KATA PENGANTAR
BAPPEDA
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
BAB I
PENDAHULUAN
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-1
Kabupaten Kapuas, akan memberikan dampak kepada struktur dan pola ruang
BWP Kuala Kapuas;
2. BWP Kuala Kapuas termasuk dalam pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
merupakan pusat kegitan permukiman perkotaan dengan hirarki pelayanan skala
regional/kebupaten (hirarki I), terletak di Kota Kuala Kapuas yang merupakan
Ibukota Kabupaten Kapuas dengan arahan pengembangan kegitan utama yaitu
sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan publik, perekonomian dan regional,
pusat distribusi dan koleksi barang dan jasa, pusat jasa pendukung kegiatan
perekonomian (pengolahan dan pemasaran). Sedangkan untuk kegiatan penunjang
utama yaitu sebagai pusat kegiatan pendidikan, kesehatan, peribadatan,
perdagangan, dan permukiman.
4. BWP Kuala Kapuas berbatasan langsung dengan oleh Kecamatan Basarang yang
termasuk ke dalam kawasan strategis agropolitan akan berdampak pada
perkembangan BWP Kuala Kapuas ;dan
5. BWP Kuala Kapuas memiliki lahan pertanian yang cukup besar, yakni dengan luas
baku 1871 Ha pada tahun 2012, hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi
pemerintah daerah untuk dapat mengembangkan BWP Kuala Kapuas menjadi
kawasan perkotaan dengan tetap mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan;
No Aspek Permasalahan
Belum adanya rencana spatial sebagai pedoman integrasi
1 Kebijakan
penataan
2 Fisik alamiah Terdapat titik-titik rawan banjir pada musim hujan
3 Tata Guna Lahan Pola ruang terserak/tersebar.
Tenaga kerja didominasi buruh, tingkat pendidikan relatif
4 Kependudukan
rendah.
5 Ekonomi Belum terstrukturnya sector ekonomi secara local dan regional
Sistem jaringan jalan lokal penghubung desa kurang
6 Transportasi
memperkuat struktur agrowisata dan pertanian
Belum adanya fasilitas yang mencirikan pendukung kegiatan
7 Fasilitas
sentra pertanian dan agrowisata.
Kurangnya prasarana dasar : air bersih, air limbah dan
8 Utilitas
sampah.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-2
1.3.2 TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah Terwujudnya Acuan/Pedoman dalam
Pembentukan Ranperda yang sesuai dengan Penyelenggaraan Penataan Ruang, baik secara
Administratif maupun Teknis sesuai Peraturan Perundangan dengan yang efisien dan optimal
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan, sehingga Pemanfaatan
Ruang di BWP Kuala Kapuas tersebut dapat diimplementasikan di masa yang akan datang.
1.4 RUANG LINGKUP MATERI
Naskah Akademik merupakan bagian penting dalam Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah sebagai bentuk pertanggung jawaban ilmiah. Naskah akademik ini
memuat gagasan pengaturan materi tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Peninjauan
tersebut dilengkapi dengan Referensi yang memuat Urgensi, Konsepsi, Landasan atas
Hukum dan Prinsip – prinsip yang digunakan serta pemikiran tentang Norma – norma yang
telah dituangkan ke dalam bentuk Pasal – pasal dengan mengajukan beberapa Alternatif
yang disajikan dalam bentuk uraian yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum dan sesuai dengan politik hokum yang telah digariskan.
Lingkup materi yang akan dibahas dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) BWP
Kuala Kapuas disesuaikan dengan muatan yang harus ada di dalam Rencana Detail Tata
Ruang, yaitu :
Tujuan Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan;
Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan, terdiri dari :
o Struktur Pemanfaatan Ruang, yang meliputi Distribusi Penduduk,Struktur Pelayanan
Kegiatan Kawasan Perkotaan, Sistem Jaringan Pergerakan, Sistem Jaringan
Telekomunikasi, Sistem Jaringan Energi dan Sistem Prasarana Pengelolaan
Lingkungan;
o Pola Pemanfaatan Ruang, yang meliputi Pengembangan Kawasan Fungsional
(Kawasan Permukiman, Perdagangan, Jasa, Pemerintahan,Pariwisata,
Perindustrian) dalam Blok – blok Peruntukan.
Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Fungsional Perkotaan, meliputi :
o Arahan Kepadatan Bangunan (Net Density/KDB) untuk setiap Blok Peruntukan;
o Arahan Ketinggian Bangunan (Maximum Height/KLB) untuk setiap Blok Peruntukan;
o Arahan Koefisien Dasar Hijau (KDH) untuk setiap Blok Peruntukan;
o Arahan Garis Sempadan Bangunan untuk setiap Blok Peruntukan;
o Rencana Penanganan Lingkungan Blok Peruntukan;
o Rencana Penanganan Jaringan Prasarana dan Sarana.
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Fungsional Perkotaan.Kegiatan –
kegiatan yang dilakukan untuk melengkapi materi ini adalah :
o Kajian Literatur dan Kajian terhadap Peraturan Perundangan terkait.Termasuk dalam
kajian literatur ini adalah studi – studi yang berkaitan dengan Penyusunan RDTR
BWP Kuala Kapuas serta Peraturan – peraturan yang berlaku baik yang berlaku di
Indonesia, Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kapuas maupun Kabupaten/Kota
Lainnya yang dapat dijadikan sebagai rujukan.
o Mengumpulkan, mempelajari dan menganalisis informasi – informasi berkaitan
dengan RDTR BWP Kuala Kapuas.
- Kebijakan dan Rencana pada Tingkatan Nasional seperti Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP Nasional), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM
Nasional), Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRW Nasional);
- Kebijakan dan Rencana Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam Dokumen
Pembangunan dan Dokumen Tata Ruang seperti Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Kalimantan Tengah maupun Rencana Tata Ruang yanglebih
detail lainnya yang telah ditetapkan, Rencana – rencana Pembangunan, Proyek
Pembangunan dan lain – lainnya;
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-3
- Kebijakan dan Rencana Pemerintah Kabupaten Kapuas dalam Dokumen
Pembangunan dan Dokumen Tata Ruang seperti Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Kapuas maupun Rencana Tata Ruang yang lebih detail lainnya
yang telah ditetapkan, Rencana –rencana Pembangunan, Proyek Pembangunan,
dan lain – lainnya;
- Kebijakan dan Rencana Pemerintah Kapuas dalam Dokumen Pembangunan,
Kegiatan Pembangunan dan lain – lain;
- Data Primer/Survei Lapangan berkaitan dengan kondisi lapangan persepsi dan
preferensi Stakeholders dan persoalan – persoalan berkaitan dengan
Perencanaan, Pemanfaatan Ruang serta Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
- Informasi berkaitan dengan Penyusunan RDTR BWP Kuala Kapuas dari Instansi
yang terkait; dan
- Aspek Kelembagaan dan Administrasi Penyelenggaraan/ Pembangunan di BWP
Kuala Kapuas.
o Analisis kondisi eksisting BWP Kuala Kapuas yang meliputi kondisi fisik lingkungan,
sosial dan ekonomi termasuk kondisi eksisting serta ketersediaan prasarana dan
sarana yang ada di BWP Kuala Kapuas ini.
o Perumusan Rencana Detail Tata Ruang BWP Kuala Kapuas, meliputi :
- Rencana Kependudukan;
- Rencana Perekonomian;
- Arahan Pengembangan BWP Kuala Kapuas;
- Rencana Struktur Ruang BWP Kuala Kapuas meliputi Sistem Pusat Kegiatan
dan Sistem Jaringan Prasarana;
- Rencana Pola Ruang yang meliputi Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya;
- Pedoman Pelaksanaan Pembangunan yang berisi tentang Arahan Peraturan
Zonasi;
- Arahan Pemanfaatan Ruang yang berisi Indikasi Program Utama yang
bersifat Interdependensi Antar kelurahan/desa;
- Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
- Dilihat kaitannya RDTR dengan Peraturan Zonasi, Peraturan Zonasi
merupakan rujukan untuk penyusunan Rencana yang lebih Rinci dari RDTRK
seperti RTRK atau RTBL. Kaitan RDTR dengan. Peraturan Zonasi dapat
dilihat pada Gambar 1.1 dan 1.2 berikut.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-4
Gambar 1.2 Penyusunan RDTR Bersama dengan Peraturan Zonasi
1.5 METODE
Metode yang digunakan dalam perumusan naskah akademik ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode penelitian dan Penelaahan ( Assessment)
a. Metode adalah pedoman untuk berpikir, berbuat atau membuat. Dalam kegiatan
penelitian seperti penyusunan naskah akademik ini, metode yang digunakan adalah
metode untuk berpikir yaitu cara untuk tahu, mengerti dan memahami cara untuk
menganalisis dan cara untuk membuat sintesis;
b. Dalam proses penyusunan naskah akademik ini, penentuan metode ini penting
terutama karena proses untuk tahu, analisis dan sintesis dilakukan secara kolektif
dan partisipatif. Jelasnya metode ini dikembangkan dalam rangka pengorganisasian
dan bukan hanya pertanggungjawaban seperti penelitian dalam bidang akademik.
Oleh karena itu cara diskusi kelompok terfokus, sistem pakar, Delphi dan sebagainya
adalah cara yang sering digunakan dalam penelitian semacam perumusan naskah
akademik peraturan perundangan;
c. Pedoman ini dapat berupa suatu kerangka konseptual ( conceptual framework) atau
urutan kegiatan (procedure). Kerangka konseptual biasanya digunakan untuk suatu
proses acak dan incremental;
d. Kerangka konseptual yang digunakan dalam analisis kebijakan pada umumnya
adalah analisis legal dan normative, analisis logic, dan analisis empiric. Analisis legal
dan normative menguraikan, mencari, dan menemukan norma dan ketentuan legal
yang dapat menjadi dasar penentuan kebijakan. Analisis logic menelaah interelasi
dan interkoneksi antar faktor sedangkan analisis empirik menelaah realia dan
fenomena yang terjadi.
2. Metode Menurut Pedoman
Pedoman yang dilampirkan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor
HH.01.PP.01.01 Tahun 2008, antara lain menyatakan bahwa:
a. Metode penelitian di bidang hukum dilakukan melalui pendekatan yuridis normative
maupun yuridis empiris dengan menggunakan data sekunder maupun data primer;
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-5
b. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama)
data sekunder, baik yang berupas perundang-undangan maupun hasil-hasil
penelitian, hasil pengkajian dan referensi lainnya;
c. Pendekatan yuridis empiris dapat dilakukan dengan menelaah data primer yang
diperoleh/ dikumpulkan langsung dari masyarakat. Data primer dapat diperoleh
dengan cara pengamatan (observasi), diskusi (Forum Group Discussion),
wawancara, mendengar pendapat narasumber atau para ahli, menyebarkan
kuisioner dan lain sebagianya; dan
d. Pada umumnya metode penelitian pada naskah akademik menggunakan pendekatan
yuridis normative yang utamanya menggunakan data sekunder yang dianalisis
secara kualitatif. Namun demikian, data primer juga sangat diperlukan sebagai
penunjang dan untuk mengkonfirmasi data sekunder.
3. Metode Penyusunan Naskah Akademik Raperda tentang Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) BWP Kuala Kapuas
a. Naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) BWP Kuala Kapuas ini diselenggarakan dalam dua tahap yaitu tahap
pertama analisis, telaah permasalahan dan pengembangan oleh ahli dan para
pemangku kepentingan di lingkungan kecamatan meliputi tinjauan kondisi
kecamatan, analisis pengembangan kecamatan, dan konsep pengembangan
kecamtan sedangkan tahap kedua pembahasan oleh berbagai pemangku
kepentingan; dan
b. Pembahasan dilakukan dengan berbagai cara antara lain penyelenggaraan Forum
Group Disscussion (FGD) guna menampung aspirasi berbagai pemangku
kepentingan.
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Detail Tata Ruang
BWP Kuala Kapuas Tahun 2013 -2033 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan
pembuatan naskah akademik, ruang lingkup materi, metode pendekatan dan
sistematikapembahasan.
Bab II Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
Bab ini menguraikan materi yang bersifat teoritis, asas, praktik, perkembangan pemikiran,
serta implikasi dari ranperda tentang rencana detail tata ruang
Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-undangan terkait
Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan terkait yang memuat
kondisi hukum yang ada, keterkaitan peraturan daerah dengan peraturan lainnya.
Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
Bab ini menguraikan beberapa landasan yang digunakan sebagai pijakan penyusunan
rancangan peraturan daerah. Landasan tersebut setidaknya terdiri darilandasan filosofis,
landasan sosiologis dan landasan yuridis
Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi
MuatanRancangan Peraturan Daerah
Bab ini menguraikan mengenai ruang lingkup materi muatan, sasaran yang diwujudkan,arah
dan jangkauan pengaturan.
Bab VI Penutup
Bab ini memuat simpulan dan saran.Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang
berkaitan dengan praktik penyelenggaraan, pokok eleborasi teori dan asas yang telah
diuraikan.Saran yang diuraikan memuat perlunya pemilahan substansinaskah akademik dan
rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan rancanganperaturan daerah.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
I-6
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMIPIRIS
Dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) BWP Kuala Kapuas Tahun 2013 – 2033 Kajian Teoritis disesuaikan dengan Pedoman
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), meliputi :
2.1 KETENTUAN UMUM
2.1.1 ISTILAH DAN DEFINISI
Dalam Rencana Detail Tata Ruang BWP Kuala Kapuas ini yang dimaksud dengan:
3 Bagian dari wilayah kabupaten/kota adalah satu kesatuan wilayah dari
kabupaten/kota yang bersangkutan yang merupakan wilayah yang terbentuk secara
fungsional dan administratif dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan fasilitas
umum kabupaten/kota;
4 Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus;
5 Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata (spt jaringan jalan, sungai, selokan, saluran, irigasi, saluran udara tegangan
(ekstra) tinggi, dan pantai) atau yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana
jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota);
6 BWP adalah bagian wilayah perencanaan;
7 Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya;
8 Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya;
9 Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh
denah bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam rencana kabupaten/kota;
10 Garis Sempadan Jalan (GSJ) adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam
rencana kabupaten/kota;
11 Intensitas ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan
berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan dan
ketinggian bangunan tiap bagian kawasan kabupaten/kota sesuai dengan kedudukan
dan fungsinya dalam pembangunan kabupaten/kota;
12 Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan;
13 Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain (network)
14 Kabupaten/kota adalah wilayah otonomi daerah yang dikepalai oleh Bupati/Walikota,
yang merupakan bagian langsung dari wilayah provinsi dan terdiri atas beberapa
kecamatan;
15 Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya;
16 Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan;
17 Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan;
18 Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi;
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
1
R DTR II - 1
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
2
R DTR II - 2
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
38 Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya;
39 Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
40 Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
41 Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang
memuat kebijakan dan penetapan Pemerintahan Kabupaten/ kota mengenai lokasi
kawasan-kawasan yang harus dilindungi di wilayah darat dan/atau wilayah laut, lokasi
pengembangan kawasan budidaya, termasuk di dalamnya kawasan-kawasan produksi
dan kawasan permukiman, sistem prasarana transportasi, fasilitas dan utilitas umum,
serta kawasan-kawasan di wilayah darat dan wilayah laut yang diprioritaskan
pengembangan nya dalam kurun waktu rencana;
42 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya;
43 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang
bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan;
44 Ruang manfaat jalan (Rumaja) adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan
ambang pengamannya;
45 Ruang milik jalan (Rumija) adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu
diluar ruang manfaat jalan;
46 Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) adalah ruang tertentu diluar ruang milik jalan
yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggaraan jalan;
47 Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam;
48 Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah ruang-ruang dalam kabupaten/kota dalam
bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang menampung kegiatan sosial,
budaya, dan ekonomi masyarakat kabupaten/kota dan tidak didominasi tanaman;
49 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 245kV;
50 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 35 kV sampai
dengan 245 kV;
51 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional;
52 Sub Blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan sub zona;
53 Sub BWP adalah pembagian fisik di dalam satu BWP berdasarkan dengan karakteristik
tertentu;
54 Sub Zona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu
yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan;
55 Utilitas umum adalah kelengkapan sarana pelayanan lingkungan yang memungkinkan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mencakup sistem penyediaan air
bersih, sistem drainase air hujan, sistem pembuangan limbah, sistem persampahan,
sistem penyediaan energi listrik, sistem jaringan gas, sistem telekomunikasi dan lain-
lain;
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
3
R DTR II - 3
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
56 Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional;
57 Wilayah perencanaan adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis
kabupaten/kota yang akan/perlu disusun rencana rincinya dalam hal ini RDTR
kabupaten/kota sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota
yang bersangkutan.
58 Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik;
59 Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan
karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.
59.1.1 KEDUDUKAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI
Sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun2007 tentang
Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang dirumuskan secara berjenjangmulai dari tingkat yang
sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci. DalamUndang – undang tersebut dinyatakan
bahwa Perencanaan Tata Ruang dilakukan untuk menghasilkan :
1. Rencana Umum Tata Ruang, secara hirarki terdiri atas :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota.
2. Rencana Rinci Tata Ruang, yang terdiri atas :
a. Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;
c. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten/Kota.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :
Kedudukan Peraturan Zonasi dalam Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang diperkenalkan satu perangkat Pengendalian Pemanfaatan Ruang, yaitu
Peraturan Zonasi. Pengertian Peraturan Zonasi adalah :
1. Ketentuan Umum (Pasal 1) dan Penjelasan Umum angka 6 :
“Peraturan Zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang Persyaratan
Pemanfaatan Ruang dan Ketentuan Pengendaliannya dan disusun untuk setiap Blok/Zona
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
4
R DTR II - 4
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
Peruntukan yang Penetapan Zonanya dalam Rencana Rinci TataRuang” (definisi ini yang
digunakan dalam PP No. 26/2008 tentang RTRWNPasal 1 angka 27).
2. Penjelasan Pasal 36 Ayat 1 :
“Peraturan Zonasi merupakan ketentuan yang mengatur Pemanfaatan Ruang dan
Unsur–unsur Pengendalian yang disusun untuk setiap Zona Peruntukansesuai dengan
Rencana Rinci Tata Ruang”.
Fungsi Peraturan Zonasi adalah sebagai salah satu Perangkat Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui Penetapan
Peraturan Zonasi, Perizinan, Pemberian Insentif dan Disinsentif serta Pengenaan Sanksi
(Pasal 35) serta sebagai PedomanPengendalian Pemanfaatan Ruang (Pasal 36 Ayat
2). Pelaksanaan RRTRuntuk mengoperasionalkan RUTR harus tetap mematuhi batasan
yang telahdiatur dalam Rencana Rinci dan Peraturan Zonasi.Penyempurnaan RRTR
berdasarkan aspirasi masyarakat harus tetap mematuhi batasan yang telah diaturdalam
Rencana Rinci dan Peraturan Zonasi (Penjelasan Pasal 14 Ayat 1). Peraturan zonasi
yang melengkapi Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota menjadi salah satu
dasar dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan RencanaUmum Tata Ruang dan Rencana Rinci Tata Ruang
(Penjelasan Umum angka 6).
Dalam Undang – undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang danPeraturan
Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, terdapat
beberapa jenis Peraturan Zonasi, sebagai berikut :
1. Peraturan Zonasi yang menjadi bagian dari RTRW/RTR (Indikasi Arahan PZ sistem
Nasional dan Provinsi serta Ketentuan Umum PZ Kabupaten/Kota).
2. Peraturan Zonasi sebagai dokumen tersendiri (umum dilaksanakan oleh Negara yang
menganut Regulatory System).
a. Tingkat Kedetailan Zona setara dengan RDTR atau bagian dari Rencana Rinci.
b. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 memberikan Alternatif PZ
digabung/terpisah dari Dokumen RDTR.
Sebagai bagian dari Rencana Umum Tata Ruang, dikenal Peraturan Zonasi sebagai
berikut :
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
5
R DTR II - 5
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
Sedangkan PERATURAN ZONASI dalam Penyusunan RDTR BWP Kuala Kapuas ini
merupakan Pengendalian dalam RDTR BWP tersebut.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
6
R DTR II - 6
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
7
R DTR II - 7
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
8
R DTR II - 8
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
3. Rencana Pola Ruang dapat digambarkan ke dalam beberapa lembar Peta yangtersusun
secara beraturan mengikuti Ketentuan yang berlaku;
4. Peta Rencana Pola Ruang juga berfungsi sebagai Zoning Map bagi Peraturan Zonasi;
dan
5. Peta Rencana Pola Ruang harus sudah menunjukkan Batasan Persil untuk Wilayah yang
sudah Terbangun.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
9
R DTR II - 9
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
dengan angka 5, Rencana Jaringan Pergerakan juga harus memuat Rencana Jalur Kereta
Api, Jalur Pelayaran dan Jalur Pejalan Kaki/Sepeda.
2. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan merupakan penjabaran dari Jaringan
Distribusi dan Pengembangannya berdasarkan Prakiraan Kebutuhan Energi/Kelistrikan di
BWP yang termuat dalam RTRW, terdiri atas :
a. Jaringan Sub Transmisi yang berfungsi untuk menyalurkan Daya Listrik dariSumber
Daya Besar (Pembangkit) menuju Jaringan Distribusi Primer(Gardu Induk) yang
terletak di BWP (jika ada);
b. Jaringan Distribusi Primer (Jaringan SUTUT, SUTET dan SUTT) yang berfungsi untuk
menyalurkan Daya Listrik dari Jaringan Sub Transmisi menuju Jaringan Distribusi
Sekunder yang dilengkapi dengan Infrastruktur Pendukung yang meliputi :
Gardu Induk yang berfungsi untuk menurunkan Tegangan dari Jaringan Sub
Transmisi (70 – 500 KV) menjadi Tegangan Menengah(20 KV); dan
Gardu Hubung yang berfungsi untuk membagi Daya Listrik dari Gardu Induk menuju
Gardu Distribusi;
c. Jaringan Distribusi Sekunder yang berfungsi untuk Menyalurkan atau Menghubungkan
Daya Listrik Tegangan Rendah ke Konsumen yang dilengkapi dengan Infrastruktur
Pendukung berupa Gardu Distribusi yang berfungsi untuk menurunkan Tegangan
Primer (20 KV) menjadi TeganganSekunder (220 V /380 V).
Dalam hal terdapat Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi, selain memuat Jaringan
Energi/Kelistrikan sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampaidengan angka 3,
Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan juga harus memuatRencana Jaringan Pipa Minyak
dan Gas Bumi.
3. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi, terdiri atas :
a. Rencana Pengembangan Infrastruktur Dasar Telekomunikasi yang berupaPenetapan
Lokasi Pusat Automatisasi Sambungan Telepon;
b. Rencana Penyediaan Jaringan Telekomunikasi Telepon Kabel yang berupaPenetapan
Lokasi Stasiun Telepon Otomat, Rumah Kabel dan Kotak Pembagi;
c. Rencana Penyediaan Jaringan Telekomunikasi Telepon Nirkabel yangberupa
Penetapan Lokasi Menara Telekomunikasi termasuk Menara Base Transceiver Station
(BTS);
d. Rencana Pengembangan Sistem Televisi Kabel termasuk Penetapan Lokasi Stasiun
Transmisi;
e. Rencana Penyediaan Jaringan Serat Optik; dan
f. Rencana Peningkatan Pelayanan Jaringan Telekomunikasi.
4. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum berupa Rencana Kebutuhan dan Sistem
Penyediaan Air Minum, terdiri atas :
a. Sistem Penyediaan Air Minum Wilayah Kabupaten/Kota yang mencakup Sistem
Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan Perpipaan;
b. Bangunan Pengambil Air Baku;
c. Pipa Transmisi Air Baku dan Instalasi Produksi;
d. Pipa Unit Distribusi hingga Persil;
e. Bangunan Penunjang dan Bangunan Pelengkap; dan
f. Bak Penampung.
5. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase, terdiri atas :
a. Sistem Jaringan Drainase yang berfungsi untuk Mencegah Genangan; dan
b. Rencana Kebutuhan Sistem Jaringan Drainase yang meliputi Rencana Jaringan
Primer, Sekunder, Tersier dan Lingkungan di BWP.
Dalam hal Kondisi Topografi di BWP berpotensi terjadi Genangan, maka perlu dibuat
Kolam Retensi, Sistem Pemompaan dan Pintu Air.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
10
R DTR II - 10
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
11
R DTR II - 11
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
12
R DTR II - 12
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
13
R DTR II - 13
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
3. Besaran
Besaran merupakan Perkiraan Jumlah satuan masing–masing Usulan Program Prioritas
Pengembangan Wilayah yang akan dilaksanakan.
4. Sumber Pendanaan
Sumber Pendanaan dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (APBN),
Swasta dan/atau Masyarakat.
5. Instansi Pelaksana
Instansi Pelaksana merupakan Pihak–pihak Pelaksana Program Prioritasyang meliputi
Pemerintah seperti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),Dinas Teknis Terkait dan/atau
Kementerian/Lembaga, Swasta dan/atauMasyarakat.
6. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Program direncanakan dalam kurun Waktu Perencanaan 20 (Dua Puluh)Tahun yang
dirinci setiap 5 (Lima) Tahunan dan masing – masing Programmempunyai durasi
pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan Program Prioritas
disesuaikan dengan pentahapan Jangka Waktu 5 Tahunan RPJP Daerah Kabupaten/Kota.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
14
R DTR II - 14
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
Kegiatan dan Penggunaan Lahan yang Bersyarat Tertentu dan Kegiatan dan
Penggunaan Lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu Zona.
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan dirumuskan berdasarkanKetentuan
maupun Standar yang terkait dengan Pemanfaatan Ruang, Ketentuan dalam
Peraturan Bangunan Setempat dan Ketentuan Khususbagi Unsur Bangunan atau
Komponen yang dikembangkan.
Ketentuan Teknis Zonasi terdiri atas :
Klasifikasi I = Pemanfaatan Diperbolehkan/DiizinkanKegiatan dan Penggunaan
Lahan yang termasuk dalam Klasifikasi Imemiliki sifat sesuai dengan Peruntukan
Ruang yang direncanakan.Pemerintah Kabupaten/Kota tidak dapat melakukan
Peninjauan atauPembahasan atau Tindakan Lain terhadap Kegiatan dan
PenggunaanLahan yang termasuk dalam Klasifikasi I.
Klasifikasi T = Pemanfaatan Bersyarat secara TerbatasPemanfaatan Bersyarat
secara Terbatas bermakna bahwa Kegiatan danPenggunaan Lahan dibatasi dengan
Ketentuan sebagai berikut :
Pembatasan Pengoperasian baik dalam bentuk pembatasan waktu
beroperasinya suatu kegiatan di dalam sub zona maupun pembatasan jangka
waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang diusulkan;
Pembatasan Intensitas Ruang baik KDB, KLB, KDH, Jarak Bebasmaupun
Ketinggian Bangunan. Pembatasan ini dilakukan denganmenurunkan nilai
maksimal dan meninggikan nilai minimal dariIntensitas Ruang dalam Peraturan
Zonasi;
Pembatasan Jumlah Pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkantelah ada
mampu melayani kebutuhan dan belum memerlukan tambahan, maka
pemanfaatan tersebut tidak boleh diizinkan ataudiizinkan terbatas dengan
pertimbangan – pertimbangan khusus.Contoh : dalam sebuah Zona Perumahan
yang berdasarkan StandarTeknis telah cukup Jumlah Fasilitas Peribadatannya,
maka AktivitasRumah Ibadah termasuk dalam Klasifikasi T.
Klasifikasi B = Pemanfaatan Bersyarat TertentuPemanfaatan Bersyarat Tertentu
bermakna bahwa untuk mendapatkanIzin atas suatu Kegiatan atau Penggunaan
Lahan diperlukan Persyaratan– persyaratan tertentu yang dapat berupa
Persyaratan Umum dan Persyaratan Khusus. Persyaratan dimaksud diperlukan
mengingatPemanfaatan Ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi
lingkungan sekitarnya.
Contoh Persyaratan Umum, antara lain :
Dokumen AMDAL;
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan UpayaPemantauan
Lingkungan (UPL);
Dokumen Analisis Dampak Lalu lintas (ANDALIN); dan
Pengenaan Disinsentif misalnya Biaya Dampak Pembangunan(Development
Impact Fee).
Contoh Persyaratan Khusus misalnya diwajibkan menambah TempatParkir,
Menambah Luas RTH dan Memperlebar Pedestrian.
Klasifikasi X = Pemanfaatan yang tidak Diperbolehkan
Kegiatan dan Penggunaan Lahan yang termasuk dalam Klasifikasi Xmemiliki sifat
tidak sesuai dengan Peruntukan Lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan
dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.Kegiatan dan Penggunaan
Lahan yang termasuk dalam Klasifikasi X tidak boleh diizinkan pada Zona yang
bersangkutan. Penentuan I, T, B dan X untuk Kegiatan dan Penggunaan Lahan
pada suatu Zonasi didasarkan pada :
Pertimbangan Umum
Pertimbangan Umum berlaku untuk semua jenis Penggunaan Lahan antara lain
Kesesuaian dengan Arahan Pemanfaatan Ruang dalamRencana Tata Ruang
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
15
R DTR II - 15
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
16
R DTR II - 16
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
17
R DTR II - 17
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
2. Materi Pilihan
a. Ketentuan Tambahan
Ketentuan Tambahan adalah Ketentuan Lain yang dapat ditambahkan pada suatu
Zona untuk melengkapi Aturan Dasar yang sudah ditetapkan. Ketentuan Tambahan
berfungsi memberikan Aturan padakondisi yang spesifik pada Zona Tertentu dan
belum diatur dalam Ketentuan Dasar.
b. Ketentuan Khusus
Ketentuan Khusus adalah ketentuan yang mengatur Pemanfaatan Zona yang memiliki
Fungsi Khusus dan diberlakukan Ketentuan Khusus sesuai dengan Karakteristik Zona
dan Kegiatannya.Selain itu, Ketentuan pada Zona – zona yang digambarkan di Peta
Khusus yang memiliki Pertampalan (Overlay) dengan Zona Lainnya.
Komponen Ketentuan Khusus, meliputi :
Zona Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
Zona Cagar Budaya atau Adat;
Zona Rawan Bencana;
Zona Pertahanan Keamanan (Hankam);
Zona Pusat Penelitian;
Zona Pengembangan Nuklir;
Zona Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit ListrikTenaga Uap
(PLTU);
Zona Gardu Induk Listrik;
Zona Sumber Air Baku; dan
Zona BTS.
Ketentuan mengenai Penerapan Aturan Khusus pada Zona – zonaKhusus di atas
ditetapkan sesuai dengan Ketentuan yang diterbitkanoleh Instansi yang berwenang.
c. Standar Teknis
Standar Teknis adalah Aturan – aturan Teknis Pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan/Standar/Ketentuan Teknis yang berlaku serta berisi Panduan
yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Standar Teknis yang
digunakan dalam Penyusunan RDTR mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI)
antara lain SNI Nomor 03 – 1733 – 2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan Lingkungan dan/atauStandar Lain.
Tujuan Standar Teknis adalah memberikan kemudahan dalammenerapkan Ketentuan
Teknis yang diberlakukan di setiap Zona.
d. Ketentuan Pengaturan Zonasi
Ketentuan Pengaturan Zonasi adalah Varian dari Zonasi Konvensional yang
dikembangkan untuk memberikan Fleksibilitas dalam Penerapan Aturan Zonasi; dan
Ditujukan untuk Mengatasi berbagai Permasalahan dalam Penerapan Peraturan Zonasi
Dasar;
e. Ketentuan Pengaturan Zonasi berfungsi untuk Memberikan Fleksibilitas dalam
Penerapan Peraturan Zonasi dasar sertamemberikan pilihan penanganan pada lokasi
tertentu sesuai dengan Karakteristik, Tujuan Pengembangan dan Permasalahan
yangdihadapi pada Zona tertentu, sehingga Sasaran Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dapat dicapai secara lebih efektif.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
18
R DTR II - 18
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
2. Prosedur Penyusunan Peraturan Zonasi yang berisi Zoning Text dan Zoning Map (apabila
RDTR tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai Perda sebelum keluarnya Pedoman
ini).
Proses dan jangka waktu penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi adalah sebagai
berikut:
1. Proses dan Jangka Waktu Penyusunan RDTR
Proses Penyusunan RDTR mencakup Kegiatan Pra Persiapan Penyusunan, Persiapan
Penyusunan, Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Perumusan Konsepsi RDTR.
a. Pra Persiapan Penyusunan RDTR
Pra Persiapan Penyusunan RDTR, terdiri atas :
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR;
Penentuan Metodologi yang digunakan; dan
Penganggaran Kegiatan Penyusunan RDTR.
b. Persiapan Penyusunan RDTR.
Persiapan Penyusunan RDTR, terdiri atas :
Persiapan Awal, yaitu Upaya Pemahaman terhadap KAK/TOR Penyiapan Anggaran
Biaya;
Kajian Awal Data Sekunder, yaitu Review RDTR Sebelumnya dan Kajian Awal RTRW
Kabupaten/Kota dan Kebijakan Lainnya;
Persiapan Teknis Pelaksanaan meliputi Penyusunan Metodologi/Metode dan Teknik
Analisis Rinci serta Penyiapan Rencana Survei.
c. Pengumpulan Data
Untuk keperluan Pengenalan Karakteristik BWP dan Penyusunan Rencana Pola Ruang
dan Rencana Jaringan Prasarana BWP, dilakukan Pengumpulan Data Primer dan Data
Sekunder.
Pengumpulan Data Primer setingkat Kelurahan dilakukan melalui :
Penjaringan Aspirasi Masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui Penyebaran
Angket, Temu Wicara, Wawancara Orang Per Orang dan Lain Sebagainya;
dan/atau
Pengenalan Kondisi Fisik dan Sosial Ekonomi BWP secara langsung melalui
Kunjungan ke semua bagian dari Wilayah Kabupaten/Kota.
Data yang dihimpun dalam Pengumpulan Data, meliputi :
Data Wilayah Administrasi;
Data Fisiografis;
Data Kependudukan;
Data Ekonomi dan Keuangan;
Data Ketersediaan Prasarana dan Sarana ;
Data Peruntukan Ruang;
Data Penguasaan, Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan;
Data terkait Kawasan dan Bangunan (Kualitas, Intensitas Bangunan, Tata
Bangunan); dan
Peta Dasar Rupa Bumi dan Peta Tematik yang dibutuhkan, Penguasaan Lahan,
Penggunaan Lahan, Peta Peruntukan Ruang pada Skala atau Tingkat Ketelitian
minimal Peta 1 : 5.000.
Seperti halnya dalam Penyusunan RTRW, Tingkat Akurasi Data, Sumber Penyedia
Data, Kewenangan Sumber atau Instansi Penyedia Data, Tingkat Kesalahan, Variabel
Ketidakpastian serta Variabel – variable Lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan
dalam Pengumpulan Data. Data dalam bentuk Data Statistik dan Peta serta Informasi
yang dikumpulkan berupa Data Tahunan (Time Series) minimal 5 (Lima) Tahun
Terakhir dengan kedalaman data setingkat Kelurahan. Data berdasarkan kurun waktu
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada
bagian dari Wilayah Kabupaten/Kota.
d. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan Analisis Data untuk Penyusunan RDTR, meliputi :
Analisis Karakteristik Wilayah, meliputi :
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
19
R DTR II - 19
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
20
R DTR II - 20
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
CATATAN:
Proses penyusunan peraturan zonasi sebagai bagian dari RDTR dilakukan secara pararel
dengan penyusunan RDTR. Oleh karena itu tahap pra persiapan dan persiapan penyusunan
peraturan zonasi sama dengan proses serupa dalam penyusunan RDTR.
2. Prosedur dan Jangka Waktu Penyusunan Peraturan Zonasi yang Berisi Zoning Text dan
Zoning Map (hanya apabila RDTR Tidak Disusun atau Telah Ditetapkan sebagai Perda
dan belum mengatur peraturan zonasi)
Peraturan zonasi sebagai dokumen tersendiri memuat secara lengkap zoning map dan
zoning text untuk keseluruhan kota yang telah disusun RDTR-nya.
Proses penyusunan peraturan zonasi meliputi:
a. Pra Persiapan
Kegiatan pra persiapan dilakukan oleh pemerintah daerah dan tim teknis.
Kegiatan dalam tahap pra persiapan yang dilakukan oleh pemda meliputi:
penyusunan kerangka acuan kerja (KAK);
penganggaran kegiatan penyusunan peraturan zonasi;
penetapan tim penyusun;
pemenuhan dokumen tender terutama penetapan tenaga ahli yang terdiri atas:
ahli perencanaan wilayah dan kota;
arsitek dan/atau perancang kota;
ahli sipil;
ahli lingkungan;
ahli hukum;
ahli sosial; dan
keahlian khusus lainnya yang sesuai dengan karateristik kawasan.
Kegiatan dalam tahap pra persiapan yang dilakukan oleh tim teknis meliputi:
penyusunan usulan teknis;
penyusunan anggaran biaya;
metodologi;
penyusunan rencana kerja; dan
persiapan tim pelaksana sesuai dengan persyaratan tender.
Hasil pelaksanaan kegiatan pra persiapan ialah tersusunnya kerangka kerja,
metodologi, dan rencana anggaran biaya untuk kebutuhan penyusunan peraturan
zonasi.Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pra persiapan adalah 1 (satu) bulan.
b. Persiapan Penyusunan Peraturan Zonasi
Kegiatan Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan meliputi:
persiapan awal pelaksanaan, mencakup pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK)
kajian awal data sekunder, mencakup peninjauan kembali terhadap:
RTRW;
RDTR (apabila ada); dan
RTBL (apabila ada).
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
21
R DTR II - 21
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
22
R DTR II - 22
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
23
R DTR II - 23
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
Gambar 2.3 Alur Proses Penyusunan Peraturan Zonasi yang Berisi Zoning Text
dan Zoning Map (Hanya Apabila RDTR Tidak Disusun atau Telah Ditetapkan
sebagai Perda Namun Belum Mengatur Peraturan Zonasi)
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
24
R DTR II - 24
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
25
R DTR II - 25
NASKAH AKADEMIK | Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
Jaringan Air Minum, Jaringan Drainase, Jaringan Air Limbah, Prasarana Lainnya;
dan
- Peta Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya.
3. Kelengkapan Dokumen untuk Persetujuan Substansi Raperda tentang RDTR
a. Raperda RDTR yang telah disetujui bersama Bupati/Walikota dan DPRD;
b. Materi Teknis RDTR;
c. Formulir Konsep Surat Persetujuan Substansi Raperda tentang RDTR
Kabupaten/Kota;
d. Konsep Surat Persetujuan Substansi Raperda tentang RDTR Kabupaten/Kota;
e. Lampiran I : Surat Rekomendasi Gubernur (untuk RDTR Kabupaten/Kota);
f. Lampiran II : Tabel pencantuman Materi Muatan Teknis Raperda tentang RDTR
dengan Undang – undang Penataan Ruang, Rencana Tata RuangWilayah Nasional
beserta Rencana Rincinya, Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten/Kota, Kebijakan
Nasional Bidang Penataan Ruang, Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dan
Peraturan Perundang – undangan Bidang Penataan Ruang Lainnya;
g. Lampiran III : Berita Acara Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Teknis BKPRN (Lembar
Pengesahan Berita Acara, Daftar Hadir dan Notulensi); dan
h. Dokumen Pendukung, terdiri dari :
- Surat Permohonan Persetujuan Substansi Raperda RDTR dari Bupati/Walikota
kepada Menteri PU;
- Berita Acara Konsultasi Publik;
- Tabel Persandingan Materi Muatan Raperda;
- Berita Acara Rapat Clearance House;
- Kronologis Persetujuan Substansi; dan
- Dokumen KLHS (jika telah diwajibkan).
Dalam hal kedepan terdapat Kebijakan Proses Persetujuan Substansi RDTRdi
dekonsentrasikan kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Daerah, Ketentuan
Pelaksanaan termasuk terkait Kelengkapan Dokumen PersetujuanSubstansi Raperda
tentang RDTR sesuai dengan Peraturan Menteri tentang dekonsentrasi tersebut.
4. Kelengkapan Dokumen Perda RDTR
Naskah Perda RDTR terdiri dari :
a. Perda merupakan Rumusan Pasal per Pasal dari Buku Rencana Materi Teknis RDTR
pada Nomor 2 dan disajikan dalam Format A4; dan
b. Lampiran yang terdiri atas Peta Rencana Pola Ruang, Rencana Jaringan Prasarana,
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya dan Peta Zona – zona
Khusus yang disajikan dalam Format A3 serta Tabel Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang Prioritas.
5. Kelengkapan Dokumen Peraturan Zonasi
Kelengkapan Dokumen Peraturan Zonasi yang akan ditetapkan tersendiri sesuai
Ketentuan disiapkan dengan Penyesuaian berdasarkan Pedoman Umum Kelengkapan
Dokumen seperti diuraikan di atas.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
26
R DTR II - 26
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kajian peraturan perundang-undangan yang
terkait Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan. Peraturan perundang-undangan tersebut
berupa peraturan di tingkat pusat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
menteri dan lain-lain. Selain berupa peraturan perudangan-undangan, juga diuraikan
beberapa standar, pedoman dan norma penyelenggaraan penataan ruang.
3.1 UNDANG-UNDANG NO 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Undang-undang mengenai penataan ruang ini terdiri dari 13 bab dan 80 pasal. Secara
umum penataan ruang terbagi dalam perencanaan tataruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Dari sekian bab, pasal dan ayat yang ada, pada undang-
undang tersebut terdapat beberapa bagian yang mengatur ketentuan Rencana Detail Tata
Ruang.
Berikut ini uraian batang tubuh yang mengatur ketentuan rencana detail tataruang :
BAB VI
PELAKSANAAN PENATAAN RUANG
BagianKesatu
Perencanaan Tata Ruang
Paragraf 1
Umum
Pasal 14
(1) Perencanaan tataruang dilakukan untuk menghasilkan:
a. Rencana umum tata ruang; dan
b. Rencana rinci tata ruang.
(2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a secara
berhierarki terdiri atas:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
(3) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional;
b. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
c. rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.
(4) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun sebagai
perangkat operasional rencana umum tata ruang.
(5) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b
disusun apabila:
a. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaanpemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau
b. rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta
dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum
dioperasionalkan.
(6) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dijadikan dasar
bagi penyusunan peraturan zonasi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat ketelitian peta rencana tata ruang diatur
dengan peraturan pemerintah.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 1
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
Paragraf 4
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 27
(1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3)huruf c
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.
(2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tata cara penyusunan rencana rinci tata
ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanMenteri.
BAB II
PENGATURAN PENATAAN RUANG
Pasal 4
(1) Pengaturan penataan ruang oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
meliputi penyusunan dan penetapan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan peraturan pelaksanaan dariundang-
undang mengenai penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah;
b. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional yang ditetapkan dengan peraturan presiden; dan
c. Pedoman bidang penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan Menteri.
(2) Pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 meliputi penyusunan dan penetapan:
a. Rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi,
dan arahan peraturan zonasi sistem provinsi yang ditetapkan dengan peraturan
daerah provinsi; dan
b. Ketentuan tentang perizinan, penetapan bentuk dan besaran insentif dan disinsentif,
sanksi administratif, serta petunjuk pelaksanaan pedoman bidang penataan ruang
yang ditetapkan dengan peraturan gubernur.
(3) Pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 meliputi penyusunan dan penetapan:
a. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota, rencana detail tata ruang kabupaten/kotatermasuk peraturan
zonasi yang ditetapkan dengan peraturan daerahkabupaten/kota; dan;
b. Ketentuan tentang perizinan, bentuk dan besaran insentif dan disinsentif,serta
sanksi administratif, yang ditetapkan dengan peraturanbupati/walikota.
BAB IV
PELAKSANAAN PERENCANAAN TATA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 18
Pelaksanaan perencanaan tata ruang diselenggarakan untuk:
a. menyusun rencana tata ruang sesuai prosedur;
b. menentukan rencana struktur ruang dan pola ruang yang berkualitas; dan
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 2
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
Pasal 19
(1) Pelaksanaan perencanaan tata ruang meliputi prosedur penyusunan rencana tata ruang
dan prosedur penetapan rencana tata ruang.
(2) Pelaksanaan perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:
a. prosedur penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang; dan
b. prosedur penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang.
Pasal 20
Prosedur penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19ayat (1)
meliputi:
a. proses penyusunan rencana tata ruang;
b. pelibatan peran masyarakat dalam perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan
c. pembahasan rancangan rencana tata ruang oleh pemangku kepentingan.
Pasal 21
(1) Proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a
dilakukan melalui tahapan:
a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
b. pengumpulan data;
c. pengolahan dan analisis data;
d. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan
e. penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan tentang rencana tata ruang.
(2) Proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)menghasilkan dokumen rancangan rencana tata ruang dalam bentuk
rancanganperaturan perundang-undangan tentang rencana tata ruang beserta
lampirannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara proses penyusunan rencana tataruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 22
Prosedur penetapan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19ayat (1)
melalui tahapan:
a. pembahasan antarinstansi terkait untuk rencana tata ruang yang penetapannya
menjadi kewenangan Pemerintah; atau
b. pembahasan antarinstansi terkait dan pembahasan antar pemerintah daerahdengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk rencana tata ruang yang penetapannya
menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Pasal 23
Rencana tata ruang sebagai hasil dari pelaksanaan perencanaan tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 merupakan acuan bagi pemanfaatan ruanguntuk seluruh kegiatan
yang memerlukan ruang melalui kegiatan pembangunansektoral dan pengembangan
wilayah.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 3
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
Bagian Ketiga
Penyusunan dan Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang
Paragraf 1
Umum
Pasal 39
(1) Penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang meliputi:
a. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang pulau/kepulauan;
b. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;
c. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;
d. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;
dan
e. penyusunan dan penetapan rencana detail tata ruang untuk rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota.
(2) Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak
pelaksanaan penyusunan rencana rinci tata ruang.
(3) Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak melebihi masa berakhirnya rencana rinci tata ruang yang
sedang berlaku.
Pasal 40
(1) Rencana tata ruang pulau/kepulauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)
huruf a merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
(2) Rencana tata ruang kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud dalamPasal 39
ayat (1) huruf b merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
(3) Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
ayat (1) huruf c merupakan rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah provinsi.
(4) Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 ayat (1) huruf d merupakan rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
(5) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)huruf e
merupakan rencana rinci dari rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota.
Pasal 41
Rencana rinci tata ruang kabupaten/kota merupakan dasar penyusunan rencana tata
bangunan dan lingkungan bagi zona - zona yang pada rencana rinci tata ruang ditentukan
sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.
Paragraf 4
Penyusunan dan Penetapan Rencana Detail Tata Ruang
Pasal 59
(1) Setiap rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota harus menetapkan bagiandari
wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun rencana detail tata ruangnya.
(2) Bagian dari wilayah kabupaten yang akan disusun rencana detail tata ruangnyadapat
merupakan kawasan perkotaan dan/atau kawasan strategis kabupaten.
(3) Bagian dari wilayah kota yang akan disusun rencana detail tata ruangnya
dapatmerupakan kawasan strategis kota.
(4) Rencana detail tata ruang harus sudah ditetapkan paling lama 36 (tiga puluhenam)
bulan sejak penetapan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 4
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
(5) Rencana detail tata ruang merupakan dasar penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan sebagai
zona yang penanganannya diprioritaskan.
(6) Ketentuan mengenai kriteria zona yang penanganannya diprioritaskan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 60
(1) Dalam hal adanya prioritas pembangunan baru, bupati/walikota dapat menetapkan
bagian baru dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun rencana detail tata
ruangnya dengan keputusan bupati/walikota.
(2) Penetapan bagian wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus
tetap sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
(3) Penetapan bagian wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus
diperintahkan dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
(4) Rencana detail tata ruang untuk bagian baru dari wilayah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus sudah ditetapkan paling lama 24(dua puluh empat) bulan
sejak penetapan bagian wilayah kabupaten/kota yang akan disusun rencana detail tata
ruangnya.
Pasal 61
(1) Prosedur penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 untuk
rencana detail tata ruang meliputi:
a. proses penyusunan rencana detail tata ruang;
b. pelibatan peran masyarakat pada tingkat kabupaten/kota dalam penyusunanrencana
detail tata ruang; dan
c. pembahasan rancangan rencana detail tata ruang oleh pemangkukepentingan di
tingkat kabupaten/kota.
(2) Proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a
untuk rencana detail tata ruang dilakukan melalui tahapan:
a. Persiapan penyusunan meliputi:
1. penyusunan kerangka acuan kerja;
2. metodologi yang digunakan; dan
3. penganggaran kegiatan penyusunan rencana detail tata ruang.
b. Pengumpulan data paling sedikit meliputi:
1. data wilayah administrasi;
2. data fisiografis;
3. data kependudukan;
4. data ekonomi dan keuangan;
5. data ketersediaan prasarana dan sarana dasar;
6. data peruntukan ruang;
7. data penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan lahan;
8. data intensitas bangunan; dan
9. peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan termasuk
petapenguasaan lahan, peta penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, dan
peta daerah rawan bencana pada skala peta minimal 1:5.000.
c. Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi:
1. teknik analisis daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup yangditentukan
melalui kajian lingkungan hidup strategis;
2. teknik analisis keterkaitan antarwilayah kabupaten/kota;
3. teknik analisis keterkaitan antarkomponen ruang kabupaten/kota; dan
4. teknik perancangan kawasan.
d. Perumusan konsepsi rencana paling sedikit harus:
1. mengacu pada:
a) rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 5
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
Pasal 62
(1) Prosedur penetapan rencana detail tata ruang meliputi:
a. Pengajuan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencanadetail tata
ruang dari bupati/walikota kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota;
b. Penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencanadetail
tata ruang kepada Menteri untuk memperoleh persetujuan substansi dengan disertai
rekomendasi gubernur;
c. Persetujuan bersama rancangan peraturan daerah kabupaten tentangrencana
rencana detail tata ruang antara bupati/walikota dengan DewanPerwakilan Rakyat
Daerah kabupaten/kota yang didasarkan padapersetujuan substansi dari Menteri;
d. Penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana rencana
detail tata ruang kepada gubernur untuk dievaluasi; dan
e. Penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencanarencana
detail tata ruang oleh bupati/walikota.
(2) Persetujuan substansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terhadap
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana detail tata ruang dapat
didekonsentrasikan kepada gubernur.
Paragraf 4
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pasal 153
(1) Peraturan zonasi kabupaten/kota merupakan penjabaran dari ketentuan
umumperaturan zonasi yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
(2) Peraturan zonasi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
(3) Peraturan zonasi kabupaten/kota merupakan dasar dalam pemberian insentif dan
disinsentif, pemberian izin, dan pengenaan sanksi di tingkat kabupaten/kota.
Pasal 154
(1) Peraturan zonasi kabupaten/kota memuat zonasi pada setiap zona peruntukan.
(2) Zona peruntukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan suatu bagian
wilayah atau kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang untuk mengemban
suatu fungsi tertentu sesuai dengan karakteristik zonanya.
(3) Ketentuan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan
dengan syarat, dan yang tidak diperbolehkan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang paling sedikit terdiri atas:
1. koefisien dasar bangunan maksimum;
2. koefisien lantai bangunan maksimum;
3. ketinggian bangunan maksimum; dan
4. koefisien dasar hijau minimum.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 6
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
Pasal 155
(1) Zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (2) secarahierarki
meliputi:
a. zona peruntukan yang dibagi ke dalam sub-sub zona peruntukan;
b. sub zona peruntukan yang dibagi ke dalam blok-blok peruntukan; dan
c. blok peruntukan yang dibagi ke dalam petak/persil peruntukan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi zona, sub zona, dan blok peruntukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 156
(1) Arahan peraturan zonasi sistem nasional dan/atau arahan peraturan zonasisistem
provinsi dimuat dalam peraturan zonasi kabupaten/kota.
(2) Arahan peraturan zonasi sistem nasional dan/atau arahan peraturan zonasisistem
provinsi yang dimuat dalam peraturan zonasi kabupaten/kota merupakan arahan
peraturan zonasi sistem nasional dan/atau arahan peraturan zonasi sistem provinsi
yang berlaku di kabupaten/kota yang bersangkutan.
(3) Peraturan zonasi kabupaten/kota disusun berdasarkan:
a. rencana rinci tata ruang kabupaten/kota; dan
b. arahan peraturan zonasi pada zona ruang sistem nasional dan arahan peraturan
zonasi pada zona ruang system provinsi, yang berlaku dikabupaten/kota yang
bersangkutan.
(4) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf amerupakan
rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota dan/atau rencana detail tata
ruang.
Pasal 157
(1) Peraturan zonasi kabupaten/kota meliputi teks zonasi dan peta zonasi yangmemuat
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (3).
(2) Peraturan zonasi digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal1:5.000.
Pasal 158
(1) Peraturan zonasi kabupaten/kota disusun sebagai kelengkapan dari rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota.
(2) Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota tidak memerlukanrencana rinci
tata ruang, peraturan zonasi kabupaten/kota disusun untuk kawasan perkotaan baik
yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
(3) Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota memerlukan rencanarinci,
disusun rencana rinci tata ruang yang dilengkapi dengan peraturanzonasi.
(4) Dalam hal rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berbentuk
rencana detail tata ruang yang tidak memuat peraturan zonasi,peraturan zonasi
ditetapkan dalam peraturan daerah kabupaten/kota tersendiri.
(5) Peraturan daerah kabupaten/kota tentang peraturan zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak penetapa nperaturan daerah
kabupaten/kota tentang rencana rinci tata ruang kabupaten/kota.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 7
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
Pasal 159
Ketentuan mengenai teknis dan tata cara penyusunan peraturan zonasikabupaten/kota
diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 4
Rincian materi muatan RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.
BAB III
PERATURAN ZONASI
Pasal 5
(1) Peraturan zonasi dapat disusun secara terpisah apabila RDTR sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai peraturan daerah
tetapi belum memuat peraturan zonasi.
(2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. materi peraturan zonasi; dan
b. pengelompokan materi.
(3) Rincian peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 8
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
BAB II
PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH
Pasal 2
Perencanaan tata ruang daerah dilakukan untuk menghasilkan :
a. RUTR; dan
b. RRTR.
Pasal 3
(1) RUTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, secara berhirarki terdiri atas:
a. RTRWP; dan
b. RTRWK/K.
(2) RTRWP ditetapkan dengan perda Provinsi.
(3) RTRWK/K ditetapkan dengan perda Kabupaten/Kota.
Pasal 4
(1) RRTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, terdiri atas :
a. RTR Kawasan Strategis Provinsi;
b. RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota; dan
c. RDTR Kabupaten/Kota.
(2) RTR Kawasan Strategis Provinsi ditetapkan dengan perda Provinsi.
(3) RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota ditetapkan dengan perdaKabupaten/Kota.
(4) RDTR Kabupaten/Kota ditetapkan dengan perda Kabupaten/Kota.
Pasal 5
(1) Gubernur dibantu BKPRD Provinsi mengoordinasikan penyusunan rancangan perda
RTRWP dan RTR Kawasan Strategis Provinsi, dengan memperhatikan RTRWP yang
berbatasan, RTR Pulau/Kepulauan, dan RTRWN.
(2) Bupati/Walikota dibantu BKPRD Kabupaten/Kota mengoordinasikan
penyusunanrancangan perda RTRWK/K, RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan
RDTRKabupaten/Kota, dengan memperhatikan RTRWK/K yang berbatasan, RTRWP,RTR
Pulau/Kepulauan, dan RTRWN.
Bagian Kedua
Konsultasi Rancangan Perda Kabupaten/Kota
Pasal 10
(1) Bupati/Walikota mengkonsultasikan rancangan perda sebagaimana dimaksuddalam
Pasal 5 ayat (2) kepada instansi pusat yang membidangi urusan tataruang yang
dikoordinasikan oleh BKTRN.
(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) guna mendapatkan persetujuandari
instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang.
(3) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah rancanganperda
dibahas di BKPRD Provinsi dan mendapatkan rekomendasi dari Gubernur.
Pasal 11
(1) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) menyangkutsubstansi teknis
rancangan perda tentang RTRWK/K, rancangan perda tentangRTR Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang RDTRKabupaten/Kota, untuk
disesuaikan dengan RTRWP.
(2) Atas dasar rekomendasi Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat(3),
Bupati/Walikota melakukan konsultasi atas substansi teknis rancanganperda tentang
RTRWK/K, rancangan perda tentang RTR Kawasan StrategisKabupaten/Kota, dan
rancangan perda tentang RDTR Kabupaten/Kota, untukdisesuaikan dengan RTR
Pulau/Kepulauan dan RTRWN.
(3) Materi konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), meliputirancangan
perda tentang RTRWK/K, rancangan perda tentang RTR Kawasan Strategis
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 9
NASKAH AKADEMIK | Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
Pasal 12
Konsultasi atas substansi teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) danayat (2),
dilakukan sebelum rancangan perda tentang RTRWK/K, rancangan perdatentang RTR
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang RDTR Kabupaten/Kota
disetujui bersama DPRD.
Pasal 13
Persetujuan dari instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang sebagaimanadimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) menjadi bahan Gubernur dalam melakukan :
a. evaluasi terhadap rancangan perda tentang RTRWK/K, rancangan perda tentangRTR
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang RDTRKabupaten/
Kota; dan
b. klarifikasi terhadap Perda tentang RTRWK/K, Perda tentang RTR KawasanStrategis
Kabupaten/Kota, dan Perda tentang RDTR Kabupaten/Kota yang telahditetapkan.
R DTR RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
III - 10
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
1
R DTR IV - 1
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
2
R DTR IV - 2
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
4
R DTR IV - 4
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
1. Dibuat atau dibentuk oleh instansi yang berwenang. Artinya suatu peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh pejabat atau badan yang mempunyai
kewenangan untuk itu. Kalau persyaratan ini tidak diindahkan maka menjadikan suatu
peraturan perundang-undangan itu batal demi hukum (van rechtswegenietig).
Dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal secara hukum.
2. Adanya kesesuaian bentuk/jenis peraturan perundang-undangan dengan materi
muatan yang akan diatur. Ketidaksesuaian bentuk/jenis ini dapat menjadi alasan
untuk membatalkan peraturan perundang-undangan yang dimaksud.
3. Adanya prosedur dan tata cara pembentukan yang telah ditentukan. Pembentukan
suatu peraturan perundangan-undangan melalui prosedur dan tata cara yang telah
ditentukan. Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat
persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam rangka
pengundangannya juga harus ditentukan tata caranya, misalnya Undang-Undang
diundangkan dalam lembaran negara, agar mempunyai kekuatan mengikat.
4. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya. Sesuai dengan pandangan stufenbau theory, peraturan perundang-
undangan mengandung norma-norma hukum yang sifatnya hirarkis. Artinya suatu
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya merupakan grundnorm (norma
dasar) bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya. Oleh
sebab itu, peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh
melanggar kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi tingkatannya.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
5
R DTR IV - 5
NASKAH AKADEMIK | Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
6
R DTR IV - 6
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP RANPERDA RENCANA
DETAIL TATA RUANG BWP KUALA KAPUAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
1
R DTR V-1
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Gambar 5.1 Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dalam Widyaiswara PU Provinsi Jawa Barat Tahun 2010
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
2
R DTR V-2
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
3
R DTR V-3
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
4. Tantangan Lingkungan :
a. Perubahan Iklim : terhadap Kota – kota, Perubahan Iklim akan berdampak negatif
(Akses terhadap Air, Kerentanan Banjir di Kawasan Pesisir dan Bencana Alam karena
Peningkatan Pemanasan Global);
b. Dampak Lingkungan dari Penggunaan Energi Fosil di Kawasan Perkotanterutama BBM
yang dalam Jangka Panjang harganya terus meningkat.
Penggunaan BBM yang didorong oleh Urbanisasi dan Ketersediaannya yang mudah
telah menimbulkan bentuk Perkotaan yang Berkepadatan Rendah dan bersifat
Sprawl, yang bergantung pada Kendaraan Bermotor.
Ekonomi yang bertumpu pada BBM memengaruhi Perubahan Iklim : Emisi
Kendaraan Berkontribusi secara signifikan terhadap Emisi GRK dan terhadap
Pemanasan Global.
5. Tantangan Lingkungan Kota – kota di Asia
a. Sebagai Engine Of Economic Growth, Kota – kota mengkonsumsi Sumberdaya yang
banyak dan semakin meningkat serta meninggalkan Jejak Ekologis yang semakin
besar;
b. Asia mempunyai banyak Kota yang Tercemar; Peningkatan Konsumsimengakibatkan
Peningkatan yang Pesat dalam Timbulan Sampah,Sementara Transportasi dan
Industri mencemari Udara;
c. Banyak Kota di Asia membutuhkan Investasi Besar dalam InfrastrukturPerkotaan
untuk menjamin Keberlanjutan Lingkungan yang seiringdengan Upaya
Mempertahankan Competitiveness Perekonomiannya;
d. Ketidakmemadaian Transportasi Massal di banyak Kota di Asia dihadapkan pada
Pertumbuhan Pesat Penduduk dan meluasnyaKawasan Perkotaan;
e. Banyak Kota di Asia mempunyai Prioritas dalam Sasaran Pertumbuhan Ekonomi dari
pada Sasaran Lingkungan;
f. Tumbuhnya Kepedulian terutama di antara Kelas Menengah Perkotaan bahwa
Degradasi Lingkungan tidak akan bersifat Irreversible;
g. Banyak Kota di Asia mempunyai Kerentanan yang ekstrim terhadap Bencana,
Kerentanan terhadap Kenaikan Permukaan Air Laut yang diakibatkan Perubahan Iklim.
6. Tantangan Sosio Spasial
a. Perencana dan Pengelola Perkotaan dihadapkan pada Bentuk dan Proses Tata Ruang
baru, yang pemicunya seringkali berada di luar kendali Pemerintah Daerah.
b. Perubahan Sosio Spasial mengarah pada Fragmentasi, Pemisahan dan Spesialisasi
Fungsi dan Penggunaan Lahan di dalam Kota :
Di berbagai belahan dunia, ketakutan terhadap kejahatan telah meningkatkan
fragmentasi Perkotaan sehingga Penduduk berpendapatan menengah – tinggi
memisahkan dirinya sendiri kedalam Gated Communities;
Pada banyak Kota yang miskin, bentuk spasial secara umum dikendalikan oleh
upaya Penduduk Berpendapatan Rendah untuk memperoleh lahan yang terjangkau
dan berlokasi berdekatandengan tempat kerja;
Proses yang mengarah pada bentuk Perkotaan baru di pinggiran yang mulai
mengkota : tumbuh Kawasan Periurban yang tidak terencana, Lahannya masih
tersedia dengan mudah, Penduduk lepas dari Biaya dan Perlakukan Peraturan
Pertanahan dan dimungkinkan Kombinasi Kehidupan Perkotaan dan Perdesaan.
7. Tantangan Penataan Ruang Wilayah/Kota ke Depan
a. Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Sinergi antara Pelaku Pembangunan Perkotaan
(Antar Instansi di Pusat dan Pusat Daerah);
b. Partisipasi Multistakeholders;
c. Prinsip Keadilan dan Pemerataan (antar Kelompok Masyarakat, antarWilayah);
d. Penataan Ruang untuk Mewujudkan Pembangunan yang lebihBerkelanjutan.
8. Tantangan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
a. Perubahan Fungsi Ruang Publik :
PKL, Warung di Badan Trotoar;
Parkir di Trotoar dan Badan Jalan Kemacetan;
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
4
R DTR V-4
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
5
R DTR V-5
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
8. Pengaturan wewenang Pemerintahan dalam Penataan Ruang masih banyak yang tidak
jelas, tumpang tindih dan kesenjangan.
9. Masih adanya sikap arogansi Pemilik Modal yang terkesan menggampangkan dan
melecehkan prosedur, yang kerap dibarengi kolusi dengan aparat birokrasi.
10. Peran Serta Masyarakat masih dianggap hanya sebatas pelengkap.
Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai Lembaga Pembina Teknis
Penataan Ruang serta Unsur Pemerintahan Provinsi selaku Lembaga Operasional di Daerah
mempunyai Kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu
melaksanakan Amanat Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5.1.3 PENYUSUNAN BERDASARKAN AMANAT UNDANG – UNDANG NOMOR 26
TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN
RUANG
Visi Ditjen Penataan Ruang Sampai 2014 Yakni : “Mewujudkan Institusi Yang Handal
dan Profesional Didukung Produk yang Berkualitas dalam Mewujudkan Sinergi Pembangunan
Berbasis Penataan Ruang” Misi Ditjen Penataan Ruang, meliputi :
1. Memantapkan Kelembagaan bidang Penataan Ruang yang efektif dan responsif dalam
menyelenggarakan tugas Turbin lakwas PR;
2. Mewujudkan Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum Berbasis
Penataan Ruang;
3. Mewujudkan Penataan Ruang sebagai Acuan Matra Spasial dari Pembangunan Nasional
dan Daerah.
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, Penataan Ruang
diselenggarakan berdasarkan Asas :
1. Keterpaduan;
2. Keserasian, Keselarasan dan Keseimbangan;
3. Keberlanjutan;
4. Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan;
5. Keterbukaan;
6. Kebersamaan dan Kemitraan;
7. Pelindungan Kepentingan Umum;
8. Kepastian Hukum dan Keadilan; dan
9. Akuntabilitas.
Penyelenggaraan Penataan Ruang bertujuan untuk Mewujudkan Ruang Wilayah
Nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan :
1. Terwujudnya Keharmonisan antara Lingkungan Alam dan Lingkungan Buatan;
2. Terwujudnya Keterpaduan dalam Penggunaan Sumberdaya Alam dan Sumberdaya
Buatan dengan memperhatikan Sumberdaya Manusia; dan
3. Terwujudnya Pelindungan Fungsi Ruang dan Pencegahan Dampak Negatif terhadap
Lingkungan akibat Pemanfaatan Ruang.
Wewenang Pemerintah dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang, meliputi :
1. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah
Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta terhadapPelaksanaan Penataan Ruang
Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2. Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Nasional;
3. Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional; dan
4. Kerja Sama Penataan Ruang antar Negara dan Pemfasilitasan Kerja Sama Penataan
Ruang antar Provinsi.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
6
R DTR V-6
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
5.2.1 KEBIJAKAN
Beberapa poin Kebijakan Nasional tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
sebagai berikut :
1. Mempercepat penyelesaian Peraturan Perundang – undangan, Standar, Pedoman dan
Manual PR dan Meningkatkan Efektifitas Penerapannya di Daerah;
2. Mengefektifkan Pembinaan dan Pengawasan Teknis dalam Pelaksanaan Penataan Ruang
termasuk dengan Meningkatkan Kualitas PenyelenggaraanPenataan Ruang oleh
Pemerintah Daerah sesuai Kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007;
3. Meningkatkan Kualitas Pelaksanaan Penataan Ruang Strategis Nasional yang mendorong
Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Wilayah dan Implementasi Program
Pembangunan Daerah dan Program Pengembangan Wilayah/Kawasan.
5.2.2 STRATEGI
Pada prinsipnya, Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi sangat concern
dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang di daerah Kabupaten, karena melihat urgensi
kebutuhan terhadap Pengaturan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang di daerah
Kabupaten.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dirumuskan Strategi Penyelenggaraan
Penataan Ruang, sebagai berikut :
1. Mengembangkan Prakarsa dan Peran serta meningkatkan rasa memiliki(Ownership)
seluruh Pemangku Kepentingan dalam Percepatan Penyelesaian Produk Pengaturan;
2. Mengembangkan Kapasitas Kelembagaan (O/S/TL) Pusat dan Daerah serta Sinergi dalam
Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang;
3. Mendapatkan Komitmen berbagai Pemangku Kepentingan termasuk Masyarakat, dalam
Pelaksanaan Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Mengembangkan Rencana Terpadu Pengembangan Wilayah di berbagai aras spasialnya,
dengan penjurunya pembangunan infrastruktur PU dan pembangunan daerah.
5.2.3 SASARAN
Beberapa Sasaran dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang, meliputi :
1. Meningkatnya Kualitas Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
serta terpenuhinya Perangkat Pengaturan, Fungsi Pembinaan dan Pengawasan Penataan
Ruang bagi Terwujudnya Pembangunan Nasional yang Berkelanjutan (termasuk Adaptasi
dan Mitigasi Perubahan Iklim).
2. Meningkatnya Efektifitas Kelembagaan dan Manajemen Penyelenggaraan Tugasdan
Fungsi di Bidang Penataan Ruang.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
7
R DTR V-7
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
5.3 MATERI DAN DRAFT RANPERDA RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) DI
BWP KUALA KAPUAS
“Mewujudkan Tata Ruang BWP Kuala Kapuas sebagai kota (AIR) Aman, Indah
dan Ramah”
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
8
R DTR V-8
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
b. Memberi kemudahan dalam proses penyediaan modal dan bantuan teknis bagi
para petani; dan
c.Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan maupun perdesaan
merata di seluruh wilayah BWP Kuala Kapuas
(4) Strategi untuk penyediaan kawasan perdagangan dan jasa di kawasan perkotaan BWP
BWP Kuala Kapuas;
(5) Strategi penyediaan Kawasan Permukiman yang aman, nyaman, layak, dan sehat
meliputi:
a. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan maupun perdesaan
merata di seluruh wilayah BWP Kuala Kapuas; dan
b. Pemerataan wilayah pelayanan air bersih, telekomunikasi dan listrik di seluruh
wilayah;
(6) Strategi penyediaan lahan pertanian yang produktif dan berkelanjutan; dan
(7) Strategi untuk menyediakan RTH meliputi:
a. Mengembangkan taman maupun lapangan olahraga;
b. Menetapkan sempadan sungai dan sempadan SUTT;
c.Mewajibkan kepada pengembang (developer) untuk menyediakan RTH berupa
taman publik pada lokasi-lokasi perumahan baru; dan
d. Menyediakan tanaman pada pot sesuai dengan ketersediaan lahannya sebagai
ruang terbuka hijau.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
9
R DTR V-9
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
10
R DTR V - 10
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
11
R DTR V - 11
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Gambar 5.4 Peta Pembagian Sub BWP RDTR BWP Kuala Kapuas
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
12
R DTR V - 12
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
13
R DTR V - 13
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Rencana pola ruang dalam RDTR BWP Kuala Kapuas merupakan rencana distribusi
zona peruntukan (hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona
bawahannya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran,
industri, RTNH, dan penggunaan lainnya) ke dalam blok-blok. Peta pola ruang juga
berfungsi sebagai Zoning map bagi Peraturan Zonasi, baik apabila Peraturan Zonasi dipisah
maupun disatukan dengan RDTR.
Rencana pembagian zona peruntukan BWP Kuala Kapuas merupakan penjabaran lebih
rinci dari Rencana Pola Ruang dalam RTRW Kabupaten Kapuas Tahun 2011-2031. Guna
mengetahui Rencana Pola Ruang BWP Kuala Kapuas sampai tahun 2033 sebagaimana
terlihat Tabel 5.3 sedangkan untuk mengetahui Rencana pola ruang berdasarkan Blok
dapat dilihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.3 Rencana Pola Ruang BWP Kuala Kapuas Tahun 2033
POLA RUANG
KODE LUAS
ZONASI ZONA SUB ZONA
176,16
Perlindungan Setempat Sempadan Sungai/ Irigasi PS
LINDUNG Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau RTH 47,40
Rawan Bencana Rawan Banjir RB 6,24
LUAS ZONA LINDUNG 229,80
Rumah Kepadatan Tinggi R-2 43,00
Perumahan Rumah Kepadatan Sedang R-3 1215,03
Rumah Kepadatan Rendah R-4 214,46
Tunggal K-1 2,48
Perdagangan dan Jasa
Deret K-3 55,74
Pemerintah KT-1 84,11
Perkantoran
Swasta KT-2 28,15
Pendidikan SPU-1 94,70
Transportasi SPU-2 4,21
Kesehatan SPU-3 3,08
Sarana Pelayanan Umum
Olahraga SPU-4 15,91
Peribadatan SPU-6 31,32
BUDIDAYA
PDAM-
Utilitas lainnya 5,32
PLN
Perikanan PL-1 191,07
Pertanian Tanaman Pangan
PL-1 2018,14
Peruntukan Lainnya Lahan Basah
Kebun Campuran PL-1 1059,09
Pariwisata PL-3 191,18
Perumahan &
C-1 50,46
Perdagangan/Jasa
Campuran
Perkantoran &
C-3 28,79
Perdagangan/Jasa
Industri Kecil I-3 2,88
Industri
Aneka Industri I-4 20,64
Ruang Terbuka Non Hijau Jalur Hijau Pejalan Kaki RTNH-2 3,46
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
14
R DTR V - 14
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Tabel 5.4 Rencana Pola Ruang BWP Kuala Kapuas Berdasarkan Blok
Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode
SUB BWP A
Perlindungan Sempadan Sungai
PS 0,2
Setempat
Lindung Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 0,06
Hijau Hijau
Rawan Bencana Rawan Banjir RB 6,24
Kepadatan Tinggi R-2 19,73
Perumahan Kepadatan Sedang R-3 56,04
Kepadatan Rendah R-4 2,35
Perdagangan Tunggal K-1 0,61
dan Jasa Deret K-3 6,44
Pemerintah KT-1 9,42
Perkantoran
Swasta KT-2 0,29
Pendidikan SPU-1 9,53
A-1 Sarana
Transportasi SPU-2 0,76
Pelayanan
Kesehatan SPU-3 0,30
Umum
Budidaya Peribadatan SPU-6 2,20
Perumahan & 7,85
C-1
Perdagangan/Jasa
Campuran
Perkantoran & 6,31
C-3
Perdagangan/Jasa
Ruang Terbuka Jalur Hijau Pejalan 1,50
RTNH-2
Non Hijau Ka/Taman Kota
Tempat 0,75
RTNH-4
Pemakaman Umum
Kawasan HANKAM 0,96
KH-1
Khusus
Tubuh Air (Sungai) 92,36
Luas Kawasan Lindung 6,50
Luas Kawasan Budidaya 217,40
LUAS BLOK A-1 223,90
Perlindungan Sempadan Sungai
PS 0,05
Setempat
Lindung
Ruang Terbuka Ruang Terbuka
RTH 0,82
Hijau Hijau
Kepadatan Tinggi R-2 18,24
Perumahan
A-2 Kepadatan Sedang R-3 135,72
Perdagangan dan
Tunggal K-1 1,87
Budidaya Jasa
Perkantoran Pemerintah KT-1 8,15
Sarana Pendidikan SPU-1 5,92
Pelayanan Kesehatan SPU-3 2,44
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
15
R DTR V - 15
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
16
R DTR V - 16
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
17
R DTR V - 17
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
18
R DTR V - 18
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
19
R DTR V - 19
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Pola Ruang
Desa Blok Luas (HA)
Peruntukan Zona Sub Zona Kode
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
20
R DTR V - 20
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
21
R DTR V - 21
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
22
R DTR V - 22
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
1. Mandomai Kapuas Timur Kelurahan Selat Utara - Peningkatan dan perbaikan prasarana, sarana,
dan blok/kawasan melalui penataan
lingkungan.
- Pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan melalui pembangunan kawasaan
perdagangan dan jasa.
2. Kawasan Sekitar Jalan Jalan Desa Pula Telo dan - Pembangunan baru prasarana, sarana, dan
Jepang (Transkalimantan) Kelurahan Selat Hulu blok/kawasan melalui pembangunan shelter
(pemberhentian kendaraan umum) sebagai
pendukung Kota Kapuas.
3. Kawasan Ekowisata/Agrowisata Desa Pulau Telo - Perbaikan prasarana, sarana, dan
blok/kawasan melalui penataan lingkungan.
- Pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan melalui pembangunan kawasan
terpadu dan pembangunan kawasan
agrowisata.
- Penataan prasarana, sarana, dan blok/kawasan
melalui penataan kawasan pertanian.
4. Kawasan Rawan Bencana Alam Kelurahan Selat Hulu - Perbaikan prasarana, sarana, dan
(genangan) dan Longsor tebing dan Selat Hilir blok/kawasan melalui penataan lingkungan.
sungai - Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan
blok/kawasan, melalui rehabilitasi dan
rekonstruksi kawasan rawan bencana
- Penataan kawasan sesuai dengan fungsi yang
ditetapkan
- Pengembangan dan penataan kawasan sekitar
sempadan sungai.
Sumber: Hasil Rencana, 2013
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
23
R DTR V - 23
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
2. Penataan prasarana dan sarana perdagangan dan jasa di blok B-2 dan B-2 berupa
rukan (rumah kantor), ruko (rumah toko), dan toko atau mini market.
3. Pembangunan prasarana jalan lokal yang menghubungkan dengan jalan mandumai-i
kapuas timur.
4. Melakukan rencana penataan zona ruang terbuka hijau di sekitar kawasan.
5. Pembangunan jalur pendestarian/ trotoar di kiri kanan jalan berikut dengan
perlengkapannya (pohon pelindung, selter angkutan umum, tempat sampah/ BIN,
tempat duduk)
6. Penataan saluran drainase yang bersifat terbuka di sekitar jalan dan penataan
saluran drainase permukiman sekitar kawasan.
B. Konsep Penanganan Kawasan Jalan Jepang
1. Melakukan rencana penataan zona perdagangan dan jasa berupa toko atau warung
di kawasan perencanaan.
2. Melakukan rencana penataan zona perumahan di kawasan perencanaan.
3. Melakukan rencana penataan zona ruang terbuka hijau pada kawasan perencanaan,
sehingga dapat memberikan kesejukan pada kawasan.
4. Pembangunan prasarana jalan lokal yang menghubungkan anter kelurahan dan
dengan jalan jepang.
5. Penataan sistem drainase sekitar kawasan,
6. Perencanaan pembangunan shelter (pemberhentian kendaraan umum) di kawasan
perencanaan yang berlokasi di Blok B-1 dab B-4
C. Konsep Penanganan Kawasan Agrowisata
1. Melakukan pembangunan kawasan terpadu agrowisata di Desa PulauTelo blok B-4
2. Penataan dan pengembangan kawasan perkebunan buah-buahan.
3. Pembangunan prasarana dan sarana pendukung agrowisata.
4. Peningkatan jalan sebagai akses ke lokasi agrowisata.
5. Pembangunan sarana pendidikan yang mendukung kegiatan pertanian.
6. Membangun pasar agrowisata sebagai sarana perdagangan untuk mendistribusikan
komoditas buah-buahan.
D. Konsep Penanganan Kawasan Rawan Bencana Alam
1. Normalisasi anak Sungai Kapuas Murung.
2. Penataan kawasan sekitar sempadan Kapuas.
3. Menata kembali kawasan permukiman sekitar sungai.
4. Penataan kawasan bencana alam banjir dan longsor tebing sungai.
Atas dasar corak tersebut, secara garis besar indikasi program akan meliputi:
1) peningkatan, terkait dengan mencari atau memanfaatkan peluang;
2) revitalisasi, terkait terutama dengan pemecahan masalah;
3) pengembangan, terkait dengan penetapan tujuan baru;
4) pemantapan, terkait dengan melanjutkan kecenderungan perkembangan.
b. lokasi, tempat usulan program akan dilaksanakan.
c. sumber pendanaan, yang dapat berasal dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
dan/atau masyarakat.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
24
R DTR V - 24
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
25
R DTR V - 25
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
B. Tahap Pembangunan
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah (RDTR) BWP Kuala Kapuas mempunyai dimensi
waktu pelaksanaan 20 Tahun (2013-2033). Dalam pelaksanaannya, dilakukan pentahapan
pelaksanaan dalam 5 (lima) tahunan.
1) Tahapan Pembangunan Program Pengembangan Zona Lindung
Indikasi program pembangunan zona budidaya dilakukan melalui empat tahap, yaitu :
(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah pada tahap pertama
diprioritaskan pada:
a. Pengembangan zona komersil (perdagangan dan jasa) di sepanjang Jalan
b. Penataan zona komersil (perdagangan dan jasa) di Koridor jalan utama
c. Pembangunan kawasan shelter dan pergudangan
d. Pembangunan dan pengembangan zona industri kecil
e. Pembangunan dan pengembangan zona perkantoran pemerintah di tiap desa.
(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah, pada tahap kedua
diprioritaskan pada:
a. Pengembangan zona peruntukan kegiatan sektor informal di sepanjang jalan utama
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
26
R DTR V - 26
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
Indikasi program utama perwujudan rencana jaringan prasarana, pada tahap kedua
diprioritaskan pada:
a. Penataan jalan kolektor skunder dan lokal
b. Pengembangan dan pembangunan jalan inpeksi di kiri kanan Sungai
c. penambahan dan perbaikan sistem pelayanan sambungan listrik ke rumah-rumah;
d. pengembangan jaringan telekomunikasi disetiap kelurahan/desa;
e. pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong
gorong;
f. peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah dan sanitasi;
g. peningkatan prasarana dan sarana persampahan.
Indikasi program utama perwujudan rencana jaringan prasarana, pada tahap ketiga
diprioritaskan pada:
a. perbaikan jalan-jalan lingkungan
b. perbaikan sistem jaringan distribusi meliputi jaringan transmisi menengah (JTM) dan
jaringan transmisi rendah (JTR);
c. penambahan dan perbaikan sistem pelayanan sambungan listrik ke rumah-rumah;
d. pengembangan jaringan telekomunikasi disetiap desa;
e. pembangunan saluran drainase dan/atau gorong – gorong;
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
27
R DTR V - 27
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
f. pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong
gorong;
g. peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah dan sanitasi; dan
h. pengadaan prasarana dan sarana persampahan.
i. Pembuatan IPAL domestic / IPLT dan peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan
air limbah dan sanitasi komunal atau individual
Indikasi program utama perwujudan rencana jaringan prasarana, pada tahap keempat
diprioritaskan pada:
a. perbaikan jalan-jalan lingkungan
b. penambahan dan perbaikan sistem pelayanan sambungan listrik ke rumah-rumah;
c. pengembangan jaringan telekomunikasi disetiap jorong dan nagari;
d. peningkatan kualitas dan kuantitas sumber air baku;
e. pembangunan saluran drainase dan/atau gorong-gorong;
f. pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong
gorong;
g. peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah dan sanitasi.
h. pengadaan prasarana dan sarana persampahan.
Sanksi administratif akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah yang
ditetapkan paling lambat 24 (dua puluh) bulan setelah diundangkannya Peraturan Daerah
ini. Sedangkan sanksi pidana meliputi :
a. Tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang, pidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan Benda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
b. Jika tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah);
c. Jika tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang mengakibatkan kematian
orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah),
d. Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah), dan
e. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
28
R DTR V - 28
NASKAH AKADEMIS | Jangkauan, Arah dan Ruang Lingkup RANPERDA RDTR
tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Selain
sanksi pidana, pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara
tidak dengan hormat dari jabatannya.
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
29
R DTR V - 29
NASKAH AKADEMIS | Penutup
BAB VI
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kebijakan pokokisi Naskah Akademik memuat hal sebagai berikut :
1. Ketentuan Umum
Memuat rumusan akademik mengenai batasan pengertian/definisi.
2. Ketentuan Asas dan Tujuan
Memuat asas dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3. Materi Pengaturan
Wilayah perencanaan meliputi seluruh BWP Kuala Kapuas. Luas wilayah perencanaan
4819,63 Ha. Materi yang dibahas di dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana
Detail Tata Ruang(RDTR) BWP Kuala Kapuas meliputi :
a. Tujuan, kebijakan dan strategi;
b. Rencanas truktur ruang system pusat pelayanan perkotaan, dan system jaringan
prasarana dan sarana,
c. Rencana pola ruang meliputi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan rencana
blok;
d. Rencana penanganan kawasan, lingkungan dan blok meliputi rencana
penyediaan ruang bagi sektor informal, rencana penyediaan RTH dan RTNH
rencana penanganan kawasan dan bangunan, dan rencana intensitas bangunan;
e. Rencana pemanfaatan ruang meliputi indikasi program perwujudan rencana
struktur ruang, indikasi program perwujudan rencana pola ruang, dan indikasi
program penanganan kawasan dan bangunan, dan
f. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi peraturan zonasi, perijinan, ketentuan
insentif dan disinsentif, dan sanksi.
5.2 SARAN
Hasil kegiatan ini diharapkan menjadi dasar diperlukannya kegiatan lain untuk
mendukung penyempumaan Naskah Akademik dan Raperda, diantaranya kegiatan-
kegiatan tersebut lebih rincinya adalah sebagai berikut :
a. Rencana Rinci Kawasan Strategis disusun pada skala 1 : 5.000
b. Peraturan Zonasi pada skala 1 : 5.000
c. Rencana Prasarana Wilayah pada skala 1 : 5.000
RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Kuala Kapuas
1
R DTR VI - 1