2. Kesetiakawanan sosial
Permasalahan penduduk merupakan kendala besar jika tidak dapat diarahkan, dibina dan dikendalikan.
Apabila pemerintah dapat melakukan hal tersebut dengan meningkatkan kualitas penduduk maka
jumlah penduduk yang besar akan menjadi manfaat, bukan masalah. Peningkatan kualitas penduduk
secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan penduduk sehingga sumber daya
manusia sebagai tenaga kerja akan lebih efektif baik secara kualitas maupun kuantitas. Garis besar
tujuan kebijakan kependudukan adalah memelihara keseimbangan antara pertambahan dan penyebaran
penduduk dengan perkembangan pembangunan sosial-ekonomi, sehingga tingkat hidup layak dapat
diberikan pada seluruh penduduk. Usaha ini meliputi seluruh kebijakan di bidang ekonomi, dosial,
budaya, dan kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan yang adil, kesempatan kerja dan
pembangunan pendidikan menyeluruh. Strategi ini dapat dilakukan melalui program, baik itu jangka
pendek maupun jangka panjang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan
penduduk, yaitu:
a. kualitas penduduk
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi isu-isu kependudukan antara lain sebagai
berikut:
Salah satu contoh kebijakan kependudukan yang sangat popular dalam bidang kelahiran (fertilitas)
adalah program Keluarga Berencana (KB). Program ini telah dimulai sejak awal tahun 1970-an.
Tujuan program KB ini tidak hanya untuk demografis saja melainkan juga dengan non demografis.
Tujuan demografus KB adalah terjadinya penurunan fertilitas dan terbentuknya pola budaya small
family size, sedangkan tujuan non-demografis adalah meningkatnya kesejahteraan penduduk yang
merata dan berkeadilan.
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, Pemerintah menetapkan
kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berencana.
Kebijakan Keluarga Berencana sebagaimana yang dimaksud diatas dilaksanakan untuk membantu calon
pasangan suami istri yang ada dalam masyarakat dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak
reproduksi secara bertanggung jawab tentang :
Indikator diatas sesuai dengan Pasal 21 ayat (1) Undang – Undang Nomor 52 Tahun 2009.
Selain undang – undang yang telah disebutkan diatas, pemerintah (Presiden) juga mengeluarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional, pada Pepres ini di sebutkan pula tugas, fungsi serta wewenang dari
BKKBN itu sendiri. Seperti yang terdapat pada Pasal 2 yang berbunyi:
BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.
Hal diatas menujukan bahwa pemerintah selalu berusaha untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduknya. Salah satu program pemerintah pusat yang sering kita jumpai atau temukan diberbagai
media – media baik pada media elektronik maupun cetak yaitu “Dua Anak Lebih Baik”, kata ini juga
menjadi slogan dari BKKBN.
Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar Republik Indonesia mengatakan:
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Hal
ini dapat menunjukan bahwa adanya superlatif kolektivisme dari pada kepentingan individu, dan
kepentingan kolektif itulah yang menjadi kepentingan negara. Sejalan dengan Pasal tersebut, pada
Pancasila dalam sila ke Limanya (5) menyebutkan : “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Sila kelima ini mengharapkan bangsa Indonesia mampuh mengembangkan perbuatan – perbuatan luhur
yang mencerminkan sikap dan suasana yang merata serta kegotongroyongan.
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, Pemerintah menetapkan
kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berencana.
Pasal ini menunjukan komitmen awal pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan yang ada di
negara kita khususnnya di daerah – daerah yang masih besar laju pertumbuhan penduduknya.
Untuk masalah kebijakan keluarga pemerintah juga diatur dalam Undang Undang ini yaitu pada Pasal
21 dan Pasal 22. Pada Pasal 21 ayat (1) mengatakan.
Kebijaka keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam
mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang:
b. Pembinaan keluarga
Pada Pasal ini sudah sangat jelas perlunya kesadaran masyarakat dalam menjalankan program
pemerintah.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan kualitass informasi, pendidiikan,
konseling, dan pelayanan kontrasepsi dengan cara:
a. menyediakan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan suami istri dengan
mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan, dan norma agama
c. menyediakan informasi yang lengkap, akurat, dan mudah diperoleh tentang efek
samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi, termasuk manfaatnya dalam
pencegahan penyebaran virus penyebab penyakit penurunan daya tahan tubuh dan
infeksi menular karena hubungan sesksual.
h. Melakukan promosi pentingnya ASI serta menyusui secara eksklusif untuk mencegah
kehamilan 6 bulan pasca kelahiran, meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan
anak
Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan dari
segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.
Menyikapi pasal 23 tadi, pada Pasal 25 ayat (1) menindaklanjutinya dengan cara sesuai denga isinya
yaitu:
Suami dan/atau istri mempunyai mempunyai kedudukan hak, dan kewaijabn yang sama dalam
melaksanakan keluarga berencana.
Hal di atas juga sesuai dengan Pasal 5 dan 6 mengenai Hak dan kewajiban penduduk.
Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan dilakukan atas
persetujuan suami istri setelah mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan yang memiliki dan
kewenangan untuk itu.
Setiap orang dilarang memalsukan dan menyalahgunakan alat, obat, dan cara kontrasepsi di luar tujuan
dan prosedur yang ditetapkan.
Dari Pasal 27 tadi kita perlu mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai alat kontrasepsi itu
sendiri sesuai bunyi dari Pasal 28 yaitu.
Penyemapaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih serta dilaksanankan di tempat dan dengan cara yang
layak
Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur pengadaan dan penyebaran alat dan obat kontrasepsi
berdasarkan keseimbangan antara kenutuhan, penyediaan, dan pemerataan pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
Hal dapat kita simpulkan bahwa keseriusan pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan yang
ada dari tahun ke tahun.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudkan dan
Keluarga Berencana Nasional
Pada peraturan Presiden ini menjelaskan Tugan dan Fungsi utama dari BKKBN sesuai yang tertera pada
Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2). Untuk lebih rincinya tugas BKKBN diatur oleh Pepres ini
yang terdapat pada Pasal 2 yang berbunyi:
BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
Sedangkan untuk fungsinya sendiri tertera pada Pasal 3 ayat (1), yang berbunyi:
b. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengedalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
BAB III
Kecamatan Gubeng terletak di sebelah Timur Pusat Kota Surabaya, dengan luas ± 969,579 Ha.
Kecamatan Gubeng sendiri terdiri dari 6 (enam) kelurahan:
a. Kelurahan Baratajaya
b. Kelurahan Pucang Sewu
c. Kelurahan Kertajaya
d. Kelurahan Gubeng
e. Kelurahan Airlangga
f. Kelurahan Mojo
Batas Wilayah Kecamatan Gubeng adalah :
Sebelah Utara : Kelurahan Pacar Keling dan Kelurahan Pacar Kembang,
Kecamatan Tambaksari
Sebelah Selatan : Kecamatan Wonokromo dan Kecamatan Wonocolo
Sebelah Barat : Kecamatan Tegalsari dan Kecamatan Genteng
Sebelah Timur : Kecamatan Mulyorejo
Tabel 3. 1
Luas dan persentase kelurahan di Kecamatan Gubeng
No. Nama Kelurahan Luas (km2) Persentase (%)
1. Baratajaya 0,76 10
2. Pucang Sewu 0,94 13
3. Kertajaya 1,30 17
4. Gubeng 1,10 15
5. Airlangga 1,62 22
6. Mojo 1,76 23
Jumlah 7,48 100
Sumber: Kecamatan Gubeng dalam Angka 2014
Gambaran umum posisi wilayah studi berada pada wilayah Surabaya bagian tengah. Wilayah studi
pada jaman Gementee merupakan suatu wilayah persawahan dan perkebunan yang relatif luas. Adanya
jalur rel kereta api pada sisi barat kawasan perencanaan membatasi pertumbuhan penduduk agar tidak
sampai meluas hingga ke wilayah ini.
Rumah sakit pada jaman Gementee seringkali diletakkan di luar kota utama dikarenakan pada
waktu itu penyakit menular merupakan suatu penyakit yang membahayakan dan belum ditemukannya
suatu penanganan yang efisien dan efektif. Seiring dengan perkembangan zaman, batas rel mulai
ditembus oleh penduduk melalui berbagai pemukiman formal dan non-formal. Batas selatan merupakan
batas Kali Jagir Wonokromo yang merupakan suatu pembatas alamiah yang dapat mendukung wilayah
studi.
3.2 Kondisi Fisik Dasar
Wilayah Kecamatan Gubeng mempunyai kontur tanah yang cenderung rata. Mempunyai
kedalaman efektif lebih dari 90 cm, tekstur tanah yang halus, tidak pernah tergenang, tidak terdapat
erosi dan mempunyai karakter air tanah yang asin.
Tabel 3. 2
Ketinggian dataran di Kecamatan Gubeng
No. Nama Kelurahan Ketinggian (m)
1. Baratajaya 4
2. Pucang Sewu 4
3. Kertajaya 4
4. Gubeng 4
5. Airlangga 4
6. Mojo 4
Jumlah 24
Sumber: Kecamatan Gubeng dalam Angka 2014
Wilayah studi Kecamatan Gubeng terletak pada kawasan tengah dari Kotamadya Surabaya. Ciri
khas dari area ini adalah merupakan evolusi dari dataran rendah yang didominasi dengan persawahan
dan pertambakan menjadi kawasan permukiman yang bervariasi dengan segala prasarana dan sarana
yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Jenis tanah pada kawasan perencanaan rata-rata didominasi oleh tanah tipe Aluvial Kelabu yang
tersebar merata hampir pada semua kawasan perencanaan.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran tematik dari wilayah perencanaan dapat dilihat pada
lampiran Peta 3.2.1, Peta 3.2.2, dan Peta 3.2.3.
3.3 Klimatologi dan Hidrologi
Kondisi klimatologi pada wilayah perencanaan secara makro tidak berbeda dengan kondisi Kota
Surabaya pada umumnya, maka data-data mengenai klimatologi Surabaya dapat dianggap berlaku untuk
wilayah perencanaan.
Data klimatologi diukur dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Perak I dan Perak II. Stasiun Perak
I terletak di Jl. Tanjung Sadari sedangkan Stasiun Perak II teletak di Kalimas Baru. Data-data mengenai
klimatologi meliputi beberapa aspek seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 1
Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Per Bulan Tahun 2013
Bulan Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm)
Januari 26 477.7
Februari 17 276.6
Maret 24 322.4
April 18 189.4
Mei 17 159.4
Juni 14 240.4
Juli 8 103
Agustus - -
September - -
Oktober 3 4.6
November 20 90.3
Desember 24 229.8
Rata-rata 17 209.36
Sumber: Kecamatan Gubeng dalam Angka 2014
Tabel 3.3 2
Kelembaban dan Temperatur Maksimum dan Minimun Per Bulan Tahun 2013
Kelembaban Temperatur
Bulan
Maksimal Minimal Maksimal Minimal
Januari 92 61 33.1 25.3
Februari 91 62 33 25.7
Maret 92 59 33.7 25.7
April 91 60 33.2 25.9
Mei 91 60 33.3 25.9
Juni 93 63 32.8 25.5
Juli 89 56 32.3 25.4
Agustus 84 46 33.4 23.8
September 81 42 34.1 24.5
Oktober 80 34 35.3 26.1
November 85 51 34.4 26.1
Desember 91 60 32.7 25.3
Rata-rata 88 55 33.4 25.4
Sumber: Kecamatan Gubeng dalam Angka 2014
Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat suatu wilayah tertentu perlu
disajikan statistik pendapatan nasional/regional khususnya di bidang ekonomi secara berkala. Angka-
angka pendapatan nasional/regional dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, analisis, dan perencanaan
pembangunan nasional/regional khususnya di bidang ekonomi.
Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar untuk mengetahui total
produksi barang dan jasa suatu daerah pada periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi Kecamatan Gubeng yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga berlaku
konstan 2000 dapat dilihat pada tabel berikut.
BAB IV
Komposisi penduduk adalah kedaan dimana, membagi penduduk atas kelompok-kelompok tertentu
atau dapat dikatakansebagai salah satu bentuk analisis penduduk. Komposisi penduduk menggambarkan
susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokkan penduduk menurut karakteristik-karakteristik
yang sama.Dan yang menjadi tolak ukur pembagian komposisi penduduk di Kecamatan Gubeng adalah:
Tabel 4.1.1.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Ratio per kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2011
Grafik 4.1.1.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Ratio per kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2011
160.000
140.000
120.000
100.000 Laki-laki
80.000
Perempuan
60.000
40.000 Jumlah
20.000 Sex Ratio
0
Baratajaya Pucang Kertajaya Gubeng Airlangga Mojo Jumlah
Sewu
Tabel 4.1.1.2 Jumlah Penduduk Lahir, Mati, Pindah dan Datang per kelurahan di Kecamatan Gubeng
Tahun 2011
Kelurahan Lahir Mati Pindah Datang
Baratajaya 316 137 419 280
Pucang Sewu 253 116 339 208
Kertajaya 625 264 642 622
Gubeng 380 141 395 299
Airlangga 395 167 636 381
Mojo 1.148 308 894 855
Jumlah 3.117 1.113 3.325 2.645
Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya
Grafik 4.1.1.2 Jumlah Penduduk Lahir, Mati, Pindah dan Datang per kelurahan di Kecamatan Gubeng
Tahun 2011
3500
3000
2500
2000
Lahir
Mati
1500
Pindah
1000 Datang
500
0
Baratajaya Pucang Kertajaya Gubeng Airlangga Mojo Jumlah
Sewu
Tabel4.1.1.3 JumlahPenduduk Menurut Kelompok Usia Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2011
Grafik 4.1.1.3 Grafik JumlahPenduduk Menurut Kelompok Umur Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2011
35.000
30.000
25.000 0-5
6-9
20.000 10-16
17
15.000
18-25
10.000 26-40
41-59
5.000 60+
0
Baratajaya Pucang Kertajaya Gubeng Airlangga Mojo Jumlah
Sewu
Tabel 4.1.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2011
Grafik 4.1.1.4 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2011
60000
50000
40000
Tidak/
Tidak Tamat SD/Sederajat
30000
Tamat SD/Sederajat
SLTP/
20000
SLTA/
Diploma IV/
10000 Pasca Sarjana
Tabel4.1.1.5 Jumlah Penduduk Menurut Agama Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2011
Grafik 4.1.1.5 GrafikJumlah Penduduk Menurut Agama Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2011
160.000
140.000
120.000
Islam
100.000
Protestan
80.000 Katolik
Hindu
60.000
Budha
40.000 Lainnya
Jumlah
20.000
0
Baratajaya Pucang Kertajaya Gubeng Airlangga Mojo Jumlah
Sewu
Tabel4.1.1.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Ratio per kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2012
Grafik 4.1.1.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Ratio per kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2012
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000 Laki-laki (jiwa)
20.000 Perempuan (jiwa)
10.000
0 Sex Ratio
Tabel4.1.1.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Lahir, Mati, Pindah dan Datang di Kecamatan Gubeng Tahun 2012
Grafik 4.1.1.7 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Lahir, Mati, Pindah dan Datang di Kecamatan Gubeng Tahun 2012
3500
3000
2500
2000
1500 Datang (jiwa)
1000
Pindah (jiwa)
500
0 Mati (jiwa)
Tabel 4.1.1.8 JumlahPenduduk Menurut Kelompok Usia Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2012
35.000
30.000 0-5
25.000
6-9
20.000
10-16
15.000
17
10.000
5.000 18-25
0 26-40
41-59
60+
Tabel 4.1.1.9 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2012
60000
50000
40000 Tidak/
Tidak Tamat
30000 Tamat SD/Sederajat
SMP/
SMA/
20000
Diploma I/II
Akademi/Diploma III/Sarjana Muda
10000
Pasca Sarjana
Tabel4.1.2.0Jumlah Penduduk Menurut Agama Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2012
160.000
140.000
120.000
100.000 Islam
Protestan
80.000
Kristen
60.000
Hindu
40.000 Budha
20.000 Lainnya
Jumlah
0
Tabel 4.1.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Ratio per kelurahan di Kecamatan Gubeng
Tahun 2013
Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
Baratajaya 6.604 7.072 13.676 93,38
Pucang Sewu 5.711 6.067 11.778 94,13
Kertajaya 9.942 10.497 20.439 94,71
Gubeng 5.850 6.092 11.942 96,03
Ailangga 7.891 8.604 16.495 91,71
Mojo 17.635 18.362 35.997 96,04
Jumlah 53.633 56.694 110.327 94,60084
Sumber: Badan Pusat Statistik Surabaya
Grafik 4.1.2.2 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Ratio per kelurahan di Kecamatan Gubeng
Tahun 2013
120.000
100.000
80.000
60.000
Laki-laki
40.000 Perempuan
Jumlah
20.000 Sex Ratio
Tabel 4.1.2.3Jumlah Penduduk Berdasarkan Lahir, Mati, Pindah dan Datang di Kecamatan Gubeng
Tahun 2013
Grafik 4.1.2.3 GrafikJumlah Penduduk Berdasarkan Lahir, Mati, Pindah dan Datang di Kecamatan Gubeng
Tahun 2013
3500
3000
2500
2000 Lahir
1500 Mati
1000 Pindah
500 Datang
0
Baratajaya Pucang Kertajaya Gubeng Ailangga Mojo Jumlah
Sewu
Tabel 4.1.2.4 JumlahPenduduk Menurut Kelompok Usia Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2013
Grafik 4.1.2.4JumlahPenduduk Menurut Kelompok Usia Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2013
160.000
140.000
120.000
100.000
Laki-laki
80.000
60.000 Perempuan
40.000 Jumlah
20.000
0
0-5 06-Sep Okt-16 17 18-25 26-40 41-59 60+ Jumlah
Tabel 4.1.2.5 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2013
Grafik 4.1.2.5 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan per Kelurahan di Kecamatan Gubeng
Tahun 2013
60000
Tidak/
50000
Tidak Tamat
40000
Tamat SD/Sederajat
30000
20000 SMP/
10000
SMA/
0
Diploma I/II
Akademi/Diploma III/Sarjana
Muda
Tabel4.1.2.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2013
Grafik 4.1.2.6 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Agama Per Kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2013
180.000
160.000
140.000
120.000 Islam
100.000 Protestan
80.000 Katolik
60.000
Hindu
40.000
20.000 Budha
0 Lainnya
Jumlah
Tabel dan Grafik 4.1.2.7 Time Series (2011, 2012, dan 2013) Jumlah Penduduk di Kecamatan Gubeng
Tahun Jumlah
Penduduk
2011 151.395
2012 152.653
2013 110327
180.000
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000 Jumlah Penduduk
60.000
40.000
20.000
0
2011 2012 2013
Tabel dan Grafik4.1.2.8Time Series (2011, 2012, dan 2013) Jumlah Penduduk di Kecamatan Gubeng
4.000
3.000 Lahir
2.000 Mati
1.000 Datang
0
Pergi
2011 2012 2013
35.000
0-5
30.000
6-9
25.000
10-16
20.000
17
15.000
18-25
10.000
26-40
5.000
41-59
0
60+
2011 2012 2013
Tabel dan Grafik 4.1.3.0 Time Series (2011, 2012, dan 2013) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Gubeng
0 Diploma IV/
2011 2012 2013 Pasca Sarjana
180.000
160.000
140.000
Islam
120.000
Protestan
100.000 Katolik
80.000 Hindu
60.000 Budha
Lainnya
40.000
Jumlah
20.000
0
2011 2012 2013
Kepadatan penduduk di dapat dari jumlah penduduk di bagi luas wilayah tersebut. Di Kecamatan
Gubeng sendiri, kepadatannya dapat diurutkan yaitu dimulai dari Kelurahan Mojo, Kelurahan Baratajaya,
Kelurahan Kertajaya, Kelurahan Pucang Sewu, Kelurahan Gubeng dan Kelurahan Airlangga. Urutan diatas
adalah berdasarkan kepadatan terbanyak hingga terkecil. Dan telah terbukti akan dijelaskan di peta
terlampir. Bahwa Kelurahan Mojo memiliki range kepadatan sebanyak 17.924-21.000 jiwa.
Sex Ratio adalah perbandingan antara juml;ah penduduk pria dan jumlah penduduk wanita pada
suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk pria per seratus
wanita. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang
berwawsan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki dan perempuan secara
adil. Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi terutama untuk
meningkatkan keterwakilan prerempuan dalam parlemen.
Tabel 4.2.1Sex Ratio Data Time Series berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Gubeng
Jumlah penduduk laki-laki tahun 2011 adalah 74.915 jiwa dan penduduk perempuan dari data yang
sama adalah 76.480 jiwa. Rasio jenis kelaminya sebesar 97,75 atau dibulatkan menjadi 98. Artinya,
terdapat 98 penduduk laki-laki setiap 100 penduduk perempuan pada tahun 2011. Begitu juga dengan
tahun 2012 dan tahun 2013. Pada tahun 2012, rasio jenis kelaminnya sebesar 98,98 atau dibulatkan
menjadi 99. Artinya, terdapat 99 penduduk laki-laki setiap 100 penduduk perempuan.Pada tahun 2013,
rasio jenis kelaminnya sebesar 94,6 atau dibulatkan menjadi 95. Artinya, terdapat 95 penduduk laki-laki
setiap 100 penduduk perempuan.
Tabel 4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur per kelurahan di Kecamatan Gubeng Tahun 2013
60+
41-59
26-40
18-25
17 Perempuan
10-16 Laki-Laki
6-9
0-5
Dilihat dari jenis piramida diatas, menunjukkan bahwa bentuk piramidanya adalah Piramida bentuk
Granat (Stasioner). Piramida Granat (Stasioner) adalah keadaan yang menunjukkan jumlah usia muda
hampir sama denganusia dewasa, sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali, contohnya: Amerika
Serikat, Belanda, Norwegia, Finlandia. Di Kecamatan Gubeng penduduk usia dewasa dan penduduk usia
muda hampir sama terlihat pada tahun 2013. Penurunan pernah terjadi yaitu pada tahun 2012. Piramida
bentuk Granat (Stasioner) dicirikan dengan:
Dengan diketahuinya piramida penduduk diatas, maka dapat kita ketahui bagaimana pola dominan usia
yang ada di Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Dan dapat dijadikan sebagai salah satu cara dalam
menangani permasalahan kependudukan di dalam suatu kota.
Maka dapat disimpulkan, potensi dan masalah yang ada di Kecamatan Gubeng adalah sebagai berikut:
Terkait hasil analisis dari piramida penduduk di Kecamatan Gubeng menunjukkan bahwa terbentulah
piramida penduduk bentuk granat (stasioner). Hal ini dibuktikan bahwa selama tiga periode berturut-turut
yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 lonjakan penduduk terbanyak adalah di range usia 41-59. Di tahun 2011
penduduk usia 41-59 sebanyak 30.567jiwa. Di tahun 2012 sebanyak30.476jiwa. Dan tahun 2013 penduduk
usia 41-59 yaitu 30.476. Dengan keadaan tersebut maka usia produktif di Kecamatan Gubeng lebih banyak
dibandingkan usia muda. Hal ini berdampak baik dalam hal peningkatan sumber daya manusia di dalam
suatu daerah. Peningkatan usia produktif ini dinilai menjadi hal yang sangat dinantikan pemerintah. Karena
bertambahnya tenaga kerja. Peningkatan jumlah penduduk usia produktif ini disebut sebagai bunus
demografi. Pemerintah harus menyediakan lapangan kerja yang memadai, karena meledaknya jumlah usia
produktif ini mau tidak mau pemerintah harus menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak. Bonus
demografi dikatakan baik ketika suatu kota mampu menyediakan fasilitas yang sesuai dengan banyaknya
jumlah usia produktif tersebut. Dalam implementasinya, jangan sampai bonus demografi hanya berperan
sebagai sampah demografi suatu kota. Permasalahan yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan.
4.5Proyeksi Kependudukan
Proyeksi penduduk merupakan perhitungan yang menunjukkan keadaan fertilitas, mortalitas, dan
migrasi di masa yang akan datang. Proyeksi merupakan jenis perhitungan yang dapat dipergunakan untuk
memperkirakan jumlah penduduk sampai berpuluh-puluh tahun setelah sensus dilakukan. Model proyeksi
yang digunakan adalah, model eksponensial yaitu model bunga berganda. Dan rumusnya adalah sebagai
berikut:
𝑃 𝑡+𝑞 = 𝑃 𝑡(1+𝑟)𝑞
Keterangan:
Dari rumus diatas maka dapat dilakukan perhitungan proyeksi penduduk di lima tahun mendatang yaitu
sebagai berikut. Dan berikut adalah jumlah penduduk per tiga tahun:
Perhitungan:
𝑟 2013 −2012 =
151 .946 −144 .213 x 100% = 5,36%
144 .213
𝑟 2012 −2011 =
144 .213 −151 .395 x 100% = -4,74%
151 .395
Maka, didapatkan:
= 151.395 (1 + 0,0031)3
= 152.807
= 153.281
= 153.756
= 154.232
= 154.710
Kecamatan Gubeng menempati posisi teratas jumlah warga pemilik kipem (kartu identitas penduduk
musiman), yaitu 4.657 jiwa. Kelurahan Airlangga melayani pengurusan kipem paling banyak dengan 1.114
jiwa. Menurut camat Gubeng, Achmad Widyantoro, salah satu penyebab banyaknya warga yang memiliki
kipem adalah karena posisi Kecamatan Gubeng yang dekat dengan pusat kota dan perguruan tinggi. Hal ini
menyebabkan banyaknya pegawai dan mahasiswa dari luar kota yang tinggal di wilayah tersebut. Namun
permasalahannya, diantara warga musiman tersebut, banyak diantaranya yang belum mendaftarkan diri dan
mengurus surat izin tinggal.
Akibat meledaknya warga musiman di Kecamatan Gubeng, kecamatan mengadakan operasi yustisi
secara rutin. Operasi itu berlangsung sebulan sekali secara bergiliran di berbagai RW yang menyebar di
enam kelurahan di Kecamatan Gubeng. Terutama RW-RW yang ditengarai memiliki jumlah kos-kosan atau
rumah kontrakan yang cukup banyak. Operasi ini bertujuan untuk menjaring warga musiman yang belum
izin tinggal agar segera mendaftarkan dirinya pada kantor catatan sipil terdekat.
Seperti yang dilakukan Kecamatan Gubeng bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surabaya pada bulan Agustus lalu, diadakan operasi dan sosialisasi yustisi di Kecamatan Gubeng,
Surabaya. Hasil operasi tersebut ditemukan menemukan beberapa warga di kelurahan Mojo, kecamatan
Gubeng yang tidak mempunyai KTP sementara. Penduduk yang melanggar tersebut kemudian mendapat
sanksi administratif berupa surat tilang dan pembayaran denda sebesar 50 ribu rupiah.
Namun, berdasarkan Perda 14 Tahun 2014 tentang Kependudukan Surabaya, Pemkot Surabaya
menghapus syarat Kartu Identitas Penduduk Musiman (Kipem) menjadi surat keterangan tinggal sementara
saja. Perda ini mulai diterapkan mulai tanggal 23-10-2014 di 31 kecamatan di Surabaya. Hal ini untuk
mendorong 400 ribu warga yang belum mengikuti pendataan rekam elektronik KTP.
Berikut ini mengenai beberapa peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang isu kependudukan di
Kecamatan Gubeng yaitu terkait, masalah pendataan penduduk:
a. Peraturan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
Point 10, Pasal 1 yang menyatakan bahwa, “Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk,
pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan administrasi
kependudukan serta penerbitan dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat kependudukan”.
b. Kebijkaan
Seperti yang dilakukan Kecamatan Gubeng bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Surabaya pada bulan Agustus lalu, diadakan operasi dan sosialisasi yustisi di Kecamatan Gubeng,
Surabaya. Hasil operasi tersebut ditemukan menemukan beberapa warga di kelurahan Mojo, kecamatan
Gubeng yang tidak mempunyai KTP sementara. Penduduk yang melanggar tersebut kemudian mendapat
sanksi administratif berupa surat tilang dan pembayaran denda sebesar 50 ribu rupiah.
Namun, berdasarkan Perda 14 Tahun 2014 tentang Kependudukan Surabaya, Pemkot Surabaya
menghapus syarat Kartu Identitas Penduduk Musiman (Kipem) menjadi surat keterangan tinggal sementara
saja. Perda ini mulai diterapkan mulai tanggal 23-10-2014 di 31 kecamatan di Surabaya. Hal ini untuk
mendorong 400 ribu warga yang belum mengikuti pendataan rekam elektronik KTP.
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Perkembangan pertumbuhan penduduk Kecamatan Gubengtiga tahun terakhir menggambarkan trend
peningkatan yang cukup signifikan. Fenomena ini sudah harus dikendalikan secara arif. Hal ini untuk
mengantisipasi timbulnya berbagai dampak negatif dalam kehidupan sosial masyarakat seperti kriminalitas,
pengganguran dan kemiskinan serta lingkungan kota yang tidak sehat nantinya.
Data dan informasi kependudukan yang terdapat dalam data basis penduduk, diharapkan
didayagunakan untuk kepentingan perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan serta pelayanan
publik. untuk dikembangkan guna mendukung perumusan kebijakan peningkatan kualitas penduduk,
pengarahan kuantitas penduduk, penataan persebaran penduduk, serta untuk memenuhi kebutuhan proyeksi
dan penyerasian kebijakan kependudukan.
Upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan kependudukan, sebagai wujud dinamika penduduk
dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar kedepan nanti pengelolaan
perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas dan kualitas
penduduk, pengarahan mobilitas penduduk dan penataan persebarannya yang didukung oleh upaya-upaya
perlindungan dan pemberdayaan penduduk dan peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang wawasan
kependudukan bahkan sejak usia dini.
5.2 Rekomendasi
Dari isu kependudukan yang telah dipaparkan di Kecamatan Gubeng Kota Surabaya adalah
terdapatnya isu yang menyatakan bahwa banyak penduduk di Kecamatan Gubeng yang kurang dalam hal
pendataan. Terutama untuk para pendatang, termasuk kaum pelajar seperti mahasiswa. Perlu dilakukannya
himbauan atau sosialisasi terkait hal seperti ini karena dapat berakibat pada pendataan jumlah penduduk
terkini di suatu kota. Kami berpendapat bahwa , tindakan yang dapat dilakukan adalah, adanya tim sensus
penduduk Indonesia yang datang ke kampus-kampus untuk mengadakan penyuluhan terkait pentingnya
melakukan kegiatan pendataan penduduk. Seperti mendirikan posko pembuatan surat tinggal terkini yang
dilakukan di kampus.
Dan selain permasalahan utama diatas, terdapat permasalahan kedua yang cukup signifikan di
Kecamatan Gubeng ini, yaitu jumlah usia produktif yang lebih banyak dibandingkan usia muda. Ini
mengakibatkan beban pemerintah semakin bertambah karena range usia produktif adalah berkisar antara 41-
59 tahun. Yang tentunya, pemerintah harus menyediakan banyak lapangan kerja serta penambahan fasilitas.
Oleh karena itu, solusi yang dapat dilakukan adalah menggalakkan Program Keluarga Berencana
sejak dini. Atau pemerintah dapat mensiasatinya dengan mendirikan program industri tumahan atau koperasi
mandiri yang dapat menampung para pekjerja tersebut secara komunal. Agar mereka dapat menjadi
masyarakat yang mandiri bagi daerahnya.
Daftar Pustaka
Lampiran