Anda di halaman 1dari 40

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena rahmat dan hidayahnya, makalah
Metode Analisis Perencanaan dengan Metode SWOT ini dapat tersusun dengan baik. Kami
ucapkan terimakasih kepada bapak Ir. Putu Rudy Satiawan, M.Sc dan bapak Nursakti Adhi
Pratomoadjo, ST, M.Sc yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah Metode
Analisis Perencanaan dengan Metode SWOT ini. Tidak lupa juga kami ucapkan banyak
terimakasih atas bantuan pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan menyumbangkan baik
materi maupun pikirannya dalam pembuatan makalah Metode Analisis Perencanaan dengan
Metode SWOT ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan
pengetahuan bagi para pembaca.
Untuk kedepannya, kami berharap dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah Metode Analisis Perencanaan dengan Metode SWOT ini agar menjadi lebih baik
lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.

Surabaya, 11 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................................ 1
1.3 Sasaran ............................................................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
2.1 Cagar Budaya ..................................................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Kawasan Cagar Budaya .................................................................................. 3
2.1.2 Karakteristik Cagar Budaya.......................................................................................... 4
2.2.3 Urban Herritage Planning ........................................................................................... 5
2.2 Revitalisasi ......................................................................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................................... 12
3.1 Metode Penelitian .............................................................................................................. 12
3.2 Metode Analisis ................................................................................................................. 12
3.2.1 SWOT ........................................................................................................................ 12
3.2.2 Matriks Analisis SWOT dan Alternatif Strategi ........................................................ 14
BAB IV ANALISIS DATA ..................................................................................................... 15
4.1 Analisis SWOT .................................................................................................................. 15
4.2 Hasil Analisis SWOT/ Intepretasi ...................................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................... 22
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 22
5.2 Rekomendasi ...................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 25

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Kriteria SWOT Koridor Kya-Kya ........................................................................... 13
Tabel 4.1 Tabel Responden...................................................................................................... 15
Tabel 4.2 Rate Average SWOT Responden Koridor Kya-Kya ............................................... 16
Tabel 4.3 Bobot Dari Tiap Kriteria SWOT Responden Koridor Kya-Kya ............................ 17
Tabel 4.4 STD BR IFAS dan EFAS “SW” Koridor Kya-Kya .............................................. 18
Tabel 4.5 STD BR IFAS dan EFAS “OT” Koridor Kya-Kya ............................................... 18
Tabel 4.6 Matriks IFAS dan EFAS hasil STD BR Koridor Kya-Kya .................................... 19

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Matriks Strategi Dengan Menggunakan Teknik Analisis SWOT .......................... 14

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan Kya-Kya, Kembang Jepun merupakan salah satu kawasan
perdagangan jasa dan wisata kuliner yang terletak di Kota Surabaya. Kawasan ini
memiliki keunikan khusus dikarenakan kawasan ini merupakan Kawasan Kampung
Cina atau Pecinan dimana dapat terlihat dari dekorasi kawasan yang memiliki tema
Tionghoa. Kawasan ini memiliki daya tarik yang sangat besar pada malam hari,
karena pada malam hari kawasan ini menjadi sebuah wisata pasar malam yang
cukup ramai. Kawasan ini menawarkan wisata kuliner yang menjual streetfood yang
tidak hanya khas Tionghoa dimana terdapat pula kuliner khas Surabaya. Kawasan
ini juga telah ditetapkan sebagai kawasan wisata oleh Pemetintah Kota Surabaya
pada tanggal 31 Mei 2003, bertepatan dengan HUT Surabaya.
Melihat kondisi yang ada di Kawasan Kya-Kya, Kembang Jepung sekarang,
terlihat jika kawasan ini tidak mengalami peningkatan dan malah cenderung
mendekati penurunan. Hal ini terlihat pada kondisinya yang sudah tidak ramai
seperti dulu lagi. Pada malam hari pun, kawasan ini tidak lagi mengelar pasar malam
seperti dahulu. Kondisi Jalan di Kembang Jepun pun menunjukkan kawasan ini
seperti kawasan mati pada malam hari karena kondisi jalan yang sangat sepi.
Melihat fakta di lapangan yang menunjukkan seperti itu, penelitan ini
dilakukan untuk menemukan strategi pengembangan yang dapat diterapkan untuk
Kawasn Kya-Kya, Kembang Jepun, Surabaya. Penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan data, informasi dan fakta yang ada di lapangan. Kemudian dari data
yang telah diperoleh itu akan dilakukan analisis untuk menemukan potensi dan
masalah yang terdapat di kawasan ini sehingga akhirnya dapat ditemukan strategi
pengembangan yang dapat diterapkan di kawasan ini.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah Analisis Pengembangan Kawasan Kya-Kya,
Kembang Jepun, Surabaya adalah untuk:
1. Menemukan data, informasi dan fakta terkait Kawasan Kya-Kya, Kembang
Jepun, Surabaya.

1
2

2. Mengidentifikasi potensi dan masalah yang ada di Kawasan Kya-Kya,Kembang


Jepun, Surabaya.
3. Menentukan strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan di Kawasan
Kya-Kya, Kembang Jepun, Surabaya berdasarkan potensi dan masalah yang ada.

1.3 Sasaran
Adapun sasaran dari penulisan makalah ini adalah untuk mencapai tujuan yang
telah disebutkan diatas:
1. Mengumpulkan data, informasi dan fakta di lapangan terkait Kawasan Kya-Kya,
Kembang Jepun, Surabaya.
2. Melakukan analisis untuk mengindentifikasi potensi dan masalah berdasarkan
data, informasi dan fakta yang diperoleh di Kawasan Kya-Kya, Kembang Jepun,
Surabaya.
3. Melakukan analisis untuk mengetahui strategi pengembangan yang dapat
diterapkan di Kawasan Kya-Kya, Kembang Jepun, Surabaya.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan penelitian, sasaran penulisan dan sistematika
pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang teori dan konsep terkait yang digunakan sebagai alat analisis.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi mengenai penjelasan dari metode analisis yang digunakan.
BAB IV ANALISIS DATA
Berisi proses analisis dari data yang telah diperoleh dengan metode analisis yang
digunakan.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi kesimpulan yang didapatkan dari proses analisis dan rekomendasi berupa
strategi pengembangan Kawasan Kya-Kya, Kembang Jepun, Surabaya.

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cagar Budaya


2.1.1 Definisi Kawasan Cagar Budaya
Cagar budaya mempunyai pengertian yang serupa seperti cagar alam,
mengingat cagar alam dan cagar budaya merupakan kategori dari Heritage, apabila
cagar alam adalah sebidang lahan yang dilindungi untuk melindungi flora dan fauna
di dalamnya, sedangkan cagar budaya melindungi hasil kebudayaan manusia yang
berupa benda-benda peninggalan masa lalu (Harjiyatni & Raharja, 2012). Kawasan
bersejarah sebagai kawaasan dengan sekelompok bangunan dan gedung yang terpisah
maupun terhubung, karena adanya kesamaan baik dalam arsitektur bangunan ataupun
kesamaan lain dalam kawasan tersebut, dengan nilai yang menonjol dalam aspek
sejarah, seni, dan ilmu pengetahuan (Shinbira, 2012). Dengan melihat pengertian dari
UNESCO tersebut menandakan bahwa peran arkeologi dalam kegiatan pelestarian
kawasan bersejarah tidak lepas dari aspek arkeologis, tentunya juga dalam konteks
perencanaan ruang, menjelaskan mengenai perencanaan dalam tatanan masyarakat
yang unik, serta implikasinya dalam konservasi, setidaknya asal-usul dari kondisi
perkotaan (Cohen, 2001). Cagar budaya termasuk warisan dunia yang mencakup
monumen, sekelompok bangunan, dan tapak yang mengandung nilai sejarah, estetik,
arkeologi, ilmu pengetahuan, mengandung nilai etnologi atau antropologi (Shinbira,
2012).
Kawasan cagar budaya, secara keseluruhan merupakan aset warisan yang akan
diwariskan ke generasi mendatang, dikarenakan nilai sosial serta bagaimana
perwujudan identitas masyarakatnya (UNESCO, 2014). Kawasan cagar budaya adalah
suatu ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya
berdekatan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang luas (Ramli, 2013). Kawasan
cagar budaya merupakan suatu kawasan yang terdiri dari bangunan-bangunan yang
merupakan penanda dari sebuah pembaharuan dalam perkembangan arsitektur
bangunan dengan ciri yang khas (Bianca, 2014). Skala kawasan merupakan skala
paling luas pada urutan skala cagar budaya yang ada karena kawasan cagar budaya
mengandung paling tidak dua situs cagar budaya, yang dimana situs cagar budaya
mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan struktur cagar budaya

3
4

sehingga dapat disimpulkan bahwa sebuah kawasan kota lama dapat dikategorikan
sebagai kawasan cagar budaya (Noranda. 2012).

2.1.2 Karakteristik Cagar Budaya


Istilah cagar budaya digunakan secara luas dalam berbagai konteks. Secara
tradisional, kata cagar budaya berkaitan dengan lingkungan alam, bangunan,
monumen, seni, adat istiadat, sosial, dan tradisi. Kontribusi manusia terhadap
lingkungan alam telah memberikan bangunan dan monumen sebuah nilai sejarah yang
signifikan, yang dapat secara luas disebut cagar budaya yang terbangun (Shinbira,
2012).
Terdapat beberapa karakter yang menginterpretasikan tujuan dari konservasi
(Cohen, 2001):
 Tata Letak Perkotaan
Adanya batas yang dengan mudah dikenali, baik berupa fisik dan abstrak.
 Persesi tentang Tempat
Persepsi tentang tempat dapat didefinisikan sebagai himpunan emosional dan
sejarah, pemandanganm adanya tema perkotaan tertentu, kenyamanan, keteduhan,
relaksasi, hubungan dengan topografi, dan vegetasi yang mendorong terbentuknya
identitas kawasan.
 Internal Links
Dalam area tersebut, terdapat kekhususan tempat dan tautan, mengenai urang
tempat dan bloknya.
 Corak dan rancangan
Hal ini mencakup warna, material, tekstur, siluet, dan juga persamaan maupun
perbedaan diantara gedung-gedung. Hal tersebut sangat penting karena dapat
menarik perhatian.

Terdapat beberapa karakteristik yang unik pad akawsan cagar budaya (Kasdi,
2013):
 Umur, berkenaan dengan usia kawasan cagar budaya minimal 50 tahun
 Nilai sejarah, peristiwa perubahan, nilai perjuangan, ketokohan, politik, sosial,
budaya dalam skala nasional, wilayah dan daerah

4
5

 Keaslian, keberadaan kawasan cagar budaya yang masih asli, lengkap maupun
tidak lengkap
 Kelangkaan, berkenaan dengan tatanan tapak atau tatanan lingkungan yang jarang
ditemukan

Menurut Ramli (2013), karakteristik dari cagar budaya, antara lain:


o Berusia 50 tahun atau lebih
o Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun
o Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan kebudayaan
o Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa

2.1.3 Urban Heritage Planning


Dalam upaya pelestarian kawasan cagar budaya di perkotaan tidak terlepas
dari konteks perencanaan tata ruang, khususnya dalam merencanakan suatu kawasan
bersejarah secara umum maupun kawasan cagar budaya yang sudah berketetapan
hukum. Urban Heritage Planning memiliki arti sebagai pengembangan kota yang
mencakup konservasi dari warisan budaya dan cagar budaya di perkotaan (UNESCO,
2006). Dalam konteks perkotaan, konservasi mencakup seluruh struktur kawasan kota
lama atau kawasan bersejarah di dalam perkotaan, bukan individu bangunan (Cohen,
2001). Oleh karena itu tidak ada perbedaan yang tegas antara urban heritage planning
dengan konsep konservasi dan preservasi kawasan cagar budaya karena perencanaan
kota dan konservasi bersimbiosis dan saling melengkapi. Menurut (Nasser, 2003) ada
Empat tujuan konservasi telah diidentifikasi:
1) Kebutuhan untuk perencanaan jangka panjang
2) Kebutuhan untuk melindungi warisan budaya sebagai sumber daya alam yang
jika dieksploitasi secara berlebihan akan terdegradasi
3) Diterimanya perubahan dan pengembangan untuk menjamin kelangsungan
4) Kebutuhan untuk mempertimbangkan pemerataan akses dengan sumber daya
warisan oleh masyarakat setempat dan pengunjung.

5
6

Dalam kegiatan konservasi juga terdapat beberapa hambatan dan tantangan,


sehingga menyebabkan konservasi berjalan lambat maupun tidak berfungsi. Kurang
jelasnya mengenai regulasi manyebabkan makin sulitnya upaya konservasi kawasan
di perkotaan, ketidakjelasanya formulasi regulasi dan kesalahan dalam
mengidentifikasi ketentuan di kyanawasan cagar budaya dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada kawasan tersebut serta buruknya perencanaan yang
menghancurkan struktur kawasan (Cohen, 2001). Permasalahan lainnya timbul akibat
dari penetapan status kawasan cagar budaya yang belum jelas, perencanaan
pengelolaan kawasan yamg tidak tuntaas, penetapan zonasi yang kurang melindungi
keseluruhan aset kawasan dan konflik pemanfaatan/pengelolaan (Rahardjo, 2013).
Menurut (Harjiyatni & Raharja, 2012) kerusakan cagar budaya dapat terjadi karena
penjualan benda cagar budaya dan pembongkaran cagar budaya.
Upaya pelestarian tidak hanya berbicara pada upaya mempertahankan keaslian
sejarah kota, namun lebih kepada penciptaan pengalaman urban yang khas sekaligus
memiliki identitas kesejarahan. Oleh karena itu penciptaan persepsi tentang tempat
lebih berarti daripada restorasi sebuah bangunan (Martokusumo, 2014). Preservasi
dari satu atau sekelompok bangunan jarang berhasil, hal tersebut semakin
menegaskan diperlukan upaya konservasi kawasan karena telah terbukti pada
bangunan bersejarah yang dilindungi dalam suatu kawasan konservasi (Cohen, 2011).
Konservasi berarti semua proses merawat tempat agar dapat mempertahankan
signifikansi budaya. Konsep lain dalam pelestarian berkenaan dengan pengelolaan
kawasan cagar budaya, pengelolaan didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk
melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan
pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk kesejahteraan rakyat
(Rahardjo, 2014).
Terdapat beberapa perhatian utama dalam upaya perlindungan atau konservasi
yang perlu diperhatikan, diantarnya (Rahardjo, 2014):
 Penetapan status kawasan cagar budaya secara efektif dan efisien
 Penetapan sistem zonasi yang melindungi semua komponen cagar budaya
 Perencanaan pelestarian secara terintegrasi dan berkesinambungan
 Penetapan bentuk pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik kawasan
 Penetapan fungsi unggulan dan pengembangan kerjasama antar kawasan

6
7

Daerah dengan karakter yang menarik dan persepsi yang kuat tentang identitas
harus dipertahankan, dilestarikan, dan ditingkatkan. Bila memungkinkan daerah lain
yang ditingkatkan untuk memberikan suatu persepsi peningkatan identitas kawasan
(Shinbira, 2012). Kecenderungan dalam pelestarian berbasis kawasan bukan lagi
kepada detail individu bangunan tetapi kepada penciptaan pelestarian lingkungan
perkotaan dengan fokus kegiatan pelestarian kawasan cagar budaya adalah sebagai
berikut (Martokusumo, 2014):
 Dapat berupa pendekatan berbasis elemen sirkulasi/jalan, dimana upaya
pelestarian akan tertuju pada penanganan bangunan dan fitur-fitur urban
sepanjang sebuah koridor utama
 Merujuk kepada bangunan dan fitur-fitur urban yang berada di dalam sebuah
kawasan tertentu yang berkembang dengan batas-batas yang jelas (area-based
conservation atau area-bound approach)
 Berkaitan dengan penerapan konsep sense of place pada sebuah kawasan inti
urban tertentu, untuk membentuk suasana pelestarian yang kuat serta mendukung
upaya-upaya lanjut untuk pelestarian

Khemro (2006) menyatakan bahwa Urban Heritage Planning memiliki arti


sebagai pengembangan kota yang mencakup konservasi dar warisan budaya dan cagar
budaya di perkotaan, hal tersebut juga didukung oleh pengertian tentang konservasi
menurut Cohen (2001) yang menjelaskan bahwa konservasi mencakup seluruh
struktur perkotaan bersejarah, bukan hanya bangunan. Nasser (2003) menulis
mengenai tujuan dari konservasi, yaitu:
1) Kebutuhan untuk perencanaan jangka panjang
2) Kebutuhan untuk melindungi warisan budaya sebagai sumber daya alam yang
jika dieksploitasi secara berlebihan akan terdegradasi
3) Diterimanya perubahan dan pengembangan untuk menjamin kelangsungan
4) Kebutuhan untuk mempertimbangkan pemerataan akses dengan sumber daya
warisan oleh masyarakat setempat dan pengunjung

7
8

Berdasarkan pustaka tersebut konservasi merupakan upaya melindungi


kawasan bersejarah yang selaras dengan perencanaan kota untuk mencapai tujuan
perlindungan kawasan bersejarah dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Rahardjo (2014) berpendapat bahwa dengan penetapan status, sistem zonasi,
perencanaan, pengelolaan, dan pengembangan kerjasama antara kawasan dapat
mendukung upaya konservasi, kerjasama antar kawasan juga didukung oleh Shinbira
(2012) yang menyatakan bahwa peningkatan persepsi kawasan juga dapat dilakukan
dengan meningkatkan daerah lain. Sementara itu, Martokusumo (2014) juga
berpendapat diperlukannya peningkatan konsep sense of place. Penetapan yang
diutarakan oleh Rahardjo (2014) dapat disimpulkan sebagai sebuah upaya konservasi
dalam aspek regulasi, sementara pendapat Shinbira (2012) dan Martokusomo (2014)
merupakan aspek peningkatan kualitas lingkungan.
Menurut Cohen (2001) perlindungan kawasan bersejarah tidak lepas dari
peran regulasi yang harus jelas dalam mendukung kegiatan konservasi, hal tersebut
didukung oleh Rahardjo (2014) yang menyatakan bahwa diperlukan upaya penetapan
status kawasan cagar budaya sebagai dasar hukum dalam melakukan upaya
konservasi yang dapat digabungkan ke dalam aspek regulasi hukum. Cohen (2001)
juga menjelaskan bahwa dalam skala perkotan, kerusakan permanen di kawasan
bersejarah merupakan akibat dari buruknya perencanaan kota Rahardjo (2014)
berpendapat bahwa tidak tuntasnya perencanaan pengeloaan, konflik pemanfaatan,
konflik pengelolaan, dan lemahnya sistem zonasi yang diterapkan mengakibatkan
lemahnya konservasi kawasan bersejarah yang dapat digabungakan ke dalam aspek
perencanaan kawasan. Permasalahan juga timbul dari peran serta masyarakat, hal ini
disebutkan dalam Harjiyanti (2012) bahwa penjualan dan pembongkaran cagar
budaya merusak cagar budaya dan lingkungannya yang dapat digabung ke dalam
aspek sumber daya manusia.

2.2 Revitalisasi
Revitalisasi merupakan suatu upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan
atau bagian kota yang dulunya pernah vital hidup akan tetapi mengalami kemunduran
dan degradasi Martokusumo (2014). Revitalisasi merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pelestarian, yang mempunyai arti segenap dari kegiatan pengelolaan suatu
tempat agar makna cultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik (The Burra

8
9

Charter for Conservation of Place of Cultural Significance dalam Zulkarnain, 2010).


Revitalisasi juga merupakan upaya memvitallkan kembali suatu wilayah kota atau
kawasan yang mengalami perubahan kualitas lingkungan agar kawasan tersebut dapat
kembali menyumbangkan kontribusi positif kepada kehidupan ekonomi kota (Danisworo
dalam Zulkarnain, 2010). Martokusumo (2014) berpendapat bahwa revitalisasi bertujuan
untuk mengembalikan vitalitas ataupun daya hidup, dalam konteks kawasan kota hal
tersebut dapat diartikan sebagai upaya untuk mengembalikan vitalitas kawasan.
Penurunan fungsi atau vitalitas kawasan dapat terjadi di berbagai aspek yang
kemudian dapat dijadikan dasar kriteria lokasi untuk kawasan yang akan direvitalisasi,
menurut Zulkarnain (2010) kriteria kawasan yang akan direvitalisasi antara lain:
 Kawasan mati
- Tidak mampu merawat
- Tidak mampu memanajemen pertumbuhan
- Kepemilikan majemuk
- Nilai properti negatif
- Rendahnya intervensi publik
- Rendahnya investasi oleh masyarakat
- Perpindahan penduduk
- Perpindahan kegiatan usaha
- Hilangnya peran terpusat
 Kawasan hidup tapi kacau
- Infrastruktur yang kurang baik
- Pertumbuhan ekonomi tidak terkendali
- Nilai properti tinggi, namun menyebabkan penghancuran secara kreatif
terhadap aktivitas tradisional, pembangunan tidak kontekstual, dan
penghancuran nilai-nilai lama
 Kawasan hidup tapi kurang terkendali
- Kegiatan cukup hidup, namun kurang pengendalian
- Terjadinya pergeseran fungsi dan nilai lama yang signifikan
- Pergeseran setting tradisionalnya

9
10

Sedangkan menurut Martokusumo (2008) kriteria penetapan kawasan yang


akan direvitalisasi antara lain:
o Kondisi lingkungan yang buruk, artinya ditinjau dari segi infrastuktur fisik dan
sosial tidak layak lagi untuk dihuni
o Tingkat kepadatan bangunan dan manusia melampaui batas daya dukung lahan dan
kemampuan infrastruktur yang ada
o Efektifitas pemanfaatan lahan yang sangat rendah, akibat terjadinya penurunan
aktifitas atau kegiatan
o Lahan yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut, karena misalnya
letak yang sangat strategis bagi pengembangan tata kota dan tingkat percepatan
pembangunan yang tinggi
o Batasan luas lahan yang cukup, harga yang memadai dan proses pembebasan lahan
memungkinkan
o Memiliki aset lingkungan yang menonjol, seperti peninggalan bersejarah
(bangunan dan lingkungan) yang tak tergantikan, misalnya tradisi penduduk yang
khas terhadap pemanfaatan lanskap/ruang hidupnya, unsur alami yang menarik,
sumber tenaga kerja, infrastruktur dasar yang relatif memadai

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat komplek, revitaliasi terjadi melalui


beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai
berikut (Widiastuti, 2014):
o Intervensi fisik, intervensi ini mengawali kegiatan kegiatan fisik revitalisasi dan
dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan
kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda, dan ruang
terbuka kawasan. Mengingat citra kawasan berkaitan erat dengan kondisi visual
kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini
perlu dilakukan. Isu lingkungan menjadi penting, sehingga intervensi fisik
semestinya memperhatikan konteks lingkungan
o Rehabilitasi ekonomi, proses ini diawali dengan proses peremajaan artefak urban
harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan
yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasikan kegiatan
ekonomi informal dan formal, sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi

10
11

kawasan kota. Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran


yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial
o Revitalisasi sosial merupakan sebuah kawasan akan terukur apabila mampu
menciptakan lingkungan yang menarik, jadi bukan sekedar membuat beautiful
place tapi kegiatan itu juga harus berdampak positif serta dapat meningkatkan
dinamika dan kehidupan sosial masyarakat. Sudah menjadi tuntunan yang logis,
bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan
lingkungan sosial yang berjati diri, selanjutnya perlu dukungan dari suatu
pengembangan institusi yang baik.

Menurut Kementrian PU (2013) manfaat revitalisasi adalah:


o Peningkatan kualitas ruang kota/kawasan
o Menguatnya identitas kota/kawasan
o Terselamatkannya aset pusaka kota
o Meningkatnya vitalitas/produktivitas ekonomi perkotaan

Dengan terbentuknya penataan bangunan dan lingkungan agar mampu


memberdayakan aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya kawasan dengan prinsip
berkelanjutan (Kementrian PU, 2013). Selain itu juga perlu diperhatikan mengenai peran
serta masyarakat , untuk itu perlu diperhatikan ada beberapa hal diantaranya bahwa:
1) Pelaksanaan revitalisasi memerlukan adanya keterlibatan masyarakat yang bukan
hanya sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas perlunya partisipasi
masyarakat
2) Keterlibatan masyarakat ini terkait erat karena revitalisasi berarti adanya kegiatan
baru dalam suatu kawasan, sehingga keterlibatan tersebut didukung oleh
pemahaman yang mendalam tentang revitalisasi dan konservasi
3) Sosialisasi tentang pentingnya revitalisasi perlu diupayakan untuk mengubah dan
menumbuhjan kemauan publik dan swasta untuk melakukan investasi pada
pelestarian pusaka alam dan budaya dengan tujuan menjadikan kawasan yang
terpelihara dan bahkan berkembang sepanjang masa.

11
12

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian primer dan sekunder. Penelitian
Primer dilakukan dengan pembagian kuesioner terkait permasalahan yang diangkat
yaitu koridir kya-kya dan juga pengamatan kondisi eksisting dari koridor kya-kya
sendiri. Penelitian sekunder dilakukan dengan pencarian jurnal terkait koridor kya-
kya baik itu jurnal literature yang sudah pernah dibahas maupun RDTRK UP V
Tanjung Perak.

3.2 Metode analisis


Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Analisis
SWOT. Analisis SWOT sendiri merupakan alat untuk memformulasikan strategi dari
faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan
ancaman).

3.2.1 SWOT
SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan-kekuatan),
weaknesses (kelemahankelemahan), opportunities (peluang-peluang), dan threats
(ancaman-ancaman).
a. Kekuatan (Strength), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari organisasi atau program pada saat ini.
b. Kelemahan (Weakness), adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak
berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi
tetapi tidak dimiliki oleh organisasi.
c. Peluang (Opportunities), adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan
dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk
memanfaatkannya.
d. Ancaman (Threats), adalah factor negative dari lingkungan yang
memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah
organisasi dan program.

12
13

Tabel 3.1 Kriteria SWOT Koridor Kya-Kya


No. Strength Weakness Opportunity Threat

Adanya dukungan dari


Memiliki nilai historis Adanya kawasan lain
Kondisi bangunan pemerintah untuk
1. yang kuat sebagai yang memiliki daya
kurang terawat revitalisasi kawasan
urban heritage tarik lebih tinggi
tersebut

Tidak mampunya
Adanya kemajuan pedagang pada
Terdapat kegiatan Kurangnya fasilitas
teknologi yang dapat kawasan tersebut
2. perekonomian berupa pendukung berupa
mempromosikan mengikuti keinginan
perdagangan dan jasa lahan parkir
kawasan ini masyarakat yang
dinamis

Keunikan kawasan
Masih
yang dapat menarik
mempertahankan Kurangnya keserasian
3. investor menanamkan
kearifan lokal pada fasade bangunan
modal pada kawasan
ini

Ketersediaan landmark Kurangnya dukungan


yang menjadi citra dari masyarakat untuk
4. kawasan kya – kya pengembangan
kawasan tersebut

Belum adanya
pengelolaan yang baik
untuk mendukung
5.
kawasan ini menjadi
kawasan wisata
budaya

Sumber: Analisis Penulis, 2018

13
14

3.2.2 Matriks Analisis SWOT dan Alternatif Strategi


Matriks SWOT adalah matrik yang menginteraksikan factor strategis
internal dan eksternal. Hasil dari interksi faktor strategis internal dengan eksternal
menghasilkan alternatif - alternatif strategi. Matrik SWOT menggambarkan
berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT.
Alternatif strategi yang dihasilkan minimal 4 buah strategi sebagai hasil dari
analisis matrik SWOT. Menurut Freddy Rangkuti (2001:31-32) strategi yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
 Strategi SO : strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-
besarnya.
 Strategi ST : strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi ancaman
 Strategi WO : strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
 Strategi WT : strategi ini didasarkan pada kegiatan usaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Model matrik Analisis SWOT dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

STRENGTH WEAKNESS

Strategi yang Strategi yang


menggunakan meminimalkan
OPPORTUNITY kekuatan untuk kelemahan untuk
memanfaatkan memanfaatkan
peluang peluang

Strategi yang Strategi yang


THREAT menggunakan meminimalkan
kekuatan untuk kelemahan dan
mengatasi menghindari
ancaman ancaman

Gambar 1. Matriks Strategi Dengan Menggunakan Teknik Analisis SWOT

14
15

BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisis SWOT


Dalam melakukan analisis SWOT, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus
dilakukan, antara lain:
1. Melakukan rating untuk setiap kriteria SWOT yang dilakukan oleh responden.
Penentuan rating dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner pada stakeholder
terkait. Stakeholder yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Responden
Ket. Nama Responden Peran
R1 Dr. I Dewa Ketut Raka Ardiana Akademisi
R2 Setya Jelita Dwi Kurnia Rahmadani, ST Arsitek
R3 I Dewa Gede Agung Wiradipta Investor
R4 R. Adilah Masyarakat
R5 Mulia Manik Pemerintah Kota
Sumber: Analisis Penulis, 2018

Adapun kriteria revitalisasi Kawasan Kya – Kya antara lain, sebagai berikut :
 Faktor Internal
Strength (kekuatan)
- Memiliki nilai historis yang kuat sebagai urban heritage (S1)
- Terdapat kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa (S2)
- Masih mempertahankan kearifan lokal (S3)
- Ketersediaan landmark yang menjadi citra kawasan kya – kya (S4)
Weakness (kelemahan)
- Bangunan kurang terawat (W1)
- Kurangnya fasilitas pendukung berupa lahan parkir (W2)
- Kurangnya keserasian pada fasade bangunan (W3)
- Kurangnya dukungan dari masyarakat untuk pengembangan kawasan
tersebut (W4)

15
16

- Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung kawasan ini


menjadi kawasan wisata budaya (W5)

 Faktor Eksternal
Opportunities (peluang)
- Adanya dukungan dari pemerintah untuk revitalisasi kawasan tersebut
(O1)
- Kemajuan teknologi yang dapat mempromosikan kawasan ini (O2)
- Keunikan kawasan yang dapat menarik investor menanamkan modal pada
kawasan ini (O3)
Threat (Ancaman)
- Adanya kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi (T1)
- Tidak mampunya pedagang pada kawasan tersebut mengikuti keinginan
masyarakat yang dinamis (T2)

2. Menentukan rate average dari rating yang telah diberikan oleh seluruh responden
Tabel 4.2 Rate Average SWOT Responden Koridor Kya-Kya
Menentukan Rate 5 Rate
R1 R2 R3 R4 R5
Responden Average
S1 1 5 2 5 5 3.6
S2 4 5 5 4 3 4.2
S3 2 3 2 4 3 2.8
S4 5 4 4 4 4 4.2
W1 4 4 5 4 4 4.2
W2 3 4 4 4 5 4
W3 5 4 4 3 5 4.2
W4 2 4 2 3 4 3
W5 4 4 5 4 4 4.2
O1 5 3 5 3 4 4
O2 3 3 4 3 4 3.4
O3 5 4 4 3 4 4
T1 3 4 4 4 5 4

16
17

T2 3 4 2 4 5 3.6
Sumber: Analisis Penulis, 2018
Keterangan:
R1 = Akademisi
R2 = Arsitek
R3 = Investor
R4 = Masyarakat
R5 = Pemerintah Kota
3. Menentukan bobot dari tiap kriteria SWOT
Tabel 4.3 Bobot Dari Tiap Kriteria SWOT Responden Koridor Kya-Kya
Menentukan Bobot 3 Rate
R1 R2 R3 R4 R5 Bobot Total
Responden Average
S1 1 5 2 5 5 3.6 0.067416
S2 4 5 5 4 3 4.2 0.078652
S3 2 3 2 4 3 2.8 0.052434
S4 5 4 4 4 4 4.2 0.078652
W1 4 4 5 4 4 4.2 0.078652
W2 3 4 4 4 5 4 0.074906
W3 5 4 4 3 5 4.2 0.078652
W4 2 4 2 3 4 3 0.05618
W5 4 4 5 4 4 4.2 0.078652 53.4
O1 5 3 5 3 4 4 0.210526
O2 3 3 4 3 4 3.4 0.178947
O3 5 4 4 3 4 4 0.210526
T1 3 4 4 4 5 4 0.210526
T2 3 4 2 4 5 3.6 0.189474 19
Sumber: Analisis Penulis, 2018
Keterangan:
R1 = Akademisi
R2 = Arsitek
R3 = Investor
R4 = Masyarakat
R5 = Pemerintah Kota

17
18

4. Menentukan STD BR baik IFAS maupun EFAS


Tabel 4.4 STD BR IFAS dan EFAS “SW” Koridor Kya-Kya

RATE
IFAS BOBOT BXR STD BR
AVERAGE

S1 0.0674 3.6 0.24264 0.096752


STRENGTHS

S2 0.0786 4.2 0.33012 0.131634


S3 0.0524 2.8 0.14672 0.058504
S4 0.0786 4.2 0.33012 0.131634
W1 0.0786 4.2 0.33012 0.131634
WEAKNESSES

W2 0.0749 4 0.2996 0.119464


W3 0.0786 4.2 0.33012 0.131634
W4 0.0561 3 0.1683 0.067109
W5 0.0786 4.2 0.33012 0.131634
TOTAL 0.6438 2.50786 1
Sumber: Analisis Penulis, 2018

Tabel 4.5 STD BR IFAS dan EFAS “OT” Koridor Kya-Kya


RATE
EFAS BOBOT BXR STD BR
AVERAGE
OPPORTUNITIES

O1 0.2105 4 0.842 0.220644

O2 0.1789 3.4 0.60826 0.159393

O3 0.2105 4 0.842 0.220644

T1 0.2105 4 0.842 0.220644


THREATS

T2 0.1894 3.6 0.68184 0.178675

TOTAL 0.9998 3.8161 1


Sumber: Analisis Penulis, 2018

18
19

5. Membuat matriks IFAS EFAS dengan hasil STD BR


Tabel 4.6 Matriks IFAS dan EFAS hasil STD BR Koridor Kya-Kya
IFAS
S1 S2 S3 S4 W1 W2 W3 W4 W5
STD
0.09 0.13 0.05 0.13 0.13 0.11 0.13 0.06 0.13
BR
O1 0.22 0.0198 0.0286 0.011 0.0286 0.0286 0.0242 0.0286 0.0132 0.0286
O2 0.15 0.0135 0.0195 0.0075 0.0195 0.0195 0.0165 0.0195 0.009 0.0195
EFAS O3 0.22 0.0198 0.0286 0.011 0.0286 0.0286 0.0242 0.0286 0.0132 0.0286
T1 0.22 0.0198 0.0286 0.011 0.0286 0.0286 0.0242 0.0286 0.0132 0.0286
T2 0.17 0.0153 0.0221 0.0085 0.0221 0.0221 0.0187 0.0221 0.0102 0.0221
Sumber: Analisis Penulis, 2018

6. Dari matriks tersebut dapat disimpulkan strategi prioritas dengan mencari nilai
matriks yang paling tinggi. Pada kasus ini, nilai yang diambil adalah nilai matriks
yang >0.025

4.2 Hasil Analisis SWOT/ Intepretasi


Berdasarkan hasil analisis SWOT diatas, didapatkan prioritas strategi untuk
merevitalisasi kawasan Kya – Kya. Adapun prioritas strategi tersebut, antara lain:
 S2 – O1
Dukungan pemerintah untuk merevitalisasi kawasan tersebut merupakan peluang
yang sangat besar. Dukungan pemerintah ini dapat diprioritaskan dalam hal
mengembangkan kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa di Kawasan
Kya- Kya. Dukungan ini dapat berupa dana pembangunan.
 S2 – O3
Mepertahankan dan mengembangkan keunikan kawasan, sehingga dapat menarik
investor untuk menanamkan modalnya pada kawasan ini. Banyaknya investor yang
masuk dapat berdampak baik pada kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan
jasa yang semakin hidup.

19
20

 S2 – T1
Meningkatkan kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa yang mengikuti
perkembangan jaman dan keinginan konsumen agar Kawasan Kya – Kya tidak kalah
bersaing dengan kawasan lain yang memiliki daya Tarik lebih tinggi.
 S4 – O1
Dukungan pemerintah untuk merevitalisasi kawasan tersebut merupakan peluang
yang sangat besar. Dukungan pemerintah ini dapat diprioritaskan dalam hal
mengembangkan landmark yang menjadi citra kawasan ini. Dukungan pemerintah ini
dapat berupa bantuan dana pembangunan gapura Kawasan Kya – Kya yang menjadi
citra kawasan ini.
 S4 – O3
Ketersediaan landmark yang menjadi citra Kawasan Kya – Kya menjadi keunikan
kawasan yang kemudian dapat menarik investor menanamkan modal pada kawasan
ini.
 S4 – T1
Ketersediaan landmark yang menjadi citra Kawasan Kya – Kya harus dirawat dengan
baik agar dapat menjadi keunikan tersendiri bagi kawasan ini, sehingga kawasan ini
dapat bersaing dengan kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi.
 W3 – O1
Adanya dukungan pemerintah untuk merevitalisasi kawasan ini dapat dimanfaatkan
untuk membenahi desain bangunan agar terjadi keserasian antar fasade bangunan.
Dukungan dari pemerintah dapat berupa bantuan dana pembangunan dan perawatan
bangunan.
 W3 – O3
Pembenahan akan kurangnya keserasian pada fasade bangunan dapat menjadi
peluang besar dalam hal keunikan kawasan, hal ini dapat meningkatkan daya tarik
konsumen untuk berkunjung ke kawasan ini. Sehingga dapat menarik investor untuk
menanamkan modalnya pada kawasan ini.
 W3 – T1
Kurangnya keserasian pada fasade bangunan dapat menjadi titik kelemahan, hal ini
harus dibenahi agar kawasan ini dapat bersaing dengan kawasan lain yang memiliki
daya tarik lebih tinggi.

20
21

 W5 – O1
Adanya dukungan pemerintah untuk merevitalisasi kawasan ini dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pengelolaan kawasan ini menjadi kawasan wisata budaya.
 W5 – O3
Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung kawasan inimenjadi
kawasan wisata budaya dapat menjadi titik lemah kawasan ini, sehingga harus
dilakukan peningkatan pengelolaan pada kawasan ini agar dapat menarik investor
menanamkan modal pada kawasan ini.
 W5 – T1
Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung kawasan inimenjadi
kawasan wisata budaya dapat menjadi titik lemah kawasan ini, sehingga harus
dilakukan peningkatan pengelolaan pada kawasan ini. Sehingga Kawasan Kya – Kya
dapat bersaing dengan kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi.

21
22

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kawasan Kya-Kya merupakan salah satu kawasan wisata dan perdagangan jasa
yang memiliki citra khas pecinan. Kawasan yang merupakan cagar budaya ini tidak
mengalami peningkatan dan justru cenderung mendekati penurunan dalam berbagai
aspek. Maka dari itu, diperlukan revitalisasi kawasan Kya-Kya guna melindungi
kawasan tersebut sebagai urban heritage Surabaya.
Dalam kegiatan preservasi kawasan wisata, terdapat berbagai permasalahan
seperti ketidakjelasanya formulasi regulasi, perencanaan pengelolaan kawasan yang
tidak tuntas, dan penetapan zonasi yang kurang melindungi keseluruhan aset kawasan.
Dengan adanya permasalahan tersebut, dapat diakui bahwa pentingnya melakukan
preservasi kawasan guna mencegah kerusakan permanen yang tidak diinginkan.
Melalui metode penelitian primer dan sekunder, dilakukan analisa dalam rangka
menyusun strategi pengembangan Kawasan Kya-Kya. Metode analisa yang digunakan
dalam penelitian ini ialah teknik analisa SWOT. Adapun responden yang terlibat dalam
penelitian ini antara lain akademisi, arsitek, investor, pemerintah kota, dan masyarakat.
Dari perumusan berbagai kriteria yang memiliki bobot dari para responden,
dihasilkan prioritas strategi revitalisasi Kawasan Kya-Kya. Diharapkan strategi ini
dapat menjadi referensi atau acuan bagi pihak pemangku kepentingan maupun
pemerintah dalam mengembangkan Kawasan Kya-Kya.

5.2 Rekomendasi
Adapun rekomendasi strategi revitalisasi Kawasan Kya-Kya yang merupakan
hasil analisa SWOT secara umum antara lain :
1) Keterlibatan pemerintah dalam memberi dukungan revitalisasi Kawasan Kya-Kya
khususnya dalam pendanaan pembangunan untuk mengembangkan kegiatan
perekonomian berupa perdagangan dan jasa di kawasan tersebut.
2) Mempertahankan dan meningkatkan atraksi keunikan kawasan guna menarik
investor untuk menanamkan modal pada kawasan Kya-Kya. Semakin
meningkatnya jumlah investor yang masuk juga akan meningkatkan kegiatan
perekonomian kawasan.

22
23

3) Atraksi kegiatan perekonomian yang mengikuti perkembangan jaman dan minat


konsumen guna meningkatkan daya saing Kawasan Kya-Kya dengan kawasan
wisata lainnya.
4) Adanya dukungan pemerintah berupa bantuan dana dalam hal pengembangan,
perawatan dan perlindungan landmark gapura yang menjadi atraksi sekaligus citra
Kawasan Kya – Kya dalam menarik investor untuk menanamkan modal pada
kawasan ini.
5) Perbaikan muka atau fasade bangunan dengan dukungan pemerintah guna
revitalisasi Kawasan Kya-Kya sebagai pendongkrak kegiatan perekonomian.
6) Peningkatan pengelolaan kawasan Kya-Kya sebagai kawasan wisata budaya
dengan dukungan pemerintah sehingga dapat menunjang atraksi dan perekonomian
kawasan.

23
24

DAFTAR PUSTAKA

Kasdi, A. (2013). Penyusunan Pedoman Revitalisasi Cagar Budaya.


Nasser, N. (2003). Planning for Urban Herritage Places: Reconcilling Conservation, Tourism,
and Sustainable Development. Journal of Planning Literature, 17(4), 467-479.
Ramli, M. (2013) PENGERTIAN DAN KRITERIA CAGAR BUDAYA.
PPT Metode Analisa Perencanaan SWOT. Perencanaan Wilayah Dan Kota ITS

24
25

LAMPIRAN

Lampiran 1
Lembar Kuesioner Stakeholder

Keterangan:
1 = Tidak Setuju
2 = Kurang Setuju
3 = Agak Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Internal Strength (kekuatan)
1 Memiliki nilai historis yang kuat sebagai urban heritage
2 Terdapat kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa
3 Masih mempertahankan kearifan lokal
4 Ketersediaan landmark yang menjadi citra kawasan kya – kya
Faktor Internal Weakness (kelemahan)
1 Bangunan kurang terawat
2 Kurangnya fasilitas pendukung berupa lahan parkir
3 Kurangnya keserasian pada fasade bangunan
Kurangnya dukungan dari masyarakat untuk pengembangan
4
kawasan tersebut
Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung
5
kawasan ini menjadi kawasan wisata budaya

Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Eksternal Opportunities (peluang)
Adanya dukungan dari pemerintah untuk revitalisasi kawasan
1
tersebut
2 Kemajuan teknologi yang dapat mempromosikan kawasan ini

25
26

Keunikan kawasan yang dapat menarik investor menanamkan


3
modal pada kawasan ini
Faktor Eksternal Threat (Ancaman)
1 Adanya kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi
Tidak mampunya pedagang pada kawasan tersebut mengikuti
2
keinginan masyarakat yang dinamis

26
27

Lampiran 2
Lembar Kuesioner Stakeholder Pemerintah Kota

Keterangan:
1 = Tidak Setuju
2 = Kurang Setuju
3 = Agak Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Internal Strength (kekuatan)
1 Memiliki nilai historis yang kuat sebagai urban heritage V
2 Terdapat kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa V
3 Masih mempertahankan kearifan lokal V
4 Ketersediaan landmark yang menjadi citra kawasan kya – kya V
Faktor Internal Weakness (kelemahan)
1 Bangunan kurang terawat V
2 Kurangnya fasilitas pendukung berupa lahan parkir V
3 Kurangnya keserasian pada fasade bangunan V
Kurangnya dukungan dari masyarakat untuk pengembangan V
4
kawasan tersebut
Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung V
5
kawasan ini menjadi kawasan wisata budaya

Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Eksternal Opportunities (peluang)
Adanya dukungan dari pemerintah untuk revitalisasi kawasan V
1
tersebut

2 Kemajuan teknologi yang dapat mempromosikan kawasan ini V

3 Keunikan kawasan yang dapat menarik investor menanamkan V

27
28

modal pada kawasan ini


Faktor Eksternal Threat (Ancaman)
1 Adanya kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi V
Tidak mampunya pedagang pada kawasan tersebut mengikuti V
2
keinginan masyarakat yang dinamis

28
29

Lampiran 3
Lembar Kuesioner Stakeholder Arsitek

Keterangan:
1 = Tidak Setuju
2 = Kurang Setuju
3 = Agak Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Internal Strength (kekuatan)
1 Memiliki nilai historis yang kuat sebagai urban heritage V
2 Terdapat kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa V
3 Masih mempertahankan kearifan lokal V
4 Ketersediaan landmark yang menjadi citra kawasan kya–kya V
Faktor Internal Weakness (kelemahan)
1 Bangunan kurang terawat V
2 Kurangnya fasilitas pendukung berupa lahan parkir V
3 Kurangnya keserasian pada fasade bangunan V
Kurangnya dukungan dari masyarakat untuk pengembangan
4 V
kawasan tersebut
Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung
5 V
kawasan ini menjadi kawasan wisata budaya

Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Eksternal Opportunities (peluang)
Adanya dukungan dari pemerintah untuk revitalisasi kawasan
1 V
tersebut

2 Kemajuan teknologi yang dapat mempromosikan kawasan ini V

3 Keunikan kawasan yang dapat menarik investor menanamkan V

29
30

modal pada kawasan ini


Faktor Eksternal Threat (Ancaman)
1 Adanya kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi V
Tidak mampunya pedagang pada kawasan tersebut mengikuti
2 V
keinginan masyarakat yang dinamis

30
31

Lampiran 4
Lembar Kuesioner Stakeholder Akademisi

Keterangan:
1 = Tidak Setuju
2 = Kurang Setuju
3 = Agak Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Internal Strength (kekuatan)
1 Memiliki nilai historis yang kuat sebagai urban heritage V
2 Terdapat kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa V
3 Masih mempertahankan kearifan lokal V
4 Ketersediaan landmark yang menjadi citra kawasan kya – kya V
Faktor Internal Weakness (kelemahan)
1 Bangunan kurang terawat V
2 Kurangnya fasilitas pendukung berupa lahan parkir V
3 Kurangnya keserasian pada fasade bangunan V
Kurangnya dukungan dari masyarakat untuk pengembangan
4 V
kawasan tersebut
Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung
5 V
kawasan ini menjadi kawasan wisata budaya

Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Eksternal Opportunities (peluang)
Adanya dukungan dari pemerintah untuk revitalisasi kawasan
1 V
tersebut
2 Kemajuan teknologi yang dapat mempromosikan kawasan ini V
Keunikan kawasan yang dapat menarik investor menanamkan
3 V
modal pada kawasan ini

31
32

Faktor Eksternal Threat (Ancaman)


1 Adanya kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi V
Tidak mampunya pedagang pada kawasan tersebut mengikuti
2 V
keinginan masyarakat yang dinamis

32
33

Lampiran 5
Lembar Kuesioner Stakeholder Investor

Keterangan:
1 = Tidak Setuju
2 = Kurang Setuju
3 = Agak Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Internal Strength (kekuatan)
1 Memiliki nilai historis yang kuat sebagai urban heritage V
2 Terdapat kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa V
3 Masih mempertahankan kearifan lokal V
4 Ketersediaan landmark yang menjadi citra kawasan kya – kya V
Faktor Internal Weakness (kelemahan)
1 Bangunan kurang terawat V
2 Kurangnya fasilitas pendukung berupa lahan parkir V
3 Kurangnya keserasian pada fasade bangunan V
Kurangnya dukungan dari masyarakat untuk pengembangan
4 V
kawasan tersebut
Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung
5 V
kawasan ini menjadi kawasan wisata budaya

Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Eksternal Opportunities (peluang)
Adanya dukungan dari pemerintah untuk revitalisasi kawasan
1 V
tersebut

2 Kemajuan teknologi yang dapat mempromosikan kawasan ini V

3 Keunikan kawasan yang dapat menarik investor menanamkan V

33
34

modal pada kawasan ini


Faktor Eksternal Threat (Ancaman)
1 Adanya kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi V
Tidak mampunya pedagang pada kawasan tersebut mengikuti
2 V
keinginan masyarakat yang dinamis

34
35

Lampiran 6
Lembar Kuesioner Stakeholder Masyarakat

Keterangan:
1 = Tidak Setuju
2 = Kurang Setuju
3 = Agak Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Internal Strength (kekuatan)
1 Memiliki nilai historis yang kuat sebagai urban heritage V
2 Terdapat kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan jasa V
3 Masih mempertahankan kearifan lokal V
4 Ketersediaan landmark yang menjadi citra kawasan kya – kya V
Faktor Internal Weakness (kelemahan)
1 Bangunan kurang terawat V
2 Kurangnya fasilitas pendukung berupa lahan parkir V
3 Kurangnya keserasian pada fasade bangunan V
Kurangnya dukungan dari masyarakat untuk pengembangan
4 V
kawasan tersebut
Belum adanya pengelolaan yang baik untuk mendukung
5 V
kawasan ini menjadi kawasan wisata budaya

Nilai
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
Faktor Eksternal Opportunities (peluang)
Adanya dukungan dari pemerintah untuk revitalisasi kawasan
1 V
tersebut

2 Kemajuan teknologi yang dapat mempromosikan kawasan ini V

3 Keunikan kawasan yang dapat menarik investor menanamkan V

35
36

modal pada kawasan ini


Faktor Eksternal Threat (Ancaman)
1 Adanya kawasan lain yang memiliki daya tarik lebih tinggi V
Tidak mampunya pedagang pada kawasan tersebut mengikuti
2 V
keinginan masyarakat yang dinamis

36

Anda mungkin juga menyukai