DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan............................................................................................. 2
1.3. Sasaran Kegiatan................................................................................................ 3
II. METODE PEKERJAAN .................................................................................................. 4
2.1. Gambaran Umum Daerah Pekerjaan ................................................................. 4
2.2. Sumber Data ....................................................................................................... 5
2.2.1. Peta RBI Digital Skala 1:25.000 .................................................................. 6
2.2.2. Citra World View 2 dan Pleiades ................................................................ 7
2.3. Rencana Pekerjaan............................................................................................. 8
2.3.1. Penentuan Sistem Klasifikasi Penutup Lahan ............................................ 8
2.3.2. Updating Peta RBI Digital ......................................................................... 12
2.3.3. Survei Toponimi Rupa Bumi, Penggunaan lahan,
Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial ........................................................ 18
2.3.4. Tahap Editing dan Koreksi Hasil Dengan Membangun
Database Topologi Rules ......................................................................... 21
2.3.5. Asistensi oleh BIG ..................................................................................... 24
2.3.6. Penyusunan Database dan Penyajian Peta Digital
Kabupaten Kendal Skala 1 : 25.000.......................................................... 24
III. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA AWAL ......................................................... 27
3.1. Perbandingan Data RBI 2002 Dengan Hasil Delineasi Citra ............................ 27
3.1.1. Perbandingan Kenampakan Penggunaan Lahan ..................................... 27
3.1.2. Perbandingan Kenampakan Unsur Air ..................................................... 28
3.1.3. Kenampakan Jaringan Jalan .................................................................... 28
3.1.4. Sebaran Bangunan Penting, Fasilitas Umum/ Sosial dan Toponimi ........ 29
IV. HASIL PEKERJAAN DAN PEMBAHASAN ................................................................. 32
4.1. Pengumpulan Data Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial ................................. 32
4.1.1. Survey Lapangan Lanjutan ....................................................................... 32
4.1.2. Sumber Data Penunjang Lainnya ............................................................. 33
4.1.3. Rekapitulasi Data Fasilitas Umum dan Sosial .......................................... 35
4.2. Survei Penggunaan Lahan ............................................................................... 37
4.3. Hasil Updating Jaringan Jalan .......................................................................... 39
4.4. Hasil Updating Kenampakan Sungai ................................................................ 40
4.5. Hasil Koreksi Peta Melalui Topologi Rule ......................................................... 43
4.6. Layout Peta ....................................................................................................... 44
V. JADWAL PEKERJAAN ................................................................................................. 46
VI. PENUTUP.................................................................................................................... 47
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jumlah fasilitas umum dari beberapa sumber data ......................................... 30
Tabel 4.1. Tabel data jumlah titik fasilitas umum dan soaial ............................................ 36
Tabel 4.2. Jenis Penggunaan Lahan dan Luasan ............................................................ 38
Tabel 4.3. Hasil digitasi jalan dan panjang jalan ............................................................... 39
Tabel 4.4. Hasil digitasi sungai ......................................................................................... 40
iv
I. PENDAHULUAN
1
Detail Tata Ruang Kawasan, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
batas wilayah kecamatan dan lainnya. Kebijakan pemerintah mengenai “One
Map Policy” dimana suatu wilayah harus memiliki satu peta dasar sebagai acuan
penentuan kebijakan berbagai elemen baik itu pemerintahan, swasta ataupun
masyarakat. Serta kecenderungan kebutuhan informasi data dalam bentuk
geospasial menjadikan peta dasar penting untuk dimiliki oleh setiap
kabupaten/kota. Untuk mempermudah setiap stakeholder memperoleh peta
dasar dengan ketelitian geometris yang akurat dan mempermudah
penyebarluasan peta dasar, maka peta dasar yang dimiliki oleh kabupaten/kota
dalam bentuk digital. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Informasi Geospasial, Peta Dasar terdiri dari:
a. Peta Rupabumi Indonesia (RBI);
b. Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI); dan
c. Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN).
Peta Rupabumi Indonesia adalah peta dasar yang memberikan
informasi secara khusus untuk wilayah darat. Penyusunan peta dasar dalam
bentuk digital pada pekerjaan ini adalah proses pemutakhiran peta Rupabumi
Indonesia (RBI) tahun 2002 untuk wilayah Kabupaten Kendal. Secara umum,
penyusunan Peta Digital dilaksanakan melalui beberapa tahapan; antara lain:
pengukuran GCP (Ground Control Point), pengukuran ICP (Independent Control
Point), Pengoreksian foto udara (Orthoretrifikasi), Asistensi/ Konsultasi/ Supervisi
ke Badan Informasi Geospasial (BIG), dan pendigitasian Peta. Pelaksanaan
pekerjaan Penyusunan Peta Digital Kabupaten Kendal tahun anggaran 2016
adalah pada tahap pendigitasian peta. Dimana hasil akhir pekerjaan Penyusunan
Peta Digital Kabupaten Kendal ini berupa Peta Dasar Kabupaten Kendal sebagai
hasil pendigitasian peta dengan skala 1:25.000 berdasarkan peta RBI BIG skala
1 : 25.000 tahun 2002 yang diupdate dengan citra satelit World View 2 (WV2)
dan Pleiades tahun 2014 serta telah terverifikasi oleh Badan
InformasiGeospasial (BIG).
2
pembuatan peta dasar Kabupaten Kendal dengan skala 1:25.000 dalam format
digital yang telah terverifikasi oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) melalui
metode digitasi berdasarkan Peta RBI BIG Skala 1 : 25.000 tahun 2002 yang di-
update dengan citra satelit WV2 dan Pleiades tahun 2014.
3
II. METODE PEKERJAAN
Laut Jawa
Jawa
Barat
Jawa Timur
DIY
Samudra Hindia
: Kab. Kendal
4
Menurut “Kendal Dalam Angka”, topografi Kabupaten Kendal terklasfikasi
dalam 3 kelas, yaitu daerah pegunungan yang terletak di bagian paling selatan.
Daerah ini mempunyai ketinggian antara 0 - 2.579 m dpl dengan suhu berkisar
25o C. Daerah perbukitan berada di sebelah tengah. Dataran rendah serta pantai
berada disebelah utara dengan ketinggian antara 0 s/d 10 m dpl dan suhu
berkisar 27o C.
5
2.2.1. Peta RBI Digital Skala 1:25.000
Kegiatan penyusunan peta digital Kabupaten Kendal merupakan
pembaharuan/updating peta RBI digital skala 1 : 25.000 tahun 2002 yang
diupdate dengan data citra penginderaan jauh tahun perekaman 2014. Karena
proses pembuatan peta digital diawali dari data peta RBI digital yang sudah ada,
maka data ini harus tersedia sebelum proses digitasi dan updating dilakukan.
Peta RBI digital skala 1:25.000 tahun pembuatan 2002 dapat diperoleh dari BIG.
Data peta digital ini sudah banyak tersebar di khalayak umum sehingga
memudahkan produsen peta untuk melakukan update peta RBI digital. Dalam
pembuatan Peta Dasar Kabupaten Kendal pada kesempatan kali ini dibutuhkan
12 lembar peta RBI skala 1:25.000 yang mengcover Kabupaten Kendal. Ilustrasi
persebaran lembar peta ditampilkan sebagai berikut (Gambar 2.2).
Lembar Peta RBI yang dibutuhkan untuk pemetaan RBI Kab. Kendal
sesuai dengan Indeks Peta RBI adalah :
a. 1409-214 : Lembar Peta Bleder
b. 1409-211 : Lembar Peta Weleri
c. 1409-212 : Lembar Peta Kendal
6
d. 1409-221 : Lembar Peta Tugu
e. 1408-444 : Lembar Peta Bawang
f. 1408-533 : Lembar Peta Sukorejo
g. 1408-534 : Lembar Peta Singorojo
h. 1408-543 : Lembar Peta Boja
i. 1408-442 : Lembar Peta Kejajar
j. 1408-531 : Lembar Peta Ngadireja
k. 1408-532 : Lembar Peta Kalinangka
l. 1408-541 : Lembar Peta Sumowono
7
Worlview 2 dan Pleiades, seharusnya citra ini mampu untuk digunakan sebagai
data masukan pembuatan peta dasar skala 1:5.000. Hal ini didasari oleh rumus
yang dikeluarkan oleh (Tobler, 1987) dimana skala terbesar yang mampu
diproduksi oleh citra dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Citra Pleiades dan Worldview2 memiliki resolusi spasial 0,5 meter pada
saluran pankromatik. Citra dengan resolusi spasial 0,5 meter mampu untuk
memproduksi peta dengan skala maksimal 1:1000. Dengan spesifikasi yang
dimiliki oleh beberapa citra yang telah dijelaskan diatas, diharapkan hasil
pemetaan skala 1:25.000 dapat sesuai dengan yang telah disyaratkan oleh BIG.
8
Gambar 2.4. Skema generalisasi
(Sumber: Kraak dan Ormeling, 2010)
9
Tema Bangunan dan Fasilitas Umum
No. Nama Unsur No. Nama Unsur
1 Bangunan 21 Kuburan Cina
2 Permukiman 22 PLTA
3 Kantor Pemerintahan 23 PLTU
4 Kantor Gubernur 24 PLTD
5 Kantor Bupati/Walikota 25 PLTN
6 Kantor Camat 26 Bangunan Bersejarah
7 Kantor Lurah/Kepala Desa 27 Menara
8 Pendidikan 28 Tempat Menarik
9 Rumah Sakit 29 Tambang
10 Polisi 30 Menara Air
11 Pasar 31 Tangki Bahan Bakar
12 Pelayanan Pos 32 Sumber Gas Alam
13 Masjid 33 Sumber Air Panas
14 Gereja 34 Sumber Bahan Bakar
15 Vihara 35 Kawat Tegangan Tinggi
16 Pura 36 Pipa Bahan Bakar
17 Tempat Pemakaman Umum 37 Pipa Gas
18 Taman Makam Pahlawan
19 Islam
20 Kristen
Tema Perhubungan
No. Nama Unsur No. Nama Unsur
1 Jalan Tol 11 Tambangan
2 Jalan Arteri 12 Jalan Kereta Api Rangkap
3 Jalan Kolektor 13 Jalan Kereta Api Tunggal
4 Jalan Lokal 14 Talang
5 Jalan Lain 15 Terowongan
6 Jalan Setapak 16 Stasiun Kereta Api
7 Jembatan Layang 17 Perhentian Kereta Api
Bandar Udara
8 Jembatan 18 Doemstik/internasional
9 Titian 19 Bandar Udara Perintis
10 Sipon/Gorong-gorong
10
Tema Garis Kontur
No. Nama Unsur No. Nama Unsur
1 Kontur 11 Galian Diperkeras
2 Kontur Index 12 Pasir Pasut
3 Kontur Batu 13 Pasir
4 Kontur Daerah Berbatu 14 Titik Tinggi
5 Cekungan 15 Titik Tinggi Geodesi
6 Tebing 16 Titik GPS
7 Bukit/Gundukan 17 Titik Gaya Berat
8 Tanggul Tanah
9 Tanggul Diperkeras
10 Galian Tanah
Tema Perairan
No. Nama Unsur No. Nama Unsur
1 Batu Karang 11 Jeram
2 Terumbu Karang 12 Rawa
3 Beting Karang 13 Empang/Tambak
4 Mata Air 14 Penggaraman
5 Danau 15 Bendung/Bendungan
6 Sungai 16 Penahan Ombak
7 Sungai Musiman 17 Dermaga
8 Arah Aliran 18 Pelabuhan
9 Terusan 19 Menara Suar
10 Air Terjun 20 Stasiun Pasang Surut
11
2.3.2. Updating Peta RBI Digital
Proses updating/pembaharuan informasi peta dasar digital Kabupaten
Kendal dilakukan dengan menampalkan (overlay) Peta RBI Digital tahun 2002
dengan citra sehingga akan diperoleh perbedaan batas obyek apabila terjadi
perbedaan batas kenampakan. Berikut ini merupakan diagram alir proses
updating peta dasar digital melalui updating peta RBI (Gambar 2.5).
Gambar 2.5. Diagram alir proses updating Peta RBI skala 1:25.000
12
a. Revisi dan Updating RBI Tema Garis Pantai
Garis pantai merupakan salah satu tema yang harus ada dalam peta
RBI skala 1:25.000. Garis pantai merupakan salah satu objek pemetaan yang
paling dinamis. Perubahan garis pantai dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu
faktor alami yang berasal dari lingkungan maupun faktor eksternal yang
diakibatkan oleh campur tangan manusia misalnya reklamasi.
Karakteristik pesisir Kabupaten Kendal yang berupa endapan sedimen
dari hulu sungai mengakibatkan garis pantai Kabupaten Kendal sangat dinamis.
Menurut perjanjian (United Nations Convention on the Law of the Sea/ UNCLOS,
1982), garis pantai dihitung berdasarkan rata-rata garis pasang tertinggi dan
surut terendah. Perjanjian UNCLOS inilah yang digunakan oleh setiap negara
dalam menentukan garis pantai dan garis batas suatu negara.
Proses yang dilakukan untuk revisi/updating garis pantai adalah
dengan memanfaatkan saluran infarmerah dekat pada citra penginderaan jauh.
Saluran inframerah dekat digunakan karena hampir semua energi dari panjang
gelombang inframerah dekat akan diserap oleh air. Efek dari energi yang diserap
oleh air ini akan mengakibatkan objek air berwarna gelap pada saluran
inframerah dekat. Perbedaan warna yang sangat mencolok antara objek air dan
daratan inilah yang digunakan sebagai alat bantu penentuan garis pantai. Selain
menggunakan saluran inframerah dekat, interpretasi visual menggunakan
panjang gelombang tampak. Berikut ini ilustrasi pemanfaatan gelombang
inframerah dekat (Gambar 2.6).
Gambar 2.6. Proses revisi dan updating garis pantai menggunakan saluran infarmerah
dekat citra penginderaan jauh
13
b. Revisi dan Updating RBI Tema Hipsografi
Hipsografi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah kenampakan
berupa bentang alam daratan, seperti pegunungan, dataran tinggi, dataran
rendah, bukit, lembah, dan kenampakan lain yang membentuk relief. Menurut
pengertian ini, hipsografi dalam peta diwujudkan dalam wujud garis kontur, dan
titik tinggi. Proses pembuatan contur dilakukan menggunakan perangkat lunak
pemetaan. Berikut ini ilustrasi pembuatan peta contur 1:25.000 (Gambar 2.7).
Proses
Citra TerraSar
Pembuatan garis kontur dan titik tinggi ini membutuhkan data ketinggian
(z). Data ketinggian dapat diperoleh dari citra penginderaan jauh (TerraSar,
Lidar, Aster GDEM, Spot 6/7, dll) atau dengan survei terestris dilapangan.
Pemilihan data yang akan digunakan sebagai input data dalam pembuatan objek
hipsografi disesuaikan dengan hasil keluaran yang diinginkan. Hasil keluaran ini
berupa kerapatan titik tinggi dan contur interval sesuai dengan output skala yang
diinginkan, dalam hal ini output skala peta adalah 1 : 25.000. Menurut (Sutanto,
14
1986), hubungan antara contur interval dengan skala peta dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Apabila mengikuti rumus diatas, maka ci minimal yang harus dibuat pada
pemetaan skala 1 : 25.000 adalah 12,5 m. Data yang dapat digunakan untuk
pembuatan contur dengan interval (ci) 12,5 adalah citra penginderaan jauh Lidar,
TerraSar, Spot 6/7 dan atau survei lapangan. Mempertimbangkan efisiensi
pemanfaatan data maka data yang akan digunakan untuk pembuatan contur
adalah citra TerraSar.
Gambar 2.8. Updatting unsur jalan (transportasi) RBI Digital menggunakan Citra
WorldView2 tahun 2014
15
b.2. Updating RBI Tema Perairan
Tema perairan RBI skala 1:25.000 terdiri dari beberapa objek perairan
yang harus dipetakan. Objek perairan disini tidak terbatas pada kenampakan
alami (sungai, waduk, karang, dll) tetapi juga kenampakan/objek yang di buat
oleh manusia (pelabuhan, bendungan, dll).
Penggambaran peta tema perairan dilakukan menggunakan metode
updating data RBI digital tahun 2002 dengan cara interpretasi citra resolusi tinggi
dan dibantu dengan kegiatan survei lapangan. Prediksi updating peta tema
perairan akan banyak terjadi pada lebar sungai. Berikut ini ilustrasi proses
pembuatan peta tema perairan (Gambar 2.9).
16
b.3. Updating RBI Tema Penggunaan Lahan
Metode updating peta penggunaan lahan hampir sama dengan updating
tema pemetaan lainnya. Berikut ini ilustrasi dan contoh updating peta
penggunaan lahan (Gambar 2.10).
Citra
Reinterpretasi
--keterangan reinterpretasi: hasil interpretasi plus survai lapangan
--kedetailan informasi (atribut dan visual)
4. Tahap Editing dan Koreksi Hasil Dengan Membangun Database Topologi
Rules
Gambar 2.10. Updating penggunaan lahan dari lahan kosong menjadi permukiman
17
Proses updating peta RBI pasti akan menemui beberapa kesulitan dalam
hal pengenalan jenis objek pada citra. Hal seperti ini biasa ditemui pada proses
interpretasi dan penggambaran peta. Untuk mengatasi masalah seperti diatas,
maka survei lapangan diperlukan untuk mengetahui jenis objek dilapangan.
Survei penggunaan lahan ini dapat dilakukan bersamaan dengan survei fasilitas
umum dan fasilitas sosial untu efisiensi waktu survei dan pengerjaan peta.
a. Mobile Mapping
Metode ini menggunakan perangkat kamera dengan fasilitas geotagging ,
aplikasi navitel, geosetter. Pelaksanaan kegiatan pada metode ini adalah
dengan mengambil foto pada obyek – obyek yang akan dipetakan serta
mengatur trackingroute pada aplikasi navitel. Foto yang diambil pada kamera
disesuaikan waktu awal dengan tracking pada aplikasi navitel. Hasil survei
lapangan pada metode ini berupa foto dan tracking route area yang dipetakan.
Kedua data hasil lapangan kemudian diolah menggunakan aplikasi geosetter
untuk mendapatkan sebaran spasial dari foto yang diambil. Konsep metode
survei semi-manual ini adalah dengan menyamakan waktu antara foto yang
diambil dengan waktu pada GPS tracking route.
Metode survei seperti ini banyak digunakan untuk survei di area laut
dangkal. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode
ini. Manfaat paling penting adalah menghemat waktu survei di lapangan.
Metode ini lebih cepat daripada metode survei digital/digital surveiing, namun
dalam pemrosesan hasil survei metode ini membutuhkan lebih banyak waktu
untuk mengubah data hasil survei menjadi data yang siap digunakan untuk
interpretasi. Waktu yang cukup lama dalam melakukan prosesing hasil survei
diakibatkan oleh titik hasil GPS tracking yang berada di jalan sehingga
membutuhkan waktu untuk memilih titik yang digunakan, memindah, dan
19
menerjemahkan foto yang berisi informasi objek kedalam file yang berformat
.SHP yang akan digunakan untuk pembuatan peta. Berikut ini contoh hasil
metode geotagging (Gambar 2.12).
Gambar 2.12. Ilustrasi penggunaan geotagging untuk survei lapangan landuse dan landutility.
b. Digital Surveying
Metode survei yang digunakan untuk memperoleh informasi penggunaan dan
pemanfaatan lahan adalah semi sensus memanfaatan GPS navigasi dan citra
satelit dari google dengan memanfaatkan perangkat lunak GPS Essensial
(Gambar 2.13). Aplikasi GPS Essential yang digunakan memiliki fasilitas loading
basemap dan penambahan titik lokasi (waypoints). Survei yang dilakukan
dengan cara memetakan obyek – obyek pada area kajian dan memberikan
waypoints pada basemap yang telah disediakan pada aplikasi GPS Essential.
Hasil data pada metode ini adalah sebaran titik – titik obyek pengamatan.
Metode ini cukup efektif digunakan karena mampu untuk memberikan navigasi
jalan yang harus dilalui dan mampu menunjukkan area mana saja yang sudah
disurvei dan area mana saja yang belum disurvei. Kekurangan penggunaan
aplikasi GPS Essensial untuk survei lapangan adalah membutuhkan perangkat
smartphone yang memiliki spesifikasi cukup tinggi, selain itu dibutuhkan
penyimpan energy (powerbank) untuk mendukung operasi smartphone selama
survei.
20
Tampilan GPS Essential Informasi Hasil Survei Lapangan
Gambar 2. 13. Aplikasi GPS Essensial untuk survei landuse dan landcover
21
keterangan penggunaan lahan. Berikut ini ilustari pembuatan database topology
rule (Gambar 2.15).
22
Gambar 2.16. Hasil database topologi yang sudah dibangun
Pada Gambar 2.15 dan Gambar 2.16 yang telah ditampilkan dapat dilihat
hasil dari koreksi yang dilakukan dengan menggunakan proses topologi rules.
Warna merah merupakan vector yang salah atau tidak sesuai dengan rules yang
sudah dimasukkan ketika membangun database topologi. Semakin banyak
kesalahan hasil digitasi, maka akan semakin banyak warna merah pada vector.
Kesalahan juga dapat dilihat dengan memanfaatkan eror inspector seperti yang
terlihat pada gambar diatas. Eror inspector menunjukkan jumlah, letak, dan jenis
kesalahan yang terdapat pada peta (Gambar 2.17).
23
Gambar 2.18. Proses revisi kesalahan yang ditunjuukan oleh topologi rules
24
Sistem database yang digunakan pada peta digital skala 1 : 25.000
mengikuti database peta dasar skala 1 : 5.000 yang dipersyaratkan oleh BIG
dengan beberapa penyesuaian. Penyesuaian ini dilakukan karena terdapat
perbedaan isi pada peta digital skala 1 : 5.000 dan peta digital skala 1 : 25.000.
Berikut ini sistem database yang akan digunakan dalam pembuatan peta digital
skala 1 : 25.000 Kabupaten Kendal (Gambar 2.19).
Gambar 2.19. Sistem database yang akan digunakan dalam pembuatan Peta Digital
25
Gambar 2.20. Desain layout Peta 1 : 25.000
(b)
(a) (c)
Gambar 2.21. Desain informasi tepi peta (a), koordinat peta (b),
dan simbolisasi unsur peta
26
III. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA AWAL
Permukiman
Sawah Irigasi
Pada gambar 3.1 diatas, telah terjadi perubahan penggunaan lahan pada
kategori bertambah luasnya penggunaan lahan permukiman, sehingga
penggunaan lahan sawah berubah menjadi penggunaan lahan permukiman.
Delineasi warna merah merupakan batas permukiman pada peta RBI tahun 2002
sedangkan delineasi warna hijau merupakan batas permukiman hasil delineasi
citra.
27
3.1.2. Perbandingan Kenampakan Unsur Air
Perubahan kenampakan unsur air salah satu contoh adalah perubahan
batas garis pantai. Secara umum perubahan garis berubah ke arah depan
sehingga daratan bertambah luas. Salah satu faktor yang mengakibatkan
perubahan garis pantai adalah adanya sedimentasi material dari arah muara
sungai. Ilustrasi perubahan garis pantai diberikan pada gambar berikut (Gambar
3.2).
Laut Jawa
Sungai
Sawah Irigasi
28
pada daerah tersebut membutuhkan suatu koneksi jaringan jalan baru. Ilustrasi
perubahan bertambahnya delineasi jalan adalah sebagai berikut (Gambar 3.3).
Delineasi warna hitam pada Gambar 3.3 diatas merupakan data jaringan
jalan yang berasal dari peta RBI Digital tahun 2002 dan delineasi warna merah
merupakan data jaringan jalan baru yang berasal dari interpretasi citra. Dari
kenampakan data jaringan jalan tersebut, bisa dilihat bahwa kenampakan jalan
bertambah banyak.
29
peta RBI skala 1: 25.000 tahun 2002, maka data RBI digital tahun 2002 harus
tersedia untuk kemudian diperbarui dengan data citra penginderaan jauh tahun
2014. Tabel 3.1 Memuat beberapa data yang berhasil dikumpulkan oleh tim
terkait jumlah fasilitas umum yang dihimpun dari Peta RBI, “Kendal Dalam
Angka”, Google Maps dan situs resmi Kab. Kendal yaitu kendalkab.go.id.
30
Kantor Camat dari Peta RBI tahun 2002 teridentifikasi ada 17 Kantor Camat dan
pada “Kendal Dalam Angka” bertambah 3 bangunan menjadi 20 Kantor Camat.
Hal tersebut sesuai dengan informasi yang beredar bahwa setelah tahun 2002
ada beberapa pemekaran daerah menjadi Kecamatan baru dan sekarang jumlah
Kecamatan pada Kabupaten Kendal adalah 20 Kecamatan. Jumlah fasilitas
umum yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan tabel tersebut sangat berguna
dalam proses revisi peta RBI terlebih didukung oleh beberapa metode pemetaan
yang telah dijelaskan sebelumnya seperti mobile mapping, penelusuran obyek
melalui google street view dan lain sebagainya.
31
IV. HASIL PEKERJAAN DAN PEMBAHASAN
32
GPS dan aplikasi smartphone (PDF Maps dan GPS Essentials) pada
seluruh Kabupaten Kendal secara sensus (Gambar 4.2).
33
dilalui akibat buruknya akses jalan yang ditemui (banyak dijumpai pada
desa-desa yang jauh dari akses jalan utama) maupun medan yang terjal
dan bergunung. Oleh karena hal tersebut maka tim mencari alternatif
menggunakan data penunjang yang bisa digunakan yaitu melalui
wikimapia dan google street view (Gambar 4.2). Wikimapia merupakan
situs peta online yang memungkinkan pengguna menambahkan informasi
yang mereka ketahui, sehingga sangat membantu orang awam dalam
mencari informasi lokasi atau tempat tertentu yang tidak mereka ketahui.
Salah satu tempat yang sulit dikunjungi adalah desa Sukodadi
yang berada di Kecamatan Singorojo sisi selatan. Pada wikimapia,
teridentifikasi adanya delineasi bangunan Sekolah Dasar yang
merupakan SDN 2 Sukodadi (Gambar 4.3).
Gambar 4.3. Delineasi bangunan Sekolah Dasar pada Wikimapia beserta foto bangunan
34
Penelusuran titik bangunan fasilitas umum dan sosial melalui
wikimapia dapat ditunjang dengan data foto bangunan dari Google Street
View sehingga validasi data dapat dilakukan. Dalam contoh (Gambar 4.4)
teridentifikasi suatu bangunan Sekolah Dasar yaitu SDN 1 Cening di Kec.
Singorojo yang terletak di pinggir jalan utama.
Gambar 4.4. Foto bangunan SDN 1 Cening pada Google Street View
35
dan titik yang dikumpulkan melalui data penunjang lainnya berjumlah 74
titik. Jumlah titik fasilitas umum dan sosial diberikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Tabel data jumlah titik fasilitas umum dan sosial
No. Jenis Jumlah titik
1. Masjid 446
2. Gereja 19
3. Pura 1
4. Kuburan Cina 1
5. Makam Pahlawan 1
6. Makam Umum dan Kuburan Islam 153
7. Kantor Bupati 1
8. Kantor Camat 20
9. Kantor Desa/Kelurahan 285
10. Kantor Pemerintah Kabupaten 67
11. Kantor Polisi 18
12. Kawasan Militer 13
13. Kantor POS 6
14. Rumah Sakit, Puskesmas dan Poliklinik 68
15. Sekolah 900
16. Lapangan/ Stadion Olahraga 5
17. Pasar 27
18. Terminal 4
19. Stasiun 3
20. Tempat Pariwisata 4
21. Alun-alun 1
22. BANK 6
23. Gardu Induk 1
24. Industri 36
25. PDAM 6
26. PLN 1
27. Perdagangan dan Jasa 2
28. Peternakan 3
29. SPBE 1
30. SPBU 14
31. SPPBE 1
32. TPI 3
33. Tempat Menarik 9
34. Tower Air 2
36
4.2. Survei Penggunaan Lahan
Survei penggunaan lahan dilakukan untuk menambah akurasi
peta penggunaan lahan yang dihasilkan. Terdapat beberapa kenampakan
penggunaan lahan di citra yang sulit diinterpretasi langsung saat
pembuatan peta, sehingga diperlukan adanya validasi data langsung di
lapangan. Contoh dari beberapa kenampakan tersebut adalah kenampakan
perkebunan dengan tekstur mirip dengan kenampakan hutan (Gambar 4.5).
37
Gambar 4.6. Lahan pertanian jagung yang berada pada areal persawahan
38
10. Pemukiman 12.647,20
11. Perkebunan 18.577,70
12. Rumput/ tanah kosong 611,11
13. Sawah irigasi 20.135,20
14. Sawah tadah hujan 6.847,32
15. Semak/ belukar 690,34
16. Sungai 1.075,49
17. Tegal/ ladang 9.526,35
18. Pelabuhan 13,52
19. Jalan (polygon) 69,85
39
Gambar 4.7. Perbandingan digitasi jalan dengan pekerjaan sebelumnya
40
13 Kali Cilik 3.541
14 Kali Logung 15.863
15 Kali Krincing 8.298
16 Kali Keditan 1.546
17 Kali Gading 13.206
18 Kali Kesek 3.793
19 Kali Glagah 28.882
20 Kali Sili 2.943
21 Kali Gergaji 9.395
22 Kali Maron 4.975
23 Kali Jumbleng 1.722
24 Kali Ringin 18.837
25 Kali Lutut 12.383
26 Kali Dingsing 5.527
27 Kali Merti 9.625
28 Sungai Teguru 6.760
29 Kali Kedungdowo 7.896
30 Sungai Beringin 3.011
31 Kali Lengko 5.764
32 Kali Manggis 8.942
33 Kali Jaran 6.529
34 Kali Sembung 1.937
35 Kali Podang 4.015
36 Kali Kembar 6.261
37 Sungai Kial 2.718
38 Kali Wetan 886
39 Kali Guci 1.185
40 Sungai Blukar 5.033
41 Sungai Ngemplak 10.291
42 Kali Tembangan 5.199
43 Kali Wesi 4.309
44 Sungai Pandan 4.027
45 Kali Sat 3.433
46 Kali Grugak 2.091
47 Kali Katok 2.388
48 Kali Buntu 17.474
49 Kali Lobong 7.126
50 Kali Dongkel 5.410
51 Kali Sempu 2.847
52 Sungai Pete 2.660
53 Kali Ngrancah 1.662
41
54 Kali Ulo 9.076
55 Kali Jlegong 7.784
56 Kali Duren 2.216
57 Sungai Aji 3.904
58 Kali Ces 5.390
59 Sungai Cangkring 5.003
60 Kali Penggung 13.280
61 Kali Gambang 2.370
62 Kali Anglik 5.240
63 Kali Gedang 4.355
64 Kali Klepu 620
65 Kali Brantung 9.838
66 Kali Bangkong 1.940
67 Sungai Damar 5.427
68 Sungai Bang 2.830
69 Sungai Kembang 1.249
70 Sungai Lingseng 1.938
71 Kali Bodri 45.283
72 Kali Blorong 49.990
73 Kali Wonosari 2.431
74 Kali Bogor 809
75 Kali Blukar 30.597
76 Kali Mati 12.981
77 Kali Pento 7.990
78 Kali Siwangan 6.425
79 Kali Pare 7.887
80 Kali Fiji 7.525
81 Kali Giling 18.888
82 Kali Gadungan 3.000
83 Kali Penut 4.551
84 Kali Kuto 19.255
85 Kali Loning 5.793
86 Kali Waridin 9.413
87 Kali Afur 5.883
88 Kali Bendo 10.038
89 Kali Pening 11.074
90 Kali Kentrung 5.380
91 Kali Ali-Ali 5.561
92 Kali Bugel 4.966
93 Kali Tengah 5.310
94 Kali Posong 6.781
42
95 Kali Klenteng 9.902
96 Kali Ombo 4.746
97 Kali Buntu Wetan 7.915
98 Kali Lingen 4.002
43
adalah segmen jalan yang tidak terhubung pada jalan yang lain. Kesalahan
demikian tidak akan terlihat secara visual terlebih pada error data yang
sangat dekat satu sama lain. Oleh karena itu koreksi data grafis harus
dilakukan melalui pembangunan database topologi rule agar error data
teridentifikasi secara otomatis.
44
berkisar antara 1:70.000 hingga 1:30.000. Untuk layout peta yang
menampilkan 1 Kabupaten Kendal skala yang diberikan adalah 1:200.000.
Untuk kertas A2, kisaran skala yang diberikan adalah 1:25.000 hingga
1:50.000 dan untuk peta yang menampilkan 1 Kabupaten menggunakan
skala 1:125.000. Terdapat beberapa klasifikasi fasilitas umum dan sosial
yang tidak ditampilkan dalam layout peta karena adanya aspek
generalisasi. Hal ini diterapkan karena adanya penyesuaian isi peta dengan
skala yang beragam agar tampilan peta dapat ditampilkan secara
proporsional.
45
V. JADWAL PEKERJAAN
46
VI. PENUTUP
47
48