Anda di halaman 1dari 15

SPESIFIKASI TEKNIS

Program : Program Pengembangan Permukiman


Kegiatan : Penyelenggaraan Infrastruktur Pada Permukiman di Kawasan Strategis Daerah
Kabupaten/Kota
Pekerjaan : Pembangunan/Peningkatan Jalan Handel Irian RT. 01 Desa Anjir Serapat Baru,
Kecamatan Kapuas Timur
Lokasi : Desa Anjir Serapat Baru, Kecamatan Kapuas Timur
TA : 2022

I. SYARAT-SYARAT UMUM
1.1 Untuk Pekerjaan Sipil
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan sipil umumnya dipakai peraturan umum yang lazim disebut A.V. / SU
41 ( Syarat – syarat umum untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan )
2. Peraturan bangunan yang dipakai adalah peraturan dinyatakan berlaku dan mengikat kecuali
dinyatakan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini; peraturan tersebut adalah :
 PBI 1971 / NI – 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
 PUBI 1982 (Peraturan Umum untuk Bangunan di Indonesia)
 PMI 1970 / NI – 5 (Peraturan Perancangan Konstruksi Baja Indonesia)
 PUBI 1970 / NI – 3 (Peraturan Perancangan Konstruksi Baja Indonesia)
 Peraturan Bangunan Tahan Gempa 1984
 Persyaratan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia 1970
 Peraturan Cat Indonesia
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1980
3. Peraturan – peraturan lain yang dipenuhi adalah peraturan – peraturan setempat
a. Pelaksanaan dan Gambar Pelaksanaan
1. Pemborong diwajibkan meneliti semua gambar peraturan peraturan dan syarat – syarat sebelum
pekerjaan dilaksanakan, baik pekerjaan sipil maupun pekerjaan listrik.
2. Apabila ada persyaratan yang tidak lazim dilaksanakan atau bila dilaksanakan akan menimbulkan
bahaya, maka pemborong diwajibkan untuk mengadakan perubahan seperlunya dengan terlebih
dahulu memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan / Pengawasan Pekerjaan.
3. Apabila ada perbedaan pada gambar atau ukuran antara gambar ukuran kecil dan gambar detil atau
ada perbedaan antara Bestek ( RKS ) dengan gambar, maka yang berlaku adalah aturan – aturan
yang lebih menentukan seperti di bawah ini :
a. Bestek ( RKS )
b. Gambar dengan skala yang lebih besar
1
c. Berita acara Aanwijzing dan lampiran – lampirannya
4. Pelaksanaan pembangunan proyek diselenggarakan secara lengkap termasuk mendatangkan,
mengangkut dan mengerjakan semua bahan – bahan yang diperlukan, menyediakan tenaga kerja
berikut pengawasan dan hal – hal yang dianggap perlu lainnya.
5. Pemborong diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menuju penyelesaian
pelaksanaan secara cepat, baik dan lengkap.
6. Didalam pelaksanaan pekerjaan, misalnya pekerjaan beton bertulang, konstruksi baja, konstruksi
kayu dan pekerjaan struktur lainnya disamping pekerjaan pengolahan tanah, baik menurut
perhitungan dan gambar – gambar konstruksi yang disediakan oleh Direksi Pekerjaan / Pemberi
Tugas sebelum pekerjaan dilaksanakan.
7. Pihak pemborong dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mungkin akibat letak
daerah proyek dan memperhitungkan didalam harga yang termuat pada surat penawaran,
termasuk kehilangan dan kerusakan bahan dan alat.
8. Tanah dan halaman untuk pembangunan ini diserahkan kepada pemborong dalam keadaan pada
saat seperti penjelasan / peninjauan lapangan.
9. Pemborong harus menjaga ketertiban selama pekerjaan dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga
lingkungan sekitarnya menjadi tertib, misalnya pelaksanaan pekerjaan pada malam hari,
pemborong harus minta persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
10. Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap ( As Build Drawing ) sesuai dengan sempurna pada
pemberi tugas / Direksi Pekerjaan termasuk perbaikan – perbaikan yang timbul akibat pelaksanaan
pada lingkungan pembangunan termasuk pembersihan.
b. Rencana Kerja
1. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyusun rencana terperinci
termasuk jadual pelaksanaan ( Time Schedule ) dan diajukan kepada pemberi tugas / Direksi
pekerjaan selambat – lambatnya selama 1 ( satu ) minggu setelah menunjukan pemenang untuk
disetujui.
2. Setelah disetujui, maka harus dicetak dan hasilnya diserahkan kepada Pemberi Tugas / Direksi
Pekerjaan sebanyak 3 ( tiga ) lembar. Sedangkan cetakan lainnya harus terpampang di tempat
pekerjaan dengan dilampirkan Dokumen kontrak.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan alat – alat bantu dan material sesuai
dengan rencana kerja, kecuali jika terpaksa menyimpang karena sesuatu hal, yang harus
dipertimbangkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4. Rencana kerja ini akan dipakai Pemberi Tugas / Direksi Pekerjaan sebagai dasar untuk menentukan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan, kelambatan dan penyimpangan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh Pemborong.

2
1.5 Ketentuan – Ketentuan lain
Selain rencana kerja dan syarat – syarat ini, ketentuan ketentuan lain yang mengikat di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Gambar
a. Gambar – gambar yang dilampirkan pada rencana kerja dan syarat – syarat pekerjaan ini
b. Gambar detail yang diserahkan oleh Direksi Pekerjaan
2. Petunjuk
a. Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan ( aanwijzing ) yang
tercantum dalam berita acara rapat penjelasan
b. Petunjuk, syarat – syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh Pemberi Tugas / Direksi
Pekerjaan, petugas dari Dinas Pekerjaan Umum maupun dinas terkait.
3. Peraturan
a. Semua undang – undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku untuk semua pelaksanaan
kontruksi dan pemborongan.
b. Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi yang di syahkan dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 43/PRT/M/2007.

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN


2.1 Pengukuran Lokasi
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pengukuran dengan teliti elevasi dasar
permukaan tanah dan jalan atau elevasi lainnya sesuai permintaan Direksi. Cara pengukuran
ketepatan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan serta pemasangan patok bantu akan
ditentukan oleh Direksi. Ukuran – ukuran pokok dari pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum
dalam gambar. Ukuran – ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus
segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan. Apabila timbul keragu–raguan dari pihak
Kontraktor dalam menginterpretasi angka – angka elevasi dalam gambar maka hal ini harus
dilaporkan kepada Direksi untuk dimintakan penjelasannya. Apabila terdapat kesalahan dalam
pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.2 Pembuatan Papan Nama Kegiatan
Memasang papan nama kegiatan dari Plywood atau bahan spanduk baliho ukuran 120 x 150 cm
dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam dalam tanah dengan ketinggian 150 cm. Diletakkan
pada tempat yang mudah dilihat oleh umum. Papan nama proyek/Kegiatan memuat identitas:
1. Nama Proyek/Kegiatan
2. Pemilik Proyek/Kegiatan
3. Lokasi Proyek/Kegiatan
4. Jumlah biaya (kontrak)
3
5. Nama Pelaksana (Kontraktor)
6. Pekerjaan dimulai, tanggal, bulan, tahun
2.3 Pembersihan Lapangan dan Perataan
- Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, lokasi proyek harus dibersihkan dari segala sesuatu
yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
- Semua benda yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan harus dikeluarkan dari lokasi proyek
ke tempat yang telah disetujui Direksi atau Pengawas, selambat-lambatnya sebelum pekerjaan
dimulai.
2.4 Penerapan SMK3 dan Protokol Pencegahan Covid-19
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) beserta sub komponennya yang dapat
dianggarkan di dalam sebuah pekerjaan konstruksi. Penerapan SMKK pada pekerjaan konstruksi
dilakukan sesuai dengan peraturan terkait keselamatan konstruksi.
Kontraktor/Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan Perlengkapan Protokol Kesehatan Pencegahan
COVID-19 sesuai dengan Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat Nomor
02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dalam penyelenggaraan jasa konstruksi, berupa bahan sosialisasi pencegahan penyebaran, berupa
flyer/pamflet/spanduk, tempat pencuci tangan (air, sabun, dan hand sanitizer) tisu dan masker.
2.5 Laporan, Asbuiltdrawing, Back Up Data dan Dokumentasi
Kontraktor/Penyedia Jasa diwajibkan Membuat laporan baik laporan harian dan/atau mingguan
dan/atau bulanan, membuat gambar kerja pelaksanaan (Asbuiltdrawing) serta mengadakan
Dokumentasi, back up data mulai dari bobot pekerjaan 0 %, 50% sampai dengan 100 %.

III. PEKERJAAN TANAH


3.1 Laveling Timbunan Pasir Urug
- Bahan timbunan yang digunakan adalah pasir urug atau pasang sesuai dengan kebutuhan.

- Pasir urug harus bebas dari kotoran dan biji-bijian yang dapat tumbuh.

- Hasil dari pengurugan harus mencapai level yang dibutuhkan.

IV. PERKERASAN ASPAL


4.1 Pekerjaan Laburan Aspal Pasir (Buras)
- Laburan aspal merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi pasir,
lapisan buras umumnya digunakan untuk menutup permukaan jalan agar Kedap air, Tidak
berdebu, Mencegah lepasnya butir-butir halus dan Tidak licin
- Pasir Bersih maximum ukuran butir 0,5 cm

- Aspal AC 10 Atau AC 20
4
- Agregat penutup terdiri dari fragmen yang bersih, kuat, tahan lama dari kerikil pecah atau batu
pecah / pasir yang terpilih, bebas dari kotoran, lempung, debu atau bahan-bahan lainnya yang
dapat menghindari lekatan yang baik dengan bahan aspal.

V. PEKERJAAN BETON
5.1 Pasangan Papan Bekisting / Cetakan
- Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material lain yang disetujui
Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan untuk
bentuk, ukuran, kwalitas dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai
dimensi yang direncanakan.
- Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan beton tidak
hilang atau berkurang. Pengerjakan bekisting harus sedemikian rupa sehingga hubungan papan
bekisting terjamin rapat dan tidak akan menimbulkan kebocoran.Konstruksi bekisting harus
cukup kaku, dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah terjadinya
pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada
bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian bekisting harus menggunakan alat-alat yang
memadai agar didapat bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus
dilakukan horizontal dan vertikal. Semua bekisting harus direncanakan agar dalam proses
pembukaan tanpa memukul atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam beton harus
menggunakan batang besi dan murnya.
- Bila diperkirakan akan terendam air, Pemborong harus membuat bekisting kedap air dengan
melapisinya menggunakan bahan yang tidak tembus air sesuai petunjuk Pengawas.
- Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan dengan teliti
sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan berulang kali dan kondisinya
sudah tidak dapat diterima Pengawas, harus segera disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan
lagi atau bilamana mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
- Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang memerlukan
perhitungan harus diajukan dan disetujui Pengawas.
- Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari kotoran dan kering
dari air.
- Pembersihan dan pengeringan harus sedemikian rupa hingga terjamin mutu beton yang
diharapkan dan untuk jaminan bahwa bagian dalam bekisting betul-betul kering. Finishing
beton bertulang sejauh mungkin dihindari dan perataan permukaan beton harus dilakukan
sesuai petunjuk Pengawas.

5
- Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam bekisting belum
berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Pengawas.
- Walaupun ditentukan lain oleh Pengawas bekisting beton tetap tidak boleh dibuka dan
dibebani sebelum berumur minimal 21 hari.
- Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena alas an adanya
pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton harus disetujui oleh
Pengawas.
5.2 Pekerjaan Pas. Wire Mesh ø 6 mm (210 cm x 54 m; 3,07 Kg/M2)
- Besi Wiremesh adalah besi yang bentuknya seperti kawat dan dianyam menjadi lembaran, oleh
karena itu di Indonesia besi ini disebut besi atau kawat anyam. Bentuk dari anyaman ini ada
yang kotak-kotak atau adapula yang seperti jajaran genjang.
- Besi Wiremesh ada dua jenis. Pertama yang berupa lembaran. Ukuran standar yang ada adalah
2,1 meter x 5,4 meter. Sedangkan jenis yang kedua berupa gulungan atau rol yang punya ukuran
lebar 2,1 meter dan panjangnya mencapai 54 meter. Untuk diameter kawatnya tersedia ukuran
yang paling kecil yaitu empat hingga yang terbesar adalah sepuluh. Sebutannya adalah
M4,M5,M6,M7,M8 dan seterusnya.
- Wiremesh sangat bagus digunakan pada plat beton baik yang diletakkan secara langsung di
tanah atau yang menggantung. Untuk yang berada dipermukaan tanah, biasanya diaplikasikan
untuk mengeraskan tanah sehingga menjadi kuat menahan beban yang mempunyai bobot
sangat berat.
- Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Bebas dari
kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak bercacat seperti retak dll.
- Pemasangan besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI 1971. Besi
beton harus dipasang sebagaimana pada gambar rencana atau seperti yang diinstruksikan
Pengawas. Terkecuali sebagaimana yang dinyatakan pada gambar atau diinstruksikan Pengawas,
pengukuran pada pemasangan besi tulangan harus dilakukan terhadap as dari besi tulangan.
Besi tulangan yang terpasang harus sesuai ukuran, bentuk, panjang, posisi, dan banyaknya, dan
akan diperiksa setelah kondisi terpasang.
- Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat, kotoran,
lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi beton tadi dan dapat
mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan besi beton. Dan kebersihan ini
harus tetap dijaga sampai proses pengecoran beton.
- Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain dari posisi pada
gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh Pengawas. Sambungan ini tidak
diperkenankan diletakkan pada lokasi tegangan yang maximum, dan penyambungan pada besi

6
beton yang letaknya bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered).
Bilamana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari batang tadi harus
dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan panjang sambungan
lewatan sebagaimana ditentukan dalam PBI 71, terkecuali ditentukan lain.
- Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian sehingga
tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang diisyaratkan. Toleransi
yang diperkenankan untuk penyimpangan terhadap bidang horizontalnya adalah 4 mm.
- Kawat pengikat tulangan harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang
telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
5.3 Pekerjaan Cor Beton Mutu fc’14,5 Mpa/K-175
5.3.1 Standart
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971 - NI 8), terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan
lain oleh Pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam Peraturan tadi, maka
ketentuan ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu memberitahu dan
memintakan ijin dari Pengawas.
5.3.2 Semen
- Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah K-175 memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam PBI 1971. Semen yang digunakan harus merupakan
produk dari satu pabrik yang telah mendapat persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas
terlebih dahulu.
- Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau menolak
semen-semen tersebut.
- Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada tempat-
tempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak, teutama sekali lantai tempat
penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
- Dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter. Tiap-
tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan
dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara
kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang kosong harus
segera dikeluarkan dari lapangan.
- Bila terdapat keraguan kwalitas semen maka dapat dilakukan pengujian, bila ternyata
hasil test dari semen-semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan hasil yang
7
tidak memenuhi syarat, Kontraktor harus dengan segera menyingkirkan semen-semen
yang ditolak tadi keluar areal kerja dan areal penyimpanan dengan biayanya sendiri.

5.3.3 Air untuk Adukan


- Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting,
bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan
organis, garam, silt (lanau). Kadar Silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh
lebih dari 2 % dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maximum yang
diperkenankan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum 1.5 % atau
15 gr/lt.
- Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur, ataupun air laut. Tempat pengambilan harus dapat menjaga. kemungkinan
terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus ada jarak
vertikal 0.5 meter dari dari permukaan atas air kesisi tempat pengambilan tadi.
- Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan pengawas.

- Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan, maka
Direksi/Konsultan Pengawas dapat minta kepada Pemborong untuk mengadakan
penyelidikan air secara laboratoris dan biaya penyelidikan tersebut atas
tanggungan Pemborong.
5.3.4 Agregat Halus (Pasir)
- Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir hasil
pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir
yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan
harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh material lain.
- Pasir yang ditolak oleh Pengawas, harus segera disingkirkan dari lapangan kerja. Dalam
membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting, pasir tidak dapat
digunakan sebelum mendapat persetujuan Pengawas menge- nai mutu dan jumlahnya.
- Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis, bahan-
bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat substansi yang
merusak tidak boleh lebih dari 5%.
- Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan persyaratan
pada PBI 71.

8
5.3.5 Agregat Kasar (Koral)
- Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau campuran
dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil.
Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak porous, dan tidak terselaput
material lain. Dalam penggunaannya koral harus dicuci terlebih dahulu dan diayak agar
didapat gradasi sesuai yang dikehen- daki, dan material yang halus yaitu yang lebih
kecil dari 5 mm harus disingkirkan.
- Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat
persetujuan dari Pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
- Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan,
baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu beton yang
direncanakan, memberikan kepadatan maximum, baik workability- nya, dan
memberikan kondisi water-cement ratio yang minimum.
5.3.6 Bahan Pencampur (Admixtures)
- Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari Direksi/Konsultan
Pengawas, dan admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari adukan
beton yang dibuat.
- Biaya tambahan akibat penggunaan bahan-bahan pencampur (admixture) menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
5.3.7 Perbandingan Adukan
- Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya, dan
harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai yang diminta
dalam Spesifikasi.
- Tidak satupun komposisi adukan beton yang dapat digunakan dalam pekerjaan
sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas. Untuk selanjutnya komposisi adukan
beton yang digunakan harus berdasar pada hasil adukan percobaan yang telah
disetujui.
- Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten, harus diterapkan agar
tercapai hal-hal sbb : Kekuatan beton rencana. Beton yang padat, kedap air, dan tahan
terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.Pengaruh Kembang Susut yang kecil.
5.3.8 Pengadukan
- Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk mekanis
(beton molen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik; sehingga dapat dihasilkan
mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi adukan beton harus

9
diukur dengan teliti sebelum dimasukkan kedalam alat pengaduk, dan diukur dapat
berdasarkan berat atau volume.
- Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai kapasitas
minimum 0.2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1½ menit setelah semua bahan
adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat dimasukkan sebagian
lebih dahulu. Pengawas berhak untuk memerintahkan memperpanjang proses
pengadukan bila ternyata hasil adukan yang ada gagal menunjukkan beton yang
homogen seluruhnya, dan kekentalannya tidak merata.
- Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus mempunyai
komposisi dan kekentalan yang merata untuk keseluruhannya.
- Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu pengadukan
dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses pengeluaran dari
adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penambahan air yang berlebihan yang
dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang disyaratkan, tidak dapat dibenarkan.
Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, harus segera
diperbaiki atau diganti dengan yang baik lainnya. Pada alat pengaduk yang
ditempatkan secara sentral, atau pada mixing plants, Kontraktor harus menyediakan
sarana agar proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang
tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh
digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi kapasitasnya,
kecuali diinstruksikan Pengawas.
- Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari
pabriknya. Gross volume dari ruang pengaduk, Maximum kecepatan pengadukan,
Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data-data tentang
ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
- Alat pengaduk (beton molen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum diisi
bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih setelah selesai
mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan yang pertama pada
suatu pengecoran dengan beton molen yang sudah bersih, pengadukan yang pertama
harus mengandung koral dengan jumlah perbandingan separuh dari jumlah
perbandingan normalnya untuk menjaga adanya material halus dan semen yang
tertinggal melekat pada bagian dalam beton mollen.
- Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus dilakukan dengan sedikitnya
satu menit lebih lama dari waktu pengadukan normal. Untuk mendapatkan campuran
beton yang baik dan merata Pemborong harus memakai mesin pengaduk yang baik.
Mesin pengaduk harus cukup untuk melayani volume pekerjaan yang
10
direncanakan. Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari
pengotoran minyak, sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk dalam
pengaduk sehingga merata/homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit
untuk setiap kali mencampur.
- Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk suatu
jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan setelah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas. Pengadukan dengan manual ini (hand mixing) ini harus
dilakukan pada suatu platform yang mempunyai tepi-tepi penghalang.Pada proses
pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk harus diaduk dulu secara kering
dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan, untuk kemudian air pencampurnya
disemprotkan dengan selang air, dan setelah itu dilakukan pengadukan kembali
dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan sampai didapat suatu adukan yang benar-
benar merata.Dalam pengadukankembali ini kekentalannya dapat dinaikkan dengan
10 persen, serta tidak diperkenankan melakukan pengadukan dengan cara ini untuk
suatu jumlah yang lebih dari 1/2 m3 diaduk sekaligus.
5.3.9 Pengecoran
- Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari
bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam
kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian
dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
- Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan
harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus
dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan metoda lain yang
disetujui Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor menjadi
terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
- Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicorkan,
kondisi permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga
keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
Setelah diperiksa dan disetujui Pengawas, maka pekerjaan yang dapat dilakukan
hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran
beton pada daerah yang telah disetujui, terkecuali dengan seijin Pengawas.
- Bilamana perlu, Pemborong dapat menggunakan concrete pump, gerobak-gerobak
dorong untuk mengangkut adukan ketempat yang akan dicor.
- Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga
pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksana ini
harus hadir, mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran.
11
Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang
terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran
yang dilakukan. Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan, material serta tenaga
yang diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai
dengan rencana yang sebelumnya disetujui Pengawas. Tulangan, jarak, bekisting dan
lain-lain, harus dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan pengecoran.
- Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus diratakan.

- Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan beton
yang bersifat permanen tanpa dihadiri Pengawas atau wakil dari Pengawas (Inspector).
- Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar
didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
- Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak
diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum
dicorkan, harus segera dibuang.
- Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum adukan
betonnya mulai mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus segera
dilakukan terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum
mengeras.
- Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan
suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, Kontraktor harus
segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu batas tertentu dengan
kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan plastis.
- Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada
dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint,
sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan
pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus
ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras
yang ditentukan oleh pihak Pengawas.
- Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti ditempat-tempat yang
diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya
mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
- Penghentian maksimum 2 jam untuk menyambung suatu pengecoran, pengecoran
sebelumnya harus dibersihkan permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar

12
sempurna sambungannya dan sebelum adukan beton dituangkan, permukaan yang
akan disambung harus disiram dengan air semen dengan campuran 1 pc : 0,5 air.
- Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat
sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang sudah
dicor harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Pengawas terhitung
mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton
dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya
perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa dalam terjadi baik dalam keadaan
cuaca yang panas sekali, atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan
untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan Pengawas. Selama waktu
pengerasan, beton harus dilindungi dengan air bersih atau ditutup dengan karung-
karung yang seniantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari
setelah pengecoran.
- Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap menghendaki agar pengecoran
tetap harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus menyediakan alat
pelindung/terpal yang cukup untuk melindungi tempat yang sudah/akan
dicor.Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik diatas
32° C.
- Untuk setiap jumlah 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan membuat minimal 1
(satu) buah sample kubus/silinder untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton,
pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam
PBI1971/PB 89 (SK-SNI .,91).
- Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 10-12 cm dan faktor air
semen maksimum 0,4. Pengambilan-pengambilan contoh diatas dilakukan atas
petunjuk Pengawas. Kubus-kubus/silinder yang telah diambil harus dijaga dapat
mengeras dengan baik. Demikian pula kubus/silinder beton yang diambil selama
pengecoran harus diuji kuat tekannya di laboratorium yang telah disetujui
Pengawas dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Pengawas untuk dievaluasi.
Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton kurang dari K-175 untuk beton
pondasi dan untuk bagian struktur lainnya sesuai yang direncanakan, Pemborong
diwajibkan untuk mengajukan rencana perbaikan/penanggulangan kepada Pengawas
dan mengadakan perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan biaya Pemborong
apabila hal tersebut dipandang perlu oleh Pengawas.
- Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai K (kuat
tekan karakteristik) yang diisyaratkan, Pemborong harus mengambil cube- sample dari
bagian-bagian konstruksi yang diragukan. Jumlah cube-sample untuk tiap pemeriksaan

13
adalah 3 buah, dan selanjutnya akan diperiksa di Laboratorium dengan petunjuk
Pengawas. Hasilnya akan dievaluasi Pengawas dan apabila ternyata nilai yang
diperoleh membahayakan konstruksi, Pemborong harus melakukan perbaikan bagian
konstruksi tersebut atas biaya Pemborong.
- Bila dirasa perlu untuk mengurangi kadar air beton, Pemborong dapat menambahkan
bahan-bahan kimia sebagai additive, seperti penggunaan Puzzilith R-300 misalnya
dengan jumlah 125-150 cc tiap zak semen @ 40 kg. Sebelum pelaksanaan, Pemborong
harus mengajukan terlebih dahulu kepada Pengawas buku petunjuk pemakaiannya
dari pabrik pembuat. Additive lain dapat pula dipergunakan sepanjang tidak
menyebabkan kelainan - kelainan pada beton dan untuk itu harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas. Semua biaya yang timbul akibat
penggunaan bahan-bahan tambahan (additive) menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
5.4 Pemasangan Filter Plastik Cor
- Plastik cor memiliki kegunaan yang penting untuk aplikasi pelat lantai di atas tanah /slab
onground. Plastik cor dapat dibeli di toko bangunan, upayakan plastik memiliki ketebalan yang
cukup, sekitar 0.04 – 0.1 mm agar tidak mudah robek bila terinjak-injak pada saat memasang
tulangan pelat. Fungsi plastik adalah untuk menjaga agar permukaan dasar beton tidak langsung
berhubungan dengan tanah yang memiliki kelembaban, sehingga kemungkinan air / uap
air masuk ke dalam pori-pori beton menjadi lebih kecil, dan tulangan terhindar dari karat
/korosi. Korosi selain merusak tulangan juga akan memberikan warna karat pada permukaan
beton. Pada cor beton di atas tanah, biasanya tulangan hanya diletakkan dibagian atas dengan
tebal selimut beton atas sekitar 30 mm. Plastik cor diletakkan di atas permukaan tanah yang
telah siap (telah dipadatkan) dan lapisan pasir 50 mm (atau bisa juga beton K0 /lean concrete/
beton mutu rendah) sebagai dasar.
- Fungsi plastik yang kedua adalah melepaskan gesekan antara permukaan bawah pelat beton
dengan permukaan tanah. Sehingga pada saat beton mengalami susut tidak tertahan, dan retak
dapat terjadi pada daerah joint yang telah direncanakan. Untuk fungsi ini, plastik akan lebih baik
apabila dipasang double (2 lembar) sehingga gesekan yang terjadi akan lebih sedikit.

VI. KETENTUAN PENUTUP


6.1 Meskipun dalam Spesifikasi Teknis ini tidak dinyatakan dalam kata-kata yang harus disediakan oleh
pemborong yang tidak disebutkan dalam penjelasan pekerjaan ini, maka kata-kata tersebut dianggap
ada peraturan pelaksanaan ini.
6.2 Pekerjaan yang nyatakan menjadi bagian dari pekerjaan ini tetap diselenggarakan dan disediakan oleh
kontraktor harus dianggap pekerjaan ini diuraikan dan dimuat dalam uraian kerja ini.

14
6.3 Hal-hal yang belum tercantum dalam pasal-pasal diatas diatur dan ditentukan kemudian oleh Direksi.
6.4 Pada pelaksanaan pekerjaan agar disesuaikan dengan RKS dan ketentuan yang berlaku, serta tetap
mempertahankan kualitas, kuantitas, estetika dan kelengkapan administrasi.

Kuala Kapuas, April 2022

Disusun/ditetapkan Oleh :
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Kapuas

JONNIE, ST.MM.
NIP. 19740105 200604 1 016

15

Anda mungkin juga menyukai