Anda di halaman 1dari 79

NASKAH AKADEMIK | Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Rencana Tata Ruang mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan


dan pengembangan wilayah. Didasari hal tersebut, penyelenggaraan penataan ruang
demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan masyarakat,sekaligus untuk mewujudkan
pembangunan yang fungsional, andal, berjati diri,serta seimbang, serasi dan selaras
dengan lingkungannya. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam
penyelenggaraan penataan ruang, setiap pembangunan harus memenuhi persyaratan
yang mengacu pada rencana tata ruang khususnya Rencana Detail Tata Ruang BWP
Kuala Kapuas 2013-2034.
Peraturan daerah tentang RDTR merupakan penjabaran dari RTRW Kabupaten
Kapuas 2011-2031. Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh
asas manfaat, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian tata ruang dan
lingkungannya, bagikepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan.
Pengaturan dalam Peraturan Daerah ini juga ditujukan sebagai alat pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan ruang terutama perkembangan fisik di BWP Kuala Kapuas
agar senantiasa selaras sesuai dengan ditujukan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Naskah akademik sebagai bagian penting dalam proses penyusunan ranperda ini,
tiada lain membahas mengenai landasan penyusunan ranperda, konsep dan hakikat
ranperda serta materi muatan ranperda. Keberadaan naskah akademik turut memperkuat
uraian sejauh mana pentingnya ranperda ini disusun serta bagaimana bentuk ranperda
yang diperlukan oleh Kabupaten Kapuas.
Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan naskah akademik ini, semoga naskah akademis ini
dapat bermanfaat untuk pengajuan ranperda kedepan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan di BWP Kuala Kapuas dan Kabupaten Kapuas umumnya. Akhirnya,
penyusun haturkan terima kasih.

Kuala Kapuas, Desember 2013

BAPPEDA

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di dalam Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan bangunan
serta bukan bangunan pada kawasan perkotaan maupun kawasan fungsional kabupaten.
Tata ruang mempunyai ukuran kualitas yang menggambarkan mutu tata letak dan
keterkaitan hierarkis, baik antar kegiatan maupun antar pusat kegiatan. Tata ruang juga
menggambarkan mutu komponen yang terdapat dalam ruang.Kualitas tata ruang ditentukan
oleh terwujudnyakeserasian, keselarasan dan keseimbangan pemanfaatan ruang yang
mengindahkanfaktor daya dukung lingkungan, fungsi lingkungan, lokasi dan struktur
(keterkaitanjaringan infrastruktur dengan pusat permukiman dan jasa). Perencanaan
TataRuang perlu didasarkan pada pemahaman potensi dan keterbatasan
alam,perkembangan kegiatan sosial ekonomi yang ada, tuntutan kebutuhanperikehidupan
saat ini dan kelestarian lingkungan hidup di masa yang akan datang.Upaya pemanfaatan
ruang dan pengelolaan lingkungan ini dituangkan dalam suatukesatuan Rencana Tata
Ruang.
Kabupaten Kapuas memiliki kota dengan perkembangan kawasan cukup beragam dan
rata – rata belum memiliki Acuan/Pedoman Aturan Tata Ruang. Salah satu contohnya adalah
BWP Kuala Kapuas. BWP ini memiliki perkembangan kawasan yang cenderung cepat
dengan area tumbuh ditempat tertentu saja. Meskipun begitu Pedoman/Aturan Tata Ruang
perlu disusun sebagai upaya antisipasi perkembangan BWP agar terintegrasi dengan
rencana masuknya fungsi – fungsi baru yang berskala regional maupun nasional.
Sebuah Peraturan Perundang – undangan tidak sekadar memuat berbagai Ketentuan
Hukum yang akan diberlakukan dan ditegakkan dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa
dan Bernegara melainkan di dalamnya juga memuatberbagai alasan ataupun latar belakang
mengapa suatu Peraturan Perundang – undangan tersebut dibuat.
Pentingnya Naskah Akademik dalam menyertai suatu Rancangan Peraturan Perudang
– undangan karena di dalam Naskah Akademik terdapat Paradigma Kehidupan
Kemasyarakatan yang hendak dituju oleh Peraturan Perundang – undangan yang dibentuk
dirumuskan secara terperinci melalui Pendekatan Ilmiah.
Selain itu, keberadaan Naskah Akademik dapat juga dikatakan sebagai sumber
inspirasi bagi Rancangan Peraturan Perundang – undangan yang akan diperjuangkan oleh
Pihak Pemrakarsa agar memenuhi Kriteria Akademik sehingga perdebatan mengenai materi
muatan yang nantinya akan dituangkan ke dalam sebuah Rancangan Peraturan Perundang –
undangan dapat dieleminir seminimal mungkin.
Melalui Naskah Akademik tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) BWP Kuala
Kapuas, diharapkan dapat diwujudkan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas
yang efisien dan optimal dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, sehingga Pemanfaatan Ruang di BWP Kuala Kapuas tersebut dapat
diimplementasikan di masa yang akan datang.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
1.2.1 ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG BWP KUALA KAPUAS
Terdapat beberapa isu strategis yang perlu diperhatikan dalam Penataan Ruang di
BWP Kuala Kapuas, sebagai berikut:
1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah merencanakan pembangunan rel kereta api
ruas Puruk Cahu – Batanjung serta rencana pembangunan pelabuhan di Batanjung

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-1
Kabupaten Kapuas, akan memberikan dampak kepada struktur dan pola ruang
BWP Kuala Kapuas;

2. BWP Kuala Kapuas termasuk dalam pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
merupakan pusat kegitan permukiman perkotaan dengan hirarki pelayanan skala
regional/kebupaten (hirarki I), terletak di Kota Kuala Kapuas yang merupakan
Ibukota Kabupaten Kapuas dengan arahan pengembangan kegitan utama yaitu
sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan publik, perekonomian dan regional,
pusat distribusi dan koleksi barang dan jasa, pusat jasa pendukung kegiatan
perekonomian (pengolahan dan pemasaran). Sedangkan untuk kegiatan penunjang
utama yaitu sebagai pusat kegiatan pendidikan, kesehatan, peribadatan,
perdagangan, dan permukiman.

3. Berdasarkan RTRW Kabupaten Kapuas 2011-2031, BWP Kuala Kapuas termasuk ke


dalam kawasan strategis social budaya ( betang Sei Pasah dan sekitarnya);

4. BWP Kuala Kapuas berbatasan langsung dengan oleh Kecamatan Basarang yang
termasuk ke dalam kawasan strategis agropolitan akan berdampak pada
perkembangan BWP Kuala Kapuas ;dan

5. BWP Kuala Kapuas memiliki lahan pertanian yang cukup besar, yakni dengan luas
baku 1871 Ha pada tahun 2012, hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi
pemerintah daerah untuk dapat mengembangkan BWP Kuala Kapuas menjadi
kawasan perkotaan dengan tetap mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan;

1.2.2 PERMASALAHAN INTERNAL BWP KUALA KAPUAS


Sebagai BWP yang terus mengalami perkembangan, saat ini permasalahan di BWP
Kuala Kapuas, antara lain :

No Aspek Permasalahan
Belum adanya rencana spatial sebagai pedoman integrasi
1 Kebijakan
penataan
2 Fisik alamiah Terdapat titik-titik rawan banjir pada musim hujan
3 Tata Guna Lahan Pola ruang terserak/tersebar.
Tenaga kerja didominasi buruh, tingkat pendidikan relatif
4 Kependudukan
rendah.
5 Ekonomi Belum terstrukturnya sector ekonomi secara local dan regional
Sistem jaringan jalan lokal penghubung desa kurang
6 Transportasi
memperkuat struktur agrowisata dan pertanian
Belum adanya fasilitas yang mencirikan pendukung kegiatan
7 Fasilitas
sentra pertanian dan agrowisata.
Kurangnya prasarana dasar : air bersih, air limbah dan
8 Utilitas
sampah.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN


1.3.1 MAKSUD KEGIATAN
Tersusunnya Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail
Tata Ruang BWP Kuala Kapuas Tahun 2013 -2033 yang substansi materinya sesuai dengan
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-2
1.3.2 TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah Terwujudnya Acuan/Pedoman dalam
Pembentukan Ranperda yang sesuai dengan Penyelenggaraan Penataan Ruang, baik secara
Administratif maupun Teknis sesuai Peraturan Perundangan dengan yang efisien dan optimal
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan, sehingga Pemanfaatan
Ruang di BWP Kuala Kapuas tersebut dapat diimplementasikan di masa yang akan datang.
1.4 RUANG LINGKUP MATERI
Naskah Akademik merupakan bagian penting dalam Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah sebagai bentuk pertanggung jawaban ilmiah. Naskah akademik ini
memuat gagasan pengaturan materi tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Peninjauan
tersebut dilengkapi dengan Referensi yang memuat Urgensi, Konsepsi, Landasan atas
Hukum dan Prinsip – prinsip yang digunakan serta pemikiran tentang Norma – norma yang
telah dituangkan ke dalam bentuk Pasal – pasal dengan mengajukan beberapa Alternatif
yang disajikan dalam bentuk uraian yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum dan sesuai dengan politik hokum yang telah digariskan.
Lingkup materi yang akan dibahas dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) BWP
Kuala Kapuas disesuaikan dengan muatan yang harus ada di dalam Rencana Detail Tata
Ruang, yaitu :
 Tujuan Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan;
 Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan, terdiri dari :
o Struktur Pemanfaatan Ruang, yang meliputi Distribusi Penduduk,Struktur Pelayanan
Kegiatan Kawasan Perkotaan, Sistem Jaringan Pergerakan, Sistem Jaringan
Telekomunikasi, Sistem Jaringan Energi dan Sistem Prasarana Pengelolaan
Lingkungan;
o Pola Pemanfaatan Ruang, yang meliputi Pengembangan Kawasan Fungsional
(Kawasan Permukiman, Perdagangan, Jasa, Pemerintahan,Pariwisata,
Perindustrian) dalam Blok – blok Peruntukan.
 Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Fungsional Perkotaan, meliputi :
o Arahan Kepadatan Bangunan (Net Density/KDB) untuk setiap Blok Peruntukan;
o Arahan Ketinggian Bangunan (Maximum Height/KLB) untuk setiap Blok Peruntukan;
o Arahan Koefisien Dasar Hijau (KDH) untuk setiap Blok Peruntukan;
o Arahan Garis Sempadan Bangunan untuk setiap Blok Peruntukan;
o Rencana Penanganan Lingkungan Blok Peruntukan;
o Rencana Penanganan Jaringan Prasarana dan Sarana.
 Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Fungsional Perkotaan.Kegiatan –
kegiatan yang dilakukan untuk melengkapi materi ini adalah :
o Kajian Literatur dan Kajian terhadap Peraturan Perundangan terkait.Termasuk dalam
kajian literatur ini adalah studi – studi yang berkaitan dengan Penyusunan RDTR
BWP Kuala Kapuas serta Peraturan – peraturan yang berlaku baik yang berlaku di
Indonesia, Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kapuas maupun Kabupaten/Kota
Lainnya yang dapat dijadikan sebagai rujukan.
o Mengumpulkan, mempelajari dan menganalisis informasi – informasi berkaitan
dengan RDTR BWP Kuala Kapuas.
- Kebijakan dan Rencana pada Tingkatan Nasional seperti Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP Nasional), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM
Nasional), Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRW Nasional);
- Kebijakan dan Rencana Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam Dokumen
Pembangunan dan Dokumen Tata Ruang seperti Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Kalimantan Tengah maupun Rencana Tata Ruang yanglebih
detail lainnya yang telah ditetapkan, Rencana – rencana Pembangunan, Proyek
Pembangunan dan lain – lainnya;

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-3
- Kebijakan dan Rencana Pemerintah Kabupaten Kapuas dalam Dokumen
Pembangunan dan Dokumen Tata Ruang seperti Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Kapuas maupun Rencana Tata Ruang yang lebih detail lainnya
yang telah ditetapkan, Rencana –rencana Pembangunan, Proyek Pembangunan,
dan lain – lainnya;
- Kebijakan dan Rencana Pemerintah Kapuas dalam Dokumen Pembangunan,
Kegiatan Pembangunan dan lain – lain;
- Data Primer/Survei Lapangan berkaitan dengan kondisi lapangan persepsi dan
preferensi Stakeholders dan persoalan – persoalan berkaitan dengan
Perencanaan, Pemanfaatan Ruang serta Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
- Informasi berkaitan dengan Penyusunan RDTR BWP Kuala Kapuas dari Instansi
yang terkait; dan
- Aspek Kelembagaan dan Administrasi Penyelenggaraan/ Pembangunan di BWP
Kuala Kapuas.
o Analisis kondisi eksisting BWP Kuala Kapuas yang meliputi kondisi fisik lingkungan,
sosial dan ekonomi termasuk kondisi eksisting serta ketersediaan prasarana dan
sarana yang ada di BWP Kuala Kapuas ini.
o Perumusan Rencana Detail Tata Ruang BWP Kuala Kapuas, meliputi :
- Rencana Kependudukan;
- Rencana Perekonomian;
- Arahan Pengembangan BWP Kuala Kapuas;
- Rencana Struktur Ruang BWP Kuala Kapuas meliputi Sistem Pusat Kegiatan
dan Sistem Jaringan Prasarana;
- Rencana Pola Ruang yang meliputi Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya;
- Pedoman Pelaksanaan Pembangunan yang berisi tentang Arahan Peraturan
Zonasi;
- Arahan Pemanfaatan Ruang yang berisi Indikasi Program Utama yang
bersifat Interdependensi Antar kelurahan/desa;
- Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
- Dilihat kaitannya RDTR dengan Peraturan Zonasi, Peraturan Zonasi
merupakan rujukan untuk penyusunan Rencana yang lebih Rinci dari RDTRK
seperti RTRK atau RTBL. Kaitan RDTR dengan. Peraturan Zonasi dapat
dilihat pada Gambar 1.1 dan 1.2 berikut.

Gambar 1.1 Kaitan RDTR dengan Peraturan Zonasi

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-4
Gambar 1.2 Penyusunan RDTR Bersama dengan Peraturan Zonasi

1.5 METODE
Metode yang digunakan dalam perumusan naskah akademik ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode penelitian dan Penelaahan ( Assessment)
a. Metode adalah pedoman untuk berpikir, berbuat atau membuat. Dalam kegiatan
penelitian seperti penyusunan naskah akademik ini, metode yang digunakan adalah
metode untuk berpikir yaitu cara untuk tahu, mengerti dan memahami cara untuk
menganalisis dan cara untuk membuat sintesis;
b. Dalam proses penyusunan naskah akademik ini, penentuan metode ini penting
terutama karena proses untuk tahu, analisis dan sintesis dilakukan secara kolektif
dan partisipatif. Jelasnya metode ini dikembangkan dalam rangka pengorganisasian
dan bukan hanya pertanggungjawaban seperti penelitian dalam bidang akademik.
Oleh karena itu cara diskusi kelompok terfokus, sistem pakar, Delphi dan sebagainya
adalah cara yang sering digunakan dalam penelitian semacam perumusan naskah
akademik peraturan perundangan;
c. Pedoman ini dapat berupa suatu kerangka konseptual ( conceptual framework) atau
urutan kegiatan (procedure). Kerangka konseptual biasanya digunakan untuk suatu
proses acak dan incremental;
d. Kerangka konseptual yang digunakan dalam analisis kebijakan pada umumnya
adalah analisis legal dan normative, analisis logic, dan analisis empiric. Analisis legal
dan normative menguraikan, mencari, dan menemukan norma dan ketentuan legal
yang dapat menjadi dasar penentuan kebijakan. Analisis logic menelaah interelasi
dan interkoneksi antar faktor sedangkan analisis empirik menelaah realia dan
fenomena yang terjadi.
2. Metode Menurut Pedoman
Pedoman yang dilampirkan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor
HH.01.PP.01.01 Tahun 2008, antara lain menyatakan bahwa:
a. Metode penelitian di bidang hukum dilakukan melalui pendekatan yuridis normative
maupun yuridis empiris dengan menggunakan data sekunder maupun data primer;

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-5
b. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama)
data sekunder, baik yang berupas perundang-undangan maupun hasil-hasil
penelitian, hasil pengkajian dan referensi lainnya;
c. Pendekatan yuridis empiris dapat dilakukan dengan menelaah data primer yang
diperoleh/ dikumpulkan langsung dari masyarakat. Data primer dapat diperoleh
dengan cara pengamatan (observasi), diskusi (Forum Group Discussion),
wawancara, mendengar pendapat narasumber atau para ahli, menyebarkan
kuisioner dan lain sebagianya; dan
d. Pada umumnya metode penelitian pada naskah akademik menggunakan pendekatan
yuridis normative yang utamanya menggunakan data sekunder yang dianalisis
secara kualitatif. Namun demikian, data primer juga sangat diperlukan sebagai
penunjang dan untuk mengkonfirmasi data sekunder.
3. Metode Penyusunan Naskah Akademik Raperda tentang Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) BWP Kuala Kapuas
a. Naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) BWP Kuala Kapuas ini diselenggarakan dalam dua tahap yaitu tahap
pertama analisis, telaah permasalahan dan pengembangan oleh ahli dan para
pemangku kepentingan di lingkungan kecamatan meliputi tinjauan kondisi
kecamatan, analisis pengembangan kecamatan, dan konsep pengembangan
kecamtan sedangkan tahap kedua pembahasan oleh berbagai pemangku
kepentingan; dan
b. Pembahasan dilakukan dengan berbagai cara antara lain penyelenggaraan Forum
Group Disscussion (FGD) guna menampung aspirasi berbagai pemangku
kepentingan.
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Detail Tata Ruang
BWP Kuala Kapuas Tahun 2013 -2033 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan
pembuatan naskah akademik, ruang lingkup materi, metode pendekatan dan
sistematikapembahasan.
Bab II Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
Bab ini menguraikan materi yang bersifat teoritis, asas, praktik, perkembangan pemikiran,
serta implikasi dari ranperda tentang rencana detail tata ruang
Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-undangan terkait
Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan terkait yang memuat
kondisi hukum yang ada, keterkaitan peraturan daerah dengan peraturan lainnya.
Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
Bab ini menguraikan beberapa landasan yang digunakan sebagai pijakan penyusunan
rancangan peraturan daerah. Landasan tersebut setidaknya terdiri darilandasan filosofis,
landasan sosiologis dan landasan yuridis
Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi
MuatanRancangan Peraturan Daerah
Bab ini menguraikan mengenai ruang lingkup materi muatan, sasaran yang diwujudkan,arah
dan jangkauan pengaturan.
Bab VI Penutup
Bab ini memuat simpulan dan saran.Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang
berkaitan dengan praktik penyelenggaraan, pokok eleborasi teori dan asas yang telah
diuraikan.Saran yang diuraikan memuat perlunya pemilahan substansinaskah akademik dan
rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan rancanganperaturan daerah.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-6
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMIPIRIS

Dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) BWP Kuala Kapuas Tahun 2013 – 2033 Kajian Teoritis disesuaikan dengan Pedoman
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), meliputi :
2.1 KETENTUAN UMUM
2.1.1 ISTILAH DAN DEFINISI
Dalam Rencana Detail Tata Ruang BWP Kuala Kapuas ini yang dimaksud dengan:
3 Bagian dari wilayah kabupaten/kota adalah satu kesatuan wilayah dari
kabupaten/kota yang bersangkutan yang merupakan wilayah yang terbentuk secara
fungsional dan administratif dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan fasilitas
umum kabupaten/kota;
4 Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus;
5 Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata (spt jaringan jalan, sungai, selokan, saluran, irigasi, saluran udara tegangan
(ekstra) tinggi, dan pantai) atau yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana
jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota);
6 BWP adalah bagian wilayah perencanaan;
7 Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya;
8 Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya;
9 Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh
denah bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam rencana kabupaten/kota;
10 Garis Sempadan Jalan (GSJ) adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam
rencana kabupaten/kota;
11 Intensitas ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan
berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan dan
ketinggian bangunan tiap bagian kawasan kabupaten/kota sesuai dengan kedudukan
dan fungsinya dalam pembangunan kabupaten/kota;
12 Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan;
13 Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain (network)
14 Kabupaten/kota adalah wilayah otonomi daerah yang dikepalai oleh Bupati/Walikota,
yang merupakan bagian langsung dari wilayah provinsi dan terdiri atas beberapa
kecamatan;
15 Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya;
16 Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan;
17 Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan;
18 Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
1
R DTR II - 1
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

19 Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan;
20 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
21 Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas
seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;
22 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan
yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
23 Lingkungan adalah bagian dari wilayah kabupaten/kota yang merupakan kesatuan
ruang untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu sistem
pengembangan kabupaten/kota secara keseluruhan;
24 Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat, hukum
adat, badab hukum atay badan usaha, lembaga, dan organisas yang berkepentingan
dengan enyelenggaraan bangunan gedung;
25 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang
penataan ruang;
26 Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya;
27 Pemerintah daerah adalah Gubernur/walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah;
28 Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
29 Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
30 Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang sektoral
dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap blok yang penetapan
zonanya dalam rencana rinci tata ruang;
31 Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang;
32 Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan
pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil;
33 Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak
dan keinginan sendiri di tengah masyarakat sesuai dengan hak dan kewajiban dalam
penyelenggaraan penataan ruang;
34 Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang;
35 Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang;
36 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkabupaten/kotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung penghidupan dan
kehidupan;
37 Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan
maupun pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
2
R DTR II - 2
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

38 Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya;
39 Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
40 Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
41 Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang
memuat kebijakan dan penetapan Pemerintahan Kabupaten/ kota mengenai lokasi
kawasan-kawasan yang harus dilindungi di wilayah darat dan/atau wilayah laut, lokasi
pengembangan kawasan budidaya, termasuk di dalamnya kawasan-kawasan produksi
dan kawasan permukiman, sistem prasarana transportasi, fasilitas dan utilitas umum,
serta kawasan-kawasan di wilayah darat dan wilayah laut yang diprioritaskan
pengembangan nya dalam kurun waktu rencana;
42 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya;
43 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang
bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan;
44 Ruang manfaat jalan (Rumaja) adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan
ambang pengamannya;
45 Ruang milik jalan (Rumija) adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu
diluar ruang manfaat jalan;
46 Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) adalah ruang tertentu diluar ruang milik jalan
yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggaraan jalan;
47 Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam;
48 Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah ruang-ruang dalam kabupaten/kota dalam
bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang menampung kegiatan sosial,
budaya, dan ekonomi masyarakat kabupaten/kota dan tidak didominasi tanaman;
49 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 245kV;
50 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 35 kV sampai
dengan 245 kV;
51 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional;
52 Sub Blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan sub zona;
53 Sub BWP adalah pembagian fisik di dalam satu BWP berdasarkan dengan karakteristik
tertentu;
54 Sub Zona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu
yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan;
55 Utilitas umum adalah kelengkapan sarana pelayanan lingkungan yang memungkinkan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mencakup sistem penyediaan air
bersih, sistem drainase air hujan, sistem pembuangan limbah, sistem persampahan,
sistem penyediaan energi listrik, sistem jaringan gas, sistem telekomunikasi dan lain-
lain;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
3
R DTR II - 3
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

56 Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional;
57 Wilayah perencanaan adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis
kabupaten/kota yang akan/perlu disusun rencana rincinya dalam hal ini RDTR
kabupaten/kota sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota
yang bersangkutan.
58 Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik;
59 Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan
karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.
59.1.1 KEDUDUKAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI
Sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun2007 tentang
Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang dirumuskan secara berjenjangmulai dari tingkat yang
sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci. DalamUndang – undang tersebut dinyatakan
bahwa Perencanaan Tata Ruang dilakukan untuk menghasilkan :
1. Rencana Umum Tata Ruang, secara hirarki terdiri atas :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota.
2. Rencana Rinci Tata Ruang, yang terdiri atas :
a. Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;
c. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten/Kota.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Kedudukan RDTR

Kedudukan Peraturan Zonasi dalam Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang diperkenalkan satu perangkat Pengendalian Pemanfaatan Ruang, yaitu
Peraturan Zonasi. Pengertian Peraturan Zonasi adalah :
1. Ketentuan Umum (Pasal 1) dan Penjelasan Umum angka 6 :
“Peraturan Zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang Persyaratan
Pemanfaatan Ruang dan Ketentuan Pengendaliannya dan disusun untuk setiap Blok/Zona

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
4
R DTR II - 4
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Peruntukan yang Penetapan Zonanya dalam Rencana Rinci TataRuang” (definisi ini yang
digunakan dalam PP No. 26/2008 tentang RTRWNPasal 1 angka 27).
2. Penjelasan Pasal 36 Ayat 1 :
“Peraturan Zonasi merupakan ketentuan yang mengatur Pemanfaatan Ruang dan
Unsur–unsur Pengendalian yang disusun untuk setiap Zona Peruntukansesuai dengan
Rencana Rinci Tata Ruang”.
Fungsi Peraturan Zonasi adalah sebagai salah satu Perangkat Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui Penetapan
Peraturan Zonasi, Perizinan, Pemberian Insentif dan Disinsentif serta Pengenaan Sanksi
(Pasal 35) serta sebagai PedomanPengendalian Pemanfaatan Ruang (Pasal 36 Ayat
2). Pelaksanaan RRTRuntuk mengoperasionalkan RUTR harus tetap mematuhi batasan
yang telahdiatur dalam Rencana Rinci dan Peraturan Zonasi.Penyempurnaan RRTR
berdasarkan aspirasi masyarakat harus tetap mematuhi batasan yang telah diaturdalam
Rencana Rinci dan Peraturan Zonasi (Penjelasan Pasal 14 Ayat 1). Peraturan zonasi
yang melengkapi Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota menjadi salah satu
dasar dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan RencanaUmum Tata Ruang dan Rencana Rinci Tata Ruang
(Penjelasan Umum angka 6).

Gambar 2.2Kedudukan Peraturan Zonasi RDTR BWP Kuala Kapuas

Dalam Undang – undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang danPeraturan
Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, terdapat
beberapa jenis Peraturan Zonasi, sebagai berikut :
1. Peraturan Zonasi yang menjadi bagian dari RTRW/RTR (Indikasi Arahan PZ sistem
Nasional dan Provinsi serta Ketentuan Umum PZ Kabupaten/Kota).
2. Peraturan Zonasi sebagai dokumen tersendiri (umum dilaksanakan oleh Negara yang
menganut Regulatory System).
a. Tingkat Kedetailan Zona setara dengan RDTR atau bagian dari Rencana Rinci.
b. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 memberikan Alternatif PZ
digabung/terpisah dari Dokumen RDTR.

Sebagai bagian dari Rencana Umum Tata Ruang, dikenal Peraturan Zonasi sebagai
berikut :

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
5
R DTR II - 5
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

1. INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI [Nasional dan Provinsi].


2. ARAHAN PERATURAN ZONASI [Nasional dan Provinsi].
3. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI [Kabupaten/Kota].

Sedangkan PERATURAN ZONASI dalam Penyusunan RDTR BWP Kuala Kapuas ini
merupakan Pengendalian dalam RDTR BWP tersebut.

59.1.2 FUNGSI, MANFAAT RDTR DAN PERATURAN ZONASI


A. FUNGSI RDTR DAN PERATURAN ZONASI
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi berfungsi sebagai :
1. Acuan bagi Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang lebih rinci dari Kegiatan Pemanfaatan
Ruang yang diatur dalam RTRW;
2. Acuan bagi Kegiatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di BWP Kuala Kapuas;
3. Acuan bagi Penerbitan Izin Pemanfaatan Ruang (Izin Lokasi Pembangunan dan Izin
Pelaksanaan Pembangunan); dan
4. Acuan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan
perangkat pengendalian lainnya;
5. Acuan dalam Penyusunan dan Sinkronisasi Program Pembangunan Sektoral dan
Daerah;
6. Acuan dalam Administrasi Pertanahan;
7. Dasar Penetapan Lokasi Investasi oleh Pemerintah dan Swasta atau Masyarakat.

B. MANFAAT RDTR DAN PERATURAN ZONASI


RDTR dan Peraturan Zonasi bermanfaat sebagai :
1. Penentu Lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan Fungsi dan
Lingkungan Permukiman dengan karakteristik tertentu;
2. Alat Operasionalisasi dalam Sistem Pengendalian dan Pengawasan
PelaksanaanPembangunan Fisik BWP Kuala Kapuas yang dilaksanakan oleh
Pemerintah,Pemerintah Daerah, Swasta dan/atau Masyarakat;
3. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam Struktur BWP Kuala Kapuas secara keseluruhan;dan
4. Ketentuan bagi Penetapan Kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
ProgramPengembangan Kawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangnya pada
Tingkat BWP atau Sub BWP.

59.1.3 MASA BERLAKU RDTR BWP KUALA KAPUAS


RDTR BWP Kuala Kapuas berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan
ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR BWP Kuala Kapuas dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
a. terjadi perubahan RTRW Kabupaten Kapuas yang mempengaruhi BWP RDTR BWP
Kuala Kapuas; atau
b. terjadi dinamika internal Kabupaten Kapuas yang mempengaruhi pemanfaatan ruang
secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar,
perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah.
RDTR BWP Kuala Kapuas di rencanakan selama 20 tahun, dimulai tahun 2013
sampai tahun 2033 dengan masa peninjauan sekali dalam 5 tahun perencanaan.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
6
R DTR II - 6
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

2.2 MUATAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)


2.2.1 TUJUAN PENATAAN BWP
Tujuan Penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akandicapai
sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan
alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapatdilengkapi Konsep
Pencapaian. Tujuan Penataan BWP berisi tema yang akandirencanakan di BWP.
Tujuan Penataan BWP berfungsi :
1. Sebagai Acuan untuk Penyusunan Rencana Pola Ruang, Penyusunan Rencana Jaringan
Prasarana, Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya, Penyusunan
Ketentuan Pemanfaatan Ruang, Penyusunan Peraturan Zonasi; dan
2. Menjaga Konsistensi dan Keserasian Pengembangan Kawasan Perkotaandengan RTRW.
Perumusan Tujuan Penataan BWP didasarkan pada :
1. Arahan Pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
2. Isu Strategis BWP antara lain Potensi, Masalah dan Urgensi Penanganan; dan
3. Karakteristik BWP.
Tujuan Penataan BWP dirumuskan dengan mempertimbangkan :
1. Keseimbangan dan Keserasian antar bagian dari Wilayah Kabupaten/Kota;
2. Fungsi dan Peran BWP;
3. Potensi Investasi;
4. Kondisi Sosial dan Lingkungan BWP;
5. Peran Masyarakat dalam Pembangunan; dan
6. Prinsip – prinsip yang merupakan Penjabaran dari Tujuan tersebut.
2.2.2 RENCANA POLA RUANG
Rencana Pola Ruang dalam RDTR merupakan Rencana Distribusi Sub
ZonaPeruntukan meliputi Hutan Lindung; Zona yang memberikan Perlindungan
terhadapZona di bawahnya; Zona Perlindungan Setempat; Perumahan; Perdagangan
danJasa; Perkantoran; Industri dan RTNH ke dalam Blok – blok. Rencana Pola Ruangdimuat
dalam Peta yang juga berfungsi sebagai Zoning Map bagi Peraturan Zonasi.

Rencana Pola Ruang berfungsi sebagai :


1. Alokasi Ruang untuk berbagai Kegiatan Sosial, Ekonomi serta Kegiatan Pelestarian
Fungsi Lingkungan dalam BWP;
2. Dasar Penerbitan Izin Pemanfaatan Ruang;
3. Dasar Penyusunan RTBL; dan
4. Dasar Penyusunan Rencana Jaringan Prasarana.
Rencana Pola Ruang dirumuskan berdasarkan :
1. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup dalam BWP; dan
2. Perkiraan Kebutuhan Ruang untuk Pengembangan Kegiatan Sosial Ekonomi
danPelestarian Fungsi Lingkungan.
Rencana Pola Ruang dirumuskan dengan Kriteria :
1. Mengacu pada Rencana Pola Ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW;
2. Memperhatikan Rencana Pola Ruang bagian Wilayah yang Berbatasan;
3. Memperhatikan Mitigasi dan Adaptasi Bencana pada BWP termasuk DampakPerubahan
Iklim; dan
4. Menyediakan RTH dan RTNH untuk Menampung Kegiatan Sosial, Budaya danEkonomi
Masyarakat.
Rencana Pola Ruang RDTR terdiri atas :
1. Zona Lindung yang meliputi :
a. Zona Hutan Lindung;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
7
R DTR II - 7
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

b. Zona yang memberikan Perlindungan terhadap Zona di bawahnya yang meliputi


Resapan Air;
c. Zona Perlindungan Setempat yang meliputi Sempadan Pantai, Sempadan Sungai,
Zona Sekitar Danau atau Waduk dan Zona Sekitar Mata Air;
d. Zona RTH Kota yang antara lain meliputi Taman RT, Taman RW, Taman Kota dan
Pemakaman;
e. Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya;
f. Zona Rawan Bencana Alam yang antara lain meliputi Zona Rawan Tanah Longsor,
dan Zona Rawan Banjir; dan
g. Zona Lindung Lainnya.
2. Zona Budidaya yang meliputi :
a. Zona Perumahan yang dapat dirinci ke dalam Perumahan dengan Kepadatan Sangat
Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah dan Sangat Rendah (bila diperlukan dapat dirinci
lebih lanjut ke dalam Rumah Susun, Rumah Kopel, Rumah Deret, Rumah Tunggal,
Rumah Taman dan sebagainya); Zona Perumahan juga dapat dirinci berdasarkan
kekhususan Jenis Perumahan, seperti Perumahan Tradisional, Rumah
Sederhana/Sangat Sederhana, Rumah Sosial dan Rumah Singgah;
b. Zona Perdagangan dan Jasa meliputi Perdagangan Jaasa Deret danPerdagangan
Jasa Tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut kedalam Lokasi PKL, Pasar
Tradisional, Pasar Modern, Pusat Perbelanjaan dan sebagainya);
c. Zona Perkantoran meliputi Perkantoran Pemerintah dan Perkantoran Swasta;
d. Zona Sarana Pelayanan Umum meliputi Sarana Pelayanan Umum Pendidikan, Sarana
Pelayanan Umum Transportasi, Sarana Pelayanan Umum Kesehatan, Sarana
Pelayanan Umum Olah Raga, Sarana Pelayanan Umum Sosial Budaya dan Sarana
Pelayanan Umum Peribadatan;
e. Zona Industri meliputi Industri Kimia Dasar, Industri Mesin dan LogamDasar,
Industri Kecil dan Aneka Industri;
f. Zona Khusus berada di Kawasan Perkotaan dan tidak termasuk ke dalam zona
sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5 antara lain meliputi
Zona untuk keperluan Pertahanan dan Keamanan, Zona Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), Zona Tempat Pemrosesan Akhir(TPA) dan Zona Khusus Lainnya;
g. Zona Lainnya, yang tidak selalu berada di Kawasan Perkotaan yang antara lain
meliputi Zona Pertanian, Zona Pertambangan dan Zona Pariwisata; dan
h. Zona Campuran, yaitu Zona Budidaya dengan beberapa Peruntukan Fungsi dan/atau
bersifat Terpadu seperti Perumahan dan Perdagangan/Jasa, Perumahan,
Perdagangan/Jasa dan Perkantoran.
Kriteria Pengklasifikasian Zona dan Sub Zona sebagai berikut :
1. Apabila pada BWP hanya terdapat satu Jenis Sub Zona dari Zona tertentu, Sub Zona
tersebut dapat dijadikan Zona tersendiri. Sub Zona juga dapat dijadikan Zona tersendiri
apabila Sub Zona tersebut memiliki Luas yang signifikan ataumemiliki Persentase yang
besar terhadap Luas BWP.
2. Apabila diperlukan, Sub Zona dapat dibagi lagi menjadi beberapa Sub Zona.
3. Zona/Sub Zona/ Sub Sub Zona memiliki Luas Minimum 5 (Lima) Hektar didalam BWP.
Apabila Luasnya kurang dari 5 (Lima) Hektar, Zona/Sub Zona/SubSub Zona dihilangkan
dari Klasifikasi Zona dan dimasukkan ke Daftar Kegiatan di dalam Matriks ITBX.
Peta Rencana Pola Ruang (Zoning Map) digambarkan dengan Ketentuan sebagai
berikut :
1. Rencana Pola Ruang digambarkan dalam Peta dengan Skala atau Tingkat Ketelitian
minimal 1 : 5.000 dan mengikuti Ketentuan mengenai Sistem Informasi Geografis yang
dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga yang berwenang;
2. Cakupan Rencana Pola Ruang meliputi Ruang Darat dan/atau Ruang Laut dengan
Batasan 4 (Empat) Mil Laut yang diukur dari Garis Pantai Wilayah Kabupaten/Kota atau
sampai Batas Negara yang disepakati secara Internasional apabila Kabupaten/Kota
terkait berbatasan Laut dengan Negara Lain;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
8
R DTR II - 8
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

3. Rencana Pola Ruang dapat digambarkan ke dalam beberapa lembar Peta yangtersusun
secara beraturan mengikuti Ketentuan yang berlaku;
4. Peta Rencana Pola Ruang juga berfungsi sebagai Zoning Map bagi Peraturan Zonasi;
dan
5. Peta Rencana Pola Ruang harus sudah menunjukkan Batasan Persil untuk Wilayah yang
sudah Terbangun.

2.2.3 RENCANA JARINGAN PRASARANA


Rencana Jaringan Prasarana merupakan Pengembangan Hierarki Sistem Jaringan
Prasarana yang ditetapkan dalam Rencana Struktur Ruang yang termuat dalam RTRW
Kabupaten/Kota.
Rencana Jaringan Prasarana berfungsi sebagai :
1. Pembentuk Sistem Pelayanan terutama Pergerakan di dalam BWP;
2. Dasar Perletakan Jaringan serta Rencana Pembangunan Prasarana dan Utilitasdalam BWP
sesuai dengan Fungsi Pelayanannya; dan
3. Dasar Rencana Sistem Pergerakan dan Aksesibilitas Lingkungan dalam RTBL dan
Rencana Teknis Sektoral.
Rencana Jaringan Prasarana dirumuskan berdasarkan :
1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang termuat dalam RTRW;
2. Kebutuhan Pelayanan dan Pengembangan bagi BWP;
3. Rencana Pola Ruang BWP yang termuat dalam RDTR;
4. Sistem Pelayanan terutama Pergerakan sesuai Fungsi dan Peran BWP; dan
5. Ketentuan Peraturan Perundang – undangan Terkait.
Rencana Jaringan Prasarana dirumuskan dengan Kriteria :
1. Memperhatikan Rencana Struktur Ruang bagian Wilayah Lainnya dalam Wilayah
Kabupaten/Kota dan/atau Wilayah Administrasi Kabupaten/Kota Sekitarnya yang
berbatasan langsung dengan BWP;
2. Menjamin Keterpaduan dan Prioritas Pelaksanaan Pembangunan Prasarana dan Utilitas
pada BWP;
3. Mengakomodasi Kebutuhan Pelayanan Prasarana dan Utilitas BWP; dan
4. Mengakomodasi Kebutuhan Fungsi dan Peran Pelayanan Kawasan di dalam Struktur
Ruang BWP.
Materi Rencana Jaringan Prasarana meliputi :
1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan merupakan seluruh JaringanPrimer dan
Jaringan Sekunder pada BWP yang meliputi Jalan Arteri, JalanKolektor, Jalan Lokal, Jalan
Lingkungan dan Jaringan Jalan Lainnya yang belumtermuat dalam RTRW
Kabupaten/Kota, terdiri atas :
a. Jaringan Jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder;
b. Jaringan Jalan Kolektor Primer dan Kolektor Sekunder;
c. Jaringan Jalan Lokal Primer dan Lokal Sekunder;
d. Jaringan Jalan Lingkungan Primer dan Lingkungan Sekunder; dan
e. Jaringan Jalan Lainnya yang meliputi :
 Jalan Masuk dan Keluar Terminal Barang serta Terminal Orang/Penumpang sesuai
Ketentuan yang berlaku (Terminal Tipe A, B dan C hingga Pangkalan Angkutan
Umum);
 Jaringan Jalan Moda Transportasi Umum (Jalan Masuk dan KeluarnyaTerminal
Barang/Orang hingga Pangkalan Angkutan Umum dan Halte);dan
 Jalan Masuk dan Keluar Parkir.
Dalam hal terdapat Jalur Kereta Api, Jalur Pelayaran dan Jalur Pejalan Kaki/Sepeda,
selain memuat Jaringan Pergerakan sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
9
R DTR II - 9
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

dengan angka 5, Rencana Jaringan Pergerakan juga harus memuat Rencana Jalur Kereta
Api, Jalur Pelayaran dan Jalur Pejalan Kaki/Sepeda.
2. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan merupakan penjabaran dari Jaringan
Distribusi dan Pengembangannya berdasarkan Prakiraan Kebutuhan Energi/Kelistrikan di
BWP yang termuat dalam RTRW, terdiri atas :
a. Jaringan Sub Transmisi yang berfungsi untuk menyalurkan Daya Listrik dariSumber
Daya Besar (Pembangkit) menuju Jaringan Distribusi Primer(Gardu Induk) yang
terletak di BWP (jika ada);
b. Jaringan Distribusi Primer (Jaringan SUTUT, SUTET dan SUTT) yang berfungsi untuk
menyalurkan Daya Listrik dari Jaringan Sub Transmisi menuju Jaringan Distribusi
Sekunder yang dilengkapi dengan Infrastruktur Pendukung yang meliputi :
 Gardu Induk yang berfungsi untuk menurunkan Tegangan dari Jaringan Sub
Transmisi (70 – 500 KV) menjadi Tegangan Menengah(20 KV); dan
 Gardu Hubung yang berfungsi untuk membagi Daya Listrik dari Gardu Induk menuju
Gardu Distribusi;
c. Jaringan Distribusi Sekunder yang berfungsi untuk Menyalurkan atau Menghubungkan
Daya Listrik Tegangan Rendah ke Konsumen yang dilengkapi dengan Infrastruktur
Pendukung berupa Gardu Distribusi yang berfungsi untuk menurunkan Tegangan
Primer (20 KV) menjadi TeganganSekunder (220 V /380 V).
Dalam hal terdapat Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi, selain memuat Jaringan
Energi/Kelistrikan sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampaidengan angka 3,
Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan juga harus memuatRencana Jaringan Pipa Minyak
dan Gas Bumi.
3. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi, terdiri atas :
a. Rencana Pengembangan Infrastruktur Dasar Telekomunikasi yang berupaPenetapan
Lokasi Pusat Automatisasi Sambungan Telepon;
b. Rencana Penyediaan Jaringan Telekomunikasi Telepon Kabel yang berupaPenetapan
Lokasi Stasiun Telepon Otomat, Rumah Kabel dan Kotak Pembagi;
c. Rencana Penyediaan Jaringan Telekomunikasi Telepon Nirkabel yangberupa
Penetapan Lokasi Menara Telekomunikasi termasuk Menara Base Transceiver Station
(BTS);
d. Rencana Pengembangan Sistem Televisi Kabel termasuk Penetapan Lokasi Stasiun
Transmisi;
e. Rencana Penyediaan Jaringan Serat Optik; dan
f. Rencana Peningkatan Pelayanan Jaringan Telekomunikasi.
4. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum berupa Rencana Kebutuhan dan Sistem
Penyediaan Air Minum, terdiri atas :
a. Sistem Penyediaan Air Minum Wilayah Kabupaten/Kota yang mencakup Sistem
Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan Perpipaan;
b. Bangunan Pengambil Air Baku;
c. Pipa Transmisi Air Baku dan Instalasi Produksi;
d. Pipa Unit Distribusi hingga Persil;
e. Bangunan Penunjang dan Bangunan Pelengkap; dan
f. Bak Penampung.
5. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase, terdiri atas :
a. Sistem Jaringan Drainase yang berfungsi untuk Mencegah Genangan; dan
b. Rencana Kebutuhan Sistem Jaringan Drainase yang meliputi Rencana Jaringan
Primer, Sekunder, Tersier dan Lingkungan di BWP.
Dalam hal Kondisi Topografi di BWP berpotensi terjadi Genangan, maka perlu dibuat
Kolam Retensi, Sistem Pemompaan dan Pintu Air.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
10
R DTR II - 10
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

6. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah


Jaringan Air Limbah meliputi Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat (OnSite) dan/atau
Terpusat (Off Site).
Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat, terdiri atas :
a. Bak Septik (Septic Tank); dan
b. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat, terdiri atas :
a. Seluruh Saluran Pembuangan; dan
b. Bangunan Pengolahan Air Limbah.
7. Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
Penyediaan Prasarana Lainnya direncanakan sesuai Kebutuhan Pengembangan BWP,
misalnya BWP yang berada pada Kawasan Rawan Bencana wajib menyediakan Jalur
Evakuasi Bencana yang meliputi Jalur Evakuasi dan Tempat Evakuasi Sementara yang
terintegrasi baik untuk Skala Kabupaten/Kota,Kawasan maupun Lingkungan. Jalur
Evakuasi Bencana dapat memanfaatkan Jaringan Prasarana dan Sarana yang sudah ada.
Peta Rencana Jaringan Prasarana digambarkan dengan Ketentuan sebagai berikut :
a. Peta Rencana Jaringan Prasarana memuat Jaringan Jalan dan Sistem Prasarana
Wilayah Lainnya yang digambarkan pada satu lembar Peta secara utuh dan dapat
digambarkan secara tersendiri untuk masing – masing Rencana Jaringan Prasarana;
b. Rencana Jaringan Prasarana digambarkan dalam Peta dengan Skala atauTingkat
Ketelitian minimal 1 : 5.000 dan mengikuti Ketentuan mengenai Sistem Informasi
Geografis yang dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga yang berwenang;
Rencana Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (apabila ada, disusun sesuai
kepentingannya) dapat disiapkan sebagai bagian dari Rencana Jaringan Prasarana atau
sebagai Rencana pada bab tersendiri yang memuat Rencana –rencana Mitigasi dan/atau
adaptasi untuk mewujudkan Daya Tahan danmengatasi Kerentanan terhadap Perubahan
Iklim pada suatu BWP.
2.2.4 PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya merupakan Upaya dalam
Rangka Operasionalisasi Rencana Tata Ruang yang diwujudkan ke dalam Rencana
Penanganan Sub BWP yang Diprioritaskan.
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya bertujuan untuk
Mengembangkan, Melestarikan, Melindungi, Memperbaiki, Mengkoordinasikan Keterpaduan
Pembangunan dan/atau Melaksanakan Revitalisasi di Kawasan yang bersangkutan yang
dianggap memiliki Prioritas Tinggi dibandingkan Sub BWP Lainnya. Sub BWP yang
Diprioritaskan Penanganannya merupakan Lokasi Pelaksanaan salah satu Program Prioritas
dari RDTR.
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya berfungsi sebagai :
1. Dasar Penyusunan RTBL dan Rencana Teknis Pembangunan Sektoral; dan
2. Dasar Pertimbangan dalam Penyusunan Indikasi Program Prioritas RDTR.
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya ditetapkan berdasarkan :
1. Tujuan Penataan BWP;
2. Nilai Penting Sub BWP yang akan ditetapkan;
3. Kondisi Ekonomi, Sosial Budaya dan Lingkungan Sub BWP yang akanditetapkan;
4. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup BWP; dan
5. Ketentuan Peraturan Perundang – undangan terkait.
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya ditetapkan dengan Kriteria:
1. Merupakan Faktor Kunci yang mendukung Perwujudan Rencana Pola Ruang dan Rencana
Jaringan Prasarana serta Pelaksanaan Peraturan Zonasi di BWP;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
11
R DTR II - 11
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

2. Mendukung Tercapainya Agenda Pembangunan dan Pengembangan Kawasan;


3. Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut Kepentingan Ekonomi, Sosial
Budaya, Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi, Fungsi dan Daya
Dukung Lingkungan Hidup dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai dengan
Kepentingan Pembangunan BWP; dan/atau
4. Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu Dikembangkan, Diperbaiki, Dilestarikan dan/atau
Direvitalisasi agar dapat mencapai Standar tertentu berdasarkanPertimbangan Ekonomi,
Sosial Budaya dan/atau Lingkungan.
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya harus memuat sekurang –
kurangnya :
1. Lokasi
Lokasi Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya digambarkan dalam Peta. Lokasi
tersebut dapat meliputi seluruh Wilayah Sub BWP yang ditentukan atau dapat juga
meliputi sebagian saja dari Wilayah Sub BWP tersebut. Batas Delineasi Lokasi Sub
BWP yang Diprioritaskan Penanganannya ditetapkan dengan mempertimbangkan :
a. Batas Fisik seperti Blok dan Sub Blok;
b. Fungsi Kawasan seperti Zona dan Sub Zona;
c.Wilayah Administratif seperti RT, RW, Desa/Kelurahan dan Kecamatan;
d. Penentuan secara Kultural Tradisional seperti Kampung, Desa Adat, Gampong dan
Nagari;
e. Kesatuan Karakteristik Tematik seperti Kawasan Kota Lama, Lingkungan Sentra
Perindustrian Rakyat, Kawasan Sentra Pendidikan, Kawasan Perkampungan
Tertentu dan Kawasan Permukiman Tradisional; dan
f. Jenis Kawasan seperti Kawasan Baru yang Berkembang Cepat, Kawasan Terbangun
yang memerlukan Penataan, Kawasan Dilestarikan, KawasanRawan Bencana dan
Kawasan Gabungan atau Campuran.
2. Tema Penanganan
Tema Penanganan adalah Program Utama untuk setiap Lokasi. Tema Penanganan
Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya, terdiriatas:
a. Perbaikan Prasarana, Sarana dan Blok/Kawasan, contohnya melalui Penataan
Lingkungan Permukiman Kumuh (Perbaikan Kampung) dan Penataan Lingkungan
Permukiman Nelayan;
b. Pengembangan kembali Prasarana, Sarana dan Blok/Kawasan, contohnya melalui
Peremajaan Kawasan, Pengembangan Kawasan Terpadu serta Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Kawasan Pasca Bencana;
c.Pembangunan Baru Prasarana, Sarana dan Blok/Kawasan, contohnya melalui
Pembangunan Kawasan Permukiman (Kawasan Siap Bangun/Lingkungan Siap
Bangun Berdiri Sendiri), PembangunanKawasan Terpadu, Pembangunan Desa
Agropolitan, Pembangunan Kawasan Perbatasan; dan/atau
d. Pelestarian/Pelindungan Blok/Kawasan, contohnya melalui PelestarianKawasan,
Konservasi Kawasan dan Revitalisasi Kawasan.
2.2.5 KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Ketentuan Pemanfaatan Ruang dalam RDTR merupakan Upaya Mewujudkan RDTR
dalam bentuk Program Pengembangan BWP dalam Jangka Waktu Perencanaan 5 (Lima)
Tahunan sampai akhir Tahun Masa Perencanaan sebagaimana diatur dalam Pedoman ini.
Ketentuan Pemanfaatan Ruang berfungsi sebagai :
1. Dasar Pemerintah dan Masyarakat dalam Pemrograman Investasi Pengembangan BWP;
2. Arahan untuk Sektor dalam Penyusunan Program;
3. Dasar Estimasi Kebutuhan Pembiayaan dalam Jangka Waktu 5 (Lima) Tahunan dan
Penyusunan Program Tahunan untuk setiap Jangka 5 (Lima) Tahun; dan
4. Acuan bagi Masyarakat dalam melakukan Investasi.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
12
R DTR II - 12
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Ketentuan Pemanfaatan Ruang disusun berdasarkan :


1. Rencana Pola Ruang dan Rencana Jaringan Prasarana;
2. Ketersediaan Sumber Daya dan Sumber Dana Pembangunan;
3. Kesepakatan para Pemangku Kepentingan dan Kebijakan yang ditetapkan;
4. Masukan dan Kesepakatan dengan para Investor; dan
5. Prioritas Pengembangan BWP dan Pentahapan Rencana Pelaksanaan Program sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah serta Rencana Terpadu dan Program
Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM).
Ketentuan Pemanfaatan Ruang disusun dengan Kriteria :
1. Mendukung Perwujudan Rencana Pola Ruang dan Rencana Jaringan Prasarana di BWP
serta Perwujudan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya;
2. Mendukung Program Penataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
3. Realistis, Objektif, Terukur dan dapat dilaksanakan dalam Jangka Waktu Perencanaan;
4. Konsisten dan Berkesinambungan terhadap Program yang disusun, baik dalam Jangka
Waktu Tahunan maupun Lima Tahunan; dan
5. Terjaganya Sinkronisasi Antar Program dalam satu kerangka Program Terpadu
Pengembangan Wilayah Kabupaten/Kota.
Program dalam Ketentuan Pemanfaatan Ruang, meliputi :
1. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas Program Pemanfaatan Ruang Prioritas merupakan
Program – program Pengembangan BWP yang diindikasikan memiliki bobot tinggi
berdasarkan tingkat kepentingan atau diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk
Mewujudkan Rencana Pola Ruang dan Rencana Jaringan Prasarana di BWP sesuai Tujuan
Penataan BWP.
Program Pemanfaatan Ruang dapat memuat Kelompok Program, sebagai berikut :
a. Program Perwujudan Rencana Pola Ruang di BWP, meliputi :
 Perwujudan Zona Lindung pada BWP termasuk di dalam Pemenuhan Kebutuhan
RTH; dan
 Perwujudan Zona Budidaya pada BWP yang terdiri atas :
 Perwujudan Penyediaan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum diBWP;
 Perwujudan Ketentuan Pemanfaatan Ruang untuk setiap jenis Pola Ruang;
 Perwujudan Intensitas Pemanfaatan Ruang Blok; dan/atau
 Perwujudan Tata Bangunan.
b. Program Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana di BWP, meliputi :
 Perwujudan Pusat Pelayanan Kegiatan di BWP; dan
 Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana untuk BWP mencakup pula Sistem Prasarana
Nasional dan Wilayah/Regional di dalam BWP,terdiri atas :
 Perwujudan Sistem Jaringan Pergerakan;
 Perwujudan Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan;
 Perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi;
 Perwujudan Sistem Jaringan Air Minum;
 Perwujudan Sistem Jaringan Drainase;
 Perwujudan Sistem Jaringan Air Limbah; dan/atau
 Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya.
c. Program Perwujudan Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya, terdiri
atas :
 Perbaikan Prasarana, Sarana dan Blok/Kawasan;
 Pembangunan Baru Prasarana, Sarana dan Blok/Kawasan;
 Pengembangan kembali Prasarana, Sarana dan Blok/Kawasan;dan/atau
 Pelestarian/Pelindungan Blok/Kawasan.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
13
R DTR II - 13
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

d. Program Perwujudan Ketahanan terhadap Perubahan Iklim dapat sebagai kelompok


program tersendiri atau menjadi bagian darikelompok program lainnya, disesuaikan
berdasarkan kebutuhannya.
2. Lokasi
Lokasi merupakan tempat dimana Usulan Program akan dilaksanakan.

3. Besaran
Besaran merupakan Perkiraan Jumlah satuan masing–masing Usulan Program Prioritas
Pengembangan Wilayah yang akan dilaksanakan.
4. Sumber Pendanaan
Sumber Pendanaan dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (APBN),
Swasta dan/atau Masyarakat.
5. Instansi Pelaksana
Instansi Pelaksana merupakan Pihak–pihak Pelaksana Program Prioritasyang meliputi
Pemerintah seperti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),Dinas Teknis Terkait dan/atau
Kementerian/Lembaga, Swasta dan/atauMasyarakat.
6. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Program direncanakan dalam kurun Waktu Perencanaan 20 (Dua Puluh)Tahun yang
dirinci setiap 5 (Lima) Tahunan dan masing – masing Programmempunyai durasi
pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan Program Prioritas
disesuaikan dengan pentahapan Jangka Waktu 5 Tahunan RPJP Daerah Kabupaten/Kota.

2.3 PERATURAN ZONASI


Peraturan Zonasi merupakan Ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
RDTR. Peraturan zonasi berfungsi sebagai :
1. Perangkat Operasional Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
2. Acuan dalam Pemberian Izin Pemanfaatan Ruang termasuk di dalamnya AirRight
Development dan Pemanfaatan Ruang di Bawah Tanah;
3. Acuan dalam Pemberian Insentif dan Disinsentif;
4. Acuan dalam Pengenaan Sanksi; dan
5. Rujukan Teknis dalam Pengembangan atau Pemanfaatan Lahan dan PenetapanLokasi
Investasi.
Peraturan Zonasi bermanfaat untuk :
1. Menjamin dan Menjaga Kualitas Ruang BWP Minimal yang ditetapkan;
2. Menjaga Kualitas dan Karakteristik Zona dengan Meminimalkan PenggunaanLahan yang
tidak sesuai dengan Karakteristik Zona; dan
3. Meminimalkan Gangguan atau Dampak Negatif terhadap Zona.
Peraturan Zonasi memuat Materi Wajib yang meliputi Ketentuan Kegiatandan
Penggunaan Lahan, Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang, Ketentuan TataBangunan,
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal, Ketentuan Pelaksanaan dan Materi Pilihan yang
terdiri atas Ketentuan Tambahan, Ketentuan Khusus, Standar Teknis dan Ketentuan
Pengaturan Zonasi.
Materi Wajib adalah Materi yang harus dimuat dalam Peraturan Zonasi.Sedangkan
Materi Pilihan adalah Materi yang perlu dimuat sesuai dengan Kebutuhan Daerah masing –
masing.
A. PENGELOMPOKAN MATERI
1. Materi Wajib
a. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan
Lahan adalah Ketentuan yang berisi Kegiatan dan Penggunaan Lahan yang
diperbolehkan, Kegiatan dan Penggunaan Lahan yang Bersyarat secara Terbatas,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
14
R DTR II - 14
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Kegiatan dan Penggunaan Lahan yang Bersyarat Tertentu dan Kegiatan dan
Penggunaan Lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu Zona.
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan dirumuskan berdasarkanKetentuan
maupun Standar yang terkait dengan Pemanfaatan Ruang, Ketentuan dalam
Peraturan Bangunan Setempat dan Ketentuan Khususbagi Unsur Bangunan atau
Komponen yang dikembangkan.
Ketentuan Teknis Zonasi terdiri atas :
Klasifikasi I = Pemanfaatan Diperbolehkan/DiizinkanKegiatan dan Penggunaan
Lahan yang termasuk dalam Klasifikasi Imemiliki sifat sesuai dengan Peruntukan
Ruang yang direncanakan.Pemerintah Kabupaten/Kota tidak dapat melakukan
Peninjauan atauPembahasan atau Tindakan Lain terhadap Kegiatan dan
PenggunaanLahan yang termasuk dalam Klasifikasi I.
Klasifikasi T = Pemanfaatan Bersyarat secara TerbatasPemanfaatan Bersyarat
secara Terbatas bermakna bahwa Kegiatan danPenggunaan Lahan dibatasi dengan
Ketentuan sebagai berikut :
 Pembatasan Pengoperasian baik dalam bentuk pembatasan waktu
beroperasinya suatu kegiatan di dalam sub zona maupun pembatasan jangka
waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang diusulkan;
 Pembatasan Intensitas Ruang baik KDB, KLB, KDH, Jarak Bebasmaupun
Ketinggian Bangunan. Pembatasan ini dilakukan denganmenurunkan nilai
maksimal dan meninggikan nilai minimal dariIntensitas Ruang dalam Peraturan
Zonasi;
 Pembatasan Jumlah Pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkantelah ada
mampu melayani kebutuhan dan belum memerlukan tambahan, maka
pemanfaatan tersebut tidak boleh diizinkan ataudiizinkan terbatas dengan
pertimbangan – pertimbangan khusus.Contoh : dalam sebuah Zona Perumahan
yang berdasarkan StandarTeknis telah cukup Jumlah Fasilitas Peribadatannya,
maka AktivitasRumah Ibadah termasuk dalam Klasifikasi T.
Klasifikasi B = Pemanfaatan Bersyarat TertentuPemanfaatan Bersyarat Tertentu
bermakna bahwa untuk mendapatkanIzin atas suatu Kegiatan atau Penggunaan
Lahan diperlukan Persyaratan– persyaratan tertentu yang dapat berupa
Persyaratan Umum dan Persyaratan Khusus. Persyaratan dimaksud diperlukan
mengingatPemanfaatan Ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi
lingkungan sekitarnya.
Contoh Persyaratan Umum, antara lain :
 Dokumen AMDAL;
 Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan UpayaPemantauan
Lingkungan (UPL);
 Dokumen Analisis Dampak Lalu lintas (ANDALIN); dan
 Pengenaan Disinsentif misalnya Biaya Dampak Pembangunan(Development
Impact Fee).
Contoh Persyaratan Khusus misalnya diwajibkan menambah TempatParkir,
Menambah Luas RTH dan Memperlebar Pedestrian.
Klasifikasi X = Pemanfaatan yang tidak Diperbolehkan
Kegiatan dan Penggunaan Lahan yang termasuk dalam Klasifikasi Xmemiliki sifat
tidak sesuai dengan Peruntukan Lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan
dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.Kegiatan dan Penggunaan
Lahan yang termasuk dalam Klasifikasi X tidak boleh diizinkan pada Zona yang
bersangkutan. Penentuan I, T, B dan X untuk Kegiatan dan Penggunaan Lahan
pada suatu Zonasi didasarkan pada :
 Pertimbangan Umum
Pertimbangan Umum berlaku untuk semua jenis Penggunaan Lahan antara lain
Kesesuaian dengan Arahan Pemanfaatan Ruang dalamRencana Tata Ruang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
15
R DTR II - 15
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota,Keseimbangan antara Kawasan Lindung dan


Kawasan Budidayadalam suatu Wilayah, Kelestarian Lingkungan (Perlindungan
dan Pengawasan terhadap Pemanfaatan Air, Udara dan Ruang Bawah Tanah),
toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak terhadap peruntukan yang
ditetapkan serta Kesesuaian dengan Kebijakan Lainnya yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
 Pertimbangan Khusus
Pertimbangan Khusus berlaku untuk masing – masing Karakteristik Guna Lahan,
Kegiatan atau Komponen yang akan dibangun. Pertimbangan Khusus dapat
disusun berdasarkan Rujukan mengenai Ketentuan atau Standar yang berkaitan
dengan Pemanfaatan Ruang, Rujukan mengenai Ketentuan dalam Peraturan
Bangunan Setempat dan Rujukan mengenai Ketentuan Khusus bagi Unsur
Bangunan atau Komponen yang dikembangkan.
b. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang adalah ketentuan mengenaibesaran
Pembangunan yang diperbolehkan pada suatu Zona, meliputi :
 KDB Maksimum
KDB Maksimum ditetapkan dengan Mempertimbangkan Tingkat Pengisian atau
Peresapan Air, Kapasitas Drainase dan Jenis Penggunaan Lahan.
 KLB Maksimum
KLB maksimum ditetapkan dengan Mempertimbangkan Harga Lahan,
Ketersediaan dan Tingkat Pelayanan Prasarana (Jalan), Dampak atau
Kebutuhan terhadap Prasarana Tambahan serta Ekonomi dan Pembiayaan.
 Ketinggian Bangunan Maksimum; dan
 KDH Minimal
KDH Minimal digunakan untuk Mewujudkan RTH dan diberlakukan secara
Umum pada suatu Zona. KDH Minimal ditetapkan denganMempertimbangkan
Tingkat Pengisian atau Peresapan Air dan Kapasitas Drainase.
Beberapa Ketentuan lain dapat ditambahkan dalam Intensitas Pemanfaatan Ruang,
meliputi :
 Koefisien Tapak Basement (KTB) Maksimum KTB Maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan KDH Minimal.
 Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) Maksimum;
 Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum; dan
Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan Faktor Kesehatan (Ketersediaan Air Bersih, Sanitasi,
Sampah, Cahaya Matahari, Aliran Udara dan Ruang Antar Bangunan), Faktor
Sosial (Ruang Terbuka Privat, Privasi serta Perlindungan dan Jarak Tempuh
terhadap Fasilitas Lingkungan), Faktor Teknis (Resiko Kebakaran dan
Keterbatasan Lahan untuk Bangunan atau Rumah) dan Faktor Ekonomi (Biaya
Lahan, Ketersediaan dan Ongkos Penyediaan Pelayanan Dasar).
 Kepadatan Penduduk Maksimal
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang mendetailkan lebih lanjut Intensitas
Pemanfaatan Ruang yang diatur dalam Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
pada RTRW Kabupaten/Kota atau juga bisa berisi sama dengan Intensitas
Pemanfaatan Ruang yang diatur dalamKetentuan Umum Peraturan Zonasi pada
RTRW Kabupaten/Kota.Intensitas Pemanfaatan Ruang yang terdapat dalam
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dapat didetailkan kembali lebih lanjut
dalam RTBL.
c.Ketentuan Tata Bangunan
Ketentuan Tata Bangunan adalah Ketentuan yang mengatur Bentuk, Besaran,
Peletakan dan Tampilan Bangunan pada suatu Zona.Komponen Ketentuan Tata
Bangunan minimal, terdiri atas :
 GSB Minimal yang ditetapkan dengan Mempertimbangkan Keselamatan, Resiko
Kebakaran, Kesehatan, Kenyamanan dan Estetika;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
16
R DTR II - 16
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

 Tinggi Bangunan Maksimum atau Minimal yang ditetapkan dengan


mempertimbangkan Keselamatan, Resiko Kebakaran, Teknologi, Estetika, dan
Parasarana;
 Jarak Bebas Antar Bangunan Minimal yang harus memenuhi Ketentuan tentang
Jarak Bebas yang ditentukan oleh Jenis Peruntukan dan Ketinggian Bangunan;
dan
 Tampilan Bangunan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan Warna
Bangunan, Bahan Bangunan, Tekstur Bangunan, Muka Bangunan, Gaya
Bangunan, Keindahan Bangunan serta Keserasian Bangunan dengan
Lingkungan Sekitarnya.
Ketentuan Tata Bangunan mendetailkan lebih lanjut Tata Bangunanyang diatur
dalam Ketentuan Umum Peraturan Zonasi pada RTRW Kabupaten/Kota atau juga
dapat berisi sama dengan Tata Bangunan yang diatur dalam Ketentuan Umum
Peraturan Zonasi pada RTRWKabupaten/Kota. Tata Bangunan yang terdapat dalam
Ketentuan Tata Bangunan Ruang dapat didetailkan kembali lebih lanjut dalam
RTBL.
d. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal berfungsi sebagai Kelengkapan Dasar
Fisik Lingkungan dalam rangka Menciptakan Lingkungan yang Nyaman melalui
Penyediaan Prasarana dan Saranayang sesuai agar Zona berfungsi secara Optimal.
Prasarana yang diatur dalam Peraturan Zonasi dapat berupa PrasaranaParkir,
Aksesibilitas untuk Difabel, Jalur Pedestrian, Jalur Sepeda, Bongkar Muat, Dimensi
Jaringan Jalan, Kelengkapan Jalan danKelengkapan Prasarana Lainnya yang
diperlukan.
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal ditetapkan sesuai dengan Ketentuan
mengenai Prasarana dan Sarana yang diterbitkan olehInstansi yang berwenang.
e. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan Pelaksanaan terdiri atas :
 Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang yang merupakan Ketentuan yang
memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu dengan
tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam Peraturan
Zonasi. Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika Pemanfaatan Ruang
Mikro dan sebagai dasar antara lain Transfer Of Development Rights (TDR) dan
Air Right Development yang dapat diatur lebih lanjut dalam RTBL.
 ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif yang merupakan Ketentuan yang
memberikan Insentif bagi Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan
Rencana Tata Ruang dan memberikan dampak positif bagi Masyarakat serta
yang memberikan Disinsentif bagi Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang tidak
sejalan dengan Rencana Tata Ruang dan memberikan dampak negatif bagi
Masyarakat.
Insentif dapat berbentuk kemudahan Perizinan, Keringanan Pajak, Kompensasi,
Imbalan, Subsidi Prasarana, Pengalihan Hak Membangun dan Ketentuan Teknis
Lainnya. Sedangkan Disinsentif dapat berbentuk antara lain Pengetatan
Persyaratan, Pengenaan Pajak dan Retribusi yang tinggi, Pengenaan Denda,
Pembatasan Penyediaan Prasarana dan Sarana atau Kewajiban untuk
Penyediaan Prasarana dan Sarana Kawasan.
f. Ketentuan untuk Penggunaan Lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan
Peraturan Zonasi.
Ketentuan ini berlaku untuk Pemanfaatan Ruang yang Izinnya diterbitkan sebelum
Penetapan RDTR/Peraturan Zonasi dan dapat dibuktikan bahwa Izin tersebut
diperoleh sesuai dengan Prosedur yang benar.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
17
R DTR II - 17
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

2. Materi Pilihan
a. Ketentuan Tambahan
Ketentuan Tambahan adalah Ketentuan Lain yang dapat ditambahkan pada suatu
Zona untuk melengkapi Aturan Dasar yang sudah ditetapkan. Ketentuan Tambahan
berfungsi memberikan Aturan padakondisi yang spesifik pada Zona Tertentu dan
belum diatur dalam Ketentuan Dasar.
b. Ketentuan Khusus
Ketentuan Khusus adalah ketentuan yang mengatur Pemanfaatan Zona yang memiliki
Fungsi Khusus dan diberlakukan Ketentuan Khusus sesuai dengan Karakteristik Zona
dan Kegiatannya.Selain itu, Ketentuan pada Zona – zona yang digambarkan di Peta
Khusus yang memiliki Pertampalan (Overlay) dengan Zona Lainnya.
Komponen Ketentuan Khusus, meliputi :
 Zona Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
 Zona Cagar Budaya atau Adat;
 Zona Rawan Bencana;
 Zona Pertahanan Keamanan (Hankam);
 Zona Pusat Penelitian;
 Zona Pengembangan Nuklir;
 Zona Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit ListrikTenaga Uap
(PLTU);
 Zona Gardu Induk Listrik;
 Zona Sumber Air Baku; dan
 Zona BTS.
Ketentuan mengenai Penerapan Aturan Khusus pada Zona – zonaKhusus di atas
ditetapkan sesuai dengan Ketentuan yang diterbitkanoleh Instansi yang berwenang.
c. Standar Teknis
Standar Teknis adalah Aturan – aturan Teknis Pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan/Standar/Ketentuan Teknis yang berlaku serta berisi Panduan
yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Standar Teknis yang
digunakan dalam Penyusunan RDTR mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI)
antara lain SNI Nomor 03 – 1733 – 2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan Lingkungan dan/atauStandar Lain.
Tujuan Standar Teknis adalah memberikan kemudahan dalammenerapkan Ketentuan
Teknis yang diberlakukan di setiap Zona.
d. Ketentuan Pengaturan Zonasi
Ketentuan Pengaturan Zonasi adalah Varian dari Zonasi Konvensional yang
dikembangkan untuk memberikan Fleksibilitas dalam Penerapan Aturan Zonasi; dan 
Ditujukan untuk Mengatasi berbagai Permasalahan dalam Penerapan Peraturan Zonasi
Dasar;
e. Ketentuan Pengaturan Zonasi berfungsi untuk Memberikan Fleksibilitas dalam
Penerapan Peraturan Zonasi dasar sertamemberikan pilihan penanganan pada lokasi
tertentu sesuai dengan Karakteristik, Tujuan Pengembangan dan Permasalahan
yangdihadapi pada Zona tertentu, sehingga Sasaran Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dapat dicapai secara lebih efektif.

2.4 PROSEDUR PENYUSUNAN RTDR DAN PERATURAN ZONASI


Prosedur Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi meliputi Proses dan Jangka Waktu
Penyusunan, Pelibatan Masyarakat serta Pembahasan RancanganRDTR dan Peraturan
Zonasi.
Prosedur Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi dapat dibedakan menjadi :
1. Prosedur Penyusunan RDTR; dan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
18
R DTR II - 18
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

2. Prosedur Penyusunan Peraturan Zonasi yang berisi Zoning Text dan Zoning Map (apabila
RDTR tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai Perda sebelum keluarnya Pedoman
ini).
Proses dan jangka waktu penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi adalah sebagai
berikut:
1. Proses dan Jangka Waktu Penyusunan RDTR
Proses Penyusunan RDTR mencakup Kegiatan Pra Persiapan Penyusunan, Persiapan
Penyusunan, Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Perumusan Konsepsi RDTR.
a. Pra Persiapan Penyusunan RDTR
Pra Persiapan Penyusunan RDTR, terdiri atas :
 Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR;
 Penentuan Metodologi yang digunakan; dan
 Penganggaran Kegiatan Penyusunan RDTR.
b. Persiapan Penyusunan RDTR.
Persiapan Penyusunan RDTR, terdiri atas :
 Persiapan Awal, yaitu Upaya Pemahaman terhadap KAK/TOR Penyiapan Anggaran
Biaya;
 Kajian Awal Data Sekunder, yaitu Review RDTR Sebelumnya dan Kajian Awal RTRW
Kabupaten/Kota dan Kebijakan Lainnya;
 Persiapan Teknis Pelaksanaan meliputi Penyusunan Metodologi/Metode dan Teknik
Analisis Rinci serta Penyiapan Rencana Survei.
c. Pengumpulan Data
Untuk keperluan Pengenalan Karakteristik BWP dan Penyusunan Rencana Pola Ruang
dan Rencana Jaringan Prasarana BWP, dilakukan Pengumpulan Data Primer dan Data
Sekunder.
Pengumpulan Data Primer setingkat Kelurahan dilakukan melalui :
 Penjaringan Aspirasi Masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui Penyebaran
Angket, Temu Wicara, Wawancara Orang Per Orang dan Lain Sebagainya;
dan/atau
 Pengenalan Kondisi Fisik dan Sosial Ekonomi BWP secara langsung melalui
Kunjungan ke semua bagian dari Wilayah Kabupaten/Kota.
Data yang dihimpun dalam Pengumpulan Data, meliputi :
 Data Wilayah Administrasi;
 Data Fisiografis;
 Data Kependudukan;
 Data Ekonomi dan Keuangan;
 Data Ketersediaan Prasarana dan Sarana ;
 Data Peruntukan Ruang;
 Data Penguasaan, Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan;
 Data terkait Kawasan dan Bangunan (Kualitas, Intensitas Bangunan, Tata
Bangunan); dan
 Peta Dasar Rupa Bumi dan Peta Tematik yang dibutuhkan, Penguasaan Lahan,
Penggunaan Lahan, Peta Peruntukan Ruang pada Skala atau Tingkat Ketelitian
minimal Peta 1 : 5.000.
Seperti halnya dalam Penyusunan RTRW, Tingkat Akurasi Data, Sumber Penyedia
Data, Kewenangan Sumber atau Instansi Penyedia Data, Tingkat Kesalahan, Variabel
Ketidakpastian serta Variabel – variable Lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan
dalam Pengumpulan Data. Data dalam bentuk Data Statistik dan Peta serta Informasi
yang dikumpulkan berupa Data Tahunan (Time Series) minimal 5 (Lima) Tahun
Terakhir dengan kedalaman data setingkat Kelurahan. Data berdasarkan kurun waktu
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada
bagian dari Wilayah Kabupaten/Kota.
d. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan Analisis Data untuk Penyusunan RDTR, meliputi :
 Analisis Karakteristik Wilayah, meliputi :

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
19
R DTR II - 19
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

 Kedudukan dan Peran bagian dari Wilayah Kabupaten/Kotadalam Wilayah yang


lebih luas (Kabupaten/Kota);
 Keterkaitan antar Wilayah Kabupaten/Kota dan antara Bagian dari Wilayah
Kabupaten/Kota;
 Keterkaitan antar Komponen Ruang di BWP;
 Karakteristik Fisik Bagian dari Wilayah Kabupaten/Kota;
 Kerentanan terhadap Potensi Bencana termasuk Perubahan Iklim;
 Karakteristik Sosial Kependudukan;
 Karakteristik Perekonomian; dan
 Kemampuan Keuangan Daerah.
 Analisis Potensi dan Masalah Pengembangan BWP, meliputi :
 Analisis Kebutuhan Ruang; dan
 Analisis Perubahan Pemanfaatan Ruang.
 Analisis Kualitas Kinerja Kawasan dan Lingkungan.
Keluaran dari Pengolahan Data, meliputi :
 Potensi dan Masalah Pengembangan di BWP;
 Peluang dan Tantangan Pengembangan;
 Kecenderungan Perkembangan;
 Perkiraan Kebutuhan Pengembangan di BWP;
 Intensitas Pemanfaatan Ruang sesuai dengan Daya Dukung dan Daya Tampung
(termasuk Prasarana/Infrastruktur dan Utilitas); dan
 Teridentifikasinya Indikasi Arahan Penanganan Kawasan dan Lingkungan.
e. Perumusan Konsep RDTR
Perumusan Konsep RDTR dilakukan dengan :
 Mengacu pada RTRW;
 Mengacu pada Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Bidang Penataan Ruang; dan
 Memperhatikan RPJP Kabupaten/Kota dan RPJM Kabupaten/Kota.
Konsep RDTR dirumuskan berdasarkan Hasil Analisis yang telah dilakukan sebelumnya
dengan menghasilkan beberapa Alternatif Konsep Pengembangan Wilayah, yang berisi
:
 Rumusan tentang Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah
Kabupaten/Kota; dan
 Konsep Pengembangan Wilayah Kabupaten/Kota.Setelah dilakukan beberapa kali
iterasi, dipilih Alternatif terbaik sebagai Dasar Perumusan RDTR. Hasil Kegiatan
Perumusan Konsepsi RDTR,terdiri atas :
 Tujuan Penataan BWP;
 Rencana Pola Ruang;
 Rencana Jaringan Prasarana;
 Penetapan dari bagian Wilayah RDTR yang Diprioritaskan Penanganannya;
 Ketentuan Pemanfaatan Ruang; dan
 Peraturan Zonasi.
f. Jangka Waktu Penyusunan RDTR
Jangka waktu penyusunan RDTR berkisar antara 10–13 bulan terhitung sejak
dimulainya Proses Penyusunan RDTR. Keseluruhan Jangka Waktu Proses penyusunan
RDTR dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
20
R DTR II - 20
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Tabel 2.1 Jangka Waktu Penyusunan RDTR

CATATAN:
Proses penyusunan peraturan zonasi sebagai bagian dari RDTR dilakukan secara pararel
dengan penyusunan RDTR. Oleh karena itu tahap pra persiapan dan persiapan penyusunan
peraturan zonasi sama dengan proses serupa dalam penyusunan RDTR.

2. Prosedur dan Jangka Waktu Penyusunan Peraturan Zonasi yang Berisi Zoning Text dan
Zoning Map (hanya apabila RDTR Tidak Disusun atau Telah Ditetapkan sebagai Perda
dan belum mengatur peraturan zonasi)
Peraturan zonasi sebagai dokumen tersendiri memuat secara lengkap zoning map dan
zoning text untuk keseluruhan kota yang telah disusun RDTR-nya.
Proses penyusunan peraturan zonasi meliputi:
a. Pra Persiapan
Kegiatan pra persiapan dilakukan oleh pemerintah daerah dan tim teknis.
Kegiatan dalam tahap pra persiapan yang dilakukan oleh pemda meliputi:
 penyusunan kerangka acuan kerja (KAK);
 penganggaran kegiatan penyusunan peraturan zonasi;
 penetapan tim penyusun;
 pemenuhan dokumen tender terutama penetapan tenaga ahli yang terdiri atas:
 ahli perencanaan wilayah dan kota;
 arsitek dan/atau perancang kota;
 ahli sipil;
 ahli lingkungan;
 ahli hukum;
 ahli sosial; dan
 keahlian khusus lainnya yang sesuai dengan karateristik kawasan.
Kegiatan dalam tahap pra persiapan yang dilakukan oleh tim teknis meliputi:
 penyusunan usulan teknis;
 penyusunan anggaran biaya;
 metodologi;
 penyusunan rencana kerja; dan
 persiapan tim pelaksana sesuai dengan persyaratan tender.
Hasil pelaksanaan kegiatan pra persiapan ialah tersusunnya kerangka kerja,
metodologi, dan rencana anggaran biaya untuk kebutuhan penyusunan peraturan
zonasi.Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pra persiapan adalah 1 (satu) bulan.
b. Persiapan Penyusunan Peraturan Zonasi
Kegiatan Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan meliputi:
 persiapan awal pelaksanaan, mencakup pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK)
 kajian awal data sekunder, mencakup peninjauan kembali terhadap:
 RTRW;
 RDTR (apabila ada); dan
 RTBL (apabila ada).

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
21
R DTR II - 21
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

 persiapan teknis pelaksanaan, meliputi:


 penyimpulan data awal;
 Penyiapan Metodologi Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan;
 Penyiapan Rencana Kerja Rinci; dan
 Penyiapan Perangkat Survei (Checklist Data yang dibutuhkan,Panduan
Wawancara, Kuesioner, Panduan Observasi,Dokumentasi, dsb) dan Mobilisasi
Peralatan serta Personil yang dibutuhkan.
 Pemberitaan kepada Publik perihal akan dilakukan Penyusunan Peraturan Zonasi.
Hasil dari Kegiatan Persiapan, meliputi :
 Gambaran Umum Zona Perencanaan;
 Kesesuaian dengan RTRW, RDTR dan/atau RTBL yang sudah disusun;
 Metodologi Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan yang akandigunakan;
 Rencana Kerja Pelaksanaan Penyusunan Peraturan Zonasi; dan
 Perangkat Survey Data Primer dan Data Sekunder yang akan digunakan pada saat
Proses Pengumpulan Data dan Informasi (Survei).
Untuk Pelaksanaan Kegiatan Persiapan ini dapat dibutuhkan waktu 1(Satu) Bulan,
tergantung dari Kondisi dan Luasan Zona serta Pendekatan yang digunakan.
c. Pengumpulan Data/Informasi yang Dibutuhkan
Untuk keperluan pengenalan Karakteristik Wilayah Kabupaten/Kota dan Penyusunan
Peraturan Zonasi, dilakukan Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder.
Pengumpulan Data Primer dilakukan melalui :
 Wawancara atau Temu Wicara kepada Masyarakat untuk menjaring Aspirasi
Masyarakat terhadap kebutuhan yang diatur dalam Peraturan Zonasi serta kepada
Pihak yang melaksanakan Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang; dan
 Peninjauan ke Lapangan untuk Pengenalan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten/Kota
secara langsung.
Data Sekunder yang harus dikumpulkan untuk Penyusunan Peraturan Zonasi, meliputi
:
 Peta – peta Rencana Kawasan dari RTRW/RDTR/RTBL; dan
 Data dan Informasi, meliputi :
 Jenis Penggunaan Lahan yang ada pada Daerah yang bersangkutan;
 Jenis dan Intensitas Kegiatan yang ada pada Daerah yang bersangkutan;
 Identifikasi Masalah dari masing – masing Kegiatan serta Kondisi Fisik (Tinggi
Bangunan dan Lingkungannya);
 Kajian Dampak terhadap Kegiatan yang ada atau akan ada di Zona yang
bersangkutan;
 Standar Teknis dan Administratif yang dapat dimanfaatkan dariPeraturan
Perundang – undangan Nasional maupun Daerah;
 Peraturan Perundang – undangan Pemanfaatan Lahan danbangunan, serta
Prasarana di Daerah terkait; dan
 Peraturan Perundang – undangan yang terkait dengan Penggunaan Lahan yang
ada di Kabupaten/Kota yang akandisusun Peraturan Zonasinya.
Hasil Kegiatan Pengumpulan Data akan menjadi bagian dari Dokumentasi Buku
Data dan Analisis.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Pengumpulan Data Primer dan Data
Sekunder antara 2 (Dua) – 3 (Tiga) Bulan, tergantung dari Kondisi Ketersediaan
Data di Daerah dan Jenis Pendekatan yang digunakan pada tahap ini.
d. Analisis dan Perumusan Ketentuan Teknis
Kegiatan Analisis dan Perumusan Ketentuan Teknis, meliputi :
 Tujuan Peraturan Zonasi;
 Klasifikasi Zonasi;
 Daftar Kegiatan;
 Delineasi Blok Peruntukan;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
22
R DTR II - 22
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

 Ketentuan Teknis Zonasi, terdiri atas :


 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan;
 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang;
 Ketentuan Tata Bangunan;
 Ketentuan Prasarana Minimal;
 Ketentuan Tambahan; dan
 Ketentuan Khusus.
 Standar Teknis;
 Ketentuan Pengaturan Zonasi;
 Ketentuan Pelaksanaan, meliputi :
 Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang;
 Ketentuan Insentif dan Disinsentif; dan
 Ketentuan Penggunaan Lahan yang tidak sesuai (Non Conforming Situasion)
dengan Peraturan Zonasi;
 Ketentuan Dampak Pemanfaatan Ruang;
 Kelembagaan; dan
 Perubahan Peraturan Zonasi.
Hasil dari Tahap Analisis didokumentasikan di dalam Buku Data dan Analisis dan
menjadi bahan untuk Menyusun Peraturan Zonasi. Adapun hasil kegiatan perumusan
Rancangan Peraturan Zonasi berupa :
 Text Zonasi (Zoning Text); dan
 Map Zonasi (Zoning Map).
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perumusan Rancangan Peraturan Zonasi
adalah 2 (Dua) – 4 (Empat) Bulan.
e. Penyusunan Raperda tentang Peraturan Zonasi
Kegiatan Penyusunan Naskah Raperda tentang Peraturan Zonasimerupakan Proses
Penuangan Materi Teknis Peraturan Zonasi ke dalam bentuk Pasal – pasal dengan
mengikuti Kaidah Penyusunan Peraturan Perundang – undangan.
Hasil kegiatan ini berupa Naskah Raperda tentang Peraturan Zonasi.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Penyusunan Raperda tentang Peraturan
Zonasi adalah maksimal 2 (Dua) Bulan.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
23
R DTR II - 23
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Gambar 2.3 Alur Proses Penyusunan Peraturan Zonasi yang Berisi Zoning Text
dan Zoning Map (Hanya Apabila RDTR Tidak Disusun atau Telah Ditetapkan
sebagai Perda Namun Belum Mengatur Peraturan Zonasi)

2.5 PELIBATAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN RDTR DAN/ATAU


PERATURAN ZONASI
Masyarakat sebagai pemangku kepentingan meliputi:
1. orang perseorangan atau kelompok orang;
2. organisasi masyarakat tingkat kabupaten/kota;
3. perwakilan organisasi masyarakat kabupaten/kota yang berdekatan secara sistemik
(memiliki hubungan interaksi langsung) dengan daerah yang sedang disusun RDTR
dan/atau peraturan zonasinya; dan
4. perwakilan organisasi masyarakat kabupaten/kota.

Pelibatan peran mayarakat di tingkat kabupaten/kota dalam penyusunan RDTR dan


peraturan zonasi meliputi hak, kewajiban dan bentuknya.
Hak masyarakat meliputi:
1. mengajukan inisiatif untuk melakukan penyusunan dan/atau mengevaluasi dan/atau
meninjau kembali dan/atau mengubah RDTR dan/atau peraturan zonasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2. berperan memberikan masukan terkait penyusunan RDTR/peraturan zonasi serta
mengetahui proses penyusunan RDTR/peraturan zonasi yang dilakukan pemerintah;
3. memberikan pendapat, saran, dan masukan dalam penentuan tujuan-tujuan arah
pengendalian, pembatasan, dan kelonggaran aturan, serta dalam penetapan peta zonasi;
4. mengetahui secara terbuka setiap produk rencana tata ruang dan peraturan zonasi
wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan;
5. memantau pelaksanaan RDTR/peraturan zonasi yang telah ditetapkan;
6. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
RDTR/peraturan zonasi yang telah ditetapkan;
7. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan RDTR/peraturan zonasi; dan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
24
R DTR II - 24
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

8. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan sesuai peraturan


perundang-undangan.
Kewajiban masyarakat meliputi:
1. memberikan informasi, data, dan keterangan secara konkrit dan bertanggung jawab
dalam setiap tahapan penyusunan RDTR/peraturan zonasi; dan
2. berlaku tertib dan mendukung kelancaran proses penyusunan RDTR/peraturan zonasi.
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa:
1. masukan mengenai:
a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
b. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
c. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;
d. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
e. penetapan rencana tata ruang.
2. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam perencanaan tata ruang.
Pelibatan masyarakat dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi secara umum
sesuai Permen PU No.16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten dan/atau Permen PU No.17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.Keterkaitan substansi, tahapan, dan keterlibatan pihak-
pihak dalam penyusunan RDTR/ peraturan zonasi dapat dilihat dalam Lampiran 11.
2.6 PEMBAHASAN RANCANGAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI
Pembahasan Rancangan Perda RDTR/Peraturan Zonasi dilaksanakan padakesempatan
pertama setelah mendapatkan persetujuan substansi sesuai Peraturan Perundang –
undangan. Adapun kelengkapan dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi, meliputi :
1. Muatan RDTR
Muatan Pedoman RDTR harus terdiri dari :
a. Tujuan Penataan BWP;
b. Rencana Pola Ruang;
c. Rencana Jaringan Prasarana;
d. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya;
e. Ketentuan Pemanfaatan Ruang; dan
f. Peraturan Zonasi.
2. Kelengkapan Draft Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang RDTR
a. Naskah Raperda tentang RDTR terdiri dari :
1) Raperda merupakan Rumusan Pasal per Pasal dari Buku Rencana sebagaimana
dimaksud pada Angka b.2) dibawah; dan
2) Lampiran yang terdiri atas Peta Rencana Pola Ruang, Rencana Jaringan Prasarana,
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya dan Peta Zona–zona
Khusus yang disajikan dalam Format A3 serta Tabel Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang Prioritas.
b. Materi Teknis RDTR terdiri dari :
1) Buku Data dan Analisis yang dilengkapi Peta–peta;
2) Buku Rencana yang disajikan dalam Format A4; dan
3) Album Peta yang disajikan dengan Skala atau Tingkat Ketelitian minimal 1:5.000
dalam Format A1 yang dilengkapi dengan data Peta Digital yang memenuhi
ketentuan Sistem Informasi Geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh Lembaga yang
berwenang. Album Peta Minimum terdiri dari :
- Peta Wilayah Perencanaan berisi Informasi Rupa Bumi dan BatasAdministrasi
BWP dan Sub BWP (bila ada);
- Peta Penggunaan Lahan saat ini;
- Peta Rencana Pola Ruang BWP meliputi Rencana Alokasi Zona dan Sub Zona
sesuai Klasifikasi yang telah ditentukan;
- Peta Rencana Jaringan Prasarana BWP meliputi Rencana Pengembangan
Jaringan Pergerakan, Jaringan Energi/Kelistrikan, Jaringan Telekomunikasi,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
25
R DTR II - 25
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Jaringan Air Minum, Jaringan Drainase, Jaringan Air Limbah, Prasarana Lainnya;
dan
- Peta Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya.
3. Kelengkapan Dokumen untuk Persetujuan Substansi Raperda tentang RDTR
a. Raperda RDTR yang telah disetujui bersama Bupati/Walikota dan DPRD;
b. Materi Teknis RDTR;
c. Formulir Konsep Surat Persetujuan Substansi Raperda tentang RDTR
Kabupaten/Kota;
d. Konsep Surat Persetujuan Substansi Raperda tentang RDTR Kabupaten/Kota;
e. Lampiran I : Surat Rekomendasi Gubernur (untuk RDTR Kabupaten/Kota);
f. Lampiran II : Tabel pencantuman Materi Muatan Teknis Raperda tentang RDTR
dengan Undang – undang Penataan Ruang, Rencana Tata RuangWilayah Nasional
beserta Rencana Rincinya, Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten/Kota, Kebijakan
Nasional Bidang Penataan Ruang, Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dan
Peraturan Perundang – undangan Bidang Penataan Ruang Lainnya;
g. Lampiran III : Berita Acara Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis BKPRN (Lembar
Pengesahan Berita Acara, Daftar Hadir dan Notulensi); dan
h. Dokumen Pendukung, terdiri dari :
- Surat Permohonan Persetujuan Substansi Raperda RDTR dari Bupati/Walikota
kepada Menteri PU;
- Berita Acara Konsultasi Publik;
- Tabel Persandingan Materi Muatan Raperda;
- Berita Acara Rapat Clearance House;
- Kronologis Persetujuan Substansi; dan
- Dokumen KLHS (jika telah diwajibkan).
Dalam hal kedepan terdapat Kebijakan Proses Persetujuan Substansi RDTRdi
dekonsentrasikan kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Daerah, Ketentuan
Pelaksanaan termasuk terkait Kelengkapan Dokumen PersetujuanSubstansi Raperda
tentang RDTR sesuai dengan Peraturan Menteri tentang dekonsentrasi tersebut.
4. Kelengkapan Dokumen Perda RDTR
Naskah Perda RDTR terdiri dari :
a. Perda merupakan Rumusan Pasal per Pasal dari Buku Rencana Materi Teknis RDTR
pada Nomor 2 dan disajikan dalam Format A4; dan
b. Lampiran yang terdiri atas Peta Rencana Pola Ruang, Rencana Jaringan Prasarana,
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya dan Peta Zona – zona
Khusus yang disajikan dalam Format A3 serta Tabel Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang Prioritas.
5. Kelengkapan Dokumen Peraturan Zonasi
Kelengkapan Dokumen Peraturan Zonasi yang akan ditetapkan tersendiri sesuai
Ketentuan disiapkan dengan Penyesuaian berdasarkan Pedoman Umum Kelengkapan
Dokumen seperti diuraikan di atas.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
26
R DTR II - 26
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kajian peraturan perundang-undangan yang
terkait Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan. Peraturan perundang-undangan tersebut
berupa peraturan di tingkat pusat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
menteri dan lain-lain. Selain berupa peraturan perudangan-undangan, juga diuraikan
beberapa standar, pedoman dan norma penyelenggaraan penataan ruang.
3.1 UNDANG-UNDANG NO 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Undang-undang mengenai penataan ruang ini terdiri dari 13 bab dan 80 pasal. Secara
umum penataan ruang terbagi dalam perencanaan tataruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Dari sekian bab, pasal dan ayat yang ada, pada undang-
undang tersebut terdapat beberapa bagian yang mengatur ketentuan Rencana Detail Tata
Ruang.
Berikut ini uraian batang tubuh yang mengatur ketentuan rencana detail tataruang :
BAB VI
PELAKSANAAN PENATAAN RUANG
BagianKesatu
Perencanaan Tata Ruang
Paragraf 1
Umum
Pasal 14
(1) Perencanaan tataruang dilakukan untuk menghasilkan:
a. Rencana umum tata ruang; dan
b. Rencana rinci tata ruang.
(2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a secara
berhierarki terdiri atas:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
(3) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional;
b. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
c. rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.
(4) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun sebagai
perangkat operasional rencana umum tata ruang.
(5) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b
disusun apabila:
a. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaanpemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau
b. rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta
dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum
dioperasionalkan.
(6) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dijadikan dasar
bagi penyusunan peraturan zonasi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat ketelitian peta rencana tata ruang diatur
dengan peraturan pemerintah.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 1
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

Paragraf 4
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Pasal 27
(1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3)huruf c
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.
(2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tata cara penyusunan rencana rinci tata
ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanMenteri.

3.2 PERATURAN PEMERINTAH NO. 15 TAHUN 2010 TENTANG


PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Untuk melaksanakan beberapa pasal yang terdapat di Undang-Undang Nomor 26
tahun 2007 maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010. Peraturan
pemerintah ini terdiri dari 9 bab dan 209 pasal. Berikut ini diuraikan batang tubuh yang
menjelaskan mengenai ketentuan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan.

BAB II
PENGATURAN PENATAAN RUANG
Pasal 4
(1) Pengaturan penataan ruang oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
meliputi penyusunan dan penetapan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan peraturan pelaksanaan dariundang-
undang mengenai penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah;
b. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional yang ditetapkan dengan peraturan presiden; dan
c. Pedoman bidang penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan Menteri.
(2) Pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 meliputi penyusunan dan penetapan:
a. Rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi,
dan arahan peraturan zonasi sistem provinsi yang ditetapkan dengan peraturan
daerah provinsi; dan
b. Ketentuan tentang perizinan, penetapan bentuk dan besaran insentif dan disinsentif,
sanksi administratif, serta petunjuk pelaksanaan pedoman bidang penataan ruang
yang ditetapkan dengan peraturan gubernur.
(3) Pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 meliputi penyusunan dan penetapan:
a. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota, rencana detail tata ruang kabupaten/kotatermasuk peraturan
zonasi yang ditetapkan dengan peraturan daerahkabupaten/kota; dan;
b. Ketentuan tentang perizinan, bentuk dan besaran insentif dan disinsentif,serta
sanksi administratif, yang ditetapkan dengan peraturanbupati/walikota.

BAB IV
PELAKSANAAN PERENCANAAN TATA RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18
Pelaksanaan perencanaan tata ruang diselenggarakan untuk:
a. menyusun rencana tata ruang sesuai prosedur;
b. menentukan rencana struktur ruang dan pola ruang yang berkualitas; dan

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 2
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

c. menyediakan landasan spasial bagi pelaksanaan pembangunan sektoral


dankewilayahan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Pasal 19
(1) Pelaksanaan perencanaan tata ruang meliputi prosedur penyusunan rencana tata ruang
dan prosedur penetapan rencana tata ruang.
(2) Pelaksanaan perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:
a. prosedur penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang; dan
b. prosedur penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang.

Pasal 20
Prosedur penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19ayat (1)
meliputi:
a. proses penyusunan rencana tata ruang;
b. pelibatan peran masyarakat dalam perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan
c. pembahasan rancangan rencana tata ruang oleh pemangku kepentingan.

Pasal 21
(1) Proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a
dilakukan melalui tahapan:
a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
b. pengumpulan data;
c. pengolahan dan analisis data;
d. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan
e. penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan tentang rencana tata ruang.
(2) Proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)menghasilkan dokumen rancangan rencana tata ruang dalam bentuk
rancanganperaturan perundang-undangan tentang rencana tata ruang beserta
lampirannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara proses penyusunan rencana tataruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 22
Prosedur penetapan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19ayat (1)
melalui tahapan:
a. pembahasan antarinstansi terkait untuk rencana tata ruang yang penetapannya
menjadi kewenangan Pemerintah; atau
b. pembahasan antarinstansi terkait dan pembahasan antar pemerintah daerahdengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk rencana tata ruang yang penetapannya
menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Pasal 23
Rencana tata ruang sebagai hasil dari pelaksanaan perencanaan tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 merupakan acuan bagi pemanfaatan ruanguntuk seluruh kegiatan
yang memerlukan ruang melalui kegiatan pembangunansektoral dan pengembangan
wilayah.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 3
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

Bagian Ketiga
Penyusunan dan Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang
Paragraf 1
Umum

Pasal 39
(1) Penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang meliputi:
a. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang pulau/kepulauan;
b. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;
c. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;
d. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;
dan
e. penyusunan dan penetapan rencana detail tata ruang untuk rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota.
(2) Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak
pelaksanaan penyusunan rencana rinci tata ruang.
(3) Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak melebihi masa berakhirnya rencana rinci tata ruang yang
sedang berlaku.

Pasal 40
(1) Rencana tata ruang pulau/kepulauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)
huruf a merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
(2) Rencana tata ruang kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud dalamPasal 39
ayat (1) huruf b merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
(3) Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
ayat (1) huruf c merupakan rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah provinsi.
(4) Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 ayat (1) huruf d merupakan rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
(5) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)huruf e
merupakan rencana rinci dari rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota.

Pasal 41
Rencana rinci tata ruang kabupaten/kota merupakan dasar penyusunan rencana tata
bangunan dan lingkungan bagi zona - zona yang pada rencana rinci tata ruang ditentukan
sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.

Paragraf 4
Penyusunan dan Penetapan Rencana Detail Tata Ruang

Pasal 59
(1) Setiap rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota harus menetapkan bagiandari
wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun rencana detail tata ruangnya.
(2) Bagian dari wilayah kabupaten yang akan disusun rencana detail tata ruangnyadapat
merupakan kawasan perkotaan dan/atau kawasan strategis kabupaten.
(3) Bagian dari wilayah kota yang akan disusun rencana detail tata ruangnya
dapatmerupakan kawasan strategis kota.
(4) Rencana detail tata ruang harus sudah ditetapkan paling lama 36 (tiga puluhenam)
bulan sejak penetapan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 4
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

(5) Rencana detail tata ruang merupakan dasar penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan sebagai
zona yang penanganannya diprioritaskan.
(6) Ketentuan mengenai kriteria zona yang penanganannya diprioritaskan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 60
(1) Dalam hal adanya prioritas pembangunan baru, bupati/walikota dapat menetapkan
bagian baru dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun rencana detail tata
ruangnya dengan keputusan bupati/walikota.
(2) Penetapan bagian wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus
tetap sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
(3) Penetapan bagian wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus
diperintahkan dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
(4) Rencana detail tata ruang untuk bagian baru dari wilayah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus sudah ditetapkan paling lama 24(dua puluh empat) bulan
sejak penetapan bagian wilayah kabupaten/kota yang akan disusun rencana detail tata
ruangnya.

Pasal 61
(1) Prosedur penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 untuk
rencana detail tata ruang meliputi:
a. proses penyusunan rencana detail tata ruang;
b. pelibatan peran masyarakat pada tingkat kabupaten/kota dalam penyusunanrencana
detail tata ruang; dan
c. pembahasan rancangan rencana detail tata ruang oleh pemangkukepentingan di
tingkat kabupaten/kota.
(2) Proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a
untuk rencana detail tata ruang dilakukan melalui tahapan:
a. Persiapan penyusunan meliputi:
1. penyusunan kerangka acuan kerja;
2. metodologi yang digunakan; dan
3. penganggaran kegiatan penyusunan rencana detail tata ruang.
b. Pengumpulan data paling sedikit meliputi:
1. data wilayah administrasi;
2. data fisiografis;
3. data kependudukan;
4. data ekonomi dan keuangan;
5. data ketersediaan prasarana dan sarana dasar;
6. data peruntukan ruang;
7. data penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan lahan;
8. data intensitas bangunan; dan
9. peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan termasuk
petapenguasaan lahan, peta penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, dan
peta daerah rawan bencana pada skala peta minimal 1:5.000.
c. Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi:
1. teknik analisis daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup yangditentukan
melalui kajian lingkungan hidup strategis;
2. teknik analisis keterkaitan antarwilayah kabupaten/kota;
3. teknik analisis keterkaitan antarkomponen ruang kabupaten/kota; dan
4. teknik perancangan kawasan.
d. Perumusan konsepsi rencana paling sedikit harus:
1. mengacu pada:
a) rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 5
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

b) pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang.


2. memperhatikan:
a) rencana pembangunan jangka panjang kabupaten/kota; dan
b) rencana pembangunan jangka menengah kabupaten/kota.
3. merumuskan rencana detail rancangan kawasan.
e. Penyusunan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana detail
tata ruang yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 62
(1) Prosedur penetapan rencana detail tata ruang meliputi:
a. Pengajuan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencanadetail tata
ruang dari bupati/walikota kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota;
b. Penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencanadetail
tata ruang kepada Menteri untuk memperoleh persetujuan substansi dengan disertai
rekomendasi gubernur;
c. Persetujuan bersama rancangan peraturan daerah kabupaten tentangrencana
rencana detail tata ruang antara bupati/walikota dengan DewanPerwakilan Rakyat
Daerah kabupaten/kota yang didasarkan padapersetujuan substansi dari Menteri;
d. Penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana rencana
detail tata ruang kepada gubernur untuk dievaluasi; dan
e. Penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencanarencana
detail tata ruang oleh bupati/walikota.
(2) Persetujuan substansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terhadap
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana detail tata ruang dapat
didekonsentrasikan kepada gubernur.

Paragraf 4
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota

Pasal 153
(1) Peraturan zonasi kabupaten/kota merupakan penjabaran dari ketentuan
umumperaturan zonasi yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
(2) Peraturan zonasi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
(3) Peraturan zonasi kabupaten/kota merupakan dasar dalam pemberian insentif dan
disinsentif, pemberian izin, dan pengenaan sanksi di tingkat kabupaten/kota.

Pasal 154
(1) Peraturan zonasi kabupaten/kota memuat zonasi pada setiap zona peruntukan.
(2) Zona peruntukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan suatu bagian
wilayah atau kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang untuk mengemban
suatu fungsi tertentu sesuai dengan karakteristik zonanya.
(3) Ketentuan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan
dengan syarat, dan yang tidak diperbolehkan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang paling sedikit terdiri atas:
1. koefisien dasar bangunan maksimum;
2. koefisien lantai bangunan maksimum;
3. ketinggian bangunan maksimum; dan
4. koefisien dasar hijau minimum.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 6
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

c. ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai kelengkapan dasar


fisiklingkungan yang mendukung berfungsinya zona secara optimal; dan
d. ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruangpada
kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan keselamatan operasi
penerbangan, dan kawasan lainnya sesuai denganketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Selain ketentuan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam wilayah kota
memuat ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mengendalikan perkembangan
penggunaan lahan campuran, sektor informal, danpertumbuhan gedung pencakar
langit.

Pasal 155
(1) Zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (2) secarahierarki
meliputi:
a. zona peruntukan yang dibagi ke dalam sub-sub zona peruntukan;
b. sub zona peruntukan yang dibagi ke dalam blok-blok peruntukan; dan
c. blok peruntukan yang dibagi ke dalam petak/persil peruntukan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi zona, sub zona, dan blok peruntukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 156
(1) Arahan peraturan zonasi sistem nasional dan/atau arahan peraturan zonasisistem
provinsi dimuat dalam peraturan zonasi kabupaten/kota.
(2) Arahan peraturan zonasi sistem nasional dan/atau arahan peraturan zonasisistem
provinsi yang dimuat dalam peraturan zonasi kabupaten/kota merupakan arahan
peraturan zonasi sistem nasional dan/atau arahan peraturan zonasi sistem provinsi
yang berlaku di kabupaten/kota yang bersangkutan.
(3) Peraturan zonasi kabupaten/kota disusun berdasarkan:
a. rencana rinci tata ruang kabupaten/kota; dan
b. arahan peraturan zonasi pada zona ruang sistem nasional dan arahan peraturan
zonasi pada zona ruang system provinsi, yang berlaku dikabupaten/kota yang
bersangkutan.
(4) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf amerupakan
rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota dan/atau rencana detail tata
ruang.

Pasal 157
(1) Peraturan zonasi kabupaten/kota meliputi teks zonasi dan peta zonasi yangmemuat
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (3).
(2) Peraturan zonasi digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal1:5.000.

Pasal 158
(1) Peraturan zonasi kabupaten/kota disusun sebagai kelengkapan dari rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota.
(2) Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota tidak memerlukanrencana rinci
tata ruang, peraturan zonasi kabupaten/kota disusun untuk kawasan perkotaan baik
yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
(3) Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota memerlukan rencanarinci,
disusun rencana rinci tata ruang yang dilengkapi dengan peraturanzonasi.
(4) Dalam hal rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berbentuk
rencana detail tata ruang yang tidak memuat peraturan zonasi,peraturan zonasi
ditetapkan dalam peraturan daerah kabupaten/kota tersendiri.
(5) Peraturan daerah kabupaten/kota tentang peraturan zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak penetapa nperaturan daerah
kabupaten/kota tentang rencana rinci tata ruang kabupaten/kota.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 7
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

Pasal 159
Ketentuan mengenai teknis dan tata cara penyusunan peraturan zonasikabupaten/kota
diatur dengan peraturan Menteri.

3.3 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR :


20/PRT/M/2011TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA
RUANG DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA
Untuk melaksanakan beberapa pasal dan ayat Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang maka dikeluarkanPeraturan Menteri
Pekerjaan Umum mengenai ketentuan Rencana Detail TataRuang Kecamatan. Berikut ini
diuraikan batang tubuh yang menjelaskan mengenai ketentuan dengan Rencana Detail Tata
Ruang Kecamatan.
BAB II
RENCANA DETAIL TATA RUANG
Pasal 3
(1) RDTR disusun untuk bagian dari wilayah kabupaten/kota yang merupakan kawasan
perkotaan dan/atau kawasan strategis kabupaten atau kawasan strategis kota.
(2) RDTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan peraturanzonasi.
(3) RDTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. tujuan penataan ruang bagian wilayah perencanaan;
b. rencana pola ruang;
c. rencana jaringan prasarana;
d. penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya;
e. ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. peraturan zonasi.

Pasal 4
Rincian materi muatan RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.

BAB III
PERATURAN ZONASI

Pasal 5
(1) Peraturan zonasi dapat disusun secara terpisah apabila RDTR sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai peraturan daerah
tetapi belum memuat peraturan zonasi.
(2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. materi peraturan zonasi; dan
b. pengelompokan materi.
(3) Rincian peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

3.4 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR: 28 TAHUN 2008TENTANG


TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG
RENCANA TATA RUANG DAERAH
Berikut ini diuraikan mengenai beberapa bagian batang tubuh Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor: 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara EvaluasiRancangan Peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah. Dalamperaturan ini yang dimaksud dengan
Evaluasi rancangan perda adalah sinkronisasi dan/atau harmonisasi atas rancangan perda
agar tidak bertentangan denganperaturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
kepentingan umum, dan perdalainnya.Berikut ini diuraikan batang tubuh yang menjelaskan
mengenai ketentuan yang terkait dengan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 8
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

BAB II
PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH
Pasal 2
Perencanaan tata ruang daerah dilakukan untuk menghasilkan :
a. RUTR; dan
b. RRTR.
Pasal 3
(1) RUTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, secara berhirarki terdiri atas:
a. RTRWP; dan
b. RTRWK/K.
(2) RTRWP ditetapkan dengan perda Provinsi.
(3) RTRWK/K ditetapkan dengan perda Kabupaten/Kota.

Pasal 4
(1) RRTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, terdiri atas :
a. RTR Kawasan Strategis Provinsi;
b. RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota; dan
c. RDTR Kabupaten/Kota.
(2) RTR Kawasan Strategis Provinsi ditetapkan dengan perda Provinsi.
(3) RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota ditetapkan dengan perdaKabupaten/Kota.
(4) RDTR Kabupaten/Kota ditetapkan dengan perda Kabupaten/Kota.

Pasal 5
(1) Gubernur dibantu BKPRD Provinsi mengoordinasikan penyusunan rancangan perda
RTRWP dan RTR Kawasan Strategis Provinsi, dengan memperhatikan RTRWP yang
berbatasan, RTR Pulau/Kepulauan, dan RTRWN.
(2) Bupati/Walikota dibantu BKPRD Kabupaten/Kota mengoordinasikan
penyusunanrancangan perda RTRWK/K, RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan
RDTRKabupaten/Kota, dengan memperhatikan RTRWK/K yang berbatasan, RTRWP,RTR
Pulau/Kepulauan, dan RTRWN.

Bagian Kedua
Konsultasi Rancangan Perda Kabupaten/Kota
Pasal 10
(1) Bupati/Walikota mengkonsultasikan rancangan perda sebagaimana dimaksuddalam
Pasal 5 ayat (2) kepada instansi pusat yang membidangi urusan tataruang yang
dikoordinasikan oleh BKTRN.
(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) guna mendapatkan persetujuandari
instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang.
(3) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah rancanganperda
dibahas di BKPRD Provinsi dan mendapatkan rekomendasi dari Gubernur.

Pasal 11
(1) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) menyangkutsubstansi teknis
rancangan perda tentang RTRWK/K, rancangan perda tentangRTR Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang RDTRKabupaten/Kota, untuk
disesuaikan dengan RTRWP.
(2) Atas dasar rekomendasi Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat(3),
Bupati/Walikota melakukan konsultasi atas substansi teknis rancanganperda tentang
RTRWK/K, rancangan perda tentang RTR Kawasan StrategisKabupaten/Kota, dan
rancangan perda tentang RDTR Kabupaten/Kota, untukdisesuaikan dengan RTR
Pulau/Kepulauan dan RTRWN.
(3) Materi konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), meliputirancangan
perda tentang RTRWK/K, rancangan perda tentang RTR Kawasan Strategis

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 9
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang RDTR Kabupaten/Kota,beserta


lampirannya.
(4) Lampiran rancangan perda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa:
a. dokumen RTRWK/K dan album peta;
b. dokumen RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dan album peta; dan
c. dokumen RDTR Kabupaten/Kota dan album peta.

Pasal 12
Konsultasi atas substansi teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) danayat (2),
dilakukan sebelum rancangan perda tentang RTRWK/K, rancangan perdatentang RTR
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang RDTR Kabupaten/Kota
disetujui bersama DPRD.

Pasal 13
Persetujuan dari instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang sebagaimanadimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) menjadi bahan Gubernur dalam melakukan :
a. evaluasi terhadap rancangan perda tentang RTRWK/K, rancangan perda tentangRTR
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang RDTRKabupaten/
Kota; dan
b. klarifikasi terhadap Perda tentang RTRWK/K, Perda tentang RTR KawasanStrategis
Kabupaten/Kota, dan Perda tentang RDTR Kabupaten/Kota yang telahditetapkan.

R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 10
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis

BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

Secara prinsip yang disebut sebagai Peraturan Perundang-undangan termasuk


peraturan daerah jika suatu ketentuan itu berisi norma-norma/kaidah-kaidah yang
bersifat dan berlaku mengikat umum. Pada penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Detail Tata Ruang BWP Kuala Kapuas Tahun 2013 -2033 setidaknya
berdasarkan landasan-landasan sebagai berikut :
4.1 LANDASAN FILOSOFIS
Filosofis berasal dari kata filsafat, yakni ilmu tentang kebijaksanaan. Berdasarkan
akar kata semacam ini, maka arti filosofis tidak lain adalah sifat-sifat yang mengarah
pada kebijaksanaan. Karena menitik beratkan pada sifat kebijaksanaan, maka filosofis
tidak lain adalah pandangan hidup suatu bangsa yakni nilai-nilai moral atau etika yang
berisi nilai-nilai yang baik dan yang tidak baik. Nilai yang baik tidak lain adalah nilai yang
dijunjung tinggi yang meliputi nilai kebenaran, keadilan, kesusilaan, kemanusiaan,
religiusitas dan berbagai nilai yang dianggap baik. Dan penilaian mengenai baik, benar,
adil dan susila sangat bergantung dari takaran yang dimiliki oleh suatu bangsa tertentu.
Takaran yang dimaksud disini tiada lain adalah ukuran budaya dan sifat religiusitas dari
bangsa yang bersangkutan.
Kendati demikian penilaian dan takaran mengenai hal-hal yang bersifat baik buruk,
susila dan asusila serta adil dan tidak adil juga didasarkan pada universalitas pandangan
dunia mengenai hal itu. Dengan demikian prinsip-prinsip moral universalseperti
demokratisasi dan Hak-Hak Asasi Manusia juga ikut mempengaruhi pembentukan dan
pemberlakuan Peraturan Perundang-undangan yang baik sekaligus merupakan hukum
yang dapat diterima berdasarkan pandangan filosofis tersebut
Jikalau hukum dan peraturan perundang-undangan yang dibentuk tanpa
mengindahkan moral bangsa dan nilai-nilai kepatutan, kebenaran, keadilan dan
kemanusiaan yang bersifat universal akan sia-sia diterapkan, karena tidak akan ditaati
atau dipatuhi. Bahkan kecenderungan untuk ditolak oleh masyarakat semakin besar. Hal
ini berarti peraturan perundang-undangan sebagai salah satu komponen produk hukum
juga harus mengindahkan persoalan-persoalan yang masuk ke dalam lingkup moral
bangsa tersebut diatas. Tanpa mengindahkan nilai-nilai dan moralitas bangsa tersebut
niscaya suatu peraturan perundang-undangan akan kehilangan roh filosofisnya.
Dalam dataran filsafat hukum, pemahaman mengenai pemberlakuan moral bangsa
ke dalam hukum (termasuk peraturan perundang-undangan) ini dimasukkandalam
pengertian yang disebut dengan rechtsidee yaitu apa yang diharapkan dari hukum.
Sehubungan dengan hal inilah maka yang dimaksud dengan landasan filosofis dari
peraturan perudang-undangan tidak lain adalah berkisar pada daya tangkap
pembentukan hukum atau peraturan perudang-undangan terhadap nilai-nilai yang
terangkum dalam teori-teori filsafat maupun dalam doktrin filsafat resmi negara seperti
Pancasila.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
1
R DTR IV - 1
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis

Gambar 4.1 Landasan Filosofis Dalam Penyusunan Ranperda

Berdasarkan pada pemahaman seperti ini, maka bagi pembentukan/pembuatan


hukum atau peraturan perundang-undangan di Indonesia harus berlandaskan pandangan
filosofis Pancasila, yakni :
1. Nilai-nilai religiusitas bangsa Indonesia yang terangkum dalam Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa;
2. Nilai-nilai Hak-Hak Asasi Manusia dan penghormatan terhadap harkat dan martabat
kemanusiaan sebagaimana terdapat sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Nilai-nilai kepentingan bangsa secara utuh, dan kesatuan hukum nasional seperti yang
terdapat di dalam sila Persatuan Indonesia;
4. Nilai-nilai demokratisasi dan kedaulatan rakyat, sebagaimana terdapat di dalam Sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan; dan
5. Nilai-nilai keadilan – baik individu maupun sosial – seperti yang tercantum dalam Sila
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima dasar filosofis tersebut diatas harus secara tersurat maupun tersirat
tertuang di dalam suatu peraturan perudang-undangan. Bahkan alasan atau latar
belakang terbentuknya suatu peraturan perundang-undangan harus bersumber
darikelima nilai filosofis tersebut.
4.2 LANDASAN SOSIOLOGIS
Suatu peraturan perundang-undangan dibentuk oleh negara dengan harapan
dapat diterima dan dipatuhi oleh seluruh masyarakat secara sadar tanpa kecuali. Harapan
seperti ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap peraturanperundang-undangan harus
memperhatikan secara lebih seksama setiap gejala sosial masyarakat yang berkembang.
Jika pemahaman seperti ini tidak diindahkan,maka sudah barang tentu efektifitas
pemberlakuan dari suatu peraturan perundang undangan jelas sangat diragukan. Bahkan
tidak menutup kemungkinan jikaperaturan perundang-undangan seperti itu hanya berisi
pasal-pasal yang tidak ubahnya seperti rangkaian kata-kata. Artinya daya ikat bagi
kepatuhan masayarakat dan komponen negara lainnya sangatlah lemah.
Dalam kaitannya dengan hal ini Eugen Ehrlich mengemukakan gagasan
yangsangat rasional, bahwa terdapat perbedaan antara hukum positif di satu pihak
dengan hukum yang hidup (living law) di dalam masyarakat di pihak lain. Oleh sebab itu
hukum positif akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila berisikan atau selaras
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat tadi. Berpangkal tolak dari pandangan
seperti ini, maka peraturan perundang-undangan sebagai hukum positif akan mempunyai
daya berlaku jika dirumuskan ataupun disusun bersumber pada living law tersebut.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
2
R DTR IV - 2
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis

Gambar 4.2 Landasan Sosiologis Dalam Penyusunan Ranperda

Sehubungan dengan hal ini Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka


mengemukakan landasan teoritis sebagai dasar sosiologis berlakunya suatu kaidah
hukum (termasuk rancangan peraturan daerah) yaitu :
a. Teori Kekuasaan (Machttheorie) secara sosiologis kaidah hukum berlaku karena
paksaan penguasa, terlepas diterima atau tidak diterima oleh masyarakat.
b. Teori Pengakuan (Annerkennungstheorie). Kaidah hukum berlaku berdasarkan
penerimaan dari masayarakat tempat hukum itu berlaku.
Berdasarkan landasan teoritis tersebut, maka pemberlakuan suatu
peraturandaerah ditinjau dari aspek sosiologis, tentunya sangat ideal jika di dasarkan
pada penerimaan dari masyarakat tempat Peraturan daerah itu berlaku, dan tidak
didasarkan pada faktor (teori) kekuasaan yang lebih menekankan pada aspek pemaksaan
dari penguasa. Kendatipun demikian, teori kekuasaan memang tetap dibutuhkan bagi
penerapan suatu peraturan perundang-undangan. Penerapan teori kekuasaan ini
dilakukan sepanjang budaya hukum masyarakat memang masih sangat rendah. Terkait
dengan dua landasan teoritis yang menyangkut landasan sosiologis bagi suatu peraturan
perundang-undangan, Moh Mahfud MD mengemukakan karakter produk hukum sebagai
berikut :
a. Produk hukum responsif/populis adalah produk hukum yang mencerminkan rasa
keadilan dan memnuhi harapan masyarakat. Dalam proses pembuatannya
memberikan peranan besar dan partisipasi penuh kelompok-kelompok soSial atau
individu dalam masyarakat. Hasilnya bersifat responsif terhadap tuntutan tuntutan
kelompok sosial atau individu dalam masyarakat.
b. Produk hukum konservatif/ortodoks/elitis adalah produk hukum yang isinya lebih
mencerminkan visi sosial elit politik, lebih mencerminkan keinginan pemerintah,
bersifat positivis instrumentalis, yakni menjadi alat pelaksana ideologi dan program
negara. Sifatnya lebih tertutup terhadap tuntutan-tuntutan kelompok maupun
individu-individu dalam masyarakat. Dalam pembuatannya peranan dan partisipasi
masyarakat relatif kecil.
Pandangan seperti ini sangat relevan jika diletakkan dalam teks peraturan
perundang-undangan sebagai salah satu dari produk hukum (disamping yurispudensi dan
hukum adat). Karena yang ideal dalam pembentukan dan pemberlakuan suatu peraturan
perundang-undangan (sebagai produk hukum) adalah berdasarkan pada pengakuan
masyarakat (karena mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi kebutuhan masyarakat),
maka dalam rangka itu apresiasi (penghargaan) terhdap hukum yang hidup di dalam
masyarakat (living law) harus menjadi acuan utama bagi organ yang berwenang untuk
membentuk peraturan perundang-undangan. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan
selalu melakukan penelitian dan pengkajian terhadap living law ini secara terus menerus.
Dengan cara yang demikian itu, maka niscaya munculnya peraturan perundang-
undangan yang responsif/populis terhadap kebutuhan masyarakat akan diperoleh. Dan
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
3
R DTR IV - 3
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis

pada akhirnya penerimaan terhadap suatu peraturan perundang-undangan tidak perlu


lebih menekankan pada aspek teori kekuasaan/paksaan.
Dalam argumentasi lain, Allen mengemukakan bahwa ciri demokratis masyarakat-
masyarakat dunia sekarang ini memberikan capnya sendiri tentangcara-cara peraturan
perundang-undangan itu diciptakan, yaitu yang menghendaki unsur -unsur sosial ke
dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena yang disebut sebagai unsur-unsur
sosial adalah bersifat multi dimensional dan multi sektoral maka tidak dapat disangkal
jika proses pembuatan suatu peraturan perundang-undangan dapat disebut juga sebagai
proses pembuatan pilihan-pilihanhukum dari berbagai sektor dan dimensi sosial yang
akan dipergunakan sebagai kaidah yang mengikat dan bersifat umum. Hal ini berarti
secara sosiologis perundang-undangan juga akan memasuki ruang lingkup penentuan
kebijaksanan kebijaksanaan publik dalam bidang politik (baca : kekuasaan). Oleh sebab
itulahkarakteristik kehidupan politik suatu negara akan sangat berpengaruh terhadap
sifatperaturan perundang-undangan yang dihasilkan. Apakah menitikberatkan pada unsur
kekuasaan yang lebih menekankan pada aspek pemaksaan, ataukah unsurpengakuan
yang lebih menekankan pada aspek penerimaan masyarakat berdasarkan rasa keadilan
dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
4.3 LANDASAN YURIDIS
Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu unsur produk hukum, maka
prinsip-prinsip pembentukan, pemberlakuan dan penegakkannya harus mengandung
nilai-nilai hukum pada umumnya. Berbeda dengan nilai-nilai sosial lainnya, sifat
kodratinya dari nilai hukum adalah mengikat secara umum dan ada pertanggungjawaban
konkrit yang berupa sanksi duniawi ketika nilai hukum tersebut dilanggar.
Tabel 4.1 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Tata Ruang
UNDANG-UNDANG UU No. 26 TAHUN 2007 Tentang Penataan Ruang
UU No. 01 TAHUN 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 32 TAHUN 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

PERATURAN PP No. 15 TAHUN 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang


PEMERINTAH PP No. 68 TAHUN 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
dalam Penataan Ruang

PERATURAN No. 29/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan


MENTERI Gedung
PEKERJAAN No. 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Budidaya
No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang TerbukaHijau di Kawasan Perkotaan
No. 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang
No. 12/PRT/M/2009 Rencana Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten beserta Rencana Rinciannya
No. 18/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) di Kawasan
No. 20/PRT/M/2010 Perkotaan
Tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan
No. 20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan
Bagian Bagian Jalan;
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota

Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu produk hukum, maka agar


dapat mengikat secara umum dan memiliki efektivitas dalam hal pengenaan sanksi,
dalam pembentukannya harus memperhatikan beberapa persyaratan yuridis. Persyaratan
seperti inilah yang dapat digunakan sebagai landasan yuridis dari suatu peraturan
perundang-undangan. Persyaratan yuridis yang dimaksud disini adalah :

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
4
R DTR IV - 4
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis

1. Dibuat atau dibentuk oleh instansi yang berwenang. Artinya suatu peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh pejabat atau badan yang mempunyai
kewenangan untuk itu. Kalau persyaratan ini tidak diindahkan maka menjadikan suatu
peraturan perundang-undangan itu batal demi hukum (van rechtswegenietig).
Dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal secara hukum.
2. Adanya kesesuaian bentuk/jenis peraturan perundang-undangan dengan materi
muatan yang akan diatur. Ketidaksesuaian bentuk/jenis ini dapat menjadi alasan
untuk membatalkan peraturan perundang-undangan yang dimaksud.
3. Adanya prosedur dan tata cara pembentukan yang telah ditentukan. Pembentukan
suatu peraturan perundangan-undangan melalui prosedur dan tata cara yang telah
ditentukan. Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat
persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam rangka
pengundangannya juga harus ditentukan tata caranya, misalnya Undang-Undang
diundangkan dalam lembaran negara, agar mempunyai kekuatan mengikat.
4. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya. Sesuai dengan pandangan stufenbau theory, peraturan perundang-
undangan mengandung norma-norma hukum yang sifatnya hirarkis. Artinya suatu
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya merupakan grundnorm (norma
dasar) bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya. Oleh
sebab itu, peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh
melanggar kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi tingkatannya.

Gambar 4.3 Landasan Yuridis dalam Penyusunan RDTR


Berdasarkan kajian menyangkut legalitas atau peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai penataan ruang, setidaknya Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Tentang Rencana Detail Tata Ruang BWP Kuala Kapuas Tahun 2013 - 2033 ini
disusun berlandaskan landasan yuridis sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-undang ini memuat hukum tata ruang yang berisi sekumpulan asas,
pranata, kaidah hukum, yang mengatur hak, kewajiban, tugas, wewenang
pemerintah serta hak dan kewajiban masyarakat dalam upaya mewujudkan tata
ruang yang terencana dengan memperhatikan keadaan lingkungan alam, buatan,
sosial, interaksi antar lingkungan, tahapan dan pengelolaan bangunan, serta
pembinaan kemampuan kelembagaan dan sumber daya manusia yang ada,
berdasarkan kesatuan wilayah nasional dan ditujukan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang. Peraturan pemerintah ini merupakan aturan pelaksanaan dari
UU Nomor 26 Tahun 2007. Yang mana mengatur ketentuan tentang Penataan
Ruang Kawasan Perkotaan; Penataan Ruang Kawasan Perdesaan; Persetujuan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
5
R DTR IV - 5
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis

Substansi RTRW & RDTR; Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang;


Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/ PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri ini adalah standar teknis dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota.Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan yang diperlukan dalam
mengatur muatan RDTR; peraturan zonasi; dan prosedur penyusunan RDTR dan
peraturan zonasi.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
6
R DTR IV - 6
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP RANPERDA RENCANA
DETAIL TATA RUANG BWP KUALA KAPUAS

Penataan Ruang merupakan suatu sistem proses Perencanaan Tata Ruang,


Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah Rencana
secara terperinci tentang Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan Penataan Ruang bertujuan untuk Mewujudkan Ruang Wilayah
Nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Pengaturan Penataan Ruang diperlukan sebagai Upaya untuk Mewujudkan Ketertiban
dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang; Memberikan Kepastian Hukum bagi seluruh
Pemangku Kepentingan dalam melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab serta Hak dan
Kewajibannya dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Mewujudkan Keadilan bagi
seluruh Pemangku Kepentingan dalam seluruh Aspek Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Pengaturan Penataan Ruang dilakukan melalui Penetapan Ketentuan Peraturan Perundang –
undangan bidang Penataan Ruang termasuk Pedoman bidang Penataan Ruang. Untuk itu,
perlu Penyusunan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
akan menjadi salah satu tolak ukur dalam menilai keseriusan Pemerintah Daerah dalam
mengatur setiap Aspek Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerahnya.
5.1 KEBUTUHAN PERATURAN DAERAH RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
Berbagai macam Isu Permasalahan Penataan Ruang yang Kompleksitas bersifat
Penataan Ruang (Multisektor, Multifungsi dan Multidimensi) diantaranya :
1. Sebagian besar Provinsi/Kabupaten/Kota belum menyelesaikan Perda RTRW;
2. Belum terselesaikannya Peraturan, Standar, Pedoman dan Kriteria bidang Penataan
Ruang sesuai dengan Amanat Undang – Undang 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
3. Dinamika Pertumbuhan Kota dan Wilayah antara lain : Tingginya Tingkat Urbanisasi,
Konversi Lahan, Menurunnya Kualitas Permukiman dan Lingkungan, Kesenjangan
Ekonomi, Perusakan Hutan dan Bencana Alam;
4. Belum sepenuhnya RTRW dijadikan Acuan dalam Pembangunan/Pengembangan Wilayah;
5. Konflik antar Sektor dan Lemahnya Penegakkan Hukum;
6. Masih Lemahnya Peran Masyarakat/Stakeholders dalam PenyelenggaraanPenataan
Ruang.
Untuk itu perlu adanya Kepastian Hukum untuk Mempercepat Penyelesaian Peraturan
Perundang – undangan, Standar, Pedoman, Manual Penataan Ruang dan Meningkatkan
Efektifitas Penerapannya di Daerah serta Mengefektifkan Pembinaan, Pengawasan Teknis
dalam Pelaksanaan Penataan Ruang termasuk dengan meningkatkan Kualitas
Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Pemerintah Daerah sesuai Kewenangan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
1
R DTR V-1
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Gambar 5.1 Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dalam Widyaiswara PU Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

5.1.1 PENYUSUNAN BERDASARKAN PERMASALAHAN PENYELENGGARAAN


PENATAAN RUANG
Dalam Penataan Ruang terdapat beberapa Tantangan, antara lain :
1. Tantangan Penataan Ruang di Wilayah dan Kota di Masa Mendatang
a. Isu Kesenjangan Wilayah
 Kesenjangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan;
 Kesenjangan Pertumbuhan antara Kota – kota Metropolitan dengan Kota Menengah
dan Kecil;
 Kota – kota menghadapi Tekanan : Penyediaan Perumahan, Lapangan Kerja,
Pelayanan Publik, Lingkungan dan Kapasitas Pembiayaan Pembangunan.
b. Isu dalam Pelaksanaan Pembangunan Perkotaan
 Belum munculnya Pemahaman bersama mengenai Orientasi dan Paradigma
Pembangunan Perkotaan Masa Depan;
 Fragmentasi Sektoral dan Fungsional Pelaksanaan PembangunanPerkotaan;
 Efisiensi dan Efektifitas Pelaksanaan Manajemen Perkotaan;
 Konsekuensinya adalah Miskoordinasi antar Pelaku PembangunanPerkotaan baik di
Tingkat Pusat maupun di Daerah (misal :tumpang tindih Kebijakan dan Regulasi
antar Departemen,Lemahnya Kerjasama antar Daerah di Kawasan Perkotaan dll).
c. Isu Perencanaan Perkotaan Global
 Perubahan Iklim;
 Krisis Ekonomi Global;
 Penyediaan Energi dan Dampaknya;
 Ketahanan Pangan;
 Perubahan Ukuran Penduduk Kota – kota;
 Kesenjangan Pendapatan;
 Keragaman Budaya.
d. Isu – isu Perencanaan Perkotaan di Negara Berkembang
 Informalitas Perkotaan;
 Pertumbuhan Perkotaan;
 Kesenjangan Pendapatan dan Kemiskinan;
 Proporsi Penduduk Usia Muda yang Tinggi;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
2
R DTR V-2
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

 Kawasan Peri Urban;


 Keterkaitan antara Agenda Hijau dan Coklat;
 Kapasitas Kelembagaan.

Gambar 5.2Transisi Masalah Lingkungan Perkotaan


Sumber : McGranahan et al. (1994; 2001)

e. Isu Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang


 Kesenjangan Pembangunan antar Kawasan Perdesaan dan Perkotaan;
 Akumulasi Modal di Kawasan Perkotaan Peralihan Kepemilikan Sumberdaya di
Perdesaan oleh Penduduk Perkotaan;
 Lemahnya Koordinasi Pembangunan Sektoral di Daerah;
 Kawasan Terbelakang, Terpencil;
 Kapasitas Kelembagaan di Daerah;
 Belum efektifnya Penataan Ruang sebagai Instrumen Pengembangan Wilayah;
 Pelaksanaan Penataan Ruang di Daerah belum sepenuhnya didasarkan pada
Tuntututan Integrasi Wawasan Jangka Panjang, Pro Bisnis, Transparansi,
Akomodatif, Responsif,Partisipatif, Skala Prioritas.
2. Tantangan Pembangunan
a. Penyediaan Prasarana yang Terpadu;
b. Perbaikan Iklim Usaha;
c. Mendorong Perkembangan Daerah dan Kawasan Tertinggal;
d. Mempertahankan kelangsungan Kegiatan Ekonomi yang sudah ada;
e. Pemanfaatan Keunggulan Geografis untuk menangkap Peluang Global;
f. Pemanfaatan Komponen Teknologi yang sesuai dengan Visi dan Misi Pembangunan
Daerah.
3. Tantangan Perkotaaan : Kini dan Masa yang akan datang
a. Perencanaan Perkotaan di masa yang akan datang harus ditempatkan dalam konteks
pemahaman terhadap faktor – faktor yang membentuk Kota – kota di Abad – 21
terutama Tantangan Demografis, Lingkungan, Ekonomi dan Sosio Spasial.
b. Tantangan Demografis :
 Proporsi dan Laju Pertumbuhan Penduduk Perkotaan;
 Masalah Utama : Kemampuan Pemerintah untuk memenuhi Penyediaan Sarana
Prasarana Perkotaan.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
3
R DTR V-3
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

4. Tantangan Lingkungan :
a. Perubahan Iklim : terhadap Kota – kota, Perubahan Iklim akan berdampak negatif
(Akses terhadap Air, Kerentanan Banjir di Kawasan Pesisir dan Bencana Alam karena
Peningkatan Pemanasan Global);
b. Dampak Lingkungan dari Penggunaan Energi Fosil di Kawasan Perkotanterutama BBM
yang dalam Jangka Panjang harganya terus meningkat.
 Penggunaan BBM yang didorong oleh Urbanisasi dan Ketersediaannya yang mudah
telah menimbulkan bentuk Perkotaan yang Berkepadatan Rendah dan bersifat
Sprawl, yang bergantung pada Kendaraan Bermotor.
 Ekonomi yang bertumpu pada BBM memengaruhi Perubahan Iklim : Emisi
Kendaraan Berkontribusi secara signifikan terhadap Emisi GRK dan terhadap
Pemanasan Global.
5. Tantangan Lingkungan Kota – kota di Asia
a. Sebagai Engine Of Economic Growth, Kota – kota mengkonsumsi Sumberdaya yang
banyak dan semakin meningkat serta meninggalkan Jejak Ekologis yang semakin
besar;
b. Asia mempunyai banyak Kota yang Tercemar; Peningkatan Konsumsimengakibatkan
Peningkatan yang Pesat dalam Timbulan Sampah,Sementara Transportasi dan
Industri mencemari Udara;
c. Banyak Kota di Asia membutuhkan Investasi Besar dalam InfrastrukturPerkotaan
untuk menjamin Keberlanjutan Lingkungan yang seiringdengan Upaya
Mempertahankan Competitiveness Perekonomiannya;
d. Ketidakmemadaian Transportasi Massal di banyak Kota di Asia dihadapkan pada
Pertumbuhan Pesat Penduduk dan meluasnyaKawasan Perkotaan;
e. Banyak Kota di Asia mempunyai Prioritas dalam Sasaran Pertumbuhan Ekonomi dari
pada Sasaran Lingkungan;
f. Tumbuhnya Kepedulian terutama di antara Kelas Menengah Perkotaan bahwa
Degradasi Lingkungan tidak akan bersifat Irreversible;
g. Banyak Kota di Asia mempunyai Kerentanan yang ekstrim terhadap Bencana,
Kerentanan terhadap Kenaikan Permukaan Air Laut yang diakibatkan Perubahan Iklim.
6. Tantangan Sosio Spasial
a. Perencana dan Pengelola Perkotaan dihadapkan pada Bentuk dan Proses Tata Ruang
baru, yang pemicunya seringkali berada di luar kendali Pemerintah Daerah.
b. Perubahan Sosio Spasial mengarah pada Fragmentasi, Pemisahan dan Spesialisasi
Fungsi dan Penggunaan Lahan di dalam Kota :
 Di berbagai belahan dunia, ketakutan terhadap kejahatan telah meningkatkan
fragmentasi Perkotaan sehingga Penduduk berpendapatan menengah – tinggi
memisahkan dirinya sendiri kedalam Gated Communities;
 Pada banyak Kota yang miskin, bentuk spasial secara umum dikendalikan oleh
upaya Penduduk Berpendapatan Rendah untuk memperoleh lahan yang terjangkau
dan berlokasi berdekatandengan tempat kerja;
 Proses yang mengarah pada bentuk Perkotaan baru di pinggiran yang mulai
mengkota : tumbuh Kawasan Periurban yang tidak terencana, Lahannya masih
tersedia dengan mudah, Penduduk lepas dari Biaya dan Perlakukan Peraturan
Pertanahan dan dimungkinkan Kombinasi Kehidupan Perkotaan dan Perdesaan.
7. Tantangan Penataan Ruang Wilayah/Kota ke Depan
a. Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Sinergi antara Pelaku Pembangunan Perkotaan
(Antar Instansi di Pusat dan Pusat Daerah);
b. Partisipasi Multistakeholders;
c. Prinsip Keadilan dan Pemerataan (antar Kelompok Masyarakat, antarWilayah);
d. Penataan Ruang untuk Mewujudkan Pembangunan yang lebihBerkelanjutan.
8. Tantangan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
a. Perubahan Fungsi Ruang Publik :
 PKL, Warung di Badan Trotoar;
 Parkir di Trotoar dan Badan Jalan Kemacetan;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
4
R DTR V-4
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

 Bangunan di Bantaran Sungai;


 Perubahan RTH menjadi Masjid, Pos Polisi, Pompa Bensin, Tempat PKL;
 Brandgang menjadi Warung;
 Jembatan Penyeberangan menjadi Papan Reklame, Tempat Jualandan Minta –
minta.
b. Perubahan Fungsi Ruang Privat :
 Perubahan Perumahan menjadi Komersial (Toko, Mall, Café, Outlet,dll);
 Perubahan Bangunan (Luas, GSB, Tinggi, Bangunan Tambahan, dll).

5.1.2 PENYUSUNAN BERDASARKAN URGENSI PENYELENGGARAAN PENATAAN


RUANG

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang,


antara lain :
1. Peran dan Fungsi Kabupaten/Kota;
2. Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota;
3. Memperhatikan Kondisi Alamiah dan Tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti
Struktur dan Morfologi Tanah, Topografi dan sebagainya;
4. Pembangunan dilakukan dengan Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan
danBerwawasan Lingkungan;
5. Dalam Penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk
(Masterplan)Pengembangan Kota;
6. Logical Framework (Kerangka Logis) Penilaian Kelayakan Pengembangan;
7. Keterpaduan Penataan Ruang di sektor lain dilaksanakan pada setiap Tahapan
Penyelenggaraan Pengembangan sekurang – kurangnya dilaksanakan Pada Tahap
Perencanaan baik dalam Penyusunan Rencana Induk maupun dalam Perencanaan
Teknik;
8. Memperhatikan Peraturan dan Perundangan serta Petunjuk/Pedoman yang tersedia;
9. Tingkat Kelayakan Pelayanan, Efektivitas, Efisiensi Penataan Bangunan dan Lingkungan
pada Kota bersangkutan;
10. Sumber Pendanaan dari berbagai Pihak baik Pemerintah, Masyarakat maupun Swasta;
11. Kelembagaan yang mengelola Penataan Ruang;
12. Penataan Ruang memperhatikan Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang;
13. Jika ada Indikasi keterlibatan Swasta dalam Penataan Ruang perlu dilakukan Identifikasi
lebih lanjut;
14. Safeguard Sosial dan Lingkungan;
15. Gambar dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis
disertakan dalam bentuk lampiran.
Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pada Pasal 4
Ayat 3 mengamanatkan bahwa Penyelenggaraan Penataan Ruang untuk Penyusunan dan
Penetapan Perda RDTR merupakan Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam pelaksanaannya di Lapangan terlihat bahwa masih banyak Daerah yang
belum menindak lanjutinya sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari :
1. Masalah Penataan Ruang menyangkut hajat hidup orang banyak.
2. Pengelolaan Ruang pada kenyataannya masih bersifat Sektoral dan Parsial.
3. Perundang – undangan yang terkait dengan Penataan Ruang masih
bermuatanKepentingan Sektoral.
4. Rencana Tata Ruang belum menjadi Arahan dan Pedoman dalam Kegiatan
Pemanfaatan Ruang.
5. Lemahnya Penegakan Hukum Tata Ruang.
6. Konversi Kawasan Lindung menjadi Kawasan Budidaya.
7. Perubahan peruntukan ruang relatif cepat seiring dengan pertambahan Penduduk,
Interaksi serta Migrasi Sosial yang semakin Intens.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
5
R DTR V-5
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

8. Pengaturan wewenang Pemerintahan dalam Penataan Ruang masih banyak yang tidak
jelas, tumpang tindih dan kesenjangan.
9. Masih adanya sikap arogansi Pemilik Modal yang terkesan menggampangkan dan
melecehkan prosedur, yang kerap dibarengi kolusi dengan aparat birokrasi.
10. Peran Serta Masyarakat masih dianggap hanya sebatas pelengkap.
Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai Lembaga Pembina Teknis
Penataan Ruang serta Unsur Pemerintahan Provinsi selaku Lembaga Operasional di Daerah
mempunyai Kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu
melaksanakan Amanat Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5.1.3 PENYUSUNAN BERDASARKAN AMANAT UNDANG – UNDANG NOMOR 26
TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN
RUANG

Visi Ditjen Penataan Ruang Sampai 2014 Yakni : “Mewujudkan Institusi Yang Handal
dan Profesional Didukung Produk yang Berkualitas dalam Mewujudkan Sinergi Pembangunan
Berbasis Penataan Ruang” Misi Ditjen Penataan Ruang, meliputi :
1. Memantapkan Kelembagaan bidang Penataan Ruang yang efektif dan responsif dalam
menyelenggarakan tugas Turbin lakwas PR;
2. Mewujudkan Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum Berbasis
Penataan Ruang;
3. Mewujudkan Penataan Ruang sebagai Acuan Matra Spasial dari Pembangunan Nasional
dan Daerah.
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, Penataan Ruang
diselenggarakan berdasarkan Asas :
1. Keterpaduan;
2. Keserasian, Keselarasan dan Keseimbangan;
3. Keberlanjutan;
4. Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan;
5. Keterbukaan;
6. Kebersamaan dan Kemitraan;
7. Pelindungan Kepentingan Umum;
8. Kepastian Hukum dan Keadilan; dan
9. Akuntabilitas.
Penyelenggaraan Penataan Ruang bertujuan untuk Mewujudkan Ruang Wilayah
Nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan :
1. Terwujudnya Keharmonisan antara Lingkungan Alam dan Lingkungan Buatan;
2. Terwujudnya Keterpaduan dalam Penggunaan Sumberdaya Alam dan Sumberdaya
Buatan dengan memperhatikan Sumberdaya Manusia; dan
3. Terwujudnya Pelindungan Fungsi Ruang dan Pencegahan Dampak Negatif terhadap
Lingkungan akibat Pemanfaatan Ruang.
Wewenang Pemerintah dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang, meliputi :
1. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah
Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta terhadapPelaksanaan Penataan Ruang
Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2. Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Nasional;
3. Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional; dan
4. Kerja Sama Penataan Ruang antar Negara dan Pemfasilitasan Kerja Sama Penataan
Ruang antar Provinsi.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
6
R DTR V-6
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam Penyelenggaraan Penataan


Ruang, meliputi :
1. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota dan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota
2. Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
3. Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/Kota; dan
4. Kerja Sama Penataan Ruang antar Kabupaten/Kota.
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Rinci Tata Ruang terlebih dahulu harus
mendapat Persetujuan Substansi dari Menteri setelah mendapatkan Rekomendasi Gubernur.
5.2 KEBIJAKAN, STRATEGI DAN SASARAN DALAM PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG

5.2.1 KEBIJAKAN
Beberapa poin Kebijakan Nasional tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
sebagai berikut :
1. Mempercepat penyelesaian Peraturan Perundang – undangan, Standar, Pedoman dan
Manual PR dan Meningkatkan Efektifitas Penerapannya di Daerah;
2. Mengefektifkan Pembinaan dan Pengawasan Teknis dalam Pelaksanaan Penataan Ruang
termasuk dengan Meningkatkan Kualitas PenyelenggaraanPenataan Ruang oleh
Pemerintah Daerah sesuai Kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007;
3. Meningkatkan Kualitas Pelaksanaan Penataan Ruang Strategis Nasional yang mendorong
Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Wilayah dan Implementasi Program
Pembangunan Daerah dan Program Pengembangan Wilayah/Kawasan.
5.2.2 STRATEGI
Pada prinsipnya, Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi sangat concern
dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang di daerah Kabupaten, karena melihat urgensi
kebutuhan terhadap Pengaturan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang di daerah
Kabupaten.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dirumuskan Strategi Penyelenggaraan
Penataan Ruang, sebagai berikut :
1. Mengembangkan Prakarsa dan Peran serta meningkatkan rasa memiliki(Ownership)
seluruh Pemangku Kepentingan dalam Percepatan Penyelesaian Produk Pengaturan;
2. Mengembangkan Kapasitas Kelembagaan (O/S/TL) Pusat dan Daerah serta Sinergi dalam
Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang;
3. Mendapatkan Komitmen berbagai Pemangku Kepentingan termasuk Masyarakat, dalam
Pelaksanaan Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Mengembangkan Rencana Terpadu Pengembangan Wilayah di berbagai aras spasialnya,
dengan penjurunya pembangunan infrastruktur PU dan pembangunan daerah.
5.2.3 SASARAN
Beberapa Sasaran dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang, meliputi :
1. Meningkatnya Kualitas Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
serta terpenuhinya Perangkat Pengaturan, Fungsi Pembinaan dan Pengawasan Penataan
Ruang bagi Terwujudnya Pembangunan Nasional yang Berkelanjutan (termasuk Adaptasi
dan Mitigasi Perubahan Iklim).
2. Meningkatnya Efektifitas Kelembagaan dan Manajemen Penyelenggaraan Tugasdan
Fungsi di Bidang Penataan Ruang.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
7
R DTR V-7
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

5.3 MATERI DAN DRAFT RANPERDA RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) DI
BWP KUALA KAPUAS

5.3.1 MATERI YANG AKAN DIATUR


5.3.1.1 Tujuan, kebijakan, dan strategi

A. Tujuan penataan ruang BWP BWP Kuala Kapuas


Perumusan tujuan penataan RDTR BWP Kuala Kapuas 2013 – 2033 disusun merujuk
pada tujuan penataan ruang Kabupaten Kapuas yang dituangkan dalam RTRW Kabupaten
Kapuas 2011 – 2031 yaitu mewujudkan Kabupaten sebagai kawasan agribisnis dan industri
yang produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan. Dalam arahan rencana pola ruang yang
tertuang dalam RTRW Kabupaten Kapuas 2011 - 2031 juga disebutkan dalam peruntukkan
kawasan pariwisata. Dasar perumusan tujuan penataan BWP Kuala Kapuas juga dilandasai
potensi dan permasalahan yang dimiliki BWP Kuala Kapuas yang telah dipaparkan pada
subbab sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penataan BWP (RDTR) BWP
Kuala Kapuas Kabupaten Kapuas 2013 – 2033 adalah:

“Mewujudkan Tata Ruang BWP Kuala Kapuas sebagai kota (AIR) Aman, Indah
dan Ramah”

B. Kebijakan Rencana Detail Tata Ruang BWP BWP Kuala Kapuas


Untuk mencapai tujuan itu harus dijabarkan kedalam kebijakan sebagai berikut:
a. Pemerataan perkembangan struktur ruang yang berkembang secara linear menjadi
struktur ruang terpusat;
b. Perwujudan kawasan agrowisata yang dilengkapi atraksi wisata yang menarik dan
edukatif;
c. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung agrowisata, pertanian, dan
permukiman berskala lokal/regional;
d. Penyediaan kawasan perdagangan dan jasa dalam rangka mendukung agrowisata
berskala lokal/regional;
e. Penyediaan Kawasan Permukiman yang aman, nyaman, layak, dan sehat;
f. Penyediaan lahan pertanian yang produktif dan berkelanjutan; dan
g. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan fungsi-fungsi ekologis yang produktif
dan estetis.
C. Strategi Penataan Ruang
Strategi penataan ruang meliputi:
(1) Strategi untuk memeratakan perkembangan struktur ruang yang berkembang secara
linear menjadi struktur ruang terpusat meliputi:
a. Menumbuhkembangkan pergerakan baru dengan menyediakan pusat pelayanan
baru;
b. Penyediaan sarana penunjang dan sekitar pusat pelayanan baru; dan
c.Penyediaan akses yang dapat menunjang proses pergerakan.
(2) Strategi untuk penyediaan perwujudan kawasan agrowisata yang dilengkapi atraksi
wisata yang menarik dan edukatif meliputi:
a. Meningkatkan produktivitas komoditas-komoditas unggulan perkebunan di BWP
Kuala Kapuas seperti mangga gedong gincu dan buah jambu biji merah;
b. Penyediaan akses yang dapat menunjang proses pergerakan yang dapat menarik
masyarakat secara lokal maupun regional; dan
c.Penyediaan sarana dan prasarana penunjang bagi kegiatan agrowisata yang
dilengkapi atraksi.
(3) Strategi untuk penyediaan sarana dan prasarana pendukung agrowisata, pertanian,
dan permukiman berskala lokal/regional;
a. Penyediaan teknologi pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan
produktivitas;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
8
R DTR V-8
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

b. Memberi kemudahan dalam proses penyediaan modal dan bantuan teknis bagi
para petani; dan
c.Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan maupun perdesaan
merata di seluruh wilayah BWP Kuala Kapuas
(4) Strategi untuk penyediaan kawasan perdagangan dan jasa di kawasan perkotaan BWP
BWP Kuala Kapuas;
(5) Strategi penyediaan Kawasan Permukiman yang aman, nyaman, layak, dan sehat
meliputi:
a. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan maupun perdesaan
merata di seluruh wilayah BWP Kuala Kapuas; dan
b. Pemerataan wilayah pelayanan air bersih, telekomunikasi dan listrik di seluruh
wilayah;
(6) Strategi penyediaan lahan pertanian yang produktif dan berkelanjutan; dan
(7) Strategi untuk menyediakan RTH meliputi:
a. Mengembangkan taman maupun lapangan olahraga;
b. Menetapkan sempadan sungai dan sempadan SUTT;
c.Mewajibkan kepada pengembang (developer) untuk menyediakan RTH berupa
taman publik pada lokasi-lokasi perumahan baru; dan
d. Menyediakan tanaman pada pot sesuai dengan ketersediaan lahannya sebagai
ruang terbuka hijau.

5.3.1.2 Struktur Ruang

Rencana pengembangan pusat kegiatan di BWP Kuala Kapuas dihasilkan berdasarkan


hasil pertimbangan kondisi dilapangan, hasil analisis dengan berpedoman kepada RTRW
Kabupaten Kapuas 2011-2031, sehingga diperoleh jenjang kawasan seperti tabel di bawah
ini:
Tabel 5.1 Rencana Pengembangan Pusat Kegiatan dan Fungsinya
di BWP Kuala Kapuas

Simbol Kode Jenjang Kawasan Lingkup Kawasan Fungsi

Pusat Pemerintahan dan


Pendidikan serta
Kelurahan Selat Utara
Kawasan Perdagangan
dan Jasa
Pusat Kawasan
Kelurahan Selat Hulu
Sub BWP B Pertanian dan Perikanan
B
Pemerintahan Pemukiman dan
Kelurahan Selat Dalam
Perkantoran
Pusat Kawasan
Desa Pulau Telo
Ekowisata/Agrowisata
Kelurahan Pulau Telo Pusat pendukung
Baru kegiatan Pertanian
Pusat pengembangan
Kelurahan Selat Hilir
Kawasan Pelabuhan
Sub BWP A
Pengembangan Kelurahan Selat Tengah Pusat Permukiman
A Kelurahan Selat Barat Sentra Padi sawah
Permukiman/
Pendidikan Desa Murung Keramat Perkebunan
Desa Pena Mas Industri Besar

Sub BWP C Pusat Pusat Kegiatan Sosial


C Kelurahan Sei Pasah
Pengembangan Budaya

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
9
R DTR V-9
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Permukiman dan Kelurahan Barimba Pusat Permukiman


Industri/Budaya Kelurahan Dahirang Sentra Home Industry
Pusat Permukiman dan
Kelurahan Hampatung
Pendidikan
Kelurahan Mambulau Pusat Perdagangan
Pusat Permukiman dan
Desa P. Mambulau
Perdagangan
Sumber : Hasil Analisis berdasarkan RTRW Kapuas 2011-2031 dan Hasil FGD, 2013

5.3.1.3 Pembagian Sub BWP dan Blok


Bagian Wilayah Pengembangan RDTR BWP Kuala Kapuas di tetapkan pada kawasan
dengan karakteristik yang bercirikan perkotaan dan BWP BWP Kuala Kapuas tersebut di bagi
dalam 3 (TIGA ) Sub BWP, yaitu sebagai berikut :
1. Sub BWP B berpusat di Kelurahan Selat Hulu dengan kegiatan kawasan peruntukan
yang dominan adalah perkantoran dan pertanian;
2. Sub BWP A berpusat di Kelurahan Selat Hilir dengan kegiatan kawasan peruntukan
yang dominan adalah permukiman.
3. Sub BWP C berpusat di Sei Pasah dengan kegiatan kawasan peruntukan yang dominan
adalah pariwisata dan Home industri
Untuk lebih jelasnya pembagian Sub BWP dan Blok dapat dilihat pada Tabel 5.2dan
Gambar 5.3.
Tabel 5.2 Rencana Pembagian Sub BWP dan Blok BWP Kuala Kapuas
Luas
No Sub BWP BLOK
(Ha)
A-1 223,90
A-2 233,50
1 Sub BWP A A-3 433,70
A-4 692,30
A-5 350,70
Jumlah 1.934,80
B-1 543,24
B-2 639,20
2 Sub BWP B B-3 350,10
B-4 1107,91
B-5
1370,15
Jumlah 4.010,60
C-1 281,60
C-2 155,80
3 Sub BWP C
C-3 98,40
C-4 226,40
C-5 225,80
Jumlah 988,00
Luas Total 6.933,80
Sumber: Hasil Rencana, 2013

Gambar 5.3 Peta Struktur RDTR BWP Kuala Kapuas

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
10
R DTR V - 10
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
11
R DTR V - 11
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Gambar 5.4 Peta Pembagian Sub BWP RDTR BWP Kuala Kapuas

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
12
R DTR V - 12
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Gambar 5.5 Peta Pembagian Blok RDTR BWP Kuala Kapuas

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
13
R DTR V - 13
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

5.3.1.4 Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang dalam RDTR BWP Kuala Kapuas merupakan rencana distribusi
zona peruntukan (hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona
bawahannya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran,
industri, RTNH, dan penggunaan lainnya) ke dalam blok-blok. Peta pola ruang juga
berfungsi sebagai Zoning map bagi Peraturan Zonasi, baik apabila Peraturan Zonasi dipisah
maupun disatukan dengan RDTR.
Rencana pembagian zona peruntukan BWP Kuala Kapuas merupakan penjabaran lebih
rinci dari Rencana Pola Ruang dalam RTRW Kabupaten Kapuas Tahun 2011-2031. Guna
mengetahui Rencana Pola Ruang BWP Kuala Kapuas sampai tahun 2033 sebagaimana
terlihat Tabel 5.3 sedangkan untuk mengetahui Rencana pola ruang berdasarkan Blok
dapat dilihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.3 Rencana Pola Ruang BWP Kuala Kapuas Tahun 2033
POLA RUANG
KODE LUAS
ZONASI ZONA SUB ZONA
176,16
Perlindungan Setempat Sempadan Sungai/ Irigasi PS
LINDUNG Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau RTH 47,40
Rawan Bencana Rawan Banjir RB 6,24
LUAS ZONA LINDUNG 229,80
Rumah Kepadatan Tinggi R-2 43,00
Perumahan Rumah Kepadatan Sedang R-3 1215,03
Rumah Kepadatan Rendah R-4 214,46
Tunggal K-1 2,48
Perdagangan dan Jasa
Deret K-3 55,74
Pemerintah KT-1 84,11
Perkantoran
Swasta KT-2 28,15
Pendidikan SPU-1 94,70
Transportasi SPU-2 4,21
Kesehatan SPU-3 3,08
Sarana Pelayanan Umum
Olahraga SPU-4 15,91
Peribadatan SPU-6 31,32
BUDIDAYA
PDAM-
Utilitas lainnya 5,32
PLN
Perikanan PL-1 191,07
Pertanian Tanaman Pangan
PL-1 2018,14
Peruntukan Lainnya Lahan Basah
Kebun Campuran PL-1 1059,09
Pariwisata PL-3 191,18
Perumahan &
C-1 50,46
Perdagangan/Jasa
Campuran
Perkantoran &
C-3 28,79
Perdagangan/Jasa
Industri Kecil I-3 2,88
Industri
Aneka Industri I-4 20,64
Ruang Terbuka Non Hijau Jalur Hijau Pejalan Kaki RTNH-2 3,46

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
14
R DTR V - 14
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Tempat Pemakaman Umum RTNH-4 112,87


HANKAM KH-1 9,56
Kawasan Khusus
TPST KH-2 3,17
Jaringan Jalan dan Sungai 2411,62
LUAS ZONA BUDIDAYA 4.292,45
LUAS POLA RUANG BWP BWP KUALA KAPUAS 6.933,87
Sumber : Hasil Rencana, 2013

Tabel 5.4 Rencana Pola Ruang BWP Kuala Kapuas Berdasarkan Blok
Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode
SUB BWP A
Perlindungan Sempadan Sungai
PS 0,2
Setempat
Lindung Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 0,06
Hijau Hijau
Rawan Bencana Rawan Banjir RB 6,24
Kepadatan Tinggi R-2 19,73
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 56,04
Kepadatan Rendah R-4 2,35
Perdagangan Tunggal K-1 0,61
dan Jasa Deret K-3 6,44
Pemerintah KT-1 9,42
Perkantoran
Swasta KT-2 0,29
Pendidikan SPU-1 9,53
A-1 Sarana
Transportasi SPU-2 0,76
Pelayanan
Kesehatan SPU-3 0,30
Umum
Budidaya Peribadatan SPU-6 2,20
Perumahan & 7,85
C-1
Perdagangan/Jasa
Campuran
Perkantoran & 6,31
C-3
Perdagangan/Jasa
Ruang Terbuka Jalur Hijau Pejalan 1,50
RTNH-2
Non Hijau Ka/Taman Kota
Tempat 0,75
RTNH-4
Pemakaman Umum
Kawasan HANKAM 0,96
KH-1
Khusus
Tubuh Air (Sungai) 92,36
Luas Kawasan Lindung 6,50
Luas Kawasan Budidaya 217,40
LUAS BLOK A-1 223,90
Perlindungan Sempadan Sungai
PS 0,05
Setempat
Lindung
Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 0,82
Hijau Hijau
Kepadatan Tinggi R-2 18,24
Perumahan
A-2 Kepadatan Sedang R-3 135,72
Perdagangan dan
Tunggal K-1 1,87
Budidaya Jasa
Perkantoran Pemerintah KT-1 8,15
Sarana Pendidikan SPU-1 5,92
Pelayanan Kesehatan SPU-3 2,44

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
15
R DTR V - 15
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode

Umum Olah Raga SPU-4 2,93


Peribadatan SPU-6 2,24
PDAM- 0,75
lainnya
PLN
Perumahan & 13,80
C-1
Perdagangan/Jasa
Campuran
Perkantoran & 5,49
C-3
Perdagangan/Jasa
Jalur Hijau Pejalan 0,23
RTNH-2
Ruang Terbuka Ka/Taman Kota
Non Hijau Tempat 0,20
RTNH-4
Pemakaman Umum
Tubuh Air (Sungai) 34,65
Luas Kawasan Lindung 0,87
Luas Kawasan Budidaya 232,63
LUAS BLOK A-2 233,50
Perlindungan
Sempadan Sungai PS 1,7
Setempat
Lindung
Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 1,93
Hijau Hijau
Kepadatan Sedang R-3 185,53
Perumahan
Kepadatan Rendah R-4 5,36
Perdagangan dan Deret 5,77
K-3
Jasa
Perkantoran Pemerintah KT-1 3,20
A-3 Sarana Pendidikan SPU-1 1,59
Pelayanan Kesehatan SPU-3 0,34
Budidaya Umum Peribadatan SPU-6 0,43
Peruntukan Pertanian Tanaman 133,24
PL-1
Lainnya Pangan
Kebun Campuran PL-1a 12,28
Pariwisata PL-3 0,78
Perumahan & 2,59
Campuran C-1
Perdagangan/Jasa
Tubuh Air (Sungai) 78,96
Luas Kawasan Lindung 3,63
Luas Kawasan Budidaya 430,07
LUAS BLOK A-3 433,70
Perlindungan Sempadan Sungai
PS 4,01
Setempat
Lindung
Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 2,12
Hijau Hijau
Kepadatan Sedang R-3 90,78
Perumahan
Kepadatan Rendah R-4 46,72
Sarana Pendidikan SPU-1 3,68
Pelayanan Peribadatan SPU-6 0,1
A-4 Umum Lainnya PLN 4,56
Pertanian Tanaman
PL-1 301,08
Budidaya Peruntukan Pangan
Lainnya Kebun Campuran PL-1a 22,30
Perikanan PL-1b 13,66
Perumahan & 5,51
Campuran C-1
Perdagangan/Jasa
Industri Aneka Industri I-4 2,72
Ruang Terbuka Tempat RTNH-4 0,79

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
16
R DTR V - 16
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode

Non Hijau Pemakaman Umum


Kawasan Khusus HANKAM KH-1 7,25
Tubuh Air (Sungai) 187,06

Luas Kawasan Lindung 6,13


Luas Kawasan Budidaya 686,21
LUAS BLOK A-4 692,30
Perlindungan Sempadan Sungai
PS 0,35
Setempat
Lindung
Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 0,15
Hijau Hijau
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 34,50
Sarana Pendidikan SPU-1 1,20
Pelayanan Transportasi SPU-2 0,10
A-5
Umum Peribadatan SPU-6 0,30
Lainnya PLN 4,56
Budidaya
Peruntukan Pertanian Tanaman
PL-1 179,40
Lainnya Pangan
Industri Aneka Industri I-4 15,05
Tubuh Air (Sungai) 115,20

Luas Kawasan Lindung 0,50


Luas Kawasan Budidaya 350,20
LUAS BLOK A-5 350,70
LUAS SUB BWP A 1934,80
Perlindungan Hutan Kota RTH 6,25
Lindung
Setempat Sempadan Sungai PS 5,44
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 272,41
Kepadatan Rendah R-4 43,32
Perdagangan dan
Deret K-3 17,83
Jasa
Perkantoran Pemerintah KT-1 7,22
Sarana
Pelayanan Pendidikan SPU-1 7,79
Umum
B-1
Peruntukan Pertanian Tanaman
Budidaya PL-1 121,13
Lainnya Pangan
Perumahan & 13,62
Campuran C-1
Perdagangan/Jasa
Perkantoran & 8,54
C-3
Perdagangan/Jasa
Ruang Terbuka Taman Kota
RTNH-2 1,75
Non Hijau
Kawasan Khusus HANKAM KH-1 1,4
Tubuh Air (Sungai) 36,44
Luas Kawasan Lindung 11,69
Luas Kawasan Budidaya 531,45
LUAS BLOK B-1 543,14
Perlindungan
Sempadan Sungai PS 15,70
Setempat
Lindung
Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 10,72
B-2 Hijau Hijau
Kepadatan Sedang R-3 20,92
Perumahan
Budidaya Kepadatan Rendah R-4 73,23
Perkantoran Pemerintah KT-1 2,41

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
17
R DTR V - 17
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode

Sarana Pendidikan SPU-1 1,59


Pelayanan Kesehatan SPU-3 0,34
Umum Peribadatan SPU-6 0,43
Peruntukan Pertanian Tanaman
PL-1 232,41
Lainnya Pangan
Kebun Campuran PL-1a 123,55
Tubuh Air (Sungai) 157,38
Luas Kawasan Lindung 26,42
Luas Kawasan Budidaya 612,68
LUAS BLOK B-2 639,10
Perlindungan
Sempadan Sungai PS 4,12
Setempat
Lindung
Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 0,5
Hijau Hijau
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 135,83
Kepadatan Rendah R-4 2,55
Perdagangan dan Deret 23,34
K-3
Jasa
B-3 Sarana 0,25
Pelayanan Pendidikan SPU-1
Budidaya Umum
Peruntukan Pertanian Tanaman 228,34
PL-1
Lainnya Pangan
Perumahan & 1,00
Campuran C-1
Perdagangan/Jasa
Tubuh Air 61,27
(Sungai)
Luas Kawasan Lindung 4,62
Luas Kawasan Budidaya 345,38
LUAS BLOK B-3 350,00
Perlindungan
Sempadan Sungai PS 72,45
Setempat
Lindung
Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 3,87
Hijau Hijau
Kepadatan Sedang R-3 185,53
Perumahan
Kepadatan Rendah R-4 9,86
Perdagangan dan Deret 5,77
K-3
Jasa
Pendidikan SPU-1 16,44
Sarana
Transportasi SPU-2 3,35
Pelayanan
Olah Raga SPU-4 12,70
Umum
Peribadatan SPU-6 0,50
B-4 Peruntukan Pertanian Tanaman 317,54
PL-1
Lainnya Pangan
Budidaya Perikanan PL-1b 90,66
Rumah Potong 4,58
PL-1c
Hewan
Pariwisata PL-3 174,00
Perkantoran & 7,81
Campuran C-3
Perdagangan/Jasa
Kawasan 3,2
Persampahan KH-2
Khusus
Ruang Terbuka 1,40
Taman Kota RTNH-2
Non Hijau
Tubuh Air (Sungai) 199,25

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
18
R DTR V - 18
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode

Luas Kawasan Lindung 76,32


Luas Kawasan Budidaya 1032,59
LUAS BLOK B-4 1108,91
Perlindungan
Lindung Sempadan Sungai PS 41,10
Setempat
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 35,62
Kepadatan Rendah R-4 14,00
Perkantoran Swasta KT-2 21,35
Sarana Pendidikan SPU-1 1,35
Pelayanan Olah Raga SPU-4 1,00
Umum Peribadatan SPU-6 20,00
B-5 Budidaya Peruntukan Pertanian Tanaman
PL-1 97,40
Lainnya Pangan
Kebun Campuran PL-1a 872,00
Perikanan PL-1b 86,82
Ruang Terbuka Tempat
RTNH-4 19,55
Non Hijau Pemakaman Umum
Tubuh Air (Sungai) 159,96
Luas Kawasan Lindung 76,72
Luas Kawasan Budidaya 1293,43
LUAS BLOK B-5 1370.15
LUAS SUB BWP B 4010,60
Lindung Ruang Terbuka Hutan Kota
RTH 11,70
Hijau
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 68,64
Perkantoran Pemerintah KT-1 1,25
Perdagangan dan Deret
K-3 1,00
Jasa
Sarana Pendidikan SPU-1 2,82
Pelayanan
Peribadatan SPU-6 1,43
C-1 Umum
Budidaya Peruntukan Pertanian Tanaman
PL-1 66,14
Lainnya Pangan
Kebun Campuran PL-1a 25,10
Pariwisata PL-3 15,02
Industri Industri Kerajinan I-3 2,90
Ruang Terbuka Tempat
RTNH-4 4.00
Non Hijau Pemakaman Umum
Tubuh Air (Sungai) 85,66
Luas Kawasan Lindung 11,70
Luas Kawasan Budidaya 269,90
LUAS BLOK C-1 281,60
Perlindungan Sempadan Sungai
PS 0,25
Stempat
Lindung
Ruang Terbuka Hutan Kota
RTH 0,15
Hijau
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 46,98
Kepadatan Rendah R-4 1,40
C-2 Sarana Pendidikan SPU-1 4,49
Pelayanan
Peribadatan SPU-6 0,,92
Budidaya Umum
Peruntukan Pertanian Tanaman
PL-1 33,95
Lainnya Pangan
Kebun Campuran PL-1a 19,55
Tubuh Air (Sungai) 49,04

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
19
R DTR V - 19
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode

Luas Kawasan Lindung 0,40


Luas Kawasan Budidaya 155,41
LUAS BLOK C-2 155,81
Lindung Ruang Terbuka
Taman Kota RTH 0,25
Hijau
Kepadatan Sedang R-3 28,40
Perumahan
Kepadatan Rendah 14,30
Perkantoran Pemerintah KT-1 1,25
Perdagangan dan Deret
K-3 1,4
C-3 Jasa
Budidaya Sarana Pendidikan SPU-1 0,35
Pelayanan
Peribadatan SPU-6 0.8
Umum
Peruntukan Pertanian Tanaman
PL-1 25,80
Lainnya Pangan
Tubuh Air (Sungai) 26,65
Luas Kawasan Lindung 0.25
Luas Kawasan Budidaya 98,15
LUAS BLOK C-3 98,40
Lindung Ruang Terbuka
Taman Kota RTH 0,25
Hijau
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 26,50
Perkantoran Pemerintah KT-1 0,7
Sarana Pendidikan SPU-1 1,11
C-4
Pelayanan
Budidaya Peribadatan SPU-6 0.2
Umum
Peruntukan Pertanian Tanaman
PL-1 118,50
Lainnya Pangan
Tubuh Air (Sungai) 79,34
Luas Kawasan Lindung 0,25
Luas Kawasan Budidaya 226,15
LUAS BLOK C-4 226,40
Lindung Ruang Terbuka
Taman Kota RTH 9,25
Hijau
Kepadatan Tinggi 4,41
Perumahan
Kepadatan Sedang R-3 26,92
Perkantoran Pemerintah KT-1 0,7
Sarana
Pelayanan Pendidikan SPU-1 1,25
Umum
C-5
Peruntukan Pertanian Tanaman
Budidaya PL-1 121,10
Lainnya Pangan
Campuran Perumahan &
C-1 5,1
perdagangan/Jasa
Perkantoran &
C-3 1,2
perdagangan/Jasa
Industri Aneka Industri I-4 2,7
Tubuh Air (Sungai) 53,17
Luas Kawasan Lindung 9,25
Luas Kawasan Budidaya 216,55
LUAS BLOK C-5 225,80
LUAS SU BWP C 988,00
LUAS BWP KUALA KAPUAS 6.933,80
Sumber : Hasil Rencana, 2013

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
20
R DTR V - 20
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

Gambar 5.6 Peta Rencana Pola RDTR BWP Kuala Kapuas

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
21
R DTR V - 21
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

5.3.1.5 Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan

Berdasarkan PP 20 tahun 2011, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan


penanganannya merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang
diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan dengan tujuan
untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang
bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya serta
merupakan lokasi pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR.
Kawasan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya di BWP Kuala Kapuas, yaitu :
a) Kawasan sekitar koridor pembangunan jalan koridor Mandumai – Kapuas Timur di Sub
BWP B
Kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang penting dalam pengembangan BWP
Kuala Kapuas. Rencana pembangunan jalan Koridor dari Mandumai – Kapuas Timur
timbul akibat adanya rencana pembangunan rel kereta api yang akan melewati
kawasan tersebut. Rencana pembangunan ini akan menimbulkan banyak efek
multiplier khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana serta tumbuhnya sector
ekonomi khususnya perdagangan dan jasa serta permukiman di kawasan ini. Akibatnya,
BWP Kuala Kapuas di masa yang akan datang akan lebih kompleks kegiatannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka kawasan ini merupakan kawasan yang perlu mendapat
prioritas penanganan dalam kegiatan pembangunan. Adapun lokasi yang masuk dalam
kawasan ini adalah kawasan Sub BWP B dan Sub BWP C. meliputi: kelurahan Selat
Hulu.
b) Kawasan sekitar Jepang Sub BWP B
Dalam rangka mendukung kegiatan Kawasan Perkotaan Kapuas, salah satu program
yang direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kapuas adalah menyusun rencana
penataan pembangunan Jalan Jepang (Jalan Transkalimantan). Kegiatan tersebut saat
ini sudah mulai dilakukan. Dengan adanya penataan jalan ini yang melalui kelurahan
pulau Telo dan Selat Hulu dalam Sub BWP B, maka akan menimbulkan berbagai efek
multiflier yang terjadi. Di kawasan ini akan timbul kegiatan perdagangan dan jasa
sehingga memerlukan dukungan sarana dan prasarana pendukung. Kawasan prioritas
ini terletak di Sub BWP B yaitu di Desa Desa Pula Telo dan Kelurahan Selat Hulu.
c) Kawasan Agrowisata di Sub BWP B
Dalam RTRW Kabupaten Kapuas 2011 – 2031, BWP Kuala Kapuas salah satunya
difungsikan sebagai Kawasan Ekowisata/Agrowisata dengan menanam tanaman buah-
buahan seperti rambutan, cempedak du pulau telo. Rencana kawasan agrowisata ini
tentunya akan menimbulkan berbagai efek terhadap tingkat perekonomian masyarakat
di BWP Kuala Kapuas dan terhadap penyediaan sarana prasarana pendukungnya. Hal
inilah yang menjadikan kawasan ini perlu dipriorotaskan penanganannya yang berlokasi
di Sub BWP B khususnya di Blok B-4
d) Kawasan Rawan Bencana Alam (Longsor dan Banjir) di Sub BWP B
Berdasarkan hasil analisis fisik yang dilakukan dan FGD ( focus group discussion)
dengan stakeholder terkait, kawasan lain yang perlu mendapat prioritas
penanganannya di BWP Kuala Kapuas adalah kawasan rawan bencana banjir dan
longsor. Kawasan ini berada di Sub BWP 2 yang meliputi keluharan Selat Hulu.
Timbulnya genangan ini akibat adanya abrasi sungai kecil (anak sungai kapuas
murung), kawasan ini perlu mendapat prioritas penanganan dalam kegiatan
pembangunan.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
22
R DTR V - 22
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

A. Tema Penanganan Kawasan Prioritas


Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema penanganan Sub
BWP yang diprioritaskan penanganannya terdiri atas:
1) perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui penataan
lingkungan (perbaikan kampung) ;
2) pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui
peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, serta rehabilitasi dan
rekonstruksi kawasan pascabencana;
3) pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui
pembangunan kawasan permukiman (Kawasan Siap Bangun/Lingkungan Siap
Bangun-Berdiri Sendiri), pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa
agropolitan, pembangunan kawasan perbatasan; dan/atau
4) pelestarian/pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pelestarian kawasan,
konservasi kawasan, dan revitalisasi kawasan.
Untuk kawasan perencanaan yang menjadi sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya memiliki beberapa tema yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegiatan
yang direncanakan serta kondisi eksisting saat ini. Untuk lebih jelasnya tema masing-masing
sub BWP yang menjadi prioritas penanganan di BWP Kuala Kapuas dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.4 Tema Penanganan Sub BWP Yang Diprioritaskan

No. Kawasan Prioritas Lokasi Tema Penanganan

1. Mandomai Kapuas Timur Kelurahan Selat Utara - Peningkatan dan perbaikan prasarana, sarana,
dan blok/kawasan melalui penataan
lingkungan.
- Pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan melalui pembangunan kawasaan
perdagangan dan jasa.
2. Kawasan Sekitar Jalan Jalan Desa Pula Telo dan - Pembangunan baru prasarana, sarana, dan
Jepang (Transkalimantan) Kelurahan Selat Hulu blok/kawasan melalui pembangunan shelter
(pemberhentian kendaraan umum) sebagai
pendukung Kota Kapuas.
3. Kawasan Ekowisata/Agrowisata Desa Pulau Telo - Perbaikan prasarana, sarana, dan
blok/kawasan melalui penataan lingkungan.
- Pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan melalui pembangunan kawasan
terpadu dan pembangunan kawasan
agrowisata.
- Penataan prasarana, sarana, dan blok/kawasan
melalui penataan kawasan pertanian.
4. Kawasan Rawan Bencana Alam Kelurahan Selat Hulu - Perbaikan prasarana, sarana, dan
(genangan) dan Longsor tebing dan Selat Hilir blok/kawasan melalui penataan lingkungan.
sungai - Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan
blok/kawasan, melalui rehabilitasi dan
rekonstruksi kawasan rawan bencana
- Penataan kawasan sesuai dengan fungsi yang
ditetapkan
- Pengembangan dan penataan kawasan sekitar
sempadan sungai.
Sumber: Hasil Rencana, 2013

B. Penanganan Kawasan Prioritas


Berdasarkan permasalahan dan tema penanganan di Sub BWP yang diprioritaskan di
BWP Kuala Kapuas, maka konsep untuk menangani kawasan prioritas ini adalah sebagai
berikut:
A. Konsep Penanganan Kawasan Koridor Mandumai Kapuas Timur
1. Melakukan penataan lingkungan permukiman di sekitar koridor Jalan Mandumai

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
23
R DTR V - 23
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

2. Penataan prasarana dan sarana perdagangan dan jasa di blok B-2 dan B-2 berupa
rukan (rumah kantor), ruko (rumah toko), dan toko atau mini market.
3. Pembangunan prasarana jalan lokal yang menghubungkan dengan jalan mandumai-i
kapuas timur.
4. Melakukan rencana penataan zona ruang terbuka hijau di sekitar kawasan.
5. Pembangunan jalur pendestarian/ trotoar di kiri kanan jalan berikut dengan
perlengkapannya (pohon pelindung, selter angkutan umum, tempat sampah/ BIN,
tempat duduk)
6. Penataan saluran drainase yang bersifat terbuka di sekitar jalan dan penataan
saluran drainase permukiman sekitar kawasan.
B. Konsep Penanganan Kawasan Jalan Jepang
1. Melakukan rencana penataan zona perdagangan dan jasa berupa toko atau warung
di kawasan perencanaan.
2. Melakukan rencana penataan zona perumahan di kawasan perencanaan.
3. Melakukan rencana penataan zona ruang terbuka hijau pada kawasan perencanaan,
sehingga dapat memberikan kesejukan pada kawasan.
4. Pembangunan prasarana jalan lokal yang menghubungkan anter kelurahan dan
dengan jalan jepang.
5. Penataan sistem drainase sekitar kawasan,
6. Perencanaan pembangunan shelter (pemberhentian kendaraan umum) di kawasan
perencanaan yang berlokasi di Blok B-1 dab B-4
C. Konsep Penanganan Kawasan Agrowisata
1. Melakukan pembangunan kawasan terpadu agrowisata di Desa PulauTelo blok B-4
2. Penataan dan pengembangan kawasan perkebunan buah-buahan.
3. Pembangunan prasarana dan sarana pendukung agrowisata.
4. Peningkatan jalan sebagai akses ke lokasi agrowisata.
5. Pembangunan sarana pendidikan yang mendukung kegiatan pertanian.
6. Membangun pasar agrowisata sebagai sarana perdagangan untuk mendistribusikan
komoditas buah-buahan.
D. Konsep Penanganan Kawasan Rawan Bencana Alam
1. Normalisasi anak Sungai Kapuas Murung.
2. Penataan kawasan sekitar sempadan Kapuas.
3. Menata kembali kawasan permukiman sekitar sungai.
4. Penataan kawasan bencana alam banjir dan longsor tebing sungai.

5.3.1.6 Indikasi Program


Indikasi program dalam arahan pemanfaatan ruang BWP Kuala Kapuas meliputi :
a. indikasi program utama, adalah program-program pemanfaatan ruang yang
diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan
struktur ruang dan blok peruntukan Kawasan Tuguh dan taman Kota air. Bentuk atau
klasifikasi program yang ditetapkan dalam indikasi program utama diselaraskan dengan
corak kebijakan atau rencana untuk masing-masing subjek, yaitu menurut corak:
1) pemecahan masalah (problem solving);
2) melanjutkan dan memodifikasi kecenderungan yang ada (trend modifying);
3) mencari peluang berdasarkan kecenderungan ( opportunity seeking);
4) pengembangan dengan tujuan tertentu ( goal oriented).

Atas dasar corak tersebut, secara garis besar indikasi program akan meliputi:
1) peningkatan, terkait dengan mencari atau memanfaatkan peluang;
2) revitalisasi, terkait terutama dengan pemecahan masalah;
3) pengembangan, terkait dengan penetapan tujuan baru;
4) pemantapan, terkait dengan melanjutkan kecenderungan perkembangan.
b. lokasi, tempat usulan program akan dilaksanakan.
c. sumber pendanaan, yang dapat berasal dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
dan/atau masyarakat.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
24
R DTR V - 24
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

d. instansi pelaksana, adalah pelaksana program yang disesuaikan dengan kewenangan


masing-masing (pemerintahan, swasta atau masyarakat).
e. waktu dan tahapan pelaksanaan, usulan program utama direncanakan dalam kurun
waktu perencanaan yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing
program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Program
tahap pertama dapat dirinci ke dalam program utama tahunan.

A. Program Perwujudan Rencana Pola Ruang


Zona Lindungdi BWP Kuala Kapuas terdiri dari :
1. Zona perlindungan setempat, yang meliputi sempadan Sungai; dan
2. Zona ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain meliputi taman taman kota
Untuk mewujudkan zona lindung di BWP Kuala Kapuas, maka program pengembangan
adalah sebagai berikut:
1. Pengukuhan zona Lindung, melalui kegiatan penataan, penguasaan dan pengelolaan
zona lindung
2. Rehabilitasi dan konservasi lahan di zona Lindung guna mengembalikan dan
meningkatkan fungsi lindung, melalui kegiatan penghijauan di seluruh Zona Lindung.
3. Pengamanan dan pengendalian lahan di Zona Lindung melalui kegiatan pengawasan,
pengamanan dan pengaturan pemanfaatan serta penguasaan sumberdaya di seluruh
Zona Lindung.
4. Pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan lahan di Zona Lindung.

Untuk zona budidaya, program pengembangannya terdiri dari pengembangan zona


perumahan; zona pendidikan, zona perdagangan dan jasa; zona pemerintahan dan
bangunan umum; dan zona pariwisata.
a) Program Pengembangan Zona Perumahan/ Permukiman Perkotaan
Program pengembangan zona perumahan meliputi:
1. Penataan dan pengendalian perumahan di pusat kota dan perumahan di sekitar
kawasan zona lindung
2. Penetapan kawasan pengembangan perumahan dan permukiman
3. Pengaturan intensitas ruang
4. Penataan sempadan bangunan
5. Pengembangan alternatif-alternatif pembiayaan pembangunan perumahan,
terutama perumahan menengah ke bawah.
6. Pengaturan kembali struktur pelayanan fasilitas sosial dan prasarana dasar
lingkungan perumahan di BWP Kuala Kapuas yang sudah berkembang.
b) Program pengembangan zona pendidikan berupa pengembangan sarana dan
prasarana pendukung pendidikan di BWP Kuala Kapuas
c) Program Pengembangan Zona Perdagangan dan Jasa
Program pengembangan zona perdagangan dan jasa adalah:
1. Penataan kawasan perdagangan di pusat kota dan koridor jalan utama
2. Pembangunan kawasan perdagangan dan jasa skala regional
3. Penyediaan fasilitas parkir untuk kegiatan perdagangan/komersil
4. Pengendali dalam bentuk pengawasan dan pemberian sangsi bagi pelanggar
ketertiban
Program pengendalian zona perdagangan dan jasa adalah:
1. Kewajiban dan insentif sektor formal dalam penyediaan ruang untuk kegiatan
informal
d) Program Pengembangan Industri
Program pengembangan industri kecil adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan industri kecil dan menengah dengan dukungan sarana dan
prasarana lingkungan yaitu di kawasan sentra industri .
2. Pengelolaan industri berwawasan lingkungan di wilayah yang sudah berkembang
pada saat ini.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
25
R DTR V - 25
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

e) Program Pengembangan Zona Pariwisata


Program pengembangan Zona wisata:
1. Pembangunan Kawasan Agrowisata;
2. Pengembangan fasilitas pendukung wisata;
3. Pengembangan prasarana wisata;
4. Pengembangan jasa pariwisata;
5. Pengembangan jalur wisata;
6. Pelibatan masyarakat di sekitar zona wisata sebagai pelaku/ bagian dari kegiatan
wisata yang akan dikembangkan.
f) Program Pengembangan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
Program pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum meliputi:
1. Peningkatan kualitas fasilitas sosial dan fasilitas umum (pemeliharaan dan
rehabilitasi).
2. Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum baru sesuai dengan kebutuhan.
3. Relokasi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan.
Program utama perwujudan zona yang diprioritaskan penanganannya pada tahap
pertama diprioritaskan pada:
a. Sosialisasi program
b. Pembebasan lahan.
c. Pembangunan kawasan prioritas.

B. Tahap Pembangunan
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah (RDTR) BWP Kuala Kapuas mempunyai dimensi
waktu pelaksanaan 20 Tahun (2013-2033). Dalam pelaksanaannya, dilakukan pentahapan
pelaksanaan dalam 5 (lima) tahunan.
1) Tahapan Pembangunan Program Pengembangan Zona Lindung

Pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi lahan dilakukan secara bertahap. Tahapan


pengembangan program pemanfaatan sumber daya alam dan buatan ditentukan dengan
kriteria tingkat kerusakan dan kekritisannya. Prioritas utama adalah lahan yang kritis,
kemudian yang tingkat kerusakannya lebih besar.
Prioritas I :
1. Penataan sempadan Sungai
2. Penguasan lahan RTH
Prioritas I :

1. Pembangunan pengembangan RTH skala kota


2. Pengendalian kegiatan pembangunan permukiman di bantaran Sungai.
2) Tahapan Pembangunan Program Pengembangan Zona Budidaya

Tahapan pengembangan zona budidaya, secara umum didasarkan pada


indikator/kriteria zona strategis kota, terutama strategis aspek ekonomi dan sosial.

Indikasi program pembangunan zona budidaya dilakukan melalui empat tahap, yaitu :

(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah pada tahap pertama
diprioritaskan pada:
a. Pengembangan zona komersil (perdagangan dan jasa) di sepanjang Jalan
b. Penataan zona komersil (perdagangan dan jasa) di Koridor jalan utama
c. Pembangunan kawasan shelter dan pergudangan
d. Pembangunan dan pengembangan zona industri kecil
e. Pembangunan dan pengembangan zona perkantoran pemerintah di tiap desa.
(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah, pada tahap kedua
diprioritaskan pada:
a. Pengembangan zona peruntukan kegiatan sektor informal di sepanjang jalan utama

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
26
R DTR V - 26
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

b. Penataanzona perumahan di sepanjang Jalan Utama


c. Pembangunan zona pariwisata di Desa Pulau Telo.
(3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah, pada tahap ketiga
diprioritaskan pada:
a. Penataan/peremajaan zona komersil (perdagangan dan jasa) termasuk penataan
zona peruntukan kegiatan sektor informal di sepanjang Koridor Mandumai Kapuas
Timur.
b. Pengembangan fasilitas pendidikan berupa TK di blok permukiman
c. Pengembangan sarana kesehatan di blok A-3 dan B-1 dan B-4
d. Pengembangan fasilitas perkantoran dan jasa, TPU, pembangunan TPS, RTNH.
e. Penataanzona pemukiman di sub BWP B
f. Pengembangan shelter (pemberhentian sementara kendaraan umum) di blok B-4
(4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah, pada tahap keempat
diprioritaskan pada:
a. penataan zona peruntukan zona perumahan;
b. penataan zona peruntukan perdagangan dan jasa;
c. pengembangan zona peruntukan pariwisata;
d. pengendalian zona peruntukan kegiatan sektor informal; dan
e. pengembangan fasilitas pendidikan, kesehatan, perkantoran dan jasa, TPU, TPS,
RTNH.
C. Program Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana
Indikasi program utama perwujudan rencana jaringan prasarana pada tahap
pertama diprioritaskan pada:
a. Peningkatan jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor dan lokal
b. Pengembangan jalan lingkar
c. Normalisasi sungai, peningkatan kegiatan operasional dan pemeliharaan sungai;
d. perbaikan sistem jaringan distribusi listrik , meliputi jaringan transmisi menengah (JTM)
dan jaringan transmisi rendah (JTR);
e. penambahan dan perbaikan sistem pelayanan sambungan listrik ke rumah-rumah
terutama ke sub BWP II;
f. pengembangan jaringan telekomunikasi di setiap desa;
g. pembangunan saluran drainase dan/ataugorong – gorong terutama di sepanjang Jalan
Siliwangi;
h. pengadaan prasarana dan sarana persampahan.

Indikasi program utama perwujudan rencana jaringan prasarana, pada tahap kedua
diprioritaskan pada:
a. Penataan jalan kolektor skunder dan lokal
b. Pengembangan dan pembangunan jalan inpeksi di kiri kanan Sungai
c. penambahan dan perbaikan sistem pelayanan sambungan listrik ke rumah-rumah;
d. pengembangan jaringan telekomunikasi disetiap kelurahan/desa;
e. pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong
gorong;
f. peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah dan sanitasi;
g. peningkatan prasarana dan sarana persampahan.

Indikasi program utama perwujudan rencana jaringan prasarana, pada tahap ketiga
diprioritaskan pada:
a. perbaikan jalan-jalan lingkungan
b. perbaikan sistem jaringan distribusi meliputi jaringan transmisi menengah (JTM) dan
jaringan transmisi rendah (JTR);
c. penambahan dan perbaikan sistem pelayanan sambungan listrik ke rumah-rumah;
d. pengembangan jaringan telekomunikasi disetiap desa;
e. pembangunan saluran drainase dan/atau gorong – gorong;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
27
R DTR V - 27
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

f. pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong
gorong;
g. peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah dan sanitasi; dan
h. pengadaan prasarana dan sarana persampahan.
i. Pembuatan IPAL domestic / IPLT dan peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan
air limbah dan sanitasi komunal atau individual

Indikasi program utama perwujudan rencana jaringan prasarana, pada tahap keempat
diprioritaskan pada:
a. perbaikan jalan-jalan lingkungan
b. penambahan dan perbaikan sistem pelayanan sambungan listrik ke rumah-rumah;
c. pengembangan jaringan telekomunikasi disetiap jorong dan nagari;
d. peningkatan kualitas dan kuantitas sumber air baku;
e. pembangunan saluran drainase dan/atau gorong-gorong;
f. pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong
gorong;
g. peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah dan sanitasi.
h. pengadaan prasarana dan sarana persampahan.

5.3.2 KETENTUAN SANKSI


Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap Pemanfaatan
ruang yang ticlak sesuai dengan rencana tata ruang dan ketentuan umum peraturan zonasi
serta pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam izin pemanfaatan
ruang. Arahan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang akan dilakukan
dengan pemberian sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif meliputi :
a. Peringatan tertulis,
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum,
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin,
f. Pembatalan izin,
g. Pembongkaran bangunan,
h. Pemulihan fungsi ruang; dan
i. Denda administratif.

Sanksi administratif akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah yang
ditetapkan paling lambat 24 (dua puluh) bulan setelah diundangkannya Peraturan Daerah
ini. Sedangkan sanksi pidana meliputi :
a. Tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang, pidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan Benda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
b. Jika tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah);
c. Jika tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang mengakibatkan kematian
orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah),
d. Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah), dan
e. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
28
R DTR V - 28
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR

tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Selain
sanksi pidana, pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara
tidak dengan hormat dari jabatannya.

5.3.3 KETENTUAN PERALIHAN


Ketentuan peralihan meliputi :
1. Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semua pemanfaatan ruang yang, tidak
sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan dengan rencana tata ruang
melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang.
2. Pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tata ruang sebelumnya. diberi
masa transisi selama 3 (tiga) tahun untuk penyesuaian.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
29
R DTR V - 29
NASKAH AKADEMIS | Penutup

BAB VI
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kebijakan pokokisi Naskah Akademik memuat hal sebagai berikut :
1. Ketentuan Umum
Memuat rumusan akademik mengenai batasan pengertian/definisi.
2. Ketentuan Asas dan Tujuan
Memuat asas dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3. Materi Pengaturan
Wilayah perencanaan meliputi seluruh BWP Kuala Kapuas. Luas wilayah perencanaan
4819,63 Ha. Materi yang dibahas di dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana
Detail Tata Ruang(RDTR) BWP Kuala Kapuas meliputi :
a. Tujuan, kebijakan dan strategi;
b. Rencanas truktur ruang system pusat pelayanan perkotaan, dan system jaringan
prasarana dan sarana,
c. Rencana pola ruang meliputi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan rencana
blok;
d. Rencana penanganan kawasan, lingkungan dan blok meliputi rencana
penyediaan ruang bagi sektor informal, rencana penyediaan RTH dan RTNH
rencana penanganan kawasan dan bangunan, dan rencana intensitas bangunan;
e. Rencana pemanfaatan ruang meliputi indikasi program perwujudan rencana
struktur ruang, indikasi program perwujudan rencana pola ruang, dan indikasi
program penanganan kawasan dan bangunan, dan
f. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi peraturan zonasi, perijinan, ketentuan
insentif dan disinsentif, dan sanksi.

5.2 SARAN

Hasil kegiatan ini diharapkan menjadi dasar diperlukannya kegiatan lain untuk
mendukung penyempumaan Naskah Akademik dan Raperda, diantaranya kegiatan-
kegiatan tersebut lebih rincinya adalah sebagai berikut :
a. Rencana Rinci Kawasan Strategis disusun pada skala 1 : 5.000
b. Peraturan Zonasi pada skala 1 : 5.000
c. Rencana Prasarana Wilayah pada skala 1 : 5.000

RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
1
R DTR VI - 1

Anda mungkin juga menyukai