Dengan rasa syukur dan segala puji bagi Allah SWT segala rahmat-Nya. Penyusun
akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas semester dua dengan baik. Di dalam
makalah ini penyusun akan membahas tentang “Laporan Fakta dan Analisa Siola”
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada Ibu Ummi Fadlila, ST, MT
atas bimbingannya selaku dosen mata kuliah Komputasi Perencanaan. Terima kasih juga penulis
tujukan kepada keluarga dan seluruh pihak yang senantiasa membantu dan mendukung dalam
penyusunan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan pengetahuan bagi para
pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesempurnaannya. Akhir kata penyusun berharap agar laporan ini dapat barmanfaat bagi
penyusun dan pembaca. Amiin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................... 1
2.4.3 GSB................................................................................................ 11
3
3.1.3 Kemampuan dan penggunaan Lahan ............................................. 13
4
BAB 5 Kesimpulan dan Rekomendasi ................................................................. 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Foto kondisi eksisting perdagangan dan jasa yang tidak terpakai ...... 14
DAFTAR TABEL
5
BAB 1
PENDAHULUAN
Komputasi perencanaan adalah mata kuliah yang wajib dikuasai untuk mahasiswa
perencanaan wilayah dan kota. Untuk memberikan hasil dari data yang direncanakan,
maka perlu untuk menyediakan data yang jelas sehingga mudah dipahami oleh para pihak
yang berkepentingan. Dalam tujuan ini, mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota
diajarkan interpretasi dasar data menggunakan beberapa perangkat software (lunak
dasar), yaitu ArcGis, Autocad, SketchUp, dan CorelDraw. Setiap software memiliki
fungsinya sendiri dan ketika digabungkan hasilnya dapat saling mendukung data masing-
masing. Dalam proyek ini, kelompok kami mengambil kawasan koridor Siola menjadi
objek utama. Di mana koridor gedung Siola adalah sebuah landmark yang merupakan
peninggalan sejarah perjuangan masa penjajahan pada jaman dahulu, Gedung Siola
Surabaya berdiri memanjang di Jalan Tunjungan dan Jalan Genteng Kali, membentuk
bangunan menyudut di pertemuan kedua jalan.
Gedung Siola (dahulu bernama White Laidlaw) adalah sebuah gedung bersejarah
di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Gedung ini pernah digunakan
pejuang Indonesia untuk menahan serangan Sekutu yang datang dari utara. Pertempuran
sengit membuat pejuang membumi-hanguskan gedung ini. Namun, pada tahun 1940,
gedung tersebut digunakan oleh bangsa Jepang untuk toko Chiyoda.
Setelah masa Kemerdekaan, Siola menjadi salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya.
Letaknya berada di sebelah utara kawasan Tungjunga. Namun pada akhir tahun 1998,
Siola ditutup. Dan pada tahun 1999 gedung ini digunakan oleh Ramayana Department
Store dengan nama Ramayana Siola. Pada tahun 2015, gedung Siola dialihfungsikan
sebagai kantor Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Surabaya,
kantor Badan Koordinasi Pelayanan dan penanaman Modal (BKPPM) dan juga
sebagai Museum Surabaya. Walikota Surabaya, yakni Tri Rismaharini, meresmikan
Museum Surabaya di dalam gedung tersebut yang menempati ruangan yang ada di lantai
dasar Gedung Siola ini.
Seiring dengan perkembangan pembangunan yang ada di kota Surabaya, maka
kami melakukan sebuah survey di Siola untuk mengetahui perubahan dan perkembangan
apa saja yang terjadi. Laporan ini memuat hasil survei yang telah kami lakukan terkait
gambaran umum, permasalahan yang terjadi, potensi yang dapat dikembangkan, rencana
pola dan struktur ruang, serta menawarkan rekomendasi dan saran untuk penanganan
masalah yang ada di Kawasan Koridor Gedung Siola.
6
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan kondisi eksisting di Gedung Siola adalah:
Tujuan Utama
Penyusunan rencana pengembangan berdasarkan kondisi eksisting Gedung Siola agar
mendapatkan tinjauan yang spesifik, komprehensif, dan aplikatif pada rencana
pengembangan spasial yang sesuai dengan bidang studi.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui kondisi eksisting pada Gedung Siola, serta mengetahui masalah dan
potensi pada lokasi tersebut.
b. Menganalisa solusi yang tepat untuk mengembangkan lokasi penelitian, yakni
Gedung Siola.
c. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan software ArcGIS,
AutoCAD, dan SketchUp.
d. Memetakan rencana pola dan struktur ruang pada Gedung Siola.
1.3 Manfaat
a. Menyajikan berbagai informasi mengenai kondisi eksisting dalam berbagai aspek pada
Gedung Siola.
b. Memahami pola dan merencanakan area studi di masa depan sesuai dengan kondisi yang
ada.
c. Menyajikan pratinjau area studi melalui ArcGIS, AutoCAD, dan SketchUp.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu, RDTR juga berguna sebagai penentu lokasi berbagai kegiatan,
menentukan intensitas pemanfaatan ruang, dan sebagai sarana operasionalisasi dalam sistem
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kota. RDTRK ini berlaku
dalam jangka waktu dua puluh tahun dengan ditinjau kembali setiap lima tahun.
Menurut permen PU no. 20 tahun 2011, yang ada di dalam RDRTK adalah:
8
2.2 Rencana Struktur Ruang
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hirarki memiliki hubungan fungsional, menurut Perda No. 12 tahun 2014, struktur
ruang adalah komposisi pusat permukiman dan infrastruktur sistem jaringan dan fasilitas
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki
memiliki hubungan fungsional. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan
kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan
yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten.
Berdasarkan Perda No. 5 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur 2011 -
2031, Kota Surabaya adalah kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai
PKN di Provinsi Jawa Timur. Kemudian, seperti yang terlihat dari pembagian wilayah
Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya termasuk dalam Wilayah Pengembangan
Germakertasusilo Plus, yang meliputi: Surabaya, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Gresik,
Sidoarjo, Mojokerto, Mojokerto, Jombang, Pasuruan, Pasuruan, Bangkalan, Sampang,
Pamekasan, dan Sumenep, Dengan pusat layanan di Kota Surabaya. Pengembangan kegiatan
di Kota Surabaya adalah sebagai pusat layanan, perdagangan dan jasa, industri,
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan infrastruktur wisata.
Menurut Permen PU No. 20 tahun 2011, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan,
atau RTBL, adalah pedoman desain lingkungan / area yang bertujuan untuk mengontrol
penggunaan ruang, pengaturan bangunan dan lingkungan, dan berisi pokok permasalahan
ketentuan bangunan dan program lingkungan, rencana umum dan rancangan pedoman,
rencana investasi, Rencana dan pedoman untuk mengendalikan pelaksanaan pembangunan
lingkungan / regional. Tujuan penyiapan RTBL adalah sebagai dokumen panduan umum
yang komprehensif dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan bangunan dan
lingkungan suatu wilayah tertentu di perkotaan maupun di pedesaan.
9
1. KDB Maksimum; ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau infiltrasi,
kapasitas drainase, dan jenis penggunaan lahan.
2. KLB Maksimum; bentuk pengendalian tata ruang yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatur kepadatan penduduk dan meminimalkan kemacetan.
3. KDH Minimum; digunakan untuk mewujudkan ruang terbuka dan umumnya diterapkan
ke zona. KDH minimum ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau
infiltrasi dan kapasitas drainase.
Beberapa ketentuan lain dapat ditambahkan ke intensitas pemanfaatan ruang, termasuk:
1. Koefisien Tapak Maksimum (KTB); KTB maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan KDH minimum.
2. Koefisien Wilayah Terbangun Maksimum (KWT);
3. Kepadatan Bangunan; ditentukan dengan mempertimbangkan faktor kesehatan
(ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah, sinar matahari, aliran udara dan ruang
antarkota), faktor sosial (ruang terbuka pribadi, privasi, dan perlindungan dan jarak ke
fasilitas lingkungan), Teknis faktor (risiko kebakaran dan keterbatasan lahan untuk
bangunan atau rumah), dan faktor ekonomi (biaya lahan, ketersediaan dan biaya
penyediaan layanan dasar).
4. Kepadatan Penduduk Minimum. Penyediaan intensitas pemanfaatan ruang lebih detail
intensitas penggunaan ruang sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan umum peraturan
zonasi di RTRW kabupaten / kota, atau mungkin juga mengandung intensitas
penggunaan ruang yang sama sebagaimana diatur dalam ketentuan umum peraturan
zonasi untuk RTRW kabupaten / kota. Intensitas penggunaan ruang yang terkandung
dalam penyediaan intensitas pemanfaatan ruang dapat lebih rinci dalam RTBL.
2.4.2 KLB
KLB adalah perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas tanah. Angka
koefisien dalam KLB yang digunakan berupa desimal. Peraturan akan KLB ini akan
mempengaruhi skyline yang tercipta oleh kumpulan bangunan sekitar. Selain itu, KLB
merupakan bentuk pengendalian tata ruang yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatur kepadatan penduduk dan meminimalkan kemacetan. Tujuan KLB terkait
10
dengan hak setiap orang/bangunan untuk menerima sinar matahari. Jika bangunan
memiliki tinggi yang serasi maka bangunan yang disampingnya dapat menerima sinar
matahari yang sama dengan bangunan yang ada di sebelahnya.
2.4.3 GSB
GSB (Garis Sempadan Bangunan) adalah garis imaginer yang menentukan jarak
terluar bangunan terhadap pinggir ruas jalan. Garis ini dihitung dari tembok terluar
bangunan sampai bahu jalan. Peraturan tentang GSB terdapat pada UU Jalan No.34 tahun
2006.
Tinggi bangunan adalah jumlah lapisan bangunan yang dihitung dari lapisan
tanah atau dari lantai dasar bangunan. Kriteria yang diambil untuk menentukan tinggi
bangunan adalah sebagai berikut:
a. Pertimbangan jalur pesawat, di mana di kota-kota yang memiliki bandara, persyaratan
area terbuka dan bebas interupsi untuk pesawat naik-turun diperlukan.
b. Pertimbangan untuk rasio lantai atau rasio total luas lantai terhadap luas lantai total
dan yang paling penting untuk pertimbangan pencahayaan di sekitar bangunan.
11
BAB 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH
12
3.1.2 Topografi
Area studi perencanaan kami, yang terdiri dari Gedung Siola dan koridor di
sekitarnya seluas ±19,690 Ha. Berdasarkan pengukuran google earth, ketinggian koridor
siola sekitar 9-13 meter diatas permukaan laut. Sedangkan kelerengannya sekitar 0% -
3,3%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa koridor siola terletak di daerah yang datar dan
tidak memiliki perbedaan ketinggian secara signifikan.
13
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan
Sumber: Hasil analisis Penulis, 2019
14
Perdagangan dan jasa berfungsi melayani dan menyediakan kebutuhan sehari-
hari penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas-fasiltas pendukung yang
dibutuhkan. Sarana perdagangan dan jasa akan selalu dibutuhkan penduduk
karena menyangkut pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan survey yang
telah dilakukan, perdagangan dan jasa tersebar dikawasan gedung siola Surabaya
beberapa diantaranya ada perdangangan ruko-ruko warung, elektronik, furniture,
Bank Mandiri, Bank BNI dan beberapa warung makanan tersebar di dalam
permukiman warga.
Gambar 3. Foto kondisi eksisting Perdagangan dan jasa yang tidak terpakai.
Sumber: survey primer, Mei 2019
15
Fasilitas umum merupakan kawasan yang pemanfaatan ruangnya
digunakan untuk kepentingan umum dan aktivitas sosial kepada masyarakat. Pada
koridor Siola terdapat beberapa fasilitas umum yang ada, yaitu fasilitas
peribadatan: Masjid Al Fattah, Masjid Genteng, Masjid Nurul iman, Rumah Suci
Budha. Fasilitas pendidikan yang ada yaitu SD Muhammadyah 6 Genteng, SMP
Muhammadiyah 2, SMA Muhammadiyah 10, dan SMK Rajasa.
No. Nama Jalan Nama Jalan Basis Nama Jalan Akhir Fungsi Jalan
1. Tunjungan Gemblongan Gubernur Suryo Arteri Sekunder
2. Genteng Besar Tunjungan Walikota Mustajab Kolektor
Sekunder
3. Genteng Kali Simpang Dukuh Tunjungan Lokal
4. Genteng Durasim Genteng Kali Genteng Besar Lingkungan
Tabel 1. Fungsi Jaringan Jalan di Kawasan Siola
Sumber: Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya (2012) dan Google Maps
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan daerah primer dengan daerah
sekunder pertama atau menghubungkan daerah sekunder pertama dengan daerah sekunder
pertama atau menghubungkan daerah sekunder pertama dengan daerah sekunder kedua
16
(Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 1985). Jalan kolektor sekunder adalah jalan
penghubung kedua daerah sekunder dengan daerah sekunder kedua atau menghubungkan
daerah sekunder kedua dengan daerah sekunder ketiga (Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun
1985). Jalan lokal utama adalah jalan yang secara efisien menghubungkan pusat kegiatan
nasional dengan percil atau pusat kegiatan regional dengan percil atau pusat aktivitas lokal
dengan pusat aktivitas lokal, pusat aktivitas lokal dengan pusat kegiatan yang lebih rendah,
pusat kegiatan lokal dengan sebuah percil, atau pusat aktivitas yang lebih rendah dengan percil.
Jalan lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan umum dengan ciri-ciri
perjalan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah.
Di Kawasan Gedung Siola, ada jalan yang memiliki fungsi masing-masing. Berdasarkan
RDTR Kota Surabaya, jalan yang berada di Kawasan Siola terdiri, yaitu Jalan Tunjungan sebagai
jalan arteri sekunder, Jalan Genteng Kali sebagai jalan kolektor sekunder dan Jalan Genteng
Besar sebagai jalan lokal, dan Jalan Genteng Durasim sebagai jalan lingkungan, Berdasarkan
survei yang telah kami lakukan, marka jalan yang dapat ditemukan di Jalan Tunjungan, Genteng
Besar, Genteng Kali, dan Genteng Durasim adalah penandaan memanjang yang membagi jalan
menjadi beberapa jalur.
Berdasarkan laporan survei kami, berikut adalah geometrik jalan di Kawasan Siola:
17
1. Jalan Tunjungan
18
2. Jalan Genteng Kali
a. Lebar Jalan: 21 m
b. Road Lane: 6 lajur, 2 jalur
c. Rumaja: 27,5 m
d. Ruwasja: 36,5 m
e. Lebar Saluran Irigasi: 2 m x 3 buah
f. Tinggi Saluran Irigasi: 1 m x 3 buah
19
3. Jalan Genteng Besar
a. Lebar Jalan: 20 m
b. Road Lane: 2 lajur. 1 jalur
c. Rumaja: 12,5 m
d. Ruwasja: 15 m
e. Lebar Saluran Irigasi : 2 m x 2 buah
f. Tinggi Saluran Irigasi : 1 m x 2 buah
20
4. Jalan Genteng Durasim
Jaringan listrik di Kota Surabaya dilayani oleh PT. PLN (PERSERO), listrik
merupakan utilitas yang sangat penting dan utama dalam perencanaan suatu kota untuk
kepentingan kehidupan sehari-hari masyarakat. Jaringan listrik digunakan hampir di
seluruh fasilitas umum, contoh: sekolah, jasa, perdagangan, pergudangan dan
perumahan. Kondisi eksisting jaringan listrik Kawasan Siola terdiri dari 2 saluran udara,
yakni Salura Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM). Kondisi Jaringan listrik di koridor jalan kenjeran sudah mencukupi kebutuhan
masyarakat dan juga kebutuhan perjasaan yang berada di sekitar Siola tersebut. Berikut
peta distribusi penyebaran jaringan listrik di Siola.
22
Gambar 9. Peta Jaringan Listrik
Sumber: Hasil analisis Penulis, 2019
23
Gambar 10. Peta Jaringan Telekomunikasi
Sumber: Hasil analisis Penulis, 2019
24
Gambar 11. Peta Jaringan Drainase
Sumber: Hasil analisis Penulis, 2019
25
Gambar 12. Peta Jaringan Air Bersih
Sumber: Hasil analisis Penulis, 2019
Pengelolaan sampah pada Kawasan Siola yaitu di sekitar Gedung Siola, perdagangan dan
jasa serta fasilitas umum terdiri dari 3 tahapan. Tahapan kegiatan tersebut dimulai dari
pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, dan pembuangan sampah di TPS terdekat (Tempat
Pembuangan Sementara). Kegiatan pengumpulan sampah juga berasal dari sampah kawasan
perdagangan dan jasa serta fasilitas umum lainnya yang berada di jalan Genteng kali, jalan
tunjungan, jalan genteng besar diangkut ke TPS terdekat (Tempat Pembuangan Sementara).
Kegiatan tersebut dilakukan dengan mengumpulkan sampah pada tempat sampah umum yang
telah tersedia pada kawasan sekitar Gedung Siola. Kemudian, sampah tersebut diambil dan
dibawa dengan gerobak sampah oleh petugas kebersihan menuju TPS terdekat yang berada di
jalan Genteng besar. Semetara sampah yang berasal dari pemukiman gang genteng yang berada
di jalan Genteng Durasim langsung dibawa ke TPS terdekat menggunakan gerobak sampah.
Pengelolaan sampah di Kawasan Siola cukup baik, karena hampir setiap bangunan di Kawasan
ini telah disediakan tempat sampah.
26
Gambar 13. Peta Jaringan Persampahan
Sumber: Hasil analisis Penulis, 2019
27
KDB 70% artinya sebanyak 70% sebagai lahan yang terbangun dan 30% sebagai lahan
yang terbuka atau tanpa bangunan. KDB 70 % ini digunakan sebagai kegiatan perdagangan
dan jasa, permukiman, dan pemerintahan. Ini adalah jumlah KDB terendah di koridor Siola.
Hal ini dikarenakan di kawasan Taman Budaya Jatim memiliki halaman yang luas. Namun
disini juga terdapat daerah permukiman. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki
halaman atau tempat parkir di depan rumah mereka. Itu terjadi karena ketersediaan lahan
terbatas, dan jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya sangat tertutup. Sehingga KDB
masih tergolong KDB padat.
b. KDB 80%
KDB 80% artinya sebanyak 80% sebagai lahan yang terbangun dan 20% sebagai lahan
yang terbuka atau tanpa bangunan. KDB 80% ini digunakan sebagai kegiatan perdagangan
dan jasa. Perdagangan dan jasa yang terdapat dalam 80% lahan ini merupakan koperasi
telkomsel, Elektronik store dan Ammusement park.
c. KDB 75%
KDB 75% artinya sebanyak 75% sebagai lahan yang terbangun dan 25% sebagai lahan
yang terbuka atau tanpa bangunan. KDB 75% ini digunakan sebagai kegiatan pemerintahan,
seperti Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Perhutani Devisi Regional Jawa Timur.
Tujuan penetapan KDB adalah:
Untuk menjaga dan mempertahankan ketersediaan ruang terbuka serta
menyediakan peluang vegetasi di dalam persil.
Untuk mempertahankan keseimbangan antara kepadatan bangunan dan wilayah
dimana bangunan tersebut berada, agar tercipta lingkungan yang nyaman untuk
ditempati.
Untuk menciptakan keindahan dan kerapian tatanan bangunan melalui
pengaturan luas lantai dasar bangunan.
Untuk penyediaan RTH privat yang disyaratkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Tata Ruang.
28
KLB 2-3 lantai termasuk ke dalam blok peruntukkan bangunan yang rendah. Kategori ini
diperuntukkan sebagai bangunan perdagangan dan jasa yaitu ruko/koperasi seperti koperasi
telkomsel, Elektronik store dan Ammusement park.
b. KLB 2-5 lantai
KLB 2-5 lantai termasuk ke dalam blok peruntukkan bangunan yang rendah dan sedang.
Ketegori bangunan rendah dimana jumlah lantai kurang dari 4 lantai diperuntukkan sebagai
perdagangan dan jasa seperti ruko, permukiman, dan kegiatan kebudayaan seperti Taman
Budaya Jawa Timur. Ketegori bangunan sedang dimana jumlah lantai kurang dari 8 lantai
diperuntukan sebagai kegiatan pemerintahan yaitu Gedung Siola.
c. KLB 1-3 lantai
KLB 1-3 lantai termasuk ke digunakan pada wilayah perdagangan dan jasa
29
GSB 2-3 meter digunakan pada wilayah perdagangan dan jasa di jalan sekitar Genteng
Kali. Kategori ini diperuntukkan sebagai bangunan perdagangan dan jasa yaitu
ruko/koperasi seperti koperasi Telkomsel, Elektronik store dan Ammusement park.
30
Gambar 14. Peta Tata Bangunan
Sumber: Hasil analisis Penulis, 2019
Koridor Gedung Siola didominasi oleh permukiman warga dan perdagangan dan jasa.
Tinggi bangunan perdagangan dan jasa kurang lebih 2-3 lantai di sepanjang jalan Tunjungan,
jalan Genteng Besar dan sebagian jalan Genteng Durasim, Tinggi bangunan pedagangan dan jasa
Gedung Siola Surabaya di jalan Tunjungan lebih dari 4-5 lantai. Sementara tinggi permukiman
warga di jalan Genteng Sidomukti, Genteng Sidorejo dan Genteng Sidomukti kurang lebih 1-2
lantai.
31
3.5 LANDMARK
Pada awalnya Siola didirikan tahun 1877 oleh seorang pemodal asing asal Inggris, Robert
Laidlaw (1856-1935). Bentuk bangunan awalnya tidak seperti yang tempak sekarang. Bangunan
yang ada sekarang ber arsitektur awal tahun 1900-an. Namun sejak berdiri bangunan ini menjadi
pertokoan pertama dan terbesar di Hindia Belanda. Gedung ini berjaya di abad 18, namun
hancur karena menjadi korban perang 10 November 1945, berjaya kembali pada 1970-an dan
kini riwayatnya tamat dan hanya menjadi cerita. Dan sekarang mulai tahun 2015, gedung Siola
Surabaya, kantor Badan Koordinasi Pelayanan dan penanaman Modal (BKPPM) dan juga
32
Gambar 16. Kondisi eksisting Tunjungan Plaza tampak depan
Sumber :Hasil Visualisasi penulis, 2019
33
BAB 4
MASALAH DAN POTENSI
4.1.2 Masalah
Masalah yang ada dilihat dari aspek pemanfaatan lahannya adalah di sekitaran
kawasan koridor siola atau koridor tunjungan, masih banyak lahan yang kosong atau ruko
kosong yang terbangkalai karena sudah lagi tidak digunakan, Pada sector perdagangan
dan jasa nya tidak diimbangi dengan penyediaan lahan untuk parkir.
34
Surabaya. Terlebih lagi karena letaknya yang berada di pusat kota, dapat menjadikan
Siola sebagai pusat pengembangan ide-ide kreatif di era digital industry 4.0.
4.3.2 Masalah
Padatnya permukiman masyarakat yang tinggal di belakang gedung siola, yang
berpotensi menjadi permukiman kumuh karena pada saat kelompok kami melakukan
survey primer, banyak masyarakat di daerah genteng menjadi buruh harian dan juga ada
yang tidak memiliki pekerjaan, karena notabene mereka sedikit tertinggal dari aspek
pemikiran karena tingkat pendidikan mereka masih rendah. Ini adalah masalah sosial
budaya yang serius dan perlu di tingkatkan lagi karena di era globalisasi sekarang ini
perlu masyarakat yang berkualitas sumber daya manusianya agar dapat bersaing
mengikuti era globalisasi dengan teknologi yang semakin maju.
4.4.2 Masalah
Masalah utama pada aspek transportasi pada wilayah Siola Surabaya yaitu
Transportasi umum yang masih kurang dan jarang melintas ke Siola untuk membantu
akses menuju ke siola dan sekitarnya. Padahal sudah terdapat 3 halte bus dan fasilitas
trotoar untuk memudahkan akses pedestrian tetapi belum ada transportasi umum yang
mampu memadai masyarakat khususnya warga Surabaya sendiri untuk dapat menuju
kawasan siola dan sekitarnya.
35
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dari survei primer dan sekunder, serta mengidentifikasi dan
menganalisis potensi dan masalah di Siola, Kecamatan Genteng, dapat disimpulkan
bahwa dalam area ± 19,690 Ha, Siola termasuk kawasan strategis karena layanan dan
area komersial mendominasi distribusi penggunaan lahan. Koridor Siola memiliki KLB
2-5 lantai dengan GSB 1-4 meter.
Kondisi telepon maupun jaringan listrik di koridor Siola dalam kondisi baik dan
sudah mencukupi kebutuhan masyarakat dengan memiliki 2 saluran udara, yakni
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM). Kondisi lingkungan Koridor Siola dinilai cukup bersih karena pada setiap
rumah pada pemukiman telah disediakan tempat sampah dan tidak terdapat tumpukan
sampah.
Koridor Siola memiliki KDB terendah sebesar 70%, digunakan sebagai kegiatan
perdagangan dan jasa, permukiman, dan pemerintahan. Sedangkan, KDB tertinggi
adalah 80%, yang digunakan sebagai perdagangan dan jasa. Namun di lain sisi, masih
terdapat banyak ruko kosong di sepanjang koridor. Selain itu, dibalik Koridor Gedung
Siola yang megah terdapat permukiman yang kumuh.
5.2 Rekomendasi
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang dapat kami berikan berdasarkan analisis
kondisi yang ada dan potensi dan masalah:
1. Mengembangkan Siola sebagai pusat ide kreatif Surabaya dan pelestarian budaya
Jawa Timur.
2. Merelokasi ruko-ruko kosong menjadi tempat industri kreatif karena Siola termasuk
di dalam pusat kota yang strategis dalam pengembangan perekonomian yang juga
diharapkan akan membuka banyak lapangan kerja terutama untuk penduduk sekitar
yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
3. Memberikan peluang kepada Museum Surabaya untuk mendapatkan dukungan
penuh terhadap pihak pemerintah agar lebih berkembang untuk kedepannya dan
mengembangkan nilai historis di jaman perjuangan agar warga Surabaya
menghormati jasa para pahlawan dan menjaganya.
36
DAFTAR PUSTAKA
https://archbhud.wordpress.com/2013/02/28/pengertian-gsb-kdb-klb/
https://situsbudaya.id/gedung-siola-surabaya/
http://aderiyantooo.blogspot.com/2014/01/definisi-rumaja-rumija-ruwasja.html
https://nekocume.blogspot.com/2014/10/definisi-damaja-damija-dawasja-ruwasja.html
37
38